Efek Susu Kedelai (Glycine max) Terhadap Penurunan Kadar HCL Lambung Tikus Jantan Galur Wistar Model Gastritis.

(1)

v ABSTRACT

THE EFFECT of SOY MILK (Glycine Max) to THE INCREASING AMOUNT of HCL IN WISTAR CHANNEL MALE RAT STOMACH

Nadia Oline Tumiur, 2012. 1st Tutor : dr. Lusiana Darsono.M.Kes. 2nd Tutor : dr. Lisawati Sadeli.M.Kes

Gastritis is an inflammation of the gastric mucosa caused by inbalance between gastric acid as destructive factor and mucus also bicarbonat as mucosal defense. Soy milk (Glycine max)is an empirical used in community for the treatment gastric disorder. Soy contains phytochemical such amino acid,linoleic acid,lechitin,genisteinand vitamin E which protect gastric mucosa. The purpose of this research was to determine the effect of soy milk on gastric HCl level in rat induced by aspirin

This laboratory experimental research has been conducted on 12 male wistar rats which were randomly divided into 4 groups. Group I (negative control) only receive aquadest. Group II (positive control) were receive aquadest and were induced by aspirin.group III (treatment) were given soy milk 4.5ml,oraly for 7 days and were induced by aspirin.group IV( standard drug) were given omeprazol 0,72 mg/day for 7 days. Gastritis animal model were induced by aspirin oraly, with dose 0.90 mg/day for 7 days. On 8 day rats were sacrificed, the stomach were taken and the HCl level were measurement by titration methode. The result were analyzed with statistical by statistic use T-Test Independent.

The research result show that averege level of gastric HCl in group I;.0115M,in group II;0,0352 based on statsistical test it was differ very significantly (p=o.ooo).The average level of gastric HCl in group III 0,0193 M based on statistic test it was differ very significant (p=0,000), meaningsoy milk dose 4.5 ml prevent the rise of rat stomach gastric HCl level. The comparation of group III with group IV 0,0175M was differ significantly (p>0.05)

The research conclution that the consumtion of soy milk cauld reduce the level of gastric HCl in rat models gastritis but the effeciacy of omeprazole better.


(2)

iv ABSTRAK

EFEK SUSU KEDELAI (Glycine Max) TERHADAP PENURUNAN KADAR HCL LAMBUNG TIKUS JANTAN GALUR WISTAR MODEL GASTRITIS

Nadia Oline Tumiur, 2012. Pembimbing I : dr. Lusiana Darsono.M.Kes. Pembimbing II : dr. Lisawati Sadeli.M.Kes.

Gastritis adalah proses peradangan mukosa lambung akibat ketidak seimbangan faktor penyebab iritasi yaitu asam lambung (HCl) dan faktor denfensif yaitu mukus dan bikarbonat. Susu kedelai (Glycine max) digunakan secara empiris oleh masyarakat untuk mengobati gangguan lambung. Kedelai memiliki kandungan kimia yang bersifat gastrorotektif yaitu asam amino, asam linoleat, lecitin, genisitin dan vitamin E. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek susu kedelai terhadap kadar HCl lambung tikus model gastritis.

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen laboratorik dengan menggunakan rancangan acak lengkap terhadap 12 ekor tikus jantan galur wistar menjadi 4 kelompok (n=3). Kelompok I (kontrol negatif) mendapat akuades. Kelompok II (kontrol positif) mendapat akuades dan diinduksi aspirin. Kelompok III (kelompok uji) mendapat susu kedelai 9 ml selama 7 hari dan diinduksi aspirin. Kelompok IV (kelompok pembanding) diberi omeprazole 0,72 mg/ hari selama 7. Tikus model gastritis dibuat dengan induksi aspirin secara oral dengan dosis 90 ml/hari selama 7 hari. Pada hari ke 8, tikus dikorbankan, lambung tikus diambil dan dilakukan pengukuran kadar HCl lambung dengan metode titrasi. Data penelitian dianalisis dengan uji statistik dengan menggunaka metode T- Test Independent.

Hasil penelitian menunjukan rata – rata kadar HCl lambung kelompok I 0,0115 M, kelompok II 0,0352 M yang berdasarakan uji statistik berbeda sangat bermakna (p=0,000). Kadar HCl lambung kelompok III 0,0193 M, secara statistik dibandingkan dengan kelompok II sangat bermakna (p=0,000) hal ini menunjukkan bahwa susu kedelai 9 ml dapat mencegah kenaikan kadar HCl lambung. Perbandingan kelompok uji dengan kelompok pembanding (Kelompok IV) yaitu 0.0175 M yang berdasarkan uji statistik berbeda secara bermakna (p>0,05).

Simpulan dari penelitian ini adalah susu kedelai dapat menurunkan kadar HCl lambung pada tikus model gastritis, tetapi efek lebih rendah dibandingkan omeprazole.

Kata kunci: susu kedelai, aspirin, gastritis, kadar HCl


(3)

viii DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 4

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Maksud Penelitian ... 5

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 5

1.4.1. Kegunaan akademis ... 5

1.4.2. Kegunaan praktis ... 5

1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... . 5

1.5.1. Kerangka Pemikiran ... 5

1.6. Hipotesis Penelitian ... . 7

1.7. Metodologi Penelitian ... .. 7

1.8. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 7


(4)

ix

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Fisiologi Sekresi Asam Lambung ... 9

2.1.1. Sekresi Asam Lambung ... 9

2.1.2. Stimulus Sekresi Asam Lambung ... 10

2.1.3. Fase Sekresi Asam Lambung ... 12

2.1.4. Fisiologi Faktor Defensif ... 13

2.2. Histologi Lambung ... 14

2.3. Gastritis ... 15

2.3.1. Etilogi dan Patogenesis ... 16

2.3.2. Gambaran Klinis ... 17

2.3.3. Diagnosis ... 17

2.3.4. Terapi ... 17

2.4. Farmakologi Obat Gangguan Lambung ... 18

2.4.1. Obat yang menetralisi asam lambung ... 18

2.4.2. Obat yang mengurangi produksi asam lambung ... 18

2.4.3. Obat pelindung mukosa lambung... 20

2.4.4. Antimikroba yang mengeradiksi bakteri ... 21

2.5. Obat Penginduksi Gastritis ... 21

2.6. Obat Bahan Alam ... 22

2.7. Hewan Coba ... 22

2.8. Tanaman Kedelai ... 24

2.8.1. Taksonomi dan nama daerah tanaman kedelai... 24

2.8.2. Asal – Usul dan penyebaran geografi tanaman kedelai ... 25

2.8.3. Morfologi tanaman kedelai ... 25


(5)

x

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 30

3.1. Subjek, Bahan, dan Alat Penelitian ... 30

3.1.1. Subjek Penelitian ... 30

3.1.2. Bahan Penelitian ... 30

3.1.3. Alat Penelitian ... 31

3.2. Metode Penelitian ... 31

3.2.1. Variabel Penelitian ... 31

3.2.1.1. Definisi Konsep Variabel ... 32

3.2.1.2. Definisi Oprasional Variabel ... 32

3.2.2. Penentuan Jumlah Sampel Hewan Percobaan ... 32

3.2.3. Prosedur Penelitian... 33

3.2.3.1. Tahapan Persiapan Penelitian ... 34

3.2.3.2. Tahapan Pemberian Perlakuan ... 34

3.2.3.3. Tahapan Pengambilan Cairan Lambung ... 35

3.2.3.4. Tahap Pengukuran ... 35

3.2.4. Etika hewan coba ... 37

3.2.5. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1. Hasil Penelitian ... 38

4.1.1. Data Penelitian ... 38

4.1.2. Analisis Statistik ... 39

4.1.2.1. Perbandingan Hasil Kelompok I dan II ... 40

4.1.2.2. Perbangingan Hasil Kelompok II dan III ... 41

4.1.2.3. Perbandingan Hasil Kelompok III dan IV ... 41

4.2. Pembahasan ... 42


(6)

xi

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 46

5.1. Simpulan ... 46

5.2. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN ... 50


(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mekanisme Sekresi Asam Hidrokolat Lambung ... 10

Gambar 2.2 Mekanisme Regulasi Asam Lambung... 11

Gambar 2.3 Fase Sekresi Asam Lambung dan Regulasi ... 12

Gambar 2.4 Mekanisme Perlindungan Mukosa Lambung ... 13

Gambar 2.5 Histologi Lambung ... 15

Gambar 2.6 Anatomi viseral binatang pengerat ... 24

Gambar 2.7 Pohon Kedelai ... 26

Gambar 2.8 Biji Kedelai dan Susu Kedelai ... 27

Gambar 3.1 Skema Alur Prosedur Penelitian ... 36


(8)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tinjauan Farmakologis dan Manfaat Kedelai ... 29

Tabel 4.1 Kadar HCL lambung (M) ... 38

Tabel 4.2 Perbandingan statistik kelompok I dan II ... 40

Tabel 4.3 Perbandingan statistik kelompok II dan III ... 41


(9)

57

RIWAYAT HIDUP

Nama : Nadia Oline Tumiur Nomor Pokok Mahasiswa : 0810229

Tempat / Tanggal Lahir : Bandung / 24 Juni 1990

Agama : Kristen

Alamat : Jl. Setraria no.35, Bandung Riwayat Pendidikan

Tahun 1996 : Lulus TK Santa Theresia, Bandung Tahun 2002 : Lulus SD Santo Yusuf , Bandung Tahun 2005 : Lulus SMP Santo Mikael, Bandung Tahun 2008 : Lulus SMA Puragabaya , Bandung

Tahun 2008 – sekarang : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung


(10)

50 LAMPIRAN 1


(11)

51

Lampiran 2 Tabel Konversi Dosis (Paget & Barnes, 1964) Hewan

dengan dosis diketahui

Hewan yang Dicari Ekivalensi Dosisnya

mencit tikus marmot Kelinci Kucing Kera Anjing Manusia 20 g 200g 400g 1,5 g 2 kg 4 kg 12 kg 70 kg

Mencit 1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 124,2 387,9 Tikus 0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 56,0 Marmot 0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5 Kelinci 0,04 0,25 0,44 1,0 1.08 2,4 4,5 14,2 Kucing 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0 Kera 0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1 Anjing 0,08 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1 Manusia 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,076 0,16 0,32 1,0

Sumber : Paget G.E., Barnes J.M., 1964

Penentuan dosis: 1. Susu Kedelai

Manusia 500 ml/hari

Tikus 200 g 0,018 x 500 ml = 9 ml/hari

Karena diberikan 2 kali sehari, maka tia pemberian sebanyak 4,5 ml 2. Aspirin

Dosis aspirin pada manusia (70 kg) adalah 4- 6 gram

Pada penenlitian ini dosis aspirin yang dipakai sebesar 5 gram Dosis untuk tikus 200 gram = 0,018 x 5 gram = 90 mg

Dosis untuk tikus 180 gram = 180 x 90/200 = 81 mg 3. Omeprazolee

Dosis omeprazolee pada manusia (70 kg) adalah 40 mg Dosis untuk tikus 200 gr = 0,018 x 40 mg =0,72 mg Lampiran 2 Pengukuran Kadar HCl dengan Metode Titrasi


(12)

52

Lampiran 3 Pengukuran Kadar HCl dengan Metode Titrasi

Bahan yang diperlukan: 1. Cairan lambung 2. Larutan phenophtalin 3. Larutan NaOH 0,01 M

Cara Titrasi:

Cairan supernatan lambung sebanyak 1 ml diencerkan dengan aquadest hingga 10 ml. kemudian ditambahkan 3 tetes larutan phenophtalin sebagai indikator lalu ditritasi dengan menggunakan buret titrasi dengan NaOH 0,01 M sampai berubah warna menjadi merah muda. Jumlah NaOH yang diperlukan untuk titrasi tersebut dihitung untuk menentukan kadar HCL lambung pada tikus.

Perhitungan :

Asam bebas: 10 (pengenceran) x jumlah NaOH yang diperlukan untuk tirasi (volume NaOH x molar NaOH/ volume HCl)


(13)

53 Lampiran 4 Cara Pembuatan Susu Kedelai

Biji kedelai 100 gram dicuci bersih dan direndam selama 8 jam. Kedelai direbus bersama air perendam sampai mendidih. Setelah itu, kedelai diangkat dan didinginkan dengan air mengalir. Kedelai diblender, sambil ditambahkan air panas 800 ml sedikit demi sedikit. Bubur kedelai disaring sampai menghasilkan cairan kental. Hasil saringan dipanaskan sampai mendidih, lalu diaduk – aduk dengan api kecil selama 20 menit.


(14)

54 Lampiran 5 Tabel – Tabel Analisis Statistik Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

HCL

N 12

Normal Parametersa Mean .0209

Std. Deviation .00917

Most Extreme Differences Absolute .288

Positive .288

Negative -.174

Kolmogorov-Smirnov Z .998

Asymp. Sig. (2-tailed) .272


(15)

55

Kelompok I (Kontrol negatif) dan II (Kontrol positif)

Kelompok II (Kontrol positif) dan III (Kontrol Uji)


(16)

56 Lampiran 6

Dokumentasi Penelitian

Foto 1 : Biji Kedelai Foto 2 : Tikus Percobaan

Foto 3 : pemberian susu dengan cara sonde

Foto 4: Laparatomi Foto 5 : Alat Sentrifugasi


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel- sel radang pada daerah tersebut (Valle, 2008).

Penyakit ini sering terjadi. Sekitar empat juta penduduk Amerika Serikat mengalami gangguan asam lambung dengan tingkat mortalitas sekitar 15.000 orang per tahun. Angka kejadian gastritis dari hasil penelitian yang dilakukan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tercatat, Jakarta mencapai 50%, Denpasar 46%, Palembang 35,3%, Bandung 32,5%, Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2% (Kemkes RI, Profil Kesehatan Indonesia, 2009). Pada tahun 2009 tercatat 30.154 penderita gastritis yang mangalami rawat inap di rumah sakit di Indonesia, yang terdiri dari 12.378 orang adalah laki-laki dan 17.396 orang perempuan (Ritias, dkk., 2000).

Gastritis terjadi akibat ketidakseimbangan antara faktor penyebab iritasi lambung atau disebut juga faktor agresif seperti HCl, pepsin, dan faktor pertahanan lambung atau faktor defensif yaitu adanya mukus bikarbonat. Penyebab ketidakseimbangan faktor agresif-defensif antara lain adanya infeksi

Helicobacter pylori (H.pylori) yang merupakan penyebab yang paling sering (30–

60%), penggunaan obat-obatan yaitu obat golongan Antiinflamasi Non-Steroid

(OAINS), kortikosteroid, obat-obat anti tuberkulosa serta pola hidup dengan tingkat stres tinggi, minum alkohol, kopi, dan merokok (Ritias, dkk., 2000).

Asetosal atau Aspirin merupakan obat OAINS, memiliki efek sebagai analgesik, antipiretik, antiinflamasi, dan antiagregasi platelet yang saat ini penggunaannya sudah digantikan oleh OAINS yang baru. Namun sampai saat ini aspirin dengan dosis rendah merupakan antiplatelet yang sering digunakan untuk pasien dengan penyakit jantung koroner maupun pada hipertensi berat untuk mencegah stroke. Aspirin sebagai antiplatelet digunakan jangka panjang yang


(18)

2

sering menimbulkan gastritis. Kondisi ini akhirnya dapat menurunkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan (Frust, Ulrich, 2007).

Pasien gastritis sering mengeluhkan rasa sakit ulu hati, rasa terbakar, mual, dan muntah. Hal ini sering mengganggu aktivitas pasien sehari-hari yang pada akhirnya menyebabkan produktivitas dan kualitas hidup pasien menurun. Komplikasi gastritis sering terjadi bila penyakit tidak ditangani secara optimal. Terapi yang tidak optimal menyebabkan gastritis berkembang menjadi ulkus peptikum yang pada akhirnya megalami komplikasi perdarahan, pertonitis, bahkan kematian (Valle, 2008).

Pengobatan gastritis meliputi terapi konservatif dan medikamentosa. Terapi konservatif meliputi perubahan pola hidup, mengatasi stres, tidak merokok, berhenti minum alkohol, atau kopi. Terapi medikamentosa atau terapi farmakologis adalah terapi yang menggunakan obat – obatan. Terapi farmakologis meliputi obat – obatan yang menetralisir keasaman lambung seperti antasida, obat yang dapat mengurangi produksi asam lambung yaitu Antagonis Histamin-2 (AH2), Proton Pump Inhibitor (PPI), obat yang meningkatkan faktor defensif lambung yaitu Agonis Prostaglandin atau Sukralfat dan Antibiotik untuk eradikasi H.pylori (McQuaid, 2007).

Pasien yang mendapat terapi aspirin seperti penyakit jantung koroner atau mendapat terapi kombinasi anti tuberkulosa, disertai penambahan obat-obat untuk mengatasi gangguan lambung akan pula menurunkan kepatuhan pasien akibat bertambahnya jumlah obat yang diminum. Pada pasien tersebut, obat tradisional dapat merupakan pilihan alternatif (McQuaid, 2007).

Obat tradisional adalah ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, atau campuran bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Khasiat obat tradisional sampai saat ini hanya didasarkan pada pengalaman empiris saja, sehingga diperlukan pendekatan ilmiah untuk membawa obat tradisional tersebut ke dalam praktek kedokteran dan pelayanan formal yaitu melalui penelitian (Kelompok Kerja Ilmiah Phyto Medica, 1993).


(19)

3

Kedelai (Glycine max) merupakan salah satu obat tradisional yang digunakan untuk terapi gangguan lambung. Bagian kedelai yang digunakan adalah bagian bijinya. Biji kedelai merupakan sumber protein, vitamin, mineral, lemak, dan serat yang paling baik. Sebagai bahan pangan, kedelai dapat diolah menjadi beragam bentuk, seperti tempe, tahu, kecap, tauco, minyak, dan susu kedelai (Shanmugasundaram, 1993).

Susu kedelai akhir – akhir ini dikenal sebagai alternatif minuman sehat karena kandungan proteinnya yang hampir setara dengan susu sapi dan manfaatnya bagi kesehatan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa konsumsi kedelai berkontribusi menurunkan insidensi penyakit jantung koroner, aterosklerosis, diabetes tipe 2, menurunkan risiko kanker kolon dan prostat, serta mengurangi gejala pada masa menopause. Sedangkan secara empiris, susu kedelai diyakini dapat menyembuhkan penyakit ginjal, anemia, rematik, diare, hepatitis, hipertensi, memperlambat proses penuaan, memperhalus kulit, dan mengatasi gangguan gaster. Secara empiris susu kedelai digunakan oleh masyarakat untuk mengatasi gangguan lambung. Susu kedelai secara rutin diminum sehari 2 kali 1 gelas (Wijayakusuma, 2007).

Kadar protein kedelai yang tinggi dapat menjadi buffer asam yang dapat

menetralkan HCl lambung (Alada, et al., 2005). Beberapa senyawa yang

terkandung dalam kedelai diketahui memiliki efek melindungi mukosa gaster. Asam amino glisin dapat menurunkan sekresi HCl lambung dan melindungi mukosa gaster (Tariq, Al Mountaery, 1997). Isoflavin genistein dapat melindungi mukosa gaster dari kerusakan dengan menghambat proses inflamasi dan menurunkan sekresi HCl lambung (Takekawa, et al., 2006). Asam linoleat adalah

prekusor prostaglandin yang berperan dalam pelindungan mukosa (Hoffman, et

al., 1998). Kandungan lesitin dan fosfatidilkolin kedelai dapat memperkuat sawar mukus hidrofobik sebagai salah satu pelindung mukosa. Sedangkan vitamin E adalah antioksidan yang dapat melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas (Fesharaki, et al., 2007).

Beberapa penelitian menggunakan aspirin sebagai zat penginduksi gastritis pada hewan coba. Hal ini disebabkan aspirin bekerja menghambat enzim


(20)

4

siklooksigenase 1 dan 2 sehingga kadar prostaglandin (PG) menurun. Penurunan prostaglandin yaitu PGI2 dan PGE2 akan menyebabkan peningkatan kadar asam

lambung sebagai faktor agresif sedangkan penurunan PGE2 dan PGF2 dan

penurunan kadar mukus sebagai faktor proteksi. Penggunaan aspirin mengakibatkan peningkatan sekresi asam lambung dan berkurangnya sekresi mukus lambung sehingga dapat terjadi iritasi pada laisan mukosa lambung. (Mateos-aparicio, et al., 2009).

Mekanisme kerja aspirin adalah menginhibisi enzim siklooksigenase, baik siklooksigenase 1 maupun siklooksigenase 2. Enzim siklooksigenase 1 berfungsi mengubah asam arakidonat menjadi prostaglandin pada jaringan fisiologis

sehingga terbentuklah prostasiklin (PGI2), prostaglandin E2 (PGE2), dan

prostaglandin F2 (PGF2). Prostasilin berfungsi menghambat sekresi asam

lambung. Prostaglanin E2 (PGE2) dan prostaglandin F2 (PGF2) berfungsi

merangsang sintesis mukus, sekresi bikarbonat, dan peningkatan aliran darah ke mukosa di lambung. Inhibisi sintesis prostaglandin dapat menggangu pertahanan dan perbaikan mukosa (Frust ,Ulrich, 2007).

Berdasarkan pengalaman empiris serta potensi fitofarmaka yang dimiliki oleh susu kedelai, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian eksperimental

untuk mengetahui efek susu kedelai (glycine max) dalam menurunkan mencegah

kenaikan kadar HCl lambung tikus model gastritis. Untuk itu peneliti membandingkan dengan salah satu obat yang bekerja menghambat sekresi asam lambung yaitu omeprazole.

1.2 Identifikasi Masalah.

Berikut identifikasi masalah yang menjadi dasar karya tulis ilmiah ini:

1. Apakah pemberian susu kedelai (Glycine max) memiliki efek menurunkan

kadar HCl lambung tikus model gastritis.

2. Apakah susu kedelai (Glycine max) memiliki efek yang sama dengan

omeprazolee terhadap proteksi dilihat dari penurunan kadar HCl lambung tikus model gastritis.


(21)

5

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah membuktikan efek pemberian susu kedelai (Glycine max) dalam menghambat kenaikan kadar HCl lambung tikus model gastritis.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis efek perbandingan susu kedelai (Glycine max) dengan omeprazole terhadap proteksi gastritis dilihat dari penurunan kadar HCl lambung tikus model gastritis.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat akademis dan manfaat praktis. Manfaat akademis yang didapat dari penelitian ini antara lain:

1. Memberikan informasi ilmiah kepada kalangan medis mengenai efek susu

kedelai dalam menurunkan kadar HCl lambung.

2. Sebagai masukan kepada para peneliti di bidang medis untuk dapat

melakukan pengembangan dan penelitian lebih lanjut mengenai khasiat susu kedelai dalam menurunkan kadar HCl lambung.

Sedangkan untuk keperluan praktis, penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat umum mengenai khasiat susu kedelai sebagai salah satu bahan alternatif gastroprotektif yang berpotensi untuk mengobati gastritis walaupun masih dalam batas penelitian kepastian pada hewan coba.

1.5 Kerangka Pemikiran

Gastritis merupakan proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel- sel radang pada daerah tersebut. Proses inflamasi ini diakibatkan adanya gangguan keseimbangan faktor agresif yaitu terjadi peningkatan asam lambung atau HCl lambung dan faktor defensif yaitu penurunan kadar mukus (Valle, 2008).

Pemakaian aspirin dengan dosis rendah sampai saat ini sebagai antiplatelet untuk jangka panjang sering menimbulkan gastitis. Aspirin merupakan asam organik lemah. Pada lingkungan lumen gaster yang asam (pH < 2,5), aspirin


(22)

6

berada dalam bentuk tidak terionisasi yang secara bebas berdifusi melewati membran sel mukosa. Pada lingkungan intrasel yang memiliki pH relatif lebih basa daripada lumen, aspirin akan terionisasi menjadi ion H+ dan gugus asam bermuatan negatif. Dalam bentuk ini, aspirin kehilangan kemampuannya berdifusi melewati membran sel dan akhirnya terperangkap di dalam sel mukosa, efek ini

dikenal sebagai ion trapping. Hal ini menyebabkan kerusakan intrasel secara

langsung. Selain itu aspirin mengubah sifat hidrofobik lapisan sawar mukus sehingga mudah ditembus oleh asam lambung. Mekanisme ini merupakan mekanisme lokal aspirin dalam meginduksi gastritis (McQuaid, 2007).

Efek sistemik dalam menginduksi gastritis adalah dengan cara menginhibisi enzim siklooksigenase yang mengakibatkan penurunan prostaglandin, yaitu prostaglandin E2 (PGE2) dan prostasiklin (PGI2). Dalam keadaan Fisiologis PGI2

menghambat sekresi asam lambung, sedangkan PGE2 menstimulasi sekresi

mukus pelindung di saluran cerna. Dengan menghambat produksi prostaglandin, aspirin mempengaruhi ketiga komponen pelindung mukosa (Valle, 2008).

Biji kedelai mengandung kadar protein tinggi dan asam amino penyangga asam yang dapat menetralkan HCl lambung. Selain itu, beberapa senyawa yang terkandung dalam kedelai diketahui memiliki efek melindungi mukosa gaster. Asam amino glisin memiliki efek anti ulkus melalui inhibisi sekresi asam gaster (Tariq, Al Moutaery, 1997). Asam linoleat merupakan prekusor prostaglandin E dan menstimulasi pembentukan prostaglandin pada gaster dan duodenum sehingga meningkatkan pelindung mukosa (Hoffman, et al., 1998). Lesitin dan fosfolipid merupakan komponen membran sel dan sawar mukus. Lesitin mempercepat perbaikan dan regenerasi sel, sedangkan fosfotidilkolin memperkuat sawar mukus dan mempertahankan sifat hidrofobiknya. Isoflavin dan vitamin E dikenal sebagai antioksidan yang dapat menangkal kerusakan jaringan akibat radikal bebas. Selain sebagai antioksidan isoflavin dan genistein juga menghambat proses inflamasi, sekresi gastrin histamin, dan HCl lambung pada model gastritis (Fesharaki, dkk., 2006).

Omeprazole merupakan basa lemah (pKa 4-5) yang bersifat lipofilik (mudah larut dalam lemak) dan setelah diabsorpsi di usus halus dapat segera melewati


(23)

7

membran lemak ke kompartemen yang asam (contohnya pada sel parietal kanalukuli). Setelah itu prodrug terprotonasi dan menjadi molekul aktif, kation thiofilik sulfonamid akan bereaksi dengan H+/K+ ATPase membentuk ikatan kovalen disulfida dan menonaktifkan enzim tersebut secara irreversibel (McQuaid, 2007).

Farmakodinamik dari omeprazole yaitu mampu menghambat baik sekresi asam lambung pada saat makan ataupun puasa. Obat ini memblok tahap akhir dari sekresi asam lambung yaitu memblok reseptor H+/K+ATPase berbeda dengan H2 reseptor antagonis. Menurut penelitian, Omeprazolee juga dapat menghambat enzim karbonik anhidrase yang dapat menyebabkan vasokontriksi (McQuaid , 2007).

1.6 Hipotesis

Berikut adalah hipotesis yang digunakan pada penelitian ini

1. Susu kedelai (Glycine max) dapat menurunkan kadar HCl lambung pada

tikus model gastritis.

2. Susu kedelai (Glycine max) memiliki efek yang sama dengan omeprazole.

1.7 Metodologi

Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik dengan rancangan pemilihan sampel acak lengkap sampel dibagi atas 4 kelompok.

Pada penelitian ini dilakukan uji pemberian susu kedelai pada tikus jantan model gastritis untuk menganalisis pengaruhnya terhadap HCl lambung.

1.8 Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di Laboratorium Farmakologi Klinik Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Penelitian dilakukan dalam kurun waktu Desember 2011 – Juni 2012.


(24)

8

1.9 Tahap Rencana Kegiatan/ Tahap Kegiatan

Berikut ditampilkan tabel rencana/tahap kegiatan tiap bulan yang dilakukan untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

RENCANA KEGIATAN BULAN KE

1 PERSIAPAN 1 2 3 4 5 6 7

- Penentuan topik dan judul - Penelusuran pustaka dan teori - Pembuatan usulan penelitian - Pengadaan alat-alat

- Administrasi perizinan

3

3 3

3

3 3

3

3 3

2 PELAKSANAAN -Pengumpulan data

-Pengerjaan di laboratorium

3 3 3 PENGOLAHAN DATA

-Analisis data

-Konsultasi pembimbing 3 3 3 3 3

3

3 3

4 PENYUSUNAN LAPORAN -Menulis draft laporan

-Penyusunan laporan akhir

3 3 3 3 3 3 3

3


(25)

46

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Susu kedelai (Glicyne max) dapat menurunkan kadar HCl lambung pada

tikus model gastritis.

2. Susu kedelai (Glicyne max) memiliki efek yang tidak atau lebih rendah

dibandingkan omeprazole.

5.2 Saran

Saran peneliti melalui penelitian ini yaitu:

1. Mengadakan penelitian penuh untuk melihat pengaruh pemberian susu

kedelai terhadap lambung dengan menggunakan indikator lain.

2. Perlu dilakukan penelitian dalam kemampuan fitofarmaka yang dimiliki

susu kedelai seperti interaksi dengan obat – obatan lain yang dapat menyebabkan efek samping gastritis.

3. Perlu dilakukan penelitian mengenai interaksi susu kedelai dengan obat


(26)

47

DAFTAR PUSTAKA

Alada ARA, Ajayi FF, Alaka OO, Akande OO. 2005. Gastric acid secretion and experimental ulceration in rats fed soybean diet preparations. Afr J Biomed Res. Hal ;8:203-5.

Ali T, Harty R. 2009. Stress Induced Ulcer Bleeding in Critically III Patiens. Gastroenterol Clin N Am; 38:245-65

Biljani RL. 2004. Understanding Medical Physiology. 3 ed. New Delhi, India: Jaypee Brothers Medical Publishers.

Cahyono B. 2007. Susu Kedelai dan Aplikasi Olahannya. Surabaya: Trubus

Agrisarana.

C.Guyton A, E.Hall J. 2006. Text Book of Medical Physiology. 11 ed: Elsevier Saunders.

Del Valle J, Cohen H, Laine L, Scheiman JM. 1999. Acid peptic disorders. In:

Yamada T, Alpers DH, Laine L, Chung O, Powell DW, editors. Textbook of

Gastroenterology. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

P. 1370-433.

Demir S, Yilmaz , Koseoglu M, Alkalin N, Aslan D, Aydin A.2003. Role of free radicals in peptic ulcer and gastritis. The Trukish Journal of Pharmacology; 14:39-19

E. Furst D, W. Ulrich R.2007. Non-Steroid Antiiflamatory Drugs, Disease Modifying Antirheumatic Drug, Nonopioid Analgesic and Drug Used in Gou. In : Katzung B, editor. Basic and Clinical Pharmacology. 10 ed. San Fransisco: McGraw-Hill Companie

Fesharaki M, Nasimi A, Mokhtari S, Mokhtari R, Moradian R, Amirpoor N. 2006. Reactive oxygen metabolites and anti-oxidative defenses in aspirin-induced gastric damage in rats: gastroprotection by vitamin E. Pathophysiology. Hal:13(4):237-43.

F.Ganong W. 2005. Review of Medical Physiology: McGraw-Hill.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. 2ed. Jakarta: Badan Penelitian

Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Hal:1020-1028.

Hoffman RM, Kronfeld DS, Herbein JH, Swecker WS, Cooper WL, Harris PA. 1998. Dietarycarbohydrates and fat influence milk composition and fatty acid profile of mare’s milk. J Nutr. Hal:128:27.


(27)

48

Hofstetter J, Suckow MA, Hickman DL. 2006. Morphophisiology In: Suckow

MA, Weisbroth SH, Franklin CL, editors. The Laboratory Rat. 2sc ed.

London: Elsevier Academic Press.

J. Binder H.2006. Gastric Function In: F Boron W, L. Boulacp E, editors. Medical Physiology. New York: Sunders- Elsevier Science; p:892-4.

Junqueira LC, Carneiro J. 2005. Histology Text and Atlas. 11 ed. Sao Paulo: Mc-Graw Hill Companies.

Kelompok Kerja Ilmiah Phyto Medica. 1993. Pedoman Pengujian dan

Pengembangan Fitofarmaka: penapsian farmakologi, pengujian fitofarmaka dan pengujian pengujian klinik. Jakarta: Yayasan Pengambangan Obat Bahan Alam Phyto Medica, Hal:15-7;143-6

K. Murray R, K Graner D, A.Mayes, W, Rodwell V. Harper’s.2003. Illustrated Biochemistry.26 ed, Toronto, Ontario: McGraw-Hill Companies.

Kumar V, Abbas AK, Fausto N. 2007. Robbins and Cotran Pathologic Basis of

Disease. 8ed. Philadelphia: Elsevier Saunders.

Lichtenberger LM, Romero JJ, Dial EJ. 2007. Surface phospholipids in gastric injury and protection when a selective cyclooxygenase-2 inhibitor (Coxib) is used in combination with aspirin. Br J Pharmacol. Hal:150:913-9.

L. Darling R, Romero JJ, Dial EJ.2004. The Effect of Aspirin on Gastric Mucosal Intergrity, Surface Hydrophobicity and Prostaglandin Metabolism in Cyooxygenase Knockout Mice. American Gastroenterological Assciatio: 127 McQuaid. 2007. Gastrointestinal Disorders In: McPhee SJ, Paoadakis MA,

editors. Current Medical Diagnosis and Treatment 48 th ed: Mc Graw Hill. Mateos- aparicio I, Rendodo Cuenca A, Villanueva- Suarez MJ, Zapata- Revilla

MA.2008. Soybean a promising health source. Nutr Hosp. Hal;305-12

Paget G, Barnes J. 1964. Toxicity Tests. In: Laurence DR, Bacharach AL, editors.

Evaluation of Drug Activities Pharmacometrics. London, New York: Academic Press.

Ritiasa K, Sutarjadi, Sidik, Djatmiko W, Ifasyah N, dkk.2009. Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional.


(28)

49

Shanmugasundaram S, Sumarno. 1993. Glycine Max (L) Merr dalam Van Der

Maesen LJG, Somaatmadja S, penyunting PROSEA Sumber Daya Nabati Asia Tenggara (1) Kacang-Kacangan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal 43-50.

Takekawa S, Matsui T, Arakawa Y.2006. The protective effect of the soybean

polyphenol genistein against stress-induced gastric mucosal lesions in rats and its hormonal mechanism. J Nutr Sci Vitaminol. 2006;52:274-80.

Tarigan P. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. 4ed. AW Sudoyo , editor. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Tariq M, Al Moutaery AR. 1997. Studies on the antisecretory, gastric anti-ulcer

and cytoprotective properties of glycine. Res Commun Mol Pathol

Pharmacol. Hal:185-98.

Tindall HD. 1997. Commercial Vegetable Growing. Oxford : The English

Language Book Society and Oxford University Press.Page 113-5

Valle JD. 2008 Peptic Ulcer Disease and Related Disorders. In: Harrison TR, editor. Principles of Internal Medicine. 17 ed: Mc Graw-Hill. Hal: 1855-71. Wehbi M. 2011. Acute Gastritis. Medscape available from :

http://emedicine.medscape.com/article/175909-overview#a0101

Wijayakusuma HM. 2007. Penyembuhan dengan kedelai (Glycine max (L)

Merr). Jakarta: Sarana Pustaka Prima.

Wongso S, Manaf A, Julius.1992. Proteksi Mukosa Lambung Terhadap Obat –


(1)

7

membran lemak ke kompartemen yang asam (contohnya pada sel parietal kanalukuli). Setelah itu prodrug terprotonasi dan menjadi molekul aktif, kation thiofilik sulfonamid akan bereaksi dengan H+/K+ ATPase membentuk ikatan kovalen disulfida dan menonaktifkan enzim tersebut secara irreversibel (McQuaid, 2007).

Farmakodinamik dari omeprazole yaitu mampu menghambat baik sekresi asam lambung pada saat makan ataupun puasa. Obat ini memblok tahap akhir dari sekresi asam lambung yaitu memblok reseptor H+/K+ ATPase berbeda dengan H2 reseptor antagonis. Menurut penelitian, Omeprazolee juga dapat menghambat enzim karbonik anhidrase yang dapat menyebabkan vasokontriksi (McQuaid , 2007).

1.6 Hipotesis

Berikut adalah hipotesis yang digunakan pada penelitian ini

1. Susu kedelai (Glycine max) dapat menurunkan kadar HCl lambung pada tikus model gastritis.

2. Susu kedelai (Glycine max) memiliki efek yang sama dengan omeprazole.

1.7 Metodologi

Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik dengan rancangan pemilihan sampel acak lengkap sampel dibagi atas 4 kelompok.

Pada penelitian ini dilakukan uji pemberian susu kedelai pada tikus jantan model gastritis untuk menganalisis pengaruhnya terhadap HCl lambung.

1.8 Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di Laboratorium Farmakologi Klinik Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Penelitian dilakukan dalam kurun waktu Desember 2011 – Juni 2012.


(2)

8

1.9 Tahap Rencana Kegiatan/ Tahap Kegiatan

Berikut ditampilkan tabel rencana/tahap kegiatan tiap bulan yang dilakukan untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

RENCANA KEGIATAN BULAN KE

1 PERSIAPAN 1 2 3 4 5 6 7

- Penentuan topik dan judul - Penelusuran pustaka dan teori - Pembuatan usulan penelitian - Pengadaan alat-alat

- Administrasi perizinan

3 3 3

3 3 3

3

3 3

2 PELAKSANAAN - Pengumpulan data

- Pengerjaan di laboratorium

3 3 3 PENGOLAHAN DATA

- Analisis data

- Konsultasi pembimbing 3 3 3 3 3 3 3 3 4 PENYUSUNAN LAPORAN

- Menulis draft laporan - Penyusunan laporan akhir

3 3 3 3 3 3 3 3


(3)

46 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Susu kedelai (Glicyne max) dapat menurunkan kadar HCl lambung pada tikus model gastritis.

2. Susu kedelai (Glicyne max) memiliki efek yang tidak atau lebih rendah dibandingkan omeprazole.

5.2 Saran

Saran peneliti melalui penelitian ini yaitu:

1. Mengadakan penelitian penuh untuk melihat pengaruh pemberian susu kedelai terhadap lambung dengan menggunakan indikator lain.

2. Perlu dilakukan penelitian dalam kemampuan fitofarmaka yang dimiliki susu kedelai seperti interaksi dengan obat – obatan lain yang dapat menyebabkan efek samping gastritis.

3. Perlu dilakukan penelitian mengenai interaksi susu kedelai dengan obat obat lain yang menyebabkan efek samping gastritis.


(4)

47

DAFTAR PUSTAKA

Alada ARA, Ajayi FF, Alaka OO, Akande OO. 2005. Gastric acid secretion and experimental ulceration in rats fed soybean diet preparations. Afr J Biomed Res. Hal ;8:203-5.

Ali T, Harty R. 2009. Stress Induced Ulcer Bleeding in Critically III Patiens. Gastroenterol Clin N Am; 38:245-65

Biljani RL. 2004. Understanding Medical Physiology. 3 ed. New Delhi, India: Jaypee Brothers Medical Publishers.

Cahyono B. 2007. Susu Kedelai dan Aplikasi Olahannya. Surabaya: Trubus Agrisarana.

C.Guyton A, E.Hall J. 2006. Text Book of Medical Physiology. 11 ed: Elsevier Saunders.

Del Valle J, Cohen H, Laine L, Scheiman JM. 1999. Acid peptic disorders. In: Yamada T, Alpers DH, Laine L, Chung O, Powell DW, editors. Textbook of Gastroenterology. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. P. 1370-433.

Demir S, Yilmaz , Koseoglu M, Alkalin N, Aslan D, Aydin A.2003. Role of free radicals in peptic ulcer and gastritis. The Trukish Journal of Pharmacology; 14:39-19

E. Furst D, W. Ulrich R.2007. Non-Steroid Antiiflamatory Drugs, Disease Modifying Antirheumatic Drug, Nonopioid Analgesic and Drug Used in Gou. In : Katzung B, editor. Basic and Clinical Pharmacology. 10 ed. San Fransisco: McGraw-Hill Companie

Fesharaki M, Nasimi A, Mokhtari S, Mokhtari R, Moradian R, Amirpoor N. 2006. Reactive oxygen metabolites and anti-oxidative defenses in aspirin-induced gastric damage in rats: gastroprotection by vitamin E. Pathophysiology. Hal:13(4):237-43.

F.Ganong W. 2005. Review of Medical Physiology: McGraw-Hill.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. 2ed. Jakarta: Badan Penelitian Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Hal:1020-1028.

Hoffman RM, Kronfeld DS, Herbein JH, Swecker WS, Cooper WL, Harris PA. 1998. Dietarycarbohydrates and fat influence milk composition and fatty acid profile of mare’s milk. J Nutr. Hal:128:27.


(5)

48

Hofstetter J, Suckow MA, Hickman DL. 2006. Morphophisiology In: Suckow MA, Weisbroth SH, Franklin CL, editors. The Laboratory Rat. 2sc ed. London: Elsevier Academic Press.

J. Binder H.2006. Gastric Function In: F Boron W, L. Boulacp E, editors. Medical Physiology. New York: Sunders- Elsevier Science; p:892-4.

Junqueira LC, Carneiro J. 2005. Histology Text and Atlas. 11 ed. Sao Paulo: Mc-Graw Hill Companies.

Kelompok Kerja Ilmiah Phyto Medica. 1993. Pedoman Pengujian dan Pengembangan Fitofarmaka: penapsian farmakologi, pengujian fitofarmaka dan pengujian pengujian klinik. Jakarta: Yayasan Pengambangan Obat Bahan Alam Phyto Medica, Hal:15-7;143-6

K. Murray R, K Graner D, A.Mayes, W, Rodwell V. Harper’s.2003. Illustrated Biochemistry.26 ed, Toronto, Ontario: McGraw-Hill Companies.

Kumar V, Abbas AK, Fausto N. 2007. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 8ed. Philadelphia: Elsevier Saunders.

Lichtenberger LM, Romero JJ, Dial EJ. 2007. Surface phospholipids in gastric injury and protection when a selective cyclooxygenase-2 inhibitor (Coxib) is used in combination with aspirin. Br J Pharmacol. Hal:150:913-9.

L. Darling R, Romero JJ, Dial EJ.2004. The Effect of Aspirin on Gastric Mucosal Intergrity, Surface Hydrophobicity and Prostaglandin Metabolism in Cyooxygenase Knockout Mice. American Gastroenterological Assciatio: 127 McQuaid. 2007. Gastrointestinal Disorders In: McPhee SJ, Paoadakis MA,

editors. Current Medical Diagnosis and Treatment 48 th ed: Mc Graw Hill. Mateos- aparicio I, Rendodo Cuenca A, Villanueva- Suarez MJ, Zapata- Revilla

MA.2008. Soybean a promising health source. Nutr Hosp. Hal;305-12

Paget G, Barnes J. 1964. Toxicity Tests. In: Laurence DR, Bacharach AL, editors.

Evaluation of Drug Activities Pharmacometrics. London, New York: Academic Press.

Ritiasa K, Sutarjadi, Sidik, Djatmiko W, Ifasyah N, dkk.2009. Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional.


(6)

49

Shanmugasundaram S, Sumarno. 1993. Glycine Max (L) Merr dalam Van Der Maesen LJG, Somaatmadja S, penyunting PROSEA Sumber Daya Nabati Asia Tenggara (1) Kacang-Kacangan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal 43-50.

Takekawa S, Matsui T, Arakawa Y.2006. The protective effect of the soybean polyphenol genistein against stress-induced gastric mucosal lesions in rats and its hormonal mechanism. J Nutr Sci Vitaminol. 2006;52:274-80.

Tarigan P. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. 4ed. AW Sudoyo , editor. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Tariq M, Al Moutaery AR. 1997. Studies on the antisecretory, gastric anti-ulcer and cytoprotective properties of glycine. Res Commun Mol Pathol Pharmacol. Hal:185-98.

Tindall HD. 1997. Commercial Vegetable Growing. Oxford : The English Language Book Society and Oxford University Press.Page 113-5

Valle JD. 2008 Peptic Ulcer Disease and Related Disorders. In: Harrison TR, editor. Principles of Internal Medicine. 17 ed: Mc Graw-Hill. Hal: 1855-71. Wehbi M. 2011. Acute Gastritis. Medscape available from :

http://emedicine.medscape.com/article/175909-overview#a0101

Wijayakusuma HM. 2007. Penyembuhan dengan kedelai (Glycine max (L) Merr). Jakarta: Sarana Pustaka Prima.

Wongso S, Manaf A, Julius.1992. Proteksi Mukosa Lambung Terhadap Obat – Obatan Antiinflamasi Nonsteroid. Cermin Dunia Kedokteran. Hal ;79:22-5