MODUL PERKULIAHAN Supply Chain Management Siklus Perencanaan Operasi Manajemen Rantai Pasok

MODUL PERKULIAHAN

  

Supply Chain

Management Siklus Perencanaan Operasi Manajemen Rantai Pasok

  Program Tatap Fakultas Kode MK Disusun Oleh Studi Muka Teknik Teknik Industri 16075 Uly Amrina, ST, MM

  03 Abstract Kompetensi Menjelaskan mengenai siklus Memberikan pemahaman tentang siklus perencanaan operasi manajemen rantai perencanaan operasi Manajemen pasok mulai dari desain produk sampai Rantai pasok pada penyerahan ke pasar Siklus Perencanaan Operasi SCM Proses Dasar Distribusi Produk

  Distribusi dapat diartikan sebagai langkah-langkah yang diambil untuk memindahkan dan menyimpan suatu produk dari tahapan pemasok sampai pada tahap konsumen di dalam rantai pasok. Distribusi selalu muncul diantara setiap pergantian tahap dalam rantai pasok. Setiap perusahaan memiliki kebijakan mengenai distribusi produknya masing-masing walaupun perusahaan tersebut bergerak dalam bidang yang sama. Misalnya, Dell mendistribusikan produk komputernya langsung kepada pembeli akhir, sedangkan Hawlett

  

Packard (HP) lebih memilih untuk mendistribusikan produknya melalui reseller. Konsumen

  Dell harus menunggu beberapa hari agar bisa mendapatkan produk yang dipesannya, sedangkan konsumen HP dapat langsung memperoleh produk yang diinginkannya. Namun, Dell memiliki keunggulan dibandingkan dengan HP, yaitu bahwa konsumen Dell dapat dengan leluasa memilih spesifikasi komputer yang diinginkannya, sehingga setiap konsumen merasa bahwa kebutuhannya dapat dipenuhi dengan sempuma sesuai keinginannya.

  Distribusi dipengaruhi oleh beberapa faktor struktur penyusun j aringan distribusi yang dapat mengakibatkan tercapainya pelayanan yang baik untuk konsumen. Faktor tersebut antara lain berikut ini. (Chopra dan Meindl, 2007) :

  a. Response time: berkaitan dengan waktu yang diperlukan untuk sampai pada

  konsumen. Ini sangat berpengaruh pada produk karena hila ada produk pengganti maka apabila terjadi keterlambatan pada proses pengiriman maka konsumen akan beralih ke produk lain. Dengan demikian, jaringan distribusi harus cepat merespon keadaan pasar yang bisa berubah-ubah setiap saat.

  b. Product variety: banyaknya jenis produk yang ditawarkan oleh saluran distribusi

  tersebut, ketika jenis produk yang ditawarkan banyak maka saluran distribusi akan lebih rumit dan membutuhkan alat kontrol lain untuk mendapatkan biaya yang efisien.

  c. Product availability: ketersediaan akan produk tersebut ketika permintaan pasar lebih

  tinggi dari permintaan yang telah diperkirakan.Hal ini biasanya terjadi pada waktu- waktu tertentu, contoh untuk produk yang fast moving consumer goods pada saat hari besar agama ataupun tahun baru. Peramalan tentang peningkatan penjualan sangat penting untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal dengan waktu yang terbatas.

  d. Costumer experience: kemudahan konsumen mendapatkan produk dan

  menggunakan produk tersebut. Sebagai contoh, jika produk dikategorikan sebagai produk konsumsi maka permintaan pasar akan produk tersebut dalam kapasitas atau volume yang banyak.

  e. Time to market: waktu yang dibutuhkan pasar untuk bisa menerima dan merespon

  produk tersebut, ketika ada produk baru. Saluran atau jaringan distribusi harus memperhitungkan masalah ini karena jika peramalan akan terserapnya produk baru meleset jauh maka produk tersebut biasanya akan disebut produk gagal oleh pasar.

  Salah satu strategi distribusi adalah menentukan jumlah perantara yang hendak dipakai pada masing-masing level dalam saluran yang optimal. Produsen harus mempertimbangkan manfaat yang dapat diperoleh dengan menggunakan banyak perantara dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh dengan menggunakan sedikit perantara. Pada akhirnya harus diambil keputusan mengenai bagaimana produk itu akan didistribusikan secara fisik setelah dipilih saluran distribusi yang akan dipakai. Tingkat pelayanan terhadap konsumen harus ditentukan sesuai dengan strategi pemasaran secara menyeluruh dari perusahaan tersebut (Heizer dan Render,2007). Berbagai sistem distribusi dapat dianalisis untuk mendapatkan sistem yang memenuhi tingkat pelayanan yang efisien.

  

Kegiatan Operasional Manajemen Rantai Pasok : Produksi dan

Distribusi

  Implementasi dari banyak perusahaan dalam rantai persediaan adalah kemampuan reaksi dan efisiensi yang diperlukan dalam hal pembuatan dan pengiriman suatu produk, baik berupa barang maupun jasa.

1. Desain Produk

  Pemilihan dan desain menyangkut komponen yang diperlukan untuk membangun produk berdasar pada teknologi yang tersedia dan kebutuhan capaian produk. Seringkali sedikit perhatian diberikan kepada bagaimana perancangan suatu produk dan pemilihan komponennya yang berpengaruh terhadap rantai persediaan untuk membuat produk tersebut. Ketika mempertimbangkan desain produk dari suatu perspektif rantai persediaan maka tujuan mendesain produk adalah agar komponen menjadi lebih sedikit, desain sederhana dengan konstruksi modular. Melalui penentuan desain produk yang tepat, komponen yang diperlukan dapat diperoleh melalui para penyalur yang tepat pula. Selain itu, persediaan dapat dijaga dalam penempatan yang sesuai pada rantai persediaan.

  Rantai persediaan memerlukan desain produk yang tepat untuk mendukung suatu produk yang fleksibel sehingga memungkinkan produk akan berhasil di pasar. Perakitan produk sangat terkait dengan komponen yang kompleks. Keterlambatan penyerahan komponen dari para penyalur dapat menurunkan nilai produksi. Untuk itu, diperlukan persediaan cadangan barang jadi untuk mengganti kerugian. Sering kali pula diperlukan beberapa penyalur baru untuk menyediakan komponen produk.

  Desain produk akan menggambarkan bentuk rantai persediaan dan mempunyai dampak besar pada ketersediaan biaya. Kerja sama yang baik antara bagian pengadaan desain produk dan orang-orang pabrikasi dalam perancangan suatu produk dapat menciptakan produk yang akan menguntungkan dan sukses. Pengembangan produk ini harus dikaitkan dengan kebutuhan pelanggan sehingga harus mengusahakan harga yang terbaik. Dampaknya, harga dari para penyalur juga harus diusahakan untuk mendapatkan harga yaitu desain, pengadaan, dan pabrikasi, sehingga dapat dibentuk suatu rantai persediaan yang efisien. Hal ini akan mempercepat waktu penyampaian produk ke pasar sekaligus mampu menciptakan produk yang bersaing.

2. Penjadwalan Produksi

  Penjadwalan produksi berarti mengalokasikan ketersediaan kapasitas (peralatan, tenaga kerja dan fasilitas) dengan pekerjaan yang diperlukan untuk dilaksanakan dengan cara yang paling menguntungkan dan efisien. Penjadwalan produksi dan operasi meliputi suatu proses menemukan keseimbangan antara beberapa sasaran yang kompetitif, yaitu sebagai berikut :

  1. Pemanfaatan tarif tingkat tinggi; ini berarti produksi dipusatkan pada distribusi dan

  fabrikasi. Tujuannya adalah menghasilkan produk yang memberi manfaat dari sisi skala ekonomi.

  2. Tingkat persediaan rendah; ini pada umumnya berarti produksi pendek/singkat dan tepat waktunya, penyerahan bahan baku harus tepat waktu dan sering dilakukan.

  3. Layanan tingkat tinggi bagi pelanggan; sering memerlukan banyak produksi yang

  pendek/singkat. Tujuannya adalah menyediakan produk bagi pelanggan dengan waktu yang cepat dan tidak diperbolehkan adanya kehabisan stock. Perusahaan yang memproduksi produk tunggal akan memfokuskan pada penjadwalan fasilitas secara efisien untuk memenuhi permintaan produk tersebut. Namun, ketika beberapa produk dibuat dengan menggunakan fasilitas tunggal maka penjadwalan menjadi lebih kompleks. Adanya multi produk akan mengakibatkan perusahaan perlu untuk menentukan ukuran lot untuk produksi dari tiap produk. Perhitungan ini dilakukan berkaitan dengan proses pengendalian persediaan. Perhitungan ukuran lot tiap kelompok produk berkaitan dengan keseimbangan produksi sehingga dapat menyeimbangkan biaya untuk suatu produk dengan biaya persediaan. Setelah jumlah produksi ditentukan, langkah berikutnya adalah menetapkan urutan produksi untuk masing-masing produk. Salah satu teknik umum dalam menjadwalkan produksi adalah konsep produk yang berdasar pada banyaknya minggu atau hari dalam penentuan persediaan produk berdasarkan permintaan. Perhitungan waktu untuk suatu produk dinyatakan seperti:

  R=PID

  Di mana R = waktu untuk suatu produk P = jumlah unit produk dalam persediaan D= permintaan produksi dalam unit untuk satu minggu atau hari

3. Manajemen Pemesanan

  Manajemen pesanan merupakan proses tentang informasi pesanan dari pelanggan ke pengecer kemudian ke distributor melalui rantai persediaan. Proses ini juga meliputi informasi tentang penyerahan pesanan, penggantian produk, dan pemesanan kembali sampai ke pelanggan dalam rantai persediaan.

  Pesanan pembelian ke suatu perusahaan berdampak pada adanya pesanan ke persediaan perusahaan itu sendiri dan pesanan ke penyalur lainnya. Jika pesanan hanya diperoleh dari persediaan maka aktivitas dalam pemesanan adalah memasukkan pesanan pembelian pelanggan ke dalam suatu daftar pengepakan dan faktur. Tetapi jika pemesanan memerlukan produk dari para penyalur lainnya maka pesanan pembelian dari pelanggan yang asli diubah menjadi pesanan pembelian dari penyalur awal ke penyalur berikutnya.

  Seperti telah Anda pelajari sebelumnya bahwa dalam memenuhi permintaan konsumen memerlukan aktivitas yang kompleks. Perusahaan akan berhadapan dengan berbagai strata penyalur, penyedia jasa, dan saluran distribusi. Kompleksitas ini mempunyai dampak atas perubahan cara penjualan produk, peningkatan layanan, pemenuhan harapan pelanggan, dan kemampuan merespons dengan cepat permintaan pasar.

  Proses manajemen pesanan harus dilakukan agar dapat memenuhi permintaan konsumen dengan selalu memberikan informasi kepada pekerja sehingga dapat diambil tindakan korektif. Salah satu pengelolaan yang dapat dilakukan adalah pengotomatisasian pesanan rutin serta ditangani secara khusus. Oleh karena itu, kompleksitas rantai persediaan dan permintaan pasar dalam manajemen pesanan merupakan suatu proses yang harus dikembangkan dengan cepat.

4. Penjadwalan Penyerahan

  Penjadwalan penyerahan produk secara operasional akan berpengaruh pada keputusan mengenai gaya transportasi yang akan digunakan. Berkaitan dengan penjadwalan penyerahan yang berkaitan dengan transportasi maka ada dua jenis metode penyerahan yaitu penyerahan langsung dan penyerahan milk run.

  a. Penyerahan langsung

  Metode penyerahan ini dilakukan dengan cara yang sederhana, yaitu memilih jalur yang paling pendek. Penjadwalan penyerahan jenis ini melibatkan keputusan tentang kuantitas pengiriman dan frekuensi penyerahan ke tujuan. Keuntungan metode penyerahan ini adalah memindahkan secara langsung produk dari lokasi pembuatan atau penyimpanan.

  Penyerahan jenis ini efisien jika dilakukan berdasarkan kuantitas pesanan ekonomis serta pemilihan j enis transportasi yang tepat.

  b. Penyerahan milk run

  Penyerahan milk run adalah penyerahan yang menyalurkan produk dari penempatan awal tunggal ke berbagai penempatan yang menerima produk sampai akhimya ke penempatan penerima tunggal. Penjadwalan penyerahan milk run jauh lebih kompleks dibanding penjadwalan penyerahan langsung. Keputusan yang harus dibuat meliputi pengiriman produk dalam jumlah yang berbeda, frekuensi penyerahan, serta runtutan penyerahan.

  Model Pasar dan Rantai Persediaan

  Untuk mengidentifikasi pencapaian suatu rantai persediaan, kita harus selalu mengevaluasi pasar yang sedang dilayani. Untuk mendukung analisis ini, perlu menggolongkan pada suatu pasar dan mengidentifikasi peluang serta kebutuhan masing-masing pasar ke rantai persediaannya. Namun, akan lebih rumit apabila evaluasi yang dilakukan menyangkut pasar produk jasa.

  Penjelasan mengenai pasar dapat dimulai dengan menggunakan dua komponen paling dasar, yaitu permintaan dan penawaran. Suatu pasar ditandai oleh kombinasi permintaan dan penawarannya. Model ini menggambarkan empat macam kuadran dasar pasar, yaitu kuadran yang pertama adalah suatu pasar di mana baik permintaan dan penawaran produknya rendah dan tidak dapat diramalkan. Kuadran yang kedua adalah suatu pasar di mana persediaan rendah dan permintaan lebih tinggi dan disebut dengan pasar maju. Kuadran yang ketiga berisi suatu pasar dimana baik permintaan dan penawarannya tinggi.

  Ada banyak kemungkinan meramalkan di pasar ini, oleh karena itu disebut pula sebagai pasar mantap. Kuadran yang keempat merupakan suatu pasar di mana persediaan lebih tinggi dibanding permintaan. Pasar macam ini disebut dengan pasar matang (mature) karena terdapat kompetisi antarproduknya.

  1. Kuadran Pertama Dalam suatu pasar yang berkembang, permintaan dan penawaran rendah dan tidak pasti.

  Pasar ini pada umumnya adalah pasar yang baru muncul. Pasar ini diciptakan oleh teknologi kelompok pelanggan merasakan adanya kebutuhan. Peluang dalam suatu pasar yang berkembang adalah adanya persekutuan antarpemain dalam pasar dan dalam rantai persediaan.

  2. Kuadran Kedua

  Pasar maju adalah suatu pasar jika permintaan lebih tinggi dibanding persediaan sehingga persediaan menjadi sering tidak pasti. Peluang dalam suatu pasar maju adalah menyediakan layanan kepada pelanggan yang lebih tinggi dan terukur oleh pesanan dan penyerahan tepat waktu. Pelanggan di dalam suatu pasar seperti ini adalah pelanggan yang dapat dipercaya dan bersedia membayar harga premi untuk keandalan.

  3. Kuadran Ketiga

  Di suatu pasar mantap/mapan, permintaan dan penawaran tinggi dan begitu dapat diramalkan. Ini adalah suatu pasar yang terbentuk jika permintaan dan penawaran seimbang. Perusahaan perlu memusatkan atas pengecilan biaya penjualan dan persediaan dalam pemeliharaan untuk layanan pada pelanggan.

4. Kuadran Keempat

  Pada pasar dewasa, persediaan lebih tinggi dibanding permintaan yang ada. Permintaan stabil atau pelan-pelan jatuh karena adanya kompetisi oversupply, permintaan nampak tidak pasti dari sisi penyalur di pasar ini. Pelanggan dapat memperoleh kenyamanan karena mereka dapat membeli suatu produk yang murah.

a. Pencapaian kategori pasar

  Pada setiap kuadran mempunyai kombinasi peluang pasar tersendiri untuk rantai persediaan. Dalam rangka pertumbuhan, perusahaan di dalam suatu rantai persediaan harus mampu bekerja sama untuk memanfaatkan peluang yang tersedia di pasar mereka. Kategori pengukuran yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. Layanan pelanggan. Layanan pelanggan mengukur kemampuandari rantai

  persediaan untuk memenuhi harapan pelanggannya. Pada jenis pasar yang sedang dilayani, pelanggan di dalam pasar itu akan mempunyai harapan berbeda untuk layanan pelanggan. Pelanggan dalam beberapa pasar diharapkan akan membayar lebih tinggi untuk ketersediaan produk dan penyerahan yang lebih cepat. perusahaan atau suatu rantai persediaan untuk beroperasi agar menghasilkan suatu tingkatan profitabilitas yang sesuai. Pada suatu pasar berkembang akan memperoleh margin keuntungan lebih tinggi dalam rangka investasi uang dan waktu. Pada suatu pasar dewasa terdapat ketidakpastian dan risiko sehingga margin keuntungan lebih rendah. Pasar ini menawarkan kesempatan memperbesar volume bisnis untuk menyusun dan menyerahkan produk dalam jumlah besar. Beberapa ukuran tentang efisiensi internal adalah sebagai berikut.

  a) Nilai persediaan. Dalam rantai persediaan, perusahaan selalu mencari jalan untuk mengurangi persediaan sekaligus berusaha untuk menghindari kelebihan persediaan.

  b) Perputaran persediaan (inventory turnover). Ini adalah suatu cara untuk mengukur profitabilitas persediaan sepanjang tahun.

  c) Persediaan untuk dijual kembali. Adalah suatu ukuran mengenai seberapa baik suatu operasi dengan cara mengukur seberapa baik penetapan biaya-biaya variabel dan juga laba bruto. d) Cash-To-Cash. Merupakan waktu suatu perusahaan membayar para penyalumya untuk material yang dibeli.

  3. Fleksibilitas Permintaan. Kategori ini mengukur kemampuan untuk bereaksi

  terhadap ketidakpastian dalam tingkatan permintaan produksi. Hal ini menunjukkan bagaimana suatu peningkatan permintaan dapat ditangani oleh suatu perusahaan atau suatu rantai persediaan yang berarti juga meliputi kemampuan untuk bereaksi terhadap ketidakpastian di pasar. Kemampuan ini sering diperlukan di dalam pasar dewasa.

  4. Pengembangan produk. Ini meliputi kemampuan perusahaan dan kemampuan

  rantai persediaan untuk bersama-sama meningkatkan pelayanan pasar. Hal tersebut diperlukan untuk mengukur kemampuan produksi baru dengan tepat waktu. Kemampuan ini perlu untuk pasar berkembang.

b. Model generik distribusi produk

  Dalam praktik distribusi sering kali didapat beberapa produk yang jenisnya sama, tetapi memiliki karakteristik distribusi yang berbeda. Produk dengan tipe yang sama tersebut tetap sukses di pasar. Hal sebaliknya juga terjadi di mana produk yang berbeda jenisnya, tetapi menggunakan cara distribusi yang sama, yang akhimya juga memperoleh kesuksesan yang sama. Sebagai contoh, note book produk Dell hanya diperoleh di pasaran dengan penjualan dengan fasilitas internet (web based transaction) sehingga model distribusinya akan mengikuti cara drop shipping (langsung diberikan ke pelanggan setelah produsen menerima order). Bahkan dalam kasus Dell, seorang pembeli dapat memilih sendiri perusahaan pengiriman dengan konsekuensi biaya yang berbeda-beda. Hal sebaliknya dilakukan oleh Toshiba, yaitu konsumen dapat memperoleh produk note book Toshiba dengan berbagai macam jenis yang varian produknya cukup banyak. Hal ini menunjukkan jenis distribusi Toshiba lebih pada pemenuhan stok di pasar untuk mengantisipasi permintaan konsumen. Beberapa contoh model generik distribusi produk dapat dijelaskan sebagai berikut.

  1) Pengiriman langsung (drop shipping) Pada metode distribusi produk ini, konsumen awalnya akan melakukan proses pemesanan melalui retailer atau agen yang ditunjuk oleh manufaktur pembuatnya, kemudian agen tersebut meneruskan pesanan dari konsumen ke manufaktur. Pihak manufaktur telah mempunyai stok untuk kemudian dikirimkan secara langsung ke konsumen tanpa melalui retailer yang menjadi agen pemesanan sebelumnya. Pada jenis yang lain, peran retailer atau agen tersebut dapat digantikan oleh sarana virtual seperti internet untuk dilakukan transaksi melalui internet. Selanjutnya, apabila perusahaan pembuat telah dapat memenuhi produk yang diinginkan oleh konsumen akan mengirimkannya secara langsung.

  

Metode ini sering kali disebut dengan manufacturer storage with direct shipping. Ditinjau dari

aspek kompleksitas pengadaan dan distribusinya, cara drop shipping ini cukup sederhana

dan murah sehingga banyak produsen menggunakan cara ini untuk menekan biaya

distribusi mereka dengan menjalin kerja sama timbal balik yang saling menguntungkan

dengan pihak pengirim barang. Keuntungan lain yang diperoleh adalah perusahaan tidak

perlu menempatkan stok barang mereka di pasar sehingga akan mengurangi biaya

persediaan (inventory cost) maupun kompleksitas permintaan yang diakibatkan oleh variasi

produk yang akan disimpan oleh retailer untuk merespon keinginan konsumen.

  

Gambar 2. Distribusi dengan Direct Shipping

2) Pengiriman langsung melalui produk transit (direct shipping and in transit merge)

  

Distribusi dengan cara direct shipping berkembang lebih luas dengan melibatkan adanya

fasilitas transit yang dikelola oleh distributor atau retail. Hal ini merupakan respon terhadap

keinginan konsumen, khususnya untuk produk yang terdiri dari beberapa komponen

pendukung, misalnya unit personal computer (PC). Konsumen pada awalnya melakukan

pemesanan beberapa jenis produk ke retail atau distributor untuk kemudian diteruskan ke

masing-masing manufaktur pembuatnya. Setelah pesanan dipenuhi, pihak produsen tidak

mengirimkan secara langsung ke konsumen melainkan mengirim kembali ke gudang transit

milik retailer atau distributor yang ditujukan untuk memilah dan mengelompokkan produk

sesuai dengan pesanan konsumen.

  

Oleh karena itu, fungsi utama gudang transit ini adalah menyesuaikan produk pesanan

konsumen. Hal ini mudah dimengerti bahwa set personal komputer dapat terdiri dari

  

beberapa produsen ternama, mulai dari unit monitor, unit CPU, unit printer. Gambaran

tersebut memperjelas arti distribusi, di mana produsen dapat saja memilih kedua jenis model

distribusi, bila produsen menerima order tunggal atau sejenis dapat megirimkannya melalui

cara drop shipping langsung ke konsumen. Akan tetapi, bila menerima order dengan

keharusan adanya kombinasi dengan produk dari produsen lain maka cara direct shipping

and in-transit merge ini dapat menjadi alternatif distribusinya.

  

Gambar 3. Distribusi dengan pengiriman langsung melalui produk transit

  3) Distribusi produk melalui keagenan distributor (distributor storage with package carrier

  delivery)

  Model distribusi produk ini lebih bersifat top-down di mana para produsen/manufaktur telah menunjuk keagenan pada principal atau distributor tertentu untuk memasarkan produknya untuk daerah atau negara tertentu. Pola permintaan dari konsumen diteruskan ke distributor yang dilanjutkan ke produsen. Setelah produk tersedia, produsen akan memberikan produknya ke distributor untuk diberikan ke konsumen. Hal ini nampaknya banyak terjadi, di mana sistem keagenan tunggal (sebagai pemegang merek atau principal) akan melakuan semua kegiatan komersialnya atas dasar hak yang diperoleh dari produsen. Dalam hal ini, biasanya distributor akan melakukan fungsi penyimpanan (storage) bilamana produk mempunyai nilai yang tidak terlalu signifikan baik ditinjau dari harga produk itu sendiri maupun biaya simpannya. Tetapi untuk produk yang cukup mahal dan biaya simpan juga memerlukan perlakuan khusus maka fungsi penyimpanan dilakukan oleh produsen (misalnya mobil impor). Bilamana efisiensi menjadi tujuan dari model distribusi ini maka distributor akan berusaha menarik fasilitas produksi ke daerah yang accessible (mudah diakses) sehingga fungsi pengiriman produk ke konsumen menjadi lebih reliabel. Cara lain yang dilakukan adalah melakukan transfers knowledge sehingga produk impor dapat diproduksi di dalam negeri melalui mekanisme alih teknologi.

  Gambar 4. Distribusi dengan Model Ke-agen-an Distributor 4) Distribusi melalui pendekatan produk ke konsumen melalui penyimpanan distributor

  

(distributor storage with last mile delivery). Dalam model distribusi ini secara umum bersifat

  terdesentralisasi, sehingga fungsi sub distributor atau gudang distributor yang terpisahpisah pada setiap daerah distribusi menjadi ciri utamanya. Tujuan digunakan model distribusi ini adalah mendekatkan produk ke konsumen semaksimal mungkin sehingga keinginan konsumen atas produk diupayakan secepatnya dapat dipenuhi atau tingkat layanan (service

  

level) yang harus maksimal. Model distribusi ini cocok untuk produk yang telah banyak

  pesaingnya (mature stage) sehingga produsen akan sangat menghindari adanya stock-out

  

product yang sering kali bila benar terjadi akan diisi oleh produk substitusi atau dengan kata

lain mengundang kompetitor masuk pada area bisnis yang sama.

  Pada awalnya pola disribusi ini dimunculkan dengan melihat pelanggan potensial untuk suatu daerah dan bilamana dirasa mencukupi maka distributor akan membuat gudang penyimpanan di daerah tersebut untuk memberikan layanan secepatnya apabila terdapat pesanan dari pembeli. Bilamana distributor menggunakan cara ini maka akan terjadi trade-

  

off (pertukaran) yang menjadi dasar keputusan, apakah biaya penyimpanan dan distribusi

yang meningkat atau tingkat layanan ke konsumen menjadi lebih baik.

  Produk jasa sering kali menggunakan cara ini melalui pembukaan cabang perusahaan mendekati konsumen untuk memperoleh tingkat pelayanan yang tinggi. Konsekuensi dari model distribusi ini adalah setiap daerah potensial akan mempunyai gudang distribusi sehingga perlu dilakukan penyeragaman proses pelayanan ke konsumen.

  Sebagai contoh, dealer otomotif daerah satu dan lainnya tidak akan dijumpai perbedaan yang mencolok pada harga produknya. Perbedaan kecil terjadi karena adanya perbedaan biaya transportasi produk dari produsen ke gudang distributor atau adanya pemesanan ekonomis atas suatu produk sehingga dimungkinkan terjadinya pemotongan harga yang diberikan ke konsumen. Sebagai catatan, dalam model distribusi ini tidak selalu hanya digunakan untuk produk tunggal tetapi sangat dimungkinkan distributor mempunyai fungsi keagenan untuk beberapa produk sekaligus.

  

Gambar 5. Distribusi dengan Pendekatan Produk ke Konsumen

  5) Distribusi Dengan Pengambilan Langsung Oleh Konsumen (manufacturer/distributor

  storage with customer pickup)

  Model disribusi ini mengkombinasikan cara distribusi cross docking yang diperkenalkan oleh jaringan convenience store Wall Mart. Pola distribusi dengan cara ini menuntut konsumen untuk ikut aktif dalam memperoleh produknya melalui upaya pengambilan pesanan pada suatu titik yang telah ditentukan sebelumya. Konsumen dalam hal ini dapat berupa retail maupun outlet produk yang melakukan order ke produsen. Pada awalnya konsumen menempatkan ordemya ke distributor secara langsung. Order ini umumnya berupa beberapa jenis produk untuk kemudian dari distributor pesanan tersebut diolah untuk dipesankan ke produsen yang terkait. Model pemesanan ini sedikit berbeda karena semua pesanan didasarkan atas entitas pemesan, di mana setelah produk tersedia akan dilakukan pengiriman ke konsumen melalui cara cross docking, di mana dalam proses pemindahan/pembongkaran dengan cara ini tidak didasarkan atas jenis barang tetapi oleh entitas pemesan sehingga dalam proses pembongkarannya tidak akan memerlukan waktu yang lama karena telah terpisah antara pemesan satu dan lainnya. Selanjutnya, produk akan dibawa ke tempat yang telah disepakati di mana masing-masing konsumen (dalam hal ini biasanya retail) akan mengambil produknya yang telah sesuai karena telah dipilah sejak awal distribusi dilakukan. Keuntungan yang diperoleh dengan model distribusi ini adalah cepatnya pengiriman walaupun haru s dikombinasikan dengan beberapa macam jenis produk. Banyak model distribusi menggunakan cara ini karena efisiensi distribusi terutama dari sisi biaya dan waktu pemilahan produk ke masing-masing konsumennya.

  

Gambar 6. Distribusi dengan Pengambilan langsung oleh konsumen Daftar Pustaka

  1. Chase, R.B., Jacobs, P.R., & Aquilano, N.J. (2006). Operations Management for Competitive Advantage with Global Cases. McGraw-Hill.

  2. Mahendrawati ER, I Nyoman Pujawan. 2010. Supply Chain Management (Edisi Kedua); Guna Widya, Surabaya.

  3. Hendayani, Ratih. 2011. Mari Berkenalan dengan Manajemen Logistik; Alfabeta, Bandung.