MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP SEJARAH MELALUI METODE PEMBELAJARAN SOSIODRAMA:Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Legokmenteng Kecamatan Waringinkurung KabupatenSerang Propinsi Banten.
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP SEJARAH MELALUI METODE PEMBELAJARAN SOSIODRAMA
( Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Legokmenteng Kecamatan Waringinkurung KabupatenSerang Propinsi Banten )
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menempuh Ujian Sarjana Pendidikan Program StudiPendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
YULI MULYANAH 0903806
PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
(2)
2013
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP SEJARAH MELALUI METODE PEMBELAJARAN SOSIODRAMA
( Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Legokmenteng Kecamatan Waringinkurung KabupatenSerang Propinsi Banten )
Oleh
YULI MULYANAH
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© YULI MULYANAH2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
(3)
(4)
ABSTRAK
Yuli Mulyanah, (0903806) “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sejarah Melalui Metode Pembelajaran Sosiodrama (PTK di Kelas V SD Negeri Legokmenteng Kecamatan Waringinkurung Kabupaten Serang Propinsi Banten)” (2013)
Hasil kajian yang dilakukan diperoleh gambaran bahwa kemampuan siswa kelas V dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS masih kurang, ini terlihat dari hasil observasi yang dilakukan peneliti bahwa nilai siswa dalam pelajaran IPS masih rendah, dikarenakan kurangnya motivasi dan pengenalan media dari guru terhadap siswa. Adapun rumusan masalah peneliti yaitu (1) Bagaimana meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam konsep sejarah melalui metode Sosiodrama? (2) Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa dalam konsep sejarah melalui metode Sosiodrama?
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah (1) Ingin membantu meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode Sosiodrama (2) Ingin membantu meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode sosiodrama Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK ini dilaksanakan dalam 3 siklus, tindakan setiap siklusnya terdiri dari rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan tes.
Hasil penelitian ini adalah (1) Aktivitas belajar siswa terjadi peningkatan pada setiap siklusnya. Ini terlihat dari peningkatan nilai persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I 65% (cukup) dan siklus II 79% (baik). Berarti ada peningkatan dari siklus I sampai dengan siklus II. (2) Hasil belajar siswa pun meningkat secara signifikan, terlihat dari nilai rerata hasil belajar siswa pada pra siklus 6,3 (kurang), siklus I 6,53 (cukup) dan siklus II 7, 63 (baik). Terlihat dengan jelas adanya peningkatan dari hasil pra siklus sampai dengan siklus II. Kesimpulannya ialah melalui metode sosiodrama dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Sehingga hipotesis tindakan dapat diterima. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka direkomendasikan: Kepada pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) agar termotivasi untuk menerapkan metode sosiodrama sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS.
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR BAGAN ... x
DAFTAR GRAFIK ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Definisi Operasional ... 6
F. Hipotesis Tindakan... 8
(6)
1. Guru dalam Pembelajaran IPS ... 10
2. Peran Siswa / Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran IPS Kelas V... ... 12
3. Metode Sosiodrama ... 13
4. Materi Pembelajaran ... 16
5. Konsep Sejarah... 20
6. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa ... 21
B. Kajian Penelitian Terdahulu ... 22
C. Kerangka Berpikir ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25
A. Metode Penelitian... 25
B. Prosedur Penelitian... 28
C. Instrumen Penelitian ... 30
1. Pedoman Observasi ... 30
2. Tes ... 32
D. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 36
BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN.. 37
A. Pelaksanaan Penelitian ... 37
(7)
a) Pelaksanaan Pra Siklus ... 38
b) Pelaksanaan Siklus I ... 42
c) Pelaksanaan Siklus II ... 51
B. Hasil Penelitian ... 59
1. Rekapitulasi Hasil Aktivitas Siswa ... 59
2. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa ... 60
C. Jawaban Hipotesis ... 67
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 68
A. Kesimpulan ... 68
B. Rekomendasi ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
(8)
BAB I
PENDAHULUAN
B. Latar Belakang Masalah
IPS pada hakekatnya merupakan bidang kajian yang mempelajari kehidupan sosial di masyarakat, dengan tujuan untuk membentuk warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Dengan melalui mata pelajaran IPS di SD siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dalam ilmu sosial dan humanion, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial dan lingkungannya, serta memiliki keterampilan mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. ( Ita Rustiati. 2007 : iii )
Setiap orang berkembang dengan karakteristik tersendiri, hampir setiap waktu perhatian kita tertuju pada keunikan masing-masing. Sebagai manusia, setiap orang melalui jalan-jalan yang umum. Setiap diri kita mulai belajar berjalan pada usia satu tahun, dan berjalan pada usia dua tahun, tenggelam pada permainan fantasi pada masa kanak-kanak dan mulai belajar mandiri pada usia remaja. ( Mulyani Sumantri. 2007 : 1.7 )
Perubahan pada perkembangan merupakan produk dari proses-proses biologis, kognitif dan sosial. Proses-proses-proses itu terjadi pada perkembangan manusia yang berlangsung pada keseluruhan siklus hidupnya. Fase perkembangan yang berlangsung sejak 6 sampai 11 tahun, anak-anak
(9)
menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitun. Secara formal mereka mulai memasuki dunia yang lebih luas dengan
budayanya. Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak dan pengendalian diri sendiri bertambah pula. (Mulyani Sumantri. 2007 : 1.9 )
Jadi, pada idealnya secara psykologis anak masih pada taraf bermain, membutuhkan waktu yang tidak bisa ditentukan untuk merubah apa yang harus ia terima dalam fase seperti itu.
Guru sebagai pengganti orang tua di sekolah harus memberi kemudahan dalam pembelajaran bagi semua anak didik, agar mampu mengembangkan segala kemampuan dan potensi yang dimiliki anak. ( Uyoh Sadulloh, 2010 : 201 )
Dengan adanya pemahaman tentang hakekat pendidikan dan mampu mengembangkan segala kemampuan potensi yang dimiliki, maka pendidikpun akan merasakan indahnya guru sebagai pendidik dan siswa akan merasa nyaman serta dapat meningkatkan hasil belajar.
Di SDN Legokmenteng Kec. Waringinkurung Kab. Serang – Banten, nilai IPS pada kelas V pada umumnya masih rendah. Mereka kurang memahami perjuangan mempersiapkan kemerdekaan, pada tes hasil belajar yang mencakup satu standar kompetensi nilai rata-rata siswa adalah 5, hal itu dialami sekitar 60% siswa dalam kelas. Terjadi hampir seluruh standar kompetensi, dan sudah berlangsung dari tahun ke tahun. Hal tersebut disebabkan oleh sistem pengajaran IPS di Sekolah masih menggunakan
(10)
metode atau pendekatan tradisional seperti ceramah, diskusi dan sebagainya, serta lebih menekankan aspek kogntif dan mengabaikan keterampilan-keterampilan sosial. Konsekuensi dari metode tersebut adalah siswa merasa jenuh dan bosan terhadap materi pelajaran IPS dan dalam jangka panjang tentu saja akan terjadi penurunan kualitas pembelajaran itu sendiri.
Masalah-masalah dalam pemahaman siswa tentang konsep sejarah di SD pada kelas V penting untuk diteliti, yang mana jika masalah ini diteliti maka akan menguntungkan banyak pihak, serta sekolahpun memiliki kualitas, kuantitas, dan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Namun, jika masalah ini tidak cepat diteliti bahkan dibiarkan begitu saja dengan berjalannya waktu, maka kualitas dan mutu pendidikan akan merosot.
Pengembangan sekolah dasar harus dilaksanakan kapan saja dan di mana saja, sebab pendidikan telah menjadi komitmen kita. Namun persoalan bentuk yang bagaimana yang dapat menjangkau anak dalam segala kondisi. Untuk itu memang tidak mudah dan seakan tidak mungkin. Tetapi dengan memahami hakikat pendidikan dan kondisi lingkungan, ada banyak bentuk sekolah dasar alternative yang bisa diambil sebagai solusi. ( Agus Taufik. 2007 : 2,5 )
Karena pentingnya konsep sejarah di SD pada kelas V, maka saya tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Konsep Sejarah Melalui Metode Pembelajaran Sosiodrama.
(11)
Maka dari itu, peneliti memberikan solusi yang mana dalam proses kegiatan belajar mengajar agar guru menggunakan metode Sosidrama sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS khususnya tentang konsep IPS.
Metode Sosiodrama berasal dari kata sosio dan drama. Sosio berarti sosial yang menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat menunjukkan pada kegiatan-kegiatan sosial, dan drama berarti mempertunjukkan, mempertontonkan atau memperlihatkan . sosial atau masyarakat terdiri dari manusia yang satu sama lain terjalin hubungan yang dikatakan hubungan sosial. Drama dalam pengertian luas mempertunjukkan atau menontonkan suatu keadaan atau peristiwa-peristiwa yang dialami orang atau tingkah laku orang. Metode sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan dan memepertontonkan atau mendaramatisasikan cara tingkaah laku dalam kehidupan sosial. Jadi sosiodrama ialah metode mengajar yang dalam pelaksanaannya peserta didik mendapat tugas dari guru untuk mendaramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi sosial. ( Syaiful Sagala, 2012 : 213 )
Metode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinya, dan dalam pemakaiannya sering disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. ( Syaiful, B.D, 2010 : 88 )
(12)
Role Playing merupakan simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan untuk melatih siswa menghadapi situasi yang sebenarnya. (Harun, Charlotte dan Siti Nadiroh, 2010 : 3 ).
C. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Bagaimana meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam konsep sejarah melalui metode Sosiodrama?
2. Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa dalam konsep sejarah melalui metode Sosiodrama ?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk ;
1. Ingin membantu meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode Sosiodrama
2. Ingin membantu meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode sosiodrama
(13)
Adapun manfaat dari hasil penelitian terbagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
a Sebagai penemuan untuk pemecahan masalah dan mencarikan solusinya
b Sebagai evaluasi dan studi banding
2. Bagi Guru
a Menciptakan suasana yang harmonis untuk semua pihak yang terkait ( kepala sekolah dan dewan guru )
b Menambah pengetahuan dalam menyampaikan materi khususnya dalam mata pelajaran IPS
c Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam mengajar d Meningkatkan ketelitian dalam menyampaikan materi pembelajaran e Adanya solusi sebagai upaya tindakan kelas
3. Bagi Siswa
a Siswa dapat berpikir lebih luas
b Menambah pengetahuan dalam pemahaman IPS
F. Definisi Operasional
(14)
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit (terbuka) maupun implisit ( tersembunyi). Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. (sagala syaiful, 2003:11 )
Siswa akan mendapatkan pengetahuan melalui proses di mana adanya tindakan belajar yang dialami oleh siswa itu sendiri yang disebut dengan belajar.
2. Konsep Sejarah
Konsep merupakan sejumlah fakta yang memiliki keterkaitan dengan makna atau definisi yang ditentukan. Dan sejarah ialah suatu proses interaksi serba terus antara sejarawan dengan fakta-fakta yang ada padanya, suatu dialog tiada henti-hentinya antara masa sekarang dengan masa silam. ( Ita Rustiati, 2007 : 4 )
Adanya percakapan atau dialog yang terus berjalan seiring berjalannya waktu, yakni waktu sekarang dengan masa silam.
Konsep waktu dalam sejarah mempunyai arti keberlangsungan dan satuan dan jangka keberlangsungan perjalanan waktu. Kelangsungan waktu atas kesadaran manusia, terhadap waktu dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu : waktu yang lalu, waktu yang sekarang, dan waktu yang akan datang di dalam satu kontinuitas. ( Winataputra, S.U. 2007 : 5,14 )
(15)
Adanya keberlangsungan dalam jangka panjang dimana waktu dan kesadaran manusia melewati tiga dimensi, yaitu masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.
Sejarah membuka kegelapan masa lampau manusia, memaparkan kehidupan manusia, dalam berbagai aspek kehidupan. Dan mengakui perkembangannya dari masa yang paling tua hingga kini dan untuk dijadikan pedoman dari masa kini dan masa yang akan datang. ( Winataputra, S.U. 2007 : 5,14 )
Sejarah lokal merupakan sejarah yang terjadi di suatu tempat saja. Pengajaran sejarah lokal sangat penting guna menumbuhkan rasa kecintaan terhadap daerahnya sendiri. ( Winataputra, S.U. 2007 : 5,14 ) Sejarah dapat dijadikan tempat atau suatu peristiwa yang dikenang dan dilestarikan di masa sekarang dan masa depan. Seperti perjuangan mempersiapkan kemerdekaan, adanya sejarah dan perumusan dasar Negara memberikan bukti bahwa peristiwa tersebut benar-benar ada.
3. Metode Sosiodrama
Metode merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar yang bertujuan hendak dicapai, semakin tepat metode yang digunakan oleh seorang guru maka pembelajaran akan semakin baik. Metode Sosiodrama merupakan metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh seorang guru dalam proses
(16)
mendapat tugas dari guru untuk mendaramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi sosial.
G. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap persoalan yang diajukan oleh PTK, dan jawaban itu masih bersifat teoritik dan belum dianggap benar sebelum terbukti salah benarnya (data empirik) yang didapatkan di kelas dalam penelitian tindakan kelas (Yusnandar Edy, 2012:15).
Hipotesis tindakan adalah suatu dugaan yang bakal terjadi jika tindakan dilakukan. (Yusnandar Edy, 2012:19).
Berdasarkan lampiran di atas maka hipotesis yang diajukan dalam proposal ini adalah sebagai berikut :
1. Jika metode pembelajaran sosiodrama digunakan dalam pembelajaran maka aktivitas siswa dalam belajar akan meningkat
2. Jika pembelajaran menggunakan metode pembelajaran sosiodrama maka hasil belajar siswa akan meningkat.
(17)
(18)
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Sesuai permasalahan yang tertera di atas, maka metode penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ). Penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk mengatasi dan memecahkan permasalahan yang terdapat di kelas.
Model penelitian yang digunakan yaitu PTK model Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari empat komponen, yaitu (1) perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus atau satu putaran. Artinya sesudah langkah ke-4 lalu kembali ke-1 dan seterusnya. Meskipun sifatnya berbeda, langkah ke-2 dan ke-3 dilakukan secara bersamaan jika pelaksanaan dan pengamatan berbeda. Jika pelaksana juga pengamat, mungkin pengamatan dilakukan sesudah pelaksanaan, dengan cara mengingat-ingat apa yang sudah terjadi. Dengan kata lain, objek pengamatan sudah lampau terjadi.
Kemmis mengembangkan modelnya berdasarkan konsep asli Lewin yang kemudian disesuaikan dengan beberapa pertimbangan. Pakar ini secara ekslusif menerapkan buah pikirannya pada bidang pendidikan. Dalam perencanaan Kemmis menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan kembali
(19)
merupakan dasar untuk sesuatu ancang-ancang pemecahan permasalahan. ( Kasihani, Kasbolah, 1999 : 113 )
Dibawa ini akan diuraikan penjelasan tentang komponen PTK model Kemmis dan Mc Taggart :
1. Perencanaan (Planing)
Perencanaan menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaiamana tindakan tersebut dilakukan.
2. Pelaksanaan (acting)
Yaitu Implementasi atau penerapan isi rancangan di dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
3. Pengamatan (observing)
Yaitu pengamatan oleh pengamat atau mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan.
4. Refleksi
Mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil dari tindakan dari berbagai kriteria.
Alur PTK kegiatan pembelajaran dalam penggunaan metode pembelajaran sosiodrama pada konsep sejarah untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu sebagai berikut :
(20)
PRA SIKLUS
OBSERVASI
Mengamati kegiatan pembelajaran dikelas dengan situasi pembelajaran yang asli
REFLEKSI
Peneliti dan guru menganalisis penemuan-penemuan kelemahan yang terjadi didalam kelas pada saat
pmbelajaran berlangsung lalu membuat rencana tindakan yang akan
digunakan metode sosiodrama pada materi perjuangan mempersiapkan
kemerdekaan pada siklus I
SIKLUS I
PERENCANAAN
Membuat RPP tentang materi perjuangan mempersiapkan
kemerdekaan dengan menggunakan metode
sosiodrama
TINDAKAN
Peneliti melaksanakan KBM dikelas dengan materi perjuangan
mempersiapkan kemerdekaan berdasarkan RPP yang telah dibuat
OBSERVASI
Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas / guru mittra sebagai observer
dengan menggunakan metode sosiodrama pada materi perjuangan
mempersiapkan kemerdekaan
REFLEKSI
Peneliti dan guru mitra mengkaji atau menganalisis hasil
penelitian yang telah dilaksanakan. Apakah ada kemajuan atau perbaikan. Jika hasil tindakan belum mencapai
keberhasilan maka harus
(21)
Bagan 3.1 Alur PTK Model Kemmis dan Mc Taggart
B. Prosedur Penelitian
1.Pra siklus
a. Observasi
Pada tahap observasi, dilakukan pengamatan yang dilakukan dikelas ketika proses kegiatan belajar mengajar berlagsung dengan keadaan yang sebenarnya sebelum menggunakan metode pembelajaran sosiodrama.
b. Refleksi
Peneliti bersama guru mitra menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan hasil belajar siswa yang rendah. Setelah itu merencanakan pendekatan apa yang akan digunakan sebagai tindak lanjut di siklus I.
2.Siklus I
a Perencanaan
Peneliti membuat RPP dengan menggunakan metode pembelajaran sosiodrama sebagai bahan yang akan dipelajari dikelas dan sebagai tindak lanjut dari observasi yang telah dilakukan pada pra siklus. Selain itu juga peneliti menyusun lembar observasi untuk mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah dengan metode sosiodrama.
(22)
b Tindakan
1)guru kelas (mitra) melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada RPP yang telah di buat dengan menggunakan metode pembelajaran sodiodrama
2)Melaksanakan evaluasi dalam bentuk tes tertulis sebagai bahan ukur ketercapaian tujuan pembelajaran.
c Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan. Peneliti dan guru mitra bekerja sama untuk mengamati kegiatan pembelajaran materi sejarah menggunakan metode pembelajaran sosiodrama.
d Refleksi
Peneliti dan guru mitra mengkaji atau menganalisis hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Apakah ada kemajuan atau perbaikan. Jika hasil tindakan belum mencapai keberhasilan maka harus dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Dilanjutkan ke siklus berikutnya.
3. Siklus II
Dalam siklus ini siswa mengalami peningkatan dan dapat diambil kesimpulan bahwa siswa sudah memahami sejarah khususnya
(23)
pada materi perjuangan mempersiapkan dan memproklamasikan kemerdekaan.
C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti melakukan penilaian salah satu kegiatan
yang sangat penting dalam penelitian adalah pengumpulan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian untuk mengetahui kemajuan yang ada dalam penelitian
Untuk mengumpulkan data diperlukan suatu alat atau instrument penelitian yang tepat. Adapun instrument dibuat dalam bentuk pedoman observasi dan test.
1. Observasi
Observasi ini digunakan untuk mengamati kegiatan belajar yang mengarah pada keterampilan siswa selama proses belajar berlangsung pada pembelajaran seajarah dengan menggunakan metode pembelajaran sosiodrama di kelas V SDN Legokmenteng Kecamatan Waringinkurung. Kegiatan yang akan diobservasi peneliti pada penelitian ini adalah kegiatan selama proses pembelajaran dan kegiatan siswa saat melakukan sosiodrama. Adapun format penilaian observasi sebagai berikut :
(24)
Tabel 3.1
Pedoman penilaian observasi Belajar Siswa dengan Menggunakan metode pembelajaran sosiodrama
No Aspek yang diobservasi
Nilai
Ket
1 2 3
1 Persiapan
a. Siswa memilih peran
b. Siswa membaca teks / skenario sosiodrama c. Siswa mempersiapkan setting lokasi 2 Pelaksanaan
a. Siswa melakukan sosiodrama
b. Menghentikan sosiodrama pada saat situasi sedang memuncak ( tegang )
c. Siswa mendiskusikan tentang jalan cerita atau pemecahan selanjutnya
3 Evaluasi
a. Siswa menilai jalanya sosiodrama
b. Siswa memberi tanggapan terhadap pelaksanaan sosidrama
(25)
Keterangan :
Nilai 3 : Jika ada tiga aspek yang muncul, termasuk kategori baik
Nilai 2 : Jika ada dua aspek yang muncul, termasuk kategori cukup
Nilai 1 : Jika ada satu aspek yang muncul, termasuk kategori kurang
2. Tes
Instrument ini digunakan untuk memperpoleh data tentang hasil belajar siswa dalam memahami pembelajaran materi sejarah dengan metode pembelajaran sosiodrama yang telah dilaksanakan. Adapun tes yang digunakan yaitu tes tertulis. Bentuk tes tertulis yang digunakan oleh peneliti yaitu soal dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 10 soal.
a. Kisi-kisi pembuatan soal
kisi-kisi soal merupakan penyebaran soal yang didasarkan pada pokok materi, sub materi, jumlah soal dan nomor soal.
Membuat kisi-kisi soal terlebih dahulu dalam membuat soal tes. Hal itu dikarenakan agar terhindar dari penyimpangan-penyimpangan dalam pembuatan soal.
Jumlah Nilai rata-rata
(26)
Tabel 3.2
Kisi-kisi soal
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas : V
Materi pokok : Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan
No Pokok Materi Sub Pokok Materi Jumlah Saol Nomor Soal 1 Perjuangan
mempersiapkan dan
memproklamasikan kemerdekaan
1. Sejarah
2. Perumusan dasar Negara
3. Menghargai Jasa dan Peranan Tokoh Pejuang Bangsa
10 1, 2
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
10
(27)
Berilah Tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d didepan jawaban yang paling tepat!
1. Indonesia mempunyai banyak sejarah, termasuk peritiwa …. a. 11 November c. pembuatan gedung putih
b. Pembuatan Masjid Delhi d. pertempuran Jembatan Lima 2. Para penjajah datang ke Indonesia karena…
a. Indonesia banyak penduduknya c. wilayah yang luas b. Memiliki banyak rempah-rempah d. penduduknya ramah 3. Apa kepanjangan dari BPUPKI ?
a Badan Penyelenggara Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia b Badan Panitia Usaha Kemerdekaan Indonesia
c Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia d Badan Penguasa Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia
4. Pada tanggal berapa BPUPKI dibentuk ? a.26 April 1945 c. 28 April 1945 b. 27 April 1945 d. 29 April 1945 5. Bahasan apa yang terjadi pada sidang pertama?
a. Dasar negara c. Undang-undang negara b. Persiapan Negara d. Rangcangan UUD
6. Apa peran Radjiman Wedyodiningrat dalam mempersiapkan kemerdekaan?
a Sebagai sekertaris c sebagai bendahara b Sebagai ketua d sebagai wakil ketua
(28)
a Radjiman, Soekarno dan Suroso c Ichibangase dan Moh Yamin b Suharto, Moh Yamin d Suroso dan SBY
8. Sidang pertama BPUPKI dilaksanakan di gedung …..
a Tjuo Sangi In c Gedung Pancasila
b Gedung putih d Gedung Fatahillah
9. Siapa sekertaris pada sidang BPUPKI yang pertama ? a. Radjiman c. Ir. Soekarno
b. Suroso d. Ki Hajar Dewantara
10. Bagaimana cara menghargai jasa para pahlawan kemerdekaan Indonesia?
a. Mengunjungi makamnya setiap hari
b. Memberikan sedekah kepada keluarga sesering mungkin
c. Meneladani sikap kepahlawanan para pejuang dan tokoh kemerdekaan d. Mengunjungi tempat-tempat sejarah setiap hari libur
c. Kunci Jawaban
1. A 6. D 2. B 7. A 3. C 8. A 4. D 9. B 5. A 10. C
(29)
Nilai = 10x1 = 10
Rata-rata = jumlah seluruh nilai siswa
Jumlah siswa
Keterangan :
Nilai maksimum = 10
D. Subjek dan Lokasi Penelitian
1. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian adalah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran sosiodrama pada materi perjuangan mempersiapkan kemerdekaan.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah SDN Legokmenteng Kecamatan Waringinkurung Kabupaten Serang – Banten. Alasan peneliti memilih sekolah ini yaitu karena sekolah ini dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga memudahkan peneliti untuk pelaksanaan penelitian.
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Legokmenteng Kecamatan Waringinkurung Kabupaten Serang dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang siswa, dengan dengan perbandingan 18 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan. Penelitian ini berlokasi di SD Negeri Legokmenteng yang beralamat di
(30)
Serang – Banten. Alasan penulis mengambil lokasi ini karena penulis ingin mengetahui proses dan hasil belajar pada siswa di sekolah dasar tersebut dan kebetulan lokasinya dekat dengan tempat tinggal penulis.
(31)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam meningkatkatkan hasil belajar siswa pada konsep sejarah pada kelas V SDN Legokmenteng Kecamatan Waringinkurung Kabupaten Serang, tahun ajaran 2013. Dan sesuai dengan apa yang telah dideskripsikan pada Bab IV, hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
Dalam pembelajaran IPS di SD Seorang guru yang hendak menyampaikan suatu konsep atau materi sejarah khususnya tidak hanya mampu memahami konsep, tetapi juga harus mengetahui cara penyampaian konsep tersebut. Agar guru dapat memahami kemampuan siswa dan menyesuaikannya dengan tahap perkembangan mental siswa tersebut. Sehingga diperlukan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang maksimal dan pemilihan baik metode maupun pendekatan yang sesuai dengan pembelajaran. Serta alat peraga yang menunjang matei pembelajaran.
Aktivitas siswa pada pra siklus (belum dikenai tindakan) diperoleh gambaran keadaan aktivitas siswa masih pasif, cenderung hanya
(32)
menerima informasi satu arah dari guru. Tetapi, setelah diadakan tindakan penelitian dengan menerapkan metode sosiodrama pada konsep sejarah di kelas V, siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga terjadi peningkatan setiap siklusnya. Ini terlihat dari rekapitulasi rata-rata hasil aktivitas siswa pada siklus I 5,9 (kurang), siklus II 7,1 (baik).
Sedangkan dari hasil penelitian mulai dari pra siklus (sebelum penelitian), siklus I dan II (setelah tindakan penelitian), diperoleh hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan. Hal ini karena siswa diajarkan bagaimana memahami perasaan dan menghargai suatu jasa orang lain yang didramatisasikan lewat sidang menggunakan metode sosiodrama. Sehingga siswa dapat memahami konsep sejarah tidak hanya diingat tetapi dikuasai. Terlihat dari rekapitulasi rata-rata hasil belajar siswa dari pra siklus 6,3 (kurang), siklus I 6,53 (cukup), siklus II 7,63 (baik).
Metode sosiodrama merupakan metode mengajar yang dalam pelaksanaannya peserta didik mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung situasi problem, agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari situasi sosial.
Pembelajaran IPS pada konsep sejarah materi perjuangan mempersiapkan kemerdekaan dengan pennggunaan metode
(33)
sosiodrama tidak hanya dapat meningkatkan aktivitas tetapi juga hasil belajar siswa.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil temuan dari penelitian tindakan kelas ini, peneliti menyampaikan rekomendasi sebagai berikut:
1. Guru di sekolah dasar, untuk mencapai keberhasilan pembelajaran IPS hendaknya guru menyampaikan suatu konsep atau materi IPS tidak hanya mampu memahami konsep, tetapi juga harus mengetahui cara penyampaian konsep tersebut. Agar guru dapat memahami kemampuan siswa dan menyesuaikannya dengan tahap perkembangan mental siswa tersebut. Dan harus kreatif dalam pemilihan baik metode maupun pendekatan yang sesuai dengan pembelajaran. Serta alat peraga yang menunjang matei pembelajaran. Sehingga pembelajaran IPS akan meningkat dan lebih bermakna.
2. Kepala sekolah, sebaiknya atasan sekolah atau kepala sekolah memotivasi guru untuk mulai menerapkan metode sosiodrama pada pembelajaran IPS selain pada konsep sejarah di kelas V maupun di kelas lainnya. Agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas sekolah tersebut.
3. Dinas terkait hendaknya dapat membuka program pelatihan untuk menunjang kemampuan guru sebagai profesionalisme guru, sehingga
(34)
4. Peneliti, kiranya hasil penelitian tentang pengguaan metode pembelajaran sosiodrama dalam pembelajaran IPS ini bukan merupakan penelitian tertutup, artinya masih sangat terbuka kesempatan peneliti lain untuk mengadakan penelitian lebih lanjut. Hal tersebut dikarenakan penelitian ini masih amat terbatas, baik dalam ruang lingkup yang diteliti maupun dalam kaitannya dengan aspek lain.
(35)
DAFTAR PUSTAKA
A. Harun, Charlotte dan Siti Nadiroh. ( 2010 ). “Role Play dalam Pembelajaran Speaking di Kelas 3 SD”. Jurnal Pendidikan.
Indrastuti, dkk. ( 2007 ). Ilmu Pengetahuan Sosial. Bogor : Yudhistira Kasbolah, Kasihani. ( 1998 ). Penelitian Pendidikan Kelas. Malang :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Sadulloh, Uyoh. ( 2010 ). Pedagogik. Bandung : Alfabeta
Sagala, Syaiful. ( 2012 ). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta
Sumantri, Mulyani. ( 2007 ). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Universitas Terbuka
Syaiful, B.D. ( 2010 ). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Taufik, Agus. ( 2007 ). Pendidikan Anak di SD. Jakarta : Universitas Terbuka
Tim Bina Karya Guru. ( 2004 ). Pengetahuan Sosial Terpadu. Jakarta : Erlangga
Tim Penyusun Naskah PLPG PGSD – FIP UNJ. ( 2012 ). Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sekolah Dasar. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta
(36)
Yusnandar, Edy. ( 2010 ). Metode Penelitian Pendidikan SD. Serang. Universitas Pendidikan Indonesia
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam meningkatkatkan hasil belajar siswa pada konsep sejarah pada kelas V SDN Legokmenteng Kecamatan Waringinkurung Kabupaten Serang, tahun ajaran 2013. Dan sesuai dengan apa yang telah dideskripsikan pada Bab IV, hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
Dalam pembelajaran IPS di SD Seorang guru yang hendak menyampaikan suatu konsep atau materi sejarah khususnya tidak hanya mampu memahami konsep, tetapi juga harus mengetahui cara penyampaian konsep tersebut. Agar guru dapat memahami kemampuan siswa dan menyesuaikannya dengan tahap perkembangan mental siswa tersebut. Sehingga diperlukan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang maksimal dan pemilihan baik metode maupun pendekatan yang sesuai dengan pembelajaran. Serta alat peraga yang menunjang matei pembelajaran.
Aktivitas siswa pada pra siklus (belum dikenai tindakan) diperoleh gambaran keadaan aktivitas siswa masih pasif, cenderung hanya
(2)
Hizti Gustina 2013
menerima informasi satu arah dari guru. Tetapi, setelah diadakan tindakan penelitian dengan menerapkan metode sosiodrama pada konsep sejarah di kelas V, siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga terjadi peningkatan setiap siklusnya. Ini terlihat dari rekapitulasi rata-rata hasil aktivitas siswa pada siklus I 5,9 (kurang), siklus II 7,1 (baik).
Sedangkan dari hasil penelitian mulai dari pra siklus (sebelum penelitian), siklus I dan II (setelah tindakan penelitian), diperoleh hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan. Hal ini karena siswa diajarkan bagaimana memahami perasaan dan menghargai suatu jasa orang lain yang didramatisasikan lewat sidang menggunakan metode sosiodrama. Sehingga siswa dapat memahami konsep sejarah tidak hanya diingat tetapi dikuasai. Terlihat dari rekapitulasi rata-rata hasil belajar siswa dari pra siklus 6,3 (kurang), siklus I 6,53 (cukup), siklus II 7,63 (baik).
Metode sosiodrama merupakan metode mengajar yang dalam pelaksanaannya peserta didik mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung situasi problem, agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari situasi sosial.
Pembelajaran IPS pada konsep sejarah materi perjuangan
(3)
sosiodrama tidak hanya dapat meningkatkan aktivitas tetapi juga hasil belajar siswa.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil temuan dari penelitian tindakan kelas ini, peneliti menyampaikan rekomendasi sebagai berikut:
1. Guru di sekolah dasar, untuk mencapai keberhasilan pembelajaran IPS hendaknya guru menyampaikan suatu konsep atau materi IPS tidak hanya mampu memahami konsep, tetapi juga harus mengetahui cara penyampaian konsep tersebut. Agar guru dapat memahami kemampuan siswa dan menyesuaikannya dengan tahap perkembangan mental siswa tersebut. Dan harus kreatif dalam pemilihan baik metode maupun pendekatan yang sesuai dengan pembelajaran. Serta alat peraga yang menunjang matei pembelajaran. Sehingga pembelajaran IPS akan meningkat dan lebih bermakna.
2. Kepala sekolah, sebaiknya atasan sekolah atau kepala sekolah memotivasi guru untuk mulai menerapkan metode sosiodrama pada pembelajaran IPS selain pada konsep sejarah di kelas V maupun di kelas lainnya. Agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas sekolah tersebut.
3. Dinas terkait hendaknya dapat membuka program pelatihan untuk menunjang kemampuan guru sebagai profesionalisme guru, sehingga pembelajaran di sekolah tidak membosankan dan lebih bermakna.
(4)
Hizti Gustina 2013
4. Peneliti, kiranya hasil penelitian tentang pengguaan metode
pembelajaran sosiodrama dalam pembelajaran IPS ini bukan merupakan penelitian tertutup, artinya masih sangat terbuka kesempatan peneliti lain untuk mengadakan penelitian lebih lanjut. Hal tersebut dikarenakan penelitian ini masih amat terbatas, baik dalam ruang lingkup yang diteliti maupun dalam kaitannya dengan aspek lain.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
A. Harun, Charlotte dan Siti Nadiroh. ( 2010 ). “Role Play dalam Pembelajaran Speaking di Kelas 3 SD”. Jurnal Pendidikan.
Indrastuti, dkk. ( 2007 ). Ilmu Pengetahuan Sosial. Bogor : Yudhistira
Kasbolah, Kasihani. ( 1998 ). Penelitian Pendidikan Kelas. Malang : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Sadulloh, Uyoh. ( 2010 ). Pedagogik. Bandung : Alfabeta
Sagala, Syaiful. ( 2012 ). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung
: Alfabeta
Sumantri, Mulyani. ( 2007 ). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Universitas Terbuka
Syaiful, B.D. ( 2010 ). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Taufik, Agus. ( 2007 ). Pendidikan Anak di SD. Jakarta : Universitas Terbuka
Tim Bina Karya Guru. ( 2004 ). Pengetahuan Sosial Terpadu. Jakarta
: Erlangga
Tim Penyusun Naskah PLPG PGSD – FIP UNJ. ( 2012 ). Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sekolah Dasar. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta
Winataputra, S.U. ( 2007 ). Materi dan Pembelajaran IPS. Jakarta : Universitas Terbuka
(6)
Hizti Gustina 2013
Yusnandar, Edy. ( 2010 ). Metode Penelitian Pendidikan SD. Serang.