Kisruh Harga Susu.

Pikiran
o Senin
123
17

~OJan

18

19

OPeb

Rakyat

o Selasa 0 Rabu o Kamis 0 Jumat . Sabtu 0 Minggu
4

5
20


o Mar

(g)

21

7
22
OMei

OApr

8
23

9

10
24


12

11
25

26

13
27

(I)Jun 0 Jul 0 Ags OSep

14
28

OOkt

15
29
ONov


16
30

'ODes

Kisruh Barga Susu
Oleh ROCHADI TAWAF
ENETAPAN secara sepihak penurunan harga
susu segar oleh kalangan
industri pengolah susu (IPS)sa.' ngat memprihatinkan masyarakat petemakan dan koperasi
persusuan. Pada saat pemerintah mendorong agar sektor riil
tumbuh, termasuk petemakan
sapi perah dan koperasi persusuan, muncul persoalan disin'sentif yang kontraproduktif. Argumen yang disampaikan bahwa petemak lokal merupakan
bagian dari pasar global sehingga ketika harga susu dunia turun maka harga lokal pun harus
menyesuaikan.
Masyarakat sangat prihatin
karena banyak kalangan, termasuk birokrat, mengiyakan,
dan seolah tidak ada masalah.
Padahal, di tingkat akar rumput

ada persoalan yang menyangkut hajat hidup rumah tangga
petemak, usaha koperasi, sektor agrobisnis persusuan serta
dampak negatif terhadap perekonomian di perdesaan.
Secara nasional setiap hari
sekitar 1.300 ton susu segar disalurkan IPS. Ketika IPS menurunkan harga beli dari koperasi,
tidak ada alatematif saluran
lain. Di pihak lain, menerima
penurunan harga tersebut pasti
berimplikasi pada pengetatan
biaya handling dan pengangkutan susu atau menurunkan
patokan harga pembelian darj
anggota atau kedua-duanya. Petemak anggota adakalanya tidak paham dengan proses pembentukan harga. Yang mereka
pahami setiap penurunan harga
susu berakibat buruk pada petemak. Eksesnya bisa beragam
mulai dari menurunnya kredi-

P

....


-

--

bilitas pengurus koperasi di mata anggota, alasan untuk tidak
patuh terhadap kewajiban sebagai anggota, dan banyak reaksi
negatif lainnya. Pada dasamya,
petemak anggota yang pada
umumnya merupakan kelompok berpendapatan marginal
tidak siap menghadapi situasi
penurunan harga output. Di pihak lain, penurunan harga susu
tidak dapat sepenuhnya diatasi
koperasi melalui upaya-upaya
efisiensi.
Di tengah kisruh penurunan
harga susu, yang perlu dikhawatirkan adalah reaksi negatif
yang berdampak jangka panjang. Sangat mudah bagi peternak mengambil keputusan
menjual aset-aset temak sapi
kepada parajagal. Dampak turunannya sangat luas, mulai dari depopulasi sapi perah di wilayah kerja koperasi, produksi
dan suplai susu segar ke koperasi menurun, skala koperasi

menjadi tidak ekonomis, keberlanjutan bisnis koperasi dan
sektor hulu terancam, dan sebagainya.

--~-

Kllplng

Humas

Unpad

Barga "input"
Petemakan sapi perah merupakan salah satu bidang usaha
yang dikelola secara intensif.
Akibatnya, pakan menjadi input
ekstemal (terutama konsentrat)
dan biayanya relatif tinggi, biaya pakan dapat mencapai 7080% dari biaya produksi. Dalam periode 2006-2008, harga
pakan ~onsentrat) meningkat
sekitar 50% dari Rp 900,00
menjadi Rp 1.450,00. Penyebatmya beragam, di antaranya

kenaikan harga BBM, persaingan penggunaan bahan pakan
antarsektor usaha, kelangkaan
bahan substitusi (hijauan), dan
sebagainya.
Terjadinya penurunan harga
BBM secara langsung dapat
menekan ongkos operasional
angkutan susu. Namun, penurunan harga BBM tidak sertamerta diikuti penurunan hargaharga barang lainnya sehingga
dampaknya terhadap penurunan biaya tidak begitu besar.
Berbeda dengan situasi pada
2006 ketika harga BBM naik,
setiap kenaikan berimbas pada
harga barang lainnya sehingga
biaya operasional meningkat.
penggunaan BBM mencapai
9%-10% dari keseluruhan margin di tingkat koperasi. Dari setiap liter susu, koperasi mengalokasikan biaya untuk BBM
Rp 50,00 sampai Rp 60,00 per
liter untuk transportasi. Penurunan harga BBM 18% berarti
menghemat biaya per liter susu
sekitar

Rp 9,00
sampai
Rpll,OO. penghematan ini tidak akan mampu menutup penurunan harga susu yang akan
diberlakukan IPS yang mencapai Rp 100,00-200,00 per liter.
Penurunan harga BBM terhadap pehghematan biaya produksi di tingkat petemak tidak
langsung berpengaruh, ongkos

2009

31

BBM hanya mengambil bagian
0,4%-05% dari total biaya yang
dikeluarkan sehingga penurunan harga BBM tidak banyak
membantu peternak.
Takseirnbang
.

Kemitraan yang dibangun


antara IPS dan koperasi persusuan tidak selamanya berjalan
mulus. Peranan IPS sangat
strategis mengingat koperasi/peternak sapi perah tidak
memiliki pilihan lain dalam
menyalurkan produksi susu,
hanya ke beberapa IPS. Eksesnya, segala inisiatif berkaitan
dengan kebijakan perdagangan
banyak muncul dari IPS, di antaranya dalam penetapan price
list berdasarkan grade susu segar. Koperasi telah merespons
kebijakan tersebut dengan meniilgkatkan kualitas susu mulai
dari tingkat peternak sampai
dengan handling susu di koperasi. Ada kesan penerapan ketentuan tersebut longgar ketika
harga dunia tinggi atau IPS
membutuhkan susu lokal, sebaliknya pemberlakuan price
list diperketat ketika harga dunia rendah. Inkonsistensi ini
menimbulkan pertanyaan sejauh mana kesungguhan IPS
berkenaan dengan kualitas susu segar.
Saat ini dilaporkan banyak
IPS yang memanfaatkan agen
kolektor susu yang menampung/membeli susu dari peternak dengan harga lebih tinggi

dari harga yang ditetapkan koperasi primer, adakalanya mereka menampung susu dangan
mengabaikan grade kualitas susuo
Jalan keluar dari persoalan
perdagangan susu segar adalab
mendorong kalangan produsen
lokal (koperasi susu dan peternak) tumbuh makin berdaya saing, berkembang menjadi keku-

atan yang memiliki posisi tawar
seimbang dengan mitra IPS.
Dewasa ini, peternakan sapi perah masih menghadapi berbagai kendala dan masih memerlukan dukungan kebijakan berbagai pihak, terutama pemerintab, baik dalam pengembangan
usaha koperasi, agrobisnis peternakan, perlindungan usaba, .
maupun dukungan kebijakan
tenis peternakan sapi perab.
Kisruh kesepakat'an persusuan
antara IPS dan koperasi kali ini,
sebenarnya menguji keberpihakan pemerintah kepada peternak rakyat. ***

.

'


PenullS, dosen Fakultas Pe-I
temakan Unpad, anggota Dewan Persusuan Nasional.