Bab 2 PROFIL KABUPATEN BIAK NUMFOR - DOCRPIJM 5f71123b7e BAB IIBAB II Profil Kabupaten Biak

Bab 2 PROFIL KABUPATEN BIAK NUMFOR

2.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Biak Numfor

  Kabupaten Biak Numfor secara geografis berada di sebelah utara daratan Papua dengan letak astronomis diantara 0°55′LS - 1°27′LS dan 134°47’ - 136° BT.

  Secara administrasi batas Kabupaten Biak NumforAdalah : Sebelah Utara : Kabupaten Supiori dan Samudera Pasifik Sebelah Timur : Samudera Pasifik Sebelah Selatan : Selat Yapen Sebelah Barat : Kabupaten Manokwari

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Biak Numfor Kabupaten Biak Numfor terdiri dari 19 Distrik. Lima distrik diantaranya ada di Pulau Numfor yaitu Numfor Barat, Numfor Timur, Orkeri, Poiru dan Bruyadori. Sementara itu terdapat 12 distrik di Pulau Biak yaitu Distrik Oridek, Biak Timur, Biak Kota, Samofa, Yendidori, Biak Utara, Yawosi, Andey, Bondifuar, Warsa, Biak Barat dan Swandiwe. Adapun 2 distrik lainnya berada di kepulauan yaitu Distrik Padaido, dan Aimando.

  Pada tahun 2014 Kabupaten Biak Numfor memiliki 19 distrik yang terdiri dari 8 kelurahan dan 254 kampung atau total kampung/kelurahan definitif ada sebanyak 262 satuan pemerintahan.

  Tabel 2.1 Nama Kecamatan, Ibukota Kecamatan dan Desa/Kelurahan

  Tahun 2014Kecamatan Kabupaten Biak Numfor

  No. Kecamatan Ibukota Jumlah

  1 Numfor Barat Kameri

  12

  2 Orkeri Parkreki

  9

  3 Numfor Timur Yenburwo

  9

  4 Poiru Andel

  9

  5 Bruyadori Duai

  10

  6 Padaido Pai

  11

  7 Aimando Pasi

  13

  8 Oridek Bosnik

  26

  9 Biak Timur Wadibu

  14

  10 Biak Kota Biak 16/5

  11 Samofa Darfuar 11/3

  12 Yendidori Yendidori

  19

  13 Biak Utara Korem

  16

  14 Andey Rodifu

  12

  15 Warsa Ammoy

  20

  16 Yawosi Wasori

  8

  17 Bondifuar Sansundi

  2

  18 Biak Barat Yomdori

  21

  19 Swandiwe Wombrisauw

  16 Jumlah Total 262

  Sumber :Biak Numfor Dalam Angka 2015 Luas Wilayah Kabupaten Biak Numfor yang terdiri dari 19 (Sembilan belas) distrik, 254 (dua ratus lima puluh empat) kampung dan 8 (delapan) keluarahan.Distrik Biak Utara seluas 277,77 Km2, Distrik Yendidori seluas 275,13 Km2, dan Distrik Andey seluas 270,17 Km2.Adapun distrik yang memiliki wilayah terkecil adalah Distrik Padaido seluas 30,72 Km2 dan Distrik Yawosi seluas 39,63 Km2. sebagaimana terlihat pada Tabel 2.2 di bawah ini.

  Tabel 2.2 Luas Wilayah Per Kecamatan Kabupaten Biak Numfor

  15 Warsa

  1.65

  11 Samofa 230.54

  8.86

  12 Yendidori 275.13

  10.57

  13 Biak Utara 277.77

  10.68

  14 Andey 270.17

  10.38

  68.37

  10 Biak Kota

  2.64

  16 Yawosi

  39.63

  1.52

  17 Bondifuar 129.14

  4.96

  18 Biak Barat 252.34

  9.70

  19 Swandiwe 242.76

  9.33 Jumlah 2.602 100

  42.94

  4.82

  No Kecamatan Luas per Kecamatan (Km²) Persentase Terhadap Luas Kabupaten (%)

  79.93

  1 Numfor Barat

  90.83

  3.49

  2 Orkeri

  62.42

  2.40

  3 Numfor Timur

  49.54

  1.90

  4 Poiru

  3.07

  9 Biak Timur 125.51

  5 Bruyadori 101.73

  3.91

  6 Padaido

  30.72

  1.18

  7 Aimando

  50.86

  1.95

  8 Oridek 181.66

  6.98

  Sumber: BPS Th 2015

2.2 Potensi Wilayah Kabupaten Biak Numfor

  Kabupaten Biak Numfor merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua, Dengan Letak kabupaten yang strategis, di bagian utara Pulau Yapen di Teluk Cenderawasih. Tiga pulau besar dan 62 pulau-pulau kecil di kawasan Biak Numfor yang sangat mengandalkan pelabuhan laut dan bandara bagi lalu lintas perekonomiannya. Dimana pelabuhan lautnya dapat mengakses langsung ke kawasan Asia Pasifik, Australia dan Amerika, begitu juga dengan bandara udara yang ada. Sehingga banyak potensi daerah yang dapat sebagai aspek daya saing antara lain :

  1. Perikanan

  Geobiofisik wilayah sebagai indikator bahwa sektor perikanan merupakan sektor prioritas, adapun luas perairan 1.086 Km², dengan berbagai potensi ikan antara lain ikan demersal 194.400 ton/tahun, pelagis besar 155.700 ton/tahun, pelagis kecil 325.100 ton/tahun, dan ikan karang 16.100 ton/tahun. Berada pada jalur migrasi ikan pelagis besar (Yellowfin Tuna) dengan jumlah 6.278 ton/tahun, selain itu memiliki taman karang laut (Coral Reef) yang berfungsi sebagai habitat ikan karang ,nursery ikan karang dan sebagai daya tarik obyek wisata laut.

  2. Pariwisata

  Kondisi alam bawah laut yang sangat menawan karena terdapat berbagai jenis biota karang laut dan berbagai jenis ikan yang memberikan warna dan ciri tersendiri terhadap panorama laut sehingga membangkitkan kenikmatan tersendiri bagi para diver atau snorkler.

  Obyek wisata lain yang tidak kalah menariknya adalah wisata sejarah gua jepang (Japanese Cave) atau yang diidentikkan dengan gua binsari, obyek ini memiliki nilai historis tersendiri bagi para imperialis jepang (Nippon) karena mempunyai kenangan tersendiri bagi mereka.

  Terdapatpula obyek wisata kunang-kunang (Lamprydae) memiliki daya pikat bagi para peneliti dan pencinta makhluk hidup dan adanya koleksi berbagai jenis burung dan anggrek di lokasi taman anggrek/burung Ibdi.

3. Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional

  Pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan di Kabupaten Biak Numfor harus menjadi lokomotif untuk menghela modal pembangunan lainnya. Dalam konteks daya saing, perlu ditentukan lokus, segmen dan kapasitas destinasi yang tepat dan fungsional yang ketika dikembangkan akan memberikan efek ganda dalam pembangunan di daerah. Pulau Owi merupakan lokus, segmen yang memilki kapasitas destinasi prospektif. Hal ini didukung dengan beberapa informasi dan indikator sebagai berikut :

a. Isu Strategis Pengembangan Pulau Owi :

  1. Kemampuan daerah yang berada dalam posisi lebih tinggi untuk MENARIK daerah-daerah lain dalam menciptakan produk maupun pasar.

  2. Peningkatan kemampuan membangun dapat diwujudkan melalui dua cara, Pertama : pengembangan sumberdaya manusia yang selalu menjadi isu dan dipakai sebagai alas an utama untuk segala macam kekurangberhasilan program, Kedua : Peningkatan kapasitas membangun yang dapat dilakukan melalui pembangunan jaringan infrastruktur sehingga hal itu dapat dijadikan salah satu indikator.

  3. Peningkatan keuanggulan KOMPARATIF dan KOMPETETIF.

  Keunggulan-keunggulan ini dapat diciptakan oleh Pemerintah dalam rangka menghidupkan sektor pariwisata (dan sektor lain) di wilayah Tanah Papua melalui infrastruktur fisik, baik seperti yang dikemukan pada butir 2 maupun infrastruktur komersial.

  4. Peningkatan sensitivitas, baik terhadap pasar regional dan global maupun pasar domestik yang sedang berkembang.

  5. Peningkatan nilai saji (presentation value) dari potensi sumberdaya wisata serta pelayanan pendukungnya sehingga wilayah Tanah Papua ini sebagai tujuan wisata (destinasi) dengan nilai ekonomi tinggi.

  6. Peningkatan kesadaran semua pihak yang berkepentingan bahwa pariwisata berkualitas seperti yang dimaksud tadi merupakan sebuah industri dengan muatan sarat pengetahuan (knowledge based industry). Tanpa pengetahuan yang memadai, baik tentang kelestarian lingkungan, keselamatan wisatawan, kekayaan alam dan budaya, pengelolaan yang professional maupun segala macam pengetahuan lain yang terkait maka industri wisata tersebut punya resiko kegagalan yang tinggi.

b. Lingkungan Strategis KSPN Owi :

  Pengembangan destinasi perlu dilakukan dengan memperhatikan wilayah pengaruh (lingkungan strategis) dan kemampuan menjadi pusat bagi kawasan lainnya baik secara regional maupun nasional. Lingkungan strategis Pulau Owi dalam konteks Kawasan Strategis Pariwisata Nasional adalah sebagai berikut :

  1. Kawasan Padaido;

  2. Teluk Cenderawasih;

  3. Kepala Papua;

  4. GerbangPasifik Indonesia;

  5. Letak di Axix Bunaken-Raja Ampat; Padaido;

  6. Coral Triangle Initiative (CTI); 7. Equator.

c. Keunggulan dan Keunikan Pulau Owi :

  3. Eco Maritime Tourism;

  4. Sejarah Perang Dunia II;

  5. Landasan Udara ex Sekutu;

  6. Iklim tropis;

  7. Ukuran pulau yang nyaman;

  8. Pesisir berpasir putih;

  1. Terisolai, Terpencil, Very Private;

  2. Sangat Natural, Fit dan Fresh;

  9. Keragaman coral sangatbaik;

  10. Dekat dengan Biak;

  11. Mampu menjadi kepala dari anatomi Pariwisata Teluk Cenderawasih.

d. Konsep Pengembangan Owi :

  2. Edu Tourism;

  leasure;

  4. Eksotika alam 15 %;

  3. Edutourism 15 %;

  2. Pariwisata Keunukain Budaya 25 %;

  1. Pariwisata sejarah 35 %;

  f. Analisis Daya saing Pulau Owi :

  6. Ibu-ibu menjadi pengusaha homestay wisata; 7. Pengangguran menjadi penari Papua dan entertainment lokal.

  5. Pengangguran menjadi pengusaha water sport dan water

  3. Adventure Tourism dan Geotourism;

  4. Pengangguran menjadi pemandu wisata lokal;

  1. Eco Marine Tourism;

  2. Peternak babi tradisional menjadi peternak (babi, ayam, kambing) professional;

  1. Nelayan tradisional menuju nelayan professional;

  e. Kebutuhan Rekaya Sosial Masyarakat Pulau Owi :

  4. Culture Tourism; 5. Historical Tourism.

  3. Pengangguran menjadi petani hidrophonic;

  5. Pariwisata Buatan 10 %.

  4. Sumber Daya Manusia

  Pembangunan di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia yang terampil dan berkualitas. Indikatornya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Biak Numfor pada tahun 2013 mencapai nilai 80,68 persen, dengan pencapaian IPM dimaksud menurut kokinerja pembangunan manusia “Menengah atas” dengan angka pencapaian IPM antara 66,0 sampai 79,9. Sedangkan Sumber Daya Manusia Aparatur pada tahun 2015 per januari mencapai 4.551 0rang, terbagi pada jenjang pendidikan dimana jumlah lulusan Sekolah Dasar 57 orang atau 1,3 persen, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 88 orang atau 1,9 persen, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 1.742 orang atau 38,3 persen, Diplpoma I (DI) sebanyak 131 orang atau 2,9 persen, Diploma II (DII) sebanyak 436 orang atau 9,6 persen, Diploma III (DIII) sebanyak 451 orang atau 10,1 persen, S1 sebanyak 1.504 orang atau 33,0 persen, dan S2 sebanyak 78 orang 1,7 persen, dengan berbagai bidang ilmu pengetahuan yang diraih baik secara lokal maupun di luar provinsi Papua.

  5. Kawasan Strategi Nasional

  Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya,dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

  Dalam PP No. 26 tahun 2008 tentang RTRWN ditentukan tiga Kawasan Strategis Nasional (KSN) di Kabupaten Biak Numfor, meliputi Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Biak (KAPET Biak), Kawasan Stasiun Bumi Satelit Cuaca dan Lingkungan, serta Kawasan Stasiun Telemetry

  

Tracking and Command Wahana Peluncur Satelit. Departemen

  Pekerjaan Umum melalui Dirjen Penataan Ruang memberikan arahan mengenai Penentuan Delineasi Kawasan Strategis Nasional di Wilayah

  IV. Keterkaitan ketiga KSN terhadap muatan kebijakan pengembangan KSN dalam RTRWN adalah :

  a) KAPET Biak : fokus kebijakan terkait pada pengembangan perekonomian nasional; b) Kawasan Stasiun Bumi Satelit Cuaca dan Lingkungan: fokusnya adalah pemanfaatan teknologi tinggi secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat;

  c) Kawasan Stasiun Telemetry Tracking and Command Wahana Peluncur Satelit: fokusnya adalah pada pemanfaatan teknologi tinggi secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat.

  Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa arah kebijakan pengembangan KSN pada Kabupaten Biak Numfor terbagi atas 2 komponen yaitu pengembangan perekonomian nasional dan pemanfaatan teknologi tinggi secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat.

  Lebih lanjut strategi pengembangan KSN terkait dalam rangka pengembangan perekonomian nasional termasuk KSN Kapet Biak di dalamnya adalah:

  a. Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budi daya unggulan; b. Sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;

  c. Menciptakan iklim investasi yang kondusif;

  d. Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan; e. Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan; f. Mengintensifkan promosi peluang investasi; dan

  g. Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.

  Terkait pengembangan KSN untuk pemanfaatan teknologi tinggi secara optimal, maka garis besar strateginya, baik untuk KSN Kawasan Stasiun Bumi Satelit Cuaca dan Lingkungan dan TT&C Wahana Peluncur adalah :

  a. Mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan dari pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi; b. Meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau turunannya; dan

  c. Mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup, dan keselamatan masyarakat.

  5.1. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Biak (KAPET Biak)

  Kawasan prioritas di Kabupaten Biak Numfor yang direkomendasikan sebagai KSN di KAPET Biak adalah:

  1. Kawasan Industri Urfu Kawasan Urfu (17 km dari kota, seluas 1.500 Ha ), akan dikembangkan pada masa mendatang dengan aktivitas pelabuhan (menempati lahan 300 ha) dan kawasan industri (1.200 ha). Kawasan ini direncanakan sebagai pengganti kawasan pelabuhan Biak bilamana kapasitasnya dan kenyamanannya sudah tidak dapat dipenuhi lagi dengan baik.

  2. Kawasan Industri Export Processing Zone/EPZ Kawasan EPZ (383 Ha), meliputi wilayah barat Distrik Biak Kota sampai ke Distrik Yendidori, saat ini telah berjalan aktivitas pengalengan ikan, pembuatan fishmill/pakan ternak ikan (dengan bahan baku kedelai dari Nabire, Yapen dan Waropen), maupun penangkapan ikan (pada perairan dangkal dekat pantai oleh rakyat dan perairan dalam oleh pengusaha swasta besar).

  Kawasan EPZ ini akan dikembangkan lebih lanjut, seperti pengolahan CPO yang ada di hinterland terutama dari Manokwari, Yapen, Waropen, Supiori, Jayapura dan Nabire. Di samping itu juga perlu dikembangkan industri pengolahan ikan tuna ataupun daging yang didatangkan dari hinterland.

  5.2. Kawasan Stasiun Bumi Satelit Cuaca dan Lingkungan

  Rekomendasi struktur ruang Kawasan Stasiun Bumi Satelit Cuaca dan Lingkungan (KSN SB-SCL) menggunakan 2 benchmark dalam rangka meningkatkan kualitas penerimaan data satelit cuaca dan lingkungan.

  Kedua benchmark tersebut adalah:

a. Zona Pengawasan Keberadaan Menara Telekomunikasi (Z1).

  Zona ini berfungsi mengawasi keberadaan menara telekomunikasi. Dalam zona ini direkomendasikan menara telekomunikasi bersama dan tidak disarankan untuk pembangunan menara telekomunikasi per operator jasa layanan. Radius jarak dari pusat SB-SCL adalah 2 km dan berbentuk lingkaran.

  

b. Zona Bebas Menara Telekomunikasi (Z2). Zona ini berfungsi

  untuk membebaskan kawasan dari menara telekomunikasi apapun seperti BTS, pemancar radio gelombang dan sebagainya.

  Radius jarak dari pusat SB-SCL adalah 1 Km dan berbentuk lingkaran.

  

c. Zona Pusat Pengendali SB-SCL (Z3). Zona ini merupakan pusat

pengendali stasiun bumi cuaca lingkungan.

  

5.3. Kawasan Stasiun Telemetry Tracking and Command Wahana

Peluncur Satelit

  Dasar penentuan Kawasan Stasiun TT&C Wahana Peluncur Satelit adalah berbasis kepada kehandalan proses peluncuran satelit yang kompetitif dan ramah lingkungan. Tingkat kehandalan proses peluncuran satelit di kawasan ini berkaitan dengan mengakomodasi proses peluncuran satelit dengan metode air launch. Untuk mengakomodasi dan menjamin kehandalan metode peluncuran tersebut maka Kawasan TT&C Wahana Peluncur Satelit Biak membutuhkan ruang yang aman untuk melaksanakan metode tersebut. Mengingat basis peluncuran satelit akan menggunakan Bandara Frans Kaisiepo maka Konsep Deliniasi KSN TT&C Wahana Peluncur Satelit Biak adalah berbasis Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP).

  Berdasarkan pengertian tersebut, maka deliniasi KSN TT&C Wahana Peluncur akan memberikan prioritas utama penataan ruang pada komponen KKOP yaitu Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan, Kawasan Permukaan Transisi dan Kawasan Horisontal Dalam. Mengacu kepada peta konsep KKOP Bandara Frans Kaisiepo yang digunakan untuk mengakomodasi aktivitas manuver Pesawat Rusian Antonov 124 Ruslan maka direkomendasi bentuk deliniasi KSN TT&C Wahana Peluncur Satelit Biak yakni:

  

a. Batas Deliniasi Sisi A : Batas deliniasi ini berada sisi utara KSN

  ini dan berada di Distrik Samofa

  

b. Batas Deliniasi Sisi B : Batas deliniasi ini berada di sisi timur

  KSN ini dan berada di Kampung Mokmer dan Jalan Raya ke arah Bosnik

  

c. Batas Deliniasi Sisi C : Batas deliniasi ini berada di sisi selatan

  KSN ini dan mengikuti pesisir pantai Kota Biak ke arah Pelabuhan Biak terus ke arah Lantamal Biak.

  

d. Batas Deliniasi Sisi D : Batas deliniasi ini berada di sisi timur

  KSN ini dan sebagian merupakan permukiman penduduk, bandara TNI AU dan lahan terbuka. Batas deliniasi ini termasuk dalam Distrik Samofa dan Distrik Biak Kota

2.3 Demografi Dan Urbanisasi

2.3.1 Jumlah Penduduk dan KK Keseluruhan

  Jumlah penduduk Kabupaten Biak Numfor tahun 2014 tercatat

  135.831 jiwa, yang terbagi berdasarkan jenis kelamin, Jumlah penduduk

  dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 69.908 jiwa dan jumlah penduduk dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 65.923 jiwa. Dengan jumlah rasio jenis kelamin per kecamatan berjumlah 106. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin per kecamatan di Kabupaten Biak Numfor dapat dilihat pada table berikut ;

  Tabel 2.3 Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Per

  KecamatanKabupaten Biak Numfor

  Jumlah Jumlah Jumlah Laki-laki Perempuan Penduduk Rasio Jenis Kecamatan per per per Kelamin per Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)

  Numfor 1393 1311 2704 106,25 Barat Orkeri 1006 909 1915 10,67 Numfor 723 647 1370 111,75 Timur Poiru 1040 924 1964 112,55 Bruyadori 1038 986 2024 105,27 Padaido 999 881 1880 113,39 Aimando 1192 1144 2336 104,20 Oridek 2533 2523 5056 100,40 Biak Timur 3643 3539 7182 102,94 Biak Kota 22732 21892 44624 103,84 Samofa 15337 14273 29610 107,45 Yendidori 4309 4105 8414 104,97 Biak Utara 3660 3358 7018 108,99 Andey 13334 1178 2512 113,24

  Kecamatan Jumlah Laki-laki per Kecamatan (Jiwa) Jumlah Perempuan per Kecamatan (Jiwa) Jumlah Penduduk per Kecamatan (Jiwa) Rasio Jenis Kelamin per Kecamatan

  Warsa 2504 2286 4790 109,54 Yawosi 1031 1073 2104 96,09 Bondifuar 128 99 227 129,29 Biak Barat 3055 2763 5818 110,57 Swandiwe 2251 2032 4283 110,78

  Jumlah 69908 65923 135831 106,04 Sumber ; BPSBiak Numfor Th.2015

  Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Kecamatan Biak Kota memiliki jumlah penduduk terbesar, yakni sebesar 44624 jiwa dengan proporsi jumlah penduduk laki-laki lebih besar yakni 22732jiwa dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan yakni 21892 jiwa. Jumlah penduduk terkecil dimiliki oleh Kecamatan Bondifuar yakni sebesar 227jiwa dengan proporsi jumlah penduduk lakilaki lebih kecil yakni sebesar 128jiwa dari pada jumlah penduduk perempuan yakni sebesar 99jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

  Tabel 2.4 Luas Daerah Area, Jumlah Penduduk dan Kepadatan

  Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Biak Numfor

  Kecamatan Luas Daerah Area(Km2) Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan (Per Km2)

  Numfor Barat 90,83 2704 29,77 Orkeri 62,42 1915 30,68 Numfor Timur 49,54 1370 27,65 Poiru 79,93 1964 24,57 Bruyadori 101,73 2024 19,90 Padaido

  30,72 1880 61,20 Aimando 50,86 2336 45,93 Oridek

  181,66 5056 27,83 Biak Timur 125.51 7182 57,22 Biak Kota 42,94 44624 1039,22 Samofa 230,54 29610 128,44 Yendidori

  275,13 8414 30,58 Biak Utara 277,77 7018 25,27 Andey

  270,17 2512 9,30 Warsa 68,37 4790 70,06 Yawosi 39,63 2104 53,09 Bondifuar

  129,14 227 1,76 Biak Barat S 252,34 5818 23,06

  u

  Swandiwe 242,76 4283 17,64

  S u Jumlah/Total 2602 135831 52,20

  S Sumber: BPS Biak Numfor 2015

  Masalah demografi yang patut untuk diperhatikan adalah masalah kepadatan penduduk. Angka kepadatan penduduk ini bervariasi disetiap kecamatan yang menandakan adanya perbedaan sebaran penduduk. Perbedaan sumber daya yang dimiliki suatu wilayah dengan wilayah lainnya merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penyebaran penduduk yang tidak merata tersebut. Daerah yang memiliki aktivitas perekonomian tinggi akan memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, seperti halnya Kecamatan Biak Kota kepadatan penduduk terbesar yaitu sebesar 1039,22 Per Km2, Kecamatan Orkeri, Kecamatan danYendidoriadalah kecamatan- kecamatan yang memiliki kepadatan yang hampir sama sekitar 30 sampai 31 per km2, sedangkan untuk Kecamatan andey dan Bondiguarmerupakan Kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk di bawah 10 km2. Jika ditinjau dari ke enam kecamatan tersebut Kecamatan Biak Kota yang memiliki memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Kondisi tersebut mengindikasikan, bahwa peningkatan aktivitas perekonomian disuatu wilayah menyebabkan terjadinya pertumbuhan penduduk karena mobilitas penduduk, selain pertumbuhan secara alami. Kesempatan mendapatkan lapangan pekerjaan dan pembukaan usaha mandiri seperti kesempatan berdagang merupakan daya tarik terjadinya mobilitas penduduk dari wilayah lain ke wilayah yang merupakan daerah pengembangan ekonomi.Sesuai perkembangan yang ada, jalur transportasi darat semakin meningkat sehingga Kawasan Permukiman tidak saja berada pada daerah pinggir sungai namun juga mengikuti jaringan jalan yang ada.

  Dan kedepannya dapat diarahkan mengisi kantong-kantong permukiman yang menjauhi kawasan pinggiran sungai.

2.3.2 Jumlah Penduduk Miskin dan KK Keseluruhan

  Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.

  Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Kabupaten Biak Numfor sebesar 166.000 jiwa, dibandingkan dengan penduduk miskin pada tahun sebelumnya tidak menaglami perubahan yang tetap berjumlah 166.000 jiwa, berarti jumlah penduduk miskin mengalami tidak mengalami penurunan. Garis kemiskinan menunjukkan trend yang cenderung meningkat akibat pengaruh peningkatan nilai pengeluaran penduduk.

  Permasalahan kemiskinan bukan hanya sebesar berapa jumlah persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari tingkat kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman keparahan kemiskinan yang dialami penduduk. Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan adalah Indeks Kedalaman Kemiskinan atau Proverty Gap Index (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan atau Distributionalli Sensitive Index (P2) yang dirumuskan oleh Faster-Greer-Thorbec (FGT).

  Tabel 2.5 Banyaknya Penduduk Miskin di Perdesaan dan Perkotaan

  Rumah Tangga Miskin Tahun Total (Jiwa) Pedesaan Perkotaan

  2011 10.832 (66,65%) 5.420 (33,35%) 16.252 2012 10.996 (66,63%) 5.508 (33,37%) 16.504 2013 103.000 (62,05%) 63.000 (37,95%) 166.000 2014 103.000 (62,05%) 63.000 (37,95%) 166.000

  Sumber :BPS Biak Numfor 2015

2.3.3 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Lima Tahun Kedepan

  Jumlah penduduk pada suatu wilayah pasti berubah seiring berjalannya waktu. Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kelahiran, kematian dan migrasi. Untuk meramalkan jumlah penduduk di masa yang akan datang maka dibuatlah rumus proyeksi penduduk.

  Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk di masa yang akan datang berdasarkan asumsi perkembangan kelahiran, kematian dan migrasi. Di Indonesia data penduduk yang dipakai dan dipercaya untuk keperluan proyeksi berasal dari sensus penduduk yang diselenggarakan pada tahun yang berahir "0" dan survey antar sensus yang berakhir "5". Proyeksi ini digunakan untuk kepentingan pembangunan seperti perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang. Perencanaan pembangunan tersebut dapat berupa fasilitas pendidikan, kesehatan, perumahan, lapangan kerja dan lainnya.

  Dalam demografi, dikenal beberapa rumus untuk menghitung proyeksi penduduk, salah satunya adalah rumus proyeksi penduduk geometris. Rumus proyeksi geometris adalah sebagai berikut:

  • – 2

  12 Yendidori 27513 8414 5,55% 9.374 9.894 10.443 11.023 11.635 12.280 12.962

  6 Padaido 3.072 1.880 5,55% 2.094 2.211 2.333 2.463 2.600 2.744 2.896

  7 Aimando 5.086 2.336 5,55% 2.602 2.747 2.899 3.060 3.230 3.409 3.599

  8 Oridek 18.166 5.056 5,55% 5.633 5.945 6.275 6.624 6.991 7.379 7.789

  9 Biak Timur 12.551 7.182 5,55% 8.001 8.445 8.914 9.409 9.931 10.482 11.064

  10 Biak Kota 4.294 44.624 5,55% 49.715 52.474 55.386 58.460 61.705 65.129 68.744

  11 Samofa 23054 29610 5,55% 32.988 34.819 36.751 38.791 40.944 43.216 45.615

  13 Biak Utara 27777 7018 5,55% 7.819 8.253 8.711 9.194 9.704 10.243 10.811

  4 Poiru 7.993 1.964 5,55% 2.188 2.309 2.438 2.573 2.716 2.866 3.026

  14 Andey 27017 2512 5,55% 2.799 2.954 3.118 3.291 3.474 3.666 3.870

  15 Warsa 6837 4790 5,55% 5.336 5.633 5.945 6.275 6.623 6.991 7.379

  16 Yawosi 3963 2104 5,55% 2.344 2.474 2.611 2.756 2.909 3.071 3.241

  17 Bondifuar 12914 227 5,55% 253 267 282 297 314 331 350

  18 Biak Barat 25234 5818 5,55% 6.482 6.841 7.221 7.622 8.045 8.491 8.963

  19 Swandiwe 24276 4283 5,55% 4.772 5.036 5.316 5.611 5.922 6.251 6.598 260.199 135.831 151.327 159.725 168.590 177.947 187.823 198.247 209.250 Tahun No Distrik/Kecamatan

  

Rata-Rata

Pertumbu

han

Penduduk

  5 Bruyadori 10.173 2.024 5,55% 2.255 2.380 2.512 2.652 2.799 2.954 3.118

  3 Numfor Timur 4.954 1.370 5,55% 1.526 1.611 1.700 1.795 1.894 2.000 2.111

  Jumlah Penduduk Luas Wilayah TOTAL

  2 DI N A S P E K E R JA A N U M U M K A B U P A T E N B

  R P

  IJM B id a n g C ip ta K a ry a|

  2

  1

  8

  2

  IA K N U M F OR

  2 Orkeri 6.242 1.915 5,55% 2.133 2.252 2.377 2.509 2.648 2.795 2.950

  II

  2 P ro fi l K ab u p at e n B iak N u m fo r

  T abel

  2.

  6 Pr oyeksi Jum lah Penduduk Per D ist ri k

  2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

  1 Numfor Barat 9.083 2.704 5,55% 3.012 3.180 3.356 3.542 3.739 3.947 4.166

  • 2

Gambar 2.2 Peta Sebaran Penduduk

  2.4

2.4 Isu Strategi Sosial, Ekonomi Dan Lingkungan Isu Strategi Sosial, Ekonomi Dan Lingkungan Isu Strategi Sosial, Ekonomi Dan Lingkungan

  2.4

2.4.1 Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

  2.4.1

  2.4.1

  Pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Biak Numfor Pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Biak Numfor Pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Biak Numfor meningkat sebesar 8,89%, dengan nilai PDRB atas dasar harga berlaku meningkat sebesar 8,89%, dengan nilai PDRB atas dasar harga berlaku meningkat sebesar 8,89%, dengan nilai PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar 4,6 triliun. Data perkembangan PDRB dapat dilihat pada (ADHB) sebesar 4,6 triliun. Data perkembangan PDRB dapat dilihat pada (ADHB) sebesar 4,6 triliun. Data perkembangan PDRB dapat dilihat pada

tabel 2.7 tabel 2.7 tabel 2.7Tabel 2.7 Tabel 2.7 Tabel 2.7

  Perkembangan Ekonomi Perkembangan Ekonomi Perkembangan Ekonomi

  Perkembangan Ekonomi Perkembangan Ekonomi Perkembangan Ekonomi Tahun Tahun Tahun Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Nilai PDRB ADHB Nilai PDRB ADHB Nilai PDRB ADHB Nilai PDRB ADHK Nilai PDRB ADHK Nilai PDRB ADHK ADHK ADHK ADHK

  2011 2011 2011 2.699.166,93 2.699.166,93 2.699.166,93 2.613.050,28 2.613.050,28 2.613.050,28 4,95 4,95 4,95 2012 2012 2012 3.046.780,50 3.046.780,50 3.046.780,50 2800860,84 2800860,84 2800860,84 7,19 7,19 7,19 2013 2013 2013 3.441.610,16 3.441.610,16 3.441.610,16 2997416,67 2997416,67 2997416,67 7,02 7,02 7,02 2014 2014 2014 3.904.538,61 3.904.538,61 3.904.538,61 3155632,18 3155632,18 3155632,18 5,28 5,28 5,28 2015 2015 2015 4.606.139,24 4.606.139,24 4.606.139,24 3436078,74 3436078,74 3436078,74 8,89 8,89 8,89

  Sumber : BPS Biak Numfor 2016 Sumber : BPS Biak Numfor 2016 Sumber : BPS Biak Numfor 2016

Gambar 2.3 Grafik Perkembangan PDRB Gambar 2.3 Grafik Perkembangan PDRB Gambar 2.3 Grafik Perkembangan PDRB Dari grafik diatas terlihat PDRB Kabupaten Biak Numfor baik ADHB maupun ADHK meningkat tiap tahun. Dengan meningkatnya nilai PDRB tiap tahun menunjukan bahwa perekonomian daerah mengalami peningkatan tiap tahun.

  Dilihat dari tahun 2010-2015, pertumbuhan PDRB Biak Numfor paling tinggi terjadi pada tahun 2015. Ini menunjukan peningkatan perekonomian daerah terbaik adalah di tahun 2015. Adapun pertumbuhan PDRB Biak Numfor sebesar 8,89 persen.

  Tabel 2.8 Kontribusi Kategori Usaha terhadap PDRB

  Lapangan Usaha 2014 2015 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 23,63 21,01 Pertambangan dan Penggalian 0,82 0,83 Industri Pengolahan 3,76 3,61 Pengadaan Listrik dan Gas 0,14 0,16 Pengadaan Air Bersih 0,14 0,14 Konstruksi

  6,00 5,85 Perdagangan Besar dan Eceran 17,38 18,43 Transportasi dan Pergudangan 10,54 9,76 Penyediaan Akomodasi dan Makan 0,81 0,73 Informasi dan Komunikasi 2,97 3,06 Jasa Keuangan dan Asuransi 5,18 4,76 Real Estate

  4,90 5,16 Jasa Perusahaan 3,07 2,63 Administrasi Pemerintahan, Petahanan dan 15,23 18,64 Jaminan Sosial Jasa Pendidikan 2,66 2,51 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,67 1,65 Jasa lainnya

  1,10 1,08 PDRB 100 100

  Jika dilihat distribusi tiap kategori usaha terhadap PDRB Biak Numfor tahun 2014-2015, tampak besaran peranan kategori Pertanian, Kehutanan, Perikanan mengalami penurunan. Dimana pada tahun 2014 kontribusinya sebesar 23,63 persen, lalu ditahun 2015 turun menjadi 21,01 persen. Menurunnya kontribusi pertanian, kehutanan, perikanan ini memberikan gambaran bahwa perkembangan usaha pertanian, kehutanan, perikanan di daerah relative kurang berkembang disbanding kategori usaha lainnya. Begitupun juga dialami pada kategori transportasi, pergudangan mengalami penurunan.

  Adapun pada kategori administrasi pemerintahan, pertahanan, jaminan social wajib, dan perdagangan besar kecil reparasi kendaraan keduanya mengalami peningkatan andil dalam pembangunan ekonomi daerah. Hal ini bias dilihat dari kategori konstribusi administrasi pemerintahan naik dari 15,23 persen tahun 2014 menjadi 18,64 persen ditahun 2015. Dan pada kategori perdagangan naik dari 17,38 persen di tahun 2014 menjadi 18,43 persen di tahun 2015.

  Peningkatan andil kategori usaha administrasi pemerintahan ini merupakan suatu hal yang wajar. Kategori usaha ini mengalami peningkatan yang tinggi karena meningkatnya APBD daerah tahun 2015 yang cukup signifikan, yakni 31 persen dari tahun lalu. Pada tahun 2015 realisasi APBD Biak Numfor tercata sebesar 1,1 triliun rupiah. Nilai meningkat dari tahun 2014 sebesar 839,6 milyar rupiah.

  Pertumbuhan ekonomi kabupaten Biak Numfor dari tahun 2010 – 2015 PDRB selalu tumbuh dengan baik dimana bias dilihat dari pertumbuhan positif tiap tahun. Pada tahun 2015 pertumbuhan mencapai 8,89 persen dan lebih tinggi dibandingkan tahun 2010. Menunjukan bahwa penguatan ekonomi yang terjadi di tahun 2015 lebih tinggi dan lebih baik dari beberapa tahun sebelumnya.

Gambar 2.4 Pertumbuhan PDRB Tahun 2010 – 2015

  Sumber :BPS Biak Numfor 2016

  Bila dilihat dari tiap kategori usaha, pertambangan, penggalian konstruksi, perdagangan, informasi komunikasi, real estate, dan administrasi pemerintahan mengalami pertumbuhan jauh lebih tinggi dari pertumbuhan tahun sebelumnya. Ini menunjukan kondisi perekonomian di tahun 2015 mendorong kategori usaha tersebut untuk tumbuh lebih baik. Berbeda dengan beberapa lainnya mengalami penurunan, yaitu kategori pengadaan listrik gas, dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan negative di tahun 2015.

  Tabel 2.9 Kontribusi Kategori Usaha terhadap PDRB

  Sumber :BPS Biak Numfor 2016

  PDRB Perkapita diperoleh dengan cara membagi besaran nilai PDRB atas dasar harga berlaku suatu tahun tertentu dengan penduduk pertengahan tahun pada tahun yang sama. Jadi besar kecilnya nilai PDRB perkapita ditentukan oleh besaran PDRB dan jumlah penduduk pada suatu tahun tertentu. Adapun jumlah penduduk dan PDRB per kapita dapat dilihat pada tabel dibawah ini

  

Lapangan Usaha 2014 2015

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 3,37 4,21 Pertambangan dan Penggalian (3,11) 8,77 Industri Pengolahan 5,25 4,13 Pengadaan Listrik dan Gas 3,35 (3,76) Pengadaan Air Bersih 8,15 3,74 Konstruksi

  1,31 6,88 Perdagangan Besar dan Eceran 5,71 10,04 Transportasi dan Pergudangan 4,98 2,33 Penyediaan Akomodasi dan Makan 7,66 0,19 Informasi dan Komunikasi 4,38 8,28 Jasa Keuangan dan Asuransi 5,04 4,70 Real Estate 1,84 6,25 Jasa Perusahaan 2,15 (3,47) Administrasi Pemerintahan, Petahanan dan Jaminan Sosial

  12,13 28,49 Jasa Pendidikan 5,49 6,74 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,40 8,88 Jasa lainnya 8,68 2,31

  PDRB 5,28 8,89

2.4.2 Data Pendapatan Perkapita dan Proporsi Penduduk

  Tabel 2.10 Kontribusi Kategori Usaha terhadap PDRB

  Jumlah Penduduk PDRB Per Kapita Tahun (Jiwa) (Rpuaih per Jiwa) 2010 127.779 19.485.259,66 2011 130.089 20.748.617,74 2012 132.392 23.013.327,86 2013 135.080 25.478.310,31 2014 135.831 28.745.563,33 2015 139.171 33.096.975,98

  Sumber BPS Biak Numfor 2016

2.4.3 Data Kondisi Lingkungan Strategis

2.4.3.1 Kondisi Geologi

  Pulau Biak dan sekitarnya yang berada pada deretan pulau kecil- kecil di utara Pulau Papua terletak pada cekungan pengendapan Pratersier, yang lebih dikenal dengan nama Cekungan Irian Utara. Penyebabnya karena runtutan stratigrafi batuan di pulau ini sama dengan runtutan stratigrafi di cekungan Irian Besar. Batuan yang terdapat di Pulau Biak terdiri dari batuan Malihan dan batuan Sedimen. Untuk batuan sedimen terdiri dari batu gamping, batu lempung gampingan, batu pasir lempungan serta pasir dan lempung.

  Stratigrafi bagian barat berbeda dengan di bagian timur disebabkan oleh perubahan tektonik dan fasies pada beberapa satuan batuan. Laporan tentang geologi Pulau Biak sampai saat ini hanya berupa hasil peta geologi dan keterangan singkat yang disusun oleh Masria, dkk (P3G, 1981). Karena itu, batuan yang dikelompokkan atas dasar tata nama satuan tidak resmi dengan berdasar pada letak geografi dan perubahan fasies, maka dibagi atas 9 satuan batuan endapan batuan, yaitu dari tua ke muda: batuan malihan, batu gamping lensa, basal konglomerate, basal alkali andesit, lava, batu gamping, napal, batu lempung gampingan, dan endapan rawa serta endapan pantai.

  Pada umumnya jenis perlapisan batuan sesuai dengan arah memanjang pulau ini, yaitu di bagian barat sampai dengan timur. Batuan tertua terdiri dari batuan malihan berderajat rendah, dan berdasarkan letak dan kedudukannya batuan ini berumur Pratersier. Batuan tersebut bersama dengan batuan Auwewa terdiri dari lava basalit, tufa dan breksi yang di beberapa tempat mengandung pecahan batuan malihan dan rijang.

  Satuan batuan ini ditumpangi secara tidak selaras oleh batuan yang lebih muda. Batuan yang lebih muda diatasnya terdiri dari Korem, Wardo, dan Mokmer dimana Singkapan batuan ini terdapat di sebelah utara Bosnik di sebelah utara Korido dan di Gunung Mahekisi. Umurnya diperkirakan Oligosen awal sampai dengan Eosen.

  Satuan Wainukendi terdiri dari batu gamping hablur yang tidak mengandung fosil, pada daerah tertentu dijumpai lensa konglomerat, lapisan tipis napal dan batuan berfosil yang umurnya berkisar dari oligosen akhir sampai miosen awal. Satuan batuan ini membentuk deretan pegunungan di bagian barat laut Pulau Biak. Satuan batuan ini tersusun secara tidak selaras dengan satuan Aumewa dan ditumpangi secara selaras atau mungkin menjari dengan satuan Wafordori.

  Satuan Wafordori sebagian besar terdiri dari napal tufaan dengan sisipan batu pasir dan lensa batu gamping hablur berfosil. Fosil-fosilnya menunjukkan berumur Miosen awal. Satuan ini ditumpangi selaras dengan satuan Napisendi di bagian selatan dan barat.

  Satuan Napisendi ditumpangi secara selaras oleh satuan Korem. Korem terdiri dari napal kapuran, pasiran serta batu gamping napalan yang mengandung foraminifera kecil dan menunjukkan umur miosen akhir.

  Satuan ini tersingkap di bagian tengah Pulau Biak. Satuan Wardo yang mempunyai pelamparan di bagian baratdaya Pulau Biak mempunyai hubungan menjemari dengan satuan Korem yang terdiri dari batu gamping napalan dan pasiran.

  Berdasarkan dari kandungan fosil foram kecil umur datuan batuan ini adalah miosen akhir hingga pliosen. Kedua satuan ini menindih secara tidak selaras formasi yang lebih tua. Satuan batuan Wardo ditumpangi secara tidak selaras dengan satuan Mokmer yang terdiri dari batu gamping koral dan kapur yang mengandung foram kecil.

  Umur satuan batuan batu gamping Mokmer berkisar pada masa Pleistosen sampai Holosen, di Pulau Biak satuan ini menumpangi secara tidak selaras satuan Owewa dan satuan Wainukendi. Endapan pantai terdapat di sekeliling Pulau Biak dan Selat Sorendiweri dan terdiri dari kerikil, pasir dan lumpur.

1. Geologi Tata Lingkungan

  Disamping potensi fisik sangat perlu adanya informasi tentang keadaan fisik dan kendala akibat proses alam sendiri maupun eksternal, yaitu keadaan fisik oleh kegiatan pembangunan yang dapat menyebabkan rusaknya tata lingkungan sekitarnya. Bagi wilayah Kabupaten Biak Numfor, faktor eksternal belum begitu berperan atau kompleks.

  Namun demikian gambaran mengenai masalah fisik daerah harus diinventarisasi untuk mengetahui dan mencegah kendala fisik yang mungkin timbul pada masa yang akan datang. Struktur geologi yang ada berupa “Sesar Mendatar Mengiri Sorong” yang memotong dari daerah kepala burung Papua hingga perairan di sekitar bagian barat Kabupaten Biak Numfor dan ini merupakan sesar aktif yang sewaktu-waktu dapat bergerak dan menimbulkan goncangan (gempa bumi).

  Aspek bencana yang penting mungkin muncul adalah aspek gempa bumi dan gerakan tanah (longsor) pada daerah perbukitan. Bencana longsor diperkirakan terjadi pada daerah pedalaman Pulau Biak dan di daerah Ridge/Pematang sepanjang pantai Pulau Biak selatan bagian timur.

2. Aspek Erosi dan Sedimentasi

  Karena di sepanjang pantai Biak bagian selatan terdapat pegunungan dengan kelerengan yang cukup terjal maka bila daerah ini tidak dijaga kelestariannya (vegetasinya) maka mempunyai potensi erosi yang cukup tinggi. Sedangkan pada daerah yang lebih rendah dibawahnya mempunyai sedimentasi yang cukup tinggi.

Gambar 2.5 Peta Geologi Pulau Biak dan Sekitarnya.

2.4.3.2 Kondisi Topografi

  Kabupaten Biak Numfor memiliki keadaan topografis yang sangat bervariasi. Secara morfologi Pulau Biak dapat dibagi menjadi 4 (empat) satuan morfologi, yaitu satuan morfologi dataran, satuan morfologi bergelombang rendah sampai dengan sedang, satuan morfologi bergelombang tinggi dan satuan morfologi perbukitan kapur, untuk lebih jelasnya satuan morfologi sebagaimana pada Peta 2.6.

Gambar 2.6 PetaMorfologi Wilayah Kabupaten Biak Numfor (RTRW Kabupaten Biak Numfor 2011-2031).

  Satuan morfologi dataran berkemiringan rata-rata sebanyak banyak 2 persen yang menempati 5 persen dari luas pulau. Kondisi morfologi tersebut banyak berada di tepi pantai, dimana sebagian besarnya merupakan hutan laut di bagian selatan, yaitu di sekitar Biak Kota, Bosnik, Marauw. Daratan yang agak luas, yang lebarnya hanya 40-60 m selain itu juga daerah ini terdapat di sepanjang pantai utara Pulau Biak (Korem dan ke bagian timurnya).

  Satuan morfologi bergelombang sedang memiliki kriteria kemiringan antara 3-15 persen. Luas daerah yang memiliki kriteria ini, mencapai 20 persen dari luas Pulau Biak, dimana terbentang di bagian tengah, sebagian kecil berada di Kampung Wardo, Biak Kota, bagian timur pulau biak dan sebagian besar di bagian utara pulau biak. Pada satuan morfologi ini merupakan daerah permukiman dan perkebunan.

  Satuan morfologi bergelombang tinggi mempunyai kemiringan antara 16-25 persen. Daerah ini tidak cukup luas, lebih kurang 15 persen dari luas pulau, dimana menempati bagian timur dari Kampung Wardo bagian Utara, Kampung Yenggarbun bagian selatan, Kampung Korem bagian selatan dan bagian tengah dan barat Pulau Numfor. Daerah ini sangat jarang penduduknya dan hanya pada musim hujan saja dimanfaatkan untuk bercocok tanam.

  Satuan morfologi perbukitan dapat dibedakan dengan bagian yang berlereng landai dan yang berlereng terjal. Dareah yang landai dengan kemiringannya antara 26-45 persen. Bagian ini ada di bagian tengah, baratlaut, bagian timur dan mengelilingi Pulau Biak. Untuk jelasnya kelerengan dan kontur wilayah Kabupaten Biak Numfor dapat dilihat pada Peta 2.7.

Gambar 2.7 PetaKelerengan Wilayah Kabupaten Biak Numfor.

  (RTRW Kabupaten Biak Numfor 2011-2031).

  1. Iklim