Kajian Penanggulangan Pencemaran Tanah d

Kajian Penanggulangan Pencemaran Tanah
( Tugas Makalah Instrumentasi dan Kualitas Lingkungan)
Dosen : Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S.

Diyan Ahmad Saputra
NIK: 1620011010

MAGISTER ILMU LINGKUNGAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

Bab I Pendahuluan
Semenjak kemunculan perkembangan industri diabad 18 di Inggris, masing masing
negara

berkembang

dan

maju


lomba-lomba

memperbaiki

teknologi

dalam

perkembangannya. Revolusi Industri (1750-1850) sebagai simbol kebangkitan ini
merupakan perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur,
pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam
terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia.
Demi melancarkan perkembangan industri ini, Negara melakukan tindakan
pertanian dengan terknologi. Namun, kegiatan tersebut tak memperhatikan kondisi
lingkungan yang ada. Orientasi bisnis dan keuntungan menjadi sangat dominan dalam
pelaksanaannya. Dan sisi dampak lingkungan akhirnya terabaikan dengan sendirinya.
Setelah berkembangnya industri dengan teknologi, dampak lingkungan pun
diabaikan. Selain itu, seiring dengan kemajuan teknolgi yang terus berkembang,
penggunaan tersebut tidak mengibangi akibat yang ditimbulkan untuk lingkungan.

Perkembangan teknologi, justru memperkosa kehidupan alam, lihat saja beberapa kasus
seperti perang dunia ke 2 (1939-1945) di berbagai tempat benua eropa. Dampak
perperangan ini menimbulkan kerusakan lingkungan yang sangat besar. Dari sisa
selongsong senjata maupung senjata yang tertimbun akibat peperangan menimbulkan
efek negatif. Salah satu fenomena besar yaitu jatuhnya bom nuklir di Jepang yang
menewaskan sekitar 129-000 jiwa.
Berdampak pada prilaku manusia yang mengangap segala sesuatu yang muncul.
Saat ini merupakan hasil dari sentuhan dari teknologi. Tanpa adanya kajian kritis setiap
indvidu dalam memahami fungsi dan resiko sebuah teknologi. Pemahaman ‘keheranan’
akan canggih nya teknologi merusak hakikat yang ada.
Akibatnya alam mulai menua seiring perlakuan tidak pantas dari manusia. Air,
udara, dan tanah akhirnya menjadi tercemar dan rusak. Ambil contoh tentang tanah yang
sebagai elemen terpenting bagi kehidupan disetiap tempat mengalami kerusakan.
Kekeringan, banjir, dan sebaginya adalah dampak kerusakan tanah yang tak pernah
secara sadar di perbaiki oleh manusia.

Lambat laun, tanah sebagai sumber kehidupan makhluk hidup akan memberikan
dampak buruk terhadap manusia. Di Kota metro misalnya, berdasarkan hasil wawancara
dengan kepala Kantor Lingkungan Hidup, Yerri Noer Kartiko pada tahun 2014 beberapa
daerah lahan kering mengalami kerusakan terhadap tanah. Kerusakan terhadap tanah ini

lebih banyak terjadi diakibatkan dari bahan kimia anorganik. Penggunaan peptisida dan
bahan kimia anorganik menjadi penyebab utama terjadinya kerusakan. Dengan
terjadinya tersebut perlu tindakan manusia untuk memperbaiki pencemaran tanah yang
terjadi.
Dengan demikian, penulisan makalah ini bermaksud untuk menganalisis
penanggulangan pencemaran tanah yang berada di Kota Metro.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diatas dapat dirumuskan pertanyaan masalah yaitu
bagaimana cara menanggulangi pencemaran Tanah?
Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini antara lain, yaitu:
1.

Sebagai bahan kajian para mahasiswa mengenai dampak pencemaran terhadap

2.

tanah dan penanggulangannya.
Sebagai cara untuk mencari berbagai cara untuk menanggulangi dampak


3.

pencemaran di tanah yang sedang dikaji.
Sebagai metode pengumpulan data
penanggulangannya.

tentang

pencemaran

tanah

dan

Bab II Kerangka Teori
Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat,
energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan, dan/atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak
dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (UU Republik Indonesia No 4 tahun

1982). Pencemaran terjadi pada tanah, air tanah, badan air atau sungai, udara, bahkan
terputusnya rantai dari suatu tatanan lingkungan hidup atau penghancuran suatu jenis
organisme yang pada akhirnya akan menghancurkan ekosistem (Soemarwoto, 1991).
Penyebab pencemaran pada lahan pertanian dapat digolongkan kedalam: (1)
kegiatan non-pertanian, yaitu industri dan pertambangan dan (2) kegiatan pertanian,
yaitu penggunaan bahan-bahan agrokimia. Pencemaran pada lahan sawah umumnya
disebabkan oleh limbah industri, dan aktivitas budi daya yang menggunakan bahanbahan agrokimia seperti pupuk dan pestisida yang kurang terkendali.
Sumber Pencemaran Pada Tanah Sawah
Dengan mengetahui sumber dan penyebab pencemaran, terutama yang terjadi pada
lingkungan pertanian khususnya pada lahan sawah, maka upaya pencegahan dan
penanggulangannya dapat diupayakan secara lebih tepat dan terarah. Berbagai sumber
dan penyebab pencemaran yang dapat mengakibatkan mundurnya kualitas tanah sawah
di antaranya penggunaan bahan-bahan agrokimia, masuknya limbah industri termasuk
limbah industri pertanian, dan limbah kegiatan pertambangan.
Bahan-bahan agrokimia
Bahan-bahan agrokimia adalah pupuk dan pestisida yang digunakan secara luas di
dalam budi daya pertanian. Dalam pertanian dikenal pupuk hara makro, baik primer
maupun sekunder dan pupuk hara mikro, kesemuanya diperlukan tanaman dengan
tingkat kebutuhan atau takaran penggunaan yang berbeda-beda tergantung jenis tanah
dan jenis tanaman. Pupuk hara makro yang dibutuhkan tanaman, diantaranya adalah N,

P, K, Ca, Mg, selain C, H dan O yang tersedia melimpah di alam berguna dalam
fotosintesis, dan unsur hara mikro, seperti S, Zn, Co, Fe, Al, dan Si, yang dibutuhkan

dalam jumlah sedikit; dalam konsentrasi tinggi, unsur-unsur tersebut bisa menyebabkan
keracunan tanaman.
Pupuk nitrogen (N) di dalam tanah berada dalam berbagai bentuk, seperti NH4, NO
3 dan mudah mengalami berbagai perubahan. Sebagian dari pupuk menguap ke udara
(volatilisasi), sebagian lagi hilang melalui pencucian atau erosi. Pemberian pupuk yang
berlebihan dan tidak benar, seperti hanya disebarkan begitu saja, menyebabkan sebagian
besar dari pupuk hilang terbawa aliran permukaan, dan masuk ke dalam sungai atau
badan air. Keadaan ini tidak menguntungkan, karena pemupukan menjadi tidak efisien,
sebaliknya terjadi pengkayaan N di dalam badan air, yang dicirikan oleh terjadinya
eutrofikasi.
Berbagai jenis pupuk, baik anorganik maupun organik seperti pupuk P, pupuk N,
pupuk kandang, kapur dan kompos mengandung logam berat. Logam berat juga
terdapat dalam batuan fosfat alam yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan
pupuk P. Pupuk organik dan kompos dibuat dari bahan organik, seperti bahan hijau
tanaman, sampah kota, pupuk kandang, dan lain-lain. Pupuk organik yang berasal dari
sampah kota dapat tercemar B3 atau logam berat, karena berbagai macam limbah rumah
tangga dan sampah kota yang terdiri atas sisa sayur-sayuran tercampur dengan baterai

bekas, kaleng, seng, aluminium foil yang mengandung atau tercemar B3. Selain pupuk
P, bahan induk tanah juga mengandung logam berat
Limbah industri
Industri di Indonesia umumnya dibangun pada kawasan pertanian yang subur.
Selain mengurangi luas lahan pertanian, pembangunan industri seringkali menimbulkan
permasalahan yang besar bagi lingkungan dan masyarakat sekitar, yaitu terjadinya
pencemaran B3 dan logam berat melalui limbahnya yang dibuang ke badan air/sungai.
Setiap industri menggunakan bahan baku utama dan bahan pembantu yang berbeda
dalam proses produksinya. Di antara bahan baku yang digunakan ada yang mengandung
bahan-bahan kimia berbahaya, sehingga limbah yang dihasilkan dapat mengandung
unsur-unsur yang sama seperti bahan bakunya. Para pelaku industri biasanya membuang
limbah ke dalam badan air atau sungai dengan
Pencemaran pada badan air

Akibat limbah industri yang dibuang ke dalam badan air atau sungai yang berada di
sekitar industri atau pabrik, maka badan air tersebut akan tercemar unsur-unsur yang
sama dengan yang digunakan dalam proses produksi dan pengolahan limbah. Hasil
analisis unsur-unsur pencemar dan logam berat dalam contoh air sungai yang digunakan
sebagai sumber air pengairan menunjukkan kandungan B3 dan logam berat tersebut
masih di bawah batas kritis (Tabel 13), kecuali Na dan SO4. Akan tetapi, bila contoh air

diambil dari bagian dasar sungai yang bercampur lumpur, ternyata kandungan Pb, Cr,
Co, Ni, Zn, dan Cu umumnya melebihi batas kritis logam berat dalam air (Tabel 13,
Sungai Cikijingb). Tingginya kandungan logam berat dalam lumpur di dasar sungai,
diduga karena proses pengendapan yang terjadi terus-menerus. Oleh sebab itu, dapat
dipastikan tingginya kandungan Cr, Co, Ni, dan Zn dalam tanah sawah adalah akibat
penggunaan air sungai yang secara terus-menerus sebagai sumber air pengairan.
Kegiatan pertambangan
Pertambangan, terutama yang dilakukan secara terbuka (open mining) sangat
merusak lingkungan, karena untuk memperoleh bahan atau bijih tambang, tanah lapisan
atas harus dikupas, dan tanah dibawahnya digali termasuk bahan induk/batu-batuan
tanah yang menutupi lapisan/endapan tambang, sehingga menyebabkan perubahan
bentang alam. Selain itu, untuk memperoleh atau melepaskan biji tambang dari batubatuan atau pasir seperti dalam pertambangan emas, para penambang umumnya
menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari tanah, badan air
atau sungai dan lingkungan. Apabila badan air atau sungai tersebut digunakan sebagai
sumber air pengairan, maka lahan pertanian tersebut akan ikut tercemar.

Bab III Studi Kasus
Kerusakan Lahan Sawah
Pada tahun 2014, telah dilakukan pengukuran kualitas tanah untuk produksi
biomassa di 8 (delapan) titik atau lokasi yaitu: 4 (empat) lokasi di kawasan Kecamatan

Metro Utara dan 4 (empat) lokasi di kawasan Kecamatan Metro Selatan. Selanjutnya,
pada tahun 2015, telah dilakukan pula kegiatan yang sama di 8 titik atau lokasi lainnya,
yaitu: 4 lokasi di kawasan Kecamatan Metro Timur dan 4 lokasi di kawasan Kecamatan
Metro Barat.
Sedangkan pada tahun 2016, kembali dilakukan pengukuran di 4 titik atau lokasi
yang belum pernah dilakukan sebelumnya, yaitu 4 lokasi di kawasan Kecamatan Metro.
Untuk tahun 2014 dan 2015, hasil analisis kualitas karakteristik tanah untuk produksi
biomassa telah diterbitkan oleh laboratorium tanah Universitas Lampung dan
laboratorium terpadu Politeknik Kesehatan.
Berdasarkan beberapa acuan, rentang waktu keberlakuan hasil analisis ini adalah
lebih kurang sekitar 5 (lima tahun).

Figure 1: 4 (empat) lokasi di kawasan Kecamatan Metro Utara dan 4 (empat) lokasi di
kawasan Kecamatan Metro Selatan Data tahun 2014 Kantor Lingkungan Hidup Kota
Metro.

Figure 2 Ambang Kritis dari figure 1. Data diambil dari dokumen Kantor Kementerian
Lingkungan Hidup Kota Metro

Untuk tahun 2014, di 4 lokasi pengambilan sampel yang berada di kawasan

Kecamatan Metro Selatan, semua titik ini terdapat 3 (tiga) parameter yang berada di luar
rentang batas baku mutu, yaitu tingkat keasaman, daya hantar listrik dan reaksi reduksioksidasi. Untuk tingkat keasaman: 6,66% berada di luar batas rentang baku mutu (di
bawah angka toleransi 10%); untuk daya hantar listrik: 28,25% berada di luar batas
rentang baku mutu dan reduksi-oksidasi: 23% berada di luar batas rentang baku mutu.
Sedangkan di 4 lokasi pengambilan sampel di Kawasan Metro Utara, sama juga halnya
dengan yang terjadi di kawasan Kecamatan Metro selatan. Untuk tingkat keasaman: 6 %
berada di luar batas rentang baku mutu (di bawah angka toleransi 10%); untuk daya
hantar listrik: 26,75% berada di luar batas rentang baku mutu dan reduksi-oksidasi: 15%
berada di luar batas rentang baku mutu
Untuk tahun 2015, di kawasan Kecamatan Metro Timur terdapat 3 lokasi
pengambilan sampel yang nilai karakteristik tanahnya berada di luar rentang batas baku
mutu kritis untuk parameter keasaman, daya hantar listrik dan reduksi-oksidasi dan 1
lokasi yang karakter tanahnya memiliki nilai di luar rentang batas baku mutu kritis yaitu
daya hantar listrik dan reduksi-oksidasi.
Sedangkan untuk kawasan Kecamatan Metro Barat terdapat 2 lokasi yang karakter
tanahnya berada di luar batas rentang baku mutu kritis untuk parameter daya hantar
listrik dan reduksi-oksidasi, 1 lokasi untuk parameter reduksi oksidasi dan 1 lokasi lain
untuk parameter keasaman dan reduksi oksidasi. Nilai untuk semua parameter-

parameter tersebut tidaklah berbeda jauh secara signifikan dengan kawasan di dua

kecamatan terdahulu.
Beberapa hal tersebut di atas, Yerri Noer Kartiko, Kepala Kantor Lingkungan
Hidup Kota Metro menjelaskan disebabkan oleh beberapa hal, sebagai berikut: (1). terdeposit-nya unsur-unsur kimia di dalam tanah pada lokasi pengambilan sampel. Unsurunsur kimia ini bersumber dari: penggunaan pupuk dan/ atau pestisida berbahan baku
utama kimia, baik yang diberikan di lokasi tersebut, terbawa oleh air irigasi atau hujan;
(2). Keasaman ini mempengaruhi daya hantar listrik.
Dalam ilmu lingkungan, dikenal pula istilah bio-accumulation, unsur-unsur kimia
akan teerakumulasi dalam rentang waktu tertentu dan terdeposit secara berkelipatan
dalam daur hidup makhluk hidup.Selain memiliki potensi atau probabilitas kerusakan
tanah, kedua hal ini dapat menyebabkan persitiwa-peristiwa lain yang lebih berbahaya,
jika ditambah dengan aktivitas lain.
Jika permukaan tanah semakin keras atau pohon-pohon ditebang, berkurangnya
ukuran atau ruang pori-pori tanah, menyebabkan kurangnya kemampuan tanah
menyerap air, maka air yang tergenang akan menyebabkan terjadi double layer yang
menjadi lapisan seri penghantar listrik, yaitu air dan tanah yang asam. Dengan tidak
adanya pohon (sebagai resistor aliran listrik) mempertinggi potensial untuk
“mengundang” petir.
Dengan melakukan penanaman pohon, akan meningkatkan kemampuan tanah
untuk menyerap dan menyimpan air sehingga menurunkan tingkat keasamannya. Selain
itu dengan membuat sumur resapan, bor biopori, tidak mengeksploitasi air tanah secara
berlebihan, pemanfaatan pupuk organik akan membantu upaya memelihara kualitas
tanah.

Bab IV
Pembahasan
Berdasarkan data kerusakan tanah di dua kecamatan, Metro Utara dan Metro
Selatan diakibatkan bahan anorganik yang digunakan oleh petani setempat. Perusakan
tanah tersebut berupa pencemaran oleh zat-zat kimiawi di daerah pertanian tanaman
pangan dan hortikultura, yang menggunakan herbisida, pestisida, insektisida secara
intensif untuk pencegahan dan pemberantasan hama/penyakit. Namun justru sebaliknya,
penggunaan yang berlebihan pada lahan sawah tersebut mengakibatkan tanah menjadi
rusak.
Penggunaan pestisida yang intensif tersebut meninggalkan residu kimiawi di dalam
tanah, bagian tanaman seperti buah dan umbi, Pestisida yang memiliki paruh waktu
(half time) degradasi yang relatif lama dapat membahayakan kesehatan manusia dan
makhluk lain yang mengkosumsinya. Penggunaan bahan-bahan beracun tersebut dengan
cara yang benar dan tidak berlebihan, tentunya tidak akan menimbulkan pencemaran
yang membahyakan. Namun kenyataan menunjukkan adanya residu insektisida pada
beras dan tanah-tanah sawah. organofosfat, organoklorin dan karbamat.
Jika keadaan tanah yang rusak dibiarkan lebih lama maka akan menimbulkan
persolan yang lebih serius. Terlebih di berdasarkan studi kasus, mengakibatkan tingkat
keasaman air, daya hantar listrik, dan redoks berada diambang kritis. Dengan demikian
dibutuhkan sentuhan ilmu pengetahuan dan kultur sosial untuk menanggulangi
kerusakan tersebut.
Upaya Penanggulangan pencemaran Tanah
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan sosial, cara penanggulangan
kerusakan tanah dapat dilakukan dengan beragam tindakan pencegahan. Upaya
penanggulangan tersebut akan dibedakan dengan dua cara penyelesaian yaitu jangka
pendek dan jangka panjang.
Menurut Abdurachman at. Al., (2003), proses konversi lahan sawah tidak dapat
dihentikan secara keseluruhan, namun perlu upaya-upaya pengendalian antara lain
dengan : peningkatan pemahaman masyarakat akan pentingnya pertanian.

Penanggulangan yang dapat dilakukan berkala jangka pendek pada pencemaran
tanah dapat dilakukan dengan cara; Pertama, penanaman pohon disekitar lokasi
kerusakan. Dengan melihat permukaan tanah semakin keras atau pohon-pohon ditebang,
dapat menyebabkan berkurangnya ukuran atau ruang pori-pori tanah, menyebabkan
kurangnya kemampuan tanah menyerap air, maka air yang tergenang akan
menyebabkan terjadi double layer yang menjadi lapisan seri penghantar listrik, yaitu air
dan tanah yang asam. Dengan tidak adanya pohon (sebagai resistor aliran listrik)
mempertinggi potensial untuk “mengundang” petir.
Dengan melakukan penanaman pohon, akan meningkatkan kemampuan tanah
untuk menyerap dan menyimpan air sehingga menurunkan tingkat keasamannya. Selain
itu dengan membuat sumur resapan, bor biopori, tidak mengeksploitasi air tanah secara
berlebihan, pemanfaatan pupuk organik akan membantu upaya memelihara kualitas
tanah.
Kedua, dengan penggunaan pembenah tanah (Zeolit, dolomit, pupuk kompos dan
sebaginya). Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas lahan yang telah terdegradasi
adalah penggunaan pembenah tanah dikombinasi dengan teknik konservasi tanah dan
air, pengelolaan bahan organik, system pemupukan berimbang spesifik lokasi
berdasarkan hasil uji tanah dan kebutuhan
tanaman. Manfaat langsung penggunaan pembenah tanah bagi pembangunan
pertanian adalah memperbaiki/meningkatkan produktivitas lahan kritis, sehingga
produksi tanaman pangan (padi, jagung, dan kedelai) dan tanaman lainnya dapat
ditingkatkan.

Arsyad (2000) mengemukakan bahwa konsep penggunaan pembenah tanah untuk
merehabilitasi lahan terdegradasi adalah: (1) pemantapan agregat tanah guna mencegah
erosi dan pencemaran, (2) merubah sifat hydrophobic atau hydrophilic, sehingga mampu
meningkatkan kapasitas tanah menahan air (water holding capacity), (3) meningkatkan
kapasitas tukar kation (KTK), sehingga unsur hara dalam tanah tidak mudah tercuci dan
dapat diserap akar tanaman.

Begitupun dalam penelitian S. H. Tala’ohu dan M. Al-Jabri tahun 2008, menyimpulkan
bahwa pengunaan zeolite dan dolomit dalam lahan pertanian, selain menigkatkan hasil
produksi dapat juga menyuburkan tanah dan mengurangi dosis pupuk urea.
Penangulangan berjangka panjang dapat dilakukan dengan cara: Pertama, dapat
dilakukan adanya Pendidikan lingkungan hidup. Konsen pemerintah terhadap
pendidikan lingkungan hidup telah menjadi prioritas sejak awal, hingga terbit nya UU
No 32 Th. 2009 menegaskan pentingnya pendidikan lingkungan hidup sejak dini.
NAAEE (2001) menyatakan bahwa Pendidikan lingkungan adalah proses yang
komprehensif untuk menolong manusia memahami lingkungannya dan isu yang terkait.
Dengan begitu manusia dapat paham dan memahami keadaan yang terjadi.
Lieberman (1998) dalam Risda Amini menegaskan bahwa pendidikan lingkungan
memiliki strategi sbb; 1) memberikan pengalaman belajar hands-on melalui kegiatan
berbasis proyek, 2) mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi terhadap
lingkungan hidup. Pendidikan lingkungan dapat dilaksanakan di luar kelas. Upaya
pendidikan lingkungan hidup tak lain untuk mengatsai problem lingkungan agar tidak
semakin akut. Dengan begitu langkah strategis haru ditempuh melalui proses
pendidikan berwawasan lingkungan (Mahfur Ahmad: 2010). Dan pendidikan tersebut
tidak mesti hadir dalam ruang-ruang sekolah. Masyarakat sebagai bagian dari ekosistem
juga dapat menerima pendidikan berwawasan tersebut dengan beragam cara, baik
penyuluhan, pendampingan secara langsung.
Dengan adanya pendidikan lingkungan hidup di masyarakat dapat menumbuhkan
kepedulian terhadap tanah. Kerusakan-kerusakan yang terjadi dapat diperbaiki secara
pendekatan kultural dengan masyarakat. Misal dengan menekankan bahwa kerusakan
tanah yang terjadi dapat menyebabkan pengurangan hasil produksi pertanian. Dengan
upaya tersebut masyarakat dapat mensinergikan tindakan pendidikan lingkungan hidup
dengan peningkatan panen.
Kedua, Pertanian Organik. Pencemaran tanah yang terjadi di sawah dua kecamatan
tersebut tidak terlepas dengan adanya pemakaian bahan anorganik. Setelah diberikan

pendidikan lingkungan hidup kepada masyarakat, juga diperlukan bentuk pertanian
alternative yang ramah lingkungan yaitu dengan pertanian organik.
Adanya pertanian organic selain mengurangi efek bahan-bahan anorganik yang
dapat merusak tanah, tindakan tersebut akan meningkatkan daya lenting tanah dari
kerusakan. Sehingga keberlanjutan kehidupan tanah yang baik akan bertahan lebih lama
ketimbang petani yang masih menggunakan bahan anorganik.

Bab V Penutup

Tanah sebagai benda mati yang menjadi sumber kehidupan makhluk hidup,
diperlukan perawatan dan perbaikan seriring terjadinya interaksi baik dari manusia atau
secara alami, secara sadar dan tidak samabr menimbulkan pencemaran tanah.
Kerusakan tanah yang terjadi di Kecamatan Metro Utara dan Metro Selatan Kota
Metro menandai bahwa tanah kian lama terjadi adanya kerusakan. Dengan adanya
tindakan penanggulangan pencemaran tanah dapat memperbaiki kualitas tanah.
Berdasarkan hasil pembahasan diatas penulis menyimpulkan terdapat penanggualangan
pencemaran tanah dengan waktu berkala pendek dan panjang, sebagai berikut;
Berkala pendek;
1. Penanaman pohon disekitar terjadinya kerusakan tanah
2. Penggunaan pembenah tanah
Berkala panjang;
3. Diadakanya pendidikan lingkungan hidup di masyarakat
4. Menggalakkan pertanian organik

Refferensi
Maghfur ahmad, “Pendidikan Lingkungan Hidup Dan Masa Depan Ekologi Manusia”
forum tarbiyah, 2010, vol. 8 No. 1 hal. 58
Amini,

Risda dan A. Munandar, Pengaruh Model Pembelajaran Pendidikan

Lingkungan Berbasis Outdoor Terhadap Penguasaan Konsep Pendidikan
Lingkungan Bagi Calon Guru Sekolah Dasar, Jurnal Penelitian Pendidikan, 2010,
Vol. 11, No. 1.
Al-Jabri, Inovasi Teknologi Pembenah Tanah Zeolit Untuk Memperbaiki Lahan
Pertanian Terdegradasi, ---S. H. Tala’ohu* dan M. Al-Jabri’, MENGATASI DEGRADASI LAHAN MELALUI
APLIKASI PEMBENAH TANAH (Kajian Persepsi Petani di Kabupaten Malang,
Provinsi Jawa Timur)
Abdurachman, A. Wahyunto, dan R. Shofiyati. “Gagasan Pengendalian
Konversi Lahan Sawah Dalam Rangka Peningkatan ketahanan pangan Nasional”.
Seminar Multifungsi Pertanian dan Konservasi Sumberdaya Lahan. Bogor. 13
Desember 2003.