PROSEDUR PENGUKURAN DAN PEMETAAN BIDANG TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN SUBANG.

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Tujuan ... 2

1.5 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Definisi Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah ... 4

2.2 Pengukuran Bidang Tanah ... 4

2.2.1 Jenis Pengukuran Bidang Tanah ... 4

2.2.2 Penetapan Batas Bidang ... 5

2.2.3 Tanda Batas ... 7

2.2.4 Metode Pengukuran ... 7

2.2.5 Hasil Pengukuran Bidang tanah ... 15

2.3 Pemetaan Bidang Tanah ... 16

2.3.1 Pembuatan Peta Bidang ... 16

2.3.2 Metode pembuatan peta bidang ... 17


(2)

2.3.2.2 Metode Digital ... 18

2.3.3 Hasil Pemetaan Bidang Tanah ... 18

2.3.4 Sistem Proyeksi Peta Bidang tanah (Proyeksi TM-3) ... 18

2.4 Penghitungan Luasan Bidang ... 20

2.4.1 Metode Angka Ukur ... 20

2.4.2 Angka Koordinat ... 20

2.4.3 P5T ... 21

2.5 Pemberian Nomor Identifikasi Bidang (NIB) ... 21

2.6 Penomoran Lembar Peta ... 22

2.6.1 Penomoran Peta skala 1 : 10.000 ... 22

2.6.2 Penomoran Peta Skala 1 : 2.500 ... 23

2.6.3 Penomoran Peta Skala 1 : 1000 ... 23

2.6.4 Penomoran Peta Skala 1 : 500 dan 1 : 250 ... 24

BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA ... 25

3.1 Deskripsi Kantor Pertanahan Kabupaten Subang ... 25

3.1.1 Lokasi ... 25

3.1.2 Sejarah Kantor Pertanahan Kabupaten Subang ... 25

3.1.3 Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Subang ... 29

3.2 Sub. Seksi Pengukuran dan Pemetaan (P2T) ... 29

BAB IV METODE PENELITIAN ... 33

4.1 Metode Penelitian ... 33

4.2 Teknik Pengumpulan Data ... 33

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

5.1 Prosedur Permohonan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah ... 35

5.2 Pelayanan Kantor Pertanahan Subang dalam Menanggapi Permohon Pengukuran Bidang Tanah ... 37

5.3 Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Subang ... 39


(3)

5.3.1 Pengukuran ... 39

5.3.1.1 Persiapan Pengukuran ... 39

5.3.1.2 Pelaksanaan Pengukuran ... 40

5.3.2 Penghitungan Luas Bidang Tanah ... 48

5.3.3 Penggambaran ... 53

5.3.4 Plotting ... 53

5.3.5 Penerbitan Produk ... 54

5.4 Hambatan-hambatan dalam Proses Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Subang ... 54

5.5 Upaya Kantor Pertanahan Kabupaten Subang dalam Menanggulangi Hambatan-hambatan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

6.1 Kesimpulan ... 57

6.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... xiii LAMPIRAN


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pengikatan Bidang Tanah dengan Metode

Trilaterasi Sederhana ……….. 8

Gambar 2.2 Pengukuran Poligon ... 11

Gambar 2.3 PoligonTertutup ... 11

Gambar 2.4 Poligon Terbuka ... 12

Gambar 2.5 Poligon Bercabang ... .. 12

Gambar 2.6 Keterangan Gambar Poligon ... 13

Gambar 2.7 Sudut, sudut, sudut ... 13

Gambar 2.8 Sudut, sudut, jarak ... 13

Gambar 2.9 Sudut, jarak, jarak ... 14

Gambar 2.10 Jarak, jarak, jarak ... 14

Gambar 2.11 Sistem Penomoran Zone TM-3 untuk Wilayah Indonesia ... 19

Gambar 2.12 Penentuan Luas dengan Metode Angka Koordinat ... 20

Gambar 2.13 Simulasi Penomoran untuk Zone TM3 48.1 ... 23

Gambar 2.14 Pembagian Lembar Peta Skala 1 : 2.500 menjadi 1 : 1000 ... 24

Gambar 3.1 Gedung Kantor Pertanahan Kabupaten Subang ... 25

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Subang ... 29

Gambar 3.3 Ruang Sub Seksi Pengukuran dan Pemetaan (P2T) ... 30

Gambar 3.4 Ruang Pengolahan Data Sub Seksi P2T ... 30

Gambar 5.1 Tahapan Permohonan Pengukuran dan Pemetaan ... 35

Gambar 5.2 Bagan Alir Pelayanan Pengukuran dan Pemetaaan Bidang tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Subang ... 37

Gambar 5.3 Bagan Alir Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah ... 39

Gambar 5.4 Metode Poligon Payung ... 44

Gambar 5.5 Pengukuran Diagonal ... 45

Gambar 5.6 Penggambaran Hasil pengukuran Pada Gambar Ukur ... 46

Gambar 5.7 Titik-titik Ukur ... 46


(5)

Gambar 5.9 Batas dan Bangunan ... 47

Gambar 5.10 Manuskrip Bidang Tanah Asnadin ... 48

Gambar 5.11 Sketsa Bidang Tanah Sancih ... 49

Gambar 5.12 Sketsa Bidang Tanah Cariah ... 50

Gambar 5.13 Sketsa Bidang Tanah Castini ... 51


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skala Gambar Ukur ... 16

Tabel 2.2 Penomoran Zone Sistem proyeksi TM-3 ... 19

Tabel 2.3 Perhitungan Luas dengan Metode Angka Koordinat ... 21

Tabel 5.1 Data Pengukuran Bidang Tanah ... 43

Tabel 5.2 Penghitungan Luas Bidang Tanah Sancih ... 50

Tabel 5.3 Penghitungan Luas Bidang Tanah Cariah ... 51

Tabel 5.4 Penghitugan Luas Bidang Tanah Castini ... 52


(7)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan manusia akan tanah menjadi semakin tidak terbatas. Jumlah manusia terus bertambah dari waktu ke waktu, sedangkan tanah sebagai alat pemuas kebutuhan manusia jumlahnya tetap. Ketidakseimbangan antara tanah dengan jumlah manusia tentu akan menimbulkan banyak permasalahan bagi manusia itu sendiri.

Berdasarkan penuturan dari Kepala Badan Pertanahan Nasional (KBPN), Joyo Winoto, “hingga kini jumlah kasus sengketa tanah di Indonesia sebanyak 7.491 kasus dengan melibatkan 3,2 juta orang dengan luas tanah yang disengketakan mencapai 660.000 hektare”.

Permasalahan tanah yang beredar di masyarakat umumnya terkait dengan kepastian akan letak, luas dan batas tanah itu sendiri. Pendaftaran tanah sebagai pelaksanaan Pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memberikan jaminan kepastian hukum tentang kepemilikan suatu tanah bagi seseorang. Kepastian hukum yang dijamin dalam UUPA pasal 19 tersebut, meliputi :

1. Kepastian mengenai letak, batas dan luas tanah. 2. Status tanah dan orang yang berhak atas tanah. 3. Pemberian surat berupa sertifikat.

Kepastian mengenai letak, batas dan luas tanah diperoleh dari hasil pengukuran dan pemetaan bidang tanah. Mengingat pentingnya proses pengukuran dan pemetaan bidang tanah dalam pelaksanaan pendaftaran tanah, serta keingintahuan penulis tentang proses pengukuran dan pemetaan tanah, maka judul laporan individual ini adalah “Prosedur Pengukuran dan Pemetaan


(8)

2

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam laporan ini adalah : “Bagaimanakah proses pengukuran dan pemetaan bidang tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Subang?” .

Secara lebih khusus rumusan masalah dapat diuraikan sebgai berikut :

1. Bagaimanakah prosedur yang harus ditempuh masyarakat untuk

mengetahui letak, luas dan batas tanah secara tepat?

2. Bagaimanakah pelayanan yang diberikan Kantor Pertanahan Kabupaten

Subang dalam memberikan kepastian letak, luas dan batas tanah tersebut?

3. Metode apakah yang digunakan dalam pengukuran dan pemetaan

bidang tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Subang?

4. Hambatan-hambatan apa yang dialami Kantor Pertanahan Kabupaten Subang dalam melakukan pengukuran dan pemetaan tanah ?

5. Upaya-upaya apa saja yang ditempuh Kantor Pertanahan Kabupaten Subang dalam menanggulangi hambatan-hambatan tersebut ?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam laporan individual ini, sebagaimana yang tercantum dalam rumusan masalah.

1.4 Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan laporan individual Program Latihan Akademik (PLA) ini, diantaranya;

1. Untuk mengetahui prosedur yang harus ditempuh oleh masyarakat yang

ingin mengetahui tentang kepastian letak, batas dan luas tanah.

2. Ingin mengetahui pelayanan yang di berikan Kantor Pertanahan Kabupaten Subang dalam memberikan kepastian letak, luas dan batas tanah tersebut.


(9)

3 3. Untuk memberikan gambaran tentang metode yang digunakan dalam pengukuran dan pemetaan bidang tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Subang.

4. Untuk mengetahui hambatan yang dialami Kantor Pertanahan

Kabupaten Subang dalam melakukan pengukuran dan pemetaan tanah.

5. Untuk mengetahui upaya-upaya apa yang ditempuh Kantor Pertanahan

Kabupaten Subang dalam menanggulangi hambatan-hambatan tersebut.

1.5 Manfaat

Manfaat yang didapat dari penulisan laporan individual Program Latihan Akademik (PLA) ini diantaranya :

1. Memberikan wawasan kepada penulis tentang prosedur yang harus ditempuh masyarakat jika ingin mengetahui letak, luas dan batas tanah secara tepat.

2. Memberikan informasi kepada penulis tentang pelayanan yang

diberikan Kantor Pertanahan Kabupaten Subang kepada masyarakat dalam memberikan kepastian letak, luas dan batas tanah.

3. Memberikan pengetahuan tentang metode yang digunakan Kantor

Petanahan Kabupaten Subang dalam pengukuran dan pemetaan bidang tanah .

4. Memberikan gambaran dan informasi mengenai hambatan yang dialami

Kantor Pertanahan Kabupaten Subang dalam melakukan pengukuran dan pemetaan tanah, dan bagaimanakah upaya yang dilakukan Kantor Pertanahan Kabupaten Subang dalam menanggulangi permasalah tersebut.


(10)

25 BAB III

DESKRIPSI TEMPAT PLA

1.1 Deskripsi Kantor Pertanahan Kabupaten Subang 1.1.1 Lokasi

Dalam program latihan akademik (PLA) penelitian dilaksanakan di Kantor Pertanahan Kabupaten subang, yang beralamat di jalan Mayjen Sutoyo S No. 44 telp (0260) 411025 Subang 41211 . Program latihan akademik (PLA) dilaksanakan pada tanggal 16 Februari 2011 sampai dengan 29 April 2011. Pada pelaksanaanya penelitian ditempatkan pada Sub seksi pengukuran dan pemetaan (P2T).

Gambar 3.1 Gedung Kantor Pertanahan Kabupaten Subang

1.1.2 Sejarah Kantor Pertanahan Kabupaten Subang

Riwayat pembentukan Kantor Pertanahan Kabupaten Subang sebelum ada undang-undang Pokok Agraria Nomor : 5 Tahun 1960 yang diundangkan pada tanggal 24 September 1960 ada 2 (dua) kantor, yaitu:

1. Kantor Sub Direktorat Agraria yang berkedudukan di Purwakarta dan bernaung di bawah Departemen Dalam Negeri.


(11)

26

2. Kantor Pengawasan Pendaftaran Tanah (KADASTER) yang

berkedudukan di Purwakarta dan bernaung di bawah Departemen Kehakiman.

Sebelumnya pelayanan pertanahan untuk wilayah subang dilayani di Purwakarta, sejak terjadi pembagian wilayah kabupaten Subang dan Purwakarta dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.4 Tahun 1968, pelayanan pertanahan di wilayah Kabupaten Subang dapat dilayani di Kabupaten Subang.

Pada tahun 1972 kedua kantor tersebut dilebur dan digabung menjadi satu berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 88 Tahun 1972. Gabungan kedua kantor tersebut dinamakan Sub Direktorat Agraria dan bernaung dibawah Departemen Dalam Negeri. Kantor Agraria Daerah menjadi seksi Hak-Hak Atas Tanah dan Seksi Pendaftaran Tanah. Pimpinan Sub Direktorat Agraria memiliki pangkat lebih tinggi dari Kantor Agraria Daerah dan Kantor Pendaftaran Tanah atau Kadaster.

Atas dasar Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor : 133 Tahun 1987 tanggal 11 Agustus 1978, Kantor Sub Direktorat Agraria Kabupaten diubah menjadi Kantor Agraria Kabupaten yang terdiri dari beberapa seksi, antara lain Seksi Pengurusan Hak-Hak Atas Tanah (PHT) ;Seksi Pendaftaran Tanah, Seksi Landreform, Seksi Tata Guna Tanah dan Sub Bagian Tata Usaha.

Pada tahun 1988 berdasarkan Keppres No. 26 Tahun 1988 Direktorat Jenderal Agraria yang dulu dibawah Departemen Dalam Negeri ditingkatkan menjadi Badan Pertanahan Nasional di tingkat pusat. Adapun Kantor Direktorat Agraria yang ada di tingkat propinsi menjadi Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Pripinsi, di tingkat Kabupaten / Kotamadya yang dulu namanya Kantor Agraria Kabupaten / Kotamadya menjadi Kantor Pertanahan Kabupaten / Kotamadya.

Badan Pertanahan Nasional ( BPN ) adalah suatu lembaga pemeritah Non Departemen yang di bentuk pada tanggal 19 juli berdasarkan Keputusan Presiden No : 26 Tahun 1988, Badan Pertanahan Nasional merupakan peningkatan dari Dirjen Agraria Departemen Dalam Negri.


(12)

27

Peningkatan status ini didasarkan pada kenyataan bahwa tanah tidak lagi sekedar masalah agrarian,yang selama ini kita kenal dengan pertanian. Tanah telah berkembang pesat menjadi masalah sektoral yang mempunyai dimensi Hankam ( Multidimensional ). Tugas yang sedemikian luas tersebut,terlalu besar untuk dilakukan oleh Badan Direktorat Jendral pada suatu Departemen,untuk itu didirikan Badan Pertanahan Nasional dengan tugas membantu Presiden dalam mengelola dan mengembangkan Administrasi Pertanahan,baik berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria maupun peraturan Perundang-undangan dan Pemilik tanah.

Bahwa kemampuan pemerintah dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional ( BPN ) untuk menyelenggarakan pelayanan pendaftaran tanah sudah mengadakan terobosan-terobosan guna membantu masyarakat yang belum mendaftarkan tanahnya melelui Proyek-Proyek Ajudikasi yang pendanaannya di bantu oleh Bank Dunia,Proyek Nasional (Prona),Proyek Redistribusi,Proyek P3HT yang pendanaannya di bantu oleh APBN dan proyek-proyek lainnya yang ditunjang oleh peralatan Pengukuran dan Administrasi pendaftaran tanahnya telah mengunakan komputerisasi. Untuk mengimbangi keinginan masyarakat yang semakin meningkat guna mendapatkan kepastian hukum dari tanah miliknya,berupa sertifikat hak atas tanah.

Selain itu,peraturan-peraturan serta prosedur kerja untuk penerbitan sertifikat sudah sesuai dengan zaman,sehingga ada kesan seolah-olah Badan Pertanahan Nasional (BPN) lambat dalam melayani masyarakat. Dilain pihak menunjukan bahwa masalah pertanahan juga semakin meningkat,ditandai dengan adanya pengaduan-pengaduan dari masyarakat ,bahkan sering kali masyarakat mengajukan gugatan ke Pengadilan dengan mendudukan BPN sebagai pihak tergugat.

Oleh karena itu pengelolaan administrasi pertanahan secara cermat dengan tetap mengacu kepada peraturanperundang-undangan Badan Pertanahan Kabupaten Nasional. Kantor Pertanahan Kabupaten Subang yang merupakan basis terdepan secara langsung memberikan pelayanan,harus menyelenggarakan fungsi


(13)

28

dan tugas secara terpadu dan senantiasa melakukan koordinasi dengan instansi terkait,agar pelayanan yang diberikan benar-benar akurat.

Kantor Pertanahan Kabupaten Subang adalah intansi vertikal dari Badan Pertanahan Nasional yang berada dibawah dengan bertanggung jawab langsung kepada kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Barat. Dalam pelaksanaan tugasnya secara teknis operasional yang di koordinasi oleh Bupati KDH TK II Subang selaku kepala wilayah,sesuai dengan keputusan kepala Badan Pertanahan Nasional No. 1 Tahun 1989.

Jangkauan permasalahan keagrariaan/pertanahan yang bersifat lintas sektoral dan multi dimensional yang semakin kompleks dan dinamis menuntut kemantapan kelembagaan pertanahan dan agrarian perlu di perkuat dan dikembangkan guna meningkatkan kriterianya. Kantor Pertanahan Kabupaten Subang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Badan Pertanahan Nasional dilingkungan kerja secara cepat,tepat dan koefisien sebagaimana dikehendaki dalam peraturan kepala BPN Nomor 1 Tahun 1989 tanggal 31 Januari.


(14)

1.1.3 Struktur Org

Gambar 3.2 Stru

3.2 Sub. Seksi Pen

Sub seksi pe Pertanahan Kabupate PLA. Salah satu tuga melakukan kegiatan Subang (pengukuran d

rganisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Su

truktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupate

engukuran dan Pemetaan (P2T)

pengukuran dan pemetaan merupakan bid aten Subang yang menjadi tempat berlangsun gas pokok sub seksi pengukuran dan pemetaa n pengukuran dan pemetaan tanah di wila n dan pemetaan bidang tanah).

29 Subang

aten Subang

bidang di kantor sungnya kegiatan taan (P2T) adalah ilayah Kabupaten


(15)

30

Berikut adalah ruang Sub. Seksi Pengukuran dan Pemetaan (P2T) :

Gambar 3.3 Ruang Sub Seksi Pengukuran dan Pemetaan (P2T)

Gambar 3.4 Ruang Pengolahan Data Sub Seksi P2T

1) Tenaga Kerja

a. Petugas Ukur ( Surveyor Pemetaan) berjumlah 20 orang. b. Petugas Administrasi berjumlah 3 orang.

2) Alat Ukur

a. Theodolite (To, T2, Theodolite Digital); b. Total Station;

c. Meteran baja 30 dan 50 meter; d. Meteran fiberglas 100 meter;

e. Electronic Distance Measurement (EDM); e. GPS Handheld;


(16)

31

g. Kompas;

f. GNSS (Global Navigation Satellite System) CORS (Continuously

operating reference stations).

GNSS CORS merupakan alat ukur luas tanah jenis terbaru yang digunakan oleh Kantor Pertanahan kabupaten Subang. Alat ini memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi dan juga lebih produktif sehingga proses pengukuran bisa berjalan cepat dan akurat. GNSS CORS bekerja dengan sistem tekonologi GNSS yang menggunakan satelit. Sama halnya seperti

handphone, alat ini juga memakai chip kartu GSM. Karena itu, pemakaiannya

harus mendapatkan sinyal GSM yang kuat.

Pada awalnya, penentuan posisi relatif dengan GNSS hanya bisa dilakukan dengan pengamatan yang lama dengan post processing. Dalam perkembangannya, penentuan posisi secara real time telah banyak menggantikan aplikasi relatif. Pada umumnya penentuan posisi secara real

time ini hanya menggunakan satu base station yang umum disebut sebagai GNSS Real Time Kinematic (single base RTK). Seiring dengan perkembangan

teknologi komunikasi, beberapa referensi stasion GPS yang pada awalnya digunakan untuk kegiatan geodinamik telah digunakan sebagai alternatif infrastruktur untuk pengamatan secara real time yang lazim disebut CORS dengan aplikasi Network RTK.

Pada prinsipnya network RTK ini sangat mirip dengan single base RTK. Bedanya adalah dalam network RTK ini koreksi terhadap rover receiver adalah sebuah koreksi jaringan dengan ketelitian yang lebih bagus. Selain itu,

network RTK ini mempunyai kehandalan dalam memperpanjang jarak antara base dan rover.

Single base RTK mempunyai panjang jarak antara base dan rover lebih

kecil atau sama dengan 10 km dan bergantung kepada kekuatan sinyal radio pembawa koreksi. Sedangkan untuk network RTK, jaraknya bisa di perpanjang sampai 30-50 km. Bahkan di daerah lintang rendah dan lintang tinggi dari equator, cakupannya bisa mencapai 100 km.


(17)

32 3) Alat Pengolahan Data dan Penggambaran

a. 9 unit komputer , 8 unit untuk penggambaran dan pengolahan data, 1 unit untuk administrasi.

b. 3 buah printer . c. 1 buah scanner.

4) Program (software) Penunjang :

a. AutoCAD Land Development ; merupakan software yang digunakan untuk

pembuatan peta bidang tanah secara digital. b. P5T;

c. Aplikasi KKP (Komputerisasi Kantor Pertanahan);

Aplikasi KKP adalah sistem aplikasi yang akan memberikan standarisasi pelayanan, data yang terintegrasi dan manajemen dokumen serta arsip.

1) Latar belakang penggunaan Aplikasi KKP :

Standarisasi Pelayanan.

Perlunya suatu Manajemen Dokumen pada Kantor Pertanahan. Digitalisasi data Buku Tanah, Surat Ukur, Gambar Ukur, Gambar Denah dan Peta.

Perlu adanya suatu database kantor pertanahan sebagai wujud dari pengamanan data.

2) Tujuan penggunaan aplikasi KKP :

Untuk pemeliharaan data (maintenance) pertanahan baik data tekstual seperti Buku Tanah, Surat Ukur, Gambar Denah, Gambar Ukur maupun data spatial seperti Surat Ukur, Gambar Denah, Gambar Ukur dan Peta.

Monitoring Pelayanan.


(18)

35

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Prosedur Permohonan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah

Hasil pengukuran dan pemetaan bidang tanah adalah peta bidang tanah, yang di dalamnya memuat tentang batas, luas dan letak bidang tanah tersebut. Pengukuran dan pemetaan bidang tanah dilaksanakan di Kantor Pertanahan Kota/Kabupaten. Untuk memperoleh letak, batas dan luas bidang tanah secara pasti dan dilegalkan oleh Negara, maka masyarakat perlu melakukan permohonan pengukuran ke Kantor Pertanahan Kota/Kabupaten setempat.

Dalam kegiatan Program Latihan Akademik (PLA) ini Kantor Pertanahan Kabupaten Subang menjadi tempat penelitian PLA (tempat PLA).

Berikut adalah prosedur permohonan pengukuran dan pemetaan bidang tanah yang berlaku di Kantor Pertanahan Kabupaten Subang :

1. Tahapan Permohonan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah

Tahapan permohonan pengukuran dan pemetaan bidang tanah dapat dilihat pada bagan alir di bawah ini :

Gambar 5.1 Tahapan Permohonan Pengukuran dan Pemetaan Keterangan gambar 5.1 :

1. Pemohon melakukan pendaftaran permohonan pengukuran di loket

pendaftaran dengan mengisi seluruh berkas (form 13) dan melengkapi semua persyaratan permohonan pengukuran.

Loket Pendaftaran

Loket Pembayaran P e m o h o n

Berkas & persyaratan

Tanda terima berkas Surat perintah


(19)

36 2. Setelah berkas dan persyaratan diserahkan ke loket pendaftaran, pemohon diberikan surat perintah stor (sesuai dengan PP No. 13 tahun 2010).

3. Kemudian pemohon membayar biaya permohonan pengukuran ke

loket pembayaran, dari loket pembayaran pemohon diberikan tanda terima berkas yang nantinya akan ditukar dengan peta bidang tanah.

2. Persyaratan Permohonan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah

1. Mengisi formulir permohonan pengukuran (Form 13).

2. Foto copy KTP Pemohon, alamat / telepon yang mudah dihubungi.

3. Surat Pernyataan Pemasangan Tanda Batas.

4. Membayar Biaya Ukur sesuai PP 13/ 2010.

5. Foto copy Sertifikat untuk Pemisahan, Penggabungan dan Pengembailan

Batas.

6. Site Plan yang disahkan, foto copy ijin lokasi dan foto copy akta pendirian untuk Badan Hukum.

7. Untuk yang belum sertifikat : foto copy Girik, Segel, Akta dan lain-lain serta melampirkan Surat Pernyataan Penguasaan Fisik.

8. Untuk Badan Hukum memasang Tugu Titik Dasar Teknik Nasional

(disesuaikan dengan letak dan luas).


(20)

37

5.2 Pelayanan Kantor Pertanahan Subang dalam Menanggapi Permohon Pengukuran Bidang Tanah

Bagan alir pelayanan pengukuran dan pemetaan bidang tanah :

Gambar 5.2 Bagan Alir Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Kantor Pertanahan Kab. Subang

Pemohon

L e n g k a p

Petugas Ukur :

- Menyiapkan Peta Referensi dan Koordinat TDT;

- Menyiapkan GU dan DI 201 Halaman 1 (untuk pengakuan hak;

- Menyiapkan GU lama untuk pemisahan,penggabungan, dan pengembalian batas.

Pelaksanaan Pengukuran :

- Penunjukan batas oleh pemohon atau yang dikuasakan; - Persetujuan tetangga batas di GU.

Pengolahan Data :

- Perhitungan dan penggambaran hasil ukur;

- Ploting pada peta pendaftaran(hard copy dan digital); - Pemeriksaan GU oleh koordinator pengukuran;

- Pemeriksaan SU dan ploting oleh koordinator pemetaan; - Pembukuan dan penomoran (daftar tanah/NIB).

Penerbitan Produk Akhir : - Surat Ukur Seksi HAT

- Peta Bidang Tanah Subsi II/P2T - Peta Pendaftaran Arsip Loket Pelayanan :

- Menerima berkas permohonan dan pernyataan;

- Konfirmasi Waktu pengukuran, mencatat alamat/telepon yang mudah dihubungi;

- Menerima pembayaran (bendaharawan khusus) DI 305; - Menerima berkas awal.

Kasubsi Pengukuran dan Pemetaan (P2T) :

- Kendali petugas ukur dan tunggakan; - Membuat surat tugas;


(21)

38

1. Tahapan Pelayanan Permohonan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah

a. Loket Pelayanan : loket 1 dan 2, yaitu loket yang melayani pendaftaran hak, BN, Hak Tanggungan dan Roya. Loket 3 adalah loket yang melayani pembayaran. Loket 4 loket yang melayani penyerahan produk. b. Pemohon diberikan tanda teima berkas dan surat perintah stor.

c. Berkas permohonan diperiksa dan kemudian diserahkan ke sub seksi pengukuran dan pemetaan (P2T), untuk kemudian dilakukan pengukuran.

2. Waktu dan Biaya Pengukuran

a. Waktu :

Waktu yang diperlukan untuk melakukan pengukuran dan pemetaan bidang tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Subang adalah selama 15 hari, yaitu sebagai berikut :

1) Persiapan sampai dengan pelaksanaan pengukuran dari jadwal yang disepakati oleh pemohon selama 7 hari.

2) Pengolahan data (Perhitungan, Pemeriksaan GU dan SU, Ploting, Pencetakan Produk) selama 7 hari.

3) Penandatanganan (SU, Peta Bidang) selama 1 hari. b. Biaya :

Biaya yang dibutuhkan dalam pengukuran dan pemetaan bidang tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Subang sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor13 tahun 2010 tentang jenis dan tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak. Berikut adalahBiaya Pengukuran di Kantor Pertanahan Kabupaten Subang:

a. Darat (rumah, bidang tanah) :

- Bidang yang di ukur : (Luas x 160) + 100.000

- Panitia : (Luas x 40) + 350.000

b. Sawah / pertanian :

- Bidang yang di ukur : (Luas x 80) + 100.000


(22)

5.3 Pengukuran d Kabupaten Sub

Berikut adalah tanah di Kantor Pertan

Gambar

5.3.1 Pengukuran 5.3.1.1 Persiapan Pe

Dalam kegiata diperlukan atau dipers 1. Alat Ukur

a. Theodo

b. Metera

c. Metera

d. Unting

2. Formulir D

a. Formul b. Formul c. Formul d. Formul penetap e. Formul tanah.

dan Pemetaan Bidang Tanah di Kanto ubang

lah bagan alir kegiatan pengukuran dan pem tanahan Kabupaten Subang :

bar 5.3 Bagan Alir Pengukuran dan Pemetaan B

Pengukuran

atan PLA di Kantor Pertanahan Kabupaten Su ersiapkan dalam kegiatan pengukuran diantaran ur :

odolite Digital (beserta statif dan rambu ukur); eran baja 30 dan 50 meter;

eran fiberglass 100 meter; ing-unting dan jalon .

r Data :

ulir Daftar Isian 103; adalah data ukuran polig ulir Daftar Isian 104; adalah hitungan koordina ulir Daftar Isian 107A; adalah daftar isian gam ulir Daftar Isian 201; risalah penelitian da tapan batas.

ulir Daftar Isian 201c; daftar data yuridis dan d pengukuran Perhitungan Luas Penggambaran Plotting Penerbitan Produk 39

ntor Pertanahan

pemetaan bidang

Bidang Tanah

Subang, alat yang ranya :

ligon/detail. inat (poligon). ambar ukur.

data yuridis dan


(23)

40 3. Alat Penunjang :

a. Kompas;

b. GPS Handheld;

c. Patok Kayu;

d. Paku Payung;

e. Palu; f. Alat tulis;

g. Penggaris segitiga dan penggaris baja; h. Kalkulator Scientiest.

4. Persiapan Peta Lokasi

Persiapan peta lokasi berfungsi untuk mempermudah petugas ukur dalam mengidentifikasi daerah yang akan diukur. Peta lokasi yang biasa disiapkan adalah peta PBB.

5. Checking alat ukur

Checking alat ukur perlu dilakukan sebelum pengukuran, hal ini

dilaukan untuk mengantisipasi masalah yang mungkin akan menghambat proses pengukuran. Seperti, check baterai jika menggunakan GPS Handheld atau theodolite digital.

5.3.1.2 Pelaksanaan Pengukuran

1. Survey Lapangan / Orientasi Lapangan

Orientasi lapangan atau pengenalan medan (lapangan) merupakan kegiatan pertama kali yang harus dilakukan dalam pekerjaan pengukuran dan pemetaan bidang tanah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi lapangan yang sebenarnya, mengenai letak tanda batas bidang, jumlah bidang tanah menurut peta PBB, kondisi bidang tanah dan untuk mengetahui objek sekitarnya, seperti jalan, sungai, bangunan dan sebagainnya.

2. Pemasangan Tanda Batas

Tanda-tanda batas dipasang pada setiap sudut batas tanah dan, apabila dianggap perlu juga pada titik-titik tertentu sepanjang garis batas bidang


(24)

41 tanah tersebut. Untuk sudut-sudut batas yang sudah jelas letaknya karena ditandai oleh benda-benda yang terpasang secara tetap seperti pagar beton, pagar tembok atau tugu patok penguat pagar kawat, tidak harus dipasang tanda batas. Bahan, bentuk, ukuran serta kontruksi tanda-tanda batas sesuai pasal 22.

3. Pembuatan Sketsa Bidang-bidang Tanah

Sketsa adalah gambar kasar mengenai bidang tanah yang diperlukan untuk identifikasi subyek dan obyek yang berkaitan dengan subyek dan obyek sekitarnya.

a. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sketsa bidang tanah : 1) Garis batas bidang harus tegas.

2) Terorientasi ke arah utara. 3) Bentuk proporsional.

4) Jumlah segi sesuai dengan keadaan di lapangan. 5) Dapat dengan mudah diidentifikasi di lapangan.

6) Tercantum nama detail alam atau buatan manusia yang menonjol. b. Alat dan bahan yang diperlukan :

1) Peta atau gambar yang sudah ada, misalnya peta blok PBB, peta persil dan lain-lain.

2) Daftar pemilik atau wajib pajak dengan catatan bahwa pembayaran pajak bukan atau belum tentu sebagai pemilik.

3) Gambar Ukur.

4) Kompas.

5) Alat tulis dan penggaris. c. Teknik Pembuatan :

1) Survei daerah yang akan di sketsa, pastikan batas wilayah bidang tanah dengan tetangga batas.

2) Identifikasi detail yang menonjol contoh perempatan jalan, tugu, bangunan penting, kuburan dan sebagainya.

3) Skala pendekatan yang digunakan 1 : 1000.


(25)

42

4. Pengisian Data Yuridis

Sebelum dilakukan pengukuran maka terlebih dahulu dilakukan pengisian data yuridis yaitu berupa DI 201. Adapun pengisian data yuridis diantaranya:

a. Pengisian Ruang Judul Daftar Isian (DI) 201

b. Ruang I : Identifikasi Bidang Tanah dan Yang Berkepentingan

c. Ruang II : Data Tentang Pemilikan dan Penguasaan Hak Atas Tanah

Pemilikan/ Penguasaan Tanah

d. Ruang III : Kesimpulan Satgas Yuridis/Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah/ Panitia “A” *).

e. Ruang IV : Sanggahan/ Keberatan (dikosongkan).

f. Ruang V : Kesimpulan akhir Panitia Ajudikasi/KepalaKantotr

Pertanahan (dikosongkan).

g. Ruang VI : Keputusan Ketua Panitia Ajudikasi /Kepala Kantor

Pertananahan (dikosongkan).

5. Pengukuran Bidang Tanah

Dalam kegiatan PLA ini, pengukuran yang penulis ikuti adalah pengukuran bidang tanah secara sporadik secara terestris, dengan menggunakan metode poligon dan pengukuran diagonal.

Pengukuran yang penulis ikuti adalah sebanyak 6 (enam) kali pengukuran dengan menghasilkan 6 (enam) bidang tanah. Adapun alat ukur yang digunkan adalah 2 (dua) kali menggunakan teodolit digital, dan 4 (empat) kali dengan menggunakan pita ukur (meteran).


(26)

43 Tabel 5.1 Data Pengukuran Bidang Tanah :

No Tgl

Pengukuran Pemohon Lokasi

Penggunaan

Tanah Alat Ukur 1 08-03-2011 Pemdes

Jalupang

Desa Jalupang Kec. Cipeundeuy Kab. Subang

Tanah Kosong Theodolit Digital 2 04-04-2011 Hendrik H Desa Sawangan

Kec. Cipeundeuy-Subang

Tanah Kosong Theodolit Digital 3 11-04-2011 Sancih Kp. Handiwung

Desa Gembor Kec. Pagaden Kab. Subang

Tanah Kosong Meteran

4 19-04-2011 Asnadin R Kp. Pusakanagara Desa Kebon Danas Kab. Subang

Tanah Kosong Meteran

5 21-04-2011 Cariah Blok Rawabadak Kec. Karang Anyar Kab. Subang

Tanah Kosong Meteran

6 25-04-2011 Castini Blok Uplek Desa : Gempol Kec. Pusakanagara Kab. Subang

Kebun Meteran

a. Poligon Terbuka Tidak Terikat (Bebas)

Pengukuran dengan menggunakan alat ukur theodolit digital yang penulis ikuti, umumnya menggunakan metode poligon terbuka tidak terikat (bebas).

Kantor Pertanahan Kabupaten Subang menyebutnya dengan polygon payung, karena bentuknya yang menyerupai payung.


(27)

44 Pada pelaksanaanya alat ukur di setting di suatu tempat yang memiliki jarak pandang yang luas, artinya alat bisa menjangkau atau membidik titik (target) yang akan kita ukur dari satu titik, biasanya alat ukur disimpan di tengah-tengah bidang yang akan kita ukur. Namun jika penggunan satu titik tersebut tidak dapat menjangkau titik yang lainnya, maka diperlukan titik bantu agar keakurasian data ukuran tetap terjaga.

Umumnya penggunaan metode ini digunakan pada bidang-bidang tanah yang memiliki bentuk yang sederhana misalnya persegi, dan memiliki jarak pandang yang luas, seperti pada pengukuran lapangan atau pesawahan.

Pengukuran di Desa Jalupang dan Desa Sawangan adalah pengukuran bidang tanah dengan mengunakan metode poligon terbuka bebas, karena bidang tanah yang diukur adalah lapangan dan padang ilalang dengan bentuk dan jarak pandang yang memungkinkan menggunakan metode ini.

Penggunaan GPS Handheld dalam pengukuran dengan metode ini berfungsi sebagai titik referensi untuk mengetahui koordinat lokasi pengukuran, hal ini untuk memudahkan mengidentifikasi letak bidang tanah pada proses plotting. Hasil ukuran dicatat dalam DI 103 formulir ukuran lapangan.

Gambar pengukuran dengan menggunakan metode polygon payung:


(28)

45 Keterangan Gambar 4.4 :

Tempat berdiri alat a-p Titik-titik poligon

b. Pengukuran Diagonal

Pita ukur atau meteran merupakan alat ukur yang umum digunakan Kantor Pertanahan Subang dalam melakukan pengukuran bidang tanah, karena pengukuran bidang tanah yang dilakukan merupakan pengukuran persil (detil) dengan luasan yang relatif kecil.

Pada pengukuran ini selalu diukur titik kontrol, yaitu titik diagonal yang digunakan untuk mengontrol bentuk bidang tanah, yang fungsinya agar hasil pengukuran bisa digambarkan dan dapat digunakan untuk menghitung luas .

Berikut adalah gambar pengukuran diagonal :

Gambar 5.5 Pengukuran Diagonal Keterangan Gambar 5.5:

ABCD : Bidang Tanah

E : Titik Kontrol (diagonal bidang tanah yang diukur)

6. Pembuatan Gambar ukur

Gambar ukur dibuat bersamaan dengan pengukuran bidang-bidang tanah, dengan menggunakan daftar isian (DI) 107 A yaitu pengukuran bidang tanah secara sporaik. Gambar ukur merupakan produk dari pengukuran bidang tanah.

D

A B

C E


(29)

46 Berikut ini adalah contoh pencatatan hasil pengukuran yang dituangkan dalam GU halaman ke-2 :

Gambar 5.6 Penggambaran Hasil Pengukuran pada Gambar Ukur

Berikut adalah beberapa contoh simbol (legenda) kartografi yang umum digunakan dalam penggambaran bidang tanah dalam GU halaman 2 (dua) :

a. Ketentuan Penggambaran Titik-titik Ukur :

Sumber :Soetomo Wongsotjitro (1994 :75) Gambar 5.7 Titik-titik Ukur

Titik ukur dalam garis polygon atau garis ukur dari besi atau beton

Titik polygon dari batu atau beton


(30)

47

b. Ketentuan Penulisan Angka-angka Ukur :

Sumber :Soetomo Wongsotjitro (1994 :77) Gambar 5.8 Angka-angka Ukur

c. Ketentuan Penggambaran Bangunan :

Sumber :Soetomo Wongsotjitro (1994 :79,81) Gambar 5.9 Batas dan Bangunan

p.i

g.i

Rumah sudah berpondasi, dinding belum tembok

p.b

p.f p.k.

p.b = pagar bambu p.i = pagar hidup p.f = pagar papag p.k = pagar kawat

g.i = galeggag atau pematagg

Tembok sejajar tanah (pondasi) Tembok tinggi

[B]

[G]

Rumah permanen (gedung). Atap beton.

Rumah permanen. Atap Genteng . Batas pekarangan tidak

berpagar

76,1 1 13,21 20,19 20,19

Angka akhir dari suatu pengukuran Angka jarak dari suatu titik utama Angka jarak dari garis kontrol

Angka ukur biasanya ditulis dengan pensil, kemudian di kantor/di rumah harus di tinta hitam di atas angka yang di tulis memakai pensil. Angka ukur yang diukur dua kali, harus di ukur dua kali pula.


(31)

48 Manuskrip/ kartiran/penggambaran halus bidang tanah :

Gambar 5.10 Manuskrip Bidang Tanah Asnadin

5.3.2 Penghitungan Luas Bidang Tanah

Penghitungan luas yang digunakan dalam kegiatan pengukuran yang penulis ikuti, diantaranya :

a. Penghitungan Luas dengan menggunakan Software AutoCAD

Metode ini digunakan untuk menghitung luas bidang tanah pada pengukuran ke-1 dan ke-2, yaitu pengukuran dengan metode polygon terbuka bebas. Dalam kegiatan ini penulis mengunakan software


(32)

49 setelah penggambaran bidang tanah selesai. Jadi untuk menghitung luas dengan menggunakan metode ini terlebih dahulu kita harus menggambar bidang tanah yang akan dihitung luasnya, selanjutnya luas bidang tanah dapat diketahui secara langsung .

Hasil penghitungan luas dengan mengunakan metode ini adalah : Pengukuran ke-1 : 2039.06 m2

Pengukuran ke-2 : 8084.07 m2

b. Metode Angka Ukur

Metode ini digunkan untuk menentukan luas bidang tanah yang diukur dengan menggunakan pita ukur (meteran), diantaranya pada pengukuran ke-3 s.d pengukuran ke- 6. Adapun penghitungan luas bidang tanahnya sebagai berikut :

Rumus yang digunakan :

L= − − −

Dimana : S =

Gambar 5.11 Sketsa Bidang Tanah Sancih

L1

L5

12.80 L2

10.00

7.30 5

L3

L4

L6

L7

L8 5

1,7 5,94 2

8.10

12.80 10.30

8.60 9.30

9.60 12.80

15.80

10.50


(33)

50 Tabel 5.2 Penghitungan Luas Bidang Tanah Sancih

Gambar 5.12 Sketsa Bidang Tanah Cariah

Nama Pemilik Data ukuran (m) S Luas (m) L Total (m)

SANCIH

L1

5.00

6.32 3.83

272.67 1.70

5.94

L2

5.94

6.47 4.75

2.00 5.00

L3

8.10

15.60 41.67

10.30 12.80

L4

12.80

15.35 39.98

8.60 9.30

L5

9.60

16.35 48.69

10.30 12.80

L6

12.80

19.30 63.90

10.00 15.80

L7

7.30

15.05 36.40

10.00 12.80

L8

12.80

14.85 33.45

10.50 6.40 L7 L5 L4 12.90 L6 14.55 L1 L2 9.60 10.96

5.30 6.35

12.50

8.60

L3 8.00 9.60

9.60 8.60

8.60

6.50 6.50

6.60 L8


(34)

51 Tabel 5.3 Penghitungan Luas Bidang Tanah Cariah

Gambar 5.13 Sketsa Bidang Tanah Castini

Nama Pemilik Data Ukuran (m) S Luas (m) L Total (m)

CARIAH

L1

9.60

16.11 49.00

260.41 10.96

11.65

L2

12.50

16.03 46.17

10.96 8.60

L3

5.30

11.45 21.20

8.00 9.60

L4

6.35

11.48 24.24

8.60 8.00

L5

12.90

15.55 41.28

9.60 8.60

L6

8.60

10.85 21.24

6.60 6.50

L7

9.60

10.85 11.35

6.60 6.50

L8

8.60

16.38 39.68

9.60 14.55 L3 L1 20.00 9.00 26.80

L2 38.08 38.08 45.00 35.20 46.00 25.80 L4 L5 53.00 70.10 L6 45.00 45.80


(35)

52 Tabel 5.4 Penghitugan Luas Bidang Tanah Castini

Gambar 5.14 Sketsa Bidang Tanah Asnadin

Nama Pemilik Data Ukuran (m) S Luas (m) L Total (m)

CASTINI

L1

20.00

27.90 67.69

3,916.20 9.00

26.80

L2

26.80

51.48 477.64

38.08 38.08

L3

35.20

59.14 649.32

38.08 45.00

L4

46.00

54.94 491.23

38.08 25.80

L5

46.00

84.55 1,219.00

53.00 70.10

L6

45.80

80.45 1,011.33

70.10

45.00

45.00

L1

L2 37.70

10.00

38.50 11.40


(36)

53 Tabel 5.5 Penghitungan Hasil Bidang Tanah Asnadin

5.3.3 Penggambaran

Format dan ukuran kertas hasil akhir (hard copy) dari peta bidang tanah yaitu ukuran A3 pada kertas HVS 80 gram (pasal 31 ayat 3), dengan demikian untuk blanko (bingkai) peta ini dapat disediakan/ dicetak terlebih dahulu atau apabila pembuatannya secara digital dapat dibuat dengan file tersendiri.

Metode yang digunakan dalam penggambaraan atau pemetaan bidang-bidang tanah adalah metode digital, dengan menggunakan software AutoCAD

Land Developmnent.

Peta bidang tanah yang dibuat secara digital merupakan extraction (ektraksi) bidang-bidang tanah yang diambil dari :

• Manuskrip/ kartiran gambar ukur yang dikerjakan secara digital ;

• Hasil digitasi peta dasar pendaftaran digital baik peta garis atau peta foto yang telah melalui proses editing sesuai hasil penetapan batas, identifikasi dan data ukuran sisi-sisinya .

5.3.4 Plotting

Plot berarti memetakan atau menempatkan. Dari asal katanya plotting dapat diartikan sebagai proses pemetaan bidang tanah pada peta sebenarnya (Peta Dasar) untuk kemudian diberikan nomor lembar peta dan Nomor Identifikasi Bidang (NIB).

Nama Pemilik Data Ukuran (m) S Luas (m) Luas Total (m )

ASNADIN

L1

10.00

46.35 140.27

333.94 45.00

37.70

L2

38.50

47.45 193.67

45.00


(37)

54

5.3.5 Penerbitan Produk

Produk pengukuran dan pemetaan bidang tanah adalah Peta Bidang Tanah. Ketentuan peta bidang tanah (PMNA/KBPN No.13 tahun 1997 pasal 31,pasal 35:

• Dibuat untuk keperluan pengukuran.

• Dibuat pada kertas HVS 80 mg, ukuran A3.

• Ditandatangani oleh ketua Panitia Ajudikasi (pendaftaran tanah secara sistematik) atau Kepala Kantor Pertanahan/ Pejabat yang ditunjuk (pendaftaran tanah secara sporadiK).

• Dibuat gambar ukur baru dari pengukuran bidang baru jika terjadi sanggahan.

Peta bidang tanah di dalmnya memberikan informasi, diantaranya :

• Letak, luas, batas, bentuk bidang tanah

• Skala peta

• Nama dan alamat pemohon

• Nama petugas ukur

• Lembar peta dan nomor identifikasi bidang

5.4 Hambatan-hambatan dalam Proses Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Subang

Dalam rangka pengukuran dan pemetaan bidang tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Subang, masih terdapat hambatan-hambatan, baik itu dari dalam Kantor Pertanahan ataupun dari masyarakat. Hambatan-hambatan tersebut antara lain :

a. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya tertib

administrasi dalam memenuhi prosedur persyaratan pengukuran dan pemetaan bidang tanah, sehingga hal tersebut dapat menghambat proses pengukuran dan pemetaan bidang tanah.

b. Tidak tersedianya tanda batas tanah yang tegas. Pada saat pengukuran masih banyak ditemui di lapangan masyarakat tidak menyediakan tanda batas tanahnya, sehingga meghambat proses pengukuran, serta


(38)

55 masih banyak ditemui di lapangan pohon atau benda-benda yang sifatnya tidak permanen dijadikan sebagai batas tanahnya.

c. Kehadiran penunjuk batas dan tetangga batas juga sangat penting pada saat pengukuran, jika penunjuk batas atau tetangga batas tidak hadir pada saat pengukuran maka akan menghambat proses pengukuran bidang tanah.

d. Keadaan medan atau lapangan. Subang bagian utara merupakan daerah

pantai (Pantura), dengan suhu udara yang panas. Subang bagian selatan, yang berbatasan dengan Bandung, merupakan dataran tinggi, dengan kondisi alam yang berbukit-bukit, dan umumnya masih banyak perkebunan atau hutan yang akses jalannya sulit ditempuh. Sedangkan Kantor Pertanahan Kabupaten Subang berada di tengah-tengahnya, kendala yang dihadapi adalah jika lokasi pengukuran berada di wilayah Subang bagian Utara. Suhu udara yang panas menjadi salah satu faktor penghambat kegiatan pengukuran. Sebaliknya jika pengukuran di wilayah selatan yang umumnya adalah daerah pegunungan dengan bukit-bukit dan wilayahnya sulit diakses kendaraan, tentu hal tersebut juga menjadi faktor penghambat kegiatan pengukuran.

e. Faktor intern dari dalam Kantor Pertanahan itu sendiri, seperti

kurangnya kedisiplinan pegawai dalam bekerja, misalnya

keterlambatan untuk datang ke kantor sehingga menghambat proses pengukuran dan pemetaan. Selain itu petugas ukur juga sering mendahulukan permohonan pengukuran dari pemohon yang mereka kenal.

f. Terbatasnya kemampuan dan jumlah surveyor (petugas ukur) dan tenaga ahli pemetaan.

g. Terbatasnya space dan jumlah komputer, sehingga pada proses pengolahan data hasil pengukuran biasanya memerlukan waktu yang lama.


(39)

56

5.5 Upaya Kantor Pertanahan Kabupaten Subang dalam Menanggulangi Hambatan-hambatan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah

Adapun upaya yang ditempuh Kantor Pertanahan Kabupaten Subang dalam menanggulangi permasalahan di atas diantaranya :

1. Memberikan pengarahan kepada masyarakat akan pentingnya tertib admnistrasi dalam mengajukan permohonan pengukuran dan pemetaan bidang tanah.

2. Memberikan penjelasan dan pengarahan kepada masyarakat untuk

menyediakan dan mempersiapkan tanda batas untuk bidang tanahnya sebelum dilakukan pengukuran.

3. Sebelum melakukan pengukuran, petugas ukur setidaknya harus

membekali dirinya dengan peta lokasi untuk orientasi lapangan, apabila menemukan permasalahan mengenai batas atau letak yang tidak jelas, hal tersebut bisa diatasi dan tidak menghambat proses pengukuran.

4. Memberikan pengarahan kepada masyarakat tentang pentingnya

kehadiran tetangga batas yang bersangkutan atau perwakilannya pada saat pengukuran.

5. Memfasilitasi petugas ukur, agar kegiatan pengukuran untuk daerah-daerah tertentu yang sulit dijangkau tetap terlaksana dan selesai pada waktunya.

6. Meberikan penyuluhan kepada pegawai Kantor Pertanahan untuk

meningkatkan kedisiplinan dalam bekerja, karena hal tersebut akan berdampak kepada kepercayaan masyarakat terhadap Kantor Pertanahan Kabupaten Subang.

7. Mengikutsertakan petugas ukur (surveyor ) untuk mengikuti pelatihan atau seminar-seminar yang berhubungan dengan bidang keprofesian.


(40)

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Purwaamijaya, Iskandar Muda (2008). Teknik Survey dan Pemetaan. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Purworahardjo, Umaryano U. (1986). Ilmu Ukur Tanah Seri A Pengukuran

Horizontal. Bandung Jurusan Teknik Geodesi FTSP-Institut Teknologi

Bandung.

Nana Suwenda (2007). Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah di Desa

Sidomulyo Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul D.I Yogyalarta.

Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional.

Wongosotjiro, Sutomo (1994). Ilmu Ukur Tanah. Yogakarta : Kanisius.

(1997). Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN no. 3 tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan no. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Ilmu Ukur Tanah.

(2010). PP no. 13 tahun 2010.

PP No.24/1997 dan PMNA / KBPN No.3/1997

(2006) SK Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No.4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan

Tugas Pokok, Fungsi, Struktur Organisasi & Tata Kerja Kantor

Pertanahan Subang.

http://ass.surveyorkadastral.com/2011/03/pengukuran-dan-pemetaan.html http://bosstambang.com/Survey/pengukuran-dan-pemetaan-kadastral.html http://eleveners.wordpress.com/2010/05/06/

http://geodet-indonesia.blogspot.com/2007/02/geodesi-pengukuran-dan-pemetaan-untuk.html


(41)

xiv

http://id.shvoong.com/law-and-politics/law/2146643-metode-pengukuran-kadastral/

http://www.bpn.go.id/

http://www.google.com/search?oe=UTF8&gfns=1&q=bidang+elipsoidal&um=&i e=UTF8&tbm=isch&source=og&sa=N&hl=en&tab=wi&biw=1280&bih= 610

http://www.google.com/url?sa=t&source=web&cd=8&ved=0CEsQFjAH&url=htt p%3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FFPTK%2FJUR._PEND.TEK NIK_SIPIL%2F196410181991011-


(1)

53

Tabel 5.5 Penghitungan Hasil Bidang Tanah Asnadin

5.3.3 Penggambaran

Format dan ukuran kertas hasil akhir (hard copy) dari peta bidang tanah yaitu ukuran A3 pada kertas HVS 80 gram (pasal 31 ayat 3), dengan demikian untuk blanko (bingkai) peta ini dapat disediakan/ dicetak terlebih dahulu atau apabila pembuatannya secara digital dapat dibuat dengan file tersendiri.

Metode yang digunakan dalam penggambaraan atau pemetaan bidang-bidang tanah adalah metode digital, dengan menggunakan software AutoCAD

Land Developmnent.

Peta bidang tanah yang dibuat secara digital merupakan extraction (ektraksi) bidang-bidang tanah yang diambil dari :

• Manuskrip/ kartiran gambar ukur yang dikerjakan secara digital ;

• Hasil digitasi peta dasar pendaftaran digital baik peta garis atau peta foto yang telah melalui proses editing sesuai hasil penetapan batas, identifikasi dan data ukuran sisi-sisinya .

5.3.4 Plotting

Plot berarti memetakan atau menempatkan. Dari asal katanya plotting dapat diartikan sebagai proses pemetaan bidang tanah pada peta sebenarnya (Peta Dasar) untuk kemudian diberikan nomor lembar peta dan Nomor Identifikasi Bidang (NIB).

Nama Pemilik Data Ukuran (m) S Luas (m) Luas Total (m )

ASNADIN

L1

10.00

46.35 140.27

333.94 45.00

37.70

L2

38.50

47.45 193.67 45.00


(2)

54

5.3.5 Penerbitan Produk

Produk pengukuran dan pemetaan bidang tanah adalah Peta Bidang Tanah. Ketentuan peta bidang tanah (PMNA/KBPN No.13 tahun 1997 pasal 31,pasal 35:

• Dibuat untuk keperluan pengukuran.

• Dibuat pada kertas HVS 80 mg, ukuran A3.

• Ditandatangani oleh ketua Panitia Ajudikasi (pendaftaran tanah secara sistematik) atau Kepala Kantor Pertanahan/ Pejabat yang ditunjuk (pendaftaran tanah secara sporadiK).

• Dibuat gambar ukur baru dari pengukuran bidang baru jika terjadi sanggahan.

Peta bidang tanah di dalmnya memberikan informasi, diantaranya :

• Letak, luas, batas, bentuk bidang tanah

• Skala peta

• Nama dan alamat pemohon

• Nama petugas ukur

• Lembar peta dan nomor identifikasi bidang

5.4 Hambatan-hambatan dalam Proses Pengukuran dan Pemetaan Bidang

Tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Subang

Dalam rangka pengukuran dan pemetaan bidang tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Subang, masih terdapat hambatan-hambatan, baik itu dari dalam Kantor Pertanahan ataupun dari masyarakat. Hambatan-hambatan tersebut antara lain :

a. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya tertib

administrasi dalam memenuhi prosedur persyaratan pengukuran dan pemetaan bidang tanah, sehingga hal tersebut dapat menghambat proses pengukuran dan pemetaan bidang tanah.

b. Tidak tersedianya tanda batas tanah yang tegas. Pada saat pengukuran masih banyak ditemui di lapangan masyarakat tidak menyediakan tanda batas tanahnya, sehingga meghambat proses pengukuran, serta


(3)

55

masih banyak ditemui di lapangan pohon atau benda-benda yang sifatnya tidak permanen dijadikan sebagai batas tanahnya.

c. Kehadiran penunjuk batas dan tetangga batas juga sangat penting pada saat pengukuran, jika penunjuk batas atau tetangga batas tidak hadir pada saat pengukuran maka akan menghambat proses pengukuran bidang tanah.

d. Keadaan medan atau lapangan. Subang bagian utara merupakan daerah pantai (Pantura), dengan suhu udara yang panas. Subang bagian selatan, yang berbatasan dengan Bandung, merupakan dataran tinggi, dengan kondisi alam yang berbukit-bukit, dan umumnya masih banyak perkebunan atau hutan yang akses jalannya sulit ditempuh. Sedangkan Kantor Pertanahan Kabupaten Subang berada di tengah-tengahnya, kendala yang dihadapi adalah jika lokasi pengukuran berada di wilayah Subang bagian Utara. Suhu udara yang panas menjadi salah satu faktor penghambat kegiatan pengukuran. Sebaliknya jika pengukuran di wilayah selatan yang umumnya adalah daerah pegunungan dengan bukit-bukit dan wilayahnya sulit diakses kendaraan, tentu hal tersebut juga menjadi faktor penghambat kegiatan pengukuran.

e. Faktor intern dari dalam Kantor Pertanahan itu sendiri, seperti

kurangnya kedisiplinan pegawai dalam bekerja, misalnya

keterlambatan untuk datang ke kantor sehingga menghambat proses pengukuran dan pemetaan. Selain itu petugas ukur juga sering mendahulukan permohonan pengukuran dari pemohon yang mereka kenal.

f. Terbatasnya kemampuan dan jumlah surveyor (petugas ukur) dan tenaga ahli pemetaan.

g. Terbatasnya space dan jumlah komputer, sehingga pada proses pengolahan data hasil pengukuran biasanya memerlukan waktu yang lama.


(4)

56

5.5 Upaya Kantor Pertanahan Kabupaten Subang dalam Menanggulangi

Hambatan-hambatan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah

Adapun upaya yang ditempuh Kantor Pertanahan Kabupaten Subang dalam menanggulangi permasalahan di atas diantaranya :

1. Memberikan pengarahan kepada masyarakat akan pentingnya tertib admnistrasi dalam mengajukan permohonan pengukuran dan pemetaan bidang tanah.

2. Memberikan penjelasan dan pengarahan kepada masyarakat untuk menyediakan dan mempersiapkan tanda batas untuk bidang tanahnya sebelum dilakukan pengukuran.

3. Sebelum melakukan pengukuran, petugas ukur setidaknya harus membekali dirinya dengan peta lokasi untuk orientasi lapangan, apabila menemukan permasalahan mengenai batas atau letak yang tidak jelas, hal tersebut bisa diatasi dan tidak menghambat proses pengukuran.

4. Memberikan pengarahan kepada masyarakat tentang pentingnya kehadiran tetangga batas yang bersangkutan atau perwakilannya pada saat pengukuran.

5. Memfasilitasi petugas ukur, agar kegiatan pengukuran untuk daerah-daerah tertentu yang sulit dijangkau tetap terlaksana dan selesai pada waktunya.

6. Meberikan penyuluhan kepada pegawai Kantor Pertanahan untuk meningkatkan kedisiplinan dalam bekerja, karena hal tersebut akan berdampak kepada kepercayaan masyarakat terhadap Kantor Pertanahan Kabupaten Subang.

7. Mengikutsertakan petugas ukur (surveyor ) untuk mengikuti pelatihan atau seminar-seminar yang berhubungan dengan bidang keprofesian. 8. Menambah space dan jumlah komputer.


(5)

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Purwaamijaya, Iskandar Muda (2008). Teknik Survey dan Pemetaan. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Purworahardjo, Umaryano U. (1986). Ilmu Ukur Tanah Seri A Pengukuran

Horizontal. Bandung Jurusan Teknik Geodesi FTSP-Institut Teknologi

Bandung.

Nana Suwenda (2007). Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah di Desa

Sidomulyo Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul D.I Yogyalarta.

Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional.

Wongosotjiro, Sutomo (1994). Ilmu Ukur Tanah. Yogakarta : Kanisius.

(1997). Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN no. 3 tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan no. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Ilmu Ukur Tanah.

(2010). PP no. 13 tahun 2010.

PP No.24/1997 dan PMNA / KBPN No.3/1997

(2006) SK Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No.4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan

Tugas Pokok, Fungsi, Struktur Organisasi & Tata Kerja Kantor

Pertanahan Subang.

http://ass.surveyorkadastral.com/2011/03/pengukuran-dan-pemetaan.html http://bosstambang.com/Survey/pengukuran-dan-pemetaan-kadastral.html http://eleveners.wordpress.com/2010/05/06/

http://geodet-indonesia.blogspot.com/2007/02/geodesi-pengukuran-dan-pemetaan-untuk.html


(6)

xiv

http://id.shvoong.com/law-and-politics/law/2146643-metode-pengukuran-kadastral/

http://www.bpn.go.id/

http://www.google.com/search?oe=UTF8&gfns=1&q=bidang+elipsoidal&um=&i e=UTF8&tbm=isch&source=og&sa=N&hl=en&tab=wi&biw=1280&bih= 610

http://www.google.com/url?sa=t&source=web&cd=8&ved=0CEsQFjAH&url=htt p%3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FFPTK%2FJUR._PEND.TEK NIK_SIPIL%2F196410181991011-