Pengembangan Kreativitas peserta didik d

MEMFASILITASI PERKEMBANGAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK
MELALUI PEMBELAJARAN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatNya

kami

dapat

menyelesaikan


makalah

dengan

judul

‘Memfasilitasi

Perkembangan Kecerdasan Peserta Didik Melalui Pembelajaran‘. Tidak lupa
shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Rasulullah SAW.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Pendidikan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian makalah ini. Tak ada gading yang tak retak begitu juga
dengan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan
pembaca. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Bandung, November 2015


Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan ini tidak cukup hanya memiliki kecerdasan yang tinggi
karena kreativitas individu juga memiliki peranan penting dalam kehidupan.
Dalam teori mengenai kecerdasan, seorang ahli mengatakan bahwa banyak
individu-individu yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi yang menghasilkan
karya-karya besar tetapi tidak selalu baru. Berbicara mengenai kecerdasan dan
kreativitas, kebanyakan orang kreatif memang benar-benar cerdas, tetapi tidak
semua orang cerdas itu kreatif. Hal ini bisa dijadikan contoh bahwa kreativitas
turut berperan dalam perkembangan seseorang.
Konsep mengenai kreativitas sangatlah beragam. Merujuk beberapa teori ahli
dapat dikatakan bahwa kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang
untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata,
baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang
semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Berdasarkan
penekanannya definisi kreativitas dibedakan ke dalam empat dimensi. Rhodes

(1961) menyebutnya “the four p’s of creativity”, yaitu; person, process, product
dan press. Guildford (1967) menganalisis faktor dan menemukan lima sifat yang
menjadi ciri kemampuan berpikir kreatif, yaitu; kelancaran (fluency), keluwesan
(flexibility), keaslian (originality), penguraian (elaboration), dan perumusan
kembali (redefinition).
Terdapat perbedaan antara kecerdasan dan kreativitas.. Perbedaan ini
menyangkut pada cara berpikir seseorang. Seseorang yang memiliki kecerdasan
tinggi cenderung beripikir secara konvergen (memusat), sedangkan orang yang
kreatif berpikir lebih menyebar (divergen). Meski terdapat perbedaan dalam cara
berpikir, kecerdasan dan kreativitas telah menjadi bagian penting dalam

meningkatkan mutu pembelajaran. Disinilah peranan guru untuk mengembangkan
kecerdasan dan kreativitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kreativitas?
2. Apa saja indikator dalam pengukuran kreativitas?
3. Bagaimana strategi mengembangkan strategi pembelajaran yang
memfasilitasi pengembangan kreativitas peserta didik?


C. Tujuan
1. Menjelaskan konsep kreativitas.
2. Menjelaskan indikator dan contoh pengukuran kreativitas.
3. Menjelaskan strategi dalam pengembangan pembelajaran yang
memfasilitasi kreativitas pengembangan peserta didik.

BAB II
PEMBAHASAN

Konsep Kreativitas

I. Definisi Kreativitas menurut ParaAhli
Menurut Torrance (1981) kreativitas adalah proses kemampuan individu untuk
memahami kesenjangan atau hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis
baru,

dan

mengkomunikasikan


hasil-hasilnya,

serta

sedapat

mungkin

memodifikasi dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Menurut Barron (1982) kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan
sasuatu yang baru. Sesuatu yang baru di sini bukan berarti harus sama sekali baru,
tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya.
Rhodes mengelompokkan definisi kreativitas ke dalam emapat kategori, yaitu
product, person, process, dan press. Product menekankan kreativitas dari hasil
karya kreatif, baik yang baru maupun kombinasi karya-karya lama yang
menghasilkan sesuatu yang baru. Person memandang kreativitas dari segi ciri-ciri
individu yang menandai kepribadian orang kreatif atau yang berhubungan dengan
kreativitas. Ini dapat diketahui melalui perilaku kreatif yang tampak. Process
menekankan bagaimana bagaimana proses kreatif berlangsung sejak dari mulai
tumbuh sampai dengan berwujudnya perilaku kreatif. Adapun press menekankan

pada pentingnya faktor-faktor yang mendukung timbulnya kreativitas pada
individu.
II.

Pendekatan Terhadap Kreativitas

Pendekatan dalam studi kreativitas dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
pendekatan psikologis dan pendekatan sosiologis. Pendekatan psikologis lebih

melihat kreativitas dari segi kekuatan yang ada dalam diri individu sebagai faktorfaktor yang menentukan kreativitas, seperti inteligensi, bakat, motivasi, sikap,
minat, dan disposisi kepribadian lainnya. Salah satu pendekatan psikologis yang
digunakan untuk menjelaskan kreativitas adalah pendekatan holistic. Clark (1988)
mengemukakan pendekatan holistic untuk menjelaskan konsep kreativitas dengan
berdasarkan pada fngsi-fungsi berpikir, merasa, mengindra, dan intuisi. Clark
menganggap bahwa kreativitas itu mencakup sintesis dari fungsi-fungsi thinking,
feeling, sensing dan intuiting. Thinking merupakan berpikir rasional dan dapat
diukur serta dikembangkan melalui latihan-latihan yang dilakukan secara sadar
dan sengaja. Feeling menunjuk pada suatu tingkat kesadaran yang melibatkan segi
emosional. Sensing menunjuk pada suatu keadaan ketika dengan bakat yang ada
diciptakan suatu produk baru yang dapat dilihat atau didengar oleh orang lain.

Intuiting menuntut adanya suatu tingkat kesadaran yang tinggi yang dihasilkan
dengan cara membayangkan, berfantasi, dan melakukan terobosan ke daerah
prasadar dan tak sadar.
Pendekatan sosiologis berasumsi bahwa kreativitas individu merupakan hasil
dari proses interaksi social, dimana individu dengan segala potensi dan disposisi
kepribadiannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial tempat individu itu berada,
yang meliputi ekonomi, politik, kebudayaan dan peranan keluarga.
III.

Tahap-tahap Kreativitas

Proses kreatif berlangsung mengikuti tahap-tahap tertentu. Wallas (Solso,
1991) mengemukakan empat tahapan proses kreatif, yaitu persiapan, inkubasi,
iluminasi, dan verifikasi.
1. Persiapan
Pada tahap ini individu berusaha mengumpulkan informasi atau data untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Individu mencoba memikirkan berbagai
alternatif pemecahan terhadap masalah yang dihadapi. Dengan bekal ilmu
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, individu berusaha menjajaki berbagai
kemungkinan jalan yang dapat ditempuh untuk memecahkan masalah itu.

2. Inkubasi

Pada tahap ini, proses pemecahan masalah ‘dierami’ dalam alam prasadar,
individu seakan-akan melupakannya. Jadi, pada tahap ini individu seolah-olah
melepaskan diri untuk sementara waktu dari masalah yang dihadapinya, dalam
pengertian tidak memikirkannya secara sadar melainkan ‘mengendapkannya’
dalam proses prasadar.

3. Iluminasi
Pada tahap ini sudah dapat timbul inspirasi atau gagasan-gagasan baru serta
proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau
gagasan baru.
4. Verifikasi
Pada tahap ini, pemikiran divergen harus diikuti dengan pemikiran konvergen.
Pemikiran dan sikap spontan harus diikuti oleh pemikiran selektif dan sengaja.
Penerimaan secara total harus diikuti oleh kritik.
Jadi, kalau pada tahap preparation, incubation, dan illumination adalah proses
berpikir divergen yang menonjol maka dalam tahap verification yang lebih
menonjol adalah proses berpikir konvergen.


IV.

Karakteristik Kreativitas

Torrance (1981) mengemukakan karakteristik kreativitas sebagai berikut:
1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar
2. Tekun dan tidak mudah bosan
3. Percaya diri dan mandiri
4. Merasa tertantang oleh kemajemukan atau kompleksitas
5. Berani mengambil risiko
6. Berpikir divergen
V.

Faktor-faktor yang memengaruhi kreativitas

Clark (1983) faktor-faktor yang mendukung kretivitas anak adalah sebagai
berikut:
1. Situasi yang menghadirkan ketidaklengkapan serta keterbukaan
2. Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya banyak pertanyaan
3. Situasi yang dapat mendorong dalam rangka menghasilkan sesuatu

4. Situasi yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian
5. Situasi yang menekankan inisiatif diri untuk menggali, mengamati,
mencatat, menerjemahkan, memperkirakan, mengkomunikasikan.
6. Kedwibahasaan yang memungkinkn untuk pengembangan potensi
kreativitas secara lebih luas karena akan memberikan pandangan dunia
secara lebih bervariasi.
7. Posisi kelahiran (berdasarkan tes kreativitas, anak sulung laki-laki lebih
kreatif dari pada laki-laki yang lahir kemudian)
8. Perhatian dari orangtua terhadap minat anaknya, stimulus dari lingkungan
sekolah, dan motivasi diri.
Torrance mengemukakan beberapa hal yang menghambat berkembangnya
kreatifitas adalah sebagai berikut:
1. Terlalu dini untuk mengeliminasi fantasi anak
2. Membatasi rasa ingin tahu anak
3. Terlalu menekankan peran berdasarkan perbedaan jenis kelamin
4. Terlalu banyak melarang anak
5. Terlalu menekankan kepada anak agar memiliki rasa malu
6. Terlalu menekankan pada keterampilan verbal tertentu
7. Sering memberikan kritik yang bersifat destruktif
VI.


Upaya membantu perkembangan kreativitas dan implikasinya bagi
pendidikan
Sesungguhnya anak-anak kedudukannya sama saja dengan anak-anak

biasa lainnya dirumah, sekolah, maupun masyarakat. Namun karena potensi
kreatifnya, mereka sangat memerlukan perhatian khusus dari pendidik untuk

mengembangkan dirinya. Perhatian khusus ini dalam artian perlu mendapatkan
bimbingan sesuai dengan potensi kreatifnya agar tidak sia-sia.
Sistem pendidikan hendaknya memperhatikan kurikulum yang akan diolah
menjadi materi dalam proses pendidikan itu yang dapat dikembalikan kepada
fungsi-fungsi pengembangan yang berbeda dari kedua belahan otak manusia
tersebut. Terlalu menekankan pada fungsi satu belahan otak saja menyebabkan
fungsi belahan otak lain tidak berkembang secara maksimal. Agar proses
pendidikan dapat memberikan bantuan kepada anak-anak kreatif, para guru dan
pembimbing di sekolah sudah sehrusnya mengenali anak-anak kreatif yang
menjadi peserta dididknya.
Menurut Torrance (1977) menamakan relasi batuan dengan istilah creative
relationship yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Pembimbing berusaha memahami pikiran dan perasaan anak
2. Pembimbing mendorong anak untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya
tanpa mengalami hambatan
3. Pembimbing lebih menekankan pada proses daripada hasil sehingga
pembimbing dituntut mampu memandang permasalahan anak sebagai
bagian dari keseluruhan dinamika perkembangan dirinya
4. Pembimbing berusaha menciptakan lingkungan yang bersahabat, bebas
dari ancaman, dan suasana penuh saling menghargai
5. Pembimbing tidak memaksakan pendapat, pandangan, atau nilai-nilai
tertentu kepada anak
6. Pembimbing berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki anak
dan bukan sebaliknya mencari-cari kelemahan anak
7. Pembimbing berusaha menempatkan aspek berpikir dan perasaan secara
seimbang dalam proses bimbingan
Sedangkan Dedi Supriadi (1994) mengemukakan sejumlah bantuan yang
dapat digunakan untuk membimbing perkembangan anak-anak kreatif, yaitu
1. Mencitakan rasa aman kepada anak untuk mengekspresikan kreativitasnya
2. Mengakui dan menghargai gagasan-gagasan anak

3. Menjadi

pendorong

bagi

anak

untuk

mengkomunikasikan

dan

mewujudkan gagasan-gagasannya
4. Membantu anak memahami divergensinya dalam berpikir dan bersikap
dan bukan malah menghukumnya
5. Memberikan peluang untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasannya
6. Memberikan informasi mengenai peluang-peluang yang tersedia

Indikator dalam Pengukuran Kreativitas
1. Memiliki disiplin diri yang tinggi
2. Memiliki kemandirian yang tinggi
3. Cenderung sering menentang otoritas
4. Memiliki rasa humor
5. Mampu menentang tekanan kelompok
6. Lebih mampu menyesuaikan diri
7. Senang berpetualang
8. Toleran terhadap ambiguitas
9. Kurang toleran terhadap hal-hal yang membosankan
10. Menyukai hal-hal yang kompleks
11. Memiliki kemampuan berpikir divergen yang tinggi
12. Memiliki memori yang baik
13. Memiliki wawasan yang luas
14. Mampu berpikir periodic
15. Memerlukan situasi yang mendukung
16. Sensitif terhadap lingkungan
17. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
18. Memiliki nilai estetik yang tinggi
19. Lebih bebas dalam mengembangkan integrasi

Konsep Strategi Pembelajaran dalam Pengembangan Kreativitas

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dianggap baik dan layak untuk
diterapkan dalam proses pembelajaran salah satunya adalah PAIKEM, singkatan
dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. PAIKEM
kini telah menjadi salah satu bagian dari usaha sebuah unit pendidikan dalam
meningkatakan kualitas pembelajarannya. Selain itu, yang paling mendasar
tujuan penerapan PAIKEM adalah agar siswa-siswa menjadi lebih aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran dan tentu saja menjadi lebih mudah dalam
menyerap materi pembelajaran yang diberikan sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Pendekatan PAIKEM adalah sebuah strategi pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam dalam
rangka mengembangkan ketrampilan dan pemahamannya, dengan penekanan
peserta didik belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai
sumber dan alat bantu belajar (termasuk pemanfaatan lingkungan), supaya
pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.
5 (lima) kriteria PAIKEM

sebagai strategi pembelajaran adalah sebagai

berikut:
1. Pembelajaran Aktif
Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru
kemudian menyimpannya dalam otak. Pembelajaran Aktif adalah bahwa dalam

pembelajaran peserta didik aktif secara fisik dan mental dalam hal mengemukakan
penalaran

(alasan),

menemukan

kaitan

yang

satu

dengan

yang

lain,

mengkomunikasikan ide/gagasan,mengemukakan bentuk representasi yang tepat,
dan menggunakan semua itu untuk memecahkan masalah.
Peran aktif siswa dalam pembelajaran sangatlah penting. Karena pada
hakikatnya, pembelajaran merupakan suatu proses aktif dari pembelajar (siswa)
dalam membangun pemikiran dan pengetahuannya.
Hal yang paling utama yang menjadi keaktifan siswa adalah munculnya
rasa ingin tahu, ketertarikan dan minat siswa terhadap hal yang sedang dipelajari.
Untuk itu, melalui berbagi teknik dan metode, guru harus berusaha sebisa
mungkin untuk menciptakan suasana sedemikian rupa guna memicu rasa
kepenasaran siswa aktif bertanya, mempertanyakan mengemukakan gagasan.
2. Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif dapat dilakukan dengan cara mengadaptasi modelmodel pembelajaran menyenangkan yang bisa membuat siswa terbebas dari
kejenuhan-kejenuhan pembelajaran. Melalui model pembelajaran inovatif, peserta
didik harus terbebas dari perasaan bosan, malas, ketakutan akan kegagalan atau
perasaan tertekan dikarenakan tenggang waktu tugas dan lain-lain. Banyak sekali
inovasi-inovasi dalam pembelajaran yang dapat diterapkan salah satunya melalui
simulasi pembelajaran berbasis komputer.
3. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif menekankan pada pengembangan kreatifitas, baik
pengembangan kemampuan imajinasi dan daya cipta (mengarang, membuat
kerajinan tangan, mempraktekkan kesenian) maupun pengembangan kemampuan
berpikir kreatif. Dalam hal ini, guru sebagai fasilitator dituntut untuk senantiasa
kreatif dalam merancang pembelajaran, serta memiliki beragam strategi
pembelajaran yang digunakan agar pembelajaran tersebut memenuhi beragam
tingkat kemampuan siswa di kelas. Pengetahuan siswa yang diperoleh dalam hal
ini berdasarkan pengalamannya sendiri, bukan ditransfer pengetahuan dari guru.
4. Pembelajaran Efektif

Efektif artinya adalah berhasil mencapai tujuan sebagaimana yang
diharapkan. Suatu pembelajaran disebut efektif apabila pembelajaran tersebut
telah mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan yang diinginkan dalam pembelajaran
itu mencakup pembentukan kemampuan, sikap, keterampilan, pengembangan
kepribadian, serta kemampuan penguasaan IPTEK.

5. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan merupakan pembelajaran yang didesain
sedemikian rupa sehingga memberikan susana penuh keceriaan, menyenangkan,
dan yang paling utama, tidak membosankan peserta didik. Suasana seperti itu
akan membuat peserta didik bisa lebih terfokus dalam proses pembelajaran,
sehingga dapat meningkatkan perhatian terhadap materi yang disampaikan oleh
guru.
Salah satu upaya menciptakan pembelajaran yang menyenangkan adalah
dengan menggunakan permainan edukatif (belajar sambil bermain). Melalui
keterlibatan dalam permainan, mereka dapat mengembangkan dirinya serta mulai
memahami status dan perannya dalam kelompok teman sebayanya, yang akan
sanngat bermanfaat untuk memahami dan menunaikan status dan perannya dalam
masyarakat kelak setelah beranjak dewasa. Prinsip utama dalam pemilihan
permainan edukatif ini dalam pembelajaran, yakni harus terdapat keselarasan dan
keseimbangan antara aspek menyenangkan dengan aspek pencapaian tujuan
pembelajaran.

Terdapat beberapa prinsip dalam pembelajaran PAIKEM, berikut ini
dikemukakan prinsip-prinsip pembelajaran PAIKEM, yaitu:
1. Mengalami
Peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosional.
Melalui pengalaman langsung pembelajaran akan lebih memberi makna kepada
siswa daripada hanya mendengarkan.
2. Komunikasi

Kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru
dan peserta didik. Proses komunikasi yang baik adalah proses komunikasi dimana
antara unsur komunikator dan komunikan terdapat satu arah yang sama.
3. Interaksi
Kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya interaksi multi arah.
Interaksi multi arah yang diharapkan terjadi adalah interaksi transaksional, dimana
proses komunikasi antara guru dengan siswa, siswa antara guru, siswa dengan
siswa, bahkan siswa dengan lingkungan sekitar memiliki kesiapan yang cukup
baik.

4. Refleksi
Kegiatan pembelajaran memungkinkan peserta didik memikirkan kembali
apa yang telah dilakukan. Proses refleksi sangat perlu dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana ketercapaian proses pembelajaran. Kegiatan refleksi ini
dilakukan secara bersama antara guru dengan siswa.
Penerapan strategi pembelajaran PAIKEM yang dapat dilakukan oleh guru
sebagai pendidik antara lain:
a. Guru berusaha untuk membangkitkan semangat belajar dengan menggunakan
aalat bantu
b. Guru mengondisikan kelas sedemikian rupa agar labih kondusif untuk
membentuk situasi pembelajaran yang nyaman.
c. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif.
d. Guru mendorong siswa untuk menemukan cara atau gagasan dalam
menyelesaikan suatu masalah dan melibatkan siswa dalam menata lingkungan
belajarnya.
Pembelajaran yang meningkatkan kreativita:
1. Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang merangsang belajar kreatif
2. Mengajukan dan mengundang pertanyaan
3. Memadukan perkembangan kognitif dan afektif

Teknik belajar kreatif
1. Pemikiran dan peraasaan terbuka
2. Sumbangan saran
3. Daftar pertanyaan yang memacu gagasan
4. Menyimak sifat benda tau keadaan
5. Hubungan yang dipaksakan
6. Pendekatan morfologis
7. Pemecahan masalah secara kreatif

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam uia pendidikan, kreativitas merupakan suatu hal yang sanat
dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran yang efektif. Dibutuhkan
juga media pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik untuk
memunculkan kreativitas mereka

DAFTAR PUSTAKA

Beetlestone, Florence. 2012. Creative Learning. Bandung: Nusa Media.

Ali, M. & Asrori, M. 2006. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: PT Bumi Aksara
file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196010151987101ZULKIFLI_SIDIQ/KONSEP_DAN_PENGUKURAN_KREATIVITAS.pdf