MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI KISRUH

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI
KISRUH BANK GLOBAL

DISUSUN :


















ABDI RAHMAN
ANA RISDIANA
ANDREA ZULKAPRIADI S
BILLY RIBUAN
DIMAS NADIARSYAH
ELLYTA HERLYA NORTY
FAISAL NOR AKBAR
GT.WAHYU HIDAYAT
ISRO MULLAH
MAHMUDI
MARTASIAH
RIA PUJI WIDYAWATI
SRI MARYANI
WAHYU RIVANANDA
WIDYA KUMALA SARI
YUNI ABDILLAH

C1C112040
C1C112136
C1C112130

C1C112062
C1C112132
C1C112222
C1C112064
C1C112142
C1C112228
C1C112120
C1C112232
C1C112138
C1C112086
C1C112110
C1C112100
C1C112128

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TAHUN AJARAN
2014


KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena atas rahmat
dan karunia jualah kami dapat menyeselasikan makalah ini yang berjudul “Kisruh
Bank GLobal“ tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini merupakan
tugas “ Etika Bisnis dan Profesi“.
Makalah ini merupakan sebuah sarana pembelajaran dan sebuah inovasi
pembelajaran dan pengembangan wawasan tentang segala sesuatu yang dapat
berguna dan dapat menjadi bahan ajar bagi para mahasiswa.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.Wahyudin
Nor, SE, MSi,Ak selaku dosen pembimbing mata pelajaran Etika Bisnis dan Profesi
atas segala bimbingannya dan pengarahannya selama ini hingga terjadinya
penyusunan makalah ini. Serta tidak lupa kami mengucapkan kepada seluruh pihak
yang ikut membantu dan berperan serta baik tenaga, materil dan moral dan tentunya
kepada semua pihak yang telah memfasilitasi dalam pengerjaan makalah ini.
Kami pun juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan
bahkan penuh dengan kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
tanggapan, saran, dan kritikan yang membangun kepada kami yang bertujuan agar
kami dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam makalah ini
agar dimasa datang akan jauh lebih baik lagi.
Banjarmasin, 26 November 2014


TTD
Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………..
Daftar Isi………………………………………………………………………….……
BAB I
Pendahuluaan…………………………………………………………………………
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………...
1.2 Rumusan Masalah..…………………………………………………………
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………
BABII
Tinjauan Pustala………………………………………………………………………
BAB III
Pembahasan
3.1 menjelaskan secara singat tentang Bank Global …………………………...
3.2 menjelaskan tentang Surat berharga dan manipulasi data Laporan
Keuangan ………………………………………………………………………
3.3 menjelaskan tentang Bank Global dan pengawasan khusus ………………

3.4 menjelaskan tentang penjualan reksa dana siluman ……………………….
3.5 menjelaskan tentang pencabutan izin Usaha ………………………………
3.6 menjelaskan tentang Nasib Nasabah dan Nasib Pemegang Obligasi ……...
3.7 menjelaskan tentang tindakan kepada Auditor Bank Global ……………..
3.8 menjelaskan tentang hukuman untuk karyawan …………………………...
BAB IV
Simpulan……………………………………………………………………………….
Daftar Pustaka………………………………………………………………………...

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Unit Khusus Investasi Perbankan (KUIP) Bank Indonesia (BI) pada hari
sabtu, 11 Desember 2004, menerima SMS (short message service) dari nomor
yang tidak dikenal yang mengabarkan rencana manajemen Bank Global untuk
memusnahkan dokumen. Bank Indonesia langsung mengirimkan tiga orang
pemeriksa menuju Gedung Menara Global di Jalan Gatot Subroto. Di gedung ini,
terdapat kantor pusat Bank Global. Di sana, mereka mengamati gedung tersebut
dari jembatan penyeberangan yang berada di depan gedung. Mereka melihat ada
hal-hal yang mencurigakan. Gedung yang biasanya gelap gulita tampak terang

benderang hingga dini hari. Beberapa mobil keluar masuk kantor sejak Sabtu
hingga Minggu keesokan harinya yang menandai kesibukan di kantor tersebut.
Puncaknya adalah ketika sebuah mobil pickup dan satu truk memasuki pelataran
Menara Global pada hari Minggu.
Menjelang Magrib, beberapa orang terlihat memasukkan tumpukan
dokumen ke dalam dua mobil tersebut. Menyaksikan gelagat tidak baik, tim BI
mulai mendekat. Sekitar pukul 23.00 WIB, mereka memasuki lobi. Namun tibatiba, listrik dipadamkan oleh pihak pengelola.
Tim BI tidak dapat memaksa masuk karena polisi yang mendampingi
mereka belum membawa surat penggeledahan. Lewat tengah malam , situasi
mulai tenang. Aktivitas pemindahan dokumen tidak lagi berlangsung. Namun,
ketika subuh tiba, truk dan Pickup tiba-tiba sudah siap meluncur keluar dari
halaman gedung Menara Global. Tim pemeriksa BI nekat memasang banda di
depan kendaraan untuk menghalangi kendaraan keluar. Satpam pun terus meneror
dan mencoba mengusir tim BI. Polisi sendiri masih berada di luar pagar.

Melihat situasi semakin memanas, salah seorang “komandan” tim BI maju
ke depan, Ia memperkenalkan dirinya sebagai Nur Cahyo, Deputi Pemeriksa
Perbankan di BI. Ia ingin bertemu dengan Irawan Salim. Irawan Salim adalah
Direktur Utama Bank Global. Taktik itu berhasil, Setelah satpam kontak “ke sana
ke sini”, tim BI dipersilahkan masuk gedung. Kedua mobil itu pun mengurungkan

rencana mereka untuk pergi.
Pada Senin pagi, Tim BI menelepon Komisaris Bank Global guna
meminta dukungan. Setelah komisaris tiba, petugas kepolisian dan Bi dapat
masuk ke lantai 3, 26 dan 28. DIlantai 3, mereka menemukan beberapa kantong
berisi serpihan dokumen yang sudah dihancurkan teronggok disalah satu pojok,
Sayangnya, tidak ada satu pun pejabat Bank Global yang terlihat.
Tim BI lantas menuju lantai 26. Lantai ini hanyalah lantai transisi menuju
lantai 28 karena lift digedung tersebut hanya sampai pada lantai 26. Pada saat
embuka pintu ruangan yang menyerupai aula di lantai 28, mereka menemukan
delapan orang penjabat Bank Global itu. Mereka adalah Direktur Budijono, dan
para karyawan, antara lain Demitrius Nugraba Ramaun, Popi Wimanjaya, Iwan
Harsono, Lie Hadiyanto, Toni Simanjuntak,Arief Kurniadi, dan Yupiter Budiman.
Kedelapannya kemudian ditahan polisi.
Pada malam harinya, Deputi Gubernur Senior BI, Miranda Goeltom,
mengumumkan

pembekuan

Bank


Global.

Miranda

menjelaskan

bahwa

manajeman Bank Global melakukan banyak kesalahan fatal tyang mebuat BI
harus mebekukan kegiatan untuk meperbaiki kondisi bank,tersebut, Kesalahan
pertama, tidak melakukan berbagai langkah penyehatan untuk memperbaiki
kondisi bank, seperti penyetoran tambahan modal dari pemegang saham
pengendali sebagaiman yang dijanjikan dalam capital retoratioan plan (recana
perbaikan modal) dengan batas waktu selambat-lambatnya 13 Desember 2004,
Kedua, tidak menunjukkan iktikad baik untuk mematuhi peraturan BI, tercemin
dari adanya upaya untuk menghalangi jalannya pemeriksaan oleh BI serta ingkar
janji terhadap berbgai pernyataan dan komitmen tertulis yang telah ditandatangani

dihadapan pejabat BI, Ketiga, telah melakuakn tinfdak pidana dalam bidang
perbankan dengan merusak dan berupaya untuk menghilangkan dokumen atau

berkas warkat bank.
Selama ini, Bank Global oleh para pengawas dan pemeriksa BI disebut
sebagai bank kurang baik. Hal ini karena manajeman bank tersebut melakukan
perlawanan atas periksaan BI. Mereka berupaya untuk menghalang-halangi
pemeriksaan BI. Mereka bahkan terkesan menekan jika pengawas BI dating untuk
memeriksa guna melakukan pengawasan. Pusat pelaporan dan Analisi Transaksi
Keuangan (PPATK) juga mengklasifikasikan Bank Global sebagai bank yang
tidak kooperatif karena tidak pernah melaporakan transaksi keuangan yang
mencurigakan. Keberanian Direksi Bank Global selama ini karena memperoleh
perilndungan dari sejumlah pihak penjabat pemerintah.
Keesokoan harinya, Polisi berhasil menangkap dua orang karyawan Bank
Global, Abeng dan Maksum, pada saat polisi menyisir Kanotr Bank Global pukul
23.20 WIB. Keduanya ditangkap saat berusaha untuk melarikan uang tunai
sebesat Rp16,5 miliar dari sejumlah dokumen penting.
Polisi mengumumkan bahwa mereka masuh memburu Direktur Utama
Irawan Salim, Direktur Rico Santoso dan seorang pemimpin bank lainnya dengan
jabatan yang belum jelas, yaitu Steven alias Stevanus berhasil ditangkap pada
Kamis malam. Ia ternyata adalah salah satu anggota tim audit Bank Global yang
diketahui turut menghitung uang sebesar Rp16,5 miliar yang kemudaian disimpan
diruang mesin dilantai 28 Gedung Bank Global.

Pada Kamis pagi, polisi menyatakan bahwa Direkur Utama Bank Glonal,
Irawan Salim dipastikan telah berada diluar negeri. Kepastian ini berdasarkan
hasil sementara penyelidikan poliusi dan keterangan Juan Felix Tampubolon,
penasihat hokum Irawan yang datng ke Kantor Bandan Reserse Kriminal
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Wakil Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian Negara RI,
menejlasakn bahwa Irawan mengambil tiket pesawat SQ(Singapore Airlines)

disebuah kanotr travel pada 10 Desember, Ia kemudian berangkat pada hari sabtu,
tanggal 11 Desember pukul 06,25 dengan nomor penerbangan SQ 151. Kepolisian
menduga bahwa Irawan Salim sudah keluar dari Indonesia. Mereka akan
mengupayakan melalui jalur Interpol.
Sementara itu, polisi juga menyelidiki Rico Santoso melalui kantor biro
perjalanan dan kantor imigrasi Bandar udara. Berdasarkan keterangan beberapa
saksi, termasuk tersangka yang ditahan, Rico merencanakan untuk meninggalkan
Indonesia. Akna tetapi, dari keterangan saksi ada fakta bahwa tangga 12
Desember, ia masih berada di Jakarta. Jadi pihak kepolisian masih mencari di
Jakarta.
Juan Felix Tampubolon mengatakan bahwa Irawan Salim berangkat ke
Amerika Serikat pada hari Minggu untuk tujuan menemui investor guna

menambah modal di Bank Global. Hal tersebut sudah pernah di bicarkan dengan
BI bahwa Bank Global diberi watu selama enam bulan untuk mencari investor.
Menutur Irawan, investor itu sudah ada dan sekarang dalam tahrap perundingan.
Irawan, melalui Juan

juga membatah tudingan bahwa Bank Global

bersikap tidak kooperatif dengan menghilangkan barang bukti. Mereka hanya
melakukan pemilahan dokumen lama, yakni dokuneb tahun 200,2001, dan 2002
untuk dipindahkan kekantor cabang Bank Global. Pemilahan dokumen itu
merupakan bagian dari pelaksanaan rapa Bank Gloabldengan BI pada hari Jumat,
10 Desember.Keputusan dari Rapatr tersebut adalah Bank Global akan kembali
menghadap BI pada hari senin dengan membawa dokumen lengkap. Oleh karena
itu, setelah rapat, pihak Bank Global memilah-milah dokumen.
1.2 Rumusan Masalah
Setelah mengetahui akan latar belakang yang terdapat dalam makalah ini,
dapat di jelaskan rumusan masalah yang akan disajiakan yaitu sebagai berikut :
1.2.1 Untuk mengetahui secara singat tentang Bank Global ?

1.2.2 Untuk mengetahui tentang Surat berharga dan manipulasi data Laporan
Keuangan ?
1.2.3 Untuk Mengetahui tentang Bank Global dan pengawasan khusus ?
1.2.4 Untuk Mengetahui tentang penjualan reksa dana siluman ?
1.2.5 Untuk mengetahui tentang pencabutan izin Usaha ?
1.2.6 Untuk mengetahui tentang Nasib Nasabah dan Nasib Pemegang
Obligasi?
1.2.7 Untuk mengetahui tentang tindakan kepada Auditor Bank Global ?
1.2.8 Untuk mengetahui tentang hukuman untuk karyawan ?
1.3 Tujuan Penulisan
Dari Rumusan masalah yang disajikan pada makalah ini, dapat ditarik tujuan
akan penulisan makalah ini, yaitu sebagi berikut :
1.2.1 Untuk menjelaskan secara singat tentang Bank Global
1.2.2 Untuk menjelaskan tentang Surat berharga dan manipulasi data Laporan
Keuangan
1.2.3 Untuk menjelaskan tentang Bank Global dan pengawasan khusus
1.2.4 Untuk menjelaskan tentang penjualan reksa dana siluman
1.2.5 Untuk menjelaskan tentang pencabutan izin Usaha
1.2.6 Untuk menjelaskan tentang Nasib Nasabah dan Nasib Pemegang
Obligasi
1.2.7 Untuk menjelaskan tentang tindakan kepada Auditor Bank Global
1.2.8 Untuk menjelaskan tentang hukuman untuk karyawan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bank merupakan lembaga yang beroprasi dengan berlandaskan kepercayaan.
Fungsi utama dari bank adalah menghimpun dan menyalurkan kembali kepada
masyarakat. Oleh karena itu bank sangat berperan dalam pembangunan suatu negara.
Tutupnya sebuah bank dapat menyebabkan contalan atau domino effect pada bank
lainnya dan menurunkan kepercayaan masyarakat.
PT Bank Global International Tbk merupaan salah satu bank yang dicabut izin
usahanya pada tanggal 31 januari 2005 karena penurunan kinerja secara drastic yang
ditandai dengan CAR bank sebesar -39,11 % dan bank tidak dapat melakukan
langkah-langjah perbaikan untuk meningjatkan CAR menjadi menimal sebesar 8%.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mencoba mengetahui penyebab
permasalah yang terjadi pada bank global, Permasalahan Bank Global disebabkan
fraud berupa kepemilikan surat berharga dan penyaluran kredit fiktif sehingga
terdapat kekurangan PPAP yang berdampak pada CAR.Laporan publikasi tidak
menunjukkan permasalahan tersebut secara detail, Rasio Camel yang disajijkan
baik.beberarapa hal yang dapat diketahui dari analisa rasio tersebut adalah jumlah
penanaman surat berharga Bank Global selam periode pengamatan menunjukkan
peningkatan yang cukup signifikan yang ditandai dengan meningkatnya Investing
Policy. Namun demikian pengakuan beban atas penurunan nilai surat berharaga pada
laporan laba rugi selalu nihil sedangkan pada pos laba rugi yang belum terealiusasi
dari surat berharga neraca jumlahgnya relative kecil. Sementara kepemilikan surat
berharaga pada tahun 2001 adalah tersedia untuk di jual dan dimiliki hingga jatuh
tempo pada tahun 2002 dan 2003 untuk diperdagangkan dan tersedia untuk dijual
dan pada

tahun 2004 untuk diperdagangkan, Selain itu terdapat indikasi awal

permasalahan NPL karena adanya kenaikan kredit, interst margin on loan relationship
dan rate return on loan menunjukkan penurunan.

Fungsi pengawasan dan pembinaan bank berada pada Bank Indonesia dan
kinerja dari suatu bank sepenuhnya merupakan tanggung jawab dari manajemen bank
tersebut. Permasalahn bank Gloabal dapat diketahui melalui pemeriksaan oleh Bank
Indonesia dan Bapepam.
Koordinasi antara Bank Indonesia dan Bapepam sebagai 2 otoritas pengawas
yang berbeda mutlak diperlukan dan perlu ditingkatkan karena perkembangan
produk-produk perbankan dan Bapepmam dipasar.Selain itu keuda otoritas tersebut
memiliki 2 are kewenangan yang berbeda. Kordinasi tersebut perlu dituangkan dalam
suatu kerja sama berupa memorandum of understanding agar proses koordinasi dapat
berjalan dengan efektif dan tepat waktu sehingga permasalahan dan tindak lanjut
terhdap pihak bank dapat didektesi dan dilakuakn lebih dini
Selain itu juga kasus PT Bank Global Interational Tbk perlu ditangani secara
Unitas agar memberikan efek jera dan presiden positif bagi para bangkir umumnya
serta untuk melindungi kepentingan masyarakat.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Bank Global
PT. Bank Global International Tbk, didirikan berdasarkan akta Notaris
Misahardi Wilamarta, S.H, nomor 351, tanggal 22 agustus 1992 bergerak dalam
bidang usaha jasa perbankan dan mempunyai status sebagai bank umum berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Keuangan No.1212/KMK.017/1992 tanggal 23 november
1992. Bank mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 18 desember 1992,
Pemegang saham bank adalah sebagai berikut :
Lawu Budhin
Hendra Setiawan
Imam Munadar

85%
10%
5%

Bank Global telah memperoleh ISO 9001 dari badan international pada bulan
September 1992 sehingga semua prosedur kerja dari operasi sampai dengan kredit
telah distandardisasi. Kegiatan Bank Global secara garis besar adalah menghimpun
dana masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk pemberian kredit. Dalam
menghimpun dana masyarakat, perseroan menyediakan sarana investasi melalui
rekening giro, tabungan, deposito berjangka, dan sertifikasi deposito. Sementara itu,
pemberian kredit dilaksanakan dalam bentuk kredit modal kerja, kredit investasi,
kredit usaha kredit (KUK), kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit umum lainnya,
serta menyediakan jasa perbankan, seperti Global Gold Personal Banking, kartu ATM
Global dan safe deposit box.
Pada tanggal 1 Desember 1997, Bank Global memperoleh penyataan efektif
dari Ketua Bapepam dengan surat No.S-1720/PM/1997 untuk melakukan penawaran
umum atas 50 juta saham bank kepada masyarakat. Pada tanggal 23 desember 1997,
saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta.

Berbeda dengan kebanyakan bank, Bank Global International berhasil
melewati krisis ekonomi 1998. Berdasaarkan hasil due diligence dari auditor
international, Bank Global masuk dalam kategori A, yaitu bank dengan kecukupan
modal yang memenuhi syarat.
Bank Global beberapa kali memanfaatkan pasar modal untuk memperoleh
dana. Berturut-turut Bank Global melakukan hak memesan efek terlebih dahulu
(HMETD-right issue) pada tahun 1999, menerbitkan obligasi tahun 2000 kembali
melakukan HMETD dan obligasi subordinasi tahun 2003. Pada tahun 2003, struktur
pemilik saham Bank Global adalah sebagai berrikut:
Publik
PT.Interned Pharmatama
PT Permata Prima Jaya
Irawan Salim

78,78%
11,51%
9,09%
0,62%

Irawan Salim telah menjadi Direktur Utama Bank Global sejak tahun 1996.
Bankir kelahiran 1956 ini lama berkertja untuk Citibank. Ia mengawali kariernya di
Kanada tempat ia menempuh pendidikannya pada McGill University dan York
University. Ia berkerja sebagai project consultant (konsultan proyek) pada Citibak
Kanada tahun 1983. Ia lalu diangkat menjadi vice president (wakil presiden direktur)
pada Citibank Jakrta selama tujuh tahun, dari 1985 sampai dengan 1992. Kemudian,
ia menjadi konsultan pada bank-bank asin g sebelum akhirnya menjadi Direktur
Utama Bank Global.
3.2 Surat Berharga Fiktif dan Manipulasi Laporan Keuangan
Pada tanggal 30 Juni 2004, BI ,mengirimkan surat kepada Bapepam guna
meminta jkonfirmasi atas portfolio surat berharga ysng dimiliki oleh Bank Global.
Bank Global melaporkan bahwa per posisi bulan April 2004 mereka memiliki surat
berharga sebesar Rp.965 miliar. Surat berharga tersebut dilaporkan dalam neraca
sebagai surat berharga yang diperuntukan untuk diperdagangkan dan disimpan di
lima perusahaan efek. BI meminta Bapepam untuk melakukan pemeriksaan karena
Bank Global ti8dak dapat menunjukkan kepemilikan atas surat berharga tersebut.

Pada tanggal 11 Agustus 2004, Bapepam menyatakan hasil pemeriksaan
menunjukan jumlah obligasi pada posisi 31 Desember 2003 hanya sebesar Rp.207
miliar, berbeda dengan laporan keuangan Bank Global tanggal 31 De3sember 2003
yang menyatakan jumlahnya sebesar Rp.1,13 triliun. Perbedaan ini sangat signifikan
karena total asset Bank Global sendiri per 31 Desember hanya sebesar Rp.2,27 triliun
Menurut hasil pemeriksaan Bapepam, pelaporan surat berharaga fiktif Bank
Global dilakukan dengan melakukan pencatatan berberapa kali atas obligasi yang
sama. Sebagai contoh Bank Global saat ini memiliki obligasi sebesar Rp.200 miliar
diperusahaan efek A yang juga berlaku seolah-olah sebagai bank kustodian.
Kemudian, obligasi tersebut dijual kepada perusahaan efek B yang pembelinya adalah
Bank Global juga. Ketioka obligasi A tersebut dijual kepada perusahaan B, catatan
kepemilikan obligasi Bank Global di perusahaan efek A tetap dibiarkan sehingga
pencatatan obligasinya menjadi Rp.200 miliar diperusahaan A dan Rp.200 miliar
diperusahaan efek B.
3.3 Bank Global Dalam Pengawasan Khusus
Pada tanggal 20 Oktober 2004, Bank Global ditempatkan dalam pengawasan
khusus Bank Indonesia (special surveillance unit) selama enam bulan karena rasio
kecukupan modal (capital adequancy ratio-CAR)nya menurun dibawah syarat
menimal yang ditetapkan oleh BI, yaitu 8%. Penurunan ini begitu tiba-tiba karena
sebulan sebelumnya Bank Global masih melaporakan CARnya sebesar 44,8 persen.
Dengan status pengawasan khusus, Bank Global diminta untuk melakukan
tiga hal utama yaitu mengajukan rencana perbaikan modal secara tertulis kepada BI
sehingga menjadi minimal 8%, Melaksanakan segera tindakan perbaikan dan
menjaga likuiditas bank agar tidak mengalami kesilitan likuiditas. Selainitu, bank
diberikan perintah untuk melakukan dan tidak melakukan kegiatan usaha bank yang
meliputi dua belas hal diantaranya adalah Membatasi pertumbuhan asset spertitidak
meberikan kredit dan pelaksanaan ekspansi usaha atau kegiatan baru yang
sebelumnya tidak dilakukan oleh bank. Jika gagal, pemilik lama akan diminta untuk
menjual sahamnya dan menyerahkan pengelolaan kepada pihak lain.

3.4 Penjualan Reksa Dana Siluman
Pada akhir bulan November 2004, terjadi keresahan pada nasabah Bank
Global baik pemilik deposito maupun reksa dan Prudence Dana Mantap. Mereka
tidak dapat mencarikan dananya dan diminta untuk memperpanjang satu bulan karena
masalah administrasi Nasabah tidak mempunyai pilihan lain.
Pada tanggal 30 November 2004, manajemen Bank Global akhirnya
menyediakan waktu uintuk bertemu para nasabah . Sekitar dua puluh nasabah dating
ke Menara Global sejak pagi. pErtemuan yang baru terlaksan menjelang siang
berlangsung dengan panas dan tegang. Manajemen menjelaskan bank dalam kondisi
sehat. Manajemen kembali mengulang penjelasan bahwa ada masalah administrasi
yang menyebabkan nasabah belum dapat mencairkan dananya. Bukan karena bank
tidak mempunyai dana, melainkan nasabah menuntut kepastian , kapan pembayaran
dilakukan.
Keresahan ini menerik perhatian Bapepam. Mereka melayangkan surat
panggilan kepada manajemen Bank Global untuk meminta penjelasan. Panggilan ini
tidak dipenuhi oleh Bank Global sehin gga Bapepam meninta penjelasan dari PT
prudence Asset Management. Direksi PT Prudence Asset Management kemudain
menjelaskan bahwa mereka tidak pernah menjual produk reksa dananya melalui Bank
Global.
Direksi Bank Global lalu juga membantah menjual reksa dana. Ada dua dalih
yang mereka gunakan. Pertama, penjualan reksa dana dilakukan oleh okmum
karyawan Bank. Kedua,Produk tersebut sebenarnya adalah deposito. Mereka
menawarkan hadiah handphone kepada nasabah yang bersedia untuk mengundurkan
waktu jatuh tempo. Setelah sepakat mengikuti program dan menerima handphone,
nasabah berubah pikiran dan tetap ingin mencairkan dananya. Akibatnya, terjadi
perselisihan antar nasabah dan pegawai bank.
Berdasarkan surat bukti unit penyertaan reksa dana yang dimiliki oleh
nasabah ditentukan bahwa lembar pertama penyertaan reksa dana. Pada bagian atas,
terdapat logo yang bertuliskan Prudence Asset Management. Pada bagian bawahnya,

terdapat nomor produk dan nama pemilik beserta alamatnya. Disamping kanan
blanko produk, tertera tanggal penempatan dana, tingkat pengembalian,. dan jangka
waktu produk. Pada bagian bawah ada catatan yang meyebutkan bahwa nota ini
adalah bukti penempatan invcestasi yang dilakukan secara elektronik dan
ditandatangani. Namun, pada lembar kedua tidak ada kalimat akan menyetorkan dana
ke rekening dari manajer investasi tertentu melalui suatu bank kustodin. Justru pada
lembar tersebut terdapat pernyataan akan membuka rekening deposito pada Bank
Global
Bedasarkan penelusuran Bapepam ditemukan bahwa Bank Global mulai
menawarkan produk reksa dana Prudence Dana Mantap pada bulan mei 2004. Produk
ini dikemas seperti deposito dengan bunga yang menarik, yaitu sebesar 12% per
tahun dengan tenggang waktu jatuh tempo dapat diatur per bulan. Pnerbitan reksa
dana tersebut seolah-olah melalui kerja sama dengan PT prudence Asset Management
dan Deutsche Bank sebagai bank kustodin. Dana hasil penjualan tersebut diambil alih
oleh pemilik atau pihak manajemen bank dan tidak pernah masuk rekening bank
kustodin. Pada saat jatuh tempo, reksa dana tersbut kemudian dikonversi menjadi
deposito dan medium term note agar masuk ke dalam program penjaminan. Produk
reksa dana tersebut diiringi oleh berberapa penyimpangan yang terkait dengan
hubungan antara nbank kustodin dan manajemen asset.
Sehubungan dengan keresahan yang terjadi, Bi akhirnya mengumumkan
bahwa Bank Global memang sedang menghadapi permasalahan dan masuk dalam
pengawasan khusus BI. Irawan semula membantah banknya masuk dalam
pengawasan khusus dan CARnya anjlok hingga dibawah delapan persen. Namun,
belakangan ia mengaku akan memanfaatkan waktu yang tersedia untuk manambah
modal. Ia merencanakan untuk menerbitkan saham baru sebesar Rp500 miliar dan
obligasi senilai Rp400 miliar. Tambahan dana sebesar 900 mikliar itu menurut Irawan
dapat membuat CAR banknya bertahan di kisaran 30-40 persen.
Usaha tersebut, selain diragukan keberhasilannya, juga dianggap tidak etis
oleh praktisi pasar modal, Yanuar Rizky. Tidak ada investor yang akan mau membeli

saham dan obligasinya. Selain itu, pada saat ini, Mayoritas saham bank Global ada
ditangan public. Dengan melakukan HMETD dan menerbitkan surat utang,
manajeman membebankjan masalah Bank Global kepada publik.
Satu-satunya jalan yang paling masuk akan adalah pengunduran diri Irawan
Salim dan penjualan sahamnya kepada orang lain. Jika tidak, lebih baik BI menutup
Bank Global sebelum menimbulkan kerugian lebih besar. Namun, Deputi Gubernur
BI Bidang Pengawasab Aulia Pohan, sudah memperingatkan bahwea proses menutup
bank sangat berbelit-belit dan memakan biaya yang besar.
3.5 Pencabuatan Izin Usaha
Pada tanggal 13 januari 2005, Bi akhirnya mencabut izin usaha PT Bank
Global Internatioanl Tbk melalui Keputusan Gubernur BI Nomor 7/2/KEP-GBI/2005.
Bank ini dilikuidasi karena pemiliknya dan pengelolanya tidak mempunyai iktikad
baik untuk memperbaiki permodalanbya. Pencabutan izain usaha Bank Global
diumumkan oleh Deputi Gubernur BI Bun Bunan Hutapea dalam jumpa pers yang
dihadirti oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Lembaga Kauangan Darmin Nasution.
Bi menilai pemilik dan pengelola Bank Global tidak sungguh-sungguh
memperbaiki permodalannya. Akibatnya, sejak dibekukan pada tanggal 12 Desember
2004, CAR milik bank ini tetap minus sebesar 39,11%. Penutupan bank ini terpaksa
dilakuakn untuk mendukung system perbankan yang sehat yang mampu bersaing
dipasar global. Bun Bunanmeminta nasabah tetap tenang karena program penjaminan
masih berlaku. Menurut Bun Bunan, stelah penutupan ini , Bi akan menyelesaikan
dana simpanan nasabah dan kredit yang ada di Bank Global bekerja sama dengan
Unit Pelaksana Penjaminan Pemerintah (UP3), Departemen Keuangan BI pun
meminta karyawan bank untuk membantu dalam menangani nasabah bersama-sama
UP3.
Darmin Nasution juga meminta nasabah tidak perlu paqnik, ia menyatakan
bahwa setelah izin dicabut maka pengelola sementara Bank Global segera
menyerahkan daftar nominatif dana pihak ketiga (DPK) kepada Kemenkue melalui
UP3. Data Nominatif DPK ini sangat diperlukan untuk bahan verifikasi yang akan

dilakukan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) . Darmin
menyartakan bahwa pemerintah hanya akan menjamin dana nasabah yang tidak
bermasalah setelah diverifikasi oilehj BPKP.DPK dianggap bermasalah jika bunga
yang diberikan melebihi tingakat bunga penjaminan yang dikeluartkan oleh BI atau
nasabah mempunyai kredit di bank ini. Selain itu, simpanan pihak terkait dengan
bank, seperti pemilik bank, pengurus, dan keluarganya tidak termasuk dalam
penjaminan. Reksa dan juga tidak masuk dalam program penjaminan karena bukan
produk perbankan. Reksa dana merupakan produk pasar modal melaui manajer
investasi.
Berdasarkan data sampai dnegan kemarin, DPK yang dimiliki oleh bank
sebear Rp739 miliar. Dana itu terdiri atas gira sebesar Rp3 miliar, tabungan Rp33 m
ilair , dan deposito Rp724 milar. Sementara itu,asset dari pihak bank yang sudah
berhasil di data oleh BI nilainya masih jauh dibawah DPK. Kekurangan sekitar
Rp300 miliar . Oleh karena itu , bank sentral kini terus menerus mengejar aset-aset
pribadi pemilik bank.
3.6 Nasib Nasabah
Verifikasi rekening tabungan, giro dan deposito nasabah Bank Global ternyata
jauh lebih sulit dari yang diperkirakan karena diduga ada rekayasa atas rekening
tersebut oelh pemilik bank. Rekening nasabah tersebut dilalui aliran dana dari
berberapa rekening giro nasabah lain, tanpa disertai dengan aliran dana masuk ke
bank. Oleh karena itu, tim likuidasi haruis memeriksa dan mengurutkan satu persatu
kebenaran setiap catatan pemondahbukuan tersebut.
Menjelang akhgir juli 2005, enam bulan setelah likuidasi Bank Gl;obal tim
verifikasi dapat meyelesaikan seluruh tugasnyw. Hasilnya adalah pemerintah
menjamin simpanan DPK sebanyak 5.146 rekening bernilai Rp793,44 miliar dan
kewajiban bukan simpanan non DPK sebanyak 67 rekening berniali Rp25,46 miliar.
Sementara itu, jumlah kewajiban Bank Global International yang tidak dijamin oleh
pemerintah mencapai Rp778,17 miliar. Kemawjiban yang tidak dijamin pemerintah
terdiri atas simpanan masyarakat dan pihak ketiga_DPK sebanyak 1.362 rekenibg

dengan niulai Rp274,50 miliar dan bukan simnpanan non-DPK sebanyak 123
rekening dengan nilai sebesar Rp503,67 miliar.
`Darmin Nasution menjelaskan bahwa ada tiga model aliran dana dalam
kewajiban Bank Global yang tidak dapat disimpulkan. Pertam, aliran dana tidak
normal dimana ada keterlibatan nasabah dalam modus operandinya, terutama untuk
mengeluarkan dana dari rekeningnya kemudian disalurkan untuk kepentingan
investasi pada produk bukan bank. Kedua, aliran daa yang merupakan variasi modus
operadi pertama, yaitu hanya sebagian dana rekening yang ditarik untuk investasi
pada produk bukan bank itu(reksa dana). Ketiga, aliran dana terkait degan setoran
sertifikasi deposito. Darmin Nasuion selanjutnya menjelaskan bahwa department
keunagan akan menerima arahan Presiden untuk usulan penyelesaian kewajiban Bank
Global yang dianggap memperluka upya penyelesain lebih lanjut terkait dengan
aliran dan tidak normal.
Setelah lebih dari setahun berusah tanpa hasil, sebanyak 136 orang nasabah
menggunakan jalur hukum untuk memperjuangkan haknya. Mereka menggugat
Kemenkeu melalui pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta pada tanggal 2 Maret 2007.
Gugatan tersebut sebagain dikabulkan melalui putusan tanggal 12 Juli 2007 yang
mewajbkan Kemenkue mengeluarkan Surat Keputusan untuk melakukan pembayaran
berdasarkan Program Penjaminan Pemerintah atas seluruh dana dimpanan sebanyak
136 orang penggugat tersebut dengan besaran jumlah sebagaiman tercantum dalam
buku tabungan, bilyet deposito berjangka , dan giro rekening atas nama mereka
dikabulkan. Pada akhirnya setelah menempuh seluruh upaya hokum dan menemui
kegagalan, Kemenkue tetap tidak membayar dana simpanan para nasabah Bank
global.
Nasib Pemegang Obligasi
Permaslahan Bank Global juga menimbulkan masalh bagi pemegang obligasi
subordinasi yang dikeluarkan oleh bank tersebut. Obligasi subordinasi Bank Global
merupak surat utang junior yang disubordinasi terhadap utang seniot. DFengan

demikian kewajiban terhadap kreditur junior terpenuhi. Oelh karena itu, pemilik
obligasi Bank Global harus siap-siap kehilangan investasinya.
Sebagiman halnya dengan nasabah Bank global, permasalhan obligasi
subdinasi Bank global masih bertlanjut hingga tahun 2007 pada saat muncul gugatan
dari empat investor obligasi, yaitu PT Insight Investments, PT Insight Investments
Managemnet, Dana Pensiun Perumas dan Dana Pensiun Krakatau Steel.Mereka
menggugat Bank Global dan enam belas pihak lainnya, yaitu Komisaris dan Direksi
Bank Global, Kauntan Publik, Lembaga Pemerikat Efek, Konsultan hokum, notaries,
penjamin pelaksana emisi efekm hingga PT Bank Niaga, Tbk sebagai wakil amanat.
Setelah menjalani persidangan selama dua tahun, Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat akhirnya memenangkan gugatan empat perusahaan pemegang obligasi
subordinasi terhadap PT Bank Global Internatioan Tbk, Bank yang sudah likuidasi ini
harus membayar ganti rugi secara tanggng rentan sebesar Rp7 miliar kepada para
penggugat.
Majelis hakim memutuskan bawwa Bank Global berserta jajaran direksi,
komisaris dan akuntan publik telah menyampaikan informasi tidak benar tentang
peringkat Bank Global dan obigasi yang diterbitkannya yang menimbulkan kerugian
bagi para pemegang obligasi. Namun, majelis hakim menilai, lima gugatan lainnya
tidak terbukti melakuakn perbuatan melawan huku, Kelima gugatan tersebut itu
yakni, dua kantor konsultant hukum, notaries, pemeringkat Moodys Indonesia, dan
Bank Niaga selakuy wakil amanat. Majelis hakim menganggap bahwa kelima
gugatan sudah bertindak professional dan melakukan perkerjaan sesuai dengan
kapsitasnya.
Kedua belah pihak tidak puas dengan putusan hakim dan meyatakan banding.
Pihak

Bank

Global

mempermasalahkan

putusan

hakim

yang

tidak

mempertimbangkan soal bukti piutang obligasi. Sementara itu, pihak penggugat tidak
puas karena hokum menyatrakan dua tergutat, yaitu Moody’s Indonesia dan Bank
NIaga tidak bersalah.
3.7 Tindakan Kepada Auditor Bank Global

Tidak lama seteklah pencabutan izin Usaha Bank Global, Darmin Nasution
mengumumkan pembekuan izin Akuntan Punblik Drs.Joseph Susilo beserta Kantor
Akuntan Publiknya selam 24 bulan terhitung mulai tanggal 14 Januari 2005,. Akuntan
Publik yang melakuakn audit terhhadap laporan keuangan Bank Global tahun 2003
tersebut dinyatakan bersalah.Darmin menjelaskan “dari hasil pemeriksaan, akuntan
public ini menyalahi prosedur standar audit seluruhnya. Namun, dia melakuakan
beberapa kesalahan sehingga tidak dicabut izinnya, hanya dibekukan sementara
sekitar dua tahun.
Menurut Darmin, setiap akuntan public yang melakuakn penyimpangan
prosedur namun masih mengikuti beberapa standar prosedur tidak akan dicabut
izinnya. Namun apabila akuntan public akuntan public yang bersangkutan benarbenar tidak memedulikan standar keuanagn maka, akan di cabut izinnya.
Darmin Mengatakan bahwa saai ini pihaknya sedang memeriksa akuntan
public yang menaangani laporan keuanagn Bank Global tahun 2002. Ia menjelaskan,
“sebenarnya tidak ada laporan untuk melakuakn pemeriksaan terhadap akuntan public
laporan keuangan Bank Gloabal tahun 2002, akuntan public diperiksa dalam rangka
pemeriksaan regular yang dilakuakn oleh Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan.
Tiga tahun kemudian, pada tahun 2008, menteri Keuangan membekukan izin
kauntan Publik Drs. Thomas Igumna selama du belas bulan, Thoimas Iguna dinilai
telah melakuakn pelanggaran terhadap Standar Auditing dan Datnadr Profesional
Akuntan Publik dalam pelaksanaan audit atas laporan keuanagn PT.Bank Global
International Tbk, untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2002.
3.8 Hukuman Untuk Karyawan
Pada akhir September 2005, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
menjatuhkan hukuman kepada tujuh mantan karyawan Bank Global yaitu Budijono,
D.Nugroho, M. Budiman, Poppy Wimanjatya, Slamatda, S juwinta, dan Theng Hok
Beng, masing-masing dengan hukuman satu tahun penjara dan denda sebesar Rp1
miliar Hukuman ini jauh lebih rinagn dari tuntutan Jaksa, Sebelumnya jaksa menuntut

Budijono D.Nugroho, M. Budiman, Poppy Wimanjatya, Slamatda dengan hukuman
enam tahun penjara karena berusaha menghilangkan berbagai dokumen bank Global
yang akan diperiksa oleh BI, Jaksa juga menuntut S.Juwinata dan Thenk Hok Beng
dengan hukuman penjara selama delapan tahun karena berupaya untuk mengambil
sejumlah dokumen dan uang sebesar Rp16,5 miliar. Selain hukuman penjara, seluruh
terdakwa dituntut untuk membayar denda sebesar Rp10 miliar

BAB IV
SIMPULAN
PT Bank Global International Tbk, berdiri berdasarkan akta Notaris Misahardi
Wilamarta, SH. Pada tanggal 22 Agustus 1992 yang bergerak di bidang usaha jasa
perbankan. Bulan agustus 2004, hasil pemeriksaan Bapepam menunjukkan bahwa
posisi jumlah obligasi akhir tahun 2003 hanya sebesar Rp207 miliar berbeda dengan
laporan keuangan Bank Global tanggal 31 Desember 2003 sebesar Rp1,13 triliun.
Perbedaan ini sangat mengejutkan karena total asset Bank Global per 31 Desember
hanya sebesar Rp2,27 triliun. Hasil pemeriksaan Bapepam juga mneyebutkan bahwa
Bank Global telak melakukan berberapa kali pencatatan atas obligasi yang sam
dengan memberiarkan bahwa nilai obligasi masih dalm kepemilikan si pemilik.
Pada bulan November 2004, nasabah Bank Global mengalami keresahan baik
pemilik deposito maupun reksa dan Prudence Dana Mantap karena nasabah tidak bias
mencairkan dananya serta diminta pihak Bank Global untuk memperpanjang satu
bulan. Manajemen Bank Global menjelaskan bahwa pihak bank ada masalah
administrasi sehingga pencairan dana masih belum terlaksana, bukan karena Bank
Global tidak ada dana. Akhirnya pihak Bapepam mengeluarkan suart panggilan untuk
manajemen Bank Global guna meminta keterangan tetapi panggilan tersebut tidak
juga dipenuhi.
Akhirnya Bapepam meminta penjelasan kepada PT Prudence Asset
Management. Pihak Prudence menjelaskan bahwa mereka tidak pernah menjual reksa
dananya melalui bank globa. Direksi Bank Global juga membantah telah mnjual
reksa dananya. Ternyata ada dua dalih. Pertama, bias saja penjualan reksa dana
dilakuakn oleh karyawan bank, Kedua produk tersebut adalah deposito bank. Bank
Global menawarkan hadiah handphone kepada nasabah apabila beberapa dari mereka
ada yang setuju untuk mengundurkan waktu pencairan dananya. 13 januari 2005, BI
mencabut ijin usaha melalaui Keputusan Gubernur Bank Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
apbusinessecthic.blogspot.com/2014/03/tugas-1-kelas ppak 2014 kasus.html?
m=1#comment-form.
Bachtiar, Emil. 2012. Kasus-Kasus Etika Bisnis dan Prefesi.Jakarta:Salemba
Empat