Orang Rimba Pembatasan Budaya Terhadap K
Orang Rimba:
Pembatasan Budaya Terhadap Kecukupan Gizi dan Makanan
Marahalim Siagian
Pengantar
Umumnya masyarakat tidak mengkonsumsi makanan berdasarkan kualitas biokimia yang terdapat dalam
lingkungan hidup mereka. Makanan dibentuk secara budaya. Sesuatu yang dapat dimakan memerlukan
pengesahan budaya.
Tidak ada suatu kelompok pun, bahkan dalam suasana kelaparan yang akut, akan mempergunakan
semua zat gizi yang ada sebagai bahan makanan untuk mencukupi kebutahan atau menghidari
masyarakat tersebut dari kelaparan. Hal ini dikarenakan adanya pantangan agama, tahayul, kepercayaan
tentang kesehatan, dan suatu peristiwa yang kebetulan, dalam sejarah masyarakat tersebut. (Foster,
Anderson, 1986. p, 313).
Banyak makanan yang bergizi baik tidak boleh dimakan karena pembatasan budaya masyarakat tertentu
ya g e gkatego ika ya se agai uka
aka a . Jadi, ada dua pengertian dalam memandang
makanan yakni, sebagai nutriment (nutriment) dan makanan( food) dalam pegertian budaya. Nutrien
adalah sebuah konsep biokimia, suatu zat yang mampu memelihara dan menjaga kesehatan organisme
yang menelanya. Sedangkan makanan adalah sebuah konsep budaya, menentukan/mengesahkan bahwa
zat ini (yang terkandung dalam makanan) sesuai dengan kebutuhan gizi masyarakat tertentu.
Para ahli mengatakan, walaupun gizi buruk di dunia ini banyak disebabkan oleh kekurangan pangan yang
mutlak, masalahnya bertambah parah akibat kepercayaan budaya dan pantangan-pantangan yang sering
membatasi pemamfaatan makanan yang tersedia (Foster, Anderson, 1986. p, 322). Studi Anne Sharman
pada masyarakat Adhola, Uganda Timur, mengatakan bahwa tidak ada kepercayaan masyarakat bahwa
kekurangan makanan tertentu akan dapat menyebabkan sakit. Berbeda dengan studi Anne Sharman,
Orang Rimba mempercayai adanya kaitan negatif antara makanan dengan kesehatan yang diatur dalam
tabu makanan/pembatasan makanan, selanjutnya hal ini akan dielaborasi dalam pembahasan.
Halal VS Haram
Penyeleksian makanan paling umum dalam kebudayaan Orang Rimba adalah halal dan haram. Semua
makanan dalam kategori halal adalah sumber makanan yang terdapat dalam hutan yang hidup dengan
liar. Lia dala pe ge tia O a g Ri a adalah hopi dipia o (tidak dipelihara). Sumber-sumber
makanan itu berupa makanan yang terdapat pada sungai meliputi, berbagai ikan kecil dan besar,
berbagai jenis kerang, berbagai jenis ampibi (katak, kura-kura, lalabi-lalabi, sesembung, buaya), beberapa
jenis kadal, beberapa jenis biawak dan ular. Sedangkan sumber makanan yang terdapat di darat meliputi;
kancil, tikus, rusa, tapir, kijang, babi, macan dahan dan beruang madu. Bermacam jenis burung besar dan
kecil, berbagai jenis primata; cegaq, beruk, dan simpay.
Semua sumber makanan yang disebutkan dapat dimakan karena terdapat di hutan dan tidak dipelihara.
“e alik ya, je is aka a ya g dipeliha a da ji ak’ aik ya g e eka peliha a se di i aupu su e sumber makanan yang terdapat dalam lingkungan masyarakat Melayu (hidup di luar hutan), semuanya
haram, tidak terkecuali susu dan telur.
Page 1 of 3
Maka Uda g Me yebabka Her ia
Kepercayaan penduduk turut membatasi pilihan makanan yang tersedia di alam, kedatipun penelitian
ilmiah belum membenarkan hal tersebut. Laki-laki O a g Ri a pe aya ahwa pe yakit olu o atau
u ut he ia dapat dise a ka aki at e gko su si uda g su gai. “atu je is ika ya g juga
dipercaya menimbulkan hernia adalah ikan becat. Kedua jenis makanan ini sebenarnya cukup baik
dimanfaatkan sebagi lauk-pauk, karena udang sangat melimpah, terutama jika masyarakat tersebut
dalam masa krisis makanan.
Maka Tebu Me yebabka
I pote si
Tanaman tebu merupakan sumber gula pada Orang Rimba yang jauh dari pasar. Tebu yang bagian
ujungnya patah karena angin atau tertimpa kayu, di mana kemudian tumbuh tunas baru pada batang
te u ya g sa a dise ut ati pu uk .
Mati pucuk dalam pergertian lain adalah impotensi. Orang Rimba mempercayai mitos tentang tebu yang
ati pu uk dapat e ye a ka i pote si pada laki-laki yang mengkonsumsinya. Laki-laki ya g ati
pu uk status sosial ya e dah, iasa ya laki-laki yang mati pucuk di ejek karena tidak dapat memberikan
keturunan. Mitos ini begitu dipercaya sehingga Orang Rimba sangat takut mengkonsumsi tebu yang
rebah, dimana ujungnya patah dan ditumbuhi tunas baru.
Maka Buah Asa
Me yebaka Bada Pere pua
Me yusut
Aspek rasa ternyata dipercaya dapat mempengaruhi kondisi fisik yang mengkonsumsinya, seperti yang
dipercayai perempuan Orang Rimba. Perempuan percaya bahwa rasa asam yang terdapat pada sejumlah
jenis buah seperti, mangga, salak, embacang, dan rambuatan, dapat menurunkan berat badan. Rasa
asam ini juga dipercaya dapat menyebabkan demam (apalagi) jika dikonsumsi dalam jumlah banyak.
Dalam kosmologi Orang Rimba, mangga, salak, embacang, dan rambuatan merupakan tanaman yang
berasal dari hilir (hilir dalam pengertian Orang Rimba adalah desa Melayu). Tanaman yang berasal dari
hili dipe aya e i ulka a a a , khususnya untuk perempuan. Dengan demikian, hanya laki-laki
saja yang dapat mengkonsumsi jenis buah yang disebutkan di atas.
Pe e pua Ha il Pa ta g Maka Lou Mati !
Pantangan makananan cukup ekstensif diberlakukan pada perempuan Orang Rimba terutama pada masa
hamil dan pasca kelahiran. Namun sifat pemberlakuan pantangan ini tidak berlaku permanen.
Perempuan yang telah memasuki masa monopause akan terbebas dari semua pantangan makanan.
Walau hampir semua binatang yang dibawa dari perburuan biasanya sudah dalam kondisi mati, Orang
Rimba membuat kategori rinci terhadap binatang hasil buruan. Binatang yang mati dengan sendirinya
dala pe a gkap je at dikatego ika se agai lou
ati . Hal i i e eda de ga i ata g ya g ati
dengan cara di tombak atau ditembak.
Pantangan makanan perempuan hamil juga berlaku pada ikan yang diperoleh degan cara di-tuba (ikan
yang didapat dengan cara diracun). Louq mati dan ikan yang mati karena tuba (racun) dipercaya
menimbulkan bahaya kematian pada janin.
Page 2 of 3
Karakteristik Umum Penyakit Orang Rimba
Data pelayanan kesehatan KKI Warsi 2003-2004 kepada 257 jiwa dalam populasi 1300 jiwa, menunjukkan
hanya tiga jenis penyakit yang (diduga) berkorelasi langsung dengan pola makan Orang Rimba yakni,
diare 5,9 %, masalah gigi dan mulut 3,3 %, Anemia 1,0 %. Sementara infeksi kulit dan saluran pernapasan
merupakan kasus terbesar.
Dugaan kuat penyebab diare (19 kasus) akibat daging yang dikomsumsi setengah matang atau busuk.
Gangguan gigi mulut (10 kasus) diduga akibat pola konsumsi gula langsung pada anak-anak dan konsumsi
tembakau pada laki-laki.
Penutup
Pengukuran gizi akan menambah informasi kesehatan tentang Orang Rimba. Pengukuran dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain dengan klasifikasi berat badan (IOTF< WHO 2000).
Orang Rimba menyeleksi makanan secara budaya melalui mitos dan kepercayaan; makanan halal Vs
Haram, pantangan makan udang, pantangan makan tebu, pantangan makan buah asam, dan pantangan
makan louq mati pada perempuan hamil .
Page 3 of 3
Pembatasan Budaya Terhadap Kecukupan Gizi dan Makanan
Marahalim Siagian
Pengantar
Umumnya masyarakat tidak mengkonsumsi makanan berdasarkan kualitas biokimia yang terdapat dalam
lingkungan hidup mereka. Makanan dibentuk secara budaya. Sesuatu yang dapat dimakan memerlukan
pengesahan budaya.
Tidak ada suatu kelompok pun, bahkan dalam suasana kelaparan yang akut, akan mempergunakan
semua zat gizi yang ada sebagai bahan makanan untuk mencukupi kebutahan atau menghidari
masyarakat tersebut dari kelaparan. Hal ini dikarenakan adanya pantangan agama, tahayul, kepercayaan
tentang kesehatan, dan suatu peristiwa yang kebetulan, dalam sejarah masyarakat tersebut. (Foster,
Anderson, 1986. p, 313).
Banyak makanan yang bergizi baik tidak boleh dimakan karena pembatasan budaya masyarakat tertentu
ya g e gkatego ika ya se agai uka
aka a . Jadi, ada dua pengertian dalam memandang
makanan yakni, sebagai nutriment (nutriment) dan makanan( food) dalam pegertian budaya. Nutrien
adalah sebuah konsep biokimia, suatu zat yang mampu memelihara dan menjaga kesehatan organisme
yang menelanya. Sedangkan makanan adalah sebuah konsep budaya, menentukan/mengesahkan bahwa
zat ini (yang terkandung dalam makanan) sesuai dengan kebutuhan gizi masyarakat tertentu.
Para ahli mengatakan, walaupun gizi buruk di dunia ini banyak disebabkan oleh kekurangan pangan yang
mutlak, masalahnya bertambah parah akibat kepercayaan budaya dan pantangan-pantangan yang sering
membatasi pemamfaatan makanan yang tersedia (Foster, Anderson, 1986. p, 322). Studi Anne Sharman
pada masyarakat Adhola, Uganda Timur, mengatakan bahwa tidak ada kepercayaan masyarakat bahwa
kekurangan makanan tertentu akan dapat menyebabkan sakit. Berbeda dengan studi Anne Sharman,
Orang Rimba mempercayai adanya kaitan negatif antara makanan dengan kesehatan yang diatur dalam
tabu makanan/pembatasan makanan, selanjutnya hal ini akan dielaborasi dalam pembahasan.
Halal VS Haram
Penyeleksian makanan paling umum dalam kebudayaan Orang Rimba adalah halal dan haram. Semua
makanan dalam kategori halal adalah sumber makanan yang terdapat dalam hutan yang hidup dengan
liar. Lia dala pe ge tia O a g Ri a adalah hopi dipia o (tidak dipelihara). Sumber-sumber
makanan itu berupa makanan yang terdapat pada sungai meliputi, berbagai ikan kecil dan besar,
berbagai jenis kerang, berbagai jenis ampibi (katak, kura-kura, lalabi-lalabi, sesembung, buaya), beberapa
jenis kadal, beberapa jenis biawak dan ular. Sedangkan sumber makanan yang terdapat di darat meliputi;
kancil, tikus, rusa, tapir, kijang, babi, macan dahan dan beruang madu. Bermacam jenis burung besar dan
kecil, berbagai jenis primata; cegaq, beruk, dan simpay.
Semua sumber makanan yang disebutkan dapat dimakan karena terdapat di hutan dan tidak dipelihara.
“e alik ya, je is aka a ya g dipeliha a da ji ak’ aik ya g e eka peliha a se di i aupu su e sumber makanan yang terdapat dalam lingkungan masyarakat Melayu (hidup di luar hutan), semuanya
haram, tidak terkecuali susu dan telur.
Page 1 of 3
Maka Uda g Me yebabka Her ia
Kepercayaan penduduk turut membatasi pilihan makanan yang tersedia di alam, kedatipun penelitian
ilmiah belum membenarkan hal tersebut. Laki-laki O a g Ri a pe aya ahwa pe yakit olu o atau
u ut he ia dapat dise a ka aki at e gko su si uda g su gai. “atu je is ika ya g juga
dipercaya menimbulkan hernia adalah ikan becat. Kedua jenis makanan ini sebenarnya cukup baik
dimanfaatkan sebagi lauk-pauk, karena udang sangat melimpah, terutama jika masyarakat tersebut
dalam masa krisis makanan.
Maka Tebu Me yebabka
I pote si
Tanaman tebu merupakan sumber gula pada Orang Rimba yang jauh dari pasar. Tebu yang bagian
ujungnya patah karena angin atau tertimpa kayu, di mana kemudian tumbuh tunas baru pada batang
te u ya g sa a dise ut ati pu uk .
Mati pucuk dalam pergertian lain adalah impotensi. Orang Rimba mempercayai mitos tentang tebu yang
ati pu uk dapat e ye a ka i pote si pada laki-laki yang mengkonsumsinya. Laki-laki ya g ati
pu uk status sosial ya e dah, iasa ya laki-laki yang mati pucuk di ejek karena tidak dapat memberikan
keturunan. Mitos ini begitu dipercaya sehingga Orang Rimba sangat takut mengkonsumsi tebu yang
rebah, dimana ujungnya patah dan ditumbuhi tunas baru.
Maka Buah Asa
Me yebaka Bada Pere pua
Me yusut
Aspek rasa ternyata dipercaya dapat mempengaruhi kondisi fisik yang mengkonsumsinya, seperti yang
dipercayai perempuan Orang Rimba. Perempuan percaya bahwa rasa asam yang terdapat pada sejumlah
jenis buah seperti, mangga, salak, embacang, dan rambuatan, dapat menurunkan berat badan. Rasa
asam ini juga dipercaya dapat menyebabkan demam (apalagi) jika dikonsumsi dalam jumlah banyak.
Dalam kosmologi Orang Rimba, mangga, salak, embacang, dan rambuatan merupakan tanaman yang
berasal dari hilir (hilir dalam pengertian Orang Rimba adalah desa Melayu). Tanaman yang berasal dari
hili dipe aya e i ulka a a a , khususnya untuk perempuan. Dengan demikian, hanya laki-laki
saja yang dapat mengkonsumsi jenis buah yang disebutkan di atas.
Pe e pua Ha il Pa ta g Maka Lou Mati !
Pantangan makananan cukup ekstensif diberlakukan pada perempuan Orang Rimba terutama pada masa
hamil dan pasca kelahiran. Namun sifat pemberlakuan pantangan ini tidak berlaku permanen.
Perempuan yang telah memasuki masa monopause akan terbebas dari semua pantangan makanan.
Walau hampir semua binatang yang dibawa dari perburuan biasanya sudah dalam kondisi mati, Orang
Rimba membuat kategori rinci terhadap binatang hasil buruan. Binatang yang mati dengan sendirinya
dala pe a gkap je at dikatego ika se agai lou
ati . Hal i i e eda de ga i ata g ya g ati
dengan cara di tombak atau ditembak.
Pantangan makanan perempuan hamil juga berlaku pada ikan yang diperoleh degan cara di-tuba (ikan
yang didapat dengan cara diracun). Louq mati dan ikan yang mati karena tuba (racun) dipercaya
menimbulkan bahaya kematian pada janin.
Page 2 of 3
Karakteristik Umum Penyakit Orang Rimba
Data pelayanan kesehatan KKI Warsi 2003-2004 kepada 257 jiwa dalam populasi 1300 jiwa, menunjukkan
hanya tiga jenis penyakit yang (diduga) berkorelasi langsung dengan pola makan Orang Rimba yakni,
diare 5,9 %, masalah gigi dan mulut 3,3 %, Anemia 1,0 %. Sementara infeksi kulit dan saluran pernapasan
merupakan kasus terbesar.
Dugaan kuat penyebab diare (19 kasus) akibat daging yang dikomsumsi setengah matang atau busuk.
Gangguan gigi mulut (10 kasus) diduga akibat pola konsumsi gula langsung pada anak-anak dan konsumsi
tembakau pada laki-laki.
Penutup
Pengukuran gizi akan menambah informasi kesehatan tentang Orang Rimba. Pengukuran dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain dengan klasifikasi berat badan (IOTF< WHO 2000).
Orang Rimba menyeleksi makanan secara budaya melalui mitos dan kepercayaan; makanan halal Vs
Haram, pantangan makan udang, pantangan makan tebu, pantangan makan buah asam, dan pantangan
makan louq mati pada perempuan hamil .
Page 3 of 3