DAMPAK FISIK DAN DAMPAK EKONOMI TERHADAP
DAMPAK FISIK DAN DAMPAK EKONOMI
TERHADAP PENGEMBANGAN PARIWISATA
PULAU SERANGAN
OLEH :
I GUSTI AYU PRADNYA PARAMITHA
12.02.01.1239
I KETUT ALIT SURYANTARA
12.02.01.1242
I PUTU SIDIK KARYA
12.02.01.1255
I DEWA GEDE KOMPYANG SAPUTRA
12.02.01.1210
MADE WIJA PRADIPTA
12.02.01.1268
I MADE DEBY MARANTIKA
12.02.01.1280
GST NGURAH PT INDRA DWIPA W
12.02.01.1196
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
2013/2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan pariwisata di Indonesia mengalami dinamika perjalanan yang menarik
bagi pembangunan bangsa. Hal ini tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi.
Dalam kurun waktu delapan tahun terakhir atau sejak bergulirnya arus demokrasi yang
menyuarakan reformasi, faktor yang paling dominan mempengaruhi adalah faktor keamanan.
Walaupun demikian, tentunya faktor lain seperti ekonomi global, politik baik dalam negeri
maupun internasional, serta terjadinya fluktuasi nilai tukar mata uang juga ikut
mempengaruhi kondisi pariwisata Indonesia.
Pada awal perkembangannya, pariwisata belum mendapat perhatian yang terlalu
besar, perkembangan kepariwisataan merupakan suatu kebijakan alternatif bagi bebapa
negara berkembang untuk membantu perkembangan ekonomi. Cristie Mill ( 1985)
memberikan beberapa argumen tentang pentingnya peranan dan pengembangan pariwisata
diantaranya, pertama;permintaan atas perjalanan dunia internasional terus berkembang di
negara-negara maju. Kedua; dengan meningkatnya pendapatan masyarakat di negara-negara
maju berarti akan mendorong peningkatan permintaan untuk melakukan perjalanan rata- rata
meningkat. Ketiga; Negara-negara berkembang membutuhkan hasil dari pertukaran mata
uang untuk membantu perkembangan ekonomi mereka, untuk memuaskan harapan-harapan
yang muncul dari meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk.
Dalam kaitannya dengan dampak dari pariwisata terutama dari persepktif
perencanaan di Bali, penulis sangat tertarik untuk mengupas permasalahan dampak fisik,
ekonomi, dan sosial budaya masyarakat di Bali khususnya masyarakat yang berada di Desa
Serangan.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis merumuskan
permasalahan yang terkait, sebagai berikut :
1. Dampak fisik, ekonomi dan sosial budaya yang bagaimana yang ditimbulkan oleh
adanya pengembangan pariwisata di desa Serangan?
2. Sejauh mana dampak tersebut mempengaruhi kehidupan masyarakat desa Serangan,
baik masyarakat yang berhubungan langsung maupun tidak secara langsung dengan
kegiatan pariwisata
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Dampak Pariwisata terhadap Kehidupan Masyarakat Desa Serangan
Bali yang seakan menjadi barometer pariwisata Indonesia tidak pernah luput dari
dinamika sebagai bagian yang harus dihadapi sebagai kenyataan. Pada awal tahun tujuh
puluhan, dimana awal mula digencarkannya kegiatan kepariwisataan di Bali memang belum
merasakan apa yang akan terjadi, tetapi sudah bisa membayangkan bahwa pada tahun tujuh
puluhan kepedulian masyarakat yang dengan sangat terbatasnya sumber daya saat itu, mulai
menoleh kedepan apa yang harus diantisipasi, sehingga munculah apa yang dikenal sebagai
Sceto Plan yang awalnya ingin menempatkan atau memposisikan pariwisata Bali dengan
antisipasi yang baik terhadap beberapa dampak yang memungkinkan terjadi di masa
mendatang.
2.2. Dampak Fisik Perkembangan Pariwisata Terhadap Desa Serangan
Desa Serangan sebagai salah satu obyek pariwisata di Bali tak luput dari perhatian
banyak pihak terutama yang berniat untuk mengembangkan pariwisata dengan melihat
potensi yang dimiliki desa serangan. Jika dilihat secara fisik, sebelum adanya proyek
pengembangan pulau Serangan, luas keseluruhan pulau serangan adalah seluas 112 hektar.
Sejak adanya proyek pengembangan pulau Serangan oleh PT. Bali Turtle Island Development
( BTID) maka ada perubahan yang sangat jelas yang terjadi pada bentuk pulau Serangan
tersebut Hal ini disebabkan adanya penambahan luas daratan melalui reklamasi sebanyak 379
hektar sehingga luas seluruhnya setelah direklamasi enjadi 491 hektar ( Lemlit Unud, 1995). .
Proyek yang dibangun dengan mega proyek dan investasi yang menelan biaya ratusan
milyard tersebut telah merubah wajah pulau kecil tersebut dengan cara mereklamasi pantai di
sebelah timur, selatan, barat daya, dan sebagian di utara pulau Serangan.
Sebelum adanya proyek tersebut, Pulau Serangan dengan jelas masih terpisah dari
pulau Bali. Sedangkan sejak adanya pengembangan, maka pulau Serangan telah betul-betul
terhubung menjadi satu dengan pulau Bali. Maka Secara fisik tidak hanya pulau Serangan
yang mengalami perubahan, akan tetapi juga pulau Bali itu sendiri. Dari sisi dampak positif,
maka hal ini nampak sangat positif, karena masyarakat desa setempat menjadi lebih mudah
dalam melakukan kegiatan kepariwisataan atau kegiatan ekonomi lainnya melalui
transportasi darat dimana waktu tempuh menuju daratan pulau Bali akan lebih cepat dan lebih
mudah.
Disamping dari sisi transportasi, dampak fisik dari pengembangan pulau Serangan
adalah juga memberikan peluang kepada penduduk untuk memperluas areal pemukiman
,memperluas prasarana pariwisata, memperluas areal lahan pariwisata, pelestarian benda
cagar budaya dan memperluas pembangunan sarana keagamaan. Oleh karena pantai disekitar
pulau Serangan adalah pantai yang pasang surut, maka pengurukan atau reklamasi pantai
serangan yang dilakukan secara besar-besaran memberikan manfaat positif terhadap
perluasan tempat tinggal. Hal ini terlihat dari dipindahkannya 23 KK penduduk yang berada
di bagian selatan pulau Serangan selanjutnya menempati wilayah reklamasi di Banjar Dukuh
dan Banjar Kawan. Demikian juga pada pembangunan prasarana pemerintahan khususnya
3
tempat pembangunan Kantor Kepala Desa di Banjar Tengah, dengan pembangunan tersebut
menyebabkan lahan pembangunan kantor Kepala Desa tersebut menjadi sangat layak dan
lebih baik dari sebelumnya. Dilihat dari kepentingan pariwisata, sejak diadakannya reklamasi
secara fisik di pulau Serangan telah memberikan peluang yang lebih luas dan nyaman untuk
kegiatan pariwisata seperti untuk memancing, menyaksikan pelestarian penyu serta kegiatan
wisata lainnya. Wayan Artana, salah seorang warga desa Serangan mengatakan bahwa dengan
adanya pembangunan jalan yang menghubungkan Baypass Ngurah Rai dan pulau Serangan,
kunjungan wisatawan nampak lebih banyak karena transport yang menuju desa Serangan
lebih mudah dibandingkan dengan sebelum adanya pengembangan pembangunan prasarana
pariwisata tersebut. Demikian juga dampaknya terhadap prasarana keagamaaan, dimana
pengembangan pembangunan pulau Serangan memberi kontribusi positif terhadap prasana
peribadatan berupa perluasan lahan parker untuk persembahyangan, perluasan lahan untuk
antre bagai pada pemedek yang akan melaksanakan persembahyangan pada saat piodalan.
Dengan semakin luasnya wilayah pulau Serangan maka secra positif bagi penduduk
setempat merasa lebih nyaman untuk tinggal dan tidak merasa was-was dari kemungkinan
terjadi bencana yang berasal dari laut. Daratan yang membentang luas seperti gurun yang
masih kosong tanpa ada bangunan fisik mengisyaratkan bahwa perluasan pulau serangan
akan memberikan peluang bagi pembangunan dimasa men datang, termasuk pembangunan
dan pengembangan pariwisata.
Selain dampak positif, dampak negatif yang ditimbulkan secara fisik dari
pengembangan pulau Serangan juga bisa terlihat jelas yaitu terjadinya perubahan alur ombak
laut pada pesisir pantai dikawasan selatan. Kalau mulanya atau sebelum pengembangan,
ombak laut bisa meliuk melalui sela antara pulau Serangan dengan pulau Bali, maka sekarang
tidak lagi, sehingga ombak laut berubah alur. Dengan perubahan ini, berakibat pada sisi-sisi
daerah pesisir pantai lainnya terutama yang berjarak antara 1 sampai 10 mil laut dari pulau
serangan. Secara jelas dapat dilihat adalah terjadinya kerusakan pada daerah pantai sekitar
Sanur, bahkan sampai ke Padang Galak. Disamping itu juga terjadi dampak terhadap biota
laut di sekitar pulau Serangan sebagai akibat menurunnya pasokan aliran air laut yang
biasanya menggenangi secara normal terhadap biota laut tersebut.
2.3. Dampak Perkembangan Pariwisata terhadap Ekonomi Masyarakat Desa Serangan.
Dari sisi ekonomi dapat di lihat beberapa contoh positif dari dampak pengembangan
pariwisata di desa Serangan, diantaranya; kehidupan masyarakat desa Serangan menjadi
semakin maju karena akses munuju wilayah perkotaan menjadi semakin lancar dan biaya
yang ditimbulkan semakin murah. Dengan kondisi yang demikian maka kegiatan ekonomi
masyarakat desa Serangan menjadi sangat lancar terutama dalam hal menyalurkan hasil-hasil
produksi masyarakat desa. Beberapa dampak positif terhadap kegiatan ekonomi masyarakat
adalah adanya bermunculan café-café yang saat ini mencapai 25 buah adanya kegiatan
pelestarian penyu yang secara ekonomis menghasilkan penangkaran ratusan penyu,
sebagaimana yang dilakukan oleh Wayan Artana Disamping konservasi, penyu-penyu yang
ditangkar juga sering digunakan untuk kebutuhan upacara agam baik bagi masyarakat
Serangan sendiri maupun masyarakat dari luar desa Serangan. Dengan adanya usaha tersebut
maka secara langsung dapat meningkatkan ekonomi masyarakat desa di pulau Serangan.
Selain, kegiatan ekonomi yang telah disebut diatas, di pulau serangan saat ini juga ada
pembudi dayaan rumput laut, kegiatan nelayan yang kesemuanya dapat dengan lebih mudah
dipasarkan ke luar wilayah pulau Serangan. Sisi ekonomi lainnya dari pengaruh
pengembangan pulau Serangan adalah adanya pemasukan keuangan sebagai kas desa.
4
Pemasukan keuangan terutama berasal dari dana karcis masuk yang dikenakan kepada setiap
orang yang memasuki pulau Serangan. Pemasukan dari karcis masuk tersebut cukup besar,
dimana dananya digunakan untuk menunjang pembangunan desa dan keperluan pemeliharaan
sarana-dan prasarana peribadatan yang ada di desa Serangan.
Dari peningkatan ekonomi masyarakat desa Serangan berakibat pada meningkatnya
kesadaran dan kemampuan masyarakat Bali untuk melakukan kegiatan keagamaan. Secara
komunal bisa dilihat dengan semakin semaraknya masyarakat untuk melakukan kegiatan
keagamaan yang bahkan bisa melakukan kegiatan tersebut hingga pada tingkat utama.
Disamping itu juga bisa dilihat dari semakin trampilnya masyarakat desa Serangan dalam
bidang penguasaan bahasa internasional, komunikasi internasional, melakukan bisnis pada
tingkat internasional, serta melakukan pertukaran budaya di tingkat internasional
Beberapa contoh diatas telah cukup memberi gambaran yang positif terhadap dampak
positif yang ditimbulkan oleh perkembangan pariwisata di desa Serangan.. Dengan demikian,
tidak bisa dipungkiri bahwa pariwisata dapat memberikan nilai ekonomi yang sangat besar
kepada masyarakat desa Serangan. Dengan semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisata
ke Bali, maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat desa Serangan,
dan pasti semakin besar pula keuntunagn ekonomi yang di raih oleh masyarakat desa
tersebut.
2.4. Dampak Sosial Budaya Pengembangan Pariwisata terhadap Masyarakat Desa
Serangan
Selain dampak fisik, ekonomi yang telah dipaparkan diatas, maka tidak dapat
dihindarkan pula adanya dampak sosial budaya yang timbul sebagai akibat pengembangan
obyek wisata pulau Serangan . Jika dilihat desa Serangan sebelum dikembangan sebagaimana
telah diuraikan di atas, maka nampak seperti terisolir oleh batasan laut. Hal ini sangat
mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat setempat. Setelah adanya pengembangan maka
banyak dampak yang secara sosial budaya baik positif maupun negatif yang muncul.
Secara negatif, dengan kondisi seperti sekarang maka beberapa dari masyarakat desa
Serangan merasa terangkat secara ekonomi, maka trend kehidupan glamour juga mengikuti.
Sebagai contoh, banyak bisa dilihat anggota masyarakat yang menggunakan aksesoris yang
secara sisial budaya tidak mencerminkan keaslian dari masyarakat setempat. Adanya
peningkatan arogansi komunal yang dicerminkan dengan pemungutan biaya masuk melalui
pintu masuk desa Serangan terhadap masyaratkan yang berasal dari luar desa Serangan.
Pengenaan biaya masuk ini di satu pihak berdampak positif sebagaimana diuraikan di atas,
tetapi dipihak lain seakan-akan merasa terlalu komersial, padahal wilayah desa Serangan juga
merupakan wilayah Bali secara utuh. Hal ini nampak kurang memperhatikan pertimbangan
sosial, karena untuk masuk ke pulau Serangan setiap orang dianggap sebagai wisatawan,
tidak dibedakan seseorang sebagai wisatawan dan sebagai masyarakat Bali. Semestinya
karcis masuk tersebut dilakukan pemilahan biaya karcis dimana masyarakat Bali tidak
semestinya dikenakan karcis sebagaimana yang berlakum saat ini. Dari sisi ini terlihat nuansa
pengembangan pulau Serangan memiliki kesan negatif bagi masyarakat Bali sendiri.
Secara positif, masyarakat desa serangan menjadi lebih maju. Hal ini bisa dibuktikan
dengan telah mulai adanya sejumlah masyarakat yang termotivasi untuk menyekolahkan
anaknya ke jenjang sarjana bahkan belakangan sampai jenjang pasca sarjana. Nilai sosial
budaya yang muncul dari perkembangan obyek wisata serangan adalah sebagai pemicu
5
masyarakat ingin bergerak lebih maju. Contoh lain dari sisi sosial budaya yang secara positif
dari hal ini adalah bahwa masyarakat desa serangan telah tergerak secara positif untuk ikut
bersaing di dunia yang semakin moderen. Budaya masyarakat yang awalnya mengandalkan
hasil dari potensi laut telah berubah pada beberapa potensi lainnya seperti pengoptimalan
sarana-sarana kegiatan olah raga laut (water sport) dan kegiatan ekonomi perdagangan
lainnya.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan .
Pertama, Perkembangan dan pembangunan pariwisata merupakan industri yang dalam
kegiatannya menimbulkan dampak baik positif maupun negatif. Dampak yang ditimbulkan
berupa dampak fisik atau lebih dikenal dengan dampak lingkungan, dampak ekonomi, dan
dampak sosial budaya.
Kedua, Dalam kaitannya dengan dampak tersebut, desa Serangan sebagai salah satu
obyek wisata yang sempat dikembangkan merasakan adanya dampak-dampak yang secara
nyata mempengaruhi kehidupan masyarakat desa setempat. Secara fisik, adanya perubahan
bentuk pulau serangan, adanya dampak terhadap biota di sekitar dan pesisir laut di Serangan,
terjadinya perubahan ekonomi sejak adanya proyek pengembangan pulau Serangan, dan
terjadinya beberapa perubahan sosial budaya yang dipengaruhi adanya pengembangan desa
atau pulau Serangan.
Ketiga, Untuk menanggulangi atau meminimalkan dampak negatif daripada suatu
perkembangan pembangunan pariwisata hendaknya perlu diperhatikan suatu perencanaan
yang matang. Perencanaan dimulai dari tahapan yang terstruktur yaitu analisis perencanaan
sampai terakhir pada monitoring dan evaluasi perencanaan yang digunakan dalam
pembangunan pariwisata. Dengan perencanaan yang baik, maka niscaya tujuan perencanaan
akan dapat terlaksana dan pembangunan pariwisata akan sangat dirasakan secara baik oleh
semua lapisan masyarakat.
7
DAFTAR PUSTAKA
Adhika, 2004. Materi Kuliah Perencaan Pariwisata. Kajian Pariwisata Unud
Gartner, Rcichard.1996. Tourism Development. International Thomson Publishing
Pendit,S. Nyoman. 2003. Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana. PT Percetakan Penebar
Swadaya,Jakarta
Pendit,S Nyoman .1999. Wisata Konvensi, Potensi Gede Bisnis Besar. PT Gramedia Pustaka
Utama,Jakarta
Spillane,J James. 1990. Ekonomi Pariwisata, Sejarah Dan Prospeknya.Kanisius,Yogyakarta
Wahab,Salah. 1997. Pemasaran Pariwisata. PT Pradnya Paramita, Jakarta.
8
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................
2
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Dampak Pariwisata terhadap Kehidupan Masyarakat Desa Serangan............................
3
2.2 Dampak Fisik Perkembangan Pariwisata terhadap Desa Serangan.................................
3
2.3 Dampak Perkembangan Pariwisata terhadap Ekonomi Masyarakat Desa Serangan.......
4
2.4 Dampak Sosial Budaya Pengembangan Pariwisata terhadap Masyarakat Desa Serangan. 4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 8
9
TERHADAP PENGEMBANGAN PARIWISATA
PULAU SERANGAN
OLEH :
I GUSTI AYU PRADNYA PARAMITHA
12.02.01.1239
I KETUT ALIT SURYANTARA
12.02.01.1242
I PUTU SIDIK KARYA
12.02.01.1255
I DEWA GEDE KOMPYANG SAPUTRA
12.02.01.1210
MADE WIJA PRADIPTA
12.02.01.1268
I MADE DEBY MARANTIKA
12.02.01.1280
GST NGURAH PT INDRA DWIPA W
12.02.01.1196
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
2013/2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan pariwisata di Indonesia mengalami dinamika perjalanan yang menarik
bagi pembangunan bangsa. Hal ini tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi.
Dalam kurun waktu delapan tahun terakhir atau sejak bergulirnya arus demokrasi yang
menyuarakan reformasi, faktor yang paling dominan mempengaruhi adalah faktor keamanan.
Walaupun demikian, tentunya faktor lain seperti ekonomi global, politik baik dalam negeri
maupun internasional, serta terjadinya fluktuasi nilai tukar mata uang juga ikut
mempengaruhi kondisi pariwisata Indonesia.
Pada awal perkembangannya, pariwisata belum mendapat perhatian yang terlalu
besar, perkembangan kepariwisataan merupakan suatu kebijakan alternatif bagi bebapa
negara berkembang untuk membantu perkembangan ekonomi. Cristie Mill ( 1985)
memberikan beberapa argumen tentang pentingnya peranan dan pengembangan pariwisata
diantaranya, pertama;permintaan atas perjalanan dunia internasional terus berkembang di
negara-negara maju. Kedua; dengan meningkatnya pendapatan masyarakat di negara-negara
maju berarti akan mendorong peningkatan permintaan untuk melakukan perjalanan rata- rata
meningkat. Ketiga; Negara-negara berkembang membutuhkan hasil dari pertukaran mata
uang untuk membantu perkembangan ekonomi mereka, untuk memuaskan harapan-harapan
yang muncul dari meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk.
Dalam kaitannya dengan dampak dari pariwisata terutama dari persepktif
perencanaan di Bali, penulis sangat tertarik untuk mengupas permasalahan dampak fisik,
ekonomi, dan sosial budaya masyarakat di Bali khususnya masyarakat yang berada di Desa
Serangan.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis merumuskan
permasalahan yang terkait, sebagai berikut :
1. Dampak fisik, ekonomi dan sosial budaya yang bagaimana yang ditimbulkan oleh
adanya pengembangan pariwisata di desa Serangan?
2. Sejauh mana dampak tersebut mempengaruhi kehidupan masyarakat desa Serangan,
baik masyarakat yang berhubungan langsung maupun tidak secara langsung dengan
kegiatan pariwisata
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Dampak Pariwisata terhadap Kehidupan Masyarakat Desa Serangan
Bali yang seakan menjadi barometer pariwisata Indonesia tidak pernah luput dari
dinamika sebagai bagian yang harus dihadapi sebagai kenyataan. Pada awal tahun tujuh
puluhan, dimana awal mula digencarkannya kegiatan kepariwisataan di Bali memang belum
merasakan apa yang akan terjadi, tetapi sudah bisa membayangkan bahwa pada tahun tujuh
puluhan kepedulian masyarakat yang dengan sangat terbatasnya sumber daya saat itu, mulai
menoleh kedepan apa yang harus diantisipasi, sehingga munculah apa yang dikenal sebagai
Sceto Plan yang awalnya ingin menempatkan atau memposisikan pariwisata Bali dengan
antisipasi yang baik terhadap beberapa dampak yang memungkinkan terjadi di masa
mendatang.
2.2. Dampak Fisik Perkembangan Pariwisata Terhadap Desa Serangan
Desa Serangan sebagai salah satu obyek pariwisata di Bali tak luput dari perhatian
banyak pihak terutama yang berniat untuk mengembangkan pariwisata dengan melihat
potensi yang dimiliki desa serangan. Jika dilihat secara fisik, sebelum adanya proyek
pengembangan pulau Serangan, luas keseluruhan pulau serangan adalah seluas 112 hektar.
Sejak adanya proyek pengembangan pulau Serangan oleh PT. Bali Turtle Island Development
( BTID) maka ada perubahan yang sangat jelas yang terjadi pada bentuk pulau Serangan
tersebut Hal ini disebabkan adanya penambahan luas daratan melalui reklamasi sebanyak 379
hektar sehingga luas seluruhnya setelah direklamasi enjadi 491 hektar ( Lemlit Unud, 1995). .
Proyek yang dibangun dengan mega proyek dan investasi yang menelan biaya ratusan
milyard tersebut telah merubah wajah pulau kecil tersebut dengan cara mereklamasi pantai di
sebelah timur, selatan, barat daya, dan sebagian di utara pulau Serangan.
Sebelum adanya proyek tersebut, Pulau Serangan dengan jelas masih terpisah dari
pulau Bali. Sedangkan sejak adanya pengembangan, maka pulau Serangan telah betul-betul
terhubung menjadi satu dengan pulau Bali. Maka Secara fisik tidak hanya pulau Serangan
yang mengalami perubahan, akan tetapi juga pulau Bali itu sendiri. Dari sisi dampak positif,
maka hal ini nampak sangat positif, karena masyarakat desa setempat menjadi lebih mudah
dalam melakukan kegiatan kepariwisataan atau kegiatan ekonomi lainnya melalui
transportasi darat dimana waktu tempuh menuju daratan pulau Bali akan lebih cepat dan lebih
mudah.
Disamping dari sisi transportasi, dampak fisik dari pengembangan pulau Serangan
adalah juga memberikan peluang kepada penduduk untuk memperluas areal pemukiman
,memperluas prasarana pariwisata, memperluas areal lahan pariwisata, pelestarian benda
cagar budaya dan memperluas pembangunan sarana keagamaan. Oleh karena pantai disekitar
pulau Serangan adalah pantai yang pasang surut, maka pengurukan atau reklamasi pantai
serangan yang dilakukan secara besar-besaran memberikan manfaat positif terhadap
perluasan tempat tinggal. Hal ini terlihat dari dipindahkannya 23 KK penduduk yang berada
di bagian selatan pulau Serangan selanjutnya menempati wilayah reklamasi di Banjar Dukuh
dan Banjar Kawan. Demikian juga pada pembangunan prasarana pemerintahan khususnya
3
tempat pembangunan Kantor Kepala Desa di Banjar Tengah, dengan pembangunan tersebut
menyebabkan lahan pembangunan kantor Kepala Desa tersebut menjadi sangat layak dan
lebih baik dari sebelumnya. Dilihat dari kepentingan pariwisata, sejak diadakannya reklamasi
secara fisik di pulau Serangan telah memberikan peluang yang lebih luas dan nyaman untuk
kegiatan pariwisata seperti untuk memancing, menyaksikan pelestarian penyu serta kegiatan
wisata lainnya. Wayan Artana, salah seorang warga desa Serangan mengatakan bahwa dengan
adanya pembangunan jalan yang menghubungkan Baypass Ngurah Rai dan pulau Serangan,
kunjungan wisatawan nampak lebih banyak karena transport yang menuju desa Serangan
lebih mudah dibandingkan dengan sebelum adanya pengembangan pembangunan prasarana
pariwisata tersebut. Demikian juga dampaknya terhadap prasarana keagamaaan, dimana
pengembangan pembangunan pulau Serangan memberi kontribusi positif terhadap prasana
peribadatan berupa perluasan lahan parker untuk persembahyangan, perluasan lahan untuk
antre bagai pada pemedek yang akan melaksanakan persembahyangan pada saat piodalan.
Dengan semakin luasnya wilayah pulau Serangan maka secra positif bagi penduduk
setempat merasa lebih nyaman untuk tinggal dan tidak merasa was-was dari kemungkinan
terjadi bencana yang berasal dari laut. Daratan yang membentang luas seperti gurun yang
masih kosong tanpa ada bangunan fisik mengisyaratkan bahwa perluasan pulau serangan
akan memberikan peluang bagi pembangunan dimasa men datang, termasuk pembangunan
dan pengembangan pariwisata.
Selain dampak positif, dampak negatif yang ditimbulkan secara fisik dari
pengembangan pulau Serangan juga bisa terlihat jelas yaitu terjadinya perubahan alur ombak
laut pada pesisir pantai dikawasan selatan. Kalau mulanya atau sebelum pengembangan,
ombak laut bisa meliuk melalui sela antara pulau Serangan dengan pulau Bali, maka sekarang
tidak lagi, sehingga ombak laut berubah alur. Dengan perubahan ini, berakibat pada sisi-sisi
daerah pesisir pantai lainnya terutama yang berjarak antara 1 sampai 10 mil laut dari pulau
serangan. Secara jelas dapat dilihat adalah terjadinya kerusakan pada daerah pantai sekitar
Sanur, bahkan sampai ke Padang Galak. Disamping itu juga terjadi dampak terhadap biota
laut di sekitar pulau Serangan sebagai akibat menurunnya pasokan aliran air laut yang
biasanya menggenangi secara normal terhadap biota laut tersebut.
2.3. Dampak Perkembangan Pariwisata terhadap Ekonomi Masyarakat Desa Serangan.
Dari sisi ekonomi dapat di lihat beberapa contoh positif dari dampak pengembangan
pariwisata di desa Serangan, diantaranya; kehidupan masyarakat desa Serangan menjadi
semakin maju karena akses munuju wilayah perkotaan menjadi semakin lancar dan biaya
yang ditimbulkan semakin murah. Dengan kondisi yang demikian maka kegiatan ekonomi
masyarakat desa Serangan menjadi sangat lancar terutama dalam hal menyalurkan hasil-hasil
produksi masyarakat desa. Beberapa dampak positif terhadap kegiatan ekonomi masyarakat
adalah adanya bermunculan café-café yang saat ini mencapai 25 buah adanya kegiatan
pelestarian penyu yang secara ekonomis menghasilkan penangkaran ratusan penyu,
sebagaimana yang dilakukan oleh Wayan Artana Disamping konservasi, penyu-penyu yang
ditangkar juga sering digunakan untuk kebutuhan upacara agam baik bagi masyarakat
Serangan sendiri maupun masyarakat dari luar desa Serangan. Dengan adanya usaha tersebut
maka secara langsung dapat meningkatkan ekonomi masyarakat desa di pulau Serangan.
Selain, kegiatan ekonomi yang telah disebut diatas, di pulau serangan saat ini juga ada
pembudi dayaan rumput laut, kegiatan nelayan yang kesemuanya dapat dengan lebih mudah
dipasarkan ke luar wilayah pulau Serangan. Sisi ekonomi lainnya dari pengaruh
pengembangan pulau Serangan adalah adanya pemasukan keuangan sebagai kas desa.
4
Pemasukan keuangan terutama berasal dari dana karcis masuk yang dikenakan kepada setiap
orang yang memasuki pulau Serangan. Pemasukan dari karcis masuk tersebut cukup besar,
dimana dananya digunakan untuk menunjang pembangunan desa dan keperluan pemeliharaan
sarana-dan prasarana peribadatan yang ada di desa Serangan.
Dari peningkatan ekonomi masyarakat desa Serangan berakibat pada meningkatnya
kesadaran dan kemampuan masyarakat Bali untuk melakukan kegiatan keagamaan. Secara
komunal bisa dilihat dengan semakin semaraknya masyarakat untuk melakukan kegiatan
keagamaan yang bahkan bisa melakukan kegiatan tersebut hingga pada tingkat utama.
Disamping itu juga bisa dilihat dari semakin trampilnya masyarakat desa Serangan dalam
bidang penguasaan bahasa internasional, komunikasi internasional, melakukan bisnis pada
tingkat internasional, serta melakukan pertukaran budaya di tingkat internasional
Beberapa contoh diatas telah cukup memberi gambaran yang positif terhadap dampak
positif yang ditimbulkan oleh perkembangan pariwisata di desa Serangan.. Dengan demikian,
tidak bisa dipungkiri bahwa pariwisata dapat memberikan nilai ekonomi yang sangat besar
kepada masyarakat desa Serangan. Dengan semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisata
ke Bali, maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat desa Serangan,
dan pasti semakin besar pula keuntunagn ekonomi yang di raih oleh masyarakat desa
tersebut.
2.4. Dampak Sosial Budaya Pengembangan Pariwisata terhadap Masyarakat Desa
Serangan
Selain dampak fisik, ekonomi yang telah dipaparkan diatas, maka tidak dapat
dihindarkan pula adanya dampak sosial budaya yang timbul sebagai akibat pengembangan
obyek wisata pulau Serangan . Jika dilihat desa Serangan sebelum dikembangan sebagaimana
telah diuraikan di atas, maka nampak seperti terisolir oleh batasan laut. Hal ini sangat
mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat setempat. Setelah adanya pengembangan maka
banyak dampak yang secara sosial budaya baik positif maupun negatif yang muncul.
Secara negatif, dengan kondisi seperti sekarang maka beberapa dari masyarakat desa
Serangan merasa terangkat secara ekonomi, maka trend kehidupan glamour juga mengikuti.
Sebagai contoh, banyak bisa dilihat anggota masyarakat yang menggunakan aksesoris yang
secara sisial budaya tidak mencerminkan keaslian dari masyarakat setempat. Adanya
peningkatan arogansi komunal yang dicerminkan dengan pemungutan biaya masuk melalui
pintu masuk desa Serangan terhadap masyaratkan yang berasal dari luar desa Serangan.
Pengenaan biaya masuk ini di satu pihak berdampak positif sebagaimana diuraikan di atas,
tetapi dipihak lain seakan-akan merasa terlalu komersial, padahal wilayah desa Serangan juga
merupakan wilayah Bali secara utuh. Hal ini nampak kurang memperhatikan pertimbangan
sosial, karena untuk masuk ke pulau Serangan setiap orang dianggap sebagai wisatawan,
tidak dibedakan seseorang sebagai wisatawan dan sebagai masyarakat Bali. Semestinya
karcis masuk tersebut dilakukan pemilahan biaya karcis dimana masyarakat Bali tidak
semestinya dikenakan karcis sebagaimana yang berlakum saat ini. Dari sisi ini terlihat nuansa
pengembangan pulau Serangan memiliki kesan negatif bagi masyarakat Bali sendiri.
Secara positif, masyarakat desa serangan menjadi lebih maju. Hal ini bisa dibuktikan
dengan telah mulai adanya sejumlah masyarakat yang termotivasi untuk menyekolahkan
anaknya ke jenjang sarjana bahkan belakangan sampai jenjang pasca sarjana. Nilai sosial
budaya yang muncul dari perkembangan obyek wisata serangan adalah sebagai pemicu
5
masyarakat ingin bergerak lebih maju. Contoh lain dari sisi sosial budaya yang secara positif
dari hal ini adalah bahwa masyarakat desa serangan telah tergerak secara positif untuk ikut
bersaing di dunia yang semakin moderen. Budaya masyarakat yang awalnya mengandalkan
hasil dari potensi laut telah berubah pada beberapa potensi lainnya seperti pengoptimalan
sarana-sarana kegiatan olah raga laut (water sport) dan kegiatan ekonomi perdagangan
lainnya.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan .
Pertama, Perkembangan dan pembangunan pariwisata merupakan industri yang dalam
kegiatannya menimbulkan dampak baik positif maupun negatif. Dampak yang ditimbulkan
berupa dampak fisik atau lebih dikenal dengan dampak lingkungan, dampak ekonomi, dan
dampak sosial budaya.
Kedua, Dalam kaitannya dengan dampak tersebut, desa Serangan sebagai salah satu
obyek wisata yang sempat dikembangkan merasakan adanya dampak-dampak yang secara
nyata mempengaruhi kehidupan masyarakat desa setempat. Secara fisik, adanya perubahan
bentuk pulau serangan, adanya dampak terhadap biota di sekitar dan pesisir laut di Serangan,
terjadinya perubahan ekonomi sejak adanya proyek pengembangan pulau Serangan, dan
terjadinya beberapa perubahan sosial budaya yang dipengaruhi adanya pengembangan desa
atau pulau Serangan.
Ketiga, Untuk menanggulangi atau meminimalkan dampak negatif daripada suatu
perkembangan pembangunan pariwisata hendaknya perlu diperhatikan suatu perencanaan
yang matang. Perencanaan dimulai dari tahapan yang terstruktur yaitu analisis perencanaan
sampai terakhir pada monitoring dan evaluasi perencanaan yang digunakan dalam
pembangunan pariwisata. Dengan perencanaan yang baik, maka niscaya tujuan perencanaan
akan dapat terlaksana dan pembangunan pariwisata akan sangat dirasakan secara baik oleh
semua lapisan masyarakat.
7
DAFTAR PUSTAKA
Adhika, 2004. Materi Kuliah Perencaan Pariwisata. Kajian Pariwisata Unud
Gartner, Rcichard.1996. Tourism Development. International Thomson Publishing
Pendit,S. Nyoman. 2003. Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana. PT Percetakan Penebar
Swadaya,Jakarta
Pendit,S Nyoman .1999. Wisata Konvensi, Potensi Gede Bisnis Besar. PT Gramedia Pustaka
Utama,Jakarta
Spillane,J James. 1990. Ekonomi Pariwisata, Sejarah Dan Prospeknya.Kanisius,Yogyakarta
Wahab,Salah. 1997. Pemasaran Pariwisata. PT Pradnya Paramita, Jakarta.
8
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................
2
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Dampak Pariwisata terhadap Kehidupan Masyarakat Desa Serangan............................
3
2.2 Dampak Fisik Perkembangan Pariwisata terhadap Desa Serangan.................................
3
2.3 Dampak Perkembangan Pariwisata terhadap Ekonomi Masyarakat Desa Serangan.......
4
2.4 Dampak Sosial Budaya Pengembangan Pariwisata terhadap Masyarakat Desa Serangan. 4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 8
9