ANALISIS PROSES PENGEMBANGAN PRODUK BARU
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
ANALISIS PROSES PENGEMBANGAN PRODUK BARU
BERDASARKAN KINERJA R&D DI PT. BIO FARMA, BANDUNG
Evo S. Hariandja* dan Kurnia Safitri**
*ETM Research Group, Sekolah Bisnis & Manajemen
Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132
Email: [email protected] or [email protected]
**R&D Division, PT. Bio Farma Bandung
ABSTRAK
PT. Bio Farma (Persero) adalah perusahaan berskala nasional dan global dalam
bisnis farmasi dimana satu-satunya produsen vaksin dan sera untuk manusia serta
sediaan diagnostik di Indonesia dan salah satu yang terbesar di Asia Tenggara. Bio
Farma telah menjadi salah satu dari 21 produsen vaksin dunia yang mampu memasok
kebutuhan vaksin di dalam negeri dan pasar global.
Seiring dengan perkembangan usaha farmasi di Indonesia, banyak bisnis farmasi
baru yang muncul menawarkan berbagai produk yang aktual dan terkini bagi
masyarakat umum dan menghadapi berbagai tantangan. Bio Farma juga menghadapi
berbagai tantangan-tantangan yang ada. Salah satu langkah yang ditempuh untuk
menjawab tantangan tersebut adalah dengan pengembangan produk baru agar dapat
bersaing dengan para kompetitor. Manfaat dari pengembangan produk baru adalah
untuk mendapatkan keuntungan dan keunggulan competitive perusahaan juga terdapat
resiko yang harus dihadapi yaitu kegagalan dalam mengembangkannya. Penyebab
kegagalan dapat berasal dari internal maupun eksternal perusahaan. Salah satu penyebab
kegagalan tersebut adalah keterbatasan sumber daya yang dapat menghambat kinerja
R&D perusahaan dalam mengembangkan produk baru.
Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan diatas adalah dengan
melakukan organizational development dengan cara training & development dan
collaborative. Agar implementasi dari solusi diatas dapat berjalan dengan baik maka
Research and Development harus ditempatkan sebagai aksi tingkat korporasi, yang
membutuhkan sumber daya manusia dengan skill dan knowledge yang berkelas dunia.
Kata Kunci : pengembangan produk, kinerja R&D, organizational development
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Investasi kesehatan berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pada aras
(level) mikro yaitu individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar bagi produktivitas
kerja. Tenaga kerja yang sehat akan berdampak terhadap kualitas pekerjaan yang
dihasilkan. Pada aras makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan
masukan penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan
pembangunan jangka panjang (Atmawikarta, 2002). Kesehatan mempunyai peranan
ekonomi yang sangat kuat terhadap sumber daya manusia dan modal perusahaan.
Kesehatan yang buruk akan memberikan pengaruh buruk terhadap pertumbuhan
ekonomi. Salah satu indikasi kesehatan yang buruk adalah penyebaran penyakit infeksi
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
yang menjadi beban kesehatan di masyarakat hingga saat ini. Hal ini memiliki kaitan
langsung dengan industri farmasi dengan melakukan berbagai upaya seperti intervensi
pengobatan dan upaya promosi dan preventif. Salah satu tindakan preventif yang
dilakukan adalah imunisasi (Atmawikarta, 2002). Dengan imunisasi membuat bisnis
farmasi berkembang dengan sangat cepat.
Pada abad 21 vaksin telah menjadi salah satu faktor penting kesehatan
masyarakat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit. Dalam kurun waktu 5-15
tahun mendatang, vaksin baru dan teknologi pemberiannya akan menjadi dasar
pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit yang mempengaruhi kesehatan
masyarakat. Prospek pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit serius dengan
menggunakan vaksin diramalkan merupakan perkembangan yang menggairahkan dalam
bidang kesehatan masyarakat (Isbagio, 2005). Industri farmasi merupakan industri yang
berbasis riset yang memerlukan inovasi produk yang kontinyu, promosi yang mahal,
organisasi pemasaran yang baik, pengaturan produk yang ketat di tingkat lokal maupun
internasional, terutama oleh WHO (Kuncahyo, 2004). PT. Bio Farma merupakan
perusahaan farmasi local yang diakui secara internasional oleh WHO yang bergerak
dalam pembuatan vaksin dan sera. Saat ini, PT. Bio Farma merasakan beratnya
persaingan di industri farmasi dengan munculnya kompetitor luar dengan teknologi
yang lebih baik. Untuk itu diperlukan langkah strategis untuk mendorong kemajuan dari
perusahaan dalam hal inovasi produk.
Pemilihan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Bio Farma harus memiliki strategi yang kuat
untuk dapat berkembang dan beradaptasi terhadap kompleksitas dan perubahan yang
terjadi. Salah satu langkah yang perlu ditempuh utuk menjawab tantangan tersebut
adalah dengan melakukan peningkatan di dalam pengembangan produk agar dapat
bersaing dengan para kompetitor sehingga Bio Farma akan mampu memanfaatkan
potensi informasi dan pengetahuan yang ada berdasarkan kebutuhan pasar saat ini dan
mendatang. Dari latar belakang yang telah diuraikan, terdapat beberapa hal yang
menyangkut proses pengembangan produk baru yaitu manfaat pengembangan produk
baru dan risiko kegagalan. Penyebabnya dapat berasal dari internal dan eksternal
perusahaan. Salah satu penyebab kegagalan tersebut adalah keterbatasan sumber daya.
Rumusan dan Batasan Masalah
Rumusan dan batasan masalah dalam riset ini mengacu pada hal-hal sebagai berikut:
- Bagaimana tahapan pengembangan produk baru di PT. Bio Farma?
- Hal-hal apa yang menyebabkan terjadinya masalah dalam pengembangan produk
baru?
- Bagaimana langkah-langkah perbaikan yang harus dilakukan?
Agar bahasan pada penelitian ini mempunyai arah dan tujuan yang jelas, maka perlu
dilakukan batasan masalah yaitu:
- Bahasan proses pengembangan produk baru mengacu pada kinerja R&D
- Sumber daya yang dimaksud adalah manusia dan infrastruktur
- Produk difokuskan pada vaksin yang merupakan andalan utama
ISBN : 978-979-99735-7-3
A-2-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
Conceptual Framework
Dalam penelitian ini, pemikiran awal adalah menciptakan vaksin baru agar Bio Farma
dapat bersaing dengan para kompetitor. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
terlihat dalam Gambar 1 berikut ini:
Gambar 1. Conceptual Framework
METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
Metodologi
Adapun metode pemecahan masalah dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini:
Isu Bisnis
Identifikasi dan Perumusan Masalah
Studi Literatur
Identifikasi Penyebab Masalah
Analisis Situasi
Alternatif Solusi
Analisis Solusi
Usulan Perbaikan
Rekomendasi
Gambar 2. Metodologi Pemecahan Masalah
Tahapan Pengembangan Produk Baru
Tahapan dalam pengembangan produk baru menyesuaikan dengan kondisi perusahaan.
Menurut Ulrich & Eppinger (2008) dan Donald & Winer (2004), tahapan proses
pengembangan produk baru seperti terlihat dalam Gambar 3 dan 4 di bawah ini:
Gambar 3. Tahapan Proses Pengembangan Produk dari Ulrich & Eppinger
ISBN : 978-979-99735-7-3
A-2-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
Gambar 4. Tahapan Proses Pengembangan Produk dari Donald & Winer
Karakteristik Industri Produk Biologi di Indonesia
Industri produk biologi pada dasarnya padat IPTEK. Oleh karena itu sangat peka
terhadap perkembangan dan kemajuan di bidang IPTEK. Penemuan-penemuan baru di
bidang rekayasa genetika pada produk biologi akan membawa perubahan yang cukup
besar pada teknologi produksi aupun program imunisasi. Diperkirakan dalam lima tahun
mendatang akan diperlukan vaksin kombinasi. Pembeli terbesar dari produk vaksin dan
sera di Indonesia adalah pemerintah. Karakteristik ini bisa dilihat pada Gambar 5
berikut ini.
Sumber: PT. Bio Farma (2008)
Gambar 5. Karakteristik Industri Produk Biologi (Vaksin)
HASIL DAN DISKUSI
Analisis Strategi Pengembangan Produk Baru
Berdasarkan wawancara yang sudah dilakukan, strategi pengembangan produk baru
adalah sebagai berikut:
1. Inovasi produk
2. Meningkatkan kualitas laboratorium pengawasan mutu melalui sarana, keahlian dan
ketrampilan SDM
3. Kerjasama dengan lembaga internasional selaku pemilik teknologi seperti: NVI,
GCVC, dll.
4. Menyediakan sarana dan fasilitas R&D yang memadai sesuai dengan standard
kualifikasi WHO untuk produk baru.
Strategi pengembangan produk baru di PT. Bio Farma dilakukan untuk mendapatkan
keuntungan dan keunggulan kompetitif perusahaan. Meskipun hampir 50% produk baru
yang diluncurkan di pasar tiap tahun mengalami kegagalan, perusahaan-perusahaan
akan terus menggali inovasi baru untuk menghasilkan produk yang sukses di pasar.
Produk baru yang dikembangkan oleh Bio Farma merupakan produk non derivative
ISBN : 978-979-99735-7-3
A-2-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
seperti produk untuk menanggulangi penyakit: polio, tuberkolosis, malaria, kusta,
ISPA/pneumonia balita, HIV/AIDS, DHF & Flu Burung, Diare. Bio Farma merupakan
salah satu dari 21 produsen vaksin dunia yang memasok pasar local dan global. Saat ini
Bio Farma mampu meningkatkan penetrasi pasar dan telah manjangkau hingga 100
negara tujuan (Bio Farma, 2007).
Analisis Proses Pengembangan Produk Baru Bio Farma
Pengembangan produk baru sangat penting demi mempertahankan eksistensi jangka
panjang perusahaan. Produk baru yang dikembangkan Bio Farma merupakan hasil
kebijakan dengan pemerintah. Dalam pengembangan produk baru memerlukan prioritas
untuk perencanaan secara efektif dan efisien. Penentuan prioritas tersebut dilihat dari
jumlah biaya pengembangan, permintaan pasar, prediksi keuntungan yang akan
diperoleh, dan waktu pengembangan produk. Departemen marketing biasanya melihat
kebutuhan pasar dan prospek produk tersebut bila diluncurkan ke pasar. Berikut adalah
tahapan proses pengembangan produk baru di PT. Bio Farma seperti ditunjukkan dalam
Gambar 6 berikut:
Gambar 6. Alur Proses Pengembangan Produk Baru PT. Bio Farma
Berdasarkan alur proses di atas, terlihat bahwa pembuatan produk baru berdasarkan
permintaan dari pelanggan yaitu pemerintah. Pemerintah membuat kebijakan produk
apa yang akan dibuat berdasarkan permintaan pasar. Biasanya produk baru yang
dikeluarkan melihat penyakit yang sedang terjadi di masyarakat. Departemen marketing
melakukan estimasi penjualan, prioritas dan keuntungan. Jika prediksi produk baru
tersebut menguntungkan, maka akan dilakukan rencana desain untuk membuat produk
tersebut. Departemen R&D akan menerima dan melaksanakan permintaan
pengembangan produk baru sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan oleh
manajemen perusahaan. Tahapan ini membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang
besar. Jika tahap riset sudah dilakukan maka proses selanjutnya adalah produksi yang
diawasi langsung oleh Departemen QC. Hal ini dilakukan untuk memenuhi standard
WHO dan kepuasan konsumen. Pada proses R&D dan produksi, pengadaan bahan baku
dan alat berperan penting terhadap kelangsungan proses pengembangan produk. Setelah
itu dilakukan distribusi untuk digunakan sebagai uji klinis melalui survey tentang
efektifitas dari produk yang dihasilkan. Gambar 7 menunjukkan proses pengembangan
produk vaksin.
ISBN : 978-979-99735-7-3
A-2-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
Sumber: Bio Farma, 2008
Gambar 7. Proses Pengembangan Produk Vaksin
Dari Gambar 7 di atas, dapat diketahui bahwa dibutuhkan waktu 12 tahun untuk
menciptakan suatu vaksin baru. Hal ini karena setiap proses memiliki tingkat kesulitan
yang berbeda dan banyaknya sub-proses yang harus dijalankan. Saat ini Bio Farma
sedang mengembangkan vaksin-vaksin baru seperti: Rotavirus, Thypoid Vi, Cholera,
Hib, Td, Seasonal Influenza dan Sabin IPV. Vaksin-vaksin tersebut saat ini sedang
dalam proses experimental lot, clinical development dan commercial manufacturing.
Dalam pengembangan vaksin, proses yang dilalui setiap vaksin berbeda-beda, ada yang
dimulai dari applied research dan ada yang dimulai dari clinical development.
Masalah Yang Terjadi Selama Proses Pengembangan Produk Baru
Berdasarkan wawancara dengan pihak yang berkaitan dengan pengembangan produk
baru, maka didapat informasi bahwa adanya beberapa permasalahan yang menjadi
hambatan dalam melakukan pengembangan suatu produk baru, yaitu:
1. Perkembangan Teknologi Yang Pesat.
2. Waktu Pengembangan Produk Baru
3. Besarnya Dana Pengembangan Produk Baru
4. Adanya Klausul Kerjasama
5. Keterbatasan Personil Pengembangan Riset
6. Berkurangnya Koordinasi Antar Personil
7. Keterbatasan Fasilitas Untuk Pengembangan Riset
Alternatif Solusi Bisnis
Ada beberapa alternatif solusi untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada
proses pengembangan produk baru di PT Bio Farma. Alternatif solusinya akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Organizational Development: Melakukan koordinasi antar personil untuk
meningkatkan integrasi antar personil dan knowledge serta skill personil. Hal ini
dapat dilakukan dengan berbagai metoda, diantaranya yaitu:
- Action Research: Langkah progresif untuk memecahkan masalah yang terjadi.
- Collaborative Methods: Melakukan kolaborasi dalam memecahkan suatu masalah
yang sedang terjadi.
- Knowledge Management: Aktivitas untuk meningkatkan performance, competitive
advantage, innovation dan development processes.
- Team Building: Semua aktivitas dilakukan untuk meningkatkan self-assessment
dan performance dari setiap personil.
ISBN : 978-979-99735-7-3
A-2-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
2.
3.
4.
5.
- Training & Development: Semua aktivitas yang dimaksudkan untuk
meningkatkan performance, skills dan knowledge.
Mengadakan kerjasama: Kerjasama dilakukan dengan institusi-institusi berskala
nasional dan internasional dalam hal pengembangan vaksin baru.
Mengefisienkan setiap proses yang dilakukan.
Menjalin hubungan baik dengan supplier-supplier.
Menggalakkan kolaborasi dengan industri-industri farmasi di Indonesia
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis proses pengembangan produk baru maka solusi yang
terbaik adalah pengembangan organisasi melalui collaborative action dan training &
development, dimana hal tersebut dapat menjadikan proses pengembangan produk baru
sebagai aksi tingkat korporasi. Collaborative action yang terdiri dari proses, tingkah
laku dan conversation yang berkaitan dengan kolaborasi antar personil. Melalui training
& development yang dilakukan akan meningkatkan human capital perusahaan.
Kesempatan ini diberikan kepada personil yang terlibat langsung dengan proyek
pengembangan.
DAFTAR PUSTAKA
Advanced Immunization Management, 2005, Karakteristik Pasar Vaksin, Dikutip 5
April, 2008 dari http://www.aim-e-learning.stanford.edu/
Atmawikarta, A, 2002, Investasi Kesehatan Untuk Pembangunan Ekonomi, Dikutip 5
April,
2008
dari
http://www.bappenas.go.id/.../&view=406/Arum%20Atmawikarta.doc
Bio Farma, 2008, Internal Source Company, dokumen yang tidak dipublikasikan.
Budiono, K, 2005, Meningkatkan Daya Saing Perusahaan Dengan Inovasi Produk Baru,
Dikutip
15
April,
2008
dari
http://www.ristinet.com/index.php?ch=8&lang=ind&s=95bf2576043c5ce917b86
2c5bdfd81&n=271
Donald,L.R., & R.S.Winer., 2004, Product Management, Fourth Edition, New York,
McGraw-Hill/Irwin.
Herawan, T, Wawancara pribadi oleh Kurnia Safitri, Bandung, April 2008.
Inwood,D., & J. Hammond., 1993, Product Development: An Integrated Approach,
London, Kogan Page Limited.
Isbagio,D,W, 2005, Masa Depan Pengembangan Vaksin Baru, Cermin Dunia
Kedokteran,
Dikutip
5
April,
2008
dari
http://www.kalbe.co.id/files/edk/files/148_06MasaPengembanganVaksin.pdf/148
_06MasaPengembanganVaksin.html
Kuncahyo, I, 2004, Potret Industri Farmasi di Indonesia, Dikutip 15 April, 2008 dari
http://64.203.71.11/kompascetak/0404/12/opini/906297.htm
LIPI, Sub Program Pengembangan Bahan Obat Berbasis Biodiversitas Indonesia, n.d,
Dikutip
10
April,
2008
dari
http://www.kompetitif.lipi.go.id/portalVB/uploads/BAHAN%20OBAT.doc
ISBN : 978-979-99735-7-3
A-2-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
Maharani, Wawancara pribadi oleh Kurnia Safitri, Bandung, MA: April 2008.
Putri, R, 2007, Mengelola Risiko Kegagalan Produk Baru, Dikutip 15 April, 2008 dari
http://www.vibiznews.com/1new/journal_last.php?id=50&sub=journal&month=
NOVEMBER&tahun=2007&awal=0&page=sales
Sampurno, 2007, Membangun Daya Saing Farmasi Indonesia Menghadapi Harmonisasi
Regulasi Farmasi ASEAN, Dikutip 10 April, 2008 dari http://strategicmanage.com
Sampurno, 2007, Interplay Teknologi, Bisnis, dan Kesehatan Pada Industri Farmasi:
Tantangan
Indonesia,
Dikutip
15
April,
2008
dari
http://strategic_manage.com/?p=17
Ulrich, K.T., & Eppinger, S.D., 2008, Product Design and Development, Fourth
Edition, Singapore, McGraw-Hill Company.
Wahyu, D, 2007, Bio Farma tidak masuk holding BUMN Farmasi. Dikutip 27
September,
2007
dari
http://www.detikfinance.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/09/tgl/04/ti
me/125538/idnews/825437/idkanal/4.
Wikipedia,2008,
GlaxoSmithKline,
Dikutip
http://en.wikipedia.org/wiki/GlaxoSmithKline
ISBN : 978-979-99735-7-3
A-2-8
15
April,
2008
dari
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
ANALISIS PROSES PENGEMBANGAN PRODUK BARU
BERDASARKAN KINERJA R&D DI PT. BIO FARMA, BANDUNG
Evo S. Hariandja* dan Kurnia Safitri**
*ETM Research Group, Sekolah Bisnis & Manajemen
Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132
Email: [email protected] or [email protected]
**R&D Division, PT. Bio Farma Bandung
ABSTRAK
PT. Bio Farma (Persero) adalah perusahaan berskala nasional dan global dalam
bisnis farmasi dimana satu-satunya produsen vaksin dan sera untuk manusia serta
sediaan diagnostik di Indonesia dan salah satu yang terbesar di Asia Tenggara. Bio
Farma telah menjadi salah satu dari 21 produsen vaksin dunia yang mampu memasok
kebutuhan vaksin di dalam negeri dan pasar global.
Seiring dengan perkembangan usaha farmasi di Indonesia, banyak bisnis farmasi
baru yang muncul menawarkan berbagai produk yang aktual dan terkini bagi
masyarakat umum dan menghadapi berbagai tantangan. Bio Farma juga menghadapi
berbagai tantangan-tantangan yang ada. Salah satu langkah yang ditempuh untuk
menjawab tantangan tersebut adalah dengan pengembangan produk baru agar dapat
bersaing dengan para kompetitor. Manfaat dari pengembangan produk baru adalah
untuk mendapatkan keuntungan dan keunggulan competitive perusahaan juga terdapat
resiko yang harus dihadapi yaitu kegagalan dalam mengembangkannya. Penyebab
kegagalan dapat berasal dari internal maupun eksternal perusahaan. Salah satu penyebab
kegagalan tersebut adalah keterbatasan sumber daya yang dapat menghambat kinerja
R&D perusahaan dalam mengembangkan produk baru.
Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan diatas adalah dengan
melakukan organizational development dengan cara training & development dan
collaborative. Agar implementasi dari solusi diatas dapat berjalan dengan baik maka
Research and Development harus ditempatkan sebagai aksi tingkat korporasi, yang
membutuhkan sumber daya manusia dengan skill dan knowledge yang berkelas dunia.
Kata Kunci : pengembangan produk, kinerja R&D, organizational development
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Investasi kesehatan berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pada aras
(level) mikro yaitu individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar bagi produktivitas
kerja. Tenaga kerja yang sehat akan berdampak terhadap kualitas pekerjaan yang
dihasilkan. Pada aras makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan
masukan penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan
pembangunan jangka panjang (Atmawikarta, 2002). Kesehatan mempunyai peranan
ekonomi yang sangat kuat terhadap sumber daya manusia dan modal perusahaan.
Kesehatan yang buruk akan memberikan pengaruh buruk terhadap pertumbuhan
ekonomi. Salah satu indikasi kesehatan yang buruk adalah penyebaran penyakit infeksi
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
yang menjadi beban kesehatan di masyarakat hingga saat ini. Hal ini memiliki kaitan
langsung dengan industri farmasi dengan melakukan berbagai upaya seperti intervensi
pengobatan dan upaya promosi dan preventif. Salah satu tindakan preventif yang
dilakukan adalah imunisasi (Atmawikarta, 2002). Dengan imunisasi membuat bisnis
farmasi berkembang dengan sangat cepat.
Pada abad 21 vaksin telah menjadi salah satu faktor penting kesehatan
masyarakat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit. Dalam kurun waktu 5-15
tahun mendatang, vaksin baru dan teknologi pemberiannya akan menjadi dasar
pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit yang mempengaruhi kesehatan
masyarakat. Prospek pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit serius dengan
menggunakan vaksin diramalkan merupakan perkembangan yang menggairahkan dalam
bidang kesehatan masyarakat (Isbagio, 2005). Industri farmasi merupakan industri yang
berbasis riset yang memerlukan inovasi produk yang kontinyu, promosi yang mahal,
organisasi pemasaran yang baik, pengaturan produk yang ketat di tingkat lokal maupun
internasional, terutama oleh WHO (Kuncahyo, 2004). PT. Bio Farma merupakan
perusahaan farmasi local yang diakui secara internasional oleh WHO yang bergerak
dalam pembuatan vaksin dan sera. Saat ini, PT. Bio Farma merasakan beratnya
persaingan di industri farmasi dengan munculnya kompetitor luar dengan teknologi
yang lebih baik. Untuk itu diperlukan langkah strategis untuk mendorong kemajuan dari
perusahaan dalam hal inovasi produk.
Pemilihan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Bio Farma harus memiliki strategi yang kuat
untuk dapat berkembang dan beradaptasi terhadap kompleksitas dan perubahan yang
terjadi. Salah satu langkah yang perlu ditempuh utuk menjawab tantangan tersebut
adalah dengan melakukan peningkatan di dalam pengembangan produk agar dapat
bersaing dengan para kompetitor sehingga Bio Farma akan mampu memanfaatkan
potensi informasi dan pengetahuan yang ada berdasarkan kebutuhan pasar saat ini dan
mendatang. Dari latar belakang yang telah diuraikan, terdapat beberapa hal yang
menyangkut proses pengembangan produk baru yaitu manfaat pengembangan produk
baru dan risiko kegagalan. Penyebabnya dapat berasal dari internal dan eksternal
perusahaan. Salah satu penyebab kegagalan tersebut adalah keterbatasan sumber daya.
Rumusan dan Batasan Masalah
Rumusan dan batasan masalah dalam riset ini mengacu pada hal-hal sebagai berikut:
- Bagaimana tahapan pengembangan produk baru di PT. Bio Farma?
- Hal-hal apa yang menyebabkan terjadinya masalah dalam pengembangan produk
baru?
- Bagaimana langkah-langkah perbaikan yang harus dilakukan?
Agar bahasan pada penelitian ini mempunyai arah dan tujuan yang jelas, maka perlu
dilakukan batasan masalah yaitu:
- Bahasan proses pengembangan produk baru mengacu pada kinerja R&D
- Sumber daya yang dimaksud adalah manusia dan infrastruktur
- Produk difokuskan pada vaksin yang merupakan andalan utama
ISBN : 978-979-99735-7-3
A-2-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
Conceptual Framework
Dalam penelitian ini, pemikiran awal adalah menciptakan vaksin baru agar Bio Farma
dapat bersaing dengan para kompetitor. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
terlihat dalam Gambar 1 berikut ini:
Gambar 1. Conceptual Framework
METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
Metodologi
Adapun metode pemecahan masalah dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini:
Isu Bisnis
Identifikasi dan Perumusan Masalah
Studi Literatur
Identifikasi Penyebab Masalah
Analisis Situasi
Alternatif Solusi
Analisis Solusi
Usulan Perbaikan
Rekomendasi
Gambar 2. Metodologi Pemecahan Masalah
Tahapan Pengembangan Produk Baru
Tahapan dalam pengembangan produk baru menyesuaikan dengan kondisi perusahaan.
Menurut Ulrich & Eppinger (2008) dan Donald & Winer (2004), tahapan proses
pengembangan produk baru seperti terlihat dalam Gambar 3 dan 4 di bawah ini:
Gambar 3. Tahapan Proses Pengembangan Produk dari Ulrich & Eppinger
ISBN : 978-979-99735-7-3
A-2-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
Gambar 4. Tahapan Proses Pengembangan Produk dari Donald & Winer
Karakteristik Industri Produk Biologi di Indonesia
Industri produk biologi pada dasarnya padat IPTEK. Oleh karena itu sangat peka
terhadap perkembangan dan kemajuan di bidang IPTEK. Penemuan-penemuan baru di
bidang rekayasa genetika pada produk biologi akan membawa perubahan yang cukup
besar pada teknologi produksi aupun program imunisasi. Diperkirakan dalam lima tahun
mendatang akan diperlukan vaksin kombinasi. Pembeli terbesar dari produk vaksin dan
sera di Indonesia adalah pemerintah. Karakteristik ini bisa dilihat pada Gambar 5
berikut ini.
Sumber: PT. Bio Farma (2008)
Gambar 5. Karakteristik Industri Produk Biologi (Vaksin)
HASIL DAN DISKUSI
Analisis Strategi Pengembangan Produk Baru
Berdasarkan wawancara yang sudah dilakukan, strategi pengembangan produk baru
adalah sebagai berikut:
1. Inovasi produk
2. Meningkatkan kualitas laboratorium pengawasan mutu melalui sarana, keahlian dan
ketrampilan SDM
3. Kerjasama dengan lembaga internasional selaku pemilik teknologi seperti: NVI,
GCVC, dll.
4. Menyediakan sarana dan fasilitas R&D yang memadai sesuai dengan standard
kualifikasi WHO untuk produk baru.
Strategi pengembangan produk baru di PT. Bio Farma dilakukan untuk mendapatkan
keuntungan dan keunggulan kompetitif perusahaan. Meskipun hampir 50% produk baru
yang diluncurkan di pasar tiap tahun mengalami kegagalan, perusahaan-perusahaan
akan terus menggali inovasi baru untuk menghasilkan produk yang sukses di pasar.
Produk baru yang dikembangkan oleh Bio Farma merupakan produk non derivative
ISBN : 978-979-99735-7-3
A-2-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
seperti produk untuk menanggulangi penyakit: polio, tuberkolosis, malaria, kusta,
ISPA/pneumonia balita, HIV/AIDS, DHF & Flu Burung, Diare. Bio Farma merupakan
salah satu dari 21 produsen vaksin dunia yang memasok pasar local dan global. Saat ini
Bio Farma mampu meningkatkan penetrasi pasar dan telah manjangkau hingga 100
negara tujuan (Bio Farma, 2007).
Analisis Proses Pengembangan Produk Baru Bio Farma
Pengembangan produk baru sangat penting demi mempertahankan eksistensi jangka
panjang perusahaan. Produk baru yang dikembangkan Bio Farma merupakan hasil
kebijakan dengan pemerintah. Dalam pengembangan produk baru memerlukan prioritas
untuk perencanaan secara efektif dan efisien. Penentuan prioritas tersebut dilihat dari
jumlah biaya pengembangan, permintaan pasar, prediksi keuntungan yang akan
diperoleh, dan waktu pengembangan produk. Departemen marketing biasanya melihat
kebutuhan pasar dan prospek produk tersebut bila diluncurkan ke pasar. Berikut adalah
tahapan proses pengembangan produk baru di PT. Bio Farma seperti ditunjukkan dalam
Gambar 6 berikut:
Gambar 6. Alur Proses Pengembangan Produk Baru PT. Bio Farma
Berdasarkan alur proses di atas, terlihat bahwa pembuatan produk baru berdasarkan
permintaan dari pelanggan yaitu pemerintah. Pemerintah membuat kebijakan produk
apa yang akan dibuat berdasarkan permintaan pasar. Biasanya produk baru yang
dikeluarkan melihat penyakit yang sedang terjadi di masyarakat. Departemen marketing
melakukan estimasi penjualan, prioritas dan keuntungan. Jika prediksi produk baru
tersebut menguntungkan, maka akan dilakukan rencana desain untuk membuat produk
tersebut. Departemen R&D akan menerima dan melaksanakan permintaan
pengembangan produk baru sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan oleh
manajemen perusahaan. Tahapan ini membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang
besar. Jika tahap riset sudah dilakukan maka proses selanjutnya adalah produksi yang
diawasi langsung oleh Departemen QC. Hal ini dilakukan untuk memenuhi standard
WHO dan kepuasan konsumen. Pada proses R&D dan produksi, pengadaan bahan baku
dan alat berperan penting terhadap kelangsungan proses pengembangan produk. Setelah
itu dilakukan distribusi untuk digunakan sebagai uji klinis melalui survey tentang
efektifitas dari produk yang dihasilkan. Gambar 7 menunjukkan proses pengembangan
produk vaksin.
ISBN : 978-979-99735-7-3
A-2-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
Sumber: Bio Farma, 2008
Gambar 7. Proses Pengembangan Produk Vaksin
Dari Gambar 7 di atas, dapat diketahui bahwa dibutuhkan waktu 12 tahun untuk
menciptakan suatu vaksin baru. Hal ini karena setiap proses memiliki tingkat kesulitan
yang berbeda dan banyaknya sub-proses yang harus dijalankan. Saat ini Bio Farma
sedang mengembangkan vaksin-vaksin baru seperti: Rotavirus, Thypoid Vi, Cholera,
Hib, Td, Seasonal Influenza dan Sabin IPV. Vaksin-vaksin tersebut saat ini sedang
dalam proses experimental lot, clinical development dan commercial manufacturing.
Dalam pengembangan vaksin, proses yang dilalui setiap vaksin berbeda-beda, ada yang
dimulai dari applied research dan ada yang dimulai dari clinical development.
Masalah Yang Terjadi Selama Proses Pengembangan Produk Baru
Berdasarkan wawancara dengan pihak yang berkaitan dengan pengembangan produk
baru, maka didapat informasi bahwa adanya beberapa permasalahan yang menjadi
hambatan dalam melakukan pengembangan suatu produk baru, yaitu:
1. Perkembangan Teknologi Yang Pesat.
2. Waktu Pengembangan Produk Baru
3. Besarnya Dana Pengembangan Produk Baru
4. Adanya Klausul Kerjasama
5. Keterbatasan Personil Pengembangan Riset
6. Berkurangnya Koordinasi Antar Personil
7. Keterbatasan Fasilitas Untuk Pengembangan Riset
Alternatif Solusi Bisnis
Ada beberapa alternatif solusi untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada
proses pengembangan produk baru di PT Bio Farma. Alternatif solusinya akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Organizational Development: Melakukan koordinasi antar personil untuk
meningkatkan integrasi antar personil dan knowledge serta skill personil. Hal ini
dapat dilakukan dengan berbagai metoda, diantaranya yaitu:
- Action Research: Langkah progresif untuk memecahkan masalah yang terjadi.
- Collaborative Methods: Melakukan kolaborasi dalam memecahkan suatu masalah
yang sedang terjadi.
- Knowledge Management: Aktivitas untuk meningkatkan performance, competitive
advantage, innovation dan development processes.
- Team Building: Semua aktivitas dilakukan untuk meningkatkan self-assessment
dan performance dari setiap personil.
ISBN : 978-979-99735-7-3
A-2-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
2.
3.
4.
5.
- Training & Development: Semua aktivitas yang dimaksudkan untuk
meningkatkan performance, skills dan knowledge.
Mengadakan kerjasama: Kerjasama dilakukan dengan institusi-institusi berskala
nasional dan internasional dalam hal pengembangan vaksin baru.
Mengefisienkan setiap proses yang dilakukan.
Menjalin hubungan baik dengan supplier-supplier.
Menggalakkan kolaborasi dengan industri-industri farmasi di Indonesia
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis proses pengembangan produk baru maka solusi yang
terbaik adalah pengembangan organisasi melalui collaborative action dan training &
development, dimana hal tersebut dapat menjadikan proses pengembangan produk baru
sebagai aksi tingkat korporasi. Collaborative action yang terdiri dari proses, tingkah
laku dan conversation yang berkaitan dengan kolaborasi antar personil. Melalui training
& development yang dilakukan akan meningkatkan human capital perusahaan.
Kesempatan ini diberikan kepada personil yang terlibat langsung dengan proyek
pengembangan.
DAFTAR PUSTAKA
Advanced Immunization Management, 2005, Karakteristik Pasar Vaksin, Dikutip 5
April, 2008 dari http://www.aim-e-learning.stanford.edu/
Atmawikarta, A, 2002, Investasi Kesehatan Untuk Pembangunan Ekonomi, Dikutip 5
April,
2008
dari
http://www.bappenas.go.id/.../&view=406/Arum%20Atmawikarta.doc
Bio Farma, 2008, Internal Source Company, dokumen yang tidak dipublikasikan.
Budiono, K, 2005, Meningkatkan Daya Saing Perusahaan Dengan Inovasi Produk Baru,
Dikutip
15
April,
2008
dari
http://www.ristinet.com/index.php?ch=8&lang=ind&s=95bf2576043c5ce917b86
2c5bdfd81&n=271
Donald,L.R., & R.S.Winer., 2004, Product Management, Fourth Edition, New York,
McGraw-Hill/Irwin.
Herawan, T, Wawancara pribadi oleh Kurnia Safitri, Bandung, April 2008.
Inwood,D., & J. Hammond., 1993, Product Development: An Integrated Approach,
London, Kogan Page Limited.
Isbagio,D,W, 2005, Masa Depan Pengembangan Vaksin Baru, Cermin Dunia
Kedokteran,
Dikutip
5
April,
2008
dari
http://www.kalbe.co.id/files/edk/files/148_06MasaPengembanganVaksin.pdf/148
_06MasaPengembanganVaksin.html
Kuncahyo, I, 2004, Potret Industri Farmasi di Indonesia, Dikutip 15 April, 2008 dari
http://64.203.71.11/kompascetak/0404/12/opini/906297.htm
LIPI, Sub Program Pengembangan Bahan Obat Berbasis Biodiversitas Indonesia, n.d,
Dikutip
10
April,
2008
dari
http://www.kompetitif.lipi.go.id/portalVB/uploads/BAHAN%20OBAT.doc
ISBN : 978-979-99735-7-3
A-2-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
Maharani, Wawancara pribadi oleh Kurnia Safitri, Bandung, MA: April 2008.
Putri, R, 2007, Mengelola Risiko Kegagalan Produk Baru, Dikutip 15 April, 2008 dari
http://www.vibiznews.com/1new/journal_last.php?id=50&sub=journal&month=
NOVEMBER&tahun=2007&awal=0&page=sales
Sampurno, 2007, Membangun Daya Saing Farmasi Indonesia Menghadapi Harmonisasi
Regulasi Farmasi ASEAN, Dikutip 10 April, 2008 dari http://strategicmanage.com
Sampurno, 2007, Interplay Teknologi, Bisnis, dan Kesehatan Pada Industri Farmasi:
Tantangan
Indonesia,
Dikutip
15
April,
2008
dari
http://strategic_manage.com/?p=17
Ulrich, K.T., & Eppinger, S.D., 2008, Product Design and Development, Fourth
Edition, Singapore, McGraw-Hill Company.
Wahyu, D, 2007, Bio Farma tidak masuk holding BUMN Farmasi. Dikutip 27
September,
2007
dari
http://www.detikfinance.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/09/tgl/04/ti
me/125538/idnews/825437/idkanal/4.
Wikipedia,2008,
GlaxoSmithKline,
Dikutip
http://en.wikipedia.org/wiki/GlaxoSmithKline
ISBN : 978-979-99735-7-3
A-2-8
15
April,
2008
dari