PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR SISWA SMK.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data ... 14

F. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN TEORITIK TENTANG BIMBINGAN KARIR DAN KEMATANGAN KARIR REMAJA A. Konsep Dasar Bimbingan Karir di Sekolah ... 17

B. Kematangan Karir ... 33

C. Pengembangan Program Bimbingan Karir ... ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 54

B. Definisi Operasional Variabel ... 56

C. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 58

D. Prosedur Penelitian ... 63

E. Pengumpulan Data ... 65


(2)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Kematangan Siswa SMK N 11 Bandung ... 68 B. Gambaran Umum Sekolah dan Program Bimbingan dan Konseling

SMK N 11 Bandung ... 70 C. Hasil Uji Coba Lapangan Program Bimbingan Karir ... 91 D. Pembahasan Hasil Penelitian Program Bimbingan Karir untuk

Meningkatkan Kematangan Karir Siswa SMK ... 95

E. Hasil Akhir Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa SMK………...……….111 F. Keterbatasan Penelitian ... 112

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 114 B. Rekomendasi ... 115 DAFTAR PUSTAKA ... 118 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Tugas Perkembangan Karir ……….………4

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian …….………..………59

Tabel 4.1 Rencana Kegiatan Program Bimbingan Karir………...86

Tabel 4.2 Nilai Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen...91

Tabel 4.3 Uji berpasangan Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen...92

Tabel 4.4 Perbedaan Skor Posttest Kelompok Kontrol dan Posttest Kelompok Eksperimen...93

Tabel 4.5 Uji t Posttest Kelompok Kontrol dan Posttest Kelompok Eksperimen……….………….94


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Lokasi SMK N 11 Bandung ………..………..…71

Gambar 4.2 Ruang Kelas SMK N 11 Bandung………..……….72

Gambar 4.3 Suasana Kegiatan Perkenalan Peneliti dengan Siswa…..………99

Gambar 4.4. Kegiatan Pre test pada Siswa……….……..100

Gambar 4.5. Lembar Kontrak Perilaku ………...101

Gambar 4.6. Suasana Kelas Saat Kegiatan………..….102

Gambar 4.7. Ekspektasi Siswa………..103

Gambar 4.8. Hasil Tugas Kegiatan What Would I be………..104

Gambar 4.9. Kegiatan Where Are You Going to ………105

Gambar 4.10 Kegiatan Materi I Have Choices……….106

Gambar 4.11 Penyampaian Materi dari Narasumber………107

Gambar 4.12 Kegiatan Every problems have solution……….……….108

Gambar 4.13 Kegiatan Materi Now I Know What I’ll Be………....109


(5)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1 Profil Umum Kematangan Karir Siswa SMK ………69 Grafik 4.2 Profil Kematangan Karir Siswa SMK pada Setiap Indikator…………71 Grafik 4.3 Profil Efektifitas Program Kematangan Karir Siswa SMK pada


(6)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah. Latar belakang masalah digunakan oleh peneliti sebagai landasan dalam melakukan kajian terhadap masalah dan pencarian solusi dalam penelitian. Pembahasan latar belakang dilanjutkan dengan identifikasi masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan asumsi penelitian. Bab ini diakhiri dengan memaparkan ringkasan dari metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Remaja merupakan salah satu tahapan dari siklus kehidupan manusia yang banyak dibahas oleh para ahli, sebab banyak hal menarik yang dapat ditelaah. Masa remaja merupakan fase kehidupan yang sangat penting dalam siklus perkembangan individu, karena mengarah pada masa dewasa yang sehat (Konapka, dalam Pikunas, 1976; Kaczman&Riva, 1996; Santosa, 2010). Masa ini menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi dari status kanak-kanak menuju dewasa, remaja tidak termasuk golongan anak-anak tidak pula termasuk golongan orang dewasa (Maslihah, 2009).

Usia remaja adalah usia dimana individu mulai belajar berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama ( Piaget:1969). Mereka tidak mau dikatakan sebagai anak-anak lagi, namun belum dapat dikategorikan dewasa karena remaja masih kurang dapat bertanggung jawab atas tindakan yang diperbuatnya.


(7)

Karakteristik khusus dari masa remaja di antaranya ialah masa untuk mencari identitas dirinya dan masa ‘storm and stress’. Erik Erikson berpendapat bahwa “ dalam masa remaja, remaja selalu berusaha melepaskan diri dari milieu orangtua dan mendekati teman sebaya sebagai suatu proses untuk mencari identitas ego”. Teori ini diperkuat oleh teori Blowby (Hurlock; 1985) yang berbunyi ”remaja mengalami detachment (menjauh) dari orang tua, di lain pihak mengalami attachment (mendekati) dengan peergroup yang berperan untuk membagi perasaan dan menenangkan emosinya. Pendapat tersebut mendeskripsikan bahwa remaja akan merasa nyaman mengutarakan masalahnya dengan sesama temannya dibanding dengan orang tua mereka sendiri. Mengenai hal-hal yang tidak akan lepas dalam pemenuhan tugas-tugas perkembangan yang harus dilaksanakannya yang akan berpengaruh pada keberhasilan tugas-tugas berikutnya. Maka dari itu untuk mengatasi masalah diperlukan cara yang tepat untuk membersamai anak-anak dalam perkembangannya.

WHO (1974) menyatakan bahwa remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa serta peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2004).

Hurlock (dalam Maslihah, 2009) membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu remaja awal dan akhir. Hurlock (1973) memberi batasan masa remaja berdasarkan usia kronologis, yaitu antara 13 hingga 18 tahun. Menurut


(8)

Thornburgh (1982), batasan usia tersebut adalah batasan tradisional, sedangkan aliran kontemporer membatasi usia remaja antara 11 hingga 22 tahun. Secara lebih detail dipaparkan bahwa usia remaja memiliki batasan usia sekitar 11-12 sampai dengan 15-16 tahun untuk remaja awal dan remaja akhir sekitar 15-16 sampai dengan18-21 tahun.

Perubahan sosial seperti adanya kecenderungan anak-anak pra-remaja untuk berperilaku sebagaimana yang ditunjukan remaja membuat penganut aliran kontemporer memasukan mereka dalam kategori remaja. Banyak permasalahan yang muncul pada masa remaja ini. Masalah yang umumnya dialami remaja muncul sebagai akibat dari adanya perubahan fisik, masalah sosial, akademik, serta karir. Perubahan fisik yang terjadi menjadi sumber masalah tersendiri bagi remaja, hal ini terkait dengan mulai munculnya hasrat seksual yang ingin terpuaskan seiring dengan matangnya organ-organ seksual. Permasalahan sosial yang terjadi pada masa remaja berkaitan dengan hubungan yang lebih akrab dengan teman sebaya baik melalui pertemanan maupun percintaan. Dalam bidang akademik, remaja juga kerap mengalami berbagai permasalahan, misalnya terganggunya kegiatan belajar karena berpacaran atau kenakalan remaja lain, penggunaan narkoba.

Permasalahan lain dari remaja yang tidak dapat dihindari berhubungan dengan karir. Salah satunya masalah kesiapan karir. Hal ini menjadi konsekuensi logis dari perkembangan remaja dimana terdapat tuntutan bagi untuk mempersiapkan karir. Hal ini sejalan dengan pernyataan Havighurst (Hurlock, 1980) yang mengidentifikasi tugas-tugas perkembangan remaja yaitu:


(9)

(1) Mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, (2) Mencapai peranan sosial pria dan wanita, (3) menerima keadaan fisik diri dan menggunakannya secara efektif, dan (4) Mencapai kemandirian emosional. Pada upaya untuk mencapai peranan sosial pria dan wanita dimana di dalamnya terkandung upaya pencapaian karir. Tugas perkembangan karir menurut Jordaans (Charles Healey,1982) pada remaja sendiri dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 1.1. Tugas Perkembangan Karir

Aspek Profil Perilaku

A. Pengetahuan 1. Mengetahui program/tujuan sekolah

2. Mengetahui mata pelajaran pokok dalam program studinya

3. Mengetahui karakteristik pelajaran secara akurat.

4. Mengetahui tugas pokok yang harus dilakukan.

5. Mengetahu persyaratan pekerjaan yang diminati.

6. Mengetahui tata cara memperoleh pekerjaan yang diminati.

7. Mengetahui tingkat kepuasan dari pekerjaan yang diminati.

8. Mengetahui Ketrampilan/ keahlian yang diperlukan dalam

pekerjaan yang diminati.

9. Mengetahui gaji dari pekerjaan yang diminati.

10. Mengetahui proses kenaikan pangkat pekerjaan yang diminati.

B. Mencari Infor-masi

1. Membaca buku/ bahan lain yang berkaitan dengan informasi pekerjaan.

2. Mendiskuasikan pilihan-pilihan karir dengan guru, orang tua, konselor.

3. Berdiskusi dengan orang yang berpengalaman dengan

pekerjaan yang diminati

4. Mengikuti kursus yang mendukung pekerjaan yang diminati.

C. Sikap 1. Meyakini bahwa dia orang yang bertanggung jawab dengan

pengambilan keputusan karir meskipun memerlukan bantuan orang lain.

2. Mempercayai pentingnya pendekatan sistemis dalam

merencanakan dan memecahkan masalah.

3. Bertanggung jawab untuk memperoleh informasi.

4. Meyakini bahwa memecahkan masalah sekolah dan pekerjaan

merupakan tanggung jawab sendiri.

D. Perencanaan dan Pengambilan

1. Memilih salah satu alternatif pekerjaan dari berbagai pekerjaan.

2. Mampu mempertimbangkan berapa lama waktu untuk


(10)

Aspek Profil Perilaku

Keputusan 3. Mampu merencanakan apa yang harus dilakukan setelah

menamatkan sekolah.

4. Dapat memilih program studi lanjutan berdasar minat dan

pilihan kerjanya.

5. Mengambil keputusan ditempat mana akan bekerja.

E. Ketrampilan karir 1. Menggunakan sumber-sumber informasi karir.

2. Menjelaskan proses pengambilan keputusan karir.

3. Meningkatkan perolehan ketrampilan akademik/non akademik.

4. Dapat menggunakan bahan-bahan untuk meningkatkan

ketrampilan.

5. Mengelola waktu secra efektif.

6. Menganalisis data tentang dirinya.

7. Membiasakan diri bekerja dengan efektif dan bekerjasama

dengan orang lain.

Permasalahan karir yang terjadi pada remaja biasanya berkaitan dengan pemilihan jenis pendidikan, yang mengarah pada pemilihan jenis pekerjaan dimasa depan. Permasalahan ini penting untuk diperhatikan sehubungan dengan banyaknya kebingungan yang dialami remaja dalam menentukan arah karirnya. Tidak hanya itu kebimbangan karir pada remaja akan berakibat pada tingkat kematangan perkembangan kepribadian. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Saka, Gati, dan Kelly (2008) tentang pemilihan karir remaja. Menurut mereka remaja yang tidak memiliki pilihan karir yang jelas cenderung memiliki gangguan emosi dan kepribadian seperti pesimistis, gangguan kecemasan (anxiety), dan konsep diri negatif serta self esteem yang rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Creed & Patton (2003) terhadap 166 siswa SMA di Australia menunjukkan bahwa kematangan karir berkaitan dengan kematangan konsep diri secara umum. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa kematangan karir pada remaja menunjukkan kemampuan remaja dalam memenuhi harapan sosial dan masyarakat.


(11)

Remaja dapat sangat merasakan masalah karir ketika berada pada tingkatan sekolah menengah atas (SMA/SMK). Pada jenis Sekolah Menengah Atas tidak akan terlalu terlihat dampak dari masalah karir ini. Masalah terlihat lebih membebani siswa-siswi yang masuk ke Sekolah Menengah Kejuruan yang memang lebih disiapkan sebagai seorang individu yang siap bekerja. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan yang telah mengkhususkan diri mendidik siswa dalam bidang ilmu tertentu. Seyogyanya siswa yang masuk di SMK telah memiliki pilihan yang mantap mengenai arah karir sebab mereka telah memilih sekolah dengan bidang keilmuan tertentu. Namun pada kenyataannya, masih banyak siswa yang tidak yakin dengan pilihan karirya. Hal tersebut menunjukkan belum tercapainya kematangan karir dikalangan siswa SMK.

Sekolah Menengah Kejuruan saat ini menjadi program utama dari pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia. Penambahan jumlah Sekolah Menengah Kejuruan berdampak dengan bertambahnya siswa di Sekolah Menengah Kejuruan. Perbandingan siswa SMK : SMA adalah 43 : 57 dari total 7.719 SMK. Pada tahun 2009 pemerintah berusaha untuk menyeimbangkan jumlah siswa SMK:SMA menjadi 50 : 50. Tahun 2009 jumlah siswa SMK di seluruh Indonesia sudah mencapai 3.878.652 (Kemendiknas. Dit PSMK, 2009)

Berbagai strategi dalam upaya untuk meningkatkan kualitas individu di Sekolah Menengah Kejuruan telah dilakukan. Hasil dari usaha yang dilakukan masih belum dapat dirasakan secara langsung. Siswa di Sekolah Menengah Atas


(12)

yang cenderung masih mengalami berbagai masalah. Khususnya yang berkaitan dengan masalah karir. Permasalahan karir siswa SMK telah menjadi kajian dari banyak pihak.

Syamsu Yusuf (2000: 195) menyebutkan perkembangan berpikir pada remaja antara lain “ dapat memikirkan masa depan dengan membuat perencanaan dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk mencapainya”. Maka berdasar pendapat ini, remaja mau tidak mau harus menyadari bahwa dia harus segera memilih dan mempersiapkan karir yang tepat dengan potensi dan kondisinya.

Pada kenyataannya, masih banyak ditemukan siswa yang baru sadar memilih dan merencanakan kerja pada saat masa-masa kritis (terlalu terlambat melakukan pilihan dan persiapan). Subrata (2001: 36) melakukan survey persiapan karir sejumlah siswa SMA di Surabaya menunjukkan 85% siswa ragu terhadap karir masa depannya, 80% belum menetapkan karir masa depannya dengan mantap, 75% mengalami kesulitan dalam memutuskan dan merencanakan karir dengan baik. Walaupun begitu 90% menyadari pemilihan karir merupakan proses yang penting yang dengannya seseorang bisa mempersiapkan diri dengan melakukan pilihan-pilihan pendidikan maupun latihan. Purwoko, (2002: 32) yang melakukan survey terhadap mahasiswa di beberapa PTN di Surabaya menemukan 82% mahasiswa memilih jurusan bukan berdasar pemilihan dan persiapan karir yang telah dilakukan semasa SMU. Beberapa mahasiswa bahkan menyatakan pilihannya hanya berdasar spekulasi-spekulasi dengan tujuan asal dapat kuliah di PTN.


(13)

Urgensi bimbingan karir dan tuntutan dalam pengembangan karir di Indonesia dikarenakan adanya beberapa fenomena. Fenomena karir tersebut antara lain: (a) angka pengangguran masih tinggi, (b) masih ada dikotomi di masyarakat antara pekerjaan yang bergengsi dengan tidak, misalnya, masih ada anggapan pekerjaan bertani lebih rendah dari pegawai, (c) muncul banyak SMK yang akan melahirkan tenaga kerja menengah dengan keterampilan tertentu, tetapi masih banyak yang belum memiliki kompetensi standar, (d) lulusan dunia pendidikan kebanyakan menguasai teori tapi minim dalam praktek-pengalaman, (e) lulusan dunia pendidikan lebih banyak dibekali dengan komptensi yang sifatnya hard skill (academic skill dan vocational skill berupa pengetahuan dan keterampilan), tapi lemah dalam pembinaan kompetensi soft skill (personal skill dan social skill antara lain: kecakapan dalam mengenal diri sendiri, percaya diri, berpikir rasional tanggung jawab, disiplin, kemauan kerja prestatif, jujur, keterampilan bekerjasama, nilai-nilai yang harus dianut dalam bekerja, kemampuan beradapatasi dengan perubahan, dsb), (f) masih banyak orang yang bekerja sekedar memenuhi kebutuhan hidup, belum untuk kebahagiaan dan kebermanfaatan bagi kehidupan diri dan masyarakat serta lingkungan, (g) kebanyakan orang masih mengejar karir yang linier, (h) para siswa memilih pendidikan lanjut, dan jurusan di Perguruan Tinggi belum didasarkan pada orientasi karir yang jelas (Moh Surya: 2009).

Masalah karir kongkrit yang dirasakan oleh siswa menurut Supriatna (2009) antara lain: (a) siswa kurang memahami cara memilih program studi yang cocok dengan kemampuan dan minat, (b) siswa tidak memiliki informasi tentang


(14)

dunia kerja yang cukup, (c) siswa masih bingung memilih pekerja, (d) siswa masih kurang mampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat, (e) siswa merasa cemas untuk mendapatkan pekerjaan setelah tamat sekolah, (f) siswa belum memiliki pilihan perguruan tinggi atau lanjutan pendidikan tertentu, jika setelah tamat tidak memasuki dunia kerja, (g) siswa belum memiliki gambaran tentang karakteristik, persyaratan, kemampuan, dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan serta prospek pekerjaan untuk masa depan karirnya.

Layanan atau program Bimbingan karir di Indonesia seharusnya memahami dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan siswa dalam perkembangan karir sehingga memeiliki ketrampilan karir pada saat meninggalkan bangku sekolah. Hoyt (2001) mengemukakan ada empat kebutuhan utama yaitu kebutuhaan untuk: (1) merencanakan pendidikan pasca sekolah menengah yang berorientasi karir, (2) memperoleh ketrampilan umum dalam cakap kerja, adaptasi kerja, dan peningkatan kerja sehingga mampu mengikuti perubahan dunia kerja setelah dewasa, (3) penekanan pentingnya nilai-nilai kerja, (4) merencanakan cara-cara menyibukkan diri dalam pekerjaan sebagai bagian dari keseluruhan perkembangan karir.

Program layanan Bimbingan Karir sangat diperlukan khususnya untuk meningkatkan kematangan karir bagi siswa. Berdasarkan paparan yang ada di atas maka peneliti berusaha untuk melakukan kajian lebih lanjut untuk mengembangkan program peningkatan kematangan karir melalui layanan Bimbingan Karir.


(15)

Berdasarkan teori Super (1981) tahapan perkembangan karir remaja berada pada tahap eksplorasi (eksploration) dengan rentang usia 17-22 tahun. Tahap ini diawali sejak individu memiliki kesadaran bahwa pekerjaan merupakan bagian dari kehidupannya karenanya setiap orang harus bekerja. Untuk bekerja terdapat beberapa persiapan diri yang komplek, salah satu hal penting adalah pendidikan dan atau latihan.

Sistem kerja dan sistem pendidikan telah diatur sedemikian rupa sehingga, pilihan-pilihan bidang pendidikan pada gilirannya akan menentukan jenis karir individu masa akan datang. Hampir 70 % siswa dari 320 siswa Sekolah Menengah kelas I dan II yang di survei tidak mempersiapkan diri dalam pilihan pendidikan yang diorientasikan pada kecenderungan arah pilih karirinya.( Purwoko,2000) Secara lebih mendalam tidak dipahami bahwa karir masa akan datang sangat ditentukan pilihan pendidikan saat ini. Banyak siswa yang bercita-cita menjadi ahli teknisi, atau kedokteran tetapi mereka tidak mempersiapkan diri untuk masuk pada jurusan IPA termasuk jurusan dan karakteristik perguaruan tinggi. Penjurusan di SMK dimaknai secara parsial sebagai sekedar mengelompokkan konsentrasi studi atau kemampuan akademik siswa saja yang tidak terkait dengan pilihan karirnya.

Paparan fakta di atas mencerminkan siswa kita sebagian masih mengalami kebingungan terkait dengan persiapan karirnya. Saucks (1999) menegaskan bahwa peserta didik membutuhkan latihan-latihan khusus yang antara lain adalah : ketajaman melihat diri sendiri, melihat kemungkinan-kemungkinan di sekitarnya,


(16)

serta meningkatkan kemampuan dan potensinya. Memperhatikan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, peneliti memfokuskan kajian pada program bimbingan karir dalam upaya meningkatkan kematangan karir siswa kelas X SMK N 11 Bandung.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Permasalahan kematangan karir yang telah dibicarakan di atas merupakan gambaran yang sama dengan keadaan di SMKN 11 Bandung. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 11 merupakan satu dari 15 SMK di Kota Bandung. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 11 merupakan sekolah yang pada awalnya masuk dalam kelompok Jurusan manajemen dan Bisnis. Pada perkembangannya SMK Negeri 11 Bandung menambah muatan kelompok jurusan dengan rekayasa perangkat lunak. SMK Negeri 11 saat memiliki lima jurusan yaitu; rekayasa perangkatlunak, administrasiperkantoran, akuntansi,dan penjualan.

Sekolah Menengah Kejuruan 11 Bandung saat ini memiliki 1880 siswa. Pada tingkat pertama 20 kelas, tingkat kedua memiliki 13 kelas dan pada tingkat akhir memiliki 13 kelas. Besarnya jumlah siswa di SMK 11 Bandung tidak didukung oleh adanya tenaga Bimbingan dan Konseling di sekolah tersebut. Sekolah Menengah Kejuruan memiliki 3 tenaga guru Bimbingan dan Konseling dua diantaranya merupakan tenaga kontrak. Pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling di SMK Negeri 11 Bandung masih sangat minim. Siswa di SMK Negeri 11 Bandung pada awal masuk sekolah masih banyak yang ingin pindah


(17)

jurusan. Menurut siswa SMK Negeri 11 pilihan untuk masuk ke SMK lebih banyak didasarkan atas masukan dan desakan dari orang tua. Hal tersebut menyebabkan masalah tambahan bagi siswa dan guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 11 Bandung.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan diketahui bahwa layanan Bimbingan dan Konseling masih belum optimal dilakukan. Hal tersebut pada akhirnya berdampak pada layanan Bimbingan karir yang diberikan kepada siswa. Masih dibutuhkan upaya dan tindakan serta program untuk membantu siswa dalam meningkatkan kematangan karirnya.

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut. Bagaimanakah program bimbingan karir dalam upaya meningkatkan kematangan karir siswa SMK?

Secara lebih detail peneliti menjabarkannya dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah profil kematangan karir siswa SMK sebelum mendapatkan program bimbingan karir?

2. Bagaimanakah profil kematangan karir siswa SMK setelah mendapatkan program bimbingan karir?

3. Upaya apa yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling untuk meningkatkan kematangan karir siswa?

4. Bagaimana rumusan program bimbingan karir untuk meningkatkan kematangan karir siswa?


(18)

5. Bagaimana efektivitas Program Bimbingan Karir yang untuk meningkatkan kematangan karir siswa di SMK Negeri 11 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian secara umum bertujuan untuk merumuskan program bimbingan dan konseling karir dalam upaya meningkatkan kematangan karir siswa SMK. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka tujuan khusus penelitan ini adalah untuk mengkaji secara empiris beberapa hal di bawah ini:

a. Mengetahui profil kematangan karir siswa kelas X SMK Negeri 11 Bandung.

b. Melakukan kajian bagaimana program bimbingan dan konseling karir yang telah dilaksanakan di SMK Negeri 11 Bandung.

c. Mengetahui upaya yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling di SMK 11 Bandung, sebagai landasan penyusuna program layanan Bimbingan.

d. Mengetahui apakah program bimbingan dan konseling karir untuk meningkatkan kematangan karir siswa SMK sesuai dengan kondisi SMK Negeri 11 Bandung.

e. Menguji dan mengkaji keefektifan program bimbingan dan konseling karir dalam meningkatkan kematangan karir siswa kelas X di SMK Negeri 11 Bandung.


(19)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, diantaranya sebagai berikut.

1. Manfaat secara teoretis

Penelitian yang dilakukan di SMK Negeri 11 Bandung ini secara teoretis berusaha untuk meningkatkan kematangan karir siswa SMK. Penelitian untuk meningkatkan kematangan karir siswa ini diharapkan dapat menjadi tambahan penguat teori dalam layanan Bimbingan dan Konselng khususnya Bimbingan Karir.

2. Manfaat secara praktis

a. Bagi guru Bimbingan dan Konseling dan sekolah dapat digunakan untuk membantu dalam merumuskan program serta upaya meningkatkan kematangan karir siswa.

b. Bermanfaat bagi siswa (konseli) khususnya dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk dimanfaatkan dalam meningkatkan kematangan karir.

E. Metode Penelitian, dan Teknik Analisis Data

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis pendekatan pendekatan kuantitatif, yakni pendekatan ilmiah yang didesain untuk menjawab pertanyaan penelitian secara spesifik dengan menggunakan angka statistk. Data hasil penelitian akan diolah dengan menggunakan uji statistik tertentu yang sesuai dengan jenis data dan penjabaran hasil penelitian yang ingin dicapai.


(20)

Metode yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu penyelidikan dimana minimal salah satu variabel dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebab-akibat (MacLin, 2002 dalam Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2005). Sedangkan Fraenkel dan Wallen (1993) dalam Hartanto (2010) penelitian eksperimen merupakan metode yang paling ‘powerful’ sekaligus sebagai metode terbaik untuk menjelaskan hubungan kausal antar variabel.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengembangan dari Inventori (Career Maturity Inventori) yang disusun oleh peneilit sebagai instrumen utama, pedoman observasi, dan pedoman wawancara sebagai instrumen pendukung. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dengan teknik analisis parametrik.

F. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Bandung tepatnya di SMK Negeri 11 Bandung. Pemilihan SMK Negeri 11 Bandung dikarenakan adanya kemungkinan bagi peneliti untuk mengembangkan dan melakukan penelitian. Layanan Bimbingan dan Konseling di SMK Negeri 11 Bandung berdasarkan hasil penelusuran peneliti (observasi dan wawancara) dianggap memiliki visibilitas yang tinggi. Guru Bimbingan dan konseling di SMK Negeri 11 memiliki pemahaman yang memadai mengenai layanan Bimbingan Karir, dan pentingnya proses kematangan karir siswa.

Populasi dalam penelitian ini adalah 638 sementara subyek penelitian adalah siswa kelas X pada jurusan Akuntansi dan Pemasaran. Pemilihan populasi


(21)

ini berdasarkan masukan dan diskusi yang dilakukan peneliti bersama dengan guru Bimbingan dan Konseling di SMK Negeri 11 Bandung. SMK Negeri 11 Bandung berlokasi di Jl. Budi Cilember, Kel.Sukaraja, Cicendo, Kota Bandung 40175.


(22)

54

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dibahas beberapa hal yang bekaitan dengan metode penelitian yang diawali dengan pembahasan mengenai pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional variabel,pengembangan instrumen penelitian, populasi dan sampel, prosedur penelitian dan yang terakhir adalah teknik analisis data hasil penelitian.

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yakni pendekatan ilmiah yang didesain untuk menjawab pertanyaan penelitian secara spesifik dengan menggunakan angka statistik(Soehartono dalam Suryani, 2009). Data hasil penelitian akan diolah dengan menggunakan uji statistik tertentu yang sesuai dengan jenis data dan penjabaran hasil penelitian yang ingin dicapai.

Metode yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu penyelidikan dimana minimal salah satu variabel dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebab-akibat (MacLin, 2002 dalam Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2005). Sedangkan Fraenkel dan Wallen (1993) dalam Hartanto (2010) penelitian eksperimen merupakan metode yang paling ‘powerful’ sekaligus sebagai metode terbaik untuk menjelaskan hubungan kausal antar variabel.

Penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor yang lain yang bisa menganggu“ (Arikunto, 2002:3). Menurut Moh. Nazir (1983: 73) dapat


(23)

dibagi atas penelitian eksperimental sungguhan (true eksperimental) dan eksperimen semu (quasi eksperimental). Penelitian eksperimen sungguhan (true eksperimental) berusaha menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan desain nyata. Sementara itu, penelitian eksperimen semu (quasi eksperimental) merupakan penelitian yang mendekati percobaan sungguhan dimana tidak memungkinkan untuk mengadakan control atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Harus terdapat kompromi dalam menentukan validitas kinternal dan eksternal sesuai dengan batasan yang ada.

Penelitian ini menggunakan eksperimen semu (quasi eksperimental), melihat kondisi tempat penelitian yang tidak memungkinkan atau sulit0020untuk mengadakan control atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Desain yang digunakan dalam penelitian eksperimen semu ini adalah desain nonRandomized Control Group Pretest-Posttest Design. Desain ini dipilih karena sesuai dengan karakteristik dalam penelitian eksperimen yang akan dilakukan oleh peneliti. Pada desain ini peneliti akan melakukan pretest dan post test untuk mengetahui hasil dari tindakan (treatment) yang akan diberikan selama proses penelitian berlangsung.

Desain tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Group Pretest Independent Variabel Posttest

Experiment Y1 X Y2


(24)

B. Definisi Operasional Variabel

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang dibahas yaitu program bimbingan karir dan kematangan karir. Kedua variabel tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Program Bimbingan Karir

Program bimbingan karir adalah seperangkat rencana atau rancangan kegiatan yang disusun secara sistematis, teknis, terukur, dan terjadwal, berdasarkan pada landasan tertentu dengan tujuan untuk membantu siswa dalam mencapai kesuksesan optimal dalam bidang karir.

Pada penelitian ini program bimbingan karir yang dimaksud adalah program yang dibuat peneliti untuk digunakan dalam kegiatan bimbingan karir di SMKN 11 Bandung yang diharapkan mampu meningkatkan kematangan karir siswa dengan cara mengakomodir kebutuhan siswa dalam mengatasi hambatan yang dihadapi dalam mengembangkan potensi karirnya. Program ini mengacu pada analisis empiris terhadap profil kematangan karir siswa yang dijadikan sampel penelitian.

2. Kematangan Karir

Kematangan karir atau career maturity dalam Bahasa Inggris, menurut Donald R. Super, tokoh yang mengembangkan teori perkembangan karir mendefinisikan sebagai : “…the readiness to make appropriate career decision, readiness to make a good choice(s)”. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah kesiapan untuk membuat pilihan dan keputusan karir secara tepat.Sedangkan Crites (Uman Suherman, 2009:116) menyatakan bahwa


(25)

kematangan karir sebagai berikut:”..the maturity of an individual’s vocational behavior as indicated by the similarity between his behavior and that of the oldest individual’s in his vocational stage”, yang artinya kesesuaian antara perilaku individu dengan perilaku karir yang diharapkan pada tahap vokasional tertentu sesuai dengan usianya.

Pada penelitian ini kematangan karir yang dimaksud kesesuaian perilaku siswa dengan jalur karir yang dipilih, yang diukur dari aspek atau dimensi kematangan karir yang dirumuskan oleh Crites (1981, dalam Manrihu, 1986) yaitu sikap dan kompetensi. Sikap adalah kecenderungan siswa dalam keterlibatan, independensi, pengenalan, kompromi, dan ketegasan dalam pilihan karir. Adapun yang dimaksud dengan kompetensi adalah kemampuan siswa dalam pemahaman diri, informasi pekerjaan, penetapan tujuan, perencanaan, dan pemecahan masalah pada proses pemilihan karir. Setiap aspek memiliki beberapa indikator yang akan dijelaskan berikut ini.

a. Aspek Sikap.

Mengukur sikap-sikap siswa terhadap pemilihan karir, kecenderungan disposisional yang dimanifestasikan dalam:

1) Keterlibatan : keterlibatan siswa dalam proses keputusan karir 2) Independensi : tingkat ketidakteikatan dalam pross pengambilan keputusan

3) Orientasi : tingkat orientasi dalam proses pengambilan keputusan dalam karir


(26)

5) Kompromi: kompromi dalam proses pengambilan keputusan karir b. Kompetensi.

Meliputi aspek:

1) Pemahaman diri: penilaian dari sifat-sifat dan kecenderungan hiotesis seseorang dalam hubungan dengan keberhasilan dan kepuasan karir 2) Pengetahuan Pekerjaan: pengetahuan tentang syarat-syarat pekerjaan,

pendidikan/latihan, dan pengetahuan praktis tentang pekerjaan

3) Pemilihan Pekerjaan: nilai-nilai pribadi yang dikejar dalam proses pengambilan keputusan karir

4) Perencanaan:l angkah-langkah logis dalam proses pengambilan keputusan karir

5) Pemecahan Masalah: pemecahan masalah dalam proses pengambilan keputusan karir.

C. Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Kisi-kisi Instrumen

Instrumen penelitian yang digunakan adalah inventori kematangan karir yang dikonstruksi dan dikembangkan oleh peneliti berdasarkan konsep dari Crites (1981). Kisi-kisi instrument disajikan pada tabel 3.1 berikut ini.


(27)

Tabel 3.1

Kisi-kisi Intrumen Kematangan Karir Aspek Indikator

Pernyataan

Jumlah (+) (-)

Sikap

Keterlibatan: keterlibatan siswa dalam proses keputusan karir

5 0 5

Independensi: tingkat ketidakterikatan dalam proses pengambilan keputusan

1 4 5

Orientasi: tingkat orientasi dalam proses pengambilan keputusan dalam karir

6 0 6

Ketegasan: kepastian memutuskan pilihan karir

1 4 5

Kompromi: kompromi dalam proses pengambilan keputusan karir

3 0 3

Kompetensi

Pemahaman Diri: penilaian dari sifat-sifat dan kecenderungan hipotesis seseorang dalam hubungan dengan keberhasilan dan kepuasan karir

2 1 3

Pengetahuan Pekerjaan: pengetahuan tentang syarat-syarat pekerjaan, pendidikan/latihan, dan pengetahuan praktis tentang pekerjaan

6 1 7

Pemilihan Pekerjaan: nilai-nilai pribadi yang dikejar dalam proses pengambilan keputusan karir

7 1 8

Perencanaan: langkah-langkah logis dalam proses pengambilan keputusan karir

5 0 5

Pemecahan Masalah: pemecahan masalah dalam proses pengambilan keputusan karir

5 0 5

2. Penimbangan Instrumen (Judgement Ahli) dan Uji Keterbacaan

Upaya untuk mendapatkan instrumen yang berkualitas harus dilakukan peneliti untuk memperoleh hasil penelitian yang baik. Item yang dikembangkan oleh peneliti berupa instrumen kematangan karir harus dikaji dan ditelaah secara rasional oleh ahli. Maka peneliti kemudian melakukan penimbangan intrumen


(28)

kepada pakar dalam bidang bimbingan dan konseling yaitu: Ipah Saripah, Mubiar Agustin, dan Ilfiandra. Ketiga ahli tersebut memiliki kualifikasi dan pengalaman yang memadai dalam Bimbingan dan Konseling.

Langkah yang selanjutnya dilakukan oleh peneliti adalah melakukan uji coba instrumen kepada siswa kelas X SMKN 11 Bandung. Pada ujicoba digunakan dua kelas di SMK N 11 Bandung. Jumlah siswa pada dua kelas tersebut adalah 69 orang siswa. Peneliti juga melibatkan dua orang guru Bimbingan dan Konseling di SMKN 11 Bandung yang berkualifikasi pendidikan Strata 1 (S-1) Bimbingan dan Konseling.

3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen a. Uji Validitas

Pengertian validitas menurut Suharsimi Arikunto (2002: 144) adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Instrumen penelitian ini menggunakan jenis validitas isi.

Menurut Saifuddin Azwar (1997) validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan análisis rasional atau lewat profesional judgement. Teknik ini sering disebut dengan Delphi Techniques (Cohen, Manion, &Morisson, 2000). Teknik ini merupakan upaya untuk mengambil keputusan dengan merngirimkan rancangan program untuk divalidasi oleh para ahli, yang kemudian diambil kesimpulan secara umum oleh peneliti.


(29)

Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah “sejauh mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi (dengan catatan tidak keluar dari batasan tujuan ukur) objek yang hendak diukur” atau “sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur”. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sutrisno Hadi (1972:121-126) dimana Content validity adalah validitas yang meletakkan titik berat pada isi atau kurikulum yang telah diketahui anak-anak. Dengan kata lain adalah validitas suatu instrumen yang dipandang dari segi alat ukurnya yaitu seberapa alat ukur yang dirancang telah mencerminkan isi keseluruhan variabel yang diteliti. Empirical validity (validitas empiris) adalah validitas yang selalu menggunakan sebagai kriterium bagaimana derajat kesesuaian antara apa yang dinyatakan oleh hasil pengukuran dengan keadaan yang senyatanya. Validitas instrumen akan diukur dengan rumus korelasi produk moment.

b. Uji Reliabilitas

Pengertian reliabilitas instrumen menurut Suharsimi Arikunto (1998:170) adalah sebagai berikut. Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Suatu instrumen yang dapat dipercaya akan mengasilkan data yang dapat dipercaya juga. Instrumen tersebut dapat menghasilkan data yang sama walaupun datanya diambil beberapa kali, dengan syarat kondisi saat pengukuran tidak berubah. Menurut Suharsimi Arikunto (1996:190) untuk mencari reliabilitas


(30)

instrumen yang skor butirnya bukan 1 atau 0 melainkan skala bertingkat atau rating scale digunakan rumus alpha dari Cronbach sebagai berikut:

        −       −

=

2

2 11 1 1 t b k k r δ δ Keterangan:

r11 : reliabilitas intrumen

k : banyaknya butir pernyataan (item)

Σ 2

b

δ : jumlah varians butir

2

t

δ : jumlah varians total

Koefisien reliabilitas yang diperoleh selanjutnya dikonsultasikan dengan r table. Jika r dihitung > r tabel, berarti instrumen tersebut reliabel dan siap digunakan dalam penelitian. Norma reliabilitas yang digunakan dikelompok ke dalam lima kelas dengan rank yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterprestasikan sebagai berikut :

1) Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel 2) Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel 3) Nilai alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel 4) Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel

5) Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel (Triton, 2005).

c. Populasi dan Sampel

Populasi menurut Furqon (2008) adalah sekumpulan objek, atau orang atau keadaan yang paling tidak memiliki satu karakteristik umum yang sama. Sedangkan Sugiyono (2007) mendefinisikan populasi sebagai


(31)

wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas X SMKN 11 Bandung tahun ajaran 2010-2011.

Sampel dapat didefinisikan sebagai bagian dari suatu populasi. Pada penelitian ini akan digunakan teknik penarikan sampel simple random sampling (sampel acak sederhana), sehingga semua populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.Di SMKN 11 Bandung, siswa kelas X berjumlah 18 kelas dengan rata-rata jumlah siswa perkelas antara 32-38 orang, dengan jumlah keseluruhan siswa sebanyak 638 orang. Jumlah kelas sebanyak 18 akan diacak sehingga mendapatkan dua kelas yang akan dijadikan sampel penelitian, kemudian dipilih lagi secara acak untuk dijadikan satu kelompok kontrol dan satu kelompok eksperimen.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan memalui beberapa tahap yaitu 1. Tahap pralapangan

Peneliti mengadakan survei pendahuluan yang dilakukan selama bulan Juli-Oktober 2010. Selama proses survey ini peneliti melakukan penjajagan lapangan (field study) terhadap latar penelitian, mencari data dan informasi tentang kematangan karir siswa di SMKN 11


(32)

Bandung. Peneliti juga menempuh upaya konfirmasi ilmiah melalui penelusuran literatur buku dan referensi pendukung penelitian.

Pada tahap ini peneliti melakukan penyusunan rancangan penelitian yang meliputi garis besar metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian. Proses yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah administrasi. Proses administrasi yang dilakukan peneliti meliputi kegiatan yang berkaitan dengan perijinan kepada pihak yang berwenang dan tahap ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan atau Eksperimen

Peneliti pada tahap ini memasuki fase rangka pengumpulan data. Pada tahap ini peneliti berusaha untuk memberikan treatmen sebagai usaha untuk meningkatkan kematangan karir siswa di SMKN 11 Bandung. Tahap penelitian ini dilaksanakan pada bulan November2010. Kegiatan ekperimen dilakukan dalam setting kelompok selama 6 pertemuan (treatment). Pada setiap pertemuan menggunakan waktu selama 45 menit. 6 pertemuan tersebut di luar waktu untuk melakukan kegiatan pretes dan posttes.

3. Tahap Analisis Data

Tahapan yang ketiga dalam penelitian ini adalah analisis data. Peneliti dalam tahap ini setelah melakukan serangkaian proses eksperimen dan kemudian mulai melakukan analisa data kuantitatif hingga interpretasi data yang telah diperoleh sebelumnya. Selain itu


(33)

peneliti menempuh proses penelaahan hasil instrumen yang telah dibagikan. Penelaahan tersebut dilakukan setelah peneliti mendapatkan hasil analisis data SPSS. Tahap ini dilaksanakan pada bulan November 2010 dan dilakukan bersamaan dengan proses konsultasi serta pembimbingan penelitian.

4. Tahap evaluasi dan pelaporan

Pada tahap ini peneliti berusaha melakukan konsultasi dan pembimbingan dengan dosen pembimbing yang telah ditentukan. Tahap ini dilakukan pada bulan Desember 2010.

E. Pengumpulan Data

Data yang ingin didapat pada penelitian ada dua macam yaitu data tentang profil kematangan karir siswa dan data yang akan diolah untuk mengetahui efektifitas program bimbingan karir untuk meningkatkan kematangan karir siswa. Data-data tersebut didapat dari instrumen penelitian yang digunakan dan diberikan kepada siswa pada saat pretest dan posttest.

Instrumen penelitian berupa pernyataan-pernyataan yang disusun menggunakan skala likert. Skala ini dipilih peneliti karena dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang dalam fenomena sosial Sugiyono 2001:73). Dalam skala Likert responden diminta untuk menjawab suatu pernyataan dengan alternatif pilihan


(34)

jawaban yang tergantung dari data penelitian yang diperlukan oleh peneliti. Masing-masing jawaban dikaitkan dengan nilai berupa angka.

F. Teknik Analisis Data Penelitian

Analisis data menurut Nasution (2002: 126) yaitu menyusun data agar dapat ditafsirkan. Adapun tujuan analisis data adalah menyempitkan dan membatasi penemuan hingga menjadi suatu data yang teratur dan tersusun sistematis dan lebih rapi.Analisis data mencakup seluruh kegiatan mengklasifikasikan, menganalisa, memaknai dan menarik kesimpulan dari semua data yang terkumpul dalam tindakan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dengan teknik analisis parametrik. Digunakannya statistik parametris karena data yang digunakan berbentuk interval. Statistik parametris bekerja dengan asumsi bahwa data yang akan diuji berdistribusi normal.

Peneliti akan melakukan analisis data tentang profil kematangan karir siswa kelas X SMKN 11 Bandung, dilanjutkan dengan menganalisis efektifitas program bimbingan karir untuk meningkatkan kematangan karir siswa. Penafsiran data dilakukan dengan cara mendeskripsikan makna yang terkandung di dalam angka-angka.

Profil kematangan karir diterjemahkan dari data dengan menghitung nilai rata-rata (mean), modus, dan median. Sedangkan efektifitas program bimbingan karir untuk meningkatkan kematangan karir siswa digunakan uji beda rata-rata (uji-t) antara data hasil pretest dan


(35)

posttest. Uji t dilakukan untuk menguji perubahan yag terjadi akibat suatu perlakuan peneliti terhadap sampel dan membandingkan perilaku subjek sebelum dan sesudah perlakuan diberikan (Furqon, 2008).

Rumus yang digunakan adalah:

Keterangan :

Rata rata sampel 1 Simpangan baku sampel 2

Rata rata sampel 2 varians sampel 1

Simpangan baku sampel 1 varians sampel 1 korelasi antara dua sampel

(Sugiyono: 2007)

t X X


(36)

114

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bagian penutup dari penelitian ini dipaparkan tentang kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan dibuat berdasarkan data yang diperoleh peneliti di lapangan mengenai program Bimbingan karir untuk meningkatkan kematangan karir siswa di SMK N 11 Bandung. Bagian rekomendasi ditujukan kepada pihak sekolah khusunya guru Bimbingan dan Konseling, akademisi Bimbingan dan Konseling serta bagi penelitian lanjutan.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan data dan kuasi eksperimen terhadap pelaksanaan Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kematangan karir yang dilakukan peneliti pada siswa di SMK N 11 Bandung, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Hasil temuan penelitian sebelum diberikan Program Bimbingan Karir menunjukkan bahwa kematangan karir siswa kelas X SMK N 11 Bandung secara umum berada pada kategori sedang dengan jumlah 40 orang siswa dengan prosentase 59,70 %. Pada kategori tinggi terdapat 12 siswa dengan prosentase 17,91%, sedangkan kategori rendah sebesar 22,39 % dengan jumlah siswa 15 orang.

2. Profil kematangan karir siswa SMK setelah mendapatkan program bimbingan karir menunjukkan peningkatan secara signifikan pada seluruh indikator .

3. Belum terdapat upaya memadai yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling untuk meningkatkan kematangan karir siswa, sehinggga


(37)

siswa.

4. Program Bimbingan Karir untuk meningkatkan kematangan karir yang telah disusun dalam Rencana Kegiatan Program Bimbingan Karir (action plan) dapat diimplemtasikan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 11 Bandung. Hal ini menunjukkan bahwa Program Bimbingan Karir untuk meningkatkan kematangan karir sebaiknya dibuat sesuai dengan rancangan yang telah dibuat peneliti.

5. Program Bimbingan Karir yang dilaksanakan peneliti terbukti efektif untuk meningkatkan kematangan karir siswa SMK N 11 Bandung.

B. Rekomendasi 1. Bagi Sekolah

Kematangan karir merupakan aspek penting dalam karir siswa. Hal terbukti dengan adanya hasil penelitian yang menunjukkan hal tersebut. Pentingnya kematangan karir bagi siswa seharusnya disadari oleh sekolah dengan pembuatan kebijakan mengenai pembuatan program layanan Bimbingan karir.

Kepala sekolah dapat membuat kebijakan berupa pemberian layanan bimbingan karir khususnya melalui strategi layanan Bimbingan dalam setting kelas (classroom guidance). Hal ini dapat dijadikan landasan pijak bagi guru Bimbingan dan Konseling untuk membantu siswa dalam mencapai kematangan karir yang lebih optimal.


(38)

Bimbingan Karir hendaknya menjadi pertimbangan bagi sekolah dalam menyelenggarakan kegiatan ini. Guru Bimbingan dan Konseling dapat menggunakan Program Bimbingan karir untuk meningkatkan indikator yang terbukti efektif meningkat pada penelitian ini.

2. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling

Layanan Bimbingan karir bagi siswa SMK merupakan hal yang penting. Masalah kematangan karir pada siswa merupakan permasalahan yang akan muncul berulang di berbagai tempat dan setting waktu. Hal ini menjadi sebuah kajian yang menarik untuk terus digali dalam berbagai macam perspektif. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan kajian baik secara teoretik maupun secara praktik. Program Studi Bimbingan dan Konseling dapat melakukan kajian lebih mendalam dengan mengintegrasikannya ke dalam mata kuliah Bimbingan Karir. Hal ini menjadi upaya untuk semakin menambah dan meningkatkan keterampilan bagi calon praktisi di sekolah.

3. Peneliti Selanjutnya

Memperhatiakan hasil dari penelitian ini, peneliti selanjutnya yang tertarik menelaah tema bimbingan karir hendaknya memperhatikan hal- lain yang belum dilaksanakan pada penelitian ini, antara lain penggunaan instrumen penelitian kualitatif sebagai pendamping. Hal tersebut diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian. Teknik pengambilan data lain yang dapat digunakan agar terjaring


(39)

mendalam dan observasi sebagai andalan dari data kualitatif.

Pilihan kegiatan Bimbingan Kelompok juga akan dapat menjadi strategi yang lebih individual, dan mampu lebih peka terhadap kebutuhan siswa yang spesifik dikarenakan adanya perbedaan dari masing-masing individu dalam masalah dan upaya pemecahannya.


(40)

Agustin, Mubiar. (2003). Kontribusi Aktivitas Akademik dan Kemahasiswaan Terhadap Kematangan Karir Mahasiswa. Skripsi. Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI. Tidak diterbitkan.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Cresswell. (2008). Educational Research.. New Jersey: Pearson Education Inc.

Creed, Peter A. dan Patton, Wendy A. (2003). Predicting Two Components of Career Maturity in School Based Adolescents. Journal of Career Development 29 (4): pp 277-290.

Crites, O. John. (1981). Career Conseling: Model, Method, and Materials. New York: Mc. Graw-Hill Inc.

Dessler, G. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Terjemahan. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2008). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Pada Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas.

Dillard, J. M. (1985). Life Long Career Planning. Ohio: A Bell & Howell Company.

Dody Hartanto. (2010). Efektivitas Konseling Kognitif-Perilaku untuk Mereduksi Perilaku Mencontek (Eksperimen pada Siswa SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010). Tesis. Bandung: Prodi Bimbingan dan Konseling SPs UPI. Tidak diterbitkan

Engels, Dennis W., Harris, Henry L. (1999). Career Development: A Vital Part Of Contemporary Education. National Association of Secondary Principals (NASSP) Bulletin. Academic Research Library.

Furqon. (2001). Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Hatten, Kenneth J, dan Stephen R. Rosenthal. (2001). Researching for the Knowledge Edge. New York: Amacom.

Healy, Ch. C. (1982). Career Guidance Through the Life Stages. Los Angeles: Allyn and Bacon, Inc.

Herr, EL dan Cramer, SH. (1984). Career Guidance and Counseling Through the Life Span, Boston: Little Brown Company.

Hodggets, Ivan. (2009). Rethinking Career Education in Schools Foundations for a New Zealand Framework. Journal Career Service. Wellington, New Zealand.


(41)

Illfiandra. (1997). Kontribusi Konsep Diri Terhadap Kematangan Karir Siswa. Skripsi. Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP IKIP. Tidak diterbitkan.

IOWA Kindergarten Community College. (2001). Comprehensive and Guidance Program Development Guide. State of IOWA. Des Moines; Department of Education Grimes State Office Building.

Isaacson, L. (1993). Career Information, Career Counseling, and Career Development. Boston: Ally and Bacon.

Kidd, J. M. (2006). Understanding Career Counseling Theory: Research and Practice. Sage Publication.

Mangkunegara, A. P. (2003). Perencanaan & Pengembangan SumberdayaManusia. Bandung: Refika Aditama.

Manrihu, M. T. (1986). Studi Tentang Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Karir Siswa SMA di Sulawesi Selatan. Disertasi. Bandung: Prodi Bimbingan dan Konseling SPs IKIP. Tidak diterbitkan.

Maslihah, S. (2009). Peran Pelatihan Orientasi Karir Dalam Meningkatkan Pengetahuan Orientasi Karir Remaja Kelas X SMAN 4 Bandung. Tesis. Bandung: Program Pascasarjana UNPAD:tidak diterbitkan.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurihsan, J. dan Sudianto, A. (2005). Manajemen Bimbingan & Konseling di SMA (Kurikulim 2004). Jakarta: PT. Grasindo.

Permen No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Rauf, M. Y. (2006). Program Bimbingan Karir untuk Mencapai Kematangan Karir Siswa

Sekolah Menengah Atas, Tesis. Bandung: Prodi Bimbingan dan Konseling SPs UPI. Tidak diterbitkan

Ruff, Melvyn, et.al. (2001). Careers Guidance in Context. Sage Publication. Saifuddin, A. (2006). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Saifuddin, A. (2003). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


(42)

424.

Santosa, H. (2010). Program Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Seksal Sehat Remaja. Tesis. Bandung: Prodi Bimbingan dan Konseling SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Sarwono, S.W. (2004). Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo.

Sharf, R.S. (1992). Applying Career Develompment Theory to Counseling. California: Pasific Grove.

Steven, D. B. and Robert W.L.(2005). Career Development and Counseling: Putting Theory and Research to Work. New York: John Wiley & Sons Inc.

Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Super, D. E. (1975). The Psychology of Career: An Introduction to Vocational Development.

New York: Harper.

Toha, M. (2001). Perilaku Organisasi: Konsep Dasar & Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo.

Wu, M and Chang, CC. (2009). Relationship of Advisory Mentoring to MBA Career Maturity: An Anticipatory Socialization Perspective. Journal of Career Development 2009; 35; 248. Sage Publication.


(1)

115

diperlukan Program Bimbingan Karir yang komprehensif untuk membantu

siswa.

4.

Program Bimbingan Karir untuk meningkatkan kematangan karir yang telah

disusun dalam Rencana Kegiatan Program Bimbingan Karir (

action plan

)

dapat diimplemtasikan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 11 Bandung.

Hal ini menunjukkan bahwa Program Bimbingan Karir untuk meningkatkan

kematangan karir sebaiknya dibuat sesuai dengan rancangan yang telah dibuat

peneliti.

5.

Program Bimbingan Karir yang dilaksanakan peneliti terbukti efektif untuk

meningkatkan kematangan karir siswa SMK N 11 Bandung.

B.

Rekomendasi

1.

Bagi Sekolah

Kematangan karir merupakan aspek penting dalam karir siswa. Hal

terbukti dengan adanya hasil penelitian yang menunjukkan hal tersebut.

Pentingnya kematangan karir bagi siswa seharusnya disadari oleh sekolah dengan

pembuatan kebijakan mengenai pembuatan program layanan Bimbingan karir.

Kepala sekolah dapat membuat kebijakan berupa pemberian layanan

bimbingan karir khususnya melalui strategi layanan Bimbingan dalam setting

kelas (

classroom guidance

). Hal ini dapat dijadikan landasan pijak bagi guru

Bimbingan dan Konseling untuk membantu siswa dalam mencapai kematangan

karir yang lebih optimal.


(2)

116

Biaya yang cukup besar dalam melakukan operasional program Layanan

Bimbingan Karir hendaknya menjadi pertimbangan bagi sekolah dalam

menyelenggarakan kegiatan ini. Guru Bimbingan dan Konseling dapat

menggunakan Program Bimbingan karir untuk meningkatkan indikator yang

terbukti efektif meningkat pada penelitian ini.

2.

Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling

Layanan Bimbingan karir bagi siswa SMK merupakan hal yang penting.

Masalah kematangan karir pada siswa merupakan permasalahan yang akan

muncul berulang di berbagai tempat dan setting waktu. Hal ini menjadi sebuah

kajian yang menarik untuk terus digali dalam berbagai macam perspektif. Bagi

Program Studi Bimbingan dan Konseling dapat menggunakan penelitian ini

sebagai bahan kajian baik secara teoretik maupun secara praktik. Program Studi

Bimbingan dan Konseling dapat melakukan kajian lebih mendalam dengan

mengintegrasikannya ke dalam mata kuliah Bimbingan Karir. Hal ini menjadi

upaya untuk semakin menambah dan meningkatkan keterampilan bagi calon

praktisi di sekolah.

3.

Peneliti Selanjutnya

Memperhatiakan hasil dari penelitian ini, peneliti selanjutnya yang tertarik

menelaah tema bimbingan karir hendaknya memperhatikan hal- lain yang belum

dilaksanakan pada penelitian ini, antara lain penggunaan instrumen penelitian

kualitatif sebagai pendamping. Hal tersebut diharapkan dapat memperkaya hasil

penelitian. Teknik pengambilan data lain yang dapat digunakan agar terjaring


(3)

117

informasi yang lebih banyak adalah dengan menggunakan wawancara yang

mendalam dan observasi sebagai andalan dari data kualitatif.

Pilihan kegiatan Bimbingan Kelompok juga akan dapat menjadi strategi

yang lebih individual, dan mampu lebih peka terhadap kebutuhan siswa yang

spesifik dikarenakan adanya perbedaan dari masing-masing individu dalam

masalah dan upaya pemecahannya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Mubiar. (2003). Kontribusi Aktivitas Akademik dan Kemahasiswaan Terhadap

Kematangan Karir Mahasiswa.

Skripsi

. Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan FIP UPI. Tidak diterbitkan.

Arikunto, Suharsimi. (2002).

Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek

. Jakarta: Rineka

Cipta.

Cresswell. (2008).

Educational Research

.. New Jersey: Pearson Education Inc.

Creed, Peter A. dan Patton, Wendy A. (2003).

Predicting Two Components of Career Maturity

in School Based Adolescents

. Journal of Career Development 29 (4): pp 277-290.

Crites, O. John. (1981).

Career Conseling: Model, Method, and Materials

. New York: Mc.

Graw-Hill Inc.

Dessler, G. (1997).

Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Terjemahan

. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2008).

Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Pada

Pendidikan Formal

. Jakarta: Depdiknas.

Dillard, J. M. (1985).

Life Long Career Planning

. Ohio: A Bell & Howell Company.

Dody Hartanto. (2010). Efektivitas Konseling Kognitif-Perilaku untuk Mereduksi Perilaku

Mencontek (Eksperimen pada Siswa SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta Tahun Ajaran

2009/2010)

. Tesis

. Bandung: Prodi Bimbingan dan Konseling SPs UPI. Tidak diterbitkan

Engels, Dennis W., Harris, Henry L. (1999).

Career Development: A Vital Part Of

Contemporary Education.

National Association of Secondary Principals (NASSP)

Bulletin. Academic Research Library.

Furqon. (2001).

Statistik Terapan untuk Penelitian

. Bandung: Alfabeta.

Hatten, Kenneth J, dan Stephen R. Rosenthal. (2001).

Researching for the Knowledge Edge

.

New York: Amacom.

Healy, Ch. C. (1982).

Career Guidance Through the Life Stages

. Los Angeles: Allyn and Bacon,

Inc.

Herr, EL dan Cramer, SH. (1984).

Career Guidance and Counseling Through the Life Span

,

Boston: Little Brown Company.

Hodggets, Ivan. (2009).

Rethinking Career Education in Schools Foundations for a New Zealand


(5)

Hurlock, EB. (alih bahasa, Itiwidayanti dan Sudjarwo, 1980).

Psikologi Perkembangan

. Jakarta:

Erlangga.

Illfiandra. (1997). Kontribusi Konsep Diri Terhadap Kematangan Karir Siswa.

Skripsi

. Bandung:

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP IKIP. Tidak diterbitkan.

IOWA Kindergarten Community College. (2001).

Comprehensive and Guidance Program

Development Guide

. State of IOWA. Des Moines; Department of Education Grimes State

Office Building.

Isaacson, L. (1993).

Career Information, Career Counseling, and Career Development

. Boston:

Ally and Bacon.

Kidd, J. M. (2006). Understanding Career Counseling Theory: Research and Practice. Sage

Publication.

Mangkunegara, A. P. (2003).

Perencanaan & Pengembangan Sumberdaya

Manusia

. Bandung:

Refika Aditama.

Manrihu, M. T. (1986). Studi Tentang Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kematangan

Karir Siswa SMA di Sulawesi Selatan.

Disertasi

. Bandung: Prodi Bimbingan dan

Konseling SPs IKIP. Tidak diterbitkan.

Maslihah, S. (2009). Peran Pelatihan Orientasi Karir Dalam Meningkatkan Pengetahuan

Orientasi Karir Remaja Kelas X SMAN 4 Bandung.

Tesis

. Bandung: Program

Pascasarjana UNPAD:tidak diterbitkan.

Nazir, M. (2003).

Metode Penelitian

. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurihsan, J. dan Sudianto, A. (2005).

Manajemen Bimbingan & Konseling di SMA (Kurikulim

2004)

. Jakarta: PT. Grasindo.

Permen No. 27 Tahun 2008 tentang

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor

.

Rauf, M. Y. (2006). Program Bimbingan Karir untuk Mencapai Kematangan Karir Siswa

Sekolah Menengah Atas,

Tesis

. Bandung: Prodi Bimbingan dan Konseling SPs UPI.

Tidak diterbitkan

Ruff, Melvyn, et.al. (2001).

Careers Guidance in Context

. Sage Publication.

Saifuddin, A. (2006).

Reliabilitas dan Validitas

. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(6)

Saka, N., Gatti, I., Kelly KR. (2008).

Emotional and Personality Related Aspects of Career

Decision Making Difficulties

. Journal of Career Assessment, NOV, Vol.16(4), p.

403-424.

Santosa, H. (2010). Program Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial untuk Mengembangkan

Perilaku Seksal Sehat Remaja.

Tesis

. Bandung: Prodi Bimbingan dan Konseling SPs UPI.

Tidak diterbitkan.

Sarwono, S.W. (2004).

Psikologi Remaja

. Jakarta: Raja Grafindo.

Sharf, R.S. (1992).

Applying Career Develompment Theory to Counseling.

California: Pasific

Grove.

Steven, D. B. and Robert W.L.(2005).

Career Development and Counseling: Putting Theory

and Research to Work.

New York: John Wiley & Sons Inc.

Sugiyono. (2009).

Statistika untuk Penelitian.

Bandung: Alfabeta.

Super, D. E. (1975).

The Psychology of Career: An Introduction to Vocational Development.

New York: Harper.

Toha, M. (2001).

Perilaku Organisasi: Konsep Dasar & Aplikasinya

. Jakarta: Raja Grafindo.

Wu, M and Chang, CC. (2009).

Relationship of Advisory Mentoring to MBA Career Maturity:

An Anticipatory Socialization Perspective.

Journal of Career Development 2009; 35; 248.

Sage Publication.