Hubungan Antara Self Esteem dan Jealousy pada Mahasiswa/i Universitas "X" yang Sedang Menjalin Hubungan Romantic Love.

(1)

i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara self esteem dan jealousy pada mahasiswa/i Universitas “X” yang sedang menjalin hubungan romantic love. Pemilihan sampel menggunakan metode incidental sampling, dengan sampel penelitian berjumlah 80 orang mahasiswa/i Universitas “X” berusia 19 sampai 21 tahun yang sedang berpacaran. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan korelasional.

Alat ukur yang digunakan merupakan modifikasi dari alat ukur self esteem dan jealousy yang dibuat oleh peneliti sebelumnya, yaitu Bandari Alamanda, S.Psi.(2005). Alat ukur self esteem terdiri dari 44 item. Sedangkan alat ukur jealousy terdiri dari 28 item. Data yang diperoleh diolah menggunakan uji korelasi Pearson. Validitas alat ukur self esteem berkisar antara 0,319-0,682 sedangkan jealousy berkisar antara 0,302-0,648. Reliabilitas alat ukur self esteem memiliki derajat reliabilitas yang tinggi yaitu 0,872 sedangkan jealousy memiliki reliabilitas yang sedang yaitu 0,652.

Dari hasil penelitian ini diperoleh korelasi sebesar 0,055 antara self esteem dan jealousy, artinya tidak terdapat korelasi yang signifikan antara self esteem dan jealousy pada mahasiswa/i Universitas “X” yang sedang menjalin hubungan romantic love. Hasil penelitian juga menemukan bahwa terdapat hubungan yang rendah antara self respect (aspek self esteem) dan hurt (komponen jealousy) dengan korelasi rendah sebesar 0.289. Beberapa faktor ada yang mempengaruhi jealousy mahasiswa/i, diantaranya : dependency, mate value, fearfull style dan secure style.

Kesimpulan dari penelitian ini, self esteem tidak berhubungan dengan jealousy

yang dialami mahasiswa/i Universitas “X” yang sedang menjalin hubungan romantic

love. Terdapat hubungan yang rendah antara self respect dan hurt. Pemaknaan mahasiswa/i terhadap dependensi, mate value, fearful, dan secure dalam dirinya mempengaruhi jealousy yang dialaminya.

Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya menggali lebih dalam faktor-faktor yang mempengaruhi jealousy dalam diri mahasiswa/i dan meneliti jenis-jenis jealousy. Selain itu, disarankan mahasiswa/i dapat meningkatkan self esteemnya supaya dapat mengelola jealousynya dengan baik.


(2)

iii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 7

1.3.1 Maksud Penelitian 7

1.3.2 Tujuan Penelitian 7

1.4 Kegunaan Penelitian 8

1.4.1 Kegunaan Teoritis 8

1.4.2 Kegunaan Praktis 8

1.5 Kerangka Pikir 8

1.6 Asumsi Penelitian 15

1.7 Hipotesis Penelitian 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16

2.1 Tinjauan Tentang Tahap Perkembangan Dewasa Awal 16

2.1.1 Kajian Masa Dewasa Awal 16

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Membuat Tertarik Satu Sama Lain 17 2.1.3 Bentuk-Bentuk Cinta 18

2.2 Tinjauan Tentang Self Esteem 20


(3)

iv Universitas Kristen Maranatha

2.2.2 Komponen-Komponen Self Esteem 20

2.2.3 Self Esteem Dalam Kaitannya Dengan Jealousy 23

2.3 Tinjauan Tentang Jealousy 24

2.3.1 Pengertian Jealousy 24

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jealousy 25

2.3.3 Tipe Jealousy 31

2.3.4 Respon Terhadap Jealousy 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian 33

3.2 Bagan Rancangan Penelitian 33

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 34

3.4 Alat Ukur 36

3.4.1 Kuesioner Self Esteem 36

3.4.2 Kuesioner Jealousy 42

3.4.3 Data Pribadi dan Data Penunjang 45

3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 45

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel 47

3.5.1 Karakteristik Populasi 47

3.5.2 Teknik Penarikan Sampel 47

3.6 Sistem Penilaian 47


(4)

v Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 49

4.1 Hasil Penelitian 49

4.2 Pembahasan 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 59

5.1 Kesimpulan 59

5.2 Saran 59

DAFTAR PUSTAKA iv

DAFTAR RUJUKAN v

LAMPIRAN DAFTAR TABEL vi


(5)

vi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Korelasi Self Esteem dan Jealousy

Tabel 4.2 Korelasi Antar Komponen Self Esteem dan Komponen Jealousy Tabel 4.3 Persentase Faktor Dependensi

Tabel 4.4 Persentase Faktor Inadequacy Tabel 4.5 Persentase Faktor Mate Value I Tabel 4.6 Persentase Faktor Mate Value II Tabel 4.7 Persentase Faktor Attachment Style Tabel 4.8 Persentase Faktor Sex Exclusivity Tabel 4.9 Persentase Faktor Traditional Gender


(6)

vii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy

Lampiran 2. Kuesioner Self Esteem dan Jealousy


(7)

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy

DATA PRIBADI

Nama ( inisial ) :

Jenis Kelamin :

Usia :

Fakultas :

Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari )

Kadang-kadang ( seminggu sekali )

Jarang ( sebulan sekali )

Lain-lain ( lebih dari sebulan sekali )


(8)

Di bawah ini ada beberapa pertanyaan yang diharapkan dapat anda jawab sesuai dengan apa yang anda hadapi saat ini, tanpa pengaruh dari orang lain.

Apakah anda merasa keberadaan anda berharga bagi pasangan ? Alasannya ? ……… ……….... Apakah anda pernah merasa cemburu pada pasangan ? Seberapa seringkah ?

……… ……… Apabila ya, faktor apakah yang melatarbelakangi kecemburuan anda tersebut ?

……… ………


(9)

Berilah tanda silang ( X ) pada salah satu pernyataan di bawah ini yang lebih sesuai dengan diri anda saat ini.

1.a. Saya memiliki alternatif orang lain untuk dijadikan pacar selain pasangan saya.

b. Saya tidak memiliki alternatif orang lain untuk dijadikan pacar selain pasangan saya.

2.a. Saya merasa mampu membahagiakan dan memenuhi kebutuhan pasangan saya.

b. Saya merasa kurang mampu membahagiakan dan memenuhi kebutuhan pasangan saya.

3.a. Terdapat banyak perbedaan sistem nilai ( nilai kehidupan ) di antara saya dan pasangan.

b. Terdapat sedikit perbedaan sistem nilai ( nilai kehidupan ) di antara saya dan pasangan.

4.a. Saya memiliki banyak kelebihan dalam berbagai hal, dibandingkan pasangan saya.

b. Pasangan saya memiliki banyak kelebihan dalam berbagai hal, dibandingkan saya.


(10)

5.a. Saya adalah tipe orang yang menilai diri saya negatif ( kurang layak untuk dicintai ), dan merasa cemas terhadap ancaman yang mengganggu relasi saya dengn pasangan.

b. Saya adalah tipe orang yang menilai diri saya negatif ( kurang layak untuk dicintai ), dan merasa takut diperlakukan tidak baik oleh pasangan sehingga menimbulkan ketidaknyamanan dalam berelasi bersama pasangan.

c. Saya adalah tipe orang yang menilai diri saya positif ( layak untuk dicintai ), dan berharap pasangan dapat menerima keberadaan diri saya serta bertindak responsif dalam memberikan kenyamanan dan perlindungan saat dibutuhkan.

d. Saya adalah tipe orang yang menilai diri saya positif ( layak untuk dicintai ), dan bersikap mandiri serta menghindari relasi kedekatan dengan pasangan.

6.a. Saya tidak terlalu mengharapkan pasangan memiliki satu suami atau istri saja ( poligami ).

b. Saya sangat mengharapkan pasangan memiliki satu suami atau istri saja ( monogami ).

7.a. Saya memandang diri saya memiliki sifat maskulin atau feminin yang tidak dominan.

b. Saya memandang diri saya memiliki sifat maskulin atau feminin yang dominan.


(11)

Lampiran 2. Kuesioner Self Esteem dan Jealousy

Petunjuk Pengisian Kuesioner

Kepada anda akan diajukan dua buah kuesioner yang terdiri dari sejumlah pernyataan. Silahkan anda membaca pernyataan yang telah tersedia, kemudian pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda silang ( X ) dari 5 alternatif jawaban yang ada.

Pilihlah 1, bila pernyataan Tidak Sesuai dengan perasaan / pikiran / tindakan anda.

Pilihlah 2, bila pernyataan Kurang Sesuai dengan perasaan / pikiran / tindakan anda.

Pilihlah 3, bila pernyataan Cukup Sesuai dengan perasaan / pikiran / tindakan anda.

Pilihlah 4, bila pernyataan Sesuai dengan perasaan / pikiran / tindakan anda.

Pilihlah 5, bila pernyataan Sangat Sesuai dengan perasaan / pikiran / tindakan anda.

Jawablah setiap pernyataan tanpa ada yang terlewati sesuai dengan perasaan anda yang sebenarnya tanpa berdiskusi dengan orang lain. Kuesioner ini bukanlah suatu tes, maka tidak ada jawaban yang dinilai benar maupun salah. Data yang terkumpul akan dijamin kerahasiaannya.


(12)

Kuesioner Self Esteem

No. PERNYATAAN TS KS CS S SS 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Saya merasa yakin dapat memfokuskan perhatian saya terhadap pasangan tanpa memikirkan hal lain.

Saya merasa kurang pantas untuk mengenal dan mempelajari kebiasaan baru ketika kami mulai berpacaran.

Saya merasa yakin dapat memusatkan perhatian saya terhadap pasangan ketika kami sedang berlibur bersama.

Saya merasa pantas untuk menjalani hubungan yang saling membangun bersama pasangan. Saya merasa yakin dapat memahami penyebab serta alasan kepedulian saya terhadap pasangan.

Saya merasa kurang pantas untuk menerima perasaan bahagia yang saya alami.

Saya merasa kurang yakin dapat berpikir positif ketika pasangan terlihat sering mengobrol dengan teman lawan jenis.

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5


(13)

8. 9. 10 11. 12. 13. 14. 15. 16.

Saya merasa kurang pantas untuk mengalami perasaan sedih ketika pasangan mengecewakan saya.

Saya merasa kurang yakin dapat berpikir logis ketika terjadi pertengkaran di antara kami. Saya merasa pantas untuk menerima kelebihan yang saya miliki.

Saya merasa kurang yakin dapat berpikir logis ketika seringkali pasangan bersikap tidak peduli terhadap saya.

Saya merasa pantas untuk menerima kekurangan dalam diri saya.

Saya merasa yakin atas kekhawatiran saya ketika pasangan tidak menghubungi saya sepanjang hari itu.

Saya merasa pantas untuk memiliki kebebasan bergaul bersama teman-teman selama berpacaran.

Saya merasa yakin dapat merasakan kebahagiaan ketika pasangan memperkenalkan saya kepada orang tuanya.

Saya merasa pantas memiliki prinsip pribadi dalam berpacaran.

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5


(14)

17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.

Saya merasa kurang yakin dapat mengakui kelebihan diri kepada pasangan.

Saya merasa kurang pantas untuk mendapatkan pasangan yang sesuai dengan harapan saya. Saya merasa kurang yakin dapat menerima kelemahan pasangan.

Saya merasa kurang pantas untuk memiliki hubungan yang harmonis bersama pasangan. Saya merasa yakin dapat membuat keputusan yang tepat dalam membina hubungan dengan pasangan.

Saya merasa pantas untuk mengungkapkan segala emosi yang saya alami dengan pasangan.

Saya merasa kurang yakin untuk mengambil suatu keputusan tanpa pertimbangan dari pasangan.

Saya merasa pantas untuk mengungkapkan pikiran saya ketika pasangan tidak bertindak sesuai dengan keinginan saya.

Saya merasa kurang yakin dapat melakukan seluruh aktivitas saya seorang diri selama berpacaran.

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5


(15)

26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.

Saya merasa kurang pantas untuk mendapatkan pujian dari pasangan.

Saya merasa yakin dapat menerima konsekuensi dari tindakan yang saya lakukan dalam berpacaran.

Saya merasa kurang pantas mengemukakan keinginan saya pada pasangan untuk lebih diperhatikan sebagai pacar.

Saya merasa yakin dapat menentukan prioritas dalam beraktivitas selama berpacaran.

Saya merasa pantas untuk menghargai usaha bersama pasngan dalam mengembangkan hubungan yang lebih dewasa.

Saya merasa kurang yakin dapat menerima pendapat pasangan mengenai perilaku saya sehari-hari.

Saya merasa pantas untuk menghargai keputusan yang kami sepakati bersama meski hasilnya tidak selalu memuaskan.

Saya merasa kurang yakin dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan saya terhadap pasangan.

Saya merasa kurang pantas mengambil suatu

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5


(16)

35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42.

keputusan bagi kelanjutan hubungan kami di masa depan.

Saya merasa kurang yakin bahwa pasangan akan memahami keinginan saya untuk memiliki suatu barang tanpa harus memintanya.

Saya merasa kurang pantas untuk menjadi pasangan hidup yang terbaik bagi pasangan saya.

Saya merasa yakin dapat memperkenalkan pasangan pada orang tua saya.

Saya merasa pantas untuk menyayangi pasangan saya apapun keadaannya.

Saya merasa kurang yakin dapat merencanakan persiapan-persiapan menuju jenjang pernikahan.

Saya merasa pantas meluangkan waktu untuk merawat pasangan saya yang sedang sakit. Saya merasa yakin dapat menepati janji saya terhadap pasangan.

Saya merasa kurang pantas untuk pulang larut malam bersama pasangan setelah melakukan kegiatan bersama pasangan.

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5


(17)

43.

44.

45.

46.

Saya merasa kurang yakin dapat menerapkan komitmen terhadap pasangan pada diri saya. Saya merasa kurang pantas untuk melarang pasangan melakukan hal-hal yang berlebihan dalam berpacaran, misalnya bercumbu.

Saya merasa kurang yakin dapat melakukan prinsip pribadi untuk tidak berciuman selama berpacaran.

Saya merasa yakin bahwa tindakan yang saya lakukan sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5


(18)

Kuesioner Jealousy

No. PERNYATAAN TS KS CS S SS 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Saya merasa kurang dapat memaafkan pasangan meski kesalahannya telah lama berlalu.

Saya merasa percaya ketika pasangan memberikan penjelasan rasional saat terjadi salah paham di antara kami.

Saya merasa kurang dapat memulihkan kepercayaan saya ketika pasangan menyalahgunakan kepercayaan itu.

Saya merasa tidak perlu menghiraukan pandangan negatif yang dibicarakan orang lain mengenai pasangan saya.

Saya merasa pasangan menghargai keberadaan diri saya.

Saya merasa tidak perlu untuk terus menerus menelpon pasangan ketika dirinya sedang tidak bersama saya.

Saya merasa pasangan dapat menjalani hubungan kami ke arah yang lebih serius.

Saya merasa perlu untuk berprasangka buruk

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5


(19)

9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

ketika pasangan terlihat terlalu akrab dengan temannya yang berlainan jenis.

Saya merasa pasangan dapat meluangkan waktu yang cukup bagi saya meskipun ia sedang banyak kesibukan.

Saya merasa cemas apabila ada teman yang menyukai pasangan saya.

Saya merasa pasangan dapat menghargai kelebihan dan kelemahan saya.

Saya merasa cemas apabila pasangan memiliki banyak penggemar yang berlainan jenis.

Saya merasa pasangan dapat menepati janjinya. Saya merasa ingin membanting barang untuk mengekspresikan kemarahan kepada pasangan. Saya merasa kecewa ketika pasangan tidak memperhatikan kesehatan saya.

Saya merasa ingin mencela pasangan ketika kami bertengkar.

Saya merasa kecewa ketika pasangan bersikap kurang peduli terhadap keberadaan diri saya sebagai pacarnya.

Saya merasa tidak peduli terhadap pasangan ketika kesal terhadapnya.

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5


(20)

19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.

Saya merasa kecewa atas sikap pasangan yang tidak mengingat hari ulang tahun saya.

Saya berusaha untuk tidak marah kepada pasangan ketika mengetahui dirinya terlihat terlalu sibuk dengan aktivitasnya.

Saya merasa tenang ketika pasangan lebih banyak menceritakan masalah pribadi kepada teman lawan jenis.

Saya berusaha untuk tidak marah terhadap pasangan ketika mengetahui dirinya selingkuh. Saya merasa tenang ketika ada teman lawan jenis yang memperhatikan pasangan saya saat saya tidak bersamanya.

Saya merasa perlu untuk menahan emosi ketika hubungan kami sedang tidak harmonis.

Saya merasa takut untuk menghadapi hubungan kami ketika pasangan seringkali menghindari tatapan saya.

Saya menahan diri untuk tidak bertengkar dengan pasangan saat terjadi perbedaan pendapat di antara kami.

Saya merasa takut pasangan merasa bosan ketika seringkali ia meminta waktu untuk

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5


(21)

28.

menyendiri.

Saya merasa ingin memukul pasangan ketika ia mengecewakan saya.


(22)

Lampiran 3. Analisa Item (Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur)

Self Esteem

No. Item Reliabilitas Validitas

1 0.356 valid

3 0.340 valid

5 0.261 tidak valid

7 0.319 valid

9 0.412 valid

11 0.261 tidak valid

13 0.009 tidak valid

15 0.406 valid

17 0.452 valid

19 0.609 valid

21 0.598 valid

23 0.327 valid

25 0.274 tidak valid

27 0.468 valid

29 0.336 valid

31 0.458 valid

33 0.449 valid

35 0.479 valid


(23)

39 0.588 valid

41 0.515 valid

43 0.556 valid

45 0.425 valid

2 0.562 valid

4 0.517 valid

6 0.536 valid

8 0.465 valid

10 0.590 valid

12 0.109 tidak valid

14 0.392 valid

16 0.640 valid

18 0.646 valid

20 0.560 valid

22 0.468 valid

24 0.537 valid

26 0.682 valid

28 0.661 valid

30 0.508 valid

32 0.440 valid

34 0.612 valid


(24)

38 0.477 valid

40 0.420 valid

42 0.218 tidak valid

44 0.507 valid

46 0.421 valid

Jumlah item yang dipakai : 40 item

Jumlah item dibuang : 6 item


(25)

Jealousy

No. Item Reliabilitas Validitas

1 0.192 tidak valid

3 0.302 valid

5 0.237 tidak valid

7 0.152 tidak valid

9 0.226 tidak valid

11 0.312 valid

13 0.157 tidak valid

15 0.625 valid

17 0.595 valid

19 0.648 valid

21 0.077 tidak valid

23 0.438 valid

25 0.392 valid

27 0.413 valid

2 0.011 tidak valid

4 0.203 tidak valid

6 0.073 tidak valid

8 0.592 valid

10 0.236 tidak valid


(26)

14 0.361 valid

16 0.371 valid

18 0.245 tidak valid

20 0.408 valid

22 0.156 tidak valid

24 0.393 valid

26 0.247 tidak valid

28 0.285 tidak valid

Jumlah item dipakai : 13 item

Jumlah item dibuang : 15 item


(27)

Tabel 4.1 Korelasi Self Esteem dan Jealousy Self Esteem dan Jealousy Total

Koefisien korelasi 0.055

Significant (2 tailed) 0.584

N 80

Tabel 4.2 Korelasi Antar Komponen Self Esteem dan Komponen Jealousy Self esteem

Jealousy

Hurt Fear Anger

Self efficacy 0.085 -0.084 -0.154

Self respect 0.289 0.112 -0.061

Tabel 4.3 Persentase Faktor Dependensi Dependensi Jealousy

tinggi

% Jealousy rendah

% Total %

Memiliki

alternative pacar

10 45.45 12 54.54 22 100

Tidak memiliki alternative pacar

34 58.62 24 41.37 58 100


(28)

Tabel 4.4 Persentase Faktor Inadequacy Inadequacy Jealousy

tinggi

% Jealousy rendah

% Total %

Memenuhi harapan 28 47.45 31 52.54 59 100

Tidak memenuhi harapan

6 28.57 15 71.42 21 100

Total 34 46 80

Tabel 4.5 Persentase Faktor Mate Value I Mate value I Jealousy

tinggi

% Jealousy rendah

% Total %

Banyak beda nilai hidup 18 47.36 20 52.63 38 100 Sedikit beda nilai hidup 16 38.09 26 61.9 42 100

Total 34 46 80

Tabel 4.6 Persentase Faktor Mate Value II Mte value II Jealousy

tinggi

% Jealousy rendah

% Total %

Saya banyak kelebihan

6 19.35 25 80.6 31 100

Pasangan banyak kelebihan

29 59.18 20 40.81 49 100


(29)

Tabel 4.7 Persentase Faktor Attachment Style Attachment style Jealousy

tinggi

% Jealousy rendah

% Total %

Preoccupied style 1 20 4 80 5 100

Fearfull style 2 100 0 - 2 100

Secure style 28 40 42 60 70 100

Dismissing style 3 100 0 - 3 100

Total 34 46 80

Tabel 4.8 Persentase Faktor Sex Exclusivity Sex exclusivity Jealousy

tinggi

% Jealousy rendah

% Total %

Poligami 0 - 2 100 2 100

Monogami 35 44.87 43 55.12 78 100

Total 35 45 80

Tabel 4.9 Persentase Faktor Traditional Gender Traditional

Gender

Jealousy tinggi

% Jealousy rendah

% Total %

Androgyni 24 45.28 28 52.83 53 100

Tradisional 11 40.74 16 59.25 27 100


(30)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG MASALAH

Sepanjang rentang kehidupan individu, banyak hal yang dipelajari dan mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman bersama keluarga dan lingkungannya, membentuk self esteem individu. Self esteem adalah kecenderungan individu untuk memandang bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mengatasi tantangan kehidupan dan layak merasa bahagia (Branden, 1994). Self esteem mendukung kesuksesan individu dalam menjalin romantic love bersama pasangannya. Hubungan romantic love antara individu bersama pasangannya, memungkinkan untuk mengalami jealousy. Jealousy adalah pengalaman emosi negatif yang dihasilkan dari kehilangan suatu hubungan yang berharga bersama pasangan dan menduga akan adanya individu lain yang akan menjadi saingan / rival (Salovey, 1991 dalam Brehm, 2002). Jealousy meliputi tiga macam perasaan, yaitu hurt, fear, dan anger (Guerrero & Andersen, 1998b ; Sharpsteen, 1993 dalam Brehm, 2002). Individu dengan self yang tinggi tidak selalu mengalami jealousy yang rendah, bila dibandingkan individu dengan self esteem rendah.

Masa dewasa awal biasanya dimulai pada akhir usia belasan atau permulaan dua puluhan dan berlangsung hingga usia tiga puluhan (Santrock, 1995). Ketika individu beranjak dewasa, ia mulai memilih pasangan, belajar hidup


(31)

2

Universitas Kristen Maranatha dengan seseorang secara intim, membangun hubungan dekat dengan lawan jenis yang dijadikan pasangan dalam hubungan cinta atau pacaran. Hubungan yang dekat dan stabil dengan pasangan, tidak hanya diwarnai oleh rasa cinta dan peduli saja, adakalanya juga memunculkan rasa jealous yang berhubungan dengan kehidupan pacar terhadap lingkungan maupun pribadinya.

Romantic love menandai kehidupan percintaan masa remaja dan juga merupakan hal yang penting bagi para mahasiswa. Romantic love mencakup jalinan yang emosi yang berbeda-beda, seperti ketakutan, amarah, hasrat seksual, kesenangan, dan jealousy (Berscheid & Fei, 1977 dalam Santrock, 1995).

Suatu poling tentang jealousy yang dilakukan oleh sebuah surat kabar ibukota, menyatakan bahwa 58,9% responden mengungkapkan bahwa jealous merupakan perwujudan kasih sayang (Jawa Pos, Deteksi Jakarta, 16 April 2005). Jealous adalah cara seseorang untuk membuat pacarnya merasa percaya dan yakin kalau dirinya benar-benar menyanyangi pasangannya. Menurut poling tersebut, jealous dapat dipertanggungjawabkan apabila mempunyai alasan yang jelas. Hasil poling responden mengatakan bahwa jealous muncul karena seseorang merasa takut kehilangan orang yang disayangi (misalnya, trauma kehilangan pacar di masa lalu), jealous juga merupakan salah satu cara untuk memproteksi diri supaya tidak kehilangan orang yang disayangi.

Beranjak dari fenomena aktual mengenai masalah dalam berpacaran, Radio Ardan Bandung melakukan survei mengenai jealous pada pria dan wanita pendengar radio tersebut. Hasil survei tersebut, menyebutkan pria dan wanita yang berpacaran selama 4 bulan sampai dengan 2 tahun mengalami jealous dalam


(32)

3

Universitas Kristen Maranatha berpacaran ketika dirinya merasa dirinya kurang berharga bagi pasangan. Berdasarkan hasil survei tersebut, yaitu Bandari Alamanda, S.Psi (2005) melakukan penelitian terhadap mahasiswa/i Fakultas Hukum Universitas Padjajaran angkatan 2001 usia 17 sampai 23 tahun yang sedang berpacaran selama 4 bulan sampai dengan 2 tahun. Hasil dari penelitian tersebut, menyatakan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara self esteem dan jealousy pada mahasiswa/i yang sedang berpacaran/menjalin hubungan romantic love. Kekuatan self esteem dalam diri mahasiswa/i dapat memprediksi kekuatan jealousynya dan sebaliknya, kekuatan jealousy mahasiswa tersebut juga dapat memprediksi kekuatan self esteemnya. Semakin tinggi self esteem yang dimiliki mahasiswa/I, semakin rendah jealousy yang dialaminya. Sebaliknya, semakin rendah self esteem yang dimiliki mahasiswa tersebut, maka semakin tinggi jealousynya.

Peneliti membagikan kuesioner kepada 17 orang responden usia 19 sampai 21 tahun yang sedang berpacaran di Universitas “X” Bandung. Peneliti melakukan survey bagaimana keadaan self esteem responden yang sedang berpacaran. Diperoleh data, bahwa sebanyak 94% responden merasakan bahwa dirinya merasa berharga , sedangkan 6% merasakan sebaliknya. Diperoleh data juga bahwa sebanyak 88,2% responden merasa bahwa dirinya merupakan pacar yang sesuai bagi pasangannya. Sebaliknya sebanyak 11,8% responden merasa bahwa keberadaan dirinya sebagai pacar, tidak sesuai bagi pasangannya. Sebagai mahasiswa, tentunya hubungan pacaran yang dibina berada dalam jenjang yang lebih matang dan serius dibandingkan pada masa remaja. Demikian pula dengan responden, sebanyak 94% responden merasa berhak mengungkapkan rencana dan


(33)

4

Universitas Kristen Maranatha keinginan akan kelangsungan hubungan mereka di masa depan, namun 6% responden tidak merasakan demikian. Keyakinan akan kelanggengan hubungan pacaran di masa depan, berbeda pada tiap individu. Meskipun mereka merasa berhak menyatakan keinginan dan rencana kelangsungan hubungan di masa depan, namun tidak semuanya berkeyakinan bahwa hubungan mereka akan mantap hingga ke jenjang yang lebih serius (pernikahan). Sebanyak 70,5% responden berkeyakinan bahwa hubungannya akan langgeng, dikarenakan hubungan yang mereka bina dilandasi sportivitas komitmen dan restu dari orang tua masing-masing. Di sisi lain, sebanyak 29,5% responden menyatakan sebaliknya, bahwa mereka tidak yakin apakah hubungan yang mereka bina saat ini akan mencapai jenjang yang lebih serius, hal ini dikarenakan adanya prinsip yang berbeda dengan pasangannya, seringkali tidak menjalankan komitmen bersama sehingga hal tersebut memicu ketidakcocokan antara diri responden dengan pasangannya. Dua individu yang berbeda dengan segala kelebihan dan kekurangannya, diproses dan diuji kedewasaanya dalam suatu hubungan pacaran. Terdapat pula 88,2% responden merasa percaya diri pada kemampuannya, bahkan menurut mereka pasangannya memiliki kemampuan yang berbeda, dengan demikian mereka berharap dapat saling melengkapi. Sedangkan 11,8% responden merasa tidak percaya diri atas keadaan dirinya sebagai seorang pacar bagi pasangannya. Dalam berpacaran, setiap individu mengalami berbagai emosi, namun tidak semua individu dapat mengungkapkannya. Adakalanya mereka tidak menjadi diri sendiri di depan pasangannya. Terdapat 76,5% responden terbuka


(34)

5

Universitas Kristen Maranatha dalam mengekspresikan emosinya di depan pasangannya, 23,5% responden lainnya lebih memilih untuk bersikap jaga image.

Peneliti juga membagikan kuesioner jealousy pada responden yang sama. Hasilnya, 100% responden pernah merasakan cemburu terhadap pasangannya. Terdapat 17 responden dan diperoleh 70,5% responden menyatakan bahwa dirinya merupakan tipe pencemburu, sedangkan 29,5% lainnya bukan tipe pencemburu. Frekuensi kecemburuan responden terhadap pasangan masing-masing, juga bervariasi. Terdapat 11,7% responden sering merasakan cemburu terhadap pasangannya, sedangkan 88,3% responden kadang-kadang merasa cemburu terhadap pasangannya. Responden juga memiliki berbagai alasan yang melatarbelakangi kecemburuan yang dirasakan, yaitu : pasangan dekat dengan lawan jenis yang tidak dikenal, pasangan yang terlalu ramah, rasa takut kehilangan pasangan, pasanga masih berhubungan baik dan menceritaka segala sesuatu yang berhubungan dengan mantan pacarnya, pasangan lebih mengutamakan teman-temannya. Reaksi terhadap kecemburuan mereka juga beragam, yaitu : berkomunikasi baik-baik, diam, marah, acuh, kesal, tidak mau menghubungi pasangan. Responden juga ada yang berasumsi bahwa cemburu itu diperlukan dalam hubungan pacaran, namun ada juga yang sebaliknya. Terdapat 70,5% responden yang memiliki alasan mengenai perlunya cemburu terhadap pasangan, yaitu supaya semakin mempererat hubungan, pertanda rasa sayang terhadap pasangan, bentuk kepedulian terhadap pasangan, supaya pasangan mengetahui batas-batas pergaulan dengan lawan jenisnya. Pada sisi lain, terdapat 29,5% responden mengungkapkan bahwa pada dasarnya cemburu itu tidak perlu,


(35)

6

Universitas Kristen Maranatha justru yang harus dibina adalah saling percaya dengan pasangan. Kecemburuan dalam hubungan pacaran memungkinkan untuk memicu adanya konflik dalam hubungan mereka . Berbagai reaksi yang diungkapkan di atas merupakan suatu bentuk ungkapan kecemburuan yang dipicu oleh adanya suatu konflik dengan pasangan. Menurut data yang diperoleh peneliti, terdapat 70,5% responden bertengkar dengan pasangannya tidak dipicu oleh dominasi rasa cemburu, pada sisi lain terdapat 29,5% responden dipicu oleh dominasi rasa cemburu. Umumnya responden memahami penyebab kecemburuan mereka terhadap pasangannya.

Berdasarkan data di atas, peneliti melihat fenomena bahwa individu dengan self esteem yang berbeda, memungkinkan untuk mengalami jealousy. Secara global, 94% individu yang memiliki self respect tinggi, mereka mengalami jealousy dalam hubungannya bersama pasangan, misalnya takut kehilangan pasangan karena pasangan dekat dengan lawan jenis. Diantara individu dengan self respect tinggi tersebut, terdapat juga 29,5% individu dengan self efficacy rendah yang merasakan hurt (komponen jealousy) dan mengalami mate value (salah satu faktor jealousy) dalam berpacaran, misalnya adanya perbedaan prinsip dengan pasangan yang mengakibatkan perasaan sakit hati sehingga tidak yakin akan kelanjutan hubungannya bersama pasangan di masa depan. Beranjak dari pemikiran tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara self esteem dan jealousy pada mahasiswa Universitas “X” yang sedang menjalin hubungan romantic love.


(36)

7

Universitas Kristen Maranatha 1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan hasil pengamatan fenomena jealousy yang diungkapkan di media massa dan survey terhadap mahasiswa Universitas “X” usia 19 sampai dengan 21 tahun yang sedang menjalin hubungan pacaran, maka masalah yang ingin diteliti adalah hubungan antara self esteem dan jealousy pada mahasiswa

Universitas “X” yang sedang menjalin hubungan romantic love.

1.2MAKSUD dan TUJUAN PENELITIAN

1.2.1 MAKSUD PENELITIAN

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data mengenai self esteem dan jealousy pada mahasiswa Universitas “X” yang sedang menjalin hubungan romantic love.

1.2.2 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang hubungan self esteem dan jealousy pada mahasiswa Universitas “X” yang sedang menjalin hubungan romantic love.


(37)

8

Universitas Kristen Maranatha 1.3KEGUNAAN PENELITIAN

1.3.1 KEGUNAAN TEORITIS

 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi pengembangan ilmu Psikologi Perkembangan, khususnya mengenai hubungan antara self esteem dan jealousy pada mahasiswa/i yang sedang menjalin hubungan romantic love.

 Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan informasi bagi penelitian selanjutnya.

1.3.2 KEGUNAAN PRAKTIS

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa/i untuk mengetahui kualitas self esteem dalam diri dan merespon jealousy sebagai ekpresi emosi negatif yang dapat dipertanggungjawabkan dalam hubungannya bersama pasangan.

1.4KERANGKA PIKIR

Masa dewasa awal biasanya dimulai pada akhir usia belasan atau permulaan usia dua puluhan hingga tiga puluhan (Santrock, 1995). Ketika individu beranjak dewasa, ia mulai memilih pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara intim, membangun hubungan dengan lawan jenis yang dijadikan pasangan dalam hubungan cinta atau pacaran. Hubungan yang dekat dan stabil dengan pasangan tidak hanya diwarnai oleh rasa cinta dan peduli saja, adakalanya


(38)

9

Universitas Kristen Maranatha juga memunculkan rasa jealous yang berhubungan dengan kehidupan pasangan terhadap lingkungan maupun pribadinya.

Romantic love juga menandai kehidupan percintaan para remaja maupun mahasiswa/i. Romantic love mencakup jalinan emosi yang berbeda-beda, seperti ketakutan, amarah, hasrat seksual, kesenangan dan kecemburuan (Berscheid & Fei, 1977 dalam Santrock, 1995). Romantic love adalah pengalaman ketika keintiman dan nafsu yang tinggi terjadi secara bersamaan. Romantic love merupakan perpaduan dari rasa suka dan jatuh hati terhadap seseorang (Robert Sternberg, 1986 dalam Santrock, 1995). Banyak bentuk emosi yang baik maupun buruk, yang dapat mempengaruhi perasaan-perasaan individu dalam romantic love. Romantic love bersumber dari ketergugahan psikologis yang digabungkan dengan kepercayaan bahwa individu lain adalah penyebab ketergugahannya (Berscheid & Walster, 1974 dalam Santrock 1995).

Suatu hubungan romantic love akan berjalan dengan baik, salah satunya bila didukung oleh self esteem yang “sehat” pada diri individu tersebut. Self esteem adalah kecenderungan individu untuk memandang bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mengatasi tantangan kehidupan dan layak merasa bahagia (Branden, 1994). Self esteem memiliki dua aspek yang saling terkait, yaitu : (1) Self efficacy (keyakinan dalam menghadapi tantangan hidup) dan (2) Self respect (perasaan layak untuk merasa bahagia). Ketika individu merasa diri mampu dan berharga, maka individu memiliki dasar untuk menghargai dan mencintai orang lain. Tetapi apabila individu kurang menghargai dirinya, maka individu akan


(39)

10

Universitas Kristen Maranatha merasa kebutuhan dirinya belum terpenuhi. Ini merupakan salah satu alasan mengapa usaha dalam suatu hubungan seringkali gagal.

Menurut Branden (1994), apabila individu merasa tidak mampu menghadapi tantangan hidup, tidak memiliki dasar self trust, yakin pada pikirannya, maka perlu mengenali kekurangan self esteemnya. Selain itu, apabila individu bermasalah dalam self respect-nya, merasa tidak layak untuk menerima cinta atau penghargaan dari orang lain, merasa tidak berhak untuk merasa bahagia, takut pada pendapat orang lain, maka perlu juga untuk mengenali kekurangan self esteem-nya. Apabila salah satu dari self respect atau self efficacy tidak ada, maka self esteem akan lemah. Sejak self esteem menjadi suatu kepentingan bagi individu, maka dihasilkan praktek-praktek yang mendukung self esteem, yaitu : (1) The practice of living consciously (menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran dan mampu menampilkan tingkah laku yang sesuai). (2) The practice of self acceptance (menerima keberadaan diri sebagai individu yang berharga). (3) The practice of self responsibility (kesediaan untuk bertanggung jawab terhadap tindakan dan pencapaian tujuannya). (4) The practice of self assertiveness (menghargai nilai-nilai dan kebutuhan individu). (5) The practice of living purposefully (mampu mencapai tujuan dalam mengatasi tantangan hidup). (6) The practice of personal integrity (kemampuan untuk menggabungkan idealisme, pendirian, standar, keyakinan, dan perilaku).

Praktek-praktek pendukung self esteem di atas, terintegrasi dalam kehidupan kita sehari-hari dan merupakan hal yang penting karena dapat menimbulkan emosi dan tindakan. Segala sesuatu yang dipikirkan, dipercayai, dan


(40)

11

Universitas Kristen Maranatha dikatakan oleh individu tentang dirinya akan mempengaruhi perasaan dan perilakunya.

Self esteem yang tinggi nampak dalam beberapa perilaku sebagai berikut : bertahan dalam kesulitan ; berusaha dalam menghadapi tantangan dan mencapai tujuan yang bermanfaat ; cenderung ambisius dalam pengalaman hidup yang berhubungan dengan emosional, intelektual, kreatifitas, spiritualitas, ekspresif, lebih terbuka, jujur, berkomunikasi dengan cara yang tepat, merasa yakin dalam menjalani hidup, merasa kompeten dan berharga, menilai kemampuannya secara realistik. Sedangkan self esteem yang rendah nampak dalam beberapa perilaku berikut : mudah menyerah, mencari kenyamanan dalam hal-hal yang lazim dan tidak sulit, kurang ingin berprestasi, lebih tertutup, menghindar, berkomunikasi dengan cara yang kurang tepat, merasa tidak pantas untuk hidup, merasa sebagai orang yang salah, cenderung meremehkan kemampuannya.

Dalam suatu hubungan romantic love, kualitas self esteem dalam diri individu akan memprediksi jealousy yang dialami individu selama berhubungan bersama pasangan. Jealousy adalah pengalaman emosi negatif yang dihasilkan dari kehilangan suatu hubungan yang berharga bersama pasangan dan menduga akan adanya individu lain yang akan menjadi saingan / rival (Salovey, 1991 dalam Brehm, 2002). Jealousy meliputi tiga macam perasaan (Guerrero & Andersen, 1998b ; Sharpsteen, 1993 dalam Brehm, 2002), yaitu : (1) Hurt (perasaan sakit hati karena pasangan gagal untuk menghargai komitmennya dalam suatu hubungan). (2) Fear (perasaan takut yang dihasilkan dari harapan yang buruk


(41)

12

Universitas Kristen Maranatha akan ditelantarkan dan kehilangan pasangan). (3) Anger (perasaan marah yang mengacu pada perilaku pasangan yang mulai menyimpang).

Jealousy dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut : (1) Dependency (ketergantungan individu terhadap pasangannya bila tidak memiliki alternatif orang lain untuk dijadikan pasangan ). (2) Inadequacy (perasaan cemas bahwa dirinya tidak memenuhi harapan pasangannya). Individu yang inadequacy cenderung merasa jealous dibandingkan dengan individu yang merasa yakin dapat memenuhi harapan pasangannya. Di dalam inadequacy, tercakup pula mate value, yaitu penilaian terhadap pasangan, dimana salah seorang pasangan lebih diharapkan daripada pasangannya. (3) Attachment style (hubungan emosional yang sangat dekat antara bayi dan perawatnya). Dalam hal ini yang dibangun adalah adult attachment. Salah satu bentuk attachment style, yaitu preoccupied (individu terlihat dekat dengan orang lain, tetapi berada dalam kecemasan yang kronis bila pasangannya tidak cukup mencintainya lagi). Individu dengan preoccupied style cenderung merasakan jealous. (4) Sexual exclusivity (pandangan individu terhadap jenis kelamin semata). Individu yang mengharapakan pasangannya ber-monogami cenderung lebih merasa jealous. (5) Traditional gender roles (pola-pola perilaku yang secara budaya mengharapkan pria dan wanita menjadi sosok yang “normal”). Pria yang maskulin dan wanita yang feminin cenderung merasa jealous dibandingkan dengan individu androgyni.

Guerrero & Andersen (1998 dalam Brehm, 2002) mengungkapkan bahwa self esteem yang tinggi tidak selalu mengalami jealousy yang rendah, dibandingkan dengan individu yang self esteem yang rendah. Berkaitan dengan


(42)

13

Universitas Kristen Maranatha faktor inadequacy, self confidence dalam suatu hubungan umumnya dipengaruhi oleh perasaan self worth individu. Persepsi individu tentang adequacy-nya (kecukupan) sebagai pasangan dalam suatu hubungan tergantung pada seberapa besar pasangannya menyukai dan membutuhkannya dibandingkan dengan seberapa besar individu menyukai dirinya. Faktor inadequacy dalam diri individu tersebut berkaitan dengan self esteem yang terbentuk dalam diri individu tersebut.

Branden (1994), tidak membahas bahwa self esteem berhubungan langsung dengan jealousy. Namun Branden memaparkan, adanya hubungan antara self esteem dengan fear, hurt, dan anger, dimana dalam suatu hubungan romantic love, ketiga komponen tersebut merupakan perasaan yang membentuk jealousy.

Mahasiswa yang sedang berpacaran, memiliki self esteem yang berbeda-beda dalam dirinya. Seperti yang diketahui sebelumnya, bahwa self esteem terbentuk oleh self efficacy dan self respect. Selama berhubungan bersama pasangan, adakalanya individu mengalami emosi negatif. Salah satu bentuk emosi negatif dalam berpacaran adalah jealousy. Jealousy terbentuk dari komponen hurt, fear dan anger. Secara tidak langsung, munculnya jealousy dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu dependency, inadequacy, attachment style, sexual exclusivity, traditional gender roles. Beranjak dari pemikiran di atas, peneliti ingin mengetahui hubungan antara self esteem dan jealousy yang diringkas dalam bagan kerangka pikir sebagai berikut :


(43)

14

Universitas Kristen Maranatha Bagan 1.1 Kerangka pikir

Jealousy Self esteem

Faktor yang mempengaruhi jealousy :

Dependency Inadequacy Attachment style Sexual exclusivity Traditional gender roles

Self efficacy Self respect Mahasiswa

Universitas “X” Bandung yang berpacaran

Hurt Fear Anger


(44)

15

Universitas Kristen Maranatha 1.5ASUMSI PENELITIAN

1. Mahasiswa/i yang sedang menjalin hubungan romantic love, memungkinkan memiliki tingkat self esteem yang berbeda dalam menjalankan perannya sebagai seorang kekasih bagi pasangannya.

2. Self esteem memiliki dua buah komponen yang saling mendukung, yaitu self efficacy dan self respect.

3. Self esteem berkaitan dengan perasaan fear, hurt dan anger dalam hubungannya dengan kedekatan bersama orang lain.

4. Jealousy mencakup perasaan hurt, fear dan anger yang memungkinkan perbedaan tingkat jealousy tinggi dan rendah.

1.6HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis penelitian yang diajukan adalah :

“Terdapat hubungan antara self esteem dan jealousy pada mahasiswa/i Universitas


(45)

59 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan penelitian, dapat disimpulkan bahwa :

1.Self esteem tidak berhubungan dengan jealousy yang dialami mahasiswa/i Universitas “X” yang sedang menjalin hubungan romantic love.

2.Terdapat hubungan yang rendah antara self respect (komponen dalam self esteem) dan hurt (komponen jealousy).

3. Pemaknaan individu terhadap dependensi, mate value, fearful, dan secure dalam mahasiswa/i Universitas “X” yang sedang berpacaran sepanjang pengalaman kehidupannya selama ini, mempengaruhi jealousy yang dialaminya.

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti mengajukan beberapa saran yang dapat ditindak lanjuti.. Adapun saran tersebut adalah :

Saran Teoritis :

 Pada peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi jealousy termasuk


(46)

60

Universitas Kristen Maranatha pengalaman masa lalu individu dalam kaitannya dengan kegagalan hubungannya bersama pasangan.

Peneliti selanjutnya dapat meneliti jenis-jenis jealousy. Saran Praktis :

Peneliti menyarankan pada mahasiswa/i yang sedang berpacaran hendaknya meningkatkan self esteemnya supaya dapat mengelola jealousynya dengan baik.


(47)

vi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Nathaniel, Branden. 1994. The Six Pillars of Self Esteem. United States of America : Bantam Books.

Nathaniel, Branden. 2005. Kekuatan Harga Diri. Batam : Interaksara.

Santrock, John. W. 1995. Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5, Jilid II. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Sharon, S. Brehm. 2002. Intimate Relationships, Third Edition. New York : McGraw-Hill.

Siegel, Sidney. 1997. Statistik Nonparametrik : Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia.


(48)

vii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Alamanda, Bandari. 2005. Hubungan Antara Self Esteem Dengan Jealousy Pada Dewasa Awal Yang Sedang Menjalin Hubungan Romantic Love. Sub Judul : Suatu Studi Korelasional Mengenai Hubungan Antara Self Esteem Dengan Jealousy Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Angkatan 2001 Yang Sedang Berpacaran Selama 4 Bulan Sampai Dengan 2 Tahun. Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.

Nathaniel, Branden. 9 Agustus 1998. Self Esteem and Jealousy. Discussion List. (Online), (www.nathanielbranden.com/catalog/pdf/QA-98aug9.pdf).


(1)

Jealousy Self esteem

Dependency Inadequacy Attachment style Sexual exclusivity Traditional gender roles

Self efficacy Self respect Mahasiswa

Universitas “X” Bandung yang berpacaran

Hurt Fear Anger


(2)

15

Universitas Kristen Maranatha

1.5ASUMSI PENELITIAN

1. Mahasiswa/i yang sedang menjalin hubungan romantic love, memungkinkan memiliki tingkat self esteem yang berbeda dalam menjalankan perannya sebagai seorang kekasih bagi pasangannya.

2. Self esteem memiliki dua buah komponen yang saling mendukung, yaitu self efficacy dan self respect.

3. Self esteem berkaitan dengan perasaan fear, hurt dan anger dalam hubungannya dengan kedekatan bersama orang lain.

4. Jealousy mencakup perasaan hurt, fear dan anger yang memungkinkan perbedaan tingkat jealousy tinggi dan rendah.

1.6HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis penelitian yang diajukan adalah :

“Terdapat hubungan antara self esteem dan jealousy pada mahasiswa/i Universitas “X” yang sedang menjalin hubungan romantic love.”


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan penelitian, dapat disimpulkan bahwa :

1.Self esteem tidak berhubungan dengan jealousy yang dialami mahasiswa/i Universitas “X” yang sedang menjalin hubungan romantic love.

2.Terdapat hubungan yang rendah antara self respect (komponen dalam self esteem) dan hurt (komponen jealousy).

3. Pemaknaan individu terhadap dependensi, mate value, fearful, dan secure dalam mahasiswa/i Universitas “X” yang sedang berpacaran sepanjang pengalaman kehidupannya selama ini, mempengaruhi jealousy yang dialaminya.


(4)

60

Universitas Kristen Maranatha

pengalaman masa lalu individu dalam kaitannya dengan kegagalan hubungannya bersama pasangan.

Peneliti selanjutnya dapat meneliti jenis-jenis jealousy. Saran Praktis :

Peneliti menyarankan pada mahasiswa/i yang sedang berpacaran hendaknya meningkatkan self esteemnya supaya dapat mengelola jealousynya dengan baik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Nathaniel, Branden. 1994. The Six Pillars of Self Esteem. United States of America : Bantam Books.

Nathaniel, Branden. 2005. Kekuatan Harga Diri. Batam : Interaksara.

Santrock, John. W. 1995. Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5, Jilid II. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Sharon, S. Brehm. 2002. Intimate Relationships, Third Edition. New York : McGraw-Hill.

Siegel, Sidney. 1997. Statistik Nonparametrik : Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia.


(6)

vii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Alamanda, Bandari. 2005. Hubungan Antara Self Esteem Dengan Jealousy Pada Dewasa Awal Yang Sedang Menjalin Hubungan Romantic Love. Sub Judul : Suatu Studi Korelasional Mengenai Hubungan Antara Self Esteem Dengan Jealousy Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Angkatan 2001 Yang Sedang Berpacaran Selama 4 Bulan Sampai Dengan 2 Tahun. Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.

Nathaniel, Branden. 9 Agustus 1998. Self Esteem and Jealousy. Discussion List. (Online), (www.nathanielbranden.com/catalog/pdf/QA-98aug9.pdf).