Kebijakan Pemerintah Dalam Pelayanan Kes (1)

Kebijakan Pemerintah Dalam Pelayanan Kesehatan Lansia
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami telah dapat menyelesaikan makalah “Kebijakan Pemerintah Dalam Pelayanan
Kesehatan Lansia”.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kesalahan pada makalah ini. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan di
masa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
Padang,

Oktober 2012

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I : Pendahuluan
A. Latar Belakang
Bab II : Pembahasan
A. Hukum Pelindungan Lansia

B. Pembinaan Lansia
C. Kebijakan Depkes dalam Pembinaan Lansia
D. Kegiatan-kegiatan dalam Pembinaan Lansia
Bab III : Penutup
A. Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara dan
ditingkatkan kualitasnya. Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah telah mencanangkan visi
Indonesia sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya
hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu, adil, merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Keperawatan
sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan nasional turut serta ambil bagian dalam
mengantisipasi peningkatan jumlah populasi lansia dengan menitikberatkan pada penanganan di

bidang kesehatan dan keperawatan.
Kecenderungan meningkatnya Lansia yang tinggal di perkotaan bisa jadi disebabkan bahwa

tidak banyak perbedaan antara rural dan urban. Karena pemusatan penduduk di suatu wilayah
dapat menyebabkan dan membentuk wilayah urban. Suatu contoh bahwa untuk membedakan
wilayah rural dan urban di antara kota Jakarta dan Bekasi atau antara Surabaya dengan Sidoarjo
serta kota-kota lainnya kelihatannya semakin tidak jelas. Oleh karena itu benarlah kata orang
bahwa Pantura adalah kota terpanjang di dunia, tidak jelas perbatasan antara satu kota dengan
kota lainnya.
Alasan lain mengapa pada tahun 2020 ada kecenderungan jumlah penduduk Lansia yang tinggal
di perkotaan menjadi lebih banyak karena para remaja yang saat ini sudah banyak mengarah
menuju kota, mereka itu nantinya sudah tidak tertarik kembali ke desa lagi, karena saudara,
keluarga dan bahkan teman-teman tidak banyak lagi yang berada di desa. Sumber penghidupan
dari pertanian sudah kurang menarik lagi bagi mereka, hal ini juga karena pada umumnya
penduduk desa yang pergi mencari penghidupan di kota, pada umumnya tidak mempunyai lahan
pertanian untuk digarap sebagai sumber penghidupan keluarganya.
Selain itu bahwa di masa depan sektor jasa mempunyai peran yang penting sebagai sumber
penghidupan. Oleh karena itu suatu negara yang tidak mempunyai sumber daya alam yang cukup
maka di era globalisasi akan beralih kepada sektor jasa sebagai sumber penghasilannya, contoh
negara Singapura. Pada hal sektor jasa dapat berjalan dan hidup hanya di daerah perkotaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hukum Perlindungan Lansia

Empat peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan lanjut usia, yaitu :
1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
Yang menjadi dasar pertimbangan dalam undang-undang ini, antara lain adalah ”bahwa
pelaksanaan pembangunan yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial
masyarakat yang makin membaik dan usia harapah hidup makin meningkat, sehingga jumlah
lanjut usia makin bertambah”.
Selanjutnya dalam ketentuan umum, memuat ketentuan-ketentuan yang antara lain dimuat
mengenai pengertian lanjut usia, yaitu seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Asas peningkatan kesejahteraan lanjut usia adalah keimanan, dan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, kekeluargaan, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan dalam perikehidupan.
Dengan arah agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan
pembangunan dengan memperhatikan fungsi kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan,
pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya, serta terselenggaranya pemeliharaan taraf
kesejahteraannya.
Selanjutnya tujuan dari semua itu adalah untuk memperpanjang usia harapan hidup dan masa
produktif, terwujudnya kemandirian dan kesejahteraannya, terpeliharanya sistem nilai budaya
dan kekerabatan bangsa Indonesia serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak untuk

meningkatkan kesejahteraan yang meliputi :

• pelayanan keagamaan dan mental spiritual
• pelayanan kesehatan
• pelayanan kesempatan kerja
• pelayanan pendidikan dan pelatihan
• kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum
• kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum
• perlindungan sosial
• bantuan sosial
Dalam undang-undang juga diatur bahwa Lansia mempunyai kewajiban, yaitu :
• membimbing dan memberi nasihat secara arif dan bijaksana berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya, terutama di lingkungan keluarganya dalam rangka menjaga martabat dan
meningkatkan kesejahteraannya;
• mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan,
kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya kepada generasi penerus;
• memberikan keteladanan dalam segala aspek kehidupan kepada generasi penerus.
Pemerintah bertugas mengarahkan, membimbing, dan menciptakan suasana yang menunjang
bagi terlaksananya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia. Sedangkan pemerintah,
masyarakat dan keluarga bertanggungjawab atas terwujudnya upaya peningkatan kesejahteraan

sosial lanjut usia.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Lanjut Usia.
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, meliputi :
a. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual, antara lain adalah pembangunan sarana ibadah
dengan penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia.
b. Pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan upaya penyembuhan (kuratif),
diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik.
c. Pelayanan untuk prasarana umum, yaitu mendapatkan kemudahan dalam penggunaan
fasilitas umum, keringanan biaya, kemudahan dalam melakukan perjalanan, penyediaan fasilitas
rekreasi dan olahraga khusus.
d. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, yang dalam hal ini pelayanan administrasi
pemberintahan, adalah untuk memperoleh Kartu Tanda Penduduk seumur hidup, memperoleh
pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan milik pemerintah, pelayanan dan keringanan biaya
untuk pembelian tiket perjalanan, akomodasi, pembayaran pajak, pembelian tiket untuk tempat
rekreasi, penyediaan tempat duduk khusus, penyediaan loket khusus, penyediaan kartu wisata
khusus, mendahulukan para lanjut usia. Selain itu juga diatur dalam penyediaan aksesibilitas
lanjut usia pada bangunan umum, jalan umum, pertamanan dan tempat rekreasi, angkutan umum.
Ketentuan mengenai pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan diatur lebih lanjut oleh
Menteri sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

3. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2004 Tentang Komisi Nasional Lanjut Usia.
a. Keanggotaan Komisi Lanjut Usia terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat yang
berjumlah paling banyak 25 orang.
b. Unsur pemerintah adalah pejabat yang mewakili dan bertanggungjawab di bidang
kesejahteraan rakyat, kesehatan, sosial, kependudukan dan keluarga berencana, ketenagakerjaan,
pendidikan nasional, agama, permukiman dan prasarana wilayah, pemberdayaan perempuan,

kebudayaan dan pariwisata, perhubungan, pemerintahan dalam negeri. Unsur masyarakat adalah
merupakan wakil dari organisasi masyarakat yang bergerak di bidang kesejahteraan sosial lanjut
usia, perguruan tinggi, dan dunia usaha.
c. Di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dapat dibentuk Komisi Provinsi/Kabupaten/Kota
Lanjut Usia.
d. Pembentukan Komisi Daerah Lanjut Usia ditetapkan oleh Gubernur pada tingkat provinsi,
dan oleh Bupati/Walikota pada tingkat kabupaten/kota.
4. Keputusan Presiden Nomor 93/M Tahun 2005 Tentang Keanggotaan Komisi Nasional
Lanjut Usia.
a. Pengangkatan anggota Komnas Lansia oleh Presiden.
b. Pelaksanaan lebih lanjut dilakukan oleh Menteri Sosial
B. Pembinaan Lansia
Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh dibidang

kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan dan
pemulihan. Tempat pelayanan kesehatan tersebut bisa dilaksanakan di Puskesmas- Puskesmas
ataupun Rumah Sakit serta Panti- panti dan institusi lainya. Tekhnologi tepat guna dalam upaya
kesehatan usia lanjut adalah tekhnologi yang mengacu pada masa usia lanjut setempat, yang
didukung oleh sumber daya yang tersedia di masyarakat, terjangkau oleh masyarakat diterima
oleh masyarakat sesuai dengan azas manfaat. Peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan usia
lanjut adalah peran serta masyarakat baik sebagai pemberi pelayanan kesehatan maupun
penerima pelayanan yang berkaitan dengan mobilisasi sumber daya dalam pemecahan masalah
usia lanjut setempat dan dalam bentuk pelaksanan pembinaan dan pengembangan upaya
kesehatan usia lanjut setempat.
Tujuan Dan Sasaran Pembinaan :
a. Tujuan Umum
Meningkatakan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia
dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyakat sesuai dengan keberadaannya dalam
strata kemasyarakatan.
b. Tujuan Khusus
• Meningkatkan kesadaran pada usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya.
• Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam
menghayati dan mengatasi kesehatan usia lanjut.
• Meningkatkan jenis dan jangkauan kesehatan usia lanjut.

• Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.
c. Sasaran pembinaan Secara Langsung
• Kelompok usia menjelang usia lanjut ( 45 -54 tahun ) atau dalam virilitas dalam keluarga
maupun masyarakat luas.
• Kelompok usia lanjut dalam masa prasenium ( 55 -64 tahun ) dalam keluarga, organisasi
masyarakat usia lanjut dan masyarajat umumnya.
• Kelompok usia lanjut dalam masa senescens ( >65 tahun ) dan usia lanjut dengan resiko
tinggi ( lebih dari 70 tahun ) hidup sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit berat,
cacat dan lain-lain.

d. Sasaran Pembinaan Tidak Langsung
• Keluarga dimana usia lanjut berada
• Organisasi sosial yang bergerak didalam pembinaan kesehatan usia lanjut
• Masyarakat luas.
C. Kebijakan Depkes dalam Pembinaan Lansia
Kebijakan Depkes dalam pembinaan lansia merupakan bagian dari pembinaan keluarga.
Pembinaan kesehatan keluarga ditujukan kepada upaya menumbuhkan sikap dan perilaku yang
akan menumbuhkan kemampuan keluarga itu sendiri untuk mengatasi masalah kesehatan dengan
dukungan dan bimbingan tenaga profesional, menuju terwujudnya kehidupan keluarga yang
sehat. Juga kesehatan keluarga diselenggarakan untuk mewujudkan keluarga sehat kecil, bahagia

dan sejahtera.
Kebijakan dimaksudkan untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsi keluarga
secara optimal, dilakukan dengan cara: peningkatan kualitas hidup lansia agar tetap produktif
dan berguna bagi keluarga dan masyarakat dengan pemberian kesempatan untuk berperan dalam
kehidupan keluarga.
Dasar Hukum dan pengembangan program Pembinaan Kesehatan Usia lanjut yaitu :
a. Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok kesehatan.
b. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Organisasi Departemen
kesehatan
c. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1985 tentang Susunan Organisasi Departemen
Kesehatan
d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 558 Tahun 1984 tentang Struktur Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Kesehatan.
e. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 99 a Tahun 1982 tentang berlakunya Sistem kesehatan
Nasional dan RP3JPK
f. Keputusan Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat Nomor 05 Tahun 1990 tentang
Pembentukan Kelompok Kerja T etap Kesejahteraan Usia Lanjut.
g. Surat keputusan menteri Kesehatan Nomor 134 Tahun 1990 tentang Pembentukan Tim Kerja
Geatric.
D. Kegiatan-kegiatan dalam Pembinaan Lansia

Pelayanan usia lanjut ini meliputi kegiatan upaya-upaya antara lain:
a. Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap
dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya
promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan, dimana penyuluhan masyarakat usia lanjut
merupakan hal yang penting sebagai penunjang program pembinaan kesehatan usia lanjut yang
antara lain adalah :
• Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini penurunan kondisi
kesehatannya, teratur dan berkesinambungan memeriksakan kesehatannya ke puskesmas atau
instansi pelayanan kesehatan lainnya.
• Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut
agar tetap merasa sehat dan segar.
• Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung gizi seimbang.
• Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
• Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran atau hobinya secara teratur dan

sesuai dengan kemampuannya.
• Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan kelompok sosial.
• Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti merokok, alkhohol, kopi , kelelahan
fisik dan mental.
• Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar

b. Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit maupun
komplikasi penyakit yang disebabkan oleh proses ketuaan.
Upaya preventif dapat berupa kegiatan :
• Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan secara dini penyakitpenyakit usia lanjut
• Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia
lanjut serta tetap merasa sehat dan bugar.
• Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya kacamata, alat bantu
pendengaran agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna
• Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan pada usia lanjut.
• Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
c. Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat berupa kegiatan:
• Pelayanan kesehatan dasar
• Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan
d. Upaya rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun.
Yang dapat berupa kegiatan :
• Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan berbagai alat bantu
misalnya alat pendengaran dan lain -lain agar usia lanjut dapat memberikan karya dan tetap
merasa berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan.
• Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental penderita
• Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi , aktifitas di dalam maupun diluar
rumah.
• Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.
• Perawatan fisioterapi.
Disamping upaya pelayanan diatas dilaksanakan yang tidak kalah penting adalah penyuluhan
kesehatan masyarakat yang merupakan bagian integral daripada setiap program kesehatan.
Adapaun tujuan khusus program penyuluhan kesehatan masyarakat pada usia lanjut ditujukan
kepada :
• Kelompok usia lanjut itu sendiri
• Kelompok keluarga yang memiliki usia lanjut
• Kelompok masyarakat lingkungan usia lanjut
• Penyelenggaraan kesehatan
• Lintas sektoral ( Pemerintah dan swasta )
Sedangkan penyuluhan kesehatan masyarakat pada usia lanjut terdiri dari :
1. Komponen Penyebarluasan Informasi kesehatan dengan melakukan kegiatan :
• Mengembangkan, memproduksi dan menyebarluaskan bahan-bahan penyuluhan kesehatan
masyarakat usia lanjut.
• Meningkatkan sikap, kemampuan dan motivasi petugas puskesmas dan rujukan serta
masyarakat di bidang kesehatan masyarakat usia lanjut.

• Melengkapi puskesmas den rujukannya dengan sarana den bahan penyuluhan.
• Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak termasuk media masa agar pesan kesehatan
masyarakat usia lanjut menjadi bagian integral.
• Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat umum den kelompok khusus seperti daerah
terpencil, transmigrasi dan lain-lain.
• Melaksanakan pengkajian den pengembangan serta pelaksanaan tekhnologi tepat guna
dibidang penyebarluasan informasi.
• Melaksanakan evaluasi secara berkala untuk mengukur dampak serta meningkatkan daya
guna dan hasil guna penyuluhan.
• Menyebarluaskan informasi secara khusus dalam keadaan darurat seperti wabah, bencana
alam, kecelakaan.
2. Komponen pengembangan potensi swadaya masyarakat di bidang kesehatan dengan
kegiatan antara lain:
• Mengembangkan sikap, kemampuan dan motivasi petugas Puskesmas dan pengurus LKMD
dalam mengembangkan potensi swadaya masyarakat di bidang kesehatan.
• Melaksanakan kemampuan dan motivasi terhadap kelompok masyarakat termasuk swasta
yang melaksanakan pengembangan potensi swadaya masyarakat dibidang kesehatan usia lanjut
secara sistematis dan berkesinambungan.
• Mengambangkan, memporoduksi dan menyebarluaskan pedoman penyuluhan kesehatan usia
lanjut untuk para penyelenggaraan penyuluhan, baik pemerintah maupun swasta.
3. Komponen Pengembangan Penyelengaraan penyuluhan dengan kegiatan :
• Menyempurnakan kurikulum penyuluhan kesehatan usia lanjut di sekolah-sekolah kesehatan.
• Melengkapi masukan penyuluhan pada usia lanjut.
• Menyusun modul pelatihan khusus usia lanjut untuk aparat diberbagai tingkat.
Adapun langkah-langkah dari penyuluhan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
• Perencanaan sudah dimulai dengan kegiatan tersebut diatas dimana masalah kesehatan,
masyarakat usia lanjut dan wilayahnya jelas sudah diketahui.
• Pelaksanaan penyuluhan kesehatan masyarakat usia lanjut harus berdaya guna serta berhasil
guna.
• Merinci tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang yang harus jelas,
realistis dan bisa diukur.
• Jangkauan penyuluhan harus dirinci, pendekatan ditetapkan dan dicapai lebih objektif,
rasional hasil sasarannya.
• Penyusunan pesan-pesan penyuluhan.
• Pengembangan peran serta masyarakat, kemampuan penyelenggaraan benar-benar tepat guna
untuk dipergunakan.
• Memilih media atau saluran untuk mengembangkan peran serta masyarakat dan kemampuan
penyelenggaranan.
Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah
tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan
pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi
sosial dalam penyelenggaraannya.

Tujuan Posyandu Lansia
Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam
pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
Sasaran posyandu lansia
a. Sasaran langsung :
• Pra usia lanjut (45-59 tahun)
• Usia lanjut (60-69 tahun)
• Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 tahun atau usia lanjut berumur 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan.
b. Sasaran tidak langsung :
• Keluarga dimana usia lanjut berada
• Masyarakat tempat Usila berada
• Organisasi sosial
• Petugas kesehatan
• Masyarakat luas
Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang diselenggarakan
dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu
wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia
sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja,
dengan kegiatan sebagai berikut :
a. Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi badan.
b. Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT).
Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II
ini.
c. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan
pelayanan pojok gizi.
Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia
Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain :
a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam
kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan
penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah
kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi
meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi
mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia.
b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus
mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik

tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor
keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk
menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius,
maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu.
Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk
menghadiri posyandu lansia.
c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk datang
ke posyandu
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk
mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila
selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan
lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan
bersama lansia.
d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau
kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia
cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini
dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap
suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara
tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.
Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia
Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan fisik dan mental
emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih
awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi.
Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia seperti :
a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti
makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan
sebagainya.
b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan
menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan
dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan
denyut nadi selama satu menit.
e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes
mellitus)
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal.
h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada
pemeriksaan butir 1 hingga 7.
i. Penyuluhan Kesehatan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan

kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan prasarana
penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat
tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop,
tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jumlah usia lanjut yang meningkat saat ini akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik
fisik, mental maupun sosial ekonomi. Untuk itu perlu pengkajian masalah usia yang lebih
mendasar agar tercapai tujuan pembinaan kesehatan usia yaitu mewujudkan derajat kesehatan
serta optimal. Dalam peningkatan peranan serta masyarakat dapat dilaksanan dengan bentuk
penyuluhan kesehatan yang melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanan dan
penilaian upaya kesehatan usia lanjut dalam rangka menciptakan kemadirian masyarakat.
Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh dibidang
kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan dan
pemulihan. Tempat pelayanan kesehatan tersebut bisa dilaksanakan di Puskesmas-Puskesmas
ataupun Rumah Sakit serta Panti-panti dan institusi lainya.
Kebijakan Depkes dalam pembinaan lansia merupakan bagian dari pembinaan keluarga.
Pembinaan kesehatan keluarga ditujukan kepada upaya menumbuhkan sikap dan perilaku yang
akan menumbuhkan kemampuan keluarga itu sendiri untuk mengatasi masalah kesehatan dengan
dukungan dan bimbingan tenaga profesional, menuju terwujudnya kehidupan keluarga yang
sehat. Juga kesehatan keluarga diselenggarakan untuk mewujudkan keluarga sehat kecil, bahagia
dan sejahtera.
http://erni-jasmita.blogspot.com/2012/12/kebijakan-pemerintah-dalam-pelayanan.html, jam 10:36, tgl
24