2.1 Wilayah Administrasi - DOCRPIJM 3a3df11b26 BAB IIBAB II Profil

2.1 Wilayah Administrasi

  ID A N G K E C

  1 II - 1

  2

  7 -2

  1

   2

  IP T A K A R Y A A N K A B U P A T E N B A N T A E N G T A H U N

  I I - 1 Profil Kabupaten Bantaeng

  Kabupaten Bantaeng secara geografis terletak ± 120 km arah selatan Makassar, Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dengan posisi 5°21’13’’ 5°35’26’’ Lintang Selatan dan 119°51’42’’-120°05’27’’ Bujur Timur. Berada di kaki Gunung Lompobattang, Kabupaten Bantaeng memiliki Topografi yang terdiri dari daerah pantai, daratan, dan pegunungan. Luas wilayah daratan mencapai 395.83 km 2 dan luas wilayah perairan mecapai 144 km 2 . 59,33 km 2 atau sekitar 14,99% dari wilayahnya merupakan daerah pesisir dengan kemiringan 0-2 meter, 168,75 km 2 atau sekitar 42,64% dari luas wilayahnya merupakan daratan yang landai dengan kemiringan 2-15 meter, 81,86 km 2 atau sekitar 20,68% dari luas wilayahnya merupakan daratan dengan kemiringan 15-40 meter sedangkan 83,80 km 2 atau sekitar 21,17% sisanya merupakan daerah daratan dengan kemiringan lebih dari 40 meter.

  I J A N G K A M E N E N G A H ( R P

  V E S T A S

   I N

  V IE W R E N C A N A P R O G R A M

  D O K U M E N R E

  Kabupaten Bantaeng terletak di bagian selatan propinsi Sulawesi Selatan yang berbatasan dengan : Sebelah Utara : Kabupaten Gowa dan Kabupaten Bulukumba Sebelah Timur : Kabupaten Bulukumba Sebelah Selatan : Laut Flores Sebelah Barat : Kabupaten Jeneponto

  Letak geografi Kabupaten Bantaeng yang strategis memiliki alam tiga dimensi, yakni bukit pegunungan, lembah dataran dan pesisir pantai, dengan dua musim. Iklim di daerah ini tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan tahunan rata-rata setiap bulan 14 mm. Dengan adanya kedua musim tersebut sangat menguntungkan bagi sektor pertanian.

  I J M ) B

  

I I - 2

Secara administratif, Kabupaten Bantaeng terbagi atas 3 Kecamatan tepi pantai,

dan 5 Kecamatan bukan pantai, dengan rincian 17 desa/kelurahan pantai dan 50

desa/kelurahan bukan pantai. dan terletak di daerah pantai yang memanjang pada

bagian barat dan timur kota. Luas wilayah Administratif menurut Kecamatan di

Kabupaten Bantaeng terlihat pada table berikut :

Tabel 2.1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan Tahun 2014 di Kabupaten Bantaeng

  Kecamatan Desa/Kelurahan

Status

(D/K)

  Luas (km 2 ) Persentase Terhadap Luas

  Percentage Kecamatan Kabupaten

  

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Bissappu 32,84 8,30

  Bonto Jai D 3,63 11,05 0,92 Bonto Manai K 3,73 11,36 0,94 Bonto Lebang K 1,01 3,08 0,26 Bonto Sunggu K 2,74 8,34 0,69 Bonto Rita K 1,64 4,99 0,41 Bonto Atu K 1,71 5,21 0,43 Bonto Salluang D 3,61 10,99 0,91 Bonto Langkasa K 3,59 10,93 0,91 Bonto Cinde D 3,69 11,24 0,93 Bonto Loe D 3,74 11,39 0,94 Bonto Jaya K 3,75 11,42 0,95

  Uluere 67,29

  17 Bonto Rannu D 4,72 7,01 1,19 Bonto Tallasa D 7,04 10,46 1,78 Bonto Tangnga D 6,85 10,18 1,73 Bonto Daeng D 10,31 15,32 2,60 Bonto Marannu D 19,20 28,53 4,85 Bonto Lojong D 19,17 28,49 4,84

  Sinoa 43 10,86

  

I I - 3

Kecamatan Desa/Kelurahan

  

Status

(D/K)

Luas (km 2 ) Persentase Terhadap

  Luas Percentage

  Kecamatan Kabupaten (1) (2) (3) (4) (5) (6) Bonto Matene D 3,39 7,88 0,86 Bonto Majannang D 10,31 23,98 2,60 Bonto Maccini D 6,26 14,56 1,58 Bonto Bulaeng D 6,27 14,58 1,58 Bonto Tiro D 3,34 7,77 0,84 Bonto Karaeng D 13,43 31,23 3,39

  Bantaeng 28,85 7,29 Tappanjeng K 0,82 2,84 0,21 Pallantikang K 0,93 3,22 0,23 Letta K 0,79 2,74 0,20 Mallillingi K 0,84 2,91 0,21 Lembang K 2,97 10,29 0,75 Lamalaka K

  2 6,93 0,51 Karatuang K 7,07 24,51 1,79 Onto K 4,69 16,26 1,18 Kayuloe D 8,74 30,29 2,21

  Eremerasa 45,01 11,37 Ulugalung D 2,63 5,84 0,66 Mamampang D 3,75 8,33 0,95 Mappilawing D 4,75 10,55 1,20 Pabentengan D 4,97 11,04 1,26 Lonrong D 4,68 10,40 1,18 Barua D 6,55 14,55 1,65 Parangloe D 3,94 8,75 1,00 Kampala D 7,21 16,02 1,82 Pabumbungan D 6,53 14,51 1,65

  Tompobulu 76,99 19,45 Lembang Gantarangkleke

  K 6,37 8,27 1,61 I I - 4 Kecamatan Desa/Kelurahan Status (D/K) Luas (km 2 ) Persentase Terhadap

  Luas Percentage

  Kecamatan Kabupaten (1) (2) (3) (4) (5) (6) Pattallassang D 10,34 13,43 2,61 Bonto-Bontoa D 4,09 5,31 1,03 Banyorang K 2,70 3,51 0,68 Campaga K 5,01 6,51 1,27 Bonto Tappalang D 5,50 7,14 1,39 Balumbung D 6,08 7,90 1,54 Ereng-Ereng K 4 5,20 1,01 Labbo D 13,81 17,94 3,49 Pattaneteang D 19,09 24,80 4,82

  

Pajukukang 48,9 12,35

Rappoa D 3,25 6,65 0,82 Biangloe D 3,93 8,04 0,99 Lumpangan D 4,70 9,61 1,19 Biangkeke D 3,11 6,36 0,79 Nipa-Nipa D 6,12 12,52 1,55 Pajukukang D 5,85 11,96 1,48 Borongloe D 8,40 17,18 2,12 Papanloe D 7,35 15,03 1,86 Baruga D 3,17 6,48 0,80 Batukaraeng D 3,02 6,18 0,76

  

Gantarangkeke 52,95 13,38

Tanahloe K 7,84 14,81 1,98 Layoa D 12,78 24,14 3,23 Bajiminasa D 5,65 10,67 1,43 Kaloling D 17,46 32,97 4,41 Tombolo D 6,11 11,54 1,54 Gantarangkeke K 3,11 5,87 0,79

  Sumber data : Kabupaten Bantaeng dalam angka 2016

  I I - 5

Gambar 2.1. Peta Orientasi Dan Pembagian Wilayah Kabupaten Bantaeng

  I I - 6

Gambar 2.2 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Bantaeng

  

Peta 2.3 Peta Administrasi Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng

2.2 Potensi Wilayah Kabupaten Bantaeng Potensi Ekonomi

  Kabupaten Bantaeng terletak di daerah pantai yang memanjang pada bagian barat dan timur sepanjang 21,5 kilometer yang cukup potensial untuk perkembangan perikanan dan rumput laut.

  Kekayaan alam yang dimiliki Kabupaten Bantaeng menghasilkan keragaman hayati dan hewani yang dapat bernilai ekonomis. Dengan kondisi alam yang sangat cocok dengan berbagai jenis hewan dan tanaman, memberikan peluang daerah Bantaeng untuk dikembangkan menjadi sentra produksi beberapa komoditas unggulan, sehingga Bantaeng bisa menjadi sentra penghasil benih dan bibit unggul.

  Beberapa komoditi yang sudah berhasil dikembangkan adalah tanaman pangan yaitu padi, jagung, talas, ubi kayu, kacang hijau dan kacang tanah. Khusus untuk tanaman talas, daerah ini akan menjadi penghasil bibit tananaman talas dan akan disuplai ke daerah lain yang membutuhkan. Sedangkan untuk tanaman sayuran yang telah dikembangkan seperti kol, kentang, wortel, labu siam, bawang merah dan petai, menjadikan Kabupaten Bantaeng menjadi penyuplai komoditi ini di kawasan Selatan Sulawesi Selatan. Tanaman buah-buahan yang sudah berhasil dikembangkan seperti mangga, strawberi dan apel. Pengembangan budidaya tanaman apel dan strawberi di daerah ini menjadi pemicu banyaknya wisatawan lokal yang berkunjung ke Bantaeng. Di bidang perternakan, selain ayam di daerah ini cocok dikembangkan ternak sapi, kuda dan kambing. Di bidang perkebunan iklim sebagian besar wilayah kabupaten Bantaeng cocok untuk tanaman kakao, kapuk, kopi, cengkeh dan kelapa.

  Di bidang perikanan khususnya budidaya rumput laut daerah ini berhasil merubah perekonomian masyarakat pesisir yang identik dengan masyarakat berpenghasilan rendah menjadi masyarakat yang berpenghasilan memadai. Selain itu, telah dikembangkan budidaya ikan air tawar yang kedepannya Kabupaten Bantaeng akan menjadi Kabupaten produsen bibit ikan air tawar.

  Potensi Pariwisata

  Kabupaten Bantaeng kaya dengan potensi objek wisata baik wisata alam maupun wisata budaya dan merupakan salah satu sumber pendapatan ekonomi Kabupaten Bantaeng, beberapa diantaranya adalah:

  a. Objek Wisata Alam

  1. Permandian Alam Eremerasa Permadian ini terletak di desa Kampala Kecamatan Eremerasa yang berjarak 16 km dari ibukota Bantaeng atau sekitar 30 menit dengan perjalanan mobil.

  2. Air Terjun Bissapu Letaknya di Desa Bontosallung Kecamatan Bissapu, jaraknya sekitar 5 km dari ibukota Bantaeng melewati tanjakan yang berkelok-kelok.

  3. Pantai Pasir Putih Korong Batu Letaknya tidak jauh dari jalan raya. Pantai ini berada di Desa Baruga, Kecamatan Pa’jukukang, jaraknya sekitar 18 km dari ibukota Bantaeng.

  4. Pantai Lamalaka, di Kelurahan Lembang Kecamatan Bantaeng

  5. Wisata Agro, yang terdiri dari kawasan holtikultura (ladang wortel, kentang, ladang kol, bawang merah) dan kawasan perkebunan (kebun kopi, cengkeh, durian, apel, rambutan, langsat, manggis, dan strobery).

  6. Desa Wisata Bonto Lojong Merupakan salah satu desa dstinasi pariwisata di Kabupaten Bantaeng yang perlu perhatian dari pihak pemerintah. Desa iniberpotensi sebagai desa wisata, letaknya di Kecamatan Uluere, 21 km dari ibukota kabupaten. Dengan kondisi jalan yang sudah diaspal hotmix, memungkinkanlah desa ini bisa dijangkau dengan kendaraan roda empat dan roda dua, serta bisa pula melalui empat rute yang berbeda.

  Masyarakatnya kebanyakan hidup sebagai petani dan pedagang.

  7. Pantai Seruni, terletak di Kelurahan Tappanjeng Kabupaten Bantaeng.

  Berada dalam kota Bantaeng, perjalanan menuju ke sana dapat ditempuh sekitar 5 menit melewati jalan poros.

  8. Wisata Outbond Loka

  9. Areal Persawahan

  10. Areal Penanaman Rumput Laut

  11. Kawasan Mancing

  b. Objek Wisata Budaya, diantaranya :

  1. Rumah Adat Balla Lompoa Letta

  2. Lantebung

  3. Lembang

  4. Bassia

  5. Kawasan Adat Gantarangkeke Gua Batu Ejayya

  6. Pangngangreang Tudea

  7. Mesjid Tua Taqwa Tompong

  8. Makam Datuk Pakkalimbungan

  9. Makam Tau Tetea ri Je’ne

  10. Makam Pra Islam

  11. Komplek Makam Raja La Tenri Rua

  12. Komplek Pekuburan Belanda

  13. Pesta Adat Pajukukang

  14. Pesta Adat Gantarangkeke

  15. Atraksi Pepeka

  16. Hari Jadi Bantaeng

2.3 Demografi dan Urbanisasi

  Kabupaten Bantaeng berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015 sebanyak 183.386 jiwa. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2014, penduduk Kabupaten Bantaeng mengalami pertumbuhan sebesar 0,61 persen.

  Angka rasio jenis kelamin tahun 2015 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 93, yang berarti bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki yaitu sebanyak 94.896 jiwa, sedangkan jumlah penduduk laki-laki 88.490 jiwa. Kepadatan penduduk di

  2 Kabupaten Bantaeng tahun 2015 mencapai 463 jiwa/km , yang berarti bahwa dalam

  2

  satu km di huni oleh 463 penduduk. Kepadatan Penduduk di 8 kecamatan cukup beragam, dan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Bantaeng dengan

  2

  kepadatan sebesar 1.321 jiwa/km dan terendah di Kecamatan Uluere sebesar 167

  2

  jiwa/km . Berdasarkan kelompok umur, jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng tertinggi berada pada kelompok umur 10 – 14 tahun yaitu sebanyak 17.815 jiwa dan terendah berada pada kelompok umur 70 – 74 tahun yaitu sebanyak 2.769 jiwa.

Tabel 2.2. Banyaknya Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2010, 2014 dan 2015 di Kabupaten Bantaeng

  Laju Pertumbuhan Jumlah Penduduk Penduduk per Tahun Kecamatan 2010 2014 2015 2010-2015 2014-2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

  Bissappu 31.036 31.908 32.101 0,68 0,60 Uluere 10.850 11.155 11.223 0,68 0,61 Sinoa 11.867 12.201 12.274 0,68 0,60 Bantaeng 36.842 37.876 38.105 0,68 0,60 Eremerasa 18.678 19.203 19.320 0,68 0,61 Tompobulu 22.992 23.639 23.783 0,68 0,61 Pajukukang 29.115 29.933 30.113 0,68 0,60 Gantarangkeke 15.919 16.368 16.467 0,68 0,60

  

Jumlah 177.299 182.283 183.386 0,68 0,61

Sumber data : Kabupaten Bantaeng dalam angka 2016

  Pada tahun 2014, garis kemiskinan di Kabupaten Bantaeng meningkat menjadi Rp. 209.080,00 seperti terlihat pada gambar 2.4 dibawah ini :

  161499 177829 195810 200302

  209080 150000 170000 190000 210000 230000 2010 2011 2012 2013 2014

  Grafik 2.1. Garis Kemiskinan di Kabupaten Bantaeng, 2010 – 2014 (rupiah)

  Persentase penduduk miskin menurun menjadi 9,68 persen seperti terlihat pada table 2.3 berikut ini :

Tabel 2.3. Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kabupaten Bantaeng, 2010 – 2015

  Tahun Garis

  Kemiskinan Penduduk Miskin

  Jumlah Persentase

  (1) (2) (3) (4)

  2010 161.499 18,14 10,24 2011 177.829 16,48 9,21 2012 195.810 15,90 8,89 2013 200.302 18,90 10,45 2014 209.080 17,66 9,68 2015 - - -

  Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional Jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng dari tahun ke tahun terus meningkat.

  Pada tahun 2011 jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng sebanyak 178.477 jiwa dan pada Tahun 2015 mencapai 183.386 jiwa. Data tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk selama kurun waktu lima tahun terakhir yaitu 4.909 jiwa atau rata-rata pertumbuhan 1,01% setiap tahun.

  Proyeksi secara umum adalah untuk mengetahui perkembangan di masa yang akan dating berdasarkan data yang telah ada. Proyeksi pada dasarnya merupakan suatu perkiraan atau taksiran mengenai terjadinya suatu kejadian (nilai dari suatu variabel) untuk waktu yang akan datang. Hasil proyeksi menggambarkan tingkat kemampuan untuk masa yang akan datang. Untuk menghindari atau mengurangi tingkatan resiko dari kesalahan, maka diperlukan asumsi-asumsi yang dibuat oleh pihak pengambil keputusan, yang didukung oleh proyeksi tentang tingkat kemampuan populasi peternakan di masa depan secara objektif. Proyeksi penduduk bukan merupakan ramalan jumlah penduduk tetapi suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi dari komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran, kematian, dan perpindahan (migrasi). Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk, digunakan rumus yaitu : (l/t)

  r = {(P t /P ) - l} x 100

  dimana: r = Laju pertumbuhan penduduk P t = Jumlah penduduk pada tahun ke –t P = Jumlah penduduk pada tahun dasar t = Selisih tahun P dengan P

  t

  Sedangkan untuk menghitung proyeksi laju pertumbuhan penduduk menggunakan asumsi pada Pertumbuhan Geometri, karena laju pertumbuhan ini bersifat berskala atau bertahap dalam selang waktu tertentu. Adapun Rumus yang digunakan sebagai berikut: n

  P n = P ( l + r )

  dengan :

  P = Jumlah penduduk pada n tahun n

  P = Jumlah penduduk pada awal tahun r = Tingkat pertumbuhan penduduk n = Periode waktu dalam tahun Adapun hasil proyeksi laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bantaeng selama 5 tahun kedepan, dapat dilihat pada table 2.4

Tabel 2.4. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Bantaeng 5 Tahun Mendatang (2015 – 2019)

  

Luas Jumlah Penduduk (jiwa)

Kabupaten (km2) 2015 2016 2017 2018 2019

  Bantaeng 395,83 183.386 184.517 185.581 186.612 187.626

2.4 Isu Strategis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

  Keberhasilan yang telah dicapai di bidang pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan kehutanan menyebabkan sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar pada PDRB Kabupaten Bantaeng. Demikian halnya dibidang perindustrian daerah ini berpacu dan berbenah membuka industri untuk mengolah bahan baku yang tersedia cukup banyak di daerah ini. Industri yang sudah ada antara lain industri pengalengan ikan dan industri pembuatan kue kering, kripik dengan bahan baku dari jagung dan rumput laut.

  Peluang usaha yang berhasil diciptakan diharapkan membuka lowongan kerja di daerah ini, sehingga dapat mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan dan menambah daya beli masyarakat. Dari hasil perhitungan PDRB, Kabupaten Bantaeng selama periode 2010-2014 menunjukkan peningkatan yang menggembirakan karena beberapa sektor mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Demikian halnya apabila dilihat dari konstribusi PDRB Bantaeng terhadap PDRB Sulawesi Selatan yang semakin meningkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 2.5. Perkembangan PDRB Kab. Bantaeng dan Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun 2010 – 2014

  Peranan PDRB Kab. PDRB Kab. Tahun PDRB Sul-Sel Bantaeng Terhadap Bantaeng PDRB Sul-Sel

  2010 99,707,775.80 1,532,792.97

  1.54 2011 117,612,050.92 1,831,773.14 1.56 2012 137,146,162.09 2,179,096.90 1.63 2013 159,427,096.96 2,536,709.90 1.59 2014 *) 2,960,654.54 *)

  Rata – Rata

  1.58 Sumber data : Data Bappeda Tahun 2014 *) data belum tersedia

  Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB yang berhasil diciptakan pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai PDRB tahun sebelumnya. Dimana Nilai PDRB yang digunakan itu adalah Nilai PDRB atas dasar harga konstan. Penggunaan nilai atas dasar harga konstan ini karena telah dikeluarkannya pengaruh perubahan harga, sehingga perubahan yang diukur merupakan pertumbuhan ekonomi. Sejak tahun 2002 pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun regional dihitung dengan menggunakan harga konstan 2000 sebagai tahun dasar, yang sebelumnya menggunakan tahun dasar tahun 1993

  Perubahan tahun dasar untuk perhitungan PDRB atas dasar harga konstan biasanya dilaksanakan setiap sepuluh tahun, kecuali apabila pada periode sepuluh tahun tersebut terjadi gejolak ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantaeng Tahun 2014 sebesar 8.98%, lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan ekonomi di tahun 2012 yang tumbuh hanya 8.49%. Pertumbuhan tersebut didukung oleh beberapa sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan ditahun 2014, hal ini dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 2.6. Pertumbuhan PDRB Kab. Bantaeng Tahun 2011 – 2015

  Harga Berlaku Harga Konstan Tahun Jumlah Pertumbuhan Jumlah Pertumbuhan (Jutaan Rp.) (%) (Jutaan Rp.) (%)

  2011 1,831,773.14 19,50 746,908.75 7,90 2012 2,181,112.04 19,07 809,863.38 8,43 2013 2,536,709.90 16,30 878,590.17 8,49 2014 2,960,654.54 16,71 975,505.64 8,91 2015 *) *)

  Rata – Rata Sumber data : Data Bappeda Tahun 2014 *) data belum tersedia

  Pertumbuhan ekonomi secara riil setiap sektor menggambarkan bergeraknya sektor ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga. Hal ini dapat dilihat pada

tabel 2.7 di bawah ini. Beberapa sektor mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi sebagai dampak ditingkatkannya penggunaan sumber daya yang dimiliki sektor

  ekonomi tersebut dan diharapkan hasil dari pertumbuhan yang timbul secara nyata betul-betul dapat dirasakan oleh masyarakat Kabupaten Bantaeng.

Tabel 2.7 Pertumbuhan Riil Setiap Sektor di Kab. Bantaeng Tahun 2010 – 2014 (persen)

  Tahun No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2014

  1 Pertanian

  7.65

  7.18

  4.16

  4.27

  2 Pertambangan dan Penggalian

  19.61

  15.52

  19.92

  19.97

  3 Industri Pengolahan

  5.39

  10.18

  16.97

  17.88

  4 Listrik, Gas, Air Bersih

  7.96

  6.95

  29.46

  29.55

  5 Bangunan

  12.16

  8.66

  14.99

  15.01

  6 Perdagangan, Restoran, Hotel

  8.28

  10.74

  16.60

  16.62

  7 Angkutan Komunikasi

  9.45

  12.50

  19.27

  19.46

  8 Bank & Lembaga Keuangan

  11.68

  13.00

  19.27

  19.44

  9 Jasa – Jasa

  4.47

  7.73

  4.81

  4.93 PDRB

  7.90

  8.43

  8.49

  8.98 Sumber data : Data Bappeda Tahun 2014 Dari tabel dan gambar dapat dilihat bahwa sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, serta sektor bangunan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dibandingkan sektor lain. Hal ini terjadi karena adanya penimbunan dan penggalian material baik pasir ataupun batu pada proyek pembangunan smelter (pengolahan nikel) dan reklamasi pantai seruni di Bantaeng serta adanya lanjutan penimbunan dan pengaspalan jalan yang dilakukan hamper disemua jalan yang ada di Kabupaten Bantaeng, walaupun volumenya tidak sebanyak ditahun 2014.

  Sektor perdagangan hotel dan restoran juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi sebagai akumulasi ketiga subsektor yang mendukungnya mengalami peningkatan pertumbuhan. Subsektor hotel mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yang diikuti oleh subsektor restoran sebagai dampak semakin banyaknya pengunjung yang menggunakan fasilitas hotel dan restoran. Sektor listrik, gas dan air minum mengalami pertumbuhan paling meningkat dari 29.46% tahun 2013 menjadi 29.55% pada tahu 2014.

Tabel 2.8 Persentase Kontribusi PDRB Per Sektor Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010 – 2014 (persen)

  Tahun No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2014

  1 Pertanian

  49.79

  49.08

  47.15

  45.16

  2 Pertambangan dan Penggalian

  0.87

  0.86

  0.92

  0.99

  3 Industri Pengolahan

  2.80

  2.67

  2.74

  2.82

  4 Listrik, Gas, Air Bersih

  0.64

  0.57

  0.64

  0.72

  5 Bangunan

  6.16

  5.77

  5.96

  6.13

  6 Perdagangan, Restoran, Hotel

  11.32

  12.41

  13.60

  14.88

  7 Angkutan Komunikasi

  2.85

  3.04

  3.21

  3.38

  8 Bank & Lembaga Keuangan

  5.86

  5.84

  6.32

  6.81

  9 Jasa – Jasa

  19.75

  19.75

  19.46

  19.11 PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 Sumber data : Data Bappeda Tahun 2014

  Peningkatan sumbangan sektor pertanian pada total PDRB disebabkan oleh karena subsektor yang mendukung sektor pertanian juga mengalami peningkatan, disamping itu juga adanya kenaikan peranan sektor selain sektor pertanian pada tahun 2014 yang cukup berarti

  

Grafik 2.2 Persentase Struktur Ekonomi Kab. Bantaeng Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2014

Pert anian Indust ri Pengolahan Konstruksi Pengangkut an & Komunikasi Jasa-Jasa Pert ambangan List rik, Gas dan Air bersih Perdagangan, Hot el & Rest oran Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan

  7% 15% 45% 1% 1%

  19% 3% 6% 3%

  Sumber : Data Bappeda Tahun 2014 PDRB Perkapita

Tabel 2.9 Rata-Rata PDRB Perkapita Penduduk Kabupaten Bantaeng dan Sulawesi Selatan Tahun 2008-2012 (rupiah)

  Tahun Kab. Bantaeng Sulawesi Selatan

  1

  2

  3 2010 8,728,415 12,567,363 2010 10,366,630 14,669,010 2011 12,220,690 16,929,030 2012 14,131,695 19,465,540 2014 16,424,812 *)

  Sumber : Data Bappeda Tahun 2014 *) data belum tersedia

  Dalam rangka peningkatan pelayanan riil kepada masyarakat, maka pemerintah pusat melalui pemberlakuan otonomi daerah telah memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah kabupaten/kota untuk melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat. Aplikasi dari kewenangan tersebut akan tercermin dalam kebijakan penyusunan anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dengan mengacu kepada undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.

  Kondisi ini diharapkan dapat mendorong peningkatan peran serta masyarakat sekaligus menumbuhkan prakarsa dan kreatifitasnya dalam pembangunan daerah. Dalam hal ini kedepan pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembangunan, baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan pembangunan di setiap bidang dan aspek. Dengan demikian, masyarakat tidak lagi menjadi obyek pembangunan, tetapi sebaliknya diharapkan dapat menjadi subyek atau pelaku pembangunan.

  Pada tahun 2014, realisasi pendapatan pemerintah Kabupaten Bantaeng mencapai 624.129 juta rupiah, dimana pendapatan terbesar berasal dari Dana Perimbangan yaitu sebesar 79,06 persen. Sedangkan, Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya menyumbang 6,95 persen dari jumlah pendapatan. Pendapatan pemerintah Kabupaten Bantaeng meningkat 12,23 persen dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 556.110 juta rupiah. Realisasi belanja pemerintah Kabupaten Bantaeng pada tahun 2014 mencapai 622.631 juta rupiah. Belanja pemerintah terbanyak adalah untuk Belanja Pegawai yang mencapai 282.015 juta rupiah atau 45,29 persen dari jumlah belanja pemerintah.

  Untuk memperoleh gambaran mengenai perkembangan realisasi pendapatan Kabupaten Bantaeng menurut jenis pendapatan selama 3 (tiga) Tahun terakhir, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.10. Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten Bantaeng menurut jenis pendapatan (juta rupiah), 2012 – 2014

  Jenis Pendapatan 2012 2013 2014

  

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 18.227 25.420 43.384

  1.1 Pajak Daerah 2.284 4.183 7.933

  1.2 Retribusi Daerah 9.384 12.934 25.559

  1.3 Hasil Perusahaan Milik Daerah dan 2.976 4.163 4.378 Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

  1.4 dipisahkan 3.581 4.138 5.513

  

2. Lain-lain PAD yang Sah 391.856 461.342 493.410

  2.1 Dana Perimbangan 26.000 26.904 18.691

  2.2 Bagi Hasil Pajak 1.294 1.260 2.860

  2.3 Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya 325.057 379.463 424.570

  2.4 Alam 39.504 53.714 47.287

  3. Dana Alokasi Umum 36.404 69.348 87.333

  • - -

  3.1 Dana Alokasi Khusus 1.442

  • 3.2 Lain-lain Pendapatan yang sah 426 -

  3.3 Pendapatan Hibah 8.410 12.300 21.079 Dana Darurat

  3.4 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan 20.000 48.412 52.973

  3.5 Pemerintah Daerah Lainnya 7.994 8.208 11.838 Dana Penyesuaian dan Otonomi Daerah

  3.6

  • Bantuan Keuangan dari Provinsi atau - - Pemerintah Daerah Lainnya Lainnya

  Total 446.489 556.110 624.129 Produk Domestik Reginal Bruto (PDRB) Kabupaten Bantaeng atas dasar harga berlaku tahun 2015 mencapai 5.604.991,69 juta rupiah, sedangkan atas dasar harga konstan 2010 mencapai 4.073.151,65 juta rupiah. Sektor yang paling berpengaruh terhadap perekonomian daerah Kabupaten Bantaeng adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang memberikan konstribusi sebesar 32,12 persen. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantaeng pada tahun 2015 sebesar 6,64 persen. Persentase pertumbuhan ekonomi tersebut mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang mencapai 8,34 persen. Pertumbuhan paling tinggi adalah sektor Pertambangan dan Penggalian yang mencapai 29,42 persen, sedangkan pertumbuhan yang paling rendah adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yaitu 0,38 persen

  12

  10

  8

  6

  4

  2 2012 2013 2014 2015

Grafik 2.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Bantaeng, 2015

  Data Kondisi Lingkungan Strategis

1. Keadaan Topografi

  Berdasarkan kemiringan lereng 2 – 15% merupakan kelerengan terluas yaitu 16.877 Ha (42,64%) sedangkan wilayah dengan lereng 0 – 2% hanya seluas 5.932 Ha atau 14,99% dari luas wilayah Kabupaten Bantaeng dengan wilayah kelerengan lebih dari 40% yang tidak dimanfaatkan seluas 6.222 Ha atau 21,69% dari luas wilayah kawasan hutan.

Tabel 2.11. Kabupaten Bantaeng menurut Kemiringan

  Kemiringan Letak 0– 2 % Sepanjang pantai di Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng, dan

  Kecamatan Pa’jukukang 2–15 % Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Gantarangkeke 15–40 % Kecamatan Sinoa, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Eremerasa, Kecamatan

  Tompobulu

  • 40 Kecamatan Uluere, Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan Tompobulu

  Sumber : RTRW Kabupaten Bantaeng, 2011

Tabel 2.12 Kabupaten Bantaeng Menurut Ketinggian

  Ketinggian Letak 0 – 10 mdpl Terletak pada bagian selatan sepanjang pesisir pantai dan memanjang dari timur ke barat

  10 – 25 mdpl Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Pa’jukukang

  25 – 100 mdpl Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissapu, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Tompobulu, Kecamatan Pa’jukukang dan Gantarang Keke.

  100 – 200 mdpl Terletak di Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Tompobulu dan Pa’jukukang

  500 – 1000 mdpl Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissappu, Kecamatan Uluere, Kecamatan Bantaeng Eremerasa, Kecamatan Tompobulu dan Kecamatan Sinoa

  • 1000 mdpl Diatas permukaan laut terletak di Kecamatan Uluere, Kecamatan Bantaeng,

    Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan Tompobulu

  Sumber : RTRW Kabupaten Bantaeng, 2011

  I I - 23

Gambar 2.4 Peta Topografi Kabupaten Bantaeng

2. Keadaan Klimatologi

  Kabupaten Bantaeng tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan tahunan rata rata setiap bulan 490,17 mm dengan jumlah hari hujan berkisar 426 hari per tahun. Temperatur udara rata - rata 23’C sampai 33'C Dengan dua musim dan perubahan iklim setia tahunnya yang sangat spesifik karena merupakan daerah peralihan Iklim Barat (Sektor Barat) dan

  :

  Iklim Timur (Sektor Timur) dari wilayah Sulawesi Selatan Pada saat sektor barat musim hujan yaitu antara bulan Oktober s/d Maret, Kabupaten Bantaeng juga mendapatkan hujan dan pada musim timur yang berlangsung antara April s/d September, Kabupaten Bantaeng juga mendapat hujan. Akibat dari pengaruh dua iklim ini, maka sebagian besar wilayah Bantaeng mendapat curah hujan merata sepanjang tahun. Sifat hujan pada musim barat curah hujannya relatif rendah, tetapi hari hujannya agak panjang, sedangkan sifat hujan sektor timur curah hujannya lebih deras tetapi hari hujannya relatif pendek.

Tabel 2.13 Rata-Rata Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan setiap bulan Kabupaten Bantaeng, 2011

  Jumlah Curah Hujan Bulan Hari Hujan (mm) Januari 5,33 9,67

Februari 2,33 14,17

  

Maret 7,33 18,33

April 8,33 12,13

Mei 9,67 30,47

Juni 3,67 30,33

Juli 1,67 12,67

Agustus

  1 2,22 September 0,67 1,5 Oktober 4 13,46 November 3,67 11,81

  Desember 5,33 12,57 Sumber : Kabupaten Bantaeng dalam angka, 2012

  I I - 25

Gambar 2.5 Peta Curah Hujan Kabupaten Bantaeng

3. Keadaan Hidrologi

  Dengan wilayah yang bergunung dan berbukit, Kabupaten Bantaeng dilalui oleh 11 buah sungai sedang dan kecil yang kesemuanya berhulu dan bermuara di Kabupaten Bantaeng dengan panjang sungai keseluruhan 187,05 km atau dengan rata-rata panjang sungai 17 km.

  Selain berfungsi sebagai pengendali banjir, irigasi dan drainase, Daerah Aliran Sungai (DAS) ini penting karena merupakan kawasan budidaya sekaligus merupakan Catchment Area dari mata air Eremerasa yang merupakan salah satu asset kebanggaan masyarakat Bantaeng yang selama ini menjadi objek wisata permandian alam dan sudah dilengkapi dengan kolam renang dan sarana lainnya. Sumber mata air ini juga menjadi sumber air bersih PDAM untuk kebutuhan Kota Bantaeng dan perusahaan air mineral merk Vita, Aquadaeng dan Air Qita.

  Dari beberapa sungai yang ada, 3 (tiga) diantaranya mengalir melintasi kota Bantaeng yaitu :  Sungai Biangloe mempunyai sumber mata air dari gunung

  Lompobattang mengalir menyusuri Desa Kampala dan Desa Barua yang bermuara ke laut Flores. Debit air sungai Biangloe pada kondisi musim kemarau berkisar antara 2,5-4 m3 per detik dan pada saat kondisi normal biasanya mencapai 15-20 m3 per detik. Sungai Biangloe telah dimanfaatkan sebagai irigasi dan sumber air baku dengan debit sebesar 20 l/dtk.  Sungai Calendu mempunyai mata air dari gunung Lompobattang mengalir melewati pusat kota dan bermuara di laut Flores. Kapasitas debit air pada kondisi normal berkisar antara 1-3 m3 per detik dan pada saat musim hujan mencapai 7-10 m3 per detik. Pada saat ini sungai Celendu dimanfaatkan sebagai irigasi desa.

   Sungai Garegea yang mempunyai mata air dari gunung Lompobattang mengalir melewati pusat dan bermuara di laut Flores. Kapasitas debit air pada kondisi normal berkisar antara 1-2 m3 per detik dan pada saat musim hujan bias mencapai 4-6 m3 per detik. Pada saat ini, sungai sungai Garegea belum dimanfaatkan.

  I I - 27