COLLABORATIVE RANKING TASKS (CRT) BERBANTUAN e-LEARNING UNTUK MENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS IPBA MAHASISWA CALON GURU FISIKA.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………. i

KATA PENGANTAR ……….. ii

DAFTAR ISI ………. v

DAFTAR TABEL ………. vii

DAFTAR GAMBAR.. ………... ix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ……...……… 1

B. Masalah ………... 7

C. Tujuan Penelitian ……… 9

F. Manfaat Penelitian ……….…… 9

G. Definisi Operasional ………..…… 10

BAB II. COLLABORATIVE RANKING TASKS BERBANTUAN e-LEARNING DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR MAHASISWA CALON GURU A. Konstruktivisme dan Pembelajaran ….……….. 13

B. Ranking Tasks ………..……….. 15

C. e-Learning ……….. 17

D. Keterampilan Berpikir Kritis ….……… 25

E. Keterampilan Generik Sains ……….. 30

F. Penguasaan Konsep ……… 33


(2)

B. Prosedur Penelitian ………. 46 C. Instrumen Penelitian ………..……. 48 D. Teknik Analisis Data ………..… 49 BAB IV. ANALISIS DATA, TEMUAN, DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data ……….……….. 69

B. Temuan dan Pembahasan ……… 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……… 117

B. Saran ……….. 118

DAFTAR PUSTAKA ………....………... 120

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. ALAT PENGUMPUL DATA ……… 121

B. DATA PENELITIAN ……… 194


(3)

DAFTAR TABEL

1.1. Kompetensi dan Lingkup Materi IPBA dalam Tiga Kurikulum

Terakhir ……….. 3

2.1. Analisis Konsep ………. 36

3.1. Rancangan Instrumen Assessmen Penelitian ………. 49

3.2. Kategori Perolehan Gain yang Dinormalisasi <g> ……… 50

3.3. Rubrik Tingkat Penalaran Mahasiswa ……… 51

3.4. Kriteria Validitas Butir Soal ………..…… 54

3.5. Kriteria Reliabilitas Instrumen ………...……… 55

3.6. Kriteria Tingkat Kemudahan ………. 56

3.7. Kriteria Daya Pembeda ………..……… 57

3.8. Klasifikasi Taraf Validitas Butir Soal ……… 63

3.9. Klasifikasi Taraf Daya Pembeda ………... 66

3.10. Klasifikasi Tingkat Kemudahan Butir Soal ………... 66

3.11. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Angket ………. 67

3.12. Rencana Agenda Penelitian ………... 66

4.1. Cakupan Jenis KBK, KGS, dan Kelompok Konsep Pada Kelompok Ranking Tasks Exercises (RTE) ……….... 69

4.2. Pengujian Normalitas ………... 78

4.3. Pengujian Homogenitas ………. 80

4.4. Profil Penguasaan Konsep Kelompok Kontrol ……….………. 81

4.5. Profil Penguasaan Konsep Kelompok Eksperimen ….……….……. 82

4.6. Profil Keterampilan Generik Sains Kelompok Kontrol …...……….. 85

4.7. Profil Keterampilan Generik Sains Kelompok Eksperimen ……….. 86

4.8. Profil Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Kontrol …...…...….. 89

4.9. Profil Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen ……….. 90

4.10. Pengujian Kesamaan Dua Rata-rata Tes Awal Penguasaan Konsep .. 94

4.11. Pengujian Kesamaan Dua Rata-rata Tes Awal KGS ……….. 95

4.12. Pengujian Kesamaan Dua Rata-rata Tes Awal KBK ……….. 96

4.13. Pengujian Kesamaan Dua Rata-rata <g> Penguasaan Konsep …... 97

4.14. Pengujian Kesamaan Dua Rata-rata <g> KGS …….……….. 98


(4)

4.18. Aktivitas Mahasiswa Pertemuan Kedua …...……… 103

4.19. Aktivitas Mahasiswa Pertemuan Ketiga …...……… 104

4.20. Kategori Skor Respon Mahasiswa ……….…………. 106


(5)

DAFTAR GAMBAR

3.1. Alur Penelitian ……… 47

4.1. Diagram Profil Tingkat Penalaran RTE Gravitasi terhadap KGS,

KBK, dan Penguasaan Konsep Mahasiswa ……..……….. 70 4.2.Diagram Profil Tingkat Penalaran RTE Hukum Kepler terhadap KGS,

KBK, dan Penguasaan Konsep Mahasiswa .……..……….. 71 4.3.Diagram Profil Tingkat Penalaran RTE Gerak dan Posisi Benda Langit

terhadap KGS, KBK, dan Penguasaan Konsep Mahasiswa ..……….. 72 4.4.Diagram Profil Tingkat Penalaran RTE Fase-fase Bulan dan Gerhana

terhadap KGS, KBK, dan Penguasaan Konsep Mahasiswa ..……….. 73 4.5. Diagram Profil Kemampuan Mahasiswa Menggunakan Fasilitas yang

Berkaitan dengan Internet ……….. 74 4.6. Diagram Profil Sarana dan Prasarana yang dimiliki Mahasiswa untuk

Mengakses Internet ………..………... 75 4.7. Diagram Profil Aktivitas Mahasiswa Mengakses LMS …………..… 76 4.8. Diagram Profil Kebiasaan Mahasiswa dalam Mengakses LMS ……. 76 4.9. Diagram Profil Aktivitas Mahasiswa dalam Menggunakan Animasi

Multimedia dalam Perkuliahan ………... 77 4.10. Diagram Rata-rata Skor Tes Awal Penguasaan Konsep ………..…... 82 4.11. Diagram Rata-rata Skor Tes Akhir Penguasaan Konsep ………..….. 83 4.12. Diagram Nilai Rata-rata <g> Penguasaan Konsep ……….. 84 4.13. Diagram Rata-rata Skor Tes Awal Keterampilan Generik Sains ….... 86 4.14. Diagram Rata-rata Skor Tes Akhir Keterampilan Generik Sains ….... 87 4.15. Diagram Nilai Rata-rata <g> Keterampilan Berpikir Kritis ….……... 88 4.16. Diagram Rata-rata Skor Tes Awal Keterampilan Berpikir Kritis ….... 90 4.17. Diagram Rata-rata Skor Tes Akhir Keterampilan Berpikir Kritis ….... 91 4.18. Diagram Nilai Rata-rata <g> Keterampilan Berpikir Kritis …...…... 92


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Astronomi dan ilmu kebumian merupakan salah satu ilmu yang memiliki sejarah perkembangan paling tua dan cukup penting. Dimasa yang lalu bangsa-bangsa yang menguasai astronomi dan ilmu kebumian memiliki peradaban yang tinggi. Sebagai Negara yang memiliki kekhasan letak geografis, akan relevan kalau Indonesia sungguh-sungguh mengetahui dan mengembangkan astronomi dan ilmu kebumian, terlebih bagi Indonesia yang karena kekhasannya itu rawan gempa dan rawan bencana, sehingga diperlukan penguasaan ilmu-ilmu tersebut. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun menekankan hal tersebut dalam pesannya untuk para peserta Olimpiade Astronomi dan Astrofisika Internasional ke-2 atau The 2nd International Olympiad on Astronomy and Astrophysics (The 2nd IOAA, 2008)

Saya yakin kalian akan lebih terinspirasi dan termotivasi untuk ke depan lebih kreatif lagi, lebih inovatif lagi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan terutama di bidang astronomi dan astrofisika. Cara seperti ini adalah bagian dari jalan yang benar dalam dunia pendidikan untuk benar-benar membangun manusia yang unggul dan cerdas.

Astronomi dan ilmu kebumian (biasa dikenal sebagai Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa/IPBA di Indonesia) sudah menjadi bagian dari kurikulum pendidikan untuk jenjang SD sampai dengan SMU. Namun sayangnya kemampuan pendidik untuk mentransfer ilmu ini kepada siswa masih minim. Peningkatan prestasi putra-putri Indonesia,


(7)

dari tingkat SMP-SMU melalui ajang Olimpiade Astronomi di tingkat Nasional maupun Internasional tidak diimbangi dengan perangkat penunjang pendidikan, baik kurikulum maupun kemampuan sumber daya pengajar yang lebih baik.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan para guru dari beberapa sekolah yang pernah melaksanakan kunjungan ilmiah ke laboratorium Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa, pokok bahasan tata surya pada pelaksanaannya di lapangan seringkali dikesampingkan, hal ini dilakukan untuk menutupi berbagai faktor yang seringkali dihadapi pada proses belajar mengajar, diantaranya kemampuan penguasaan materi pengajar yang minim, kurang menariknya materi, kurang atau tidak adanya alat peraga yang memadai, dan lain-lain. Hal ini tidak jauh berubah ketika kurikulum 2004 dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) digulirkan. Lebih ironisnya lagi, semakin berkembangnya kurikulum dari tahun ke tahun, muatan IPBA dalam pelajaran Fisika (maupun Geografi) di tingkat sekolah lanjutan semakin berkurang, seperti yang tercantum pada tabel 1.1.


(8)

Tabel 1.1.

Kompetensi dan Lingkup Materi IPBA dalam Tiga Kurikulum Terakhir (Lanjutan)

Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penilaian Pendidikan (2007)

Jenjang Kurikulum 1994 Kurikulum 2004 KTSP

SMA SKL:

a. Siswa mampu memaparkan konsep tentang tata surya dan jagad raya. b. Siswa mampu

menjelaskan struktur Bumi Lingkup Materi: a. Tata surya:

sifat-sifat anggota tata surya, asteroid, komet, teori pembentukan tata surya, struktur jagad raya, galaksi, teori Big Bang, penerbangan angkasa luar c. Struktur Bumi:

inti dan mantel, litosfer, hidrosfer dan atmosfer SKL: Siswa mampu memaparkan konsep tata surya dan jagad raya

Lingkup Materi: Tata Surya: sifat-sifat anggota tata surya, asteroid, komet, teori pembentukan tata surya, struktur jagad raya, galaksi, teori Big Bang dan

penerbangan angkasa luar SK: - KD: -


(9)

Tabel 1.1.

Kompetensi dan Lingkup Materi IPBA dalam Tiga Kurikulum Terakhir (Lanjutan)

Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penilaian Pendidikan (2007)

Jenjang Kurikulum 1994 Kurikulum 2004 KTSP

SMP SKL:

Siswa mampu memaparkan konsep dasar (kualitatif) tentang tata surya

Lingkup Materi: Tata surya,

pengertian, anggota tata surya: planet, satelit, komet, asteroid; rotasi dan revolusi Bumi, gerhana, penanggalan

SKL:

Memahami sistem Tata Surya dan proses yang terjadi di dalamnya

Lingkup Materi: Energi dalam sistem Bumi, siklus kimia Bumi, asal usul dan perkembangan sistem Bumi, asal usul dan evolusi alam semesta

SK:

Memahami sistem tata surya

dan proses yang terjadi di dalamnya KD: a. Mendeskripsikan karakteristik sistem tata surya b. Mendeskripsikan Matahari sebagai bintang dan Bumi sebagai salah satu planet

c. Mendeskripsikan gerak edar Bumi, bulan, dan satelit buatan serta pengaruh interaksinya d. Mendeskripsikan

proses-proses khusus yang terjadi di lapisan lithosfer dan atmosfer yang terkait dengan perubahan zat dan kalor

e. Menjelaskan hubungan antara proses yang terjadi di lapisan lithosfer dan atmosfer


(10)

Di beberapa Negara maju, pendidikan astronomi merupakan ilmu yang tidak asing lagi, dan bahkan telah menjadi ilmu yang diminati oleh banyak orang dengan latar belakang pendidikan yang berbeda. Seperti yang diungkapkan Brogt (2007) bahwa:

The vast majority of students taking an introductory astronomy course are non–science majors fulfilling a general education science requirement; the course often will serve as their terminal course in science.

Karakteristik materi astronomi yang sangat menarik untuk dipelajari bahkan dijadikannya sebagai ilmu sains yang termasuk paling popular, ditambah lagi dengan memposisikan perkuliahan introductory astronomy sebagai mata kuliah yang dapat diakses oleh mahasiswa secara umum sebagai bagian dari tuntutan kurikulum walaupun hanya sebagai pilihan. Hal ini telah memberikan tantangan tersendiri ketika peserta didik membludak yang tentunya berpengaruh pada keefektifan proses pembelajaran yang berlangsung. Akan tetapi penelitian yang diarahkan sebagai solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut sudah mulai berkembang, Hudgins (2007) menemukan bahwa “Ranking tasks help students learn, Students think that the astronomy ranking tasks help them, Ranking tasks can be successfully designed for implementation into the Astro 101 classroom.” Ini merupakan suatu peluang yang dapat digunakan dalam menjawab permasalahan penguasaan konsep-konsep IPBA yang selama ini menjadi pekerjaan rumah yang belum sempat terjamah.

Penguasaan konsep saja tidaklah cukup untuk dapat membekali seseorang dapat hidup berkembang di masa depannya, menurut Facione (2007) “Becoming educated and practicing good judgment does not


(11)

absolutely guarantee a life of happiness, virtue, or economic success, but it surely offers a better chance at those things”, oleh karenanya sangatlah wajar jika keterampilan untuk mengambil keputusan melalui pertimbangan yang matang dimiliki pula oleh siswa-siswa kita. Namun demikian, keterampilan tersebut bukanlah sesuatu yang baru, karena keterampilan yang dikenal sebagai keterampilan berpikir kritis tersebut merupakan pengembangan dari kemampuan kognitif yang dimiliki seseorang, seperti yang diungkapkan Facione (2007)

Above we suggested you look for a list of mental abilities and attitudes or habits, the experts, when faced with the same problem you are working on, refer to their lists as including cognitive skills and dispositions.

Dalam proses berpikir kritis sangatlah melibatkan berbagai komponen kemampuan yang dimiliki seseorang dan melibatkan berbagai aktivitas yang sejalan dengan arah pendidikan yang berkembang akhir-akhir ini. Hal ini terungkap oleh MacKnight (2000)

Critical thinking affects all forms of communication–speaking, listening, reading, writing –and as such can be practiced daily every interaction. It is not a separate activity from problem solving, creativity, inquiry, or collaborative learning.

Menyajikan aktivitas pembelajaran dalam kelompok (kolaboratif) memberikan kelebihan lain, Awang dan Ramly (2008) menyatakan:

Group learning facilitates not only the acquisition of knowledge but also several other esirable attributes such as communication skills, teamwork, problem solving, independent responsibility for learning, sharing information and respect for others. …a small group teaching method that combines the acquisition of knowledge with the development of generic skills and attitudes.


(12)

Dengan demikian proses belajar siswa yang biasanya berorientasi hanya pada peningkatan pemahaman konsep saja, dapat lebih dikembangkan kearah pengembangan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan generik mereka, sehingga kebermaknaan dalam proses pembelajaran di kelas sekaligus membekali kecakapan hidup di luar kelas.

Permasalahan perkembangan IPBA di Negara kita masih melibatkan bagaimana konsep dasar yang dimiliki oleh para praktisi di lapangan (dalam hal ini pengajar/guru) belum cukup membuat mereka merasa percaya diri untuk dapat menyampaikannya di kelas secara utuh. Hal ini berkaitan tentunya dengan pengalaman belajar mereka di jejang perguruan tinggi yang membekali mereka dasar-dasar keilmuan yang akan digunakan kelak di lapangan. Berkaitan dengan hal tersebut, isu penting yang dapat dimunculkan adalah bagaimana: (1) kebutuhan struktur kurikulum pendidikan di Indonesia atas kompetensi dasar yang diharapkan dimiliki oleh para praktisi pendidikan di lapangan khususnya dalam materi IPBA, dan (2) bentuk pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep IPBA mahasiswa calon guru.

B. MASALAH

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana gambaran pembelajaran IPBA berbantuan teknologi informasi (TI) yang efektif untuk meningkatkan


(13)

keterampilan generik sains (KGS) dan keterampilan berpikir kritis (KBK) mahasiswa calon guru Fisika? Mengacu pada hal tersebut, diajukan lima pertanyaan penelitian:

a. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep mahasiswa calon guru Fisika setelah mendapatkan perkuliahan dengan model collaborative ranking-task exercises berbantuan e-Learning? b. Bagaimana peningkatan KGS mahasiswa calon guru Fisika setelah

mendapatkan perkuliahan dengan model collaborative ranking-task exercises berbantuan e-Learning?

c. Bagaimana peningkatan KBK mahasiswa calon guru Fisika setelah mendapatkan perkuliahan dengan model collaborative ranking-task exercises berbantuan e-Learning?

d. Bagaimana tanggapan mahasiswa calon guru fisika terhadap penerapan collaborative ranking-task exercises berbantuan e-Learning ini pada pembelajaran di kelas IPBA?

e. Bagaimana tanggapan dosen pengampu perkuliahan IPBA lain terhadap penerapan collaborative ranking-task exercises berbantuan e-Learning ini pada pembelajaran di kelas IPBA? 2. Pembatasan Masalah

Lingkup masalah yang akan menjadi bagian pada penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

a. Penerapan collaborative ranking-task exercises dalam perkuliahan IPBA dibatasi pada 3 pokok bahasan perkuliahan, yaitu Gravitasi


(14)

dan Hukum Kepler, Gerak dan Posisi Benda Langit, dan Fase-fase Bulan.

b. Pembelajaran e-learning yang diperbantukan pada perkuliahan IPBA dalam penelitian ini menggunakan Learning Management System (LMS) Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment (Moodle)

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah:

1. Mendapatkan gambaran model pembelajaran e-Learning yang sesuai untuk dipadukan dengan Collaborative Ranking Task.

2. Menerapkan suatu model pembelajaran sekaligus assessmen yang efektif pada sub pokok bahasan IPBA dengan menggunakan Collaborative Ranking Task

3. Meningkatkan KGS dan KBK mahasiswa menggunakan Collaborative Ranking Task.

D. MANFAAT PENELITIAN

Kontribusi hasil penelitian ini diarahkan agar memiliki manfaat: 1. Sebagai model kolaborasi pembelajaran dan assessmen rujukan pada

proses perkuliahan IPBA sehingga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep bagi calon guru Fisika,


(15)

2. Sebagai alternatif assessmen yang dapat digunakan dalam meningkatkan kebermaknaan pembelajaran IPBA khususnya bagi calon guru Fisika,

3. Sebagai model pembelajaran e-Learning yang sesuai untuk dipadukan dengan CRT.

E. DEFINISI OPERASIONAL

a. Collaborative Ranking Task (CRT): bentuk latihan konseptual yang menyajikan empat hingga delapan seri gambar atau diagram kepada peserta didik yang menggambarkan perbedaan sangat kecil sekali diantara satu gambar atau diagram dengan yang lainnya berdasarkan suatu situasi nyata yang mendasar, dan kemudian mereka diminta melakukan penilaian secara komparatif secara kolaboratif untuk selanjutnya mengurutkan tingkatan (ranking) hasil atau fenomena yang akan muncul atau terjadi berdasarkan bermacam situasi tersebut (Hudgins, 2007). Hasil analisis yang dilakukan akan dikategorikan berdasarkan rubrik tingkat penalaran kedalam 5 tingkatan: unstructured/alternative, subfunctional, near functional, functional, dan expert, sebagai bahan crosscheck bagaimana proses belajar yang dialami mahasiswa dengan menggunakan CRT.

b. e-Learning: media ajar yang digunakan dalam perkuliahan untuk menunjang proses latihan konseptual CRT berupa fasilitas Teknologi Informasi (TI) terintegrasi dalam sistem pengelolaan pembelajaran


(16)

dengan fitur animasi dalam macromedia flash dan presentasi materi dalam microsoft powerpoint serta fitur sambungan online ke webpage yang terkait dengan materi perkuliahan (Haryono dan Librero dalam Soekartawi, 2003).

c. Keterampilan Berpikir Kritis: keterampilan dalam menggunakan pengetahuan dan atau informasi yang dimiliki peserta didik untuk menentukan sikap atas permasalahan melalui proses memahami dan mengaplikasikan apa yang dipahami dalam konteks situasi yang dihadapi, menganalisis informasi yang telah dipahami, menyintesis dengan menggunakan apa yang telah dipahami dan dianalisis secara kreatif, serta mengevaluasi secara kritis apa yang telah didapat dari pemahaman dan analisis atau hasil yang telah dibuat (Reichenbach, 2001). Adapun aspek keterampilan berpikir kritis yang diukur terdiri dari 6 jenis, yaitu: mengamati dan menilai kriteria atau hasil pengamatan, menilai kredibilitas suatu sumber atau kriteria, mengidentifikasi asumsi, membuat dan menilai sebuah kriteria penilaian, menganalisis argumen, dan mendefinisikan terminologi dan menilai definisi (Ennis, 2000). Dalam penelitian ini keterampilan berpikir kritis mahasiswa diukur dengan menggunakan instrumen objektif berupa pilihan ganda.

d. Keterampilan Generik Sains: kemahiran dasar yang secara umum dapat dimiliki seseorang dalam membekali diri dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga dapat digunakan untuk kepentingan hidupnya (Brotosiswoyo, 2000). Kemahiran tersebut terdiri


(17)

atas: pengamatan tak langsung, bahasa simbolik, kerangka logika taat azas, inferensi logika, dan membangun konsep. Dalam penelitian ini keterampilan generik sains mahasiswa diukur dengan menggunakan instrumen objektif berupa pilihan ganda.

e. Penguasaan Konsep: kondisi pemahaman konsep peserta didik berdasarkan tiga kriteria yang diharapkan ada, yaitu: koherensi bagian-bagian konsep yang terpola dengan benar, korespondensi yang cukup dekat antara representasi internal seseorang dan material konsep yang dapat dipahaminya, serta keterkaitan antara latar belakang pengetahuan seseorang itu dengan materi yang sedang dipelajarinya (Matlin, 2003). Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen objektif berupa pilihan ganda.


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain pretest-posttest control group dan pengukuran setiap variabel dilakukan secara bertahap bagi kedua kelompok penelitian.

Sesuai dengan materi subjek IPBA dan objek penelitian yaitu calon guru fisika, sampel penelitian yang dipilih adalah mahasiswa calon pengajar Fisika sekolah lanjutan yang sedang mengambil mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa pada semester genap 2008-2009. Sampel tersebut dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling terhadap 120 mahasiswa program studi pendidikan dalam populasi kecil mahasiswa jurusan pendidikan Fisika yang mengambil mata kuliah IPBA pada semester genap 2008-2009. Sampel selanjutnya dibagi secara merata menjadi dua kelas paralel secara acak, dengan kelas kontrol (kelompok kontrol) adalah kelas yang mengambil tempat di ruang perkuliahan klasikal, serta kelas eksperimen (kelompok eksperimen) adalah kelas yang mengambil tempat di laboratorium IPBA yang dilengkapi dengan fasilitas akses wi-fi.

B. PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur penelitian yang akan dilakukan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:


(19)

1. Tahap Persiapan

Pada tahapan ini, penelitian difokuskan pada mengidentifikasi permasalahan yang akan diteliti serta melakukan analisis solusi-solusi alternatif yang dapat digunakan baik melalui studi pustaka maupun observasi lapangan. Dalam tahapan ini pula dilakukan pengembangan perangkat perkuliahan dan instrumen penelitian yang akan digunakan dalam proses penelitian nanti. Sebagai langkah penjembatan menuju tahapan berikutnya, dilakukan sosialisasi pelaksanaan penelitian dengan instansi tempat sampel penelitian berada.

Identifikasi Masalah Studi Pendahuluan

Mengkonstruksi Model

Pengembangan dan Uji Coba Instrumen Analisis Materi

Konsep IPBA

Analisis Keterampilan Berpikir Kritis

(KBK)

Analisis Keterampilan Generik Sains

(KGS) Analisis Konsep Ranking

Task Exercise (RTE)

Konsep-konsep IPBA

Indikator RTE Indikator KBK Indikator KGS

Kelompok Kontrol: Perkuliahan Konvensional

Kelompok Eksperimen: CRT + e-Learning

Tes Awal e-Learning

IPBA

RTE IPBA Model

Konvensional

Tes Akhir Analisis Data

Instrumen KGS, KBK, dan Penguasaan Konsep Instrumen Angket


(20)

2. Tahap Pelaksanaan

Sebagai tahapan yang merupakan bagian implementasi penelitian, tahapan ini terdiri dari beberapa bagian kegiatan, diantaranya adalah: pelaksanaan tes awal, pelaksanaan perkuliahan berbantuan e-Learning, pengerjaan perangkat CRT, pelaksanaan tes akhir penguasaan konsep pada setiap akhir pertemuan perkuliahan, serta pelaksanaan tes akhir keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kritis pada akhir semester, dan pengumpulan data diakhiri dengan penyebaran angket.

3. Tahap Pengolahan Data

Data yang dihasilkan dalam penelitian ini selanjutnya akan diolah dalam analisis data baik secara kuantitatif maupun kualitatif sesuai dengan peruntukannya. Dalam proses pengolahan data dilakukan empat jenis analisis, yaitu analisis statistik skor tes awal dan tes akhir penguasaan konsep mahasiswa, analisis respon mahasiswa dalam pengisian perangkat CRT, analisis statistik skor tes awal dan tes akhir keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa, serta reduksi data survey dalam skala Likert.

C. INSTRUMEN PENELITIAN

Sebagai media ukur pencapaian tujuan penelitian ini, berikut adalah rancangan instrumen assessmen penelitian yang akan digunakan dalam proses pengumpulan data penelitian ini:


(21)

Tabel 3.1.

Rancangan Instrumen Assesmen Penelitian

D. TEKNIK ANALISIS DATA 1. Analisis Data Hasil Penelitian

Berikut adalah pembagian pola pengumpulan data berdasarkan kebutuhannya:

a. Keterampilan generik sains, keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep mahasiswa, diukur menggunakan analisis statistik dengan metode matched-pair data dari masing-masing mahasiswa yang diukur pada dua tahapan dalam setiap sesi pertemuan bab-nya, yakni: sebelum pembelajaran pada kedua kelompok penelitian, dan setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tradisional pada kelompok kontrol serta setelah ranking task pada kelompok eksperimen dalam bentuk tes kuantitatif pilihan ganda. Adapun metode skor

Target Subjek Metode/Teknik Bentuk Instrumen

Penguasaan konsep

Mahasiswa Tes Objektif Pilihan ganda

Penalaran Mahasiswa Essay Ranking Task

Keterampilan berpikir kritis

Mahasiswa Tes Objektif Pilihan ganda

Keterampilan generik sains

Mahasiswa Tes Objektif Pilihan ganda

Afektif Mahasiswa dan dosen


(22)

yang digunakan adalah right only dan analisis gain menggunakan gain yang dinormalisasi:

<g> = Gactual / Gmaximum = (%<Sf> – %<Si >)/ (100 – %<Si >)

Dimana: <g> = gain yang dinormalisasi Sf = skor tes akhir

Si = skor tes awal

Dengan kategori perolehan <g>: Tabel 3.2.

Kategori Perolehan Gain yang Dinormalisisi <g> (Hake, 2002) Rentang Nilai <g> Kategori

<g> > 0,70 Tinggi

0,30 < <g> < 0,70 Sedang

<g> < 0,30 Rendah

b. Proses perkembangan pembentukan konsep mahasiswa dalam implementasi CRT dipantau melalui pengumpulan data menggunakan kuis Collaborative Ranking Task dalam bentuk kualitatif yang akan diberlakukan terhadap seluruh sampel dalam kelompok eksperimen yang telah dibagi dalam kelompok kecil untuk melakukan cross-check terhadap penalaran mahasiswa. Adapun rubrik tingkat penalaran mahasiswa yang akan digunakan adalah:


(23)

Tabel 3.3.

Rubrik Tingkat Penalaran Mahasiswa (Hudgins, 2005) (Lanjutan)

Tingkat Penalaran Indikator

Level 5: Expert Kompleks dan akurat, mahasiswa dapat mengemukakan seluruh konsep yang terkait. Termasuk menamai variabel-variabel kritis yang ada dan menggambarkan secara tepat esensi variabel tersebut serta aturan yang menghubungkannya dengan fenomena yang teramati. Proses secara umum dapat diungkapkan secara gamblang dengan bahasa ilmiah yang tepat. Level 4: Functional Dapat menyajikan solusi secara tepat, namun

mendeskripsikan lebih singkat (secara umum benar) garis besar variabel-variabel dan interaksi. Dapat pula dilengkapi oleh penjelasan proses secara umum.

Level 3: Near Funcional Deskripsi mahasiswa berisikan identifikasi dua atau lebih variabel dan hubungan dari konsep yang relevan akan tetapi tidak mengungkapkan satu atau lebih pengetahuan dari elemen yang sangat esensial. Penjelasannya terkadang menunjukkan sedikit kebingungan dalam penyajian bahasa atau konteks, namun pada umumnya tetap


(24)

Tabel 3.3.

Rubrik Tingkat Penalaran Mahasiswa (Hudgins, 2005) (Lanjutan)

Tingkat Penalaran Indikator

deskripsi mahasiswa menyarankan penguasaan konseptual yang terbatas serta tidak memiliki kedalaman atau fleksibilitas yang cukup untuk menjelaskan jika konsep yang sama dibuat perubahan kecil dalam penyajian bentuk atau presentasi pada masalah konseptual yang lain. Level 2: Subfunctional Penjelasan mahasiswa dapat mengidentifikasi

secara benar paling tidak satu variabel yang relevan, akan tetapi hanya komponen konsepnya saja yang diungkapkan. Hubungan antar variabel yang penting justru tidak diungkapkan secara naratif olehnya, dan deskripsi mahasiswa biasanya mengandung misaplikasi yang signifikan dalam hal bahasa, kontradiksi, atau penyederhanaan logika.

Level 1:

Unstructure/alternative

Mahasiswa dapat mengidentifikasi satu variabel yang relevan, akan tetapi mereka tidak dapat menggambarkan atau menunjukkannya saat mengenali komponen konsep tersebut. Atau, mahasiswa menggambarkan model alternatif yang tidak dilandasi oleh studi ilmiah.


(25)

c. Pengukuran keterampilan berpikir kritis mahasiswa menggunakan perangkat instrumen pilihan ganda sebagai media penggali data. Dalam analisisnya, instrumen ini akan ditelaah dengan metode skor right only dan analisis gain menggunakan gain yang dinormalisasi. d. Pengukuran profil keterampilan generik sains mahasiswa,

dilakukan dengan menggunakan perangkat instrumen pilihan ganda sebagai media penggali data. Dalam analisisnya, instrumen ini akan ditelaah dengan metode skor right only dan analisis gain menggunakan gain yang dinormalisasi.

e. Survey yang dilakukan terhadap seluruh sampel digunakan untuk mengklasifikasikan sikap mahasiswa terhadap penggunaan ranking task dalam perkuliahan mereka. Instrumen berupa angket akan dianalisis dengan menggunakan skala likert.

2. Analisis Data Instrumen Penelitian

Untuk instrumen penelitian yang digunakan bukan berasal dari tes yang terstandar, maka instrumen tersebut akan diuji melalui tahapan analisis butir soal dan prosedur pengolahan data sebagai berikut:

a. Analisis Butir Soal 1). Pemberian skor

Setelah tes uji coba dilakukan, jawaban peserta tes diberi skor, baik skor total maupun skor setiap butir soal. Setiap jawaban yang benar diberi skor 1 (satu) dan jawaban yang salah diberi


(26)

skor 0 (nol), sehingga skor total setiap peserta tes adalah sama dengan jumlah skor jawaban yang benar.

2). Validitas butir soal

Validitas adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Tes yang valid adalah tes yang benar-benar mengukur apa yang hendak diukur.

Untuk mengetahui tingkat validitas dari butir soal, digunakan rumus koefisien korelasi biserial:

(

) ( )( )

( )

[

2 2

]

[

2

( )

2

]

− − − = Y Y N X X N Y X XY N rxy

dengan: rxy = Koefisien korelasi biserial

N = Jumlah butir soal X = Skor tiap item Y = Skor total

Σ XY = jumlah perkalian XY

Kemudian tentukan hasil perhitungan tersebut kedalam kelompok validitas tinggi, sedang atau rendah dengan menggunakan acuan:

Tabel 3.4.

Kriteria Validitas Butir Soal (Arikunto, 2005) Indeks Validitas Kriteria

0,80 < x < 1,00 Sangat tinggi 0,60 < x < 0,80 Tinggi 0,40 < x < 0,60 Cukup 0,20 < x < 0,40 Rendah 0,00 < x < 0,20 Sangat rendah


(27)

3). Reliabilitas Instrumen Tes

Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan tes, yaitu suatu nilai yang mengukur sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg atau konsisten.

Pengujian reliabilitas tes pada penelitian ini menggunakan rumus K-R20, yaitu:

              −

=

2

2 11 1 i i S pq S n n r

dengan: r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah(q =1 – p)

Σpq= jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyak item

Si = standar deviasi (akar varians) Dengan kriteria reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 3.5.

Kriteria Reliabilitas Instrumen (Arikunto, 2005) Indeks Reliabilitas Kriteria

0,80 < x < 1,00 Sangat tinggi 0,60 < x < 0,80 Tinggi 0,40 < x < 0,60 Sedang 0,20 < x < 0,40 Rendah


(28)

Kemudian r11 digunakan untuk mengetahui signifikansi

validitas soal dengan uji-t sebagai berikut:

2

1 2

xy xy

r N r t

− − =

dengan: rxy = koefisien korelasi tiap butir soal

N = jumlah siswa

t = uji keberartian korelasi

Harga t yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan t yang terdapat dalam tabel pada taraf signifikansi tertentu. 4). Taraf kemudahan butir soal

Taraf kemudahan butir soal ditentukan dengan

menggunakan rumusan:

P = B/JS

Dengan: P = Tingkat kemudahan,

B = Jawaban siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes Dengan kriteria tingkat kemudahan:

Tabel 3.6.

Kriteria Tingkat Kemudahan (Arikunto, 2005)

Tingkat Kemudahan Kriteria

0,70 < x < 1,00 Mudah

0,30 < x < 0,70 Sedang


(29)

5). Daya Pembeda butir soal

Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan rumus indeks daya pembeda butir soal:

D = BA/JA – BB/JB

Dengan: JA = Banyak peserta kelompok atas

JB = Banyak peserta kelompok bawah

BA= Banyak peserta kelompok atas yang menjawab

soal itu dengan benar

BB= Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab

soal itu dengan benar

Adapun kriteria indeks daya pembedanya sebagai berikut: Tabel 3.7.

Kriteria Daya Pembeda

6). Uji Hipotesis

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan mean antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol maka perlu dilakukan uji hipotesis. Menurut Wahyudin (2007) Uji hipotesis ini dapat dihitung dengan uji-t:

Indeks Kriteria

0,70 < x < 1,00 Baik sekali 0,40 < x < 0,70 Baik 0,20 < x < 0,40 Cukup 0,00 < x < 0,20 Jelek


(30)

(

)

eksp kont i eksp eksp i kont eksp N S N S X X t 2 , 2 , + − =

dengan: Xeksp = rata-rata skor kelompok eksperimen

kont

X = rata-rata skor kelompok kontrol

2 ,eksp

i

S = varians kelompok eksperimen

2 ,kont

i

S = varians kelompok kontrol

Neksp = jumlah anggota sampel kelompok

eksperimen

Nkont = jumlah anggota sampel kelompok kontrol

Langkah berikutnya adalah:

(a).Menentukan derajat kebebasan (dk) (b).Menentukan nilai t-tabel

(c).Menguji hipotesis, jika nilai t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak, dan H1 diterima.

(d).Menguji perbedaan rata-rata (mean) dengan statistik non parametrik apabila langkah 1. diketahui salah satu kelompok atau keduanya memiliki sebaran data skor gain yang tidak normal.

(e).Uji perbedaan rata-rata ditempuh dengan uji-t apabila pada langkah 2. diketahui sebaran data skor gain normal, tetapi varians data tidak homogen.


(31)

7). Uji Instrumen Angket

Pendapat atau skala sikap mahasiswa sebagai objek penelitian digali dengan menggunakan angket skala sikap metode Likert. Dengan menggunakan metode Likert ini, maka setiap pernyataan akan diberikan skor sesuai dengan bentuk pernyataannya. Dalam penelitian ini, skala sikap mahasiswa diurutkan dari pilihan A – E dengan intensitas sangat setuju menuju sangat tidak setuju secara berjenjang. Adapun pernyataan angket yang disebarkan seluruhnya berupa pernyataan positif, dengan demikian skor untuk masing-masing pilihan adalah sebagai berikut: A = 4, B = 3, C = 2, D = 1, dan E = 0. Skor total setiap responden untuk semua item skala sikap (sumated rating) selanjutnya dijadikan dasar untuk mengurutkan mahasiswa kedalam kelompok atas, tengah, dan bawah dengan cara membagi tiga jumlah seluruh mahasiswa secara merata. Kemudian masing-masing instrumen angket tersebut diuju validitas dan daya pembedanya.

(a).Validitas instrumen angket

Dalam menentukan validitas instrumen angket ini, akan dilakukan pemeriksaan ketepatan skala sikap setiap pernyataan. Hal ini dilakukan dengan menganalisis normalitas penyebaran frekuensi pada kontinum skala sikap tersebut. Berikut langkah-langkah yang harus dilakukan:


(32)

(1).Menentukan frekuensi (f) responden yang memilih setiap pernyataan yang diajukan.

(2).Menghitung masing-masing proporsi (p) setiap pilihan dengan membagi f masing-masing pilihan dengan jumlah total responden.

(3).Menentukan proporsi kumulatif (cp) setiap pilihan dengan menjumlahkan p dari setiap pilihan yang ada pada urutan sebelumnya dengan nilai p pada pilihan tersebut.

(4).Menentukan nilai titik tengah proporsi kumulatif (mcp) dengan membagi dua nilai cp pada masing-masing pilihan.

(5).Menentukan nilai ztabel yang sesuai dengan nilai yang

diperoleh dari mcp berdasarkan tabel distribusi z. (6).Menjumlahkan nilai z yang diperoleh tadi dengan nilai

z minimal (nilai z pada pilihan pertama), dan hasilnya kemudian dibulatkan sesuai dengan kaidah angka penting.

(7).Jika nilai pembulatan proses penjumlahan pada tahap (6). tadi menunjukkan pola 0, 1, 2, 3, 4 secara berurutan, maka item pernyataan tersebut dapat diolah lebih lanjut untuk mengetahui reliabilitasnya, namun jika pola yang terjadi tidak memenuhi kriteria tersebut,


(33)

maka item pernyataan tersebut dianggap tidak valid dan tidak dapat diolah lebih lanjut. (Panggabean, 1996) (b).Daya pembeda instrumen angket

Setelah masing-masing instrumen angket dinyatakan valid, selanjutnya diperiksa apakah tiap pernyataan tersebut dapat membedakan responden yang mempunyai sikap positif dan negatif. Proses ini dilakukan dengan analisis perbedaan rata-rata antara kelompok atas dan kelompok bawah menggunakan uji-t pada tingkat kepercayaan 95%. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

(1).Memilah pola respon yang terjadi pada responden kelompok atas dan bawah dengan menuliskan skor yang sesuai dengan masing-masing pilihan ke dalam tabel analisis, seperti contoh berikut:

No. Soal ….

ATAS

Peryataan

No.

Responden fa fXa fXa² (∑fXa)² Xa ∑(Xa-Xa)²

2 3 6 …

A …

B

C

D

E

BAWAH

Peryataan

No.

Responden fb fXb fX²b (∑fXb)² Xb ∑(Xb-Xb)²

4 7 5 …

A

B …

C


(34)

(2).Selanjutnya dengan data yang didapatkan, hitung nilai t dengan persamaan uji-t:

Dengan: t = taraf pembeda (thitung)

Xa = perbandingan jumlah bobot skor

kelompok atas dibagi jumlah responden kelompok atas

Xb = perbandingan jumlah bobot skor

kelompok bawah dibagi jumlah responden kelompok bawah

n = jumlah seluruh responden

(3).Menentukan nilai ttabel dengan nilai dk = (n-1) + (n-1),

dan taraf kepercayaan 0,95

(4).Jika nilai thitung > ttabel, maka daya pembeda instrumen

tersebut adalah baik atau daya pembedanya signifikan, sehingga instrumen tersebut dapat digunakan sebagai instrumen yang sesuai. Sedangkan jika thitung < ttabel,

maka instrumen tersebut dinyatakan tidak dapat digunakan dalam analisis lebih lanjut.

b. Hasil Pengujian Instrumen

Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang dibuat berupa tes keterampilan generik sains (KGS), keterampilan berpikir kritis


(35)

(KBK), dan penguasaan konsep siswa dalam satu instrumen terintegrasi. Sedangkan instrumen rangking task exercises dibuat dalam bentuk lembar kegiatan analisis mahasiswa. Instrumen tes yang dibuat terintegrasi, sebelumnya telah diuji cobakan kepada mahasiswa yang telah lulus mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa sebanyak 38 orang. Adapun data hasil uji coba tes dapat dilihat pada lampiran B1.

Dalam menguji keabsahan instrumen tes yang telah diujikan, maka langkah-langkah analisis butir soal dilakukan sebagai berikut:

1). Validitas soal

Sebagai penentu tingkat keabsahan atau ketepatan tes yang akan digunakan dalam penelitian ini, pengujian validitas tes dihitung dengan menggunakan rumus

(

) ( )( )

( )

[

2 2

]

[

2

( )

2

]

− − − = Y Y N X X N Y X XY N rxy

Berikut merupakan rekapitulasi hasil perhitungan validitas butir soal uji coba instrumen tes:

Tabel 3.8.

Klasifikasi Taraf Validitas Butir Soal (Lanjutan)

Kriteria Jumlah Soal Nomor Soal Presentase (%)

Sangat Rendah 3 4, 5, 11 7,50

Rendah 4 1, 3, 9, 32 10,00

Cukup 20

2, 6, 7, 8, 13, 15, 16, 18,


(36)

Tabel 3.8.

Klasifikasi Taraf Validitas Butir Soal (Lanjutan)

Kriteria Jumlah Soal Nomor Soal Presentase (%) Tinggi 8 10, 14, 17, 25, 27, 35, 36,

40 20,00

Sangat Tinggi 5 12, 20, 22, 29, 33 12,50

Berdasarkan tabel 3.8., instrumen butir soal yang termasuk ke dalam kriteria sangat rendah sebanyak 7,5% atau 3 butir soal (no. 4, 5, dan 11) tidak layak untuk dijadikan instrumen penelitian, oleh karenanya butir-butir soal ini tidak digunakan. Sedangkan untuk kriteria rendah, sebanyak 5% atau 2 butir soal (no. 3 dan 9) diputuskan untuk diperbaiki, karena kedua nomor tersebut memiliki daya pembeda cukup sehingga kemudian dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Namun 5% atau 2 butir soal (no. 1 dan 32) diputuskan untuk tidak digunakan, karena memiliki daya pembeda yang mudah. Adapun untuk instrumen yang diputuskan untuk digunakan dalam penelitian adalah butir soal yang termasuk dalam kriteria “rendah” sebanyak 5%, “cukup” sebanyak 50%, “tinggi” sebanyak 20%, dan “sangat tinggi” sebanyak 12,5%, atau total instrumen yang digunakan adalah sebanyak 87,5% atau 35 butir soal.

2). Reliabilitas

Sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk dapat menghasilkan skor yang ajeg/konsisten dapat diukur dengan menggunakan perhitungan reliabilitas tes. Makna ke-reliabel-an


(37)

suatu instrumen adalah bagaimana instrumen tersebut memberikan indikasi yang konsisten dan stabil atas karakteristik yang sedang diinvestigasi. Dari beberapa jenis rumusan perhitungan reliabilitas, rumus yang ditemukan oleh Kuder dan Richardson merupakan rumusan yang memberikan hasil yang cenderung paling baik. Adapun perhitungan yang digunakan dalam menghitung reliabilitas instrumen yang diujicobakan dengan menggunakan persamaan Kuder dan Richardson atau yang biasa disingkat dengan persamaan K-R 20 adalah sebagai berikut:

87 , 0 10 , 57 51 , 8 10 , 57 37 38 1 11 11 2 2 11 =             =               − =

r r S pq S n n r i i

Berdasarkan perhitungan reliabilitas diperoleh harga r11untuk instrumen pilihan ganda didapat sebesar 0,87. Hal ini

berarti reliabilitasnya termasuk pada kriteria sangat tinggi (berdasarkan tabel 3.5). Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan uji coba pilihan ganda ini dapat dilihat pada lampiran B1. 3). Daya Pembeda

Daya pembeda digunakan untuk mengetahui kemampuan tiap butir soal untuk membedakan antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Daya pembeda


(38)

D = BA/JA – BB/JB

Dengan mengacu pada kategori daya pembeda pada tabel 3.7., berikut adalah rekapitulasi karakteristik daya pembeda dari instrumen pilihan ganda ini:

Tabel 3.9.

Klasifikasi Taraf Daya Pembeda

Kriteria Jumlah Soal Nomor Soal Presentase (%)

Tidak Baik 2 4, 11 5,00

Jelek 1 5 2,50

Cukup 26

1, 2, 3, 6, 7, 8, 12, 14, 15, 17, 19, 21, 22, 23, 25, 26, 28, 30, 31, 32, 33, 35, 36,

37, 38, 39

65,00

Baik 11 9, 10, 13, 16, 18, 20, 24,

27, 29, 34, 40 11,00

Baik Sekali 0 - 0,00

4). Tingkat Kemudahan

Tingkat kemudahan suatu soal dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

P = B/JS

Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.10. berikut: Tabel 3.10.

Klasifikasi Tingkat Kemudahan Butir Soal (Lanjutan)

Kriteria Jumlah Soal Nomor Soal Presentase (%)

Mudah 2 1, 5 5,00

Sedang 26

3, 4, 6, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 20, 21, 22, 24, 25, 28, 32, 33,


(39)

Tabel 3.10.

Klasifikasi Tingkat Kemudahan Butir Soal (Lanjutan)

Kriteria Jumlah Soal Nomor Soal Presentase (%) 34, 35, 36, 37, 38, 39,

40

Sukar 12 2, 7, 8, 10, 18, 19, 23,

26, 27, 29, 30, 31 30,00

5). Uji Validitas dan Reliabilitas Angket

Tanggapan siswa tentang perkuliahan berbasis CRT berbantukan e-learning digali dengan menggunakan instrumen angket. Berdasarkan respon masing-masing mahasiswa terhadap angket yang dibagikan, 60 orang mahasiswa kelompok eksperimen dibagi kedalam tiga kelompok, yakni: tinggi, tengah dan bawah. Kemudian data yang terjaring diolah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen angket yang digunakan. Berikut adalah rekap data validitas dan reliabilitas hasil pengolahan data yang terjaring oleh instrumen angket:

Tabel 3.11.

Validitas dan Reliabilitas Instrumen Angket (Lanjutan)

No Pytn Penskoran DP (Uji-t) Keterangan

A B C D E Keterangan t hitung t tabel Aktivitas Perkuliahan

2 + 0 1 2 3 3 Tidak diolah lebih lanjut - 1.701 Tidak digunakan 3 + 0 1 2 3 4 Diolah lebih lanjut 1.705 1.701 digunakan 4 + 0 1 2 3 4 Diolah lebih lanjut 1.067 1.701 Tidak digunakan 5 + 0 1 2 3 4 Diolah lebih lanjut 2.072 1.701 digunakan


(40)

Tabel 3.11.

Validitas dan Reliabilitas Instrumen Angket (Lanjutan)

No Pytn Penskoran DP (Uji-t) Keterangan

A B C D E Keterangan t hitung t tabel

9 + 0 1 2 3 4 Diolah lebih lanjut 2.722 1.701 digunakan 10 + 0 1 2 3 4 Diolah lebih lanjut 2.032 1.701 digunakan 11 + 0 0 3 5 5 Tidak diolah lebih lanjut 2.112 1.701 Tidak digunakan

Media Ajar

1 + 0 1 2 3 3 Tidak diolah lebih lanjut - 1.701 Tidak digunakan 2 + 0 1 2 3 5 Tidak diolah lebih lanjut - 1.701 Tidak digunakan 3 + 2 0 1 3 1 Tidak diolah lebih lanjut - 1.701 Tidak digunakan 4 + 0 1 2 3 5 Tidak diolah lebih lanjut - 1.701 Tidak digunakan 5 + 0 1 2 3 4 Diolah lebih lanjut 1.745 1.701 digunakan 6 + 0 1 2 3 4 Diolah lebih lanjut 2.648 1.701 digunakan 7 + 0 1 2 3 4 Diolah lebih lanjut 2.089 1.701 digunakan 8 + 0 1 2 3 4 Diolah lebih lanjut 1.960 1.701 digunakan 9 + 0 1 2 3 4 Diolah lebih lanjut 2.389 1.701 digunakan 10 + 0 1 2 3 4 Diolah lebih lanjut 3.574 1.701 digunakan

Berdasarkan tabel 3.11. tersebut, maka data yang akan dibahas lebih lanjut adalah data yang dihasilkan oleh instrumen angket dengan kategori penskoran diolah lebih lanjut serta daya pembeda pada kategori digunakan, yaitu instrumen dengan nomor pernyataan 3, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 untuk kategori pernyataan untuk aktivitas perkuliahan, dan nomor pernyataan 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 untuk kategori pernyataan mengenai media ajar. Perhitungan selengkapnya mengenai uji homogenitas varians dapat dilihat pada lampiran B3.


(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan Collaborative Ranking Tasks (CRT) berbantuan e-Learning pada perkuliahan IPBA dapat lebih signifikan meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan generik sains, dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Hal tersebut merupakan kontribusi CRT yang ditunjang e-Learning sebagai media mendapatkan sumber referensi yang lebih terbuka. Adapun secara rinci kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Rata-rata <g> penguasaan konsep mahasiswa setelah perkuliahan dengan model CRT berbantuan e-Learning berada pada kriteria sedang. Kelompok konsep yang mengalami peningkatan paling tinggi terjadi pada kelompok konsep gerhana Matahari dan Bulan. Sedangkan kelompok konsep gravitasi dan variabel gravitasi merupakan kelompok konsep yang memperoleh capaian peningkatan penguasaan konsep paling rendah. Peningkatan ini berbeda lebih signifikan daripada peningkatan penguasaan konsep mahasiswa yang mengikuti perkuliahan tradisional.

2. Peningkatan KGS mahasiswa setelah mendapatkan perkuliahan CRT berbantuan e-Learning yang tertinggi dicapai mahasiswa adalah keterampilan Bahasa Simbolik. Sedangkan keterampilan yang memperoleh peningkatan paling rendah dicapai mahasiswa, adalah membangun konsep. KGS mahasiswa setelah mendapatkan perkuliahan dengan model CRT berbantuan


(42)

3. Tingkat KBK paling tinggi dicapai oleh mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan dengan model CRT berbantuan e-Learning adalah keterampilan mengidentifikasi asumsi. Sedangkan tingkat capaian KBK paling rendah terjadi pada keterampilan menilai kredibilitas suatu sumber atau kriteria. KBK mahasiswa setelah mendapatkan perkuliahan dengan model CRT berbantuan e-Learning mengalami peningkatan lebih signifikan dibandingkan KGS mahasiswa yang mengikuti perkuliahan tradisional.

4. Mahasiswa dan dosen memberikan respon yang positif terhadap penerapan CRT berbantuan e-Learning.

B. SARAN

Terdapat beberapa hal yang dapat disaran untuk menjadi catatan dari hasil penelitian ini, khususnya menyangkut penerapan CRT berbantuan e-learning dalam perkuliahan IPBA di pendidikan tinggi. Beberapa saran tersebut antara lain: 1. Dalam menentukan komposisi instrumen penggalian data hendaknya dapat lebih diperhatikan sisi proporsi variabel yang mewakili, sehingga dapat mengurangi resiko anasisis data yang bias.

2. Pada penerapan CRT di kelas dengan porsi siswa melakukan kegiatan melakukan eksplorasi media ajar yang lebih banyak dengan arahan pengajar yang proporsional telah terbukti dapat meningkatkan aspek belajar mereka, dengan demikian arah penelitian ini ke depan dapat ditujukan pada pengembangan kelas virtual yang juga memiliki karakteristik seperti kondisi tadi.

3. Karakteristik KGS yang dapat mempengaruhi tingkat KBK seseorang dapat menjadi celah bagi para pengajar untuk menjadi acuan pengembangan arah


(43)

pengajarannya di kelas, karena dengan mengembangkan KGS peserta didik, juga dapat membekalinya untuk mencapai keterampilan-keterampilan lainnya dalam proses belajar mereka.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., Prof. Dr. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi cet.5). Jakarta: Bumi Aksara

Australian National Training Authority. (2004). Generic skills in vocational education and training. Adelaide: National Centre for Vocational Education Research Ltd

Awang H. & Ramli I. (2008). ”Creative Thinking Skill Approach Through Problem-Based Learning: Pedagogy and Practice in the Engineering Classroom”. International Journal of Social Sciences. 3, (1), 18–23.

Badan Penellitian dan Pengembangan Pusat Penilaian Pendidikan. (2005). Panduan Materi Ujian Sekolah Tahun Pelajaran 2004/2005. Puspendik Webpage [Online], Tersedia: http://puspendik.com/ [6 September 2008] Brogt, E. et. al. (2007). Analysis of the Astronomy Diagnostic Test. Dalam

Astronomy Education Review [Online], Volume 6 (1), 17 halaman. Tersedia: http://aer.noao.edu/ [17 April 2008]

Brotosiswoyo, B. S. (2000). Hakikat Pembelajaran MIPA di Perguruan Tinggi. Jakarta: PAU-PPAI-UT.

Dearborn, G. (2002). Tides. Dalam Multimedia uploads [Online]. Tersedia: http://www.biology.ualberta.ca/facilities/multimedia/uploads/testing/tides.s wf [12 Februari 2009]

Ennis, R. H. (2000). An Outline of Goals for a Critical Thinking Curriculum and Its Assessment. Dalam critical thinking.net [Online]. Tersedia: http://www.criticalthinking.net/goals.html [2 Juni 2009]

Espenak (2003). Lunar and Solar Eclipse. Dalam MSNBC Nasa [Online]. Tersedia: http://msnbc.com/news/wld/graphics/lunar_eclipse_dw.swf [12 Februari 2009]

Facione, P. A. (2007). Critical Thinking: What It Is and Why It Counts. [Online]. Tersedia: http://www.insightassessment.com/pdf_files/what&why2006.pdf. [18 Desember 2008]

Hake, R. R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanics with Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on Mathematics and Spatial Visualization. Dalam the Physics Education

Research Conference [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/

~hake/PERC2002h-Hake.pdf [30 Juni 2009]

Hester (2007). Keplers Laws. Dalam W. W. Norton Company [Online]. Tersedia: http://www.wwnorton.com/college/astronomy/astro21/demo


(45)

Hudgins, D. W. et. al. (2007). Effectiveness of Collaborative Ranking Tasks on Student Understanding of Key Astronomy Concepts. Dalam Astronomy Education Review [Online], Volume 5 (1), 22 halaman. Tersedia: http://aer.noao.edu/ [8 Februari 2008]

LoPresto, M. C. (2007). Astronomy Diagnostic Test Results Reflect Course Goals and Show Room for Improvement. Dalam The Astronomy Education Review, Volume 5 (2), 5 halaman. Tersedia: http://aer.noao.edu/ [11 Februari 2008]

MacKnight C. B. (2000). Teaching Critical Thinking through Online Discussions. Dalam Educause Quarterly [Online], Number 4, 4 halaman. Tersedia: http://net.educause.edu/ir/library/pdf/EQM0048.pdf [18 Desember 2008] Maloney, D. P. & Friedel, A. W. (1996). Ranking Task revisited. Dalam Journal

of College Science Teaching[Online], Volume 25, 6 halaman. Tersedia: http://proquest.umi.com [12 Mei 2008]

Matlin, M. W. (2003). Cognition (Fifth Edition). New York: John Wiley&Sons, Inc.

Oakley, L. (2004). Cognitive Development. New York: Routledge.

O'Brien, T. (2008). Sun, Moon and Earth Orbits. [Online]. Tersedia: http://www.childrensuniversity.manchester.ac.uk/interactives/science/eartha ndbeyond/earthandbeyond_d.swf [12 Februari 2009]

Paul, R. and Elder L. (2005). Critical Thinking Competency Standards. www.criticalthinking.org

Pers Depdiknas, (2008, 20 Agustus). Presiden SBY Membuka Olimpiade Astronomi dan Astrofisika Internasional ke-2. Depdiknas Webpage [Online], Tersedia: http://www.depdiknas.go.id/content.php?content= file_detailberita&KD=462 [4 September 2008]

Popescu A. & Morgan J. (2007). Teaching Information Evaluation and Critical Thinking Skills in Physics Classes. Dalam The Physics Teacher [Onine], Volume 45, 4 halaman. Tersedia: http://www.physics.emory.edu/~weeks/ journal/popescu-tpt07.pdf [29 Januari 2009]

Reichenbach, B. R., (2001). Introduction to Critical Thinking. New York: Mc Graw- Hill

Soekartawi, (2003). E-Learning di Indonesia dan Prospeknya di Masa Mendatang, Makalah pada seminar nasional ‘E-Learning Perlu E-Library’


(46)

Sopian, Y. R. (2008). Learning Management System Using Moodle (E-Learning) Teacher Manual. e-Leaning UPI [Online], Tersedia: http://lms.upi.edu/ [22 Januari 2009]

Tn (2000). Earth. [Online]. Tersedia: http://www.shsu.edu/~chm_tgc/sounds/ flashfiles/earth.swf [12 Februari 2009]

Tn (2003). Gravity Advanced. [Online]. Tersedia:

http://starsmasher.allegheny.edu/output-starsmasher/images/gravityAdvanced.swf [12 Februari 2009]

Tn (2004). season on Earth. [Online]. Tersedia: http://www.sciencecourseware.org/eec/GlobalWarming/Tutorials/Seasons/S easons.swf [12 Februari 2009]

Tn (2007). Lunar Phases Simulations. Open Source Media. Dalam Nebraska Astronomy Applet Project [Online]. Tersedia: http://astro.unl.edu/naap/lps/animations/lps.swf [12 Februari 2009]

Tn (2008). Kepler. Open Source Media. Dalam Nebraska Astronomy Applet Project [Online]. Tersedia: http://astro.unl.edu/naap/pos/animations/ kepler.swf [12 Februari 2009]

Von Glaserfeld, E. (1974). Piaget and the radical constructivist epistemology. In C. D. Smock & E. von Glaserfeld (Eds.), Epistemology and education. Athens, GA: Follow Through Publication.

Wagon, Y. (2000). Kepler's laws of planetary Motion. Open Source Media. Dalam lecciones interactivas fisica [Online]. http://iesalcalde.serveftp.org/ fisicayquimica/lecciones_interactivas_fisica/2-1Gravitacion/Flash/

KEPLERS.swf [12 Februari 2009]

Wahyudin (2007). Dasar-Dasar Statistika. Ciamis: Program Pascasarjana Universitas Galuh

Yeager, R. (1991). The constructivist learning model: Toward real reform in science education. Dalam The Science Teacher [Online]. Volume 58 (6), 7 halaman. Tersedia: http://proquest.umi.com [25 April 2008]


(1)

117 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan Collaborative Ranking Tasks (CRT) berbantuan e-Learning pada perkuliahan IPBA dapat lebih signifikan meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan generik sains, dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Hal tersebut merupakan kontribusi CRT yang ditunjang e-Learning sebagai media mendapatkan sumber referensi yang lebih terbuka. Adapun secara rinci kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Rata-rata <g> penguasaan konsep mahasiswa setelah perkuliahan dengan model CRT berbantuan e-Learning berada pada kriteria sedang. Kelompok konsep yang mengalami peningkatan paling tinggi terjadi pada kelompok konsep gerhana Matahari dan Bulan. Sedangkan kelompok konsep gravitasi dan variabel gravitasi merupakan kelompok konsep yang memperoleh capaian peningkatan penguasaan konsep paling rendah. Peningkatan ini berbeda lebih signifikan daripada peningkatan penguasaan konsep mahasiswa yang mengikuti perkuliahan tradisional.

2. Peningkatan KGS mahasiswa setelah mendapatkan perkuliahan CRT berbantuan e-Learning yang tertinggi dicapai mahasiswa adalah keterampilan Bahasa Simbolik. Sedangkan keterampilan yang memperoleh peningkatan paling rendah dicapai mahasiswa, adalah membangun konsep. KGS mahasiswa setelah mendapatkan perkuliahan dengan model CRT berbantuan e-Learning mengalami peningkatan lebih signifikan dibandingkan KGS mahasiswa yang mengikuti perkuliahan tradisional.


(2)

118 3. Tingkat KBK paling tinggi dicapai oleh mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan dengan model CRT berbantuan e-Learning adalah keterampilan mengidentifikasi asumsi. Sedangkan tingkat capaian KBK paling rendah terjadi pada keterampilan menilai kredibilitas suatu sumber atau kriteria. KBK mahasiswa setelah mendapatkan perkuliahan dengan model CRT berbantuan e-Learning mengalami peningkatan lebih signifikan dibandingkan KGS mahasiswa yang mengikuti perkuliahan tradisional.

4. Mahasiswa dan dosen memberikan respon yang positif terhadap penerapan CRT berbantuan e-Learning.

B. SARAN

Terdapat beberapa hal yang dapat disaran untuk menjadi catatan dari hasil penelitian ini, khususnya menyangkut penerapan CRT berbantuan e-learning dalam perkuliahan IPBA di pendidikan tinggi. Beberapa saran tersebut antara lain: 1. Dalam menentukan komposisi instrumen penggalian data hendaknya dapat lebih diperhatikan sisi proporsi variabel yang mewakili, sehingga dapat mengurangi resiko anasisis data yang bias.

2. Pada penerapan CRT di kelas dengan porsi siswa melakukan kegiatan melakukan eksplorasi media ajar yang lebih banyak dengan arahan pengajar yang proporsional telah terbukti dapat meningkatkan aspek belajar mereka, dengan demikian arah penelitian ini ke depan dapat ditujukan pada pengembangan kelas virtual yang juga memiliki karakteristik seperti kondisi tadi.

3. Karakteristik KGS yang dapat mempengaruhi tingkat KBK seseorang dapat menjadi celah bagi para pengajar untuk menjadi acuan pengembangan arah


(3)

119 pengajarannya di kelas, karena dengan mengembangkan KGS peserta didik, juga dapat membekalinya untuk mencapai keterampilan-keterampilan lainnya dalam proses belajar mereka.


(4)

110 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., Prof. Dr. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi cet.5). Jakarta: Bumi Aksara

Australian National Training Authority. (2004). Generic skills in vocational education and training. Adelaide: National Centre for Vocational Education Research Ltd

Awang H. & Ramli I. (2008). ”Creative Thinking Skill Approach Through Problem-Based Learning: Pedagogy and Practice in the Engineering Classroom”. International Journal of Social Sciences. 3, (1), 18–23.

Badan Penellitian dan Pengembangan Pusat Penilaian Pendidikan. (2005). Panduan Materi Ujian Sekolah Tahun Pelajaran 2004/2005. Puspendik Webpage [Online], Tersedia: http://puspendik.com/ [6 September 2008] Brogt, E. et. al. (2007). Analysis of the Astronomy Diagnostic Test. Dalam

Astronomy Education Review [Online], Volume 6 (1), 17 halaman. Tersedia: http://aer.noao.edu/ [17 April 2008]

Brotosiswoyo, B. S. (2000). Hakikat Pembelajaran MIPA di Perguruan Tinggi. Jakarta: PAU-PPAI-UT.

Dearborn, G. (2002). Tides. Dalam Multimedia uploads [Online]. Tersedia: http://www.biology.ualberta.ca/facilities/multimedia/uploads/testing/tides.s wf [12 Februari 2009]

Ennis, R. H. (2000). An Outline of Goals for a Critical Thinking Curriculum and Its Assessment. Dalam critical thinking.net [Online]. Tersedia: http://www.criticalthinking.net/goals.html [2 Juni 2009]

Espenak (2003). Lunar and Solar Eclipse. Dalam MSNBC Nasa [Online]. Tersedia: http://msnbc.com/news/wld/graphics/lunar_eclipse_dw.swf [12 Februari 2009]

Facione, P. A. (2007). Critical Thinking: What It Is and Why It Counts. [Online]. Tersedia: http://www.insightassessment.com/pdf_files/what&why2006.pdf. [18 Desember 2008]

Hake, R. R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanics with Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on Mathematics and Spatial Visualization. Dalam the Physics Education

Research Conference [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/

~hake/PERC2002h-Hake.pdf [30 Juni 2009]

Hester (2007). Keplers Laws. Dalam W. W. Norton Company [Online]. Tersedia: http://www.wwnorton.com/college/astronomy/astro21/demo


(5)

111 Hudgins, D. W. et. al. (2007). Effectiveness of Collaborative Ranking Tasks on Student Understanding of Key Astronomy Concepts. Dalam Astronomy Education Review [Online], Volume 5 (1), 22 halaman. Tersedia: http://aer.noao.edu/ [8 Februari 2008]

LoPresto, M. C. (2007). Astronomy Diagnostic Test Results Reflect Course Goals and Show Room for Improvement. Dalam The Astronomy Education Review, Volume 5 (2), 5 halaman. Tersedia: http://aer.noao.edu/ [11 Februari 2008]

MacKnight C. B. (2000). Teaching Critical Thinking through Online Discussions. Dalam Educause Quarterly [Online], Number 4, 4 halaman. Tersedia: http://net.educause.edu/ir/library/pdf/EQM0048.pdf [18 Desember 2008] Maloney, D. P. & Friedel, A. W. (1996). Ranking Task revisited. Dalam Journal

of College Science Teaching[Online], Volume 25, 6 halaman. Tersedia: http://proquest.umi.com [12 Mei 2008]

Matlin, M. W. (2003). Cognition (Fifth Edition). New York: John Wiley&Sons, Inc.

Oakley, L. (2004). Cognitive Development. New York: Routledge.

O'Brien, T. (2008). Sun, Moon and Earth Orbits. [Online]. Tersedia: http://www.childrensuniversity.manchester.ac.uk/interactives/science/eartha ndbeyond/earthandbeyond_d.swf [12 Februari 2009]

Paul, R. and Elder L. (2005). Critical Thinking Competency Standards. www.criticalthinking.org

Pers Depdiknas, (2008, 20 Agustus). Presiden SBY Membuka Olimpiade Astronomi dan Astrofisika Internasional ke-2. Depdiknas Webpage [Online], Tersedia: http://www.depdiknas.go.id/content.php?content= file_detailberita&KD=462 [4 September 2008]

Popescu A. & Morgan J. (2007). Teaching Information Evaluation and Critical Thinking Skills in Physics Classes. Dalam The Physics Teacher [Onine], Volume 45, 4 halaman. Tersedia: http://www.physics.emory.edu/~weeks/ journal/popescu-tpt07.pdf [29 Januari 2009]

Reichenbach, B. R., (2001). Introduction to Critical Thinking. New York: Mc Graw- Hill

Soekartawi, (2003). E-Learning di Indonesia dan Prospeknya di Masa Mendatang, Makalah pada seminar nasional ‘E-Learning Perlu E-Library’ di Universitas Kristen Petra, Surabaya.


(6)

112 Sopian, Y. R. (2008). Learning Management System Using Moodle (E-Learning) Teacher Manual. e-Leaning UPI [Online], Tersedia: http://lms.upi.edu/ [22 Januari 2009]

Tn (2000). Earth. [Online]. Tersedia: http://www.shsu.edu/~chm_tgc/sounds/ flashfiles/earth.swf [12 Februari 2009]

Tn (2003). Gravity Advanced. [Online]. Tersedia:

http://starsmasher.allegheny.edu/output-starsmasher/images/gravityAdvanced.swf [12 Februari 2009]

Tn (2004). season on Earth. [Online]. Tersedia: http://www.sciencecourseware.org/eec/GlobalWarming/Tutorials/Seasons/S easons.swf [12 Februari 2009]

Tn (2007). Lunar Phases Simulations. Open Source Media. Dalam Nebraska

Astronomy Applet Project [Online]. Tersedia:

http://astro.unl.edu/naap/lps/animations/lps.swf [12 Februari 2009]

Tn (2008). Kepler. Open Source Media. Dalam Nebraska Astronomy Applet Project [Online]. Tersedia: http://astro.unl.edu/naap/pos/animations/ kepler.swf [12 Februari 2009]

Von Glaserfeld, E. (1974). Piaget and the radical constructivist epistemology. In C. D. Smock & E. von Glaserfeld (Eds.), Epistemology and education. Athens, GA: Follow Through Publication.

Wagon, Y. (2000). Kepler's laws of planetary Motion. Open Source Media. Dalam lecciones interactivas fisica [Online]. http://iesalcalde.serveftp.org/ fisicayquimica/lecciones_interactivas_fisica/2-1Gravitacion/Flash/

KEPLERS.swf [12 Februari 2009]

Wahyudin (2007). Dasar-Dasar Statistika. Ciamis: Program Pascasarjana Universitas Galuh

Yeager, R. (1991). The constructivist learning model: Toward real reform in science education. Dalam The Science Teacher [Online]. Volume 58 (6), 7 halaman. Tersedia: http://proquest.umi.com [25 April 2008]