MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN
JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
ISSN 2540-9093
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL MAKE A MATCH PADA MATA PELAJARAN
PKN DI KELAS V SDN KARYAWANGI 2
Sediasih
SDN Karyawangi 2
sediasih@gmail.com
Abstrak. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) di SDN
karyawangi 2 selama ini masih rendah. Model pembelajaran yang digunakan selama ini masih
menggunakan model konvensional dan hanya guru sebagai pusat pembelajaran. Tujuan dari
penelitian perbaikan pembelajaran ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang materi
menjaga keutuhan negara Indonesia dengan menggunakan model make a match. Penelitian
dilaksanakan dalam tiga siklus perbaikan pada menjaga keutuhan, dimana masing-masing siklus
terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sebagai subjek
penelitian adalah siswa kelas V sebanyak 30 siswa. Dalam pengumpulan data, metode yang
digunakan sebagai metode pokok adalah tes tertulis. Hasil belajar dapat menunjukkan bahwa
pembelajaran menjaga keutuhan negara Indonesia mengalami peningkatan. Metode penelitian ini
dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Dari hasil dapat disimpulkan bila penggunaan
model make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi menjaga keutuhan negara
indonesia pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas 5 SDN Karyawangi 2.
Kata Kunci: hasil belajar, make a match, pendidikan kewarganegaraan.
Abstact. The outcomes learning of student learning on civic education subjects (Civics) SDN
karyawangi 2 for this is still low. The learning model is used for this are still using the
conventional model and only teachers as a learning center. The purpose of this research study
improvements to improve student learning outcomes of the material safeguarding the national
integrity Indonesia using models make a match. Research carried out in three cycles of
improvement in maintaining the integrity, in which each cycle consists of four phases: planning,
implementation, observation and reflection. As research subjects are students of class V as many
as 30 students. In collecting the data, the methods used as the principal method is the written test.
Learning outcomes may indicate that learning Indonesian maintaining the integrity of the country
has increased. This research method using classroom action research. From the results it can be
inferred when the use of models make a match can improve student learning outcomes in the
material safeguarding the national integrity Indonesia on the subjects of citizenship education in
grades 5 SDN Karyawangi 2.
Keywords: learning outcomes, make a match, kewarganegaraan education.
74
A. Pendahuluan
Pendidikan
kewarganegaraan
terjadi abstraksi konsep yang sulit
(PKn) merupakan salah satu mata
dipahami oleh siswa. Dari indentifikasi
pelajaran yang dipelajari pada semua
di kelas 5 menunjukan hasil belajar
jenjang
Indonesia.
siswa masih menunjukan hasil yang
kewarganegaraan
rendah yaitu sebesar 54 pada konsep
pendidikan
Pendidikan
menanamkan
di
cinta tanah air dan
menjaga keutuhan negara Indonesia.
menjadikan warga negara yang baik
Untuk
dan mempunyai kontribusi terhadap
tersebut
bangsa dan negara.
model
Menanamkan cinta tanah air
merupakan
sikap
yang
ditanamkan
sejak
dini
memecahkan
diatas
diperlukan
pembelajaran
meningkatkan
masalah
hasil
sebuah
yang
dapat
belajar
siswa.
harus
Model pembelajaran yang baik adalah
melalui
model pembelajaran yang berpusat
pendidikan kewarnegaraan. Akan tetapi
kepada siswa (student centered). Salah
permasalahan pada pembelajaran pada
satu
mata
pendidikan
berorientasi kepada siswa adalah model
kewarganegaraan adalah monotonnya
pembelajaran make a match. Make a
pembelajaran,
sehingga
match merupakan model pembelajaran
siswa
dalam
pelajaran
bosan
menjadikan
belajar
dan
model
pembelajaran
yang
yang melatih siswa untuk berpikir
berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
cepat,
berinteraksi
dengan
Pembelajaran masih didominasi oleh
berpartisipasi
guru sebagai pusat pembelajaran, serta
membangun konsep dan pemahaman
masih menggunakan metode dan model
mereka.
aktif
teman,
sekaligus
pembelajaran konvensional sehingga
B. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD
Negeri
Karyawangi
2,
Provinsi Banten di kelas V. Desain
Kecamatan
penelitian yang digunakan penelitian
pulosari,
Kabupaten
Pandeglang,
JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
ISSN 2540-9093
tindakan
75
kelas
(classroom
action
Sediasih
kelas
penelitian, sebagai untuk mengaitkan
(class room action research) yang
kualitas pendidikan dan pengajaran
dimaksud adalah suatu pendekatan
yang diselenggarakan oleh guru atau
untuk meningkatkan mutu proses dan
pengajar maupun peneliti sendiri.
research). Penelitian tindakan
hasil
pembelajaran
di
Adapun
sekolah,
meningkat
profesionalisme
menumbuh
kembangkan
akademik.
Arikunto
mengemukakan
dan
ahli
yang
model
penelitian
budaya
tindakan kelas dengan bagan yang
(2012:3)
berbeda, namun secara garis besar
menyatakan bahwa penelitian tindakan
terdapat empat tahapan yang lazim
kelas merupakan perencanaan terhadap
dilalui,
kegiatan
(planning), (2) pelaksanaan (action),
belajar
berupa
sebuah
tindakan yang sering dimunculkan dan
(3)
terjadi dalam sebuah kelas secara
refleksi.
yaitu
pengamatan
Populasi
bersama. Dapat disimpulkan bahwa
(1)
dan
perencanaan
(observing),
sampel
(4)
dalam
PTK merupakan penelitian bersiklus
penelitian ini adalah seluruh siswa
yang diman oleh hasil refleksi hasil
kelas V SD Negeri Karyawangi 2,
guru dan atas proses pembelajaran
Kecamatan
yang telah dilakukan dan mengangkat
Pandeglang, Provinsi Banten. Jumlah
masalah-masalah empiris, riil, aktual,
sampel pada penelitian ini berjumlah
kinkret, dan situsional kondisional
30 orang siswa.
Pulosari,
Kabupaten
pembelajaran
Instrumen yang digunakan dalam
utamanya
penelitian ini dengan menggunakan
memperbaiki dan meningkatkan proses
instrumen tes untuk mengukur hasil
dan hasil pembelajaran.
belajar siswa dan lembar observasi
yang
terkait
sehingga
dengan
tujuan
untuk mendeskripsikan pembelajaran
Adapun alasan pemilihan model
pembelajaran
kedalam
dengan menggunakan model make a
penelitian
match.
tindakan kelas ini adalah didasarkan
atas tujuan dan karakteristik masalah
JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
ISSN 2540-9093
Sediasih
76
C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Penelitian tindakan kelas yang
nama pulau besar di Indonesia, luas
bertujuan untuk meningkatkan hasil
darat dan lautan Indonesia. Kartu make
belajar siswa dengan menggunakan
a
model make a match pada mata
memasangkan antara pertanyaan dan
pelajaran PKn dilaksanakan dengan
jawaban serta bentuk pulau dan nama
tiga siklus, setiap siklus meliputi tapah
pulau. Adapun hasil belajar siswa yang
persiapan, pelaksanaan, observasi dan
diperoleh adalah sebagai berikut:
match
yang
digunakan
adalah
refleksi.
Pada
siklus
pembelajaran
pertama
dilaksanakan
dengan
pengenalan georgrafis indonesia secara
umum misalnya letak geografis, namaTabel 1 Prosentase Perolehan Nilai Pada Siklus I
NO
1
2
3
4
5
6
NILAI (N)
50
60
70
80
90
100
Jumlah
SISWA (S)
5
10
7
5
3
0
30
NxS
250
600
490
400
270
0
2010
PROSENTASE
17%
33%
23%
17%
10%
0%
100%
Berdasarkan nilai yang diperoleh
dan belum ada siswa yang mendapat
pada siklus I, dari jumlah 30 siswa,
nilai 100. Hal tersebut dikarenakan
yang memperoleh nilai 50 sebanyak 5
siswa belum terbiasa belajar dengan
siswa atau sebanyak 17%, nilai 60
menggunakan
sebanyak 10 siswa atau sebanyak 33%,
make a match.
nilai
70
sebanyak
7
siswa
atau
Dari
model
hasil
pembelajaran
refleksi
siklus
1
sebanyak 23%, nilai 80 sebanyak 5
diperoleh hasil bahwa efektifitas dalam
siswa atau sebanyak 17%, nilai 90
penggunaan waktu serta aturan main
sebanyak 3 siswa atau sebanyak 10%,
harus semakin jelas dan ketat sehingga
JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
ISSN 2540-9093
Sediasih
77
pembelajaran lebih terkoordinir dengan
serta kekayaan
alam
dan budaya
baik. Pada siklus 2 pembelajaran
Indonesia. Dalam siklus 2 diperoleh
seputar sejarah kemerdekaan Indonesia
hasil:
Tabel 2 Prosentase Perolehan Nilai Pada Siklus II
NO
1
2
3
4
5
6
NILAI (N)
50
60
70
80
90
100
Jumlah
SISWA (S)
2
5
9
8
5
1
30
NxS
100
300
630
640
450
100
2220
PROSENTASE
7%
17%
30%
27%
17%
3%
100%
yang
sebesar 67, siswa juga terlihat sudah
diperoleh pada siklus II, dari jumlah 30
mulai beradaptasi dengan penggunaan
siswa, yang memperoleh nilai 50
model make a match.
Berdasarkan
nilai
Dari
sebanyak 2 siswa atau sebanyak 7%,
hasil
siklus
II
belum
atau
mencapai angka rata-rata diatas 80,
sebanyak 17%, nilai 70 sebanyak 9
maka dilanjutkan dengan siklus III
siswa atau sebanyak 30%, nilai 80
dengan materi menjaga persatuan dan
sebanyak 8 siswa atau sebanyak 27%,
kesatuan bangsa. Dari hasil refleksi
nilai
atau
pada siklus 2 diperoleh hasil bahwa
sebanyak 17%, dan ada satu siswa yang
aturan saat memulai dan menyudahi
mendapat nilai 100 dengan prosentase
permainan dengan menggunakan pluit.
3 %. Perlahan tapi pasti pada siklus
Pada siklus III diperoleh hasil dibawah
kedua
ini:
nilai
60
90
sebanyak
sebanyak
terjadi
5
5
siswa
siswa
peningkatan
dibandingkan dengan siklus 1 yang
Tabel 2 Prosentase Perolehan Nilai Pada Siklus II
NILAI (N)
SISWA (S)
NxS
PROSENTASE
50
0
0
0%
60
1
60
3%
70
3
210
10%
80
6
480
20%
90
11
990
37%
100
9
900
30%
Jumlah
30
2640
100%
JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
Sediasih
ISSN 2540-9093
78
NO
1
2
3
4
5
6
Berdasarkan nilai yang diperoleh
hanya saja masih sedikit ribut dalam
pada siklus II, dari jumlah 30 siswa,
melakukan permainan.
tidak ada siswa yang mendapat nilai
Selanjutnya
pada
siklus
III
50, yang memperoleh nilai 60 sebanyak
diperoleh hasil peningkatan yang bagus
1 siswa atau sebanyak 3%, nilai 70
karena sudah mencapai nilai 88 dari
sebanyak 3 siswa atau sebanyak 10%,
sebelumnya
nilai
atau
mencapai 74. Pada siklus ketiga siswa
sebanyak 20%, nilai 90 sebanyak 11
terlihat lebih antusias karena permainan
siswa atau sebanyak 37%, dan ada 9
dalam menjawab pertanyaan dibantu
siswa yang mendapat nilai 100 dengan
dengan pluit.
80
sebanyak
6
siswa
prosentase 30 %.
siklus
2
hanya
Dari uraian di atas dapat dilihat
Dari hasil belajar pada siklus 1, 2
dan 3
pada
adanya peningkatan hasil belajar siswa
yang menggunakan model
pada materi menjaga keutuhan negara
pembelajaran make a match pada
Indonesia
materi
pendidikan kewarganegaraan (PKn) di
menjaga
Indonesia
keutuhan
negara
terjadi peningkatan. Pada
pada
mata
pelajaran
kelas V SDN Karyawangi 2.
kondisi awal, nilai pada siklus I hanya
Dari
penjelasan
diatas
jelas
masih belum terbiasa menggunakan
bahwa
pembelajaran make a match sehingga
pembelajaran make a match dapat
pada saat permainan atau mencari
mengaktifkan,
pasangan/jawaban
membangun
siswa
terlihat
penggunaan
model
menstimulasi
konsep
sendiri
serta
oleh
bingung dan perlu pengarahan yang
pembelajar sehingga berdampak pada
berulang.
siswa. Hal senada juga dikemukakan
Kemudian hasil belajar siswa
pada
siklus
II
sudah
oleh
terjadi
Huda,
M
(2013:235)
yang
menyatakan:
peningkatan, akan tetapi peningkatan
1. Kelebihan model pembelajaran
tersebut belum terlalu signifikan yaitu
tipe Make a match antara lain: (1)
dari rata-rata 67 menjadi 74. Pada
dapat
siklus 2 ini siswa sudah mulai mengerti
belajar siswa, baik secara kognitif
dan beradaptasi dalam menggunakan
maupun fisik; (2) karena ada
model pembelajaran make a match,
JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
ISSN 2540-9093
unsur permainan, metode ini
Sediasih
79
meningkatkan
aktivitas
menyengkan; (3) meningkatkan
penerapan metode, banyak siswa
pemahaman
terhadap
yang akan malu berpasangan
materi yang dipelajari dan dapat
dengan lawan jenisnya; (3) jika
meningkatkan motivasi belajar
guru tidak mengarahkan siswa
siswa; (4) efektif sebagai sarana
dengan baik, akan banyak siswa
melatih keberanian siswa untuk
yang kurang memperhatikan pada
tampil presentasi; dan (5) efektif
saat presentasi pasangan; (4) guru
melatih
harus hati-hati dan bijaksana saat
siswa
kedisiplinan
siswa
member hukuman pada siswa
menghargai waktu untuk belajar.
2. Kelemahan media Make a match
yang tidak mendapat pasangan,
antara lain: (1) jika strategi ini
karena mereka bisa malu; dan (5)
tidak dipersiapkan dengan baik,
menggunakan metode ini secara
akan
terus menerus akan menimbulkan
banyak
waktu
yang
kebosanan.
terbuang; (2) pada awal-awal
D. Simpulan
Kesimpulan
dalam
penelitian
kelas V SDN Karyawangi 2, dengan
tindakan kelas ini menyatakan bahwa
nilai rata-rata hasil belajar pada siklus I
terdapat peningkatan hasil belajar siswa
sebesar 67, siklus 2 sebesar 74 dan
dengan menggunakan model make a
siklus 3 sebesar 88.
match pada mata pelajaran PKn
di
Daftar Pustaka
Asrori,
M,
(2009),
Psikologi
Pembelajaran, Bandung: Wacana
Prima.
Barlia, L, (2002), Mengajar dengan
Lingkungan
Alam
Sekitar,
Serang: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Dendy, Erwina, dkk, (2003), Kamus
Bahasa
Indonesia
Sekolah
Dasar, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Mihtahul Huda. 2013. Model-model
Pengajaran dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
ISSN 2540-9093
Sediasih
80
Priyono, Sayekti, T, (2008), Ilmu
Pengetahuan Alam untuk SD dan
MI kelas III, Jakarta: Pusat
Perbukuan Depdiknas.
Sapriati, A, dkk, (2014), Pembelajaran
IPA di Sekolah Dasar, Jakarta:
Universitas Terbuka.
Sutrisno, Harjono, dan Haris Sudarto,
(2005), Pengenalan Lingkungan
Alam Sekitar sebagai Sumber
Belajar Anak Usia Dini, Jakarta:
DEPDIKNAS Dirjen Pendidikan
Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Kemala, R, (2006), Jelajah IPA untuk
kelas III, Jakarta: Yudhistira.
Mulyasa, E, (2005), Menjadi Guru
Profesional, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Priaji, D, (2013), Pengertian Hasil
Belajar Menurut Para Ahli.
Diunduh 19 September 2015
pukul 20.51 dari http://zakwaanpriaji.blogspot.co.id/2013/07/pen
gertian-hasil-belajar-menurutpara-ahli.
JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
ISSN 2540-9093
Sediasih
81
ISSN 2540-9093
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL MAKE A MATCH PADA MATA PELAJARAN
PKN DI KELAS V SDN KARYAWANGI 2
Sediasih
SDN Karyawangi 2
sediasih@gmail.com
Abstrak. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) di SDN
karyawangi 2 selama ini masih rendah. Model pembelajaran yang digunakan selama ini masih
menggunakan model konvensional dan hanya guru sebagai pusat pembelajaran. Tujuan dari
penelitian perbaikan pembelajaran ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang materi
menjaga keutuhan negara Indonesia dengan menggunakan model make a match. Penelitian
dilaksanakan dalam tiga siklus perbaikan pada menjaga keutuhan, dimana masing-masing siklus
terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sebagai subjek
penelitian adalah siswa kelas V sebanyak 30 siswa. Dalam pengumpulan data, metode yang
digunakan sebagai metode pokok adalah tes tertulis. Hasil belajar dapat menunjukkan bahwa
pembelajaran menjaga keutuhan negara Indonesia mengalami peningkatan. Metode penelitian ini
dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Dari hasil dapat disimpulkan bila penggunaan
model make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi menjaga keutuhan negara
indonesia pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas 5 SDN Karyawangi 2.
Kata Kunci: hasil belajar, make a match, pendidikan kewarganegaraan.
Abstact. The outcomes learning of student learning on civic education subjects (Civics) SDN
karyawangi 2 for this is still low. The learning model is used for this are still using the
conventional model and only teachers as a learning center. The purpose of this research study
improvements to improve student learning outcomes of the material safeguarding the national
integrity Indonesia using models make a match. Research carried out in three cycles of
improvement in maintaining the integrity, in which each cycle consists of four phases: planning,
implementation, observation and reflection. As research subjects are students of class V as many
as 30 students. In collecting the data, the methods used as the principal method is the written test.
Learning outcomes may indicate that learning Indonesian maintaining the integrity of the country
has increased. This research method using classroom action research. From the results it can be
inferred when the use of models make a match can improve student learning outcomes in the
material safeguarding the national integrity Indonesia on the subjects of citizenship education in
grades 5 SDN Karyawangi 2.
Keywords: learning outcomes, make a match, kewarganegaraan education.
74
A. Pendahuluan
Pendidikan
kewarganegaraan
terjadi abstraksi konsep yang sulit
(PKn) merupakan salah satu mata
dipahami oleh siswa. Dari indentifikasi
pelajaran yang dipelajari pada semua
di kelas 5 menunjukan hasil belajar
jenjang
Indonesia.
siswa masih menunjukan hasil yang
kewarganegaraan
rendah yaitu sebesar 54 pada konsep
pendidikan
Pendidikan
menanamkan
di
cinta tanah air dan
menjaga keutuhan negara Indonesia.
menjadikan warga negara yang baik
Untuk
dan mempunyai kontribusi terhadap
tersebut
bangsa dan negara.
model
Menanamkan cinta tanah air
merupakan
sikap
yang
ditanamkan
sejak
dini
memecahkan
diatas
diperlukan
pembelajaran
meningkatkan
masalah
hasil
sebuah
yang
dapat
belajar
siswa.
harus
Model pembelajaran yang baik adalah
melalui
model pembelajaran yang berpusat
pendidikan kewarnegaraan. Akan tetapi
kepada siswa (student centered). Salah
permasalahan pada pembelajaran pada
satu
mata
pendidikan
berorientasi kepada siswa adalah model
kewarganegaraan adalah monotonnya
pembelajaran make a match. Make a
pembelajaran,
sehingga
match merupakan model pembelajaran
siswa
dalam
pelajaran
bosan
menjadikan
belajar
dan
model
pembelajaran
yang
yang melatih siswa untuk berpikir
berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
cepat,
berinteraksi
dengan
Pembelajaran masih didominasi oleh
berpartisipasi
guru sebagai pusat pembelajaran, serta
membangun konsep dan pemahaman
masih menggunakan metode dan model
mereka.
aktif
teman,
sekaligus
pembelajaran konvensional sehingga
B. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD
Negeri
Karyawangi
2,
Provinsi Banten di kelas V. Desain
Kecamatan
penelitian yang digunakan penelitian
pulosari,
Kabupaten
Pandeglang,
JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
ISSN 2540-9093
tindakan
75
kelas
(classroom
action
Sediasih
kelas
penelitian, sebagai untuk mengaitkan
(class room action research) yang
kualitas pendidikan dan pengajaran
dimaksud adalah suatu pendekatan
yang diselenggarakan oleh guru atau
untuk meningkatkan mutu proses dan
pengajar maupun peneliti sendiri.
research). Penelitian tindakan
hasil
pembelajaran
di
Adapun
sekolah,
meningkat
profesionalisme
menumbuh
kembangkan
akademik.
Arikunto
mengemukakan
dan
ahli
yang
model
penelitian
budaya
tindakan kelas dengan bagan yang
(2012:3)
berbeda, namun secara garis besar
menyatakan bahwa penelitian tindakan
terdapat empat tahapan yang lazim
kelas merupakan perencanaan terhadap
dilalui,
kegiatan
(planning), (2) pelaksanaan (action),
belajar
berupa
sebuah
tindakan yang sering dimunculkan dan
(3)
terjadi dalam sebuah kelas secara
refleksi.
yaitu
pengamatan
Populasi
bersama. Dapat disimpulkan bahwa
(1)
dan
perencanaan
(observing),
sampel
(4)
dalam
PTK merupakan penelitian bersiklus
penelitian ini adalah seluruh siswa
yang diman oleh hasil refleksi hasil
kelas V SD Negeri Karyawangi 2,
guru dan atas proses pembelajaran
Kecamatan
yang telah dilakukan dan mengangkat
Pandeglang, Provinsi Banten. Jumlah
masalah-masalah empiris, riil, aktual,
sampel pada penelitian ini berjumlah
kinkret, dan situsional kondisional
30 orang siswa.
Pulosari,
Kabupaten
pembelajaran
Instrumen yang digunakan dalam
utamanya
penelitian ini dengan menggunakan
memperbaiki dan meningkatkan proses
instrumen tes untuk mengukur hasil
dan hasil pembelajaran.
belajar siswa dan lembar observasi
yang
terkait
sehingga
dengan
tujuan
untuk mendeskripsikan pembelajaran
Adapun alasan pemilihan model
pembelajaran
kedalam
dengan menggunakan model make a
penelitian
match.
tindakan kelas ini adalah didasarkan
atas tujuan dan karakteristik masalah
JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
ISSN 2540-9093
Sediasih
76
C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Penelitian tindakan kelas yang
nama pulau besar di Indonesia, luas
bertujuan untuk meningkatkan hasil
darat dan lautan Indonesia. Kartu make
belajar siswa dengan menggunakan
a
model make a match pada mata
memasangkan antara pertanyaan dan
pelajaran PKn dilaksanakan dengan
jawaban serta bentuk pulau dan nama
tiga siklus, setiap siklus meliputi tapah
pulau. Adapun hasil belajar siswa yang
persiapan, pelaksanaan, observasi dan
diperoleh adalah sebagai berikut:
match
yang
digunakan
adalah
refleksi.
Pada
siklus
pembelajaran
pertama
dilaksanakan
dengan
pengenalan georgrafis indonesia secara
umum misalnya letak geografis, namaTabel 1 Prosentase Perolehan Nilai Pada Siklus I
NO
1
2
3
4
5
6
NILAI (N)
50
60
70
80
90
100
Jumlah
SISWA (S)
5
10
7
5
3
0
30
NxS
250
600
490
400
270
0
2010
PROSENTASE
17%
33%
23%
17%
10%
0%
100%
Berdasarkan nilai yang diperoleh
dan belum ada siswa yang mendapat
pada siklus I, dari jumlah 30 siswa,
nilai 100. Hal tersebut dikarenakan
yang memperoleh nilai 50 sebanyak 5
siswa belum terbiasa belajar dengan
siswa atau sebanyak 17%, nilai 60
menggunakan
sebanyak 10 siswa atau sebanyak 33%,
make a match.
nilai
70
sebanyak
7
siswa
atau
Dari
model
hasil
pembelajaran
refleksi
siklus
1
sebanyak 23%, nilai 80 sebanyak 5
diperoleh hasil bahwa efektifitas dalam
siswa atau sebanyak 17%, nilai 90
penggunaan waktu serta aturan main
sebanyak 3 siswa atau sebanyak 10%,
harus semakin jelas dan ketat sehingga
JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
ISSN 2540-9093
Sediasih
77
pembelajaran lebih terkoordinir dengan
serta kekayaan
alam
dan budaya
baik. Pada siklus 2 pembelajaran
Indonesia. Dalam siklus 2 diperoleh
seputar sejarah kemerdekaan Indonesia
hasil:
Tabel 2 Prosentase Perolehan Nilai Pada Siklus II
NO
1
2
3
4
5
6
NILAI (N)
50
60
70
80
90
100
Jumlah
SISWA (S)
2
5
9
8
5
1
30
NxS
100
300
630
640
450
100
2220
PROSENTASE
7%
17%
30%
27%
17%
3%
100%
yang
sebesar 67, siswa juga terlihat sudah
diperoleh pada siklus II, dari jumlah 30
mulai beradaptasi dengan penggunaan
siswa, yang memperoleh nilai 50
model make a match.
Berdasarkan
nilai
Dari
sebanyak 2 siswa atau sebanyak 7%,
hasil
siklus
II
belum
atau
mencapai angka rata-rata diatas 80,
sebanyak 17%, nilai 70 sebanyak 9
maka dilanjutkan dengan siklus III
siswa atau sebanyak 30%, nilai 80
dengan materi menjaga persatuan dan
sebanyak 8 siswa atau sebanyak 27%,
kesatuan bangsa. Dari hasil refleksi
nilai
atau
pada siklus 2 diperoleh hasil bahwa
sebanyak 17%, dan ada satu siswa yang
aturan saat memulai dan menyudahi
mendapat nilai 100 dengan prosentase
permainan dengan menggunakan pluit.
3 %. Perlahan tapi pasti pada siklus
Pada siklus III diperoleh hasil dibawah
kedua
ini:
nilai
60
90
sebanyak
sebanyak
terjadi
5
5
siswa
siswa
peningkatan
dibandingkan dengan siklus 1 yang
Tabel 2 Prosentase Perolehan Nilai Pada Siklus II
NILAI (N)
SISWA (S)
NxS
PROSENTASE
50
0
0
0%
60
1
60
3%
70
3
210
10%
80
6
480
20%
90
11
990
37%
100
9
900
30%
Jumlah
30
2640
100%
JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
Sediasih
ISSN 2540-9093
78
NO
1
2
3
4
5
6
Berdasarkan nilai yang diperoleh
hanya saja masih sedikit ribut dalam
pada siklus II, dari jumlah 30 siswa,
melakukan permainan.
tidak ada siswa yang mendapat nilai
Selanjutnya
pada
siklus
III
50, yang memperoleh nilai 60 sebanyak
diperoleh hasil peningkatan yang bagus
1 siswa atau sebanyak 3%, nilai 70
karena sudah mencapai nilai 88 dari
sebanyak 3 siswa atau sebanyak 10%,
sebelumnya
nilai
atau
mencapai 74. Pada siklus ketiga siswa
sebanyak 20%, nilai 90 sebanyak 11
terlihat lebih antusias karena permainan
siswa atau sebanyak 37%, dan ada 9
dalam menjawab pertanyaan dibantu
siswa yang mendapat nilai 100 dengan
dengan pluit.
80
sebanyak
6
siswa
prosentase 30 %.
siklus
2
hanya
Dari uraian di atas dapat dilihat
Dari hasil belajar pada siklus 1, 2
dan 3
pada
adanya peningkatan hasil belajar siswa
yang menggunakan model
pada materi menjaga keutuhan negara
pembelajaran make a match pada
Indonesia
materi
pendidikan kewarganegaraan (PKn) di
menjaga
Indonesia
keutuhan
negara
terjadi peningkatan. Pada
pada
mata
pelajaran
kelas V SDN Karyawangi 2.
kondisi awal, nilai pada siklus I hanya
Dari
penjelasan
diatas
jelas
masih belum terbiasa menggunakan
bahwa
pembelajaran make a match sehingga
pembelajaran make a match dapat
pada saat permainan atau mencari
mengaktifkan,
pasangan/jawaban
membangun
siswa
terlihat
penggunaan
model
menstimulasi
konsep
sendiri
serta
oleh
bingung dan perlu pengarahan yang
pembelajar sehingga berdampak pada
berulang.
siswa. Hal senada juga dikemukakan
Kemudian hasil belajar siswa
pada
siklus
II
sudah
oleh
terjadi
Huda,
M
(2013:235)
yang
menyatakan:
peningkatan, akan tetapi peningkatan
1. Kelebihan model pembelajaran
tersebut belum terlalu signifikan yaitu
tipe Make a match antara lain: (1)
dari rata-rata 67 menjadi 74. Pada
dapat
siklus 2 ini siswa sudah mulai mengerti
belajar siswa, baik secara kognitif
dan beradaptasi dalam menggunakan
maupun fisik; (2) karena ada
model pembelajaran make a match,
JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
ISSN 2540-9093
unsur permainan, metode ini
Sediasih
79
meningkatkan
aktivitas
menyengkan; (3) meningkatkan
penerapan metode, banyak siswa
pemahaman
terhadap
yang akan malu berpasangan
materi yang dipelajari dan dapat
dengan lawan jenisnya; (3) jika
meningkatkan motivasi belajar
guru tidak mengarahkan siswa
siswa; (4) efektif sebagai sarana
dengan baik, akan banyak siswa
melatih keberanian siswa untuk
yang kurang memperhatikan pada
tampil presentasi; dan (5) efektif
saat presentasi pasangan; (4) guru
melatih
harus hati-hati dan bijaksana saat
siswa
kedisiplinan
siswa
member hukuman pada siswa
menghargai waktu untuk belajar.
2. Kelemahan media Make a match
yang tidak mendapat pasangan,
antara lain: (1) jika strategi ini
karena mereka bisa malu; dan (5)
tidak dipersiapkan dengan baik,
menggunakan metode ini secara
akan
terus menerus akan menimbulkan
banyak
waktu
yang
kebosanan.
terbuang; (2) pada awal-awal
D. Simpulan
Kesimpulan
dalam
penelitian
kelas V SDN Karyawangi 2, dengan
tindakan kelas ini menyatakan bahwa
nilai rata-rata hasil belajar pada siklus I
terdapat peningkatan hasil belajar siswa
sebesar 67, siklus 2 sebesar 74 dan
dengan menggunakan model make a
siklus 3 sebesar 88.
match pada mata pelajaran PKn
di
Daftar Pustaka
Asrori,
M,
(2009),
Psikologi
Pembelajaran, Bandung: Wacana
Prima.
Barlia, L, (2002), Mengajar dengan
Lingkungan
Alam
Sekitar,
Serang: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Dendy, Erwina, dkk, (2003), Kamus
Bahasa
Indonesia
Sekolah
Dasar, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Mihtahul Huda. 2013. Model-model
Pengajaran dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
ISSN 2540-9093
Sediasih
80
Priyono, Sayekti, T, (2008), Ilmu
Pengetahuan Alam untuk SD dan
MI kelas III, Jakarta: Pusat
Perbukuan Depdiknas.
Sapriati, A, dkk, (2014), Pembelajaran
IPA di Sekolah Dasar, Jakarta:
Universitas Terbuka.
Sutrisno, Harjono, dan Haris Sudarto,
(2005), Pengenalan Lingkungan
Alam Sekitar sebagai Sumber
Belajar Anak Usia Dini, Jakarta:
DEPDIKNAS Dirjen Pendidikan
Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Kemala, R, (2006), Jelajah IPA untuk
kelas III, Jakarta: Yudhistira.
Mulyasa, E, (2005), Menjadi Guru
Profesional, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Priaji, D, (2013), Pengertian Hasil
Belajar Menurut Para Ahli.
Diunduh 19 September 2015
pukul 20.51 dari http://zakwaanpriaji.blogspot.co.id/2013/07/pen
gertian-hasil-belajar-menurutpara-ahli.
JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
ISSN 2540-9093
Sediasih
81