BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Studi Degradasi Lahan Das Biru Kabupaten Wonogiri Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DAS Biru yang mencakup Kecamatan Bulukerto dan Kecamatan Purwantoro berdasarkan peraturan daerah wonogiri termasuk dalam kawasan

  lindung, selain itu DAS Biru memiliki peran yang penting dalam menjaga ekosistem di sekitarnya dan ekosistem di bawahnya. Sumberdaya lahan yang ada merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus bertambah sementara luas lahan tidak bertambah, menyebabkan tekanan penduduk terhadap sumberdaya lahan semakin besar. Di satu sisi lapangan pekerjaan yang terbatas mendorong masyarakat tidak memiliki banyak pilihan mata pencaharian kecuali bertani dengan memanfaatkan lahan yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya.

  Dalam mengusahakan atau memanfaatkan sumberdaya alam, manusia seringkali tidak memperhatikan keberlanjutannya di masa mendatang. Dampaknya terjadi penurunan kualitas lahan sehingga lahan menjadi kurang produktif, sebagai dampak dari kegiatan konversi lahan pertanian untuk alokasi penggunaan lain yang tidak terkendali, perambahan hutan, dan pengusahaan lahan kering di perbukitan yang seringkali tidak sesuai untuk budidaya. Kemerosotan kualitas tanah menurut Riquier (1977) dalam Nugraha & Sri Rejeki (2002: 7), dibedakan menjadi dua macam yaitu: degradasi alami dan degradasi dipercepat. Berdasarkan klasifikasi ini degradasi yang terjadi di daerah penelitian, yakni di DAS Biru, merupakan degradasi yang terjadi secara alami dan dipercepat, namun proses tersebut tidak lepas dari campur tangan manusia.

  Penggunaan lahan di DAS Biru meliputi hutan, permukiman, sawah, tegalan, dan semak belukar. Namun lebih didominasi dengan sawah tadah atau pertanian lahan kering sebesar 88,692 hektare. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Produk dari pertanian yang dianggap memiliki nilai ekonomis ini memacu masyarakat khususnya petani untuk memperluas lahan pertaniannya. Lahan kering peka terhadap erosi jika tanahnya miring, tidak tertutup vegetasi, dan lapisan olah memiliki kelembaban rendah, jika pengolahan lahan kurang memperhatikan karakteristik dan kualitas lahan sehingga akan cenderung mengarah pada degradasi lahan.

  Menurut Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Wonogiri, Sujarwadi, mengatakan sekitar tahun 2011 jumlah lahan kritis di Wonogiri masih mencapai 44.186 hektare dari total 121.034 hektare kawasan yang tersebar di enam DAS Berdasarkan pernyataan data tersebut maka DAS Biru rentan untuk terjadi degradasi lahan, hal ini dapat terlihat dari gejala yang terjadi di DAS Biru yaitu adanya erosi dan longsoran baik di lereng-lereng curam maupun di daerah pertanian. Gejala seperti diungkapkan di atas harus segera dilakukan pengendalian dan tindakan konservasi yang tepat agar laju erosi tidak semakin besar yang akan menyebabkan tanah kurang produktif sehingga memicu terjadinya lahan kritis.

  Degradasi lahan umumnya dipercepat dengan adanya sistem pengelolaan lahan yang tidak memperhatikan karakteristik lahannya. Lahan yang seharusnya diperuntukkan sebagai kawasan lindung dijadikan sebagai lahan pertanian dan permukiman sehingga terjadi aliran permukaan yang akan menimbulkan erosi. Erosi berbahaya bagi kelestarian tanah, sehingga akan merusak lahan dan menyebabkan degradasi lahan baik secara fisik maupun kimia. Karakteristik fisik wilayah DAS Biru merupakan daerah yang bervariasi dan relatif memiliki relief berbukit. Jenis tanah yang terdapat di DAS Biru adalah Kompleks Andosol cokelat Kekuningan dan Litosol Cokelat yang merupakan hasil proses vulkanik ini juga berpengaruh terhadap degradasi lahan karena jenis bahan induk vulkanik ini peka terhadap degradasi lahan.

  Adanya longsoran di DAS Biru menunjukkan bahwa telah terjadi erosi yang disebabkan oleh penurunan dari kualitas lahan akibat dari ketidaksesuaian antara karakteristik lahan dengan penggunaan lahannya. Indikasi belum ditemukan salah satunya di desa conto pada lahan pertaniannya terjadi erosi. Maka untuk menangani masalah tersebut perlu upaya konservasi lahan untuk memulihkan kesuburan tanah dan tata air yang dilakukan secara tepat agar tidak terjadi kerusakan yang lebih parah.

  Penggunaan lahan aktual di DAS Biru yang perlu mendapat perhatian serius adalah usaha budidaya yang dilakukan pada lahan yang berada pada kawasan yang telah ditetapkan oleh undang-undang sebagai kawasan lindung setempat. Kenyataan di lapangan masih banyak dijumpai penggunaan lahan sawah maupun budidaya tanaman semusim lainnya yang diusahakan pada igir sungai. Seharusnya lahan tersebut diperuntukkan sebagai kawasan lindung yang mempunyai fungsi konservasi lahan yang baik, misalnya hutan lindung atau hutan produksi. Perubahan penggunaan lahan dan pola pengelolaan tanah menyebabkan perubahan kandungan bahan organik tanah. Makin intensif penggunaan suatu lahan, makin rendah kandungan bahan organik tanah. Hal tersebut di atas dapat menjadi salah satu pemicu atau faktor yang mempengaruhi degradasi lahan.

  Selain faktor fisik, degradasi lahan juga dipengaruhi oleh faktor manusia seperti yang telah disebutkan di atas. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat akan menyebabkan kebutuhan akan lahan baik secara kuantitas maupun kualitas meningkat, sedangkan kuantitas lahan itu sendiri semakin berkurang dan terbatas dan proses degradasi lahan akan semakin parah. Pertumbuhan penduduk dan peningkatan kebutuhan akan lahan yang tidak diimbangi dengan pemanfaatan lahan yang benar menurut kaidah-kaidah konservasi, maka akan mengancam kehidupan di masa mendatang untk mendukung hidup layak manusia.

  Meningkatnya jumlah penduduk yang besar akan berakibat terhadap perusakan lingkungan berupa perambahan hutan. Di DAS biru sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagi petani maka mereka menggantungkan hidup pada hasil pertanian dan ini berarti kebutuhan akan lahan semakin meningkat, maka pengusahaan pembukaan lahan pada lahan tidak produktif banyak dilakukan dan akibatnya lahan menjadi rusak karena pengelolaan yang perambahan lahan seperti dijadikan permukiman dan lahan usaha tani ke lahan hutan dan lahan tidak produktif ini dikarenakan jumlah penduduk yang semakin meningkat, sementara lahan bersifat tetap, hal inilah yang menyebabkan terjadinya degradasi lahan karena pemanfaatan lahan yang tidak seharusnya. Berikut data pertumubuhan penduduk pada dua kecamatan yang ada di DAS Biru:

Tabel 1.1 Tabel Pertumbuhan Penduduk Tahun 2009-2010 dan Tahun 2010-2011

  Desa penduduk akhir th ini penduduk akhir th. Lalu pertumbuhan pend th. 2010- 2011 pertumbuhan penduduk th. 2009-2010 jumlah % %

  Sendang 3329 3253 76 2,34 2,27 Kenteng 4266 4206 60 1,43 1,33 Talesan 3574 3514 60 1,71 1,68 Purwantoro 4024 3995 29 0,73 0,71 Domas 3098 3101 3 0,11 0,1 Nadi 3089 3100 11 0,36 0,45 Ngaglik 4116 4119 3 0,07 0,12 Kradegan 4201 4236 35 0,83 0,24 Tanjung 2882 2907 25 0,87 -0,03 Sugihan 3136 3124 -12 -0,38 0,13 Conto 3371 3376 5 0,15 Geneng 4118 4129 11 0,27 0,27

  Jumlah 43204 43060 306 - -

  Sumber : Kecamatan Purwantoro dan Kecamatan Bulukerto dalam Angka Jumlah penduduk yang semakin besar, namun rata-rata pertumbuhan penduduk hanya naik sebesar 0,102% yaitu dari 0,606% (tahun 2009-2010) menjadi 0,708% (tahun 2010-2011) seperti terlihat tabel 1.1 bahwa setiap tahun jumlah penduduk meningkat, hal ini menyebabkan semakin berkurang lahan yang ada pada daerah padat penduduknya. Pertumbuhan penduduk yang meningkat maka, kebutuahan akan permukiman dan pertanian akan meningkat, sehingga akan mengakibatkan aktivitas pertanian pada lahan yang tidak seharusnya seperti bertani pada lereng terjal, penduduk mulai melakukan perambahan hutan dan pengaruh dari kegiatan ini justru mempercepat terjadinya erosi tanah Pemanfaatan sumberdaya lahan potensial yang kurang mengindahkan lingkungan sekitar dan lebih mengutamakan hasil/keuntungan sesaat yang disertai dengan kurangnya pengetahuan petani dalam menerapkan teknik konservasi yang baik memberi peluang yang besar berubahnya lahan potensial menjadi lahan kritis, hal ini disebabkan persepsi masyarakat yang rendah tentang pengolahan lahan. Persepsi masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial ekonomi, sehingga dapat menjadi faktor pendorong terjadinya degradasi lahan, jika tindakan yang dilakukan salah atau kurang sesuai dengan kaidah konservasi. Pengetahuan yang kurang ini disebabkan dari tingkat pendidikan yang rendah, karena pengetahuan yang rendah maka ilmu atau pengetahuan yang dimiliki juga terbatas dalam mengelola lahan. Tingkat pendidikan akan berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat, pendapatan rendah akan mempengaruhi dalam pengelolaan lahan, pengelolaan menjadi tidak maksimal karena biaya untuk mengolah dan memperbaiki lahan terbatas sehingga petani/ masyarakat mengolah tanah/lahan dengan alat dan teknik pengolahan seadanya dan semampunya.

  Degradasi lahan sangat penting diketahui karena dapat mengetahui faktor fisik seperti kemiringan lereng, tekstur tanah, kedalaman efektif, penggunaan lahan dan teknik konservasi yang berpengaruh terhadap kerusakan lahan. Selain faktor fisik, faktor sosial ekonomi seperti tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah penduduk, dan kepemilikan lahan perlu diketahui pengaruhnya terhadap degradasi lahan. Degradasi lahan yang terjadi secara luas seperti erosi, lahan kritis, kerusakan hutan dan keringnya mata air pada musim kemarau disebabkan adanya variasi penggunaan lahan dan pengelolaan lahan yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah pada lereng terjal. Dengan demikian perlu dilakukan inventarisasi dan identifikasi degradasi lahan untuk arahan kebijakan konservasi lahan yang lebih terarah. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengambil penelitian

  “Studi Degradasi Lahan DAS Biru Kabupaten Wonogiri Tahun 2013 .

  B.

  

Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang diuraiakan di atas terdapat beberapa masalah yang muncul diantaranya: a.

  Banyaknya erosi yang terjadi di DAS Biru di lahan pertanian dan daerah lereng mengidentifikasikan bahwa telah terjadi kerusakan lahan akibat penggunaan lahan yang tidak tepat.

  b.

  Jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahun menyebabakan semakin besar kebutuhan akan sumberdaya alam yang dibutuhkan, utamanya kebutuhan akan lahan untuk permukiman dan pertanian.

  c.

  Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan lahan yang kurang mengakibatkan pengelolaan lahan yang kurang sesuai dengan kaidah konservasi lahan.

  d.

  Penduduk mulai merambah kawasan hutan untuk pengolahan lahan.

  e.

  Kondisi sosial ekonomi berpengaruh terhadap terjadinya degradasi lahan karena tingkat pendapatan yang rendah akan mempengaruhi pendidikan masyarakat, sehingga pengetahuan yang sempit akan memiliki pandangan yang sempit pula, seperti penggunaan lahan dan pengelolaan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi.

C. Pembatasan Masalah

  Dari beberapa permasalahan yang muncul di daerah penelitian dan untuk memperjelas permasalahan yang akan diteliti, maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut: a.

  Studi Degradasi Lahan ditinjau dari faktor fisik diantaranya faktor kemiringan lereng, kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, penggunaan lahan dan, teknik konservasi. b.

  Parameter sosial ekonomi yang digunakan dalam hubungan sosial ekonomi terhadap degradasi lahan diantaranya tingkat pendidikan, jumlah penduduk, tingkat pendapatan, dan kepemilikan lahan.

  c.

  Dari tiga teknik konservasi (vegetatif, mekanik dan, kimia),arahan kebijakan konservasi lahan menggunakan teknik konservasi secara vegetatif dan mekanik, karena degradasi lahan ditinjau dari faktor fisik.

D. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana sebaran degradasi lahan di DAS Biru? 2. Faktor apa yang berpengaruh terhadap degradasi lahan di DAS Biru? 3. Bagaimana hubungan kondisi sosial ekonomi masyarakat terhadap degradasi lahan di DAS Biru?

4. Bagaimana arahan kebijakan konservasi lahan di DAS Biru?

E. Tujuan Penelitian 1.

  Mengetahui sebaran degradasi lahan di DAS Biru 2. Mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap degradasi lahan di DAS Biru 3. Mengetahui hubungan kondisi sosial ekonomi masyarakat terhadap degradasi lahan

4. Mengetahui arahan kebijakan konservasi lahan di DAS Biru

F. Manfaat Penelitian 1.

   Manfaat Teoritis a.

  Memberikan sumbangan pengetahuan kepada penduduk tentang faktor- faktor yang menyebabkan degradasi lahan b.

  Memberikan sumbangan pemikiran pada peneliti lain dalam kajian pengelolaan DAS

2. Manfaat Praktis a.

  Bagi Pemerintah, menyediakan dan memberi informasi tentang sebaran untuk perencanaan arahan konservasi lahan agar penggunaan lahan sesuai dengan peruntukan dan tata ruang wilayah.

  b.

  Bagi masyarakat, dapat digunakan untuk membekali pengetahuan tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan degradasi lahan dan membangun motivasi masyarakat untuk menerapkan pola-pola konservasi yang tepat dalam setiap pemanfaatan lahan dan memberikan perlakuan khusus pada daerah yang terdegradasi agar tidak menjadi lahan kritis.

  c.

  Bagi Peneliti, dapat menambah wawasan pengetahuan tentang degradasi lahan dan faktor-faktor yang menyebabkan degradasi lahan, serta mengetahui arahan yang sesuai dengan kondisi lahan.

  d.

  Bagi Pendidikan, dapat digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah untuk siswa kelas XI (sebelas)/ semester II, untuk Standar Kompetensi : Menganalisis Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup, pada Kompetensi Dasar : Menganalisis Pelestarian Lingkungan Hidup dalam Kaitannya dengan Pembangunan Berkelanjutan.