PERBEDAAN PARTISIPASI SISWA KELAS X ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL EVERYONE IS A TEACHER HERE DENGAN YANG MENGGUNAKAN TALKING STICK DALAM PEMBELAJARAN PKN DI SMK KESEHATAN CITRA SEMESTA INDONESIA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Fitri Kumalasari

09401244010

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

iv

begitu kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil.” (Mario Teguh)

“Tidak ada usaha yang sia-sia” (penulis)


(6)

berikan, bingkisan kecil dan sederhana ini kupersembahkan untuk:

1. Kedua orang tua yang senantiasa mendukung dan memberikan segalanya.

2. Bapak dan Ibu Dosen di jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Dan Hukum yang dengan sabar mendidik dan mencurahkan ilmu pengetahuannya.


(7)

vi Oleh: Fitri Kumalasari

09401244010 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan partisipasi siswa antara yang menggunakan model Everyone is a Teachers Here (ETH) dengan yang menggunakan model Talking Stick pada siswa kelas X dalam pembelajaran PKn di SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia.

Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperiment dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia, pada bulan Desember 2015-April 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia dengan jumlah seluruhnya 64 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive random sampling, dan terpilih kelas X Farmasi sebagai kelas eksperimen dan kelas X Perawat sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi. Uji coba instrumen meliputi Uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas menggunakan rumus korelasi product moment yang menunjukkan instrumen lembar observasi dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk penelitian. Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Crornbach yang menunjukkan nilai reliabilitas sebesar 0,980, sehingga dinyatakan reliable dan layak digunakan untuk penelitian. Teknik analisis data menggunakan uji-t.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan partisipasi siswa antara yang diajar dengan model pembelajaran Everyone is Teachers Here (ETH) dan yang diajar dengan model pembelajaran Talking Stick pada siswa kelas X di SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari nilai t-hitung pada partisipasi siswa sebesar 2,265 dan t-tabel pada df 62 sebesar 2,000 dan nilai signifikansi sebesar 0,027 lebih kecil dari nilai taraf signifikansi 5% (0,027<0,05).


(8)

serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Dengan Judul “Perbedaan Partisipasi Siswa Kelas X antara yang menggunakan Model Everyone Is A Teacher Here dengan yang menggunakan Talking Stick dalam Pembelajaran PKN di SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia” ini dengan baik.

Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, Tugas Akhir Skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, MA, Rektor UNY yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag, Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNY yang telah memberikan izin untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Dr. Mukhamad Murdiono, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum yang telah memberikan dorongan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Suyato, M.Pd, Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Samsuri, S.Pd., M.Ag, sebagai ketua penguji yang telah memberikan bimbingan dan ilmu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran yang telah memberikan ilmunya selama kuliah.


(9)

viii penulis.

9. Rekan-rekan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2009 terima kasih atas kebersamaan kalian selama kuliah.

10. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung selama studi dan terselesaikannya tugas akhir ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih banyak kekurangan. Saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati, demi perbaikan penulisan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, Mei 2016 Penulis


(10)

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori... 11

1. Partisipasi Siswa ... 11

2. Model Pembelajaran Everyone is a Teacher Here (ETH) ... 21

3. Model Pembelajaran Talking Stick ... 30

4. Pendidikan Kewarganegaraan ... 32

B. Penelitian yang Relevan ... 43


(11)

x

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

C. Populasi dan Sampel ... 50

D. Variabel Penelitian ... 51

E. Definisi Operasional ... 52

1. Partisipasi siswa ... 52

2. Model Pembelajaran ETH ... 53

3. Model pembelajaran Talking Stick ... 53

F. Metode Pengumpulan Data ... 53

G. Instrumen Penelitian ... 54

H. Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 64

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 64

2. Deskripsi Data Penelitian ... 67

3. Persyaratan Analisis Data ... 75

4. Pengujian Hipotesis ... 77

5. Gain Score ... 79

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 80

C. Keterbatasan Penelitian ... 85

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 86

B. Implikasi ... 86

C. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(12)

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Variabel Partisipasi Siswa ... 55

Tabel 3. Tingkat Reliabilitas ... 58

Tabel 4. Kategori Gain Score ... 63

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Partisipasi Siswa Kelas Eksperimen ... 68

Tabel 6. Partisipasi Siswa Kelompok Eksperimen ... 70

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Partisipasi Siswa Kelas Kontrol ... 72

Tabel 8. Distribusi Partisipasi Siswa Kelas Kontrol ... 74

Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Partisipasi Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 76

Tabel 10.Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varians Data Partisipasi Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 77

Tabel 11.Rangkuman Hasil Uji-t antara Kelas Eksperimen dan Kontrol .. 78


(13)

xii

Gambar 2. Desain Penelitian ... 49

Gambar 3. Distribusi Partisipasi Siswa Kelas Eksperimen ... 69

Gambar 4. Diagram Pie Kategorisasi Partisipasi Siswa Kelas Eksperimen 71

Gambar 5. Distribusi Partisipasi Siswa Kelas Kontrol ... 73

Gambar 6. Diagram Pie Kategorisasi Partisipasi Siswa Kelas Kontrol ... 75

Gambar 7. Perbandingan Kecenderungan Partisipasi Siswa ... . 81


(14)

Lampiran 2. Hasil Uji Coba Instrumen

Lampiran 3. Lembar Observasi Setelah Penelitian Lampiran 4. Hasil Olah data Penelitian

Lampiran 5. Rubrik Penilaian Lembar Observasi Lampiran 6. RPP


(15)

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan bagian yang terintegrasi dalam kehidupan manusia, dimana manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakatnya dan kebudayaanya. Pendidikan sangat besar peranannya dalam mempersiapkan generasi muda yang memiliki kecerdasan dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Begitu pentingnya peranan pendidikan dalam meningkatkan harkat dan martabat manusia, maka dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut undang – undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, pada pasal 3 dinyatakan bahwa: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Di Indonesia Pendidikan Kewarganegaraan yang selanjutnya dikenal sebagai Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada penjelasan pasal 37 (2) disebutkan bahwa pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan


(16)

untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Peserta didik yang dimaksud adalah generasi muda yang merupakan warga negara Indonesia yang cerdas, dan baik, yakni mereka yang secara ajeg memelihara, dan mengembangkan kompetensi warga negara civic knowledge, civic skills, maupun civic dispositions.

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dipandang sebagai mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Hal ini dikarenakan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang bertugas membentuk warga negara ke arah yang lebih baik yakni warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya (Cholisin, 2004: 123). Dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) membekali siswa dengan berbagai kemampuan tentang cara bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, partisipasi dalam kegiatan belajar memberikan pengaruh terhadap hasil belajar yang maksimal. Upaya meningkatkan hasil belajar tidak terlepas dari sebuah kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran terdapat suatu proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dengan siswa. Melalui interaksi tersebut, siswa dapat membangun pengetahuan secara aktif dan dapat termotivasi untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

Partisipasi siswa sangat penting dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan pada hakekatnya belajar merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang


(17)

optimal perlu keterlibatan atau partisipasi dari siswa dalam pembelajaran. Menurut Mulyasa (2009: 241), partisipasi siswa dalam pembelajaran diartikan sebagai keterlibatan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Partisipasi siswa merupakan keikutsertaan siswa dalam suatu kegiatan yang ditunjukkan dengan perilaku fisik dan psikisnya (Hasibuan dan Moedjiono, 2006: 7). Partisipasi siswa ditunjukan dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara tanggung jawab dalam proses belajar. Keaktifan siswa ditunjukkan dengan partisipasinya. Keaktifan itu dapat terlihat dari beberapa perilaku misalnya mendengarkan, mendiskusikan, membuat sesuatu, menulis laporan, dan sebagainya. Partisipasi siswa dibutuhkan dalam menetapkan tujuan dan dalam kegiatan belajar dan mengajar. Dengan demikian, partisipasi diperlukan dalam proses pembelajaran.

Banyak faktor yang mempengaruhi partisipasi siswa, diantaranya penggunaan model pembelajaran. Model pembelajaran merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Pemilihan model pembelajaran akan mempengaruhi perkembangan kecakapan atau keterampilan (skill) peserta didik. Kurangnya variasi model yang digunakan dalam proses pembelajaran di kelas akan berdampak negatif pada proses pembelajaran yaitu membosankan dan hasil pembelajaran yang rendah. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Nana Sudjana (2002: 30) bahwa metode atau model pembelajaran yang diterapkan oleh guru merupakan faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa di sekolah termasuk


(18)

partisipasi siswa dalam pembelajaran yang pada berdampak pada keberhasilan hasil belajar siswa. Seorang guru harus mampu mengembangkan model yang efektif untuk dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran khususnya dalam pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Guru tidak hanya dituntut untuk menyampaikan materi secara menarik dan interaktif tapi guru juga dituntut untuk mengaktifkan siswa dalam praktik-praktik pembelajaran. Hal ini membuat guru tidak hanya menguasai materi namun juga mampu menyampaikan dan menstimulus siswa untuk dapat mempraktikan secara langsung teori yang disampaikan.

Namun pada kenyataannya selama ini metode pembelajaran yang digunakan guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) masih menggunakan metode lama yakni hanya menyampaikan materi-materi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah tanpa adanya timbal balik dari siswa, yang akhirnya siswa menjadi tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa hanya duduk, diam, mendengarkan, mencatat dan menghafal materi pelajaran. Penggunaaan metode ceramah tersebut mengakibatkan siswa menjadi mengantuk, jenuh, malas, tidak memperhatikan saat proses pembelajaran berlangsung dan siswa menjadi tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran, sehingga partisipasi siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) belum optimal. Keberhasilan dalam pembelajaran PKn salah satunya terletak pada penggunaan model pembelajaran. Selama ini pembelajaran PPKn terkesan kaku, kurang fleksibel dan membosankan.


(19)

Salah satu penyebabnya adalah kurang dipahaminya model pembelajaran yang digunakan atau tidak ada keinginan dalam melakukan perubahan yang lebih inovatif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang menarik dan dapat meningkatkan partisipasi siswa.

Model pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran yaitu model pembelajaran Everyone is a Teacher Here (ETH). Model pembelajaran Everyone is a Teacher Here (ETH) merupakan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat aktivitas pembelajaran, sehingga guru hanya berfungsi sebagai fasilitator dan controller dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran Everyone is a Teacher Here (ETH) memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat berperan sebagai guru bagi kawan-kawannya. Hal tersebut dapat melatih dan mengembangkan daya pikir termasuk daya ingatan serta menambah keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapatnya.

Menurut Hisyam Zaini, dkk, (2008: 60), model pembelajaran Everyone is a Teacher Here (ETH) sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual. Model Everyone is a Teacher Here (ETH) memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk berperan sebagai guru dan dengan model ETH siswa yang selama ini tidak mau terlibat akan ikut serta dalam pembelajaran secara aktif. Pendapat lain dikemukakan oleh Atamdi dan Setyaningsih (2000: 7) bahwa model Everyone is a Teacher Here (ETH) merupakan sebuah model yang mudah


(20)

guna memperoleh partisipasi kelas yang besar dan tanggung jawab individu. Model pembelajaran ETH dianggap menjadi model pembelajaran alternatif yang dapat merangsang partisipasi siswa.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia pada bulan Desember 2015 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia masih sangat rendah hal ini disebabkan oleh berbagai aspek. Pertama dari aspek pendidik, dalam observasi yang dilakukan di kelas X SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia diketahui bahwa guru cenderung menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran, sehingga siswa terlihat kurang tertarik dengan materi yang disampaikan guru dan terkesan membosankan. Selain itu, guru juga jarang menggunakan media yang seharusnya mampu menunjang proses pembelajaran. Kurikulum yang dipakai di SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia menggunakan KTSP 2006. Dengan kurikulum tersebut, guru dituntut dapat menggunakan dan mengembangkan media maupun metode pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dan mendukung proses pembelajaran. Keterbatasan penggunaan media ini di SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia dikarenakan minimnya penyediaan fasilitas media pembelajaran oleh sekolah.

Rendahnya partisipasi siswa di SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia juga terlihat dari lingkungan kelas yang tidak kondusif saat proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan keterangan guru Pendidikan


(21)

Kewarganegaraan (PKn), masih ada sekitar 35% siswa yang terlihat gaduh dan mengobrol dengan teman yang lain, sehingga membuat proses penyampaian materi tidak berlangsung secara optimal. Partisipasi siswa yang rendah dalam pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal inilah yang menjadi ketertarikan bagi peneliti melakukan penelitian di SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia. Selain itu, model Everyone is a Teacher Here (ETH) juga belum pernah diterapkan oleh guru dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia.

Berdasarkan paparan di atas menunjukkan bahwa permasalahan tentang partisipasi siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diperlukan solusi dengan inovasi model pembelajaran yang lebih efektif. Dengan model Everyone is a Teacher Here (ETH) dalam kegiatan pembelajran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat meningkatkan partisipasi siswa, dimana siswa tidak hanya menjadi pendengar tapi siswa juga dapat berperan menjadi narasumber dalam memberikan informasi pada teman-temannya yang lain. Siswa tidak hanya menerima informasi dari guru, melainkan menjalani proses belajar dengan mengasah kreativitas siswa dalam membuat pertanyaan, menjawab pertanyaan dan menanggapi pertanyaan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Perbedaan Partisipasi Siswa Kelas X yang diajar dengan Model Everyone Is A Teacher Here dan yang diajar dengan Talking Stick dalam Pembelajaran PKN di SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia”.


(22)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut.

1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia belum menggunakan metode yang bervariasi karena cenderung didominasi peran aktif guru (teacher centered) yaitu menggunakan metode ceramah, penugasan.

2. Keseriusan siswa mengikuti mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) masih kurang. Konsekuensinya, siswa kurang memahami dan menguasai materi yang disampaikan oleh guru.

3. Partisipasi siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) belum optimal yang ditunjukkan dengan siswa yang tidak berani bertanya dan mengemukakan pendapat serta cenderung hanya mendengarkan dalam pembelajaran.

4. Model Everyone is a Teacher Here belum pernah diterapkan di SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini difokuskan pada partisipasi siswa kelas X dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan melalui penerapan model Everyone is a Teacher Here di SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia.


(23)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai yaitu “Adakah perbedaan partisipasi siswa kelas X antara yang menggunakan model Everyone is a Teacher Here dengan yang menggunakan Talking Stick dalam pembelajaran PKn di SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia?”.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan partisipasi siswa kelas X antara yang menggunakan model Everyone is a Teacher Here dengan yang menggunakan Talking Stick dalam pembelajaran PKn di SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

Dengan penelitian ini siswa diharapkan dapat beradaptasi dengan model pembelajaran yang baru yaitu Everyone is a Teachers Here (ETH).


(24)

2. Bagi Guru

Pada penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan untuk guru mengenai model pembelajaran Everyone is a Teachers Here (ETH) dan dapat menjadi referensi model pembelajaran di kelas.

3. Bagi Peneliti

Bagi peneliti merupakan pengalaman yang dapat dijadikan sebagai referensi suatu saat nanti menjadi seorang pendidik yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Everyone is a Teachers Here (ETH).


(25)

11  BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Partisipasi Siswa

a. Pengertian Partisipasi Siswa

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah pengambilan bagian atau pengikut sertaan. Menurut Taufik Abdulah (1974:13), “partisipasi” merupakan keterlibatan mental yang mendorong untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan. Menurut Tjokrowinoto dalam Suryobroto (2006: 278) partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya piker dan perasaan mereka bagi terciptanya tujuan-tujuan bersama tanggungjawab terhadap tujuan tersebut.

Partisipasi siswa berarti keikutsertaan siswa dalam suatu kegiatan yang ditunjukkan dengan perilaku fisik dan psikisnya. Partisipasi siswa ditunjukan dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Keaktifan itu dapat terlihat dari beberapa perilaku misalnya mendengarkan, mendiskusikan, membuat sesuatu, menulis laporan, dan sebagainya. Partisipasi siswa dibutuhkan dalam menetapkan tujuan dan dalam kegiatan belajar dan mengajar (Hasibuan dan Moedjiono, 2006: 7). Belajar yang optimal akan


(26)

terjadi bila siswa berpartisipasi secara tanggungjawab dalam proses belajar. Menurut Mulyasa (2009:241), partisipasi siswa dalam pembelajaran sering juga diartikan sebagai keterlibatan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.

Jerrold dalam Yeni Herawati (2008: 67) berpendapat bahwa partisipasi siswa dapat diwujudkan dengan berbagai hal, diantaranya: 1) Keaktifan siswa di dalam kelas

Misalnya aktif mengikuti pelajaran, memahami penjelasan guru, bertanya kepada guru, mampu menjawab pertanyaan dari guru dan sebagainya.

2) Kepatuhan terhadap norma belajar.

Misalnya mengerjakan tugas sesuai dengan perintah guru, dating tepat waktu, memakai pakaian sesuai dengan ketentuan, dan sebagainya.

Tidak ada proses belajar tanpa partisipasi dan keaktifan anak didik yang belajar. Setiap anak didik pasti aktif dalam belajar, hanya yang membedakannya adalah kadar/bobot keaktifan anak didik dalam belajar. Ada keaktifan itu dengan kategori rendah, sedang dan tinggi. Berbagai macam partisipasi siswa di dalam kelas akan mempengaruhi proses pembelajaran itu sendiri, dimana dengan partisipasi yang tinggi akan tercipta suasana pembelajaran yang efektif. Partisipasi siswa pada pembelajaran dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan yang bermakna. Dengan


(27)

berpartisipasi siswa akan berperan dalam proses perkembangan dirinya sendiri sehingga secara sadar akan menuntun kemandirian sekaligus belajar bagaimana berinteraksi social dengan sesama.

Menurut Mulyasa (2011: 105) dari segi proses, pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun social dalam proses pembelajaran. Disini perlu kreatifitas guru dalam mengajar agar siswa berpartisipasi dalam pembelajaran. Penggunaan strategi, metode maupun model pembelajaran yang tepat akan menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif karena siswa lebih berperan serta lebih terbuka dan sensitive dalam kegiatan belajar mengajar sehingga mampu menciptakan suasana kelas yang hidup, yaitu ada interaksi antar guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa.

Dalam hal ini guru dapat turut berperan dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran di kelas. Di dalam proses pembelajaran guru dapat meningkatkan partisipasi siswa dengan menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru (Yeni herawati, 2008: 80) diantaranya :


(28)

1) Menggunakan multimetode dan multimedia.

2) Memberikan tugas secara individu maupun kelompok.

3) Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil.

4) Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang kurang jelas, serta mengadakan Tanya jawab dan diskusi.

Pengajar/guru tidak hanya melakukan kegiatan menyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa akan tetapi harus mampu membawa sikap untuk aktif dalam berbagai bentuk belajar. Guru harus dapat mengarahkan siswa untuk lebih berperan serta lebih terbuka dan sensitif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga mampu menciptakan suasana kelas yang hidup, yaitu ada interaksi antar guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Dengan melibatkan siswa berperan dalam kegiatan pembelajaran, berarti kita mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimiliki siswa secara penuh.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi siswa merupakan keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran yang meliputi aspek fisik maupun psikisnya untuk mencapai suatu tujuan yaitu hasil belajar yang memuaskan.


(29)

b. Aspek Partisipasi Siswa

Suryosubroto (2002: 71) menjelaskan bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran tampak dalam kegiatan:

1) Berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan

2) Mempelajari, mengalami, dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh situasi pengetahuan.

3) Merasakan sendiri bagaimanan tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepadanya.

4) Belajar dalam kelompok

5) Mencobakan sendiri konsep-konsep tertentu

6) Mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan, dan penghayatan nilai-nilai secara lisan atau penelitian.

Paul D. Dierich dalam Martinis Yamin (2007: 84) mengklasifikasikan kegiatan partisipasi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut;

1) Kegiatan-kegiatan visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. 2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral)

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.


(30)

3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permaianan, mendengarkan radio.

4) Kegiatan-kegiatan menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisikan angket.

5) Kegiatan-kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta dan pola 6) Kegiatan metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pemeran, menari dan berkebun.

7) Kegiatan-kegiatan mental

Merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

8) Kegiatan-kegiatan emosional

Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis Kegiatan-kegiatan overlap satu sama lain.

Selain itu Gagne dan Briggs dalam Martinis Yamin (2007: 84) menjelaskan rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan


(31)

didalam kelas meliputi 9 aspek untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasi siswa. Masing-masing diantaranya:

1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran

2) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar) kepada siswa

3) Mengingatkan kompetensi prasyarat.

4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep) yang akan

dipelajari.

5) Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

6) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

7) Memberikan umpan balik (feed back).

8) Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.

9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran

Dari uraian diatas dapat simpulkan bahwa aspek partisipasi siswa sangat beragam. Dalam penelitian ini, aspek partisipasi siswa mengacu pada pendapat Martimis Yamin (2007: 84) yang mengklasifikasikan kegiatan partisipasi dalam proses pembelajaran meliputi kegiatan-kegiatan visual, kegiatan lisan, kegiatan


(32)

mendengarkan, kegiatan menulis, kegiatan menggambar, kegiatan metrik, kegiatan mental, dan kegiatan emosional.

c. Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Siswa

Partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk terciptanya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran yang sudah direncakan bisa dicapai semaksimal mungkin. Mc. Keachie dalam Martinis Yamin (2007: 77) menjelaskan bahwa ada beberapa aspek yang dapat menimbulkan partisipasi dalam proses pembelajaran, diantaranya,

1) Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan pembelajaran kegiatan pembelajaran

2) Tekanan pada aspek afektif dalam belajar

3) Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa

4) Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar.

5) Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran.

6) Pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pembelajaran.


(33)

Menurut Malone (Yuditya, 2010: 29) agar peserta didik terdorong untuk berpartisipasi aktif dan efisien dalam belajar diperlukan beberapa faktor,yaitu:

1) Harus memiliki motivasi, alasan dan tujuan belajar yang jelas dan dibantu oleh guru mereka termasuk penggunaan model pembelajaran.

2) Harus ada tujuan pembelajaran yang jelas, peserta didik akan belajar secara efektif karena mereka memiliki gambaran umum tentang topik yang dipelajari.

3) Tujuan pembelajaran yang jelas beserta jadwal pencapaiannya juga dapat berfungsi sebagai sebuah rencana yang harus dilaksanakan oleh peserta didik.

4) Peserta didik memerlukan umpan balik selama proses pembelajaran untuk mengetahui perkembangan keberhasilan yang telah dicapainya.

5) Apa yang dipelajarinya harus memiliki relevansi dengan kebutuhan mereka.

6) Peserta didik memerlukan dorongan agar mampu menerapkan. Partisipasi siswa pada pembelajaran dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan yang bermakna. Dengan berpartisipasi siswa akan berperan dalam proses perkembangan dirinya sendiri sehingga secara sadar akan menuntun kemandirian sekaligus belajar bagaimana berinteraksi sosial dengan sesama.


(34)

Setiap anak didik pasti aktif dalam belajar, hanya yang membedakannya adalah kadar/bobot keaktifan anak didik dalam belajar. kadar keaktifan itu dengan kategori rendah, sedang dan tinggi. Guru dapat meningkatkan partisipasi siswa dengan melakukan berbagai kegiatan yang dapat direncanakan sebelumnya. Kebanyakan siswa tidak akan melakukan partisipasi aktif dengan inisiatif mereka sendiri tanpa stimulus dan dorongan yang dilakukan oleh guru melalui berbagai metode yang telah disiapkan. Untuk itu diperlukan kreatifitas dan komitmen guru dalam memberikan dorongan-dorongan tersebut agar siswa terbiasa dan dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

Dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhi partisipasi peserta didik dalam kelas. Factor tersebut bisa berasal dari dalam diri sendiri seperti motivasi, dorongan, keingintahuan dan lainnya. Juga bisa berasal dari luar diri peserta didik seerti tujuan pembelajaran, materi dan metode pelajaran yang menarik serta kemapuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran.

d. Ciri-ciri siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran di kelas Nana Sudjana (2002: 21) menyampaikan bahwa siswa yang aktif berpartisipasi dapat dilihat dari :

1) Keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahannya


(35)

2) Berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses, belajar.

3) Menampilkan berbagai usaha atau kekreatifan belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilan.

4) Kebebasan atau keleluasaan melakukan hal tersebut di atas tanpa ada tekanan.

Secara garis besar partisipasi merupakan keikutsertaaan siswa dalam proses pembelajaran yang meliputi menerima respon dari luar, menanggapi suatu permasalahan, dan menjawab dari suatu permasalahan yang sedang di bahas. Partisipasi siswa di dalam kelas akan mempengaruhi proses pembelajaran itu sendiri, dimana dengan partisipasi yang tinggi akan tercipta suasana pembelajaran yang efektif. Partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran yang sudah direncakan bisa dicapai semaksimal mungkin.

2. Model Pembelajaran Everyone is a Teacher Here (ETH) a. Pengertian Model pembelajaran ETH

Dalam pembelajaran seorang guru tidak cukup hanya menyampaikan pengetahuan saja. Akan tetapi juga harus mampu menciptakan suasana kelaS yang penuh perhatian, sehingga proses belajar mengajar akan lebih efektif dan tercapai tujuan yang


(36)

optimal. Oleh karena itu guru harus mampu menentukan model yang terbaik yang akan digunakan. Secara umum model mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, model bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Djamarah, 2006: 5).

Menurut Atamdi dan Setyaningsih (2000: 7) model Everyone is a Teacher Here merupakan sebuah model pembelajaran yang mudah untuk memperoleh partisipasi kelas yang besar dan tanggung jawab individu. Model ini memberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai “pengajar” terhadap peserta didik lain. Sejalan dengan Atamdi dan Setyaningsih, Hisyam Zaini (2008: 60) menyatakan model Everyone is a Teacher Here atau “setiap orang adalah guru” merupakan cara yang tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan maupun individual. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan sebagai guru bagi kawan-kawannya.

Silberman (2009: 171) berpendapat bahwa model Everyone is a Teacher Here (semua bisa jadi guru) merupakan model yang mudah guna memperoleh partisipasi kelas yang besar dan tanggung jawab individu. Model ini memberikan kesempatan kepada setiap


(37)

peserta didik untuk bertindak sebagai seorang “pengajar” terhadap peserta didik lain. Model Everyone is a Teacher Here merupakan cara yang tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan maupun individual. Model ini memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk berperan sebagi guru bagi kawan-kawannya sehingga terbentuk aktivitas belajar yang partisipatif dan aktif (Suprijono, 2012: 110).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model Everyone is a Teacher Here memungkinkan siswa untuk mengembangkan pola pikirnya, berbagi pengetahuan dan saling berdiskusi dengan sesamanya. Setiap siswa diaktifkan untuk membaca dan membuat pertanyaan mengenai materi yang akan dipelajari. Tujuannya adalah untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi pelajaran yang sedang diajarkan sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.

b. Tujuan Model Pembelajararan ETH

Model pembelajaran Everyone is a Teacher Here (ETH) memiliki tujuan sebagai berikut:

1) Bagi setiap individu dari masing-masing peserta didik berani mengemukakan pendapat melalui jawaban atas pertanyaan yang telah dibuatnya.

2) Mampu mengemukakan pendapat melalui tulisan dan menyatakannya di depan kelas.


(38)

3) Peserta didik lain berani mengemukakan pendapat dan menyatakan kesalahan jawaban dari kelompok lain.

4) Terlatih dalam menyimpulkan masalah dan hasil kajian pada masalah yang dikaji.

c. Keunggulan Model Pembelajaran ETH

Salah satu bentuk cooperative learning yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah tipe Everyone is a Teacher Here yang intinya adalah menciptakan pola bagaimana menciptakan kelompok belajar yang baik pada diri peserta didik dan penghargaan terhadap kinerjanya dalam kelas. Manfaat dari cooperative learning tipe Everyone is a Teacher Here ini dapat meningkatkan tanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Sebagai salah satu tipe strategi pembelajaran kooperatif, model Everyone is a Teacher Here tentu memiliki kelebihan diantaranya, yaitu:

1) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika itu siswa sedang ribut, dan yang mengantuk menjadi segar.

2) Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingatan.

3) Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.


(39)

Wina sanjaya (2008: 249) menjelaskan beberapa keunggulan dari penerapan Model Everyone is a Teacher Here diantaranya adalah sebagai berikut.

1) Melalui strategi pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lain.

2) Strategi pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. 3) Strategi pembelajaran kooperatif membantu anak untuk respek

pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4) Strategi pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

5) Strategi pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.


(40)

6) Melalui strategi pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

7) Strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

8) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

d. Kekurangan model Everyone is a Teacher Here

Syaiful Bahri Djamarah (2006: 107) menjelaskan beberapa kekurangan dari penerapan model Everyone is a Teacher Here. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Memerlukan banyak waktu.

2) Siswa merasa takut apabila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang.

3) Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami.


(41)

Pendapat lain disampaikan Wina sanjaya (2008: 250) yang mengungkapkan bahwa kelemahan dari model Everyone is a Teacher Here adalah:

1) Untuk memahami dan mengerti filosofis strategi pembelajaran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.

2) Ciri utama dari strategi pembelajaran kooperatif adalah siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang harus dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.

3) Penilaian yang diberikan dalam strategi pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

4) Keberhasilan strategi pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode


(42)

waktu yang cukup panjang, dan, hal ini tidak mungkin tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini. 5) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan

yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui strategi pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam strategi pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.

Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Everyone is a Teacher Here juga memiliki beberapa kekurangan. Secara singkat kekurangan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.

1) Kemungkinan siswa yang pintar tidak akan memperhatikan pembelajaran jika yang bertindak sebagai guru adalah siswa yang memiliki kemampuan rendah.

2) Membutuhkan waktu yang lama untuk menghabiskan semua pertanyaan untuk kelas besar.

e. Langkah-langkah Model Pembelajaran Everyone is a Teacher Here

Dalam menerapkan model Everyone is a Teacher Here ini tidak hanya sekedar menerapkan akan tetapi ada langkah-langkah yang harus diperhatikan. Menurut Silberman (2010: 163-164),


(43)

langkah-langkah pembelajaran dengan model Everyone is a Teacher Here, antara lain.

1) Bagikan kertas kepada setiap peserta didik dan mintalah mereka untuk menuliskan sebuah pertanyaan tentang materi pokok yang telah atau sedang dipelajari, atau topik khusus yang ingin mereka diskusikan dalam kelas.

2) Kumpulkan kertas-kertas tersebut, dikocok dan dibagikan kembali secara acak kepada masing-masing peserta didik dan diusahakan pertanyaan tidak kembali kepada yang bersangkutan. 3) Mintalah mereka membaca dan memahami pertanyaan di kertas

masingmasing, sambil memikirkan jawabannya.

4) Undanglah sukarelawan untuk membacakan pertanyaan yang ada di tangannya (untuk menciptakan budaya bertanya, upayakan memotivasi peserta didik untuk angkat tangan bagi yang siap membaca-tanpa langsung menunjuknya).

5) Mintalah dia memberikan respon (jawaban/penjelasan) atas pertanyaaan atau permasalahan tersebut, kemudian mintalah kepada teman sekelasnya untuk memberi pendapat atau melengkapi jawabannya.

6) Berikan apresiasi (pujian) terhadap setiap jawaban/tanggapan peserta didik agar termotivasi dan tidak takut salah.


(44)

7) Kembangkan diskusi secara lebih lanjut dengan cara siswa bergantian membacakan pertanyaan di tangan masing-masing sesuai waktu yang tersedia.

Everyone is a Teacher Here merupakan sebuah model pembelajaran yang mudah guna memperoleh partisipasi kelas yang besar dan tanggung jawab individu. Model ini memberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai “pengajar” terhadap peserta didik lain. Model Everyone is a Teacher Here juga sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual. Model ini memberi kesempatan kepada setiap peserta didik untuk berperan sebagai guru bagi kawan-kawannya. Dalam proses belajar mengajar, tidak harus semua dari guru, siswa hanya duduk terpagu dan mendengarkan ceramah dari guru, akan tetapi siswa bisa saling mengajar dengan siswa lainnya. Strategi ini merupakan strategi yang mudah bagi guru untuk untuk memperoleh partisipasi kelas dan tanggung jawab individu.

3. Model Pembelajaran Talking Stick

a. Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick

Menurut Tarmizi (2010, http: tarmizi.wordpress.com), talking stick atau tongkat berbicara adalah model yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum


(45)

(pertemuan antarsuku). Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran dengan model talking stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran dengan metode talking stick diawali dengan penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari (Agus Suprijono, 2013: 109).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran talking stick merupakan model pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.

b. Kelebihan dan Keunggulan Model Pembelajaran Talking Stick Kelebihan metode talking stick menurut Tarmizi Ramdhan antara lain:

1) Menguji kesiapan siswa

2) Melatih membaca dan memahami dengan cepat 3) Agar lebih giat dalam belajar

Sedangkan kekurangan dari metode talking stick itu sendiri dalam penerapannya tidak terlalu banyak kekurangan, hanya saja dalam pelaksanaannya dapat membuat siswa tegang. (Agus Suprijono (2013: 109).


(46)

c. Langkah-langkah Penerapan Metode Talking Stick

Adapun langkah-langkah penerapan metode talking stick menurut Agus Suprijono (2013: 109-110) adalah:

1) Guru menyiapkan sebuah tongkat

2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari

3) Siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan siswa untuk menutup isi bacaan

4) Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu siswa serta memberikan pertanyaan, siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan dari guru

5) Ketika stick bergulir dari siswa satu ke siswa lainnya, diiringi musik atau siswa yang akan menyanyikan lagu

6) Guru memberikan kesimpulan 7) Guru memberikan evaluasi 8) Guru menutup pembelajaran

4. Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenan dengan


(47)

hubungan warga negara serta pendidikan pendahulu bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara

Pendidikan kewarganegaraan menjadi penting ketika pemerintah menetapkan PKn menjadi salah satu mata pelajaran yang diwajibkan untuk dimuat dalam kurikulum sekolah. Hal ini dilihat dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 yang antara lain mewajibkan isi kurikulum memuat pendidikan kewargangaraan yang pada perinsipnya bertujuan membentuk good citizenship dan menyiapkan warga negara untuk masa depan.

Hakikatnya pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangan jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa (Komaruddin H dan Azyumardi Azra, 2008: 5).

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah suatu pengetahuan yang bisa dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa (Lasmawan, 2002: 24). Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dimaksudkan sebagai program pendidikan dan pembelajaran


(48)

terpadu yang secara programatik dan prosedural berupaya memberdayakan (empowering), membudayakan (civilizing), dan memanusiakan (humanizing), peserta didik untuk dapat menjadi warga negara yang baik sesuai dengan tuntutan ideologis dan yuridis konstitusional dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Djahiri, 2006: 18).

Menurut Nu’man Soemantri (2001: 54) pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang berintikan demokrasi politik, yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, positif influence pendidikan sekolah, masyarakat, orang tua, yang kesemuanya itu diproses untuk melatih pelajar-pelajar berfikir kritis, analitis, dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Nu’man Soemantri (2001: 299) berpendapat bahwa .Mata pelajaran PKn adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyrakat dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berfikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokrartis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

Mata Pelajaran PKn sebagaimana tercantum dalam susunan kurikulum PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada


(49)

pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi).

Dari pengertian Pendidikan Kewarganegaraan tersebut maka dapat dirumuskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan mencakup pendidikan politik, pendidikan demokrasi, pendidikan hukum, dan pendidikan moral/karakter dalam upaya membentuk warga negara yang cerdas, kritis, dan mampu melaksanakan hak dan kewajibannnya serta bertanggung jawab. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik menjadi warga negara yang baik (good citizen) sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peranan penting sebagai tempat untuk mengembangkan kemampuan, watak, dan karakter warga negara yang demokratis. Untuk itu PKn dituntut dapat mengembangkan kelas sebagai laboratorium demokrasi yang menanamkan dan mensosialisasikan nilai-nilai demokrasi kepada peserta didik. Dengan demikian mata pelajaran PKn merupakan proses yang meliputi semua pengaruh positif yang dimaksudkan


(50)

untuk membentuk pandangan seorang warga negara dalam peranannya di dalam masyarakat (Cholisin, 2000: 17).

b. Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan

Visi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah berorientasi pada terbentuknya masyarakat demokratis yang lebih dikenal dengan masyarakat madani (civil society). PKn paradigma baru berupaya memberdayakan warga negara melalui proses pendidikan agar mampu berperan serta aktif dalam sistem pemerintahan yang demokratis.

Berdasarkan pada visi mata pelajaran PKn tersebut, maka dapat dikembangkan misi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan paradigma baru, yaitu membentuk warga negara yang baik (good citizenship), yaitu menciptakan kompetensi siswa agar mampu berperan aktif dan bertanggung jawab bagi kelangsungan pemerintahan demokratis melalui pengembangan pengetahuan karakter dan keterampilan warga negara.

Misi dari Pendidikan Kewarganegaraan yaitu sebagai berikut : 1) Pendidikan sebagai wawasan kebangsaan yang berarti pendidikan

yang menyiapkan peserta didik agar memiliki pemahaman yang mendalam dan komitmen yang kuat serta konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 Konstitusi Negara Republik Indonesia.


(51)

2) Pendidikan yang demokrasi berarti pendidikan yang menyiapkan peserta didik agar mampu menjalankan hak-hak sebagai warga negara untuk menjalankan prinsip-prinsip demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3) Pendidikan yang menyiapkan peserta didik agar memiliki kesadaran bela negara, penghargaan terhadap hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak serta sikap perilaku anti korupsi, kolusi dan nepotisme (Winarno, 2006: 29).

Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa visi Pendidikan Kewarganegaraan adalah menciptakan masyarakat yang demokratis, dari visi tersebut maka dapat dikembangkan misi Pendidikan Kewarganegaraan yaitu merupakan mata pelajaran yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, baik dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan pemerintahan yang demokratis, serta memiliki wawasan pendidikan demokratis sehingga menyiapkan peserta didik yang memiliki kesadaran untuk setia membela negara dan memiliki penghargaan yang tinggi terhadap hak asasi manusia.


(52)

c. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1) Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2) Secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.

4) Berinteraksi dengan bangsa lain dalam percatuan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Melalui pendidikan kewarganegaran diharapkan warga negara mampu memahami, menganalisis, serta menjawab berbagai masalah yang dihadapi masyarakat, bangsa dan negara secara tepat, rasional, konsisten, berkelanjutan, dan bertanggung jawab dalam rangka mencapai tujuan nasional. Tujuan pendidikan kewarganegaraan mewujudkan warga negara sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam peri kehidupan bangsa. Menurut Cholisin (2004: 1), pendidikan kewarganegaraan harus memenuhi


(53)

tiga aspek yaitu: pertama, pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skill), dan karakter kewarganegaraan (civic disposition).

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki fungsi yang sangat esensial dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang memiliki keterampilan hidup bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Nu’man Soemantri (2001: 166) menjelaskan bahwa fungsi PKn adalah usaha sadar yang dilakukan secara ilmiah dan psikologis untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik agar terjadi internalisasi moral pancasila dan pengetahuan kewarganegaraan untuk melandasi tujuan pendidikan nasional, yang diwujudkan dalam integaritas pribadi dan prilaku sehari-hari.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Kewarganegaraan adalah pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skill), dan karakter kewarganegaraan (civic disposition). Selain itu PKn juga bertujuan untuk membentuk warga negara berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. Secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.


(54)

d. Ruang Lingkup Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Pasal 2 meliputi sebagai berikut. 1) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam

perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.

2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di dalam masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

3) Hak Asasi Manusia (HAM), meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban aggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, penghormatan dan perlindungan HAM. 4) Kebutuhan warga negara, meliputi: hidup gotong royong, harga

diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.


(55)

5) Konstitusi negara, meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.

6) Kekuasaan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintahan pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

7) Pancasila, meliputi: kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideologi terbuka.

8) Globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

Cakupan kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan


(56)

hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme (Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi).

Menurut Cholisin (2004: 25), cakupan Pendidikan Kewarganegaraan meliputi:

1) Cita-cita nasional;

2) Hal-hal yang baik yang diakui oleh masyarakat (common good); 3) Proses pemerintahan sendiri (the procces of self govenrment); 4) Hak asasi manusia dan warga negara yang dijamin konstitusi; dan 5) Seluruh pengaruh positif yang berasal dari keluarga, sekolah, dan

masyarakat

Menurut Nu’man Sumantri (2001: 311) cakupan Pendidikan Kewarganegaraan meliputi cita-cita bangsa dan negara, Hak Asasi Manusia, norma, hukum dan nilai, proses pemerintahan, kekuasaan dan politik, serta semua pengaruh positif yang berasal dari keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan meliputi persatuan kesatuan bangsa, norma, hukum dan peraturan, hak asasi manusia, kebutuhan warga negara, konstitusi negara, kekuasaan dan politik, Pancasila, dan globalisasi. Cakupan kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan


(57)

kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

B. Penelitian Relevan

1. Penelitian Eko Deni Sulistyo yang menyimpulkan bahwa model pembelajaran Everyone is a Teacher Here (ETH) berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Peelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang ditulis peneliti yaitu sama-sama menggunakan metode pembelajaran model Everyone is a Teacher Here (ETH) dan menggunakan quasi eksperimen. Perbedaannya peneliti mengukur partisipasi siswa bukan prestasi belajar.

2. Penelitian Arip Nugroho yang berjudul, yang menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran answer gallery kolaborasi Everyone is a Teacher Here (ETH) dengan kerja kelompok dan diskusi, siswa dapat berpendapat untuk memecahkan soal masalah, sehingga siswa dapat menemukan jawaban melalui pengamatan secara langsung tanpa mengarang atau membayangkan jawaban soal masalah tersebut, siswa lebih antusias dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dan yang menyenangkan, kerjasama kelompok dan diskusi dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan dalam pembelajaran buku besar di kelas X Akuntansi 2 SMK Negeri 1 Banyudono. Peelitian ini memiliki kesamaan


(58)

dengan penelitian yang ditulis peneliti yaitu sama-sama menggunakan metode pembelajaran model Everyone is a Teacher Here (ETH).

3. Penelitian Hilmarisa (2013) yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar ekonomi siswa yang pembelajarannya menerapkan strategi Everyone is a Teacher Here dengan yang menerapkan strategi Learning Start with a Question. 2. Secara keseluruhan penerapan strategi Everyone is a Teacher Here dan strategi Learning Start with a Question dapat meningkatkan hasil belajar Ekonomi siswa. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode Everyone Is Teacher Here, perbedaannya peneliti hanya menggunakan satu metode dan untuk mengukur partisipasi siswa bukan hasil belajar.

Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Everyone Is Teacher Here terbukti efektif dalam meningkatkan keaktifan siswa maupun hasil belajar siswa. Penelitian diatas memiliki beberapa kesamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran everyone is Teacher Here (ETH). Sedangkan perbedaanya terletak pada variabel penelitiannya. Pada penelitian ini menggunakan variabel partisipasi siswa.

C. Kerangka Pikir

Banyak faktor yang mempengaruhi partisipasi siswa. Penggunaan model, media serta strategi pembelajaran yang kurang tepat dapat


(59)

mempengaruhi partisipasi siswa dalam kegitan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang monoton akan membuat siswa merasa malas untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Partisipasi siswa sangat penting dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan pada hakekatnya belajar merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Pembelajaran yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara tanggung jawab dalam proses belajar. Partisipasi siswa dibutuhkan dalam menetapkan tujuan dan dalam kegiatan belajar dan mengajar. Dengan demikian, partisipasi diperlukan dalam proses pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran yaitu model pembelajaran Everyone is a Teacher Here (ETH). Model pembelajaran Everyone is a Teacher Here (ETH) merupakan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat aktivitas pembelajaran, sehingga guru hanya berfungsi sebagai fasilitator dan controller dalam proses pembelajaran. Dengan diterapkannya model pembelajaran Everyone is a Teacher Here (ETH) maka diharapkan dapat memberikan solusi yang tepat dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran PKn.


(60)

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) siswa kelas X SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia

Guru dalam menggunakan model pembelajaran cenderung menggunakan metode konvensional

seperti ceramah, mencatat dan penugasan

Siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran PKn

Penggunaan Metode Everyone is a Teacher Here dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Partisipasi Siswa siswa kelas X SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn)

Penggunaan Metode Talking Stick dalam pembelajaran Pendidikan


(61)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan penelitian yang relevan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada perbedaan partisipasi siswa antara yang menggunakan model pembelajaran Everyone is Teachers Here (ETH) dengan model pembelajaran talking stick pada siswa kelas X di SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia”. Dengan kata lain model pembelajaran Everyone is Teachers Here (ETH) efektif terhadap partisipasi siswa kelas X dalam pembelajaran PKn di SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia.  

                 


(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan pendekatan

kuantitatif. Penelitian quasi eksperimen yaitu penelitian dengan memberikan

perlakuan

(treatment) terhadap subjek penelitian yang bersangkutan. Metode

penelitian eksperimental menerapkan prinsip dan kaidah-kaidah penelitian

kuantitatif . Menurut Sugiyono (2012: 14) penelitian kuantitatif diartikan

sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau

sampel tertentu, teknik pengambilan data menggunakan instrumen penelitian

dan analisis data bersifat kuantitatif/statistika dengan tujuan menguji hipotesis

yang telah ditetapkan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui perbedaan partisipasi siswa yang menggunakan

model pembelajaran Everyone is a Teachers Here (ETH) dengan model

pembelajaran Talking Stick pada siswa kelas X SMK Kesehatan Citra Semesta

Indonesia.

Desain dalam penelitian ini menggunakan desain postest-only control

design. Desain ini terdapat suatu kelompok yang diberi treatment/perlakuan dan

selanjutnya diobservasi hasilnya. Treatment adalah sebagai variabel independen

dan hasil adalah sebagai variabel dependen (Sugiyono, 2005: 64). Desain ini

dapat digambarkan sebagai berikut.


(63)

KE X

1

O

1

KK X

2

O

2

Gambar 2. Desain Penelitian

Keterangan: KE : Kelas Eksperimen

KK : Kelas Kontrol

X

1

: Model Pembelajaran Everyone is Teachers Here (ETH)

X

2

: Model Pembelajaran Talking Stick

O

1

: Partisipasi Siswa yang diajar dengan model Everyone is

Teachers Here (ETH)

O

2

: Partisipasi Siswa yang diajar dengan model Talking Stick

Dalam penelitian ini, kelompok eksperimen diberi perlakuan yang diberi

perlakuan menggunakan model pembelajaran Everyone is Teachers Here

(ETH) kemudian diamati partisipasi siswanya. Sementara kelompok kontrol

diberi perlakuan model pembelajaran Talking Stick dan diamati partisipasinya.

Selanjutnya hasil pengamatan yang berupa skor akan dapat diketahui partisipasi

siswa antara yang menggunakan model pembelajaran Everyone is Teachers

Here (ETH) dengan model Talking Stick pada siswa kelas X di SMK Kesehatan

Citra Semesta Indonesia.


(64)

B.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia. Hal

ini dikarenakan berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMK

Kesehatan Citra Semesta Indonesia menunjukkan partisipasi siswa masih

sangat rendah dan guru cenderung menggunakan metode konvensional dalam

pembelajaran seperti ceramah, penugasan dan mencatat, sehingga siswa kurang

tertarik pada materi yang disampaikan guru. Waktu penelitian dilakukan pada

bulan Desember2015-April 2016.

C.

Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2012: 80), populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualias dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas X di

SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia yang terdiri dari 2 kelas yaitu X

Farmasi dan X Perawat dengan jumlah siswa 64 orang. Berikut akan disajikan

sebaran populasi dalam penelitian ini.


(65)

Tabel 1. Sebaran Populasi

Kelas Jumlah

Siswa

X Farmasi

32

X Perawat

32

Jumlah 64

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua

yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu,

maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu

(Sugiyono, 2012: 81). Dalam penelitian ini, teknik yang dipakai adalah simple

random sampling karena pengambilan sampel anggota populasi yang dilakukan

secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

Kelas X terdiri dari 2 kelas sehingga untuk menentukan kelas yang

dijadikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan

menggunakan kertas undian untuk mengundi. Kertas undian yang pertama

keluar menjadi kelas eksperimen sedangkan kertas undian yang kedua yang

keluar menjadi kelas kontrol.

D.

Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012: 38) variabel penelitian adalah suatu atribut

atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi


(66)

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik

kesimpulannya. Variabel penelitian dapat dibedakan menurut kedudukan dan

jenisnya yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Ada dua variabel dalam

penelitian ini yaitu :

1.

Variabel terikat yaitu variabel yang merupakan akibat atau tergantung pada

variabel yang mendahului, penelitian ini yang menjadi variabel terikat

adalah partisipasi siswa, yang dinyatakan dalam Y.

2.

Variabel bebas yaitu variabel yang mendahului atau mempengaruhi

variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran Everyone is Teachers Here (ETH), yang dinyatakan dalam X.

E.

Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu:

1.

Partisipasi siswa

Partisipasi siswa adalah keikutsertaan siswa dalam proses

pembelajaran. Partisipasi siswa ini menggunakan model pembelajaran

Everyone is Teachers Here (ETH) dan dengan Talking Stick berupa

ceramah dan tanya jawab. Partisipasi siswa ini ditunjukkan oleh skor yang

didapat setelah dilakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi.


(67)

2.

Model Pembelajaran Everyone is Teachers Here (ETH)

Model pembelajaran

Everyone is Teachers Here (ETH) adalah model

pembelajaran dimana siswa diikutsertakan aktif dalam pembelajaran. Siswa

diaktifkan untuk membaca dan membuat pertanyaan mengenai materi yang

akan dipelajari, sehingga meningkatkan rasa ingin tahu siswa terhadap

materi pelajaran yang sedang diajarkan. Siswa dilibatkan dalam kegiatan

diskusi, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan

pembelajaran tersebut.

3.

Model pembelajaran Talking Stick

Model pembelajaran Talking Stick adalah salah satu model

pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan

bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan

dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.

F.

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini

adalah dengan metode observasi. Metode observasi dilakukan untuk mengamati

partisipasi siswa selama proses pembelajaran pada kelas eksperimen maupun

kelas kontrol. Dalam hal ini kelompok eksperimen menggunakan model

Everyone is Teachers Here (ETH) sedangkan kelompok kontrol menggunakan


(68)

model pembelajaran Talking Stick. Dari data observasi tersebut kemudian

didapatkan data yang kemudian dianalisis.

G.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa lembar observasi.

Lembar observasi digunakan sebagai instrumen untuk mengamati partisipasi

siswa selama proses pembelajaran baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

Penyusunan instrumen lembar observasi ini mengacu pada pendapat Paul D.

Dierich dalam Martinis Yamin (2007: 84) yang membagi kegiatan partisipasi

siswa dalam proses pembelajaran antara lain kegiatan visual, kegiatan lisan,

kegiatan mendengarkan, kegiatan menulis, kegiatan menggambar, kegiatan

metrik, kegiatan mental dan kegiatan emosional. Adapun kisi-kisi instrumen

penelitian adalah sebagai berikut:


(69)

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Variabel Partisipasi Siswa

Aspek Indikator

Jml

Butir

Item

a.

Kegiatan visual

a.

Siswa memperhatikan penjelasan guru

b.

Siswa membaca buku/materi yang diberikan

guru

2

b.

Kegiatan lisan

a.

Siswa mengajukan pertanyaan

b.

Siswa mengemukakan pendapat

c.

Siswa memberi saran

d.

Siswa berdiskusi mengenai materi dalam

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan

kelompoknya

4

c.

Kegiatan

mendengarkan

a.

Siswa mendengarkan percakapan atau diskusi

dalam kelompok

b.

Siswa mendengarkan saran/pendapat teman

2

d.

Kegiatan

menulis

a.

Siswa menulis materi dari sumber yang telah

dibaca

b.

Siswa membuat rangkuman materi yang

penting

2

e.

Kegiatan

menggambar

a.

Siswa membuat chart atau grafik yang

memudahkan siswa mempelajari materi

b.

Siswa membuat gambar yang memudahkan

siswa mempelajari materi

2

f.

Kegiatan

metrik

Siswa dapat mempraktikan nilai-nilai karakter

dalam pembelajaran PKn

1

g.

Kegiatan

mental

a.

Siswa mengingat dengan menghafal materi

yang dipelajari

b.

Siswa mengingat dengan memahami materi

yang dipelajari

2

h.

Kegiatan

emosional

a.

Siswa antusias selama proses pembelajaran

b.

Siswa berani dan aktif dalam proses

pembelajaran

2

Jumlah

17

Penilaian dalam lembar observasi menggunakan skala bertingkat dengan

empat alternatif jawaban, yakni Sangat Aktif (SA), Aktif (A), Kurang Aktif


(70)

(KA), Tidak Aktif (TA). Alternatif jawaban dalam pernyataan tersebut yaitu

Sangat Aktif (SA) diberi skor 4, untuk alternatif jawaban Aktif (A) diberi skor

3, untuk alternatif jawaban Kurang Aktif (KA) diberi skor 2 dan untuk

alternatif jawaban Tidak Aktif (TA) diberi skor 1.

1.

Uji Coba Instrumen

a.

Validitas Instrumen

Validitas adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes

mengukur apa yang hendak di ukur . Jadi, suatu instrumen dikatakan

valid apabila instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang

hendak diukur. Untuk instrumen lembar observasi, validitas yang

digunakan adalah validitas isi. Validitas isi instrumen mengacu pada

sejauh mana item instrumen mencakup keseluruhan situasi yang ingin

diukur. Validitas isi instrumen lembar observasi dapat diketahui dari

kesesuaian instrumen lembar observasi tersebut dengan kajain teori.

Instrumen lembar observasi dibuat kemudian dikonsultasikan dengan

validator ahli yang berkompeten di bidang yang bersangkutan untuk

memperoleh bukti validitas isi. Setelah dikoreksi oleh validator,

instrumen tersebut direvisi berdasarkan masukan ahli.

Setelah instrumen lembar observasi dinyatakan layak oleh

validator, maka selanjutnya instrumen lembar observasi diujikan di


(71)

lapangan. Rumus yang digunakan untuk mengetahui validitas item

adalah rumus Korelasi Pearson Product Moment sebagai berikut:

Keterangan :

r

xy

= koefisien korelasi

X

= skor item tes

Y

= jumlah skor item

N

= banyaknya peserta tes

Dari hasil perhitungan r hitung kemudian dibandingkan dengan r

tabel pada taraf signifikansi (

α

) = 0,05. Apabila r hitung

> r tabel maka

pernyataan dinyatakan valid namun apabila r hitung < r tabel maka

pernyataan dinyatakan tidak valid. Berdasarkan hasil uji validitas

menunjukkan bahwa nilai r hitung berkisar antara 0,707-0,935. Oleh

karena nilai r hitung lebih dari r tabel (0,349 dengan N=32), maka

seluruh indikator dalam instrumen lembar observasi dinyatakan valid dan

dapat digunakan untuk penelitian.

b.

Reliabilitas Instrumen

Suatu instrumen dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan

(reliability) yang tinggi jika instrumen tersebut dapat memberikan hasil


(1)

c. Kegiatan mendenga rkan

1. Mendengarkan percakapan atau diskusi dalam kelompok

Saat pembelajaran siswa selalu mendengarkan percakapan dan berdiskusi dengan teman sekelompoknya

Sangat Aktif

Saat pembelajaran siswa mendengarkan percakapan atau berdiskusi dengan kelompoknya ketika ada teman yang mempunyai pemikiran yang sama

Aktif

Saat pembelajaran siswa hanya sesekali mendengarkan percakapan atau berdiskusi dengan teman sekelompoknya

Kurang Aktif

Saat pembelajaran siswa tidak pernah mendengarkan percakapan atau berdiskusi dengan teman sekelompoknya

Tidak Aktif

2. Mendengarkan saran/pendapat teman

Saat pembelajaran siswa selalu mendengarkan semua saran/pendapat yang diberikan teman sekelompoknya

Sangat Aktif Saat pembelajaran siswa

mendengarkan saran/pendapat teman sekelompoknya ketika saran tersebut dianggap baik

Aktif

Saat pembelajaran siswa jarang mendengarkan saran/pendapat teman sekelompoknya dan sesekali sibuk dengan temannya

Kurang Aktif

Saat pembelajaran siswa sama sekali tidak pernah mendengarkan

saran/pendapat teman sekelompoknya

Tidak Aktif d. Kegiatan

menulis

1. Menulis materi dari sumber yang telah dibaca.

Siswa selalu menulis materi dari sumber yang telah dibaca sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan

Sangat Aktif Siswa menulis materi dari sumber

yang telah dibaca ketika mendapatkan tugas dari guru

Aktif

Siswa jarang menulis materi dari sumber yang telah dibaca

Kurang Aktif Siswa tidak pernah menulis materi

dari sumber yang telah dibaca

Tidak Aktif


(2)

Aspek Indikator Kriteria Kategori

2. Membuat rangkuman materi yang penting

Saat pembelajaran siswa selalu membuat rangkuman seluruh materi yang diajarkan oleh guru

Sangat Aktif Saat pembelajaran siswa membuat

rangkuman materi yang penting-penting saja

Aktif

Saat pembelajaran siswa jarang membuat rangkuman materi yang penting bahkan ketika sudah diperintah oleh guru

Kurang Aktif

Saat pembelajaran siswa tidak membuat rangkuman materi yang penting Tidak Aktif e. Kegiatan menggam bar

1. Membuat chart atau grafik yang memudahkan siswa

mempelajari materi

Saat pembelajaran siswa selalu membuat chart atau grafik yang akan mempermudahkan dalam mempelajari materi

Sangat Aktif

Saat pembelajaran siswa suka membuat chart atau grafik yang dianggap penting saja untuk memudahkan dalam mempelajari materi

Aktif

Saat pembelajaran siswa jarang membuat chart atau grafik yang dapat mempermudahkan dalam mempelajari materi

Kurang Aktif

Saat pembelajaran siswa sama sekali tidak pernah membuat chart atau grafik yang memudahkan siswa mempelajari materi Tidak Aktif 2. Membuat gambar yang memudahkan siswa mempelajari materi

Saat pembelajaran siswa selalu membuat gambar yang memudahkan siswa mempelajari keseluruhan materi

Sangat Aktif Saat pembelajaran siswa membuat

gambar tertentu yang dirasa penting saja agar dapat mempermudah mempelajari materi

Aktif

Saat pembelajaran siswa jarang membuat gambar yang memudahkan siswa mempelajari materi

Kurang Aktif Saat pembelajaran siswa tidak pernah

membuat gambar yang memudahkan siswa mempelajari materi

Tidak Aktif


(3)

Aspek Indikator Kriteria Kategori

f. Kegiatan metrik

1. Mempraktikkan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran pendidikan Kewarganegara an (PKn)

Saat pembelajaran siswa dapat mempraktikkan nilai-nilai karakter dengan baik tanpa di minta oleh guru

Sangat Aktif Saat pembelajaran siswa dapat

mempraktikkan nilai-nilai karakter ketika diminta oleh guru

Aktif

Saat pembelajaran siswa kurang bisa mempraktikkan nilai-nilai karakter dengan baik

Kurang Aktif Saat pembelajaran tidak bisa

mempraktikkan nilai-nilai karakter dengan baik

Tidak Aktif g. Kegiatan

mental

1. Mengingat dengan menghafal materi yang dipelajari

Siswa selalu mampu mengingat

dengan menghafal seluruh materi yang telah dipelajari

Sangat Aktif Siswa hanya mampu mengingat

dengan menghafal materi yang disukainya

Aktif

Siswa jarang bisa mengingat dengan menghafal materi yang dipelajari

Kurang Aktif Siswa tidak pernah bisa mengingat

dengan menghafal materi yang dipelajari

Tidak Aktif 2. Mengingat

dengan memahami materi yang dipelajari

Siswa selalu dapat mengingat dengan memahami semua materi yang dipelajari

Sangat Aktif Siswa hanya mengingat dengan

memahami materi yang disukainya

Aktif Siswa jarang mampu mengingat

dengan memahami materi yang dipelajari

Kurang Aktif Siswa tidak pernah dengan mengingat

dengan memahami materi yang dipelajari

Tidak Aktif


(4)

Aspek Indikator Kriteria Kategori

h. Kegiatan emosional

1. Antusias selama proses pembelajaran

Siswa selalu antusias selama proses pembelajaran

Sangat Aktif Siswa antusias selama proses

pembelajaran ketika ada materi yang menurutnya menarik

Aktif

Siswa kurang antusias selama proses pembelajaran dan sering mengobrol dengan siswa lainnya

Kurang Aktif Siswa sama sekali tidak pernah

antusias selama proses pembelajaran dan cenderung acuh terhadap materi yang disampaikan oleh guru

Tidak Aktif

2. Berani dan aktif dalam proses

pembelajaran

Siswa selalu berani dan aktif dalam proses pembelajaran

Sangat Aktif Siswa hanya beberapa kali berani dan

aktif dalam proses pembelajaran

Aktif Siswa kurang berani dan aktif dalam

proses pembelajaran

Kurang Aktif Siswa tidak pernah berani dan aktif

dalam proses pembelajaran

Tidak Aktif


(5)

Nama Siswa : ………..

Kelas : Eksperimen/ Kontrol

Aktivitas Sisw a

Kriteria Tidak Aktif

( 1)

Kurang Aktif ( 2)

Aktif ( 3)

Sangat Aktif ( 4)

1. Siswa memperhatikan penjelasan guru

2. Siswa membaca buku/ materi yang diberikan guru

3. Siswa mengajukan pertanyaan

4. Siswa mengemukakan pendapat

5. Siswa memberi saran

6. Siswa mendiskusikan materi dalam Pendidikan Kewarganegaraan(PKn) dengan teman dalam kelompok

7. Siswa mendengarkan percakapan atau diskusi dalam kelompok 8. Siswa mendengarkan saran/ pendapat teman

9. Siswa menulis materi dari sumber yang telah dibaca 10.Siswa membuat rangkuman materi yang penting

11.Siswa membuat chart atau grafik yang memudahkan siswa mempelajari materi

12.Siswa membuat gambar yang memudahkan siswa mempelajari materi

13.Siswa dapat mempraktikan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

14.Siswa mengingat dengan menghafal materi yang dipelajari 15.Siswa mengingat dengan memahami materi yang dipelajari 16.Siswa antusias selama proses pembelajaran

17.Siswa berani dan aktif dalam proses pembelajaran

Yogyakarta, ………2016 Observer*

(……….) * Observer terdiri dari 3 orang (guru, peneliti, dan asisten peneliti)


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK DAN MODEL PEMBELAJARAN EVERYONE IS TEACHER HERE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN SMK SWASTA PRAYATNA 1 MEDAN T.P. 2016/2017.

0 4 31

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE PADA SISWA Peningkatan Partisipasi Belajar IPS Melalui Strategi Pembelajaran Everyone Is A Teacher Here Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Plesungan Tahun 2015/201

0 3 17

MODEL PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI EVERYONE IS A TEACHER Model Pembelajaran Dengan Strategi Everyone Is A Teacher Here Kombinasi Card Sort Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Kelas VII-C SM

0 3 10

MODEL PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI EVERYONE IS A TEACHER Model Pembelajaran Dengan Strategi Everyone Is A Teacher Here Kombinasi Card Sort Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Kelas VII-C S

0 1 20

PENERAPAN KOLABORASI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF EVERYONE IS TEACHER HERE DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-4 DI SMA NEGERI 17 MEDAN TAHUN AJARAN 2011/2012.

2 3 22

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI EVERYONE IS A TEACHER HERE MEDIA MOVIE PADA Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Strategi Everyone Is A Teacher Here Media Movie Pada Pembelajaran Biologi Siswa Kelas VIII SMP Nege

0 2 17

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI EVERYONE IS A TEACHER HERE MEDIA MOVIE PADA Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Strategi Everyone Is A Teacher Here Media Movie Pada Pembelajaran Biologi Siswa Kelas VIII SMP Nege

0 1 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN SELF CONFIDENCE SISWA.

0 1 22

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN Penerapan Strategi Pembelajaran Everyone Is A Teacher Here Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Proses embelajaran Ekonomi Pada Si

0 1 15

PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 PURWOKERTO

0 0 15