Efek Teh Ooolong (Camellia sinensis) Terhadap Kadar LDL pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Tahun 2016.
iv ABSTRAK
EFEK TEH OOLONG (Camellia sinensis) TERHADAP KADAR LDL PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN
MARANATHA TAHUN 2016
Sarah Amalia, 2016 Pembimbing I: Edwin Setiabudi, dr.,Sp.PD.,KKV.,FINASIM Pembimbing II: Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes
Latar Belakang Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid dimana terjadi peningkatan maupun penurunan komponen lipid dalam darah. Kelainan komponen lipid yang utama adalah terjadinya kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein), TG (trigliserida), serta menurunnya kolesterol HDL (High Density Lipoprotein). Kadar abnormal ini akan menyebabkan peningkatan risiko terjadinya berbagai penyakit, seperti obesitas dan penyakit kardiovaskuler. Terapi dislipidemia merupakan kombinasi antara terapi farmakologi salah satu contohnya adalah dengan obat golongan statin serta perubahan gaya hidup. Obat herbal yang digunakan untuk mengatasi dislipidemia terutama naiknya kadar LDL adalah teh oolong.
Tujuan Penelitian untuk menilai efek seduhan teh oolong terhadap kadar LDL pada manusia.
Metode Penelitian kuasi eksperimental dengan desain penelitian pre dan post test. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pemberian teh oolong pada 30 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Data yang diukur adalah kadar LDL. Analisis data menggunakan uji T-berpasangan dengan kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p.
Hasil Penelitian menunjukkan rata-rata kadar LDL sebelum konsumsi teh oolong sebesar 87,37 mg/dL dan sesudah konsumsi sebesar 82,20 mg/dL. Hasil uji T-berpasangan menunjukkan nilai 5,2 mg/dl dengan p = 0,000( p<0,01).
Simpulan seduhan teh oolong dapat menurunkan kadar LDL darah pada manusia.
Kata kunci : dislipidemia, teh oolong, kadar LDL
(2)
v ABSTRACT
EFFECTS OF OOLONG TEA (CAMELLIA SINENSIS) TOWARD FACULTY OF MEDICINE MARANATHA CHRISTIAN UNIVERSITY YEAR OF 2016
STUDENT’S LDL LEVEL.
Sarah Amalia, 2016 1st Tutor Edwin Setiabudi, dr., Sp.PD., KKV., FINASIM 2nd tutor : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., Kes
Background Dyslipidemia defined as a disorder of lipid metabolism which occured as
an increase or decrease in blood lipid components. The main components of lipid abnormalities is the rise of total cholesterol, LDL cholesterol (Low Density Lipoprotein), TG (triglycerides), and decrease HDL (High Density Lipoprotein). Abnormal levels of those component above will lead to an increased of risk of various diseases, such as obesity and cardiovascular disease. Theraphy of dyslipidemia is a combination of pharmacological therapy such as statins theraphy and also lifestyle changes. One of herbal remedy used to treat dyslipidemia, particularly rising levels of LDL is oolong tea.
Objective To assess the effects of oolong tea lowering LDL levels in humans.
Research Methods quasi-experimental research design with pre and post test. This study was conducted by giving oolong tea to 30 students of the Faculty of Medicine, Maranatha Christian University. Data were measured LDL levels. Data analysis using paired T-test with significance determined based on the value of p.
Result the average levels of LDL before oolong tea consumption is 87.37 mg / dL and after consumption is 82.20 mg / dL. T-paired test results show the value of 5.2 mg / dl, p = 0.000 (p <0.01).
Conclusions steeping oolong tea can lower blood LDL levels in humans. Keywords: dyslipidemia, oolong tea, levels of LDL
(3)
vi DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN... ii
SURAT PERNYATAAN... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Maksud dan Tujuan ... 2
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.4.1 Manfaat Akademis ... 3
1.4.2 Manfaat Praktis ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran ... 3
1.6 Hipotesis Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Lipid ... 5
2.1.1 Klasifikasi Lipid ... 6
2.2 Kolesterol ... 6
2.2.1 Biosintesis Kolesterol ... 7
2.2.2 Fungsi Kolesterol ... 10
2.3 Lipoprotein ... 10
2.3.1 Metabolisme Lipoprotein ... 12
(4)
vii
2.4 Dislipidemia ... 15
2.4.1 Klasifikasi Dislipidemia ... 16
2.4.2 Faktor Risiko Dislipidemia ... 18
2.4.3 Hubungan Dislipidemia dengan Penyakit Kardiovasculer ... 19
2.4.4 Penatalaksanaan Dislipidemia ... 22
2.5 Camelia sinensis ... 26
2.5.1 Kandungan Camelia sinensis ... 27
2.5.2 Teh Oolong ... 29
2.5.3 Hubungan Teh Oolong dengan LDL ... 30
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 33
3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 33
3.1.1 Alat – alat Penelitian ... 33
3.1.2 Bahan – bahan Penelitian ... 33
3.1.3 Subjek Penelitian ... 33
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34
3.3 Metode Penelitian ... 34
3.3.1 Disain Penelitian ... 34
3.3.2 Variabel Penelitian ... 34
3.3.3 Definisi Operasional Vaiabel ... 34
3.3.4 Penghitungan Jumlah Sampel ... 35
3.4 Prosedur Penelitian ... 36
3.4.1 Persiapan Bahan Uji ... 36
3.4.2 Prosedur Penelitian ... 36
3.5 Metode Analisis ... 37
3.5.1 Hipotesis Statistik ... 37
3.5.2 Kriteria Uji ... 37
3.6 Aspek Etik Penelitian ... 38
(5)
viii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39
4.1 Hasil Penelitian ... 39
4.2 Pembahasan ... 42
4.3 Uji Hipotesis Penelitian ... 43
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 44
5.1 Simpulan ... 44
5.2 Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
LAMPIRAN ... 50
RIWAYAT HIDUP...62
(6)
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Profil Lipid Menurut NCEP ATP III 2001...16
Tabel 2.2 Klasifikasi Dislipidemia Menurut WHO ...17
Tabel 2.3 Komposisi kimia daun teh muda (Camelia sinensis) ...28
Tabel 2.4 Komponen Kafein dan Katekin Dalam Teh Oolong...30
Tabel 4.1 Kadar LDL (mg/dl) Sebelum dan Sesudah Minum Seduhan Teh Oolong ...39
Tabel 4.2 Rerata Kadar LDL Sebelum dan Sesudah Minum Seduhan Teh Oolong... ... ..41
Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Data Sebelum dan Sesudah Minum Seduhan Teh Oolong ... ..41
(7)
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Biosintesis Kolesterol ... 9 Gambar 2.2 Jalur Metabolisme Lipoprotein ... 12 Gambar 2.3 Hubungan Antara Hipotesis Infiltrasi Lipid dengan Luka Endotel ... 22 Gambar 2.4 Teh Oolong ... 29
(8)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Ethical Approval Penelitian Efek Seduhan Teh Oolong TerhadapKadar LDL Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Univeristas Kristen Maranatha Tahun 2016 ... ..50 Lampiran 2 Informed Consent Penelitian Efek Seduhan Teh Oolong Terhadap
Kadar LDL Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Univeristas Kristen Maranatha Tahun 2016...51 Lampiran 3 Hasil Uji Statistik Uji Normalitas Kadar LDL Sebelum Dan
Sesudah Konsumsi Seduhan Teh Oolong...52 Lampiran 4 Hasil Uji Statistik Uji T-Berpasangan Kadar LDL Sebelum Dan
Sesudah Konsumsi Seduhan Teh Oolong...53 Lampiran 5 Dokumentasi ... ...54
(9)
50
LAMPIRAN 1
ETHICAL APPROVAL PENELITIAN EFEK SEDUHAN TEH OOLONG TERHADAP KADAR LDL PADA MAHASISWA FAKULTAS
(10)
51
LAMPIRAN 2
INFORMED CONSENT PENELITIAN EFEK SEDUHAN TEH OOLONG TERHADAP KADAR LDL PADA MAHASISWA FAKULTAS
(11)
52
LAMPIRAN 3
HASIL UJI STATISTIK UJI NORMALITAS KADAR LDL SEBELUM DAN SESUDAH KONSUMSI SEDUHAN TEH OOLONG
Case Processing Summary
perlakuan Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent kadar Selisih 30 100,0% 0 0,0% 30 100,0%
Descriptives
Perlakuan Statistic Std. Error
kadar Selisih
Mean 5,8806 ,32305 95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 5,2199 Upper Bound 6,5414 5% Trimmed Mean 5,8431 Median 5,9715 Variance 3,131 Std. Deviation 1,76943
Minimum 2,78
Maximum 9,89
Range 7,11
Interquartile Range 2,79
Skewness ,255 ,427 Kurtosis -,331 ,833
Tests of Normality
perlakuan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. kadar Selisih ,080 30 ,200* ,983 30 ,905
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
(12)
53
LAMPIRAN 4
HASIL UJI STATISTIK UJI T-BERPASANGAN KADAR LDL SEBELUM DAN SESUDAH KONSUMSI SEDUHAN TEH OOLONG
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 sebelum 87,37 30 11,574 2,113 sesudah 82,20 30 10,813 1,974
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Pair 1 sebelum & sesudah 30 ,990 ,000
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper Pair
1
sebelum -
(13)
54
LAMPIRAN 5 DOKUMENTASI
(14)
55
Gambar 3 Tabung Eppendorf
(15)
56
Gambar 5 Torniquette
(16)
57
Gambar 7 Sampel darah OP
(17)
58
Gambar 9 Packing teh untuk satu objek pemeriksaan
(18)
59
Gambar 11 Kemasan Teh
(19)
60
Gambar 13 Proses Penyeduhan Teh
(20)
61
Gambar 15 Proses Penyeduhan Teh
(21)
62
RIWAYAT HIDUP
Nama : Sarah Amalia
NRP : 1310208
Tempat, tanggal lahir : Solo , 9 Mei 1995
Alamat : Jl. Taman Siswa No.3 Bandung
Riwayat Pendidikan :
1998 – 2000 : TK Pangudi Luhur Bernardus Semarang 2000 – 2007 : SD Assalam Bandung
2007 – 2010 : SMP Taruna Bakti Bandung 2010 – 2013 : SMA Taruna Bakti Bandung
2013 – sekarang :sebagai mahasiwa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
(22)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid dimana terjadi peningkatan maupun penurunan komponen lipid dalam darah. Kelainan komponen lipid yang utama adalah terjadinya kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL), trigliserida (TG), serta menurunnya kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) (PERKENI, 2012). Angka kejadian dislipidemia dewasa ini meningkat dengan cepat disebabkan dengan adanya perubahan pola hidup masyarakat ini terutama akibat jenis makanan tinggi lemak dan berkurangnya aktivitas fisik (Carr and Brunzell, 2004). Diperkirakan 53 % dari penduduk dewasa Amerika Serikat memiliki kelainan lipid terdiri dari 27% atau sekitar 53,5 juta jiwa memiliki tinggi LDL-C , 23 % sekitar 46,4 juta jiwa memiliki rendah HDL-C, dan 30% atau 58,9 juta jiwa memiliki tinggi TG (Toth, 2012). Data di Indonesia berdasarkan Laporan Riskesdas Bidang Biomedis tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi dislipidemia atas dasar konsentrasi kolesterol total >200 mg/dL adalah sekitar 39,8 % (Riskerdas ,2007). Selain itu berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, prevalensi dislipidemia di Indonesia pada rentang usia 25 hingga 34 tahun sebesar 9,3 % sementara pada rentang usia 55 hingga 64 tahun sekitar 15,5 % (Oriviyanti, 2012).
Dalam rangka menurunkan faktor risiko penyakit kardiovaskular beberapa faktor risiko yang dapat dimodifikasi, tekanan darah tinggi yang paling penting, merokok dan high total serum cholesterol. Menurunkan kadar kolesterol terutama LDL merupakan strategi ideal untuk mengurangi insidensi penyakit kardiovaskular. Banyak bahan herbal yang dipercaya masyarakat dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan salah satunya adalah teh oolong. Menurut penelitian dari He et al teh oolong dapat menyeimbangkan antara HDL dan LDL serta dapat menurunkan total cholesterol , LDL , dan Trigliserida pada plasma darah subjek
(23)
2
(He et al., 2009). Hal ini sejalan pula dengan hasil penelitian dari Abd – Elraheim et al yang menyatakan pula bahwa kandungan katekin dan kafein dapat menurunkan kolesterol, trigliserida dan LDL (Abd– Elraheim et al. ,2008) . Penelitian oleh Tomonori Nagao tahun 2005 membuktikan bahwa teh oolong dapat menurunkan kadar LDL laki-laki secara signifikan setelah pemberian seduhan teh oolong selama 12 minggu (Nagao, et al., 2005).
Golongan obat HMG-CoA reductase inhibitor adalah obat hipolipidemik yang umum digunakan, namun obat tersebut memiliki efek samping terhadap fungsi hepar (Pandit et al, 2012). Salah satu alternatif pengobatan adalah dengan mengonsumsi seduhan teh oolong. Teh oolong sendiri sudah dikenal lama oleh masyarakat Indonesia maupun dunia namun penggunaanya sebagai obat herbal sendiri masih belum terlalu luas. Penelitian sendiri bertujuan untuk menilai efek pemberian teh oolong terhadap kadar LDL.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah yang di dapatkan adalah apakah pemberian seduhan teh oolong dapat menurunkan kadar kolesterol LDL.
1.3 Maksud dan Tujuan
Penelitian ini bertujuan agar masyarakat memiliki terapi tambahan untuk dislipidemia dengan efek samping yang relatif sedikit. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efek pemberian teh oolong terhadap kadar kolesterol LDL manusia.
(24)
3
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi dunia kedokteran serta paramedik tentang efek teh oolong terhadap penurunan kadar LDL manusia. Juga dapat menjadi acuan bagi peneliti yang akan meneliti teh oolong lebih lanjut.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai efek teh oolong terhadap penurunan kadar LDL manusia, sehingga teh oolong dapat menjadi terapi alternatif dalam mengatasi dislipidemia.
1.5 Kerangka Pemikiran
Teh oolong mengandung polifenol ,terutama flavonoid seperti katekin dan juga mengandung kafein kandungan teh oolong ini sebenarnya hampir sama dengan teh hijau yang juga mengandung katekin dan kafein namun hanya berbeda dari besarnya kandungan zat- zat tersebut. Flavonoid katekin ( catechin ) yang merupakan salah satu zat yang terkandung dalam teh oolong tersebut memiliki fungsi mencegah terjadinya penyerapan lemak tubuh dengan cara menghambat aktivitas lipase pankreas (Huggins,2003). Mekanisme katekin dalam menurunkan LDL diantaranya adalah menghambat prokses oksidasi LDL (dengan cara mereduksi pembentukan radikal bebas, menjaga dan meregenerasi ∝-tokoferol dan antioksidan lain), menurunkan aktivitas 3-hydroxymethylglutaryl Coenzim A (HMG-CoA) reduktase (regulator enzim dan biosintesis kolesterol), meningkatkan ekspresi reseptor LDL, serta menurunkan absorbsi kolesterol diet dan reabsorbsi asam empedu (Hartoyo, 2003).
(25)
4
Efek anti obesitas dari kafein adalah dapat menurunkan kadar lemak tubuh dengan meningkatkan termogenesis. Hal ini dijelaskan oleh penelitian Dulloo et al yang menyatakan bahwa katekin mampu menghambat katekol-O-metil-transferase yaitu enzim yang mendegradasi noradrenalin (NA) , dan kafein menghambat fosfodiesterase trancellular (enzim yang memecah cAMP NA-induced), maka gabungan katekin dan kafein, efektif dalam merangsang termogenesis dengan menghilangkan hambatan pada titik-titik kontrol berbeda sepanjang NA-cAMP
axis. Interaksi sinergis antara catechin-polifenol dan kafein ini dapat meningkatkan
dan memperpanjang stimulasi simpatis yang akan memperpanjang termogenesis (Dulloo et al., 2000).
Kafein yang dikonsumsi bersama dengan katekin akan menurunkan kadar lemak lebih cepat dibandingkan dengan mengonsumsi kedua zat tersebut secara terpisah. Karena konsumsi cathecin dan kafein secara bersamaan akan memperpanjang stimulasi simpatetik dari termogenesis (Rumpler et al., 2001).
1.6 Hipotesis Penelitian
Pemberian teh oolong menurunkan kadar LDL.
(26)
(27)
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lipid
Lipid adalah sekelompok senyawa non heterogen yang meliputi asam lemak dan turunannya, lemak netral (trigliserida), fosfolipid serta sterol ( Ganong ,2008). Lipid memiliki arti lain sebagai kelompok besar biomolekul dengan gugus fungsional karboksil (-COOH) atau gugus ester (-COOR), yang tidak dapat larut dalam air, tapi larut dalam larutan non polar, seperti eter, aseton, bensin, karbon tetraklorida, dan lain sebagainya (Baraas, 2006). Lipid akan larut dalam pelarut organik seperti aseton, alkohol, kloroform, eter, dan benzena (Bintang, 2010). Lipid dikelompokkan berdasarkan struktur dan karakteristik non polarnya menjadi lemak (fat), lilin, fosfolipid, sfingolipid, glikolipid, eikosanoat, steroid, lipoprotein, dan vitamin yang larut di dalam lemak. Beberapa jenis lipid memiliki gugus polar dan non polar, sehingga lipid bersifat amfipatik akan membentuk misel di dalam air (Ritter, 1996) .
Sifat yang dimiliki lipid diantaranya adalah sebagai berikut:
- Hidrolisis dari lipid akan menghasilkan asam lemak yang berperan pada metabolisme tumbuhan dan hewan.
- Lipid tidak larut dalam air, tetapi dapat larut dalam pelarut organik (benzena, eter, aseton, kloroform, dan karbontetraklorida)
- Lipid mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen. Beberapa jenis lipid juga memiliki kandungan nitrogen dan fosfor
- Lipid tidak mempunyai satuan yang berulang, tidak seperti karbohidrat dan protein (Marks et al, 2000).
Fungsi lipid adalah sebagai sumber energi , pelindung organ tubuh , pembentukan sel, sumber asam lemak essensial , alat pengangkut vitamin larut lemak , menghemat protein , memberi rasa kenyang dan kelezatan , sebagai pelumas, dan menjaga suhu tubuh ( Guyton dan Hall, 2007).
(28)
2
2.1.1 Klasifikasi Lipid
Lipid dapat dibedakan dalam tiga kelompok besar, yaitu:
- Lipid sederhana (simple lipids), Lipid sederhana merupakan ester gugus asam lemak (sering disebut juga sebagai gugus asil) dengan molekul alkohol gliserol. Lipid sederhana dapat berbentuk monogliserida, digliserida atau trigliserida (triasilgliserol). Trigliserida merupakan lipid yang tersimpan dalam sitoplasma sel-sel adiposa.
- Lipid kompleks (complex lipids) lipid kompleks, merupakan ester gugus asam lemak dengan molekul alkohol, lipid kompleks juga berikatan dengan molekul yang lain, seperti asam fosfat dan senyawa nitrogen tertentu. Asam lemak tidak hanya mengalami proses esterisasi menjadi molekul lipid yang lebih kompleks, tapi juga dapat mengalami poses transformasi metabolik menjadi senyawa-senyawa baru yang disebut sebagai turunan lipid.
- Turunan lipid (derived lipids). Turunan lipid dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok besar, seperti eikosanoid, isoprenoid, badan keton
(keton bodies), dan sebagainya. ( Baaras,2006; Mayes, 1999 ;
Santoso,2009)
2.2 Kolesterol
Kolesterol merupakan lipid amfipatik yang penting dalam pengaturan permeabilitas dan fluiditas membran, dan juga sebagai lapisan luar lipoprotein plasma (Murray,2012). Kolesterol merupakan sebuah struktur organik yang mempunyai berat molekul 386 Da dan memiliki 27 atom karbon, dimana 17 diantaranya tergolong kepada empat cincin yang tergabung, dua termasuk kepada kelompok metil bersegi yang lengket pada pertemuan cincin AB dan CD, dan delapan adalah pada rantai sisi perifer. Kolesterol tersusun oleh karbon hidrogen dan karbon, dengan kelompok hidroksil soliter berlekatan pada C3. Kolesterol juga hampir jenuh secara sempurna, memiliki hanya satu ikatan ganda C5 dan C6 (Dominiczak dan Wallace, 2009).
(29)
3
2.2.1 Biosintesis Kolesterol
Proses biosintesis kolesterol dapat dijelaskan dalam beberapa tahap berikut (Murray , et al ,2012):
- Biosintesis mevalonat
Dua molekul asetil-KoA bersatu untuk membentuk asetoasetil-KoA yang dikatalisis oleh tiolase sitosol. Asetoasetil-KoA mengalami kondensasi dengan molekul asetil-KoA lain yang dikatalisis oleh HMG-KoA sintase untuk membentuk HMG-KoA yang direduksi menjadi mevalonat oleh NADPH dan dikatalisis oleh HMG-KoA reduktase (Murray , et al ,2012).
- Pembentukan unit isoprenoid
Mevalonat mengalami fosforilasi secara sekuensial oleh ATP dengan tiga kinase, dan setelah dekarboksilasi terbentuk unit isoprenoid aktif, isopentenil difosfat(Murray , et al ,2012).
- Enam unit isoprenoid membentuk skualen
Isopentenil difosfat mengalami isomerasi melalui pergeseran ikatan rangkap untuk membentuk dimetilalil difosfat, yang kemudian bergabung dengan molekul lain isopentenil difosfat untuk membentuk zat antara sepuluh-karbon geranil difosfat. Kondensasi lebih lanjut dengan isopentenil difosfat membentuk farnesil difosfat. Dua molekul farnesil difosfat bergabung di ujung difosfat untuk membentuk skualen (Murray , et al ,2012).
- Pembentukan lanosterol
Skualen dapat melipat membentuk suatu struktur yang sangat mirip dengan inti steroid. Sebelum terjadi penutupan cincin, skualen diubah menjadi skualen 2,3-epoksida oleh oksidase berfungsi-campuran di retikulum endoplasma, yaitu skualen eposidase. Gugus metil di C14 dipindahkan ke C13 dan yang ada di C8 ke
C14 sewaktu terjadi siklasi, dikatalisis oleh oksidoskualen: lanosterol siklase
(Murray , et al ,2012).
- Pembentukan kolesterol
(30)
4
Pembentukan kolesterol dari lanosterol berlangsung di membran retikulum endoplasma dan melibatkan pertukaran di inti steroid dan rantai samping. Gugus metil di C14 dan C4 dikeluarkan untuk membentuk 14-desmetil lanosterol dan
kemudian zimosterol. Ikatan rangkap di C8-C9 kemudian dipindahkan ke C5-C6
dalam dua langkah, yang membentuk desmosterol. Akhirnya, ikatan rangkap rantai samping direduksi, dan menghasilkan kolesterol (Murray , et al ,2012)
(31)
5
Biosintesis kolesterol dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Biosintesis Kolesterol (Murray et al ,2012)
(32)
6
2.2.2 Fungsi Kolesterol
Sejauh ini manfaat kolesterol nonmembran yang paling banyak dalam tubuh adalah untuk membentuk asam kolat di dalam hati. Sebanyak 80 % kolesterol dikonversi menjadi asam kolat. Kolesterol berkonjugasi dengan zat lain membentuk garam empedu, yang membantu pencernaan dan absorbsi lemak.
Sebagian kecil dari kolesterol dipakai oleh kelenjar adrenal untuk membentuk hormon adrenokortikal; ovarium, untuk membentuk progesteron dan estrogen; dan oleh testis untuk membentuk testosteron. Kelenjar-kelenjar ini juga dapat membentuk sterol sendiri dan kemudian membentuk hormon dari sterol tersebut. Sejumlah besar kolesterol diendapkan dalam lapisan korneum kulit. Hal ini bersama dengan lemak lainnya, membuat kulit lebih resisten terhadap absorbsi zat yang larut dalam air dan juga kerja dari berbagai zat kimia, karena kolesterol dan lemak lain sangat tidak berdaya terhadap zat-zat seperti asam lemak dan berbagai pelarut, yang bila tidak dapat lebih mudah menembus tubuh. Juga, zat lemak ini membantu mencegah evaporasi air dari kulit; tanpa proteksi ini jumlah evaporasi (seperti terjadi pada pasien yang kehilangan kulitnya karena luka bakar) dapat mencapai 5 sampai 10 liter setiap hari sedangkan kehilangan yang biasa hanya 300 sampai 400 mililiter (Guyton dan Hall, 2006).
2.3 Lipoprotein
Lipid di dalam plasma darah ialah kolesterol, trigliserida (TG), fosfolipid dan asam lemak yang tidak larut dalam cairan plasma. Lipid – lipid ini memerlukan modifikasi dengan bantuan protein untuk dapat diangkut dalam sirkulasi darah karena sifatnya yang tidak larut dalam air. Lipoprotein merupakan molekul yang mengandung kolesterol dalam bentuk bebas maupun ester, trigliserida, fosfolipid, yang berikatan dengan protein yang disebut apoprotein. (Mayes et all,2003) Dalam molekul lipoprotein inilah lipid dapat larut dalam sirkulasi darah, sehingga bisa diangkut dari tempat sintesis menuju tempat penggunaannya serta dapat didistribusikan ke jaringan tubuh. (Almatsier, 2001) Lipoprotein memiliki dua
(33)
7
bagian yaitu inti yang terdiri dari trigliserida dan ester kolesterol yang tidak larut air dan bagian luarnya terdiri dari kolesterol bebas, fosfolipid, dan apo-protein yang lebih larut air. HDL, LDL, dan Lp (a) dominan intinya mengandung ester kolesterol, pada VLDL dan kilomikron, TG merupakan komponen yang dominan (Kane dan Malloy, 2000). Lipoprotein dibagi menjadi beberapa jenis, berdasarkan berat jenisnya, yaitu, kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediate
Density Lipoprotein (IDL), Low Density Lipoprotein (LDL), High Density Lipoprotein (HDL). Lipoprotein ini dapat berinteraksi dengan enzim tubuh seperti
Lipoprotein Lipase (LPL), Lechitin Cholesterol Acyl Transferase (LCAT), dan Hepatic Triglyceride Lipase (HTGL) sehingga lipoprotein ini dapat berubah jenisnya (Kusmiyati, 2000).
Lipoprotein merupakan senyawa kompleks antara lemak dan protein. Dalam serum darah terdirii atas empat jenis lipoprotein, yaitu kilomikron, VLDL, LDL, dan HDL (Marks et all , 2000 ).
- Kilomikron mengandung 96 % trigliserida; 1,7 % protein;1,75 % kolesterol; dan 0,6 % fosfolipida. Kilomikron berfungsi sebagai pengangkut lemak dari usus ke tempat-tempat yang membutuhkan.
- VLDL mengandung 60 trigliserida; 15 % kolesterol; 10 % protein; dan 15 % fosfolipida. VLDL berfungsi sebagai pengangkut trigliserida endogen dari tempat-tempat pembentukannya ke tempat yang membutuhkan.
- LDL mengandung 10 % trigliserida; 45 % kolesterol; 25 % protein; dan 20 % fosfolipida. LDL berfungsi mengangkut kolesterol dari sel yang satu ke sel lainnya dimana kolesterol tersebut diperlukan untuk pembentukan hormon sterol dan steroid.
- HDL mengandung 3 % trigliserida; 18 % kolesterol; 50 % protein, dan 30 % fosfolipida. HDL berfungsi mengangkut kolesterol ke hati untuk didegradasi menjadi asam empedu dan dibuang dalam kantong empedu. (Marks et all , 2000 )
(34)
8
2.3.1 Metabolisme Lipoprotein
Metabolisme lipoprotein dapat dibagi atas tiga jalur yaitu jalur metabolisme eksogen, jalur metabolisme endogen, dan jalur reverse cholesterol transport, kedua jalur utama berhubungan dengan metabolisme kolesterol-LDL dan trigliserid, sedang jalur reverse cholesterol transport khusus mengenai metabolisme kolesterol-HDL. (Adam,2007).
Gambar 2.2. Jalur Metabolisme Lipoprotein (Journal of The American Society of Nephrology, 2007)
Metabolisme lipoprotein terdiri dari tiga jalur yaitu : - Jalur metabolisme eksogen
Makanan berlemak yang dimakan terdiri atas trigliserid dan kolesterol. Selain kolesterol yang berasal dari makanan terdapat juga kolesterol yang berasal dari hati yang diekskresi bersama empedu ke usus halus. Lemak inilah yang disebut lemak eksogen. Trigliserid dan kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus dimana trigliserid akan diserap sebagai asam lemak bebas sementara kolesterol sebagai kolesterol. Di dalam
(35)
9
usus halus asam lemak bebas akan diubah lagi menjadi trigliserid, sedang kolesterol akan mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester dan keduanya bersama dengan fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang dikenal dengan kilomikron.
Kilomikron ini akan masuk ke saluran limfe dan akhirnya melalui duktus torasikus akan masuk ke dalam aliran darah. Trigliserid dalam kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel menjadi asam lemak bebas. Asam lemak bebas dapat disimpan sebagai trigliserid kembali di jaringan lemak, tetapi bila terdapat dalam jumlah yang banyak sebagian akan diambil oleh hati menjadi bahan untuk pembentukan trigliserid hati. Kilomikron yang sudah kehilangan sebagian besar trigliserid akan menjadi kilomikron remnant yang mengandung kolesterol ester dan akan dibawa ke hati. (Adam,2007).
- Jalur metabolisme endogen
Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hati dan disekresi ke dalam sirkulasi sebagai lipoprotein VLDL. Apolipoprotein yang terkandung dalam VLDL adalah apolipoprotein B100. Dalam sirkulasi, trigliserid di VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase dan VLDL berubah menjadi IDL yang juga akan mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL. Sebagian dari VLDL, IDL, dan LDL akan mengangkut kolesterol ester kembali ke hati. LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol. Sebagian dari kolesterol di LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang mempunyai reseptor untuk kolesterol-LDL. Sebagian lagi dari kolesterol-LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh reseptor Scavenger-A (SR-A) di makrofag dan akan menjadi sel busa (foam cell). Makin banyak kadar kolesterol-LDL dalam plasma makin banyak yang akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag. Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari kadar kolesterol yang terkandung di LDL.
Beberapa keadaan mempengaruhi tingkat oksidasi seperti meningkatnya jumlah small dense LDL seperti pada sindroma metabolik dan diabetes melitus
(36)
10
serta Kadar kolesterol-HDL, makin tinggi kadar kolesterol-HDL akan bersifat protektif terhadap oksidasi LDL. (Adam, 2007).
- Jalur reverse cholesterol transport
HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol yang mengandung apolipoprotein (apo) A, C dan E dan disebut HDL nascent. HDL nascent berasal dari usus halus dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan mengandung apolipoprotein A1. HDL nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil kolesterol yang tersimpan di makrofag. Setelah mengambil kolesterol dari makrofag, HDL nascent berubah menjadi HDL dewasa yang berbentuk bulat. Agar dapat diambil oleh HDL nascent, kolesterol di bagian dalam dari makrofag harus dibawa ke permukaaan membran sel makrofag oleh suatu transporter yang disebut adenosine triphosphate-binding cassette
transporter-1 atau disingkat ABC-transporter-1.
Setelah mengambil kolesterol bebas dari sel makrofag, kolesterol bebas akan diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim lecithincholesterol
acyltransferase (LCAT). Selanjutnya sebagian kolesterol ester yang dibawa
oleh HDL akan mengambil dua jalur. Jalur pertama ialah ke hati dan ditangkap oleh scavenger receptor class B type 1 dikenal dengan SR-B1. Jalur kedua adalah kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserid dari VLDL dan IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP).
Dengan demikian fungsi HDL sebagai “penyerap” kolesterol dari makrofag
mempunyai dua jalur yaitu langsung ke hati dan jalur tidak langsung melalui VLDL dan IDL untuk membawa kolesterol kembali ke hati (Adam,2007). - Jalur reverse cholesterol transport
HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol yang mengandung apolipoprotein (apo) A, C dan E dan disebut HDL nascent. HDL nascent berasal dari usus halus dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan mengandung apolipoprotein A1. HDL nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil kolesterol yang tersimpan di makrofag. Setelah mengambil kolesterol dari makrofag, HDL nascent berubah menjadi HDL dewasa yang berbentuk bulat. Agar dapat diambil oleh HDL nascent, kolesterol di bagian dalam dari
(37)
11
makrofag harus dibawa ke permukaaan membran sel makrofag oleh suatu transporter yang disebut adenosine triphosphate-binding cassette
transporter-1 atau disingkat ABC-transporter-1.
Setelah mengambil kolesterol bebas dari sel makrofag, kolesterol bebas akan diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim lecithincholesterol
acyltransferase (LCAT). Selanjutnya sebagian kolesterol ester yang dibawa
oleh HDL akan mengambil dua jalur. Jalur pertama ialah ke hati dan ditangkap oleh scavenger receptor class B type 1 dikenal dengan SR-B1. Jalur kedua adalah kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserid dari VLDL dan IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP).
Dengan demikian fungsi HDL sebagai “penyerap” kolesterol dari makrofag
mempunyai dua jalur yaitu langsung ke hati dan jalur tidak langsung melalui VLDL dan IDL untuk membawa kolesterol kembali ke hati (Adam,2007).
2.4 Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida serta penurunan kadar HDL (Gordon, 2003). Prevalensi dislipidemia dewasa ini meningkat dengan cepat disebabkan dengan adanya gaya hidup tidak sehat dengan kurangnya olah raga serta tingginya konsumsi makanan tidak sehat. Dislipidemia menurut WHO diperkirakan menyebabkan 2,6 juta kematian (4,5% dari total). Prevalensi disipidemia tertinggi menurut WHO Wilayah Eropa (54% untuk kedua jenis kelamin), diikuti oleh WHO Wilayah Amerika (48% untuk kedua jenis kelamin). Sedangkan presentase terendah adalah Afrika yaitu 22,6 % dan South East Asia yaitu 29,0 (WHO, 2015). Menurut data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 prevalensi penyakit dislipidemia di Indonesia mencapai 14% (Ginting, 2011).
(38)
12
2.4.1 Klasifikasi Dislipidemia
Diagnosis dislipidemia ditentukan berdasarkan beberapa batasan kadar kolesterol beberapa batasan dapat dilihat pada tabel 2.1 dan 2.2.
Tabel 2.1 Klasifikasi Profil Lipid Menurut NCEP ATP III 2001(Adam , 2007)
Profil Lipid (mg/dl) Interpretasi
Kolesterol total
<200 Optimal
200-239 Diinginkan
≥240 Tinggi
Kolesterol LDL
<100 Optimal
100-129 Mendekati normal
130-159 Diinginkan
160-189 Tinggi
≥190 Sangat tinggi
Kolesterol HDL
<40 Rendah
≥60 Tinggi
Trigliserid
<150 Optimal
150-199 Diinginkan
200-499 Tinggi
≥500 Sangat tinggi
(39)
13
Selain NCEP( National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III (NCEP ATP III) 2001 , WHO juga membagi Dislipidemia dengan melakukan modifikasi pada klasifikasi Frederickson. Klasifikasi menurut who dapat dilihat di tabel 2.2
Tabel 2.2 Klasifikasi Dislipidemia Menurut WHO (Hendromartono et al, 2007)
Fredrickson Klasifikasi Generik Klasifikasi Terapetik
Peningkatan Lipoprotein
I Dislipidemia Hipertrigliseridemia
Eksogen
Kilomikron
II a Hiperkolesterolemia Hiperkolesterolemia LDL
II b Dislipidemia
kombinasi Hipertrigliseridemia Endogen + Dislipidemia kombinasi LDL+VLDL
III Dislipidemia
Remnant
Hipertrigliseridemia Partikel endogen
IV Dislipidemia
endogen
Hipertrigliseridemia Endogen
VLDL
V Dislipidemia
campuran
Hipertrigliseridemia Endogen
VLDL+Kilomikron
Ada pula yang membagi dislipidemia dibagi berdasarkan faktor primer dan sekunder. Dislipidemia Primer, merupakan dislipidemia yang disebabkan oleh kelainan penyakit genetik atau bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah. Dislipidemia Sekunder, merupakan dislipidemia yang disebabkan oleh suatu keadaan seperti misalnya hiperkolesterolemia yang diakibatkan oleh hipotiroidisme, sindrom nefrotik, kehamilan, anoreksia nervosa, dan penyakit hati obstruktif. Atau selain itu seperti hipertrigliserida disebabkan oleh Diabetes Mellitus, konsumsi alkohol, gagal ginjal kronik, infark miokard, dan kehamilan dan akromegali (Adam, 2007).
(40)
14
2.4.2 Faktor Risiko Dislipidemia
- Obesitas
Pada obesitas terdapat peningkatan massa jaringan adiposa dan penurunan sensitivitas insulin, hal tersebut merupakan faktor penting terjadinya dislipidemia. Peningkatan insulin menyebabkan sintesis asam lemak di hepar dan asam lemak bebas yang berasal dari jaringan adiposa banyak ditransport ke hepar untuk diesterifikasi menjadi trigliserida yang dikemas dalam VLDL sebelum akhirnya disekresikan ke sirkulasi sistemik. Kadar HDL pada obesitas juga biasanya rendah.
- Diabetes Melitus (DM)
Penderita diabetes melitus tipe I umumnya tidak disertai hiperlipidemia jika kontrol glukosa darah baik, sebaliknya tipe II biasanya selalu disertai dengan hiperlipidemia bahkan bila kontrol glukosa darah baik karena kadar insulin yang sangat tinggi dan resistensi insulin memiliki efek terhadap metabolisme lemak. Efek terhadap metabolisme lemak seperti penurunan kadar lipoprotein lipase (LPL) menyebabkan penurunan katabolisme VLDL dan kilomikron, peningkatan pelepasan asam lemak bebas dari jaringan adiposa, peningkatan sintesis asam lemak dan produksi VLDL di hati.
- Penyakit Tiroid
Hipotirodisme terkait dengan peningkatan kadar LDL akibat berkurangnya fungsi reseptor LDL di hati dan klirens LDL yang tertunda.
- Alkohol
Konsumsi alkohol secara rutin dapat berpengaruh pada kadar lipid plasma seperti peningkatan sintesis trigliserida hati, sekresi VLDL, dan sedikit meningkatkan kadar HDL
- Gangguan hati
Hati merupakan tempat pembentukan dan katabolisme dari lipoprotein, apabila terdapat penyakit hati dapat menyebabkan peningkatan kadar lipid dalam berbagai jalur. Hepatitis akibat infeksi, obat atau alkohol sering dikaitkan dengan peningkatan sintesis VLDL dan hipertrigliseridemia. Pada hepatitis yang berat
(41)
15
dan gagal hati terjadi penurunan kolesterol dan trigliserida karena penurunan kapasitas bioseintesis lipoprotein.
- Gangguan Ginjal
Hiperlipidemia pada sindrom nefrotik terjadi karena peningkatan metabolisme LDL dan penurunan klirens VLDL.
- Obat-obatan
Beberapa jenis obat mempunyai pengaruh terhadap metabolisme lipid, contoh golongan obat beta blocker dapat menurunkan kadar HDL dan meningkatkan kadar VLDL. (Rader & Hobbs, 2010)
2.4.3 Hubungan Dislipidemia Dengan Penyakit Kardiovaskuler
Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit kardiovaskular yang disebabkan oleh terbentuknya arterosklerosis pada pembuluh darah yang mengakibatkan meningkatnya kejadian penyakit kardiovaskular. Menurut WHO 17,5 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskular pada tahun 2012, dan merupakan 31% dari seluruh kematian global. Dari kematian ini, diperkirakan 7,4 juta adalah karena penyakit jantung koroner (WHO,2016). Sekitar 2400 penduduk Amerika meninggal akibat penyakit kardiovaskular setiap hari dan disimpulkan rata-rata satu kematian setiap 37 detik. Pada tahun 2004 angka kematian dari penyakit kardiovaskular adalah 288,0 per 100.000 kematian di Amerika Serikat (Rosamond et al., 2007). Prevalensi kematian akibat penyakit kardiovaskular di Amerika Serikat pada tahun 2009 adalah 236.1per 100.000 orang (Go et al.,2012) Penyakit jantung aterosklerotik, atau dikenal sebagai penyakit jantung koroner atau penyakit arteri koroner yang paling sering disebabkan oleh aterosklerosis yang terjadi akibat pengendapan kolesterol di dinding arteri, menyebabkan akumulasi plak yang mengakibatkan penyempitan arteri dan meningkatkan risiko infark miokard dan stroke iskemik (Rosamond et al., 2007).
Dislipidemia merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner karena pada dislipidemia terjadi peningkatan konsentrasi kolesterol LDL, kolesterol total, trigliserida, serta penurunan kolesterol HDL yang bersifat anti-aterogenik,
(42)
16
anti oksidan, dan anti inflamasi, dimana keseluruhan proses tersebut akan mengurangi cadangan anti oksidan alamiah (Sudoyo et all , 2009). Kurangnya anti oksidan ini akan membuat pembuluh darah rentan mengalami cedera endotel, yang merupakan awal terjadinya aterosklerosis pada penyakit jantung koroner. Apabila telah terjadi cedera pada endotel, maka akan terjadi peningkatan paparan molekul adhesi pada sel endotel dan akan terjadi penurunan kemampuan endotel tersebut dalam melepaskan nitric oxide dan zat lain yang membantu mencegah perlekatan makromolekul, trombosit, dan monosit. Setelah itu monosit dan lipid (kebanyakan berupa LDL) yang beredar mulai menumpuk di tempat yang mengalami kerusakan, lalu terbentuklah plak ateroma pada pembuluh darah tersebut. (Guyton , 2007) Aterosklerosis terutama mengenai lapisan intima merupakan kelainan yang mendasari penyakit jantung iskemik. Lesi aterosklerosis di klasifikasikan atas tiga tahap secara morfologik yaitu bercak perlemakan, plak fibrosa, dan lesi terkomplikasi. Sebelum terjadinya bercak perlemakan terjadi sel – sel busa. Flak fibrosa adalah bentuk lesi yang khas untuk aterosklerosis yang sudah berkembang sedangkan lesi terkomplikasi adalah plak fibrosa yang sudah mengalami perubahan oleh peningkatan nekrosis sel, perdarahan, deposit kalsium atau diquamasi permukaan endotel diatasnya dan pembentukan trombus. Lesi terkomplikasi dapat mengakibatkan gangguan aliran di lumen pembuluh darah.
Faktor yang bertanggung jawab atas penumpukan lipid pada dinding pembuluh darah dan beberapa teori (Anwar ,2004):
- Adanya defek pada fungsi reseptor LDL di membran gel. - Gangguan transpor lipoprotein transeluler (endositotoktik). - Gangguan degrasi oleh lisosom lipoprotein.
- Perubahan permeabilitas endotel.
Tahap awal yang penting pada aterogenesis adalah adanya partikel LDL yang ada dalam sirkulasi terjebak di dalam intima. LDL ini mengalami oksidasi atau perubahan lain dan kemudian dipindahkan oleh reseptor "Scavenger" khusus pada makrofag dan gel -gel mural yang lain. Tidak ada pengendalian umpan balik atas pembentukan reseptor -reseptor ini, dan ester-ester kolesterol kemudian berakumulasi didalam gel sehingga membentuk gel busa. Set gel busa membentuk
(43)
17
bercak perlemakan yang bisa menyebabkan disrubsi pada endotelium. Akhirnya faktor pertumbuhan mengakibatkan proliferasi gel dan akhirnya lesi aterosklerosis yang lanjut. (Anwar ,2004).
Hubungan antara Hipotesis infiltrasi lipid dengan luka endotel pada perkembangan aterosklerosis ada pada gambar 2.3
Gambar 2.3. Hubungan Antara Hipotesis Infiltrasi Lipid Dengan Luka Endotel
(Anwar ,2004)
2.4.4 Penatalaksanaan Dislipidemia
Langkah awal penatalaksanaan dislipiemia harus dimulai dengan penilaian jumlah faktor risiko koroner yang ditemukan pada pasien tersebut (risk assessment) untuk menentukan sasaran kolesterol – LDL yang harus dicapai. Penatalaksanaan dislipidemia terdiri atas penatalaksanaan non-farmakologis dan penggunaan obat penurun lipid. Dianjurkan agar semua pasien dislipidemia harus dimulai dengan pengobatan non-farmakologis selama 3 bulan terlebih dahulu, baru dilanjutkan dengan pemberian obat penurun lipid (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2005).
Penatalaksanaan Non – Farmakologi
(44)
18 - Terapi Nutrisi Medis
Pasien dengan kadar kolesterol LDL atau kolesterol total tinggi dianjurkan untuk mengurangi asupan lemak jenuh, dan meningkatkan asupan lemak tidak jenuh rantai tunggal dan ganda (mono unsaturated fatty acid = PUFA). Pada pasien dengan kadar trigliserid yang tinggi perlu dikurangi asupan karbohidrat, alkohol, dan lemak.
- Aktivitas Fisik
Pasien dianjurkan untuk meningkatkan aktivitas fisik sesuai dengan kondisi dan kemampuannya. Semua jenis aktivitas fisik bermanfaat, seperti jalan kaki, naik sepeda, berenang, dll. Penting sekali agar jenis olahraga disesuaikan dengan kemampuan dan kesenangan pasien, selain itu agar berlangsung terus menerus.
Penatalaksaan Farmakologi
Bila penatalaksanaan non farmakologi gagal maka akan dilakukan penatalaksanaan farmakologi. Pada saat ini dikenal sedikitnya enam jenis obat yang dapat memperbaiki profil lipid serum yaitu:
- Bile acid sequestran
Terdapat 3 jenis yaitu cholestyramin, colestipol, dan colesevelam. Obat ini tidak diserap diusus dan bekerja mengikat asam empedu di usus halus dan akan dikeluarkan dengan tinja. Dengan demikian asam empedu yang kembali ke hati akan menurun, hal ini akan memicu hati memecah kolesterol lebih banyak untuk menghasilkan asam empedu yang dikeluarkan di usus. Akibatnya kolesterol darah akan lebih banyak ditarik ke hati sehingga kolesterol serum menurun. Obat golongan resin ini dapat menurunkan kadar kolesterol-LDL sebesar 15 – 30%.
- HMG-CoA reductase inhibitor (statin)
(45)
19
Pada saat ini telah dipasarkan enam jenis yaitu lofastatin, simvastatin, pravastatin, fluvastatin, atorvastatin, dan rosuvastatin. Obat ini bekerja mencegah kerja enzim HMG- CoA redcutase di hati yang berperan pada sintesis kolesterol. Dengan menurunnya sintesis kolesterol di hati akan menurunkan sintesis Apo B100, disamping itu meningkatkan reseptor LDL pada permukaan hati. Dengan demikian kadar kolesterol-LDL darah akan ditarik ke hati, hal mana akan menurunkan kadar kolesterol-LDL dan juga
VLDL.
- Asam nikotinik
Obat ini diduga bekerja menghambat enzim hormone sensitive lipase di jaringan adiposa, dengan demikian akan mengurangi jumlah , asam lemak bebas dan menurunkan pembentukan VLDL. Dengan menurunnya sintesis
VLDL di hati akan menurunkan kadar trigliserid dan juga kolesterol-LDL di
plasma. Selain itu asam nikotinik juga dapat meningkatkan kadar
kolesterol-HDL.
- Asam lemak omega-3
Minyak ikan kaya akan asam lemak omega-3 yaitu asam eicosapentaenoic (EPA) dan asam docasahexaenoic (DHA). Minyak ikan menurunkan kadar kolesterol dengan cara menurunkan sintesis VLDL.
- Derivat asam fibrat
Terdapat empat jenis yaitu gemfibrozil, bezafibrat, cipofibrat, dan fenofibrat. Obat ini menurunkan trigliserid plasma, selain menurunkan sintesis trigliserid di hati. Obat ini bekerja mengaktifkan enzim lipoprotein lipase yang kerjanya memecah trigliserid.
- Ezetimibe
Ezetimibe bekerja sebagai penghambat selektif penyerapan kolesterol baik yang berasal dari makanan maupun dari asam empedu di usus halus.
NCEP-ATP III menganjurkan golongan HMG-CoA reductase inhibitor, sebagai obat pilihan pertama oleh karena sesuai dengan kesepakatan kadar LDL merupakan
(46)
20
sasaran utama pencegahan penyakit arteri koroner. (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia,2005)
Terdapat penatalaksanaan dislipidemia yang relatif aman yaitu dengan tanaman herbal. Salah satu tanaman hebal yang berkhasiat dapat menurunkan kadar kolesterol diantaranya kolesterol LDL adalah teh oolong
(47)
21
2.5 Camellia sinensis
Negara pertama yang menanam teh adalah India dan Cina. Teh dibuat dari daun tanaman teh Camellia sinensis yang dipetik dan mengalami proses pemanasan untuk mencegah oksidasi atau bisa diartikan minuman yang dihasilkan dari seduhan daun teh tersebut. Tanaman teh tumbuh di daerah tropis dan subtropis dengan curah hujan sepanjang tahun tidak kurang dari 1500 mm. Tanaman ini memerlukan kelembapan tinggi dan temperature udara antara 13-29,5˚C (Sutejo, 1972 )
Taksonomi Camellia sinensis dapat di golongkan sebagai berikut: (Steenis , 2005) Kingdom : Plantae
Diviso : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Class : Dicotiledonaea Ordo : Guttiferales Famili : Tehaceae Genus : Camelia
Spesies : Camelia sinensis
Berdasarkan pengolahannya, teh dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu teh hijau (tidak mengalami fermentasi), teh oolong (semi fermentasi), dan teh hitam (fermentasi penuh) (Takeo,1992).
Teh oolong merupakan teh semifermentasi yang lama fermentasinya berada diantara teh hijau dan teh hitam. Sumber dari teh tersebut dari Camellia sinensis. Berbeda dengan proses pengolahan teh hitam, untuk menghasilkan teh oolong, daun-daun yang telah dilayukan kemudian dipanaskan dengan menggunakan panas api atau udara panas, difermentasikan telebih dahulu kemudian dimasukkan ke mesin rollers dan akhirnya di keringkan . Proses pemanasan yang dilakukan segera setelah proses penggulungan daun, dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi. Oleh karena itu, teh oolong disebut sebagai teh semifermentasi (Siswoputranto, 1978).
2.5.1 Kandungan Camellia sinensis
(48)
22
Komposisi Camelia sinensis sangat kompleks antara lain terdiri atas (Cabrera et al., 2006) : Protein (15 – 20% berat kering), dimana enzim merupakan bagian yang penting, Asam amino (1 – 4% berat kering), seperti tiamin atau 5-N ethylglutamine ,asam glutamik, triptopan, glisin, serin, asam aspartik, tiroksin, valin, leusin, threonin, arginin, lisin, Karbohidrat (5-7% berat kering), seperti selulosa, pektin, glukosa, fruktosa, sukrosa, Lemak seperti linoleat dan alfa asam linoleat , Sterol seperti stigmasterol Vitamin (B, C, E) Xanthic seperti kafein dan teophilin Pigmen seperti clorofil dan carotenoid Senyawa volatile seperti aldehit, alkohol, ester, laktones, hidrokarbon, dll. Mineral dan unsur-unsur lain (5% berat kering) : Ca, Mg, Cr, Mn, Fe, Cu, Zn, Mo, Se, Na, P, Cu, Sr, Ni, K, F dan Al (Cabrera et al , 2006 )
Camelia sinensis juga merupakan sumber dari polyphenol bagian dari flavonoid.
Flavonoid merupakan sintesis derifat phenol dengan jumlah (0,5 – 1,5%) dan bervariasi dan didistribusikan secara luas pada berbagai tumbuhan. United States
Departement of Agriculture (USDA) belakangan ini mempublikasikan bahwa isi
flavonoid merupakan makanan pilihan flavonoid utama yang ada pada teh hijau adalah katekin (flovan -3 ols) (Cabrera et al., 2006; Yang dan Landau, 2000). Empat jenis katekin adalah (Cabrera et al., 2006; Yang and Landau, 2000)
- Epigallocatechin – 3 gallate (EGCG) 59% dari total katekin - Epigallocatechin (EGC) : 19%
- Epicatechin – 3 – gallate (ECG) 13,6% - Epicatechin (EC) 6,4.
(49)
23
Tabel 2.3 Komposisi kimia daun teh muda (Camelia sinensis) (Robertson 1992)
Komponen % berat kering (bk)
Karbohidrat 4
Polisakarida
Pati 2-5
Lainnya 12
Selulosa 7
Lignin 6
Protein 15
Lemak 3
Abu 5
Asam amino
Teanin 2
Lainnya 2
Asam organik 0,5
Kafein 3-4
Komponen volatil 0,01
Asam fenolik
Teogalin 2
Lainnya 2
Leukoantosianin 2-3
Flavanol
Epigalokatekin galat 9-13
Epigalikatekin 3-6
Epikatekin galat 3-6
Epikatekin 1-3
Galokatekin 1-2
Katekin 1-2
Falvanol dan glikosidanya 3-4
2.5.2 Teh Oolong
(50)
24
Teh oolong adalah teh hasil semioksidasi enzimatis alias tidak bersentuhan lama dengan udara saat diolah. Teh oolong terletak diantara teh hijau dan teh hitam. Fermentasi terjadi namun hanya sebagian (30 – 70 %).(Sujayanto, 2008)
Gambar 2.4. Teh Oolong (Martell ,2015)
Sebelum menjadi teh oolong yang kering dan dapat dikonsumsi secara praktis, teh tersebut mengalami beberapa tahapan proses yaitu:
- Proses Pemetikan
Proses ini dilakukan dengan tangan agar lebih selektif. Kalau dengan alat pemotong, misalnya ani-ani yang digunakan untuk memanen padi, batang keras pun kemungkinan besar akan ikut terpotong.
- Proses Pelayuan
Proses pelayuan ini dilakukan dengan menggunakan sinar matahari selama 90 menit. Kemudian dipaparkan di dalam ruangan untuk dilakukan kembali proses pelayuan selama 4-8 jam.
- Proses Pengeringan
Pada proses pengeringan dilakukan dengan Panning System, hal ini bertujuan untuk inaktivasi enzim agar fermentasi tidak sempurna atau fermentasinya parsial.
- Proses Penggulungan
(51)
25
Proses peggulungan ini dilakukan dengan sistem open top roller selama 5- 12 menit. Tujuannya adalah untuk memecah sel daun sehingga menghasilkan rasa sepat. Tapi proses penggulungannya tidak sampai hancur seperti pada proses teh hitam (pada bagian penggilingan) (Sujayanto, 2008).
Tabel 2.4 Komponen Kafein dan Katekin Dalam Teh Oolong(He et al., 2009)
Komponen Teh Oolong (mg / 100 ml)
Asam galat 2,19
Kafein 23,51
Gallocatechine 6,68
Epigallocatechine 16,14
Catechine 1,65
Epicatechine 5,08
Epigallocatechine gallate 25,73
Allocatechine gallate 1,85
Epicatechine gallate 5,73
Catechine gallate 0,60
Polymerized 33,65
2.5.3 Hubungan Teh Oolong dengan LDL
Teh oolong mengandung polifenol ,terutama flavonoid seperti katekin dan juga mengandung kafein kandungan teh oolong ini sebenarnya hampir sama dengan teh hijau yang juga mengandung katekin dan kafein namun hanya berbeda dari besarnya kandungan zat- zat tersebut. Kerja polifenol efektif menghambat LDL kolesterol oksidasi dan peningkatan aktivitas antioksidan serum (Yokozawa et al, 2002) . Flavonoid katekin ( catechin ) yang merupakan salah satu zat yang terkandung dalam teh oolong tersebut memiliki fungsi mencegah terjadinya penyerapan lemak dengan cara menghambat aktivitas lipase pankreas (Huggins,2003). Pengaruh katekin dalam menurunkan kadar LDL di buktikan melalui penelitian dari Kim et al yang menyatakan bahwa katekin dapat menurunkan kadar LDL (Kim et al, 2011). Kandungan katekin utama dalam teh
(52)
26
dibagi menjadi 5 jenis yaitu Epigallocatechin 3-gallate (EGCG), Epicathecin (EC) , Epicatechin 3-gallate (ECG), Epigallocatechin (EGC), dan Catechin (C). EGCG merupakan katekin yang aktifitas biologisnya paling aktif terhadap LDL (Rohdiana, 2011). Mekanisme katekin dalam menurunkan LDL diantaranya adalah menghambat prokses oksidasi LDL (dengan cara mereduksi pembentukan radikal bebas, menjaga dan meregenerasi ∝-tokoferol dan antioksidan lain), menurunkan aktivitas 3-hydroxymethylglutaryl Coenzim A (HMG-CoA) reduktase (regulator enzim dan biosintesis kolesterol), meningkatkan ekspresi reseptor LDL, serta menurunkan absorbsi kolesterol diet dan reabsorbsi asam empedu (Hartoyo, 2003). Oksidasi LDL-cholesterol, dikaitkan dengan risiko aterosklerosis dan penyakit jantung, dapat dihambat dengan konsumsi teh karena Epicathecin (EC) dan aktivitas antioksidan Epigallocatechin 3-gallate (EGCG) . Aktivitas antioksidan
Epigallocatechin 3-gallate (EGCG) pada Oksidasi LDL secara in vitro lebih kuat
dari Epicathecin (EC) (Gomikawa S,2002).
Efek anti obesitas dari kafein adalah dapat menurunkan kadar lemak tubuh dengan meningkatkan termogenesis. Hal ini dijelaskan oleh penelitian Dulloo et al yang menyatakan bahwa katekin mampu menghambat katekol-O-metil-transferase yaitu enzim yang mendegradasi noradrenalin (NA) , dan kafein menghambat fosfodiesterase trancellular (enzim yang memecah cAMP NA-induced), maka gabungan katekin dan kafein, efektif dalam merangsang termogenesis dengan menghilangkan hambatan pada titik-titik kontrol berbeda sepanjang NA-cAMP
axis. Interaksi sinergis antara catechin-polifenol dan kafein ini dapat meningkatkan
dan memperpanjang stimulasi simpatis yang akan memperpanjang termogenesis (Dulloo et al., 2000). Menurut American Journal of Physiology kafein yang di kombinasi dengan katekin akan menurunkan kadar lemak lebih cepat dibandingkan bila mengonsumsi zat tersebut secara terpisah. Menurut penelitian dari He et al teh oolong dapat menaikan HDL dan menurunkan LDL serta dapat menurunkan Total cholesterol , LDL , dan Trigliserida pada plasma darah subjek (He et al., 2009) hal ini sejalan pula dengan hasil penelitian dari Abd – Elraheim A . Elshater et al yang menyatakan pula bahwa kandungan katekin dan kafein dapat menurunkan kolesterol, trigliserida dan LDL (Abd – Elraheim A . Elshater et al. , 2008) .
(53)
27
Penelitian oleh Tomonori Nagao tahun 2005 membuktikan bahwa teh oolong dapat menurunkan kadar LDL laki-laki secara signifikan setelah pemberian seduhan teh oolong selama 12 minggu (Nagao, et al., 2005).
(54)
1
BAB III
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat- alat penelitian
- Handscoen - Spuit
- Tabung vacutainer - Plester
- Kapas Alkohol - Torniquette
- Tabung Eppendorf
3.1.2 Bahan – bahan penelitian
Kantung teh (tea bag) yang berisi daun teh oolong bentuk sediaan simplisia kering produksi dari teh enam tiga lalu diseduh dengan air bersuhu 80 ̊ C -100 ̊ C.
3.1.3 Subjek penelitian
Penelitian ini menggunakan 30 orang subjek penelitian yang dipilih dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Penelitian ini berlangsung dari bulan Januari - Oktober 2016 yang bersedia dengan sukarela dari awal hingga akhir dan menandatangani informed consent untuk penelitian efek seduhan teh oolong terhadap kadar LDL.
Kriteria Inklusi - Laki-laki
- Usia 18 – 24 tahun
(55)
2 - BMI ≥ 30
Kriteria Eksklusi
- Sedang mengonsumsi obat penurun kadar lipid - Memiliki riwayat kelainan gastrointestinal - Konsumsi obat herbal lain
- Perokok
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian : Universitas Kristen Maranatha Bandung , Laboratorium Klinik Universitas Kristen Maranatha , dan Rumah Sakit Immanuel Bandung.
Waktu Penelitian : Januari - Oktober 2016
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Disain Penelitian
Penelitian ini merupakan pernelitan kuasi eksperimental dengan disain penelitian pre dan post test. Pada penelitian ini dilakukan pemberian teh oolong pada mahasiswa FK-UKM. Data yang diukur adalah kadar LDL.
3.3.2 Variabel Penelitian
Variabel Perlakuan : seduhan teh oolong Variabel Respon : kadar LDL
(56)
3
3.3.3 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel perlakuan:
Teh oolong dengan perlakuan yang diberikan kepada subjek penelitian dengan dosis 8 gram teh oolong per hari selama enam minggu. Pemilihan dosis ini didasarkan pada dosis penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (He et al., 2009). Definisi operasional variabel respon:
Kadar LDL diukur dengan mengambil darah vena subjek penelitian, kemudian diukur kadar LDL dengan metode kimia yang di lakukan di laboratorium klinik dengan menggunakan menggunakan alat kimia Cobas C-311.
3.3.4 Penghitungan Jumlah Sampel
Penentuan jumlah sampel didasarkan pada rumus besar sampel untuk menguji 2 rata-rata yaitu :
� =� (Ζ − ⁄ + Ζ − ) �
Keterangan : � =
Ζ − ⁄ = , diperoleh dari tabeldistribusi n standar
Ζ − = , diperoleh dari tabel distribusi n standar
= , = , � = , Perhitungan:
� = , + ,
,
� = ,,
� = × ,,
(57)
4 � = , ≈
Besar sampel minimal adalah tiga puluh subjek penelitian.
3.4. Prosedur penelitian
3.4.1 Persiapan Bahan Uji
Teh oolong dalam bentuk sediaan kantong teh ( tea bag) didapatkan dari teh enam tiga kemudian diseduh dengan 300 ml air dengan suhu 80 ̊ C -100 ̊ C.
3.4.2 Prosedur Penelitian Pre-test
1. Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan diminta untuk berpuasa 10-12 jam sebelum dilakukan pengambilan darah untuk pengukuran kadar awal LDL, subjek penelitian diperbolehkan untuk minum air putih.
2. Pengambilan darah dilakukan untuk mengukur kadar LDL sebelum diberi perlakuan dan di tentukan kadar LDL nya menggunan metode kimia di laboratorium klinik dengan menggunakan Cobas C-311.
Pemberian teh oolong selama 6 minggu
1. Subjek penelitian mendapat perlakuan dengan pemberian seduhan teh oolong dengan dosis 8 gram perhari dengan pembagian dosis sebagai berikut:
a. 2 gram sebelum makan pagi b. 2 gram setelah makan pagi c. 2 gram sebelum makan malam d. 2 gram setelah makan malam
Masing masing di seduh dengan air bersuhu 80 ̊ C -100 ̊ C 2. Pemberian teh oolong dilakukan selama 6 minggu.
Post Test
(58)
5
1. Setelah perlakuan selama 6 minggu pasien diminta kembali untuk berpuasa 10-12 jam dan hanya di izinkan minum air putih saja.
2. Pengambilan darah dilakukan untuk mengukur kadar LDL setelah diberi perlakuan dan di tentukan kadar LDL nya menggunan metode kimia di laboratorium klinik dengan menggunakan Cobas C-311.
3.5 Metode Analisis
Data yang diukur yaitu kadar LDL (mg/dL) setelah dilakukan perlakuan. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan uji T berpasangan ( dependent
T-test) , α = 0,05. Dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kemaknaan ditentukan
berdasarkan nili p < 0,05.
3.6 Hipotesis Statistik
3.6.1 Hipotesis Statistik
H0 : tidak terdapat penurunan kadar LDL setelah pemberian seduhan teh oolong selama enam minggu.
H1 : terdapat penurunan kadar LDL setelah pemberian seduhan teh oolong selama enam minggu.
3.6.2 Kriteria Uji
Kriteria Uji berdasarkan nilai p:
- Jika nilai p ≥ 0,05 maka H0 diterima.
- Jika nilai p < 0,05 / p < 0,01 maka H0 ditolak.
(59)
6
3.7 Aspek Etik Penelitian
Penelitian ini telah memperoleh persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha-Rumah Sakit Immanuel. Semua riset yang melibatkan manusia sebagai subjek penelitian harus berdasarkan empat prinsip dasar Etik Penelitian (EP), yaitu:
- Menghormati orang (respect for person) - Manfaat (beneficence)
- Tidak membahayakan subjek penelitian (non-maleficence) - Keadilan(justice)
(60)
(61)
1
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian pengaruh teh oolong terhadap kadar LDL dilakukan dengan
menggunakan subjek penelitian sebanyak 30 orang dengan jenis kelamin laki-laki berumur 18 – 24 tahun, dengan BMI ≥ 30. Penelitian ini dilakukan dengan mengonsumsi teh oolong sebanyak 8 gram / hari, dibagi ke dalam 4 dosis yaitu 2 gram sebelum makan pagi, 2 gram setelah makan pagi, 2 gram sebelum makan siang, dan 2 gram setelah makan siang selama 6 minggu. Data yang diamati adalah kadar LDL diukur sebelum dan sesudah konsumsi teh oolong.
4.1 Hasil Penelitian
Data perubahan kadar LDL subjek penelitian setelah mengonsumsi teh oolong
selama 6 minggu ditampilkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1 Kadar LDL (mg/dl) Sebelum dan Sesudah Minum Seduhan The Oolong
Subjek Penelitian LDL %
Penurunan LDL
Hasil pre test Hasil Post test
1 2 3 4 5 6 7 8 9 98 95 70 76 81 103 99 99 95 92 90 66 71 77 95 93 90 88 6,1 5,3 5,7 6,6 4,9 7,8 6,1 9,1 7,4
(62)
2 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Rerata 81 85 91 74 78 99 107 104 85 78 88 97 72 78 91 76 82 78 81 71 109 87,37 78 80 82 68 75 93 100 101 81 72 81 92 70 73 87 72 76 73 78 68 104 82,2 3,7 5,9 9,9 8,1 3,8 6,1 6,5 2,9 4,7 7,7 8,0 5,2 2,8 6,4 4,4 5,3 7,3 6,4 3,7 4,2 4,6 5,9
(63)
3
Tabel 4.2 Rerata Kadar LDL Sebelum dan Sesudah Minum Seduhan Teh Oolong
Rerata (mg/dL)
N Standar Deviasi
Sebelum 87,37 30 11,574
Sesudah 82,20 30 10,813
Pada hasil yang disajikan pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan kadar LDL setelah minum seduhan teh oolong. Setelah minum teh oolong, kadar LDL yang awalnya memiliki rerata 87,37 mg/dl menurun hingga memiliki rerata 82,20 mg/dl.
Data kadar LDL sebelum dan sesudah konsumsi teh oolong selanjutnya diuji distribusinya secara statistik menggunakan uji Shapiro-Wilk sebelum dilakukan uji T-berpasangan. Hasil uji distribusi Shapiro-Wilk untuk kadar LDL diperoleh p = 0,905 yang berarti distribusi data normal (p > 0,05). Sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan uji T-berpasangan. Homogenitas kadar trigliserida kemudian diuji dengan uji T-berpasangan
Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Data Sebelum dan Sesudah Minum Seduhan Teh Oolong
Rata-Rata (mg/dL)
Standar Deviasi t P
Sebelum-Sesudah 5,167 1,783 15,874 0,000
Pada hasil yang disajikan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa uji t berpasangan menunjukkan nilai p < 0,01 yang berarti terdapat penurunan yang sangat signifikan dari kadar LDL sebelum dan sesudah minum seduhan teh oolong.
(64)
4
4.2 Pembahasan
Hasil uji statistik T berpasangan pada tabel 4.3 didapatkan adanya penurunan kadar LDL yang sangat bermakna, yaitu sebesar 5,2 mg/dL dengan p = 0,000. Hal ini disebabkan karena teh oolong mengandung berbagai polifenol ,terutama flavonoid seperti katekin dan juga mengandung kafein. Kerja polifenol efektif menghambat LDL kolesterol oksidasi dan peningkatan aktivitas antioksidan serum. (Yokozawa et al, 2002) . Flavonoid katekin memiliki fungsi mencegah terjadinya penyerapan lemak tubuh dengan cara menghambat aktivitas lipase pankreas (Huggins,2003). Mekanisme katekin dalam menurunkan LDL diantaranya adalah menghambat prokses oksidasi LDL (dengan cara mereduksi pembentukan radikal bebas, menjaga dan meregenerasi ∝-tokoferol dan antioksidan lain), menurunkan aktivitas 3-hydroxymethylglutaryl Coenzim A (HMG-CoA) reduktase (regulator enzim dan biosintesis kolesterol), meningkatkan ekspresi reseptor LDL, serta menurunkan absorbsi kolesterol diet dan reabsorbsi asam empedu (Hartoyo, 2003). Kafein dapat menurunkan kadar lemak tubuh dengan meningkatkan termogenesis. Hal ini dijelaskan oleh penelitian Dulloo et al yang menyatakan bahwa katekin mampu menghambat katekol-O-metil-transferase yaitu enzim yang mendegradasi noradrenalin (NA) , dan kafein menghambat fosfodiesterase trancellular (enzim yang memecah cAMP NA-induced), maka gabungan katekin dan kafein, efektif dalam merangsang termogenesis dengan menghilangkan hambatan pada titik-titik kontrol berbeda sepanjang NA-cAMP axis. Interaksi sinergis antara catechin-polifenol dan kafein ini dapat meningkatkan dan memperpanjang stimulasi simpatis yang akan memperpanjang termogenesis (Dulloo et al., 2000).
(65)
5
4.3 Uji Hipotesis Penelitian
Hipotesis Penelitian
Seduhan teh oolong menurunkan kadar LDL.
Hal yang mendukung
- Kadar LDL setelah minum seduhan teh oolong menurunkan dari rerata 87,37 mg/dl menjadi 82,20 mg/dl
- Hasil uji t berpasangan didapatkan kadar LDL menurunkan setelah minum seduhan teh oolong dengan p = 0,000.
Hal yang tidak mendukung
Tidak ada.
Kesimpulan
Hipotesis penelitian diterima dan teruji oleh data.
(66)
(67)
1
BAB V
SIMPULAN dan SARAN
5.1 Simpulan
Seduhan teh oolong berefek menurunkan kadar LDL.
5.2 Saran
- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan antara minum seduhan teh oolong dengan jenis teh lainnya, seperti teh hijau dan teh hitam.
- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis optimal seduhan teh oolong untuk dapat menurunkan kadar LDL.
- Penelitian dapat dilakukan menggunakan subjek penelitian dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang berbeda.
- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji toksisitas dari teh oolong.
- Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai efek lain dari teh oolong baik yang menguntungkan maupun merugikan.
(68)
EFEK SEDUHAN TEH OOLONG (Camellia sinensis)
TERHADAP KADAR LDL PADA MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
KRISTEN MARANATHA TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
SARAH AMALIA
1310208
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2016
(69)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini. Karya Tulis Ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (SKed) di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan terlaksana, tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, diucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Edwin Setiabudi, Sp.PD., KKV, FINASIM selaku pembimbing pertama, atas waktu dan nasihat yang diberikan sejak awal hingga akhir proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini .
2. dr. Adrian Suhendra Sp.PK., M.Kes selaku pembimbing kedua, atas waktu dan nasihat yang diberikan sejak awal hingga akhir proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini serta juga atas bantuannya dalam pemeriksaan sampel darah subjek penelitian selama penelitian berlangsung.
3. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha yang telah memberikan ilmu untuk pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini serta Ibu Yuli, yang telah banyak membantu dalam pengambilan sampel darah selama penelitian berlangsung.
4. Orang tua tercinta, Bapak A. Kadir Salim dan Ibu Farida Nina, atas dukungan moril, materiil, beserta bantuan, doa, dan nasihat yang selalu diberikan selama proses penelitian dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Terima kasih juga kepada saudara – saudara penulis Naia dan Ben atas dukungan, perhatian dan semangat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
6. Teman-teman bimbingan : Herdayanti Sukma Ningrum, Laksmi Indira Trishanti, Chintya Gusyuanasari, , dan Nadya Dwinta.
7. Sahabat-sahabat saya yang senantiasa memberikan dukungan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini : Jessica Angelina , Michelle Guido , Degitha Agtiani, Ira Satya Dharma ,Diaz Hazrina, Arien Rianti, Herdayanti
(70)
Sukma Nigrum ,Navinda Alifa, Raden Ratu, Regina Emanuella,, Kinanti Citra Weny ,Chriszencia Siswanto ,Nadia Verina Sudana , Janice Setiawan, dan Susanty Gazali.
8. Dan teman-teman yang telah bersedia menjadi subjek penelitian ini.
Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, dunia kesehatan dan masyarakat.
Bandung, 1 Oktober 2016
(71)
45
DAFTAR PUSTAKA
Abd-Elraheim A. Elshater ; Muhammad M. A . 2008. Effect of green tea consumption on level of glucose, lipid profile and kidney functions in alloxan induced-diabetic rats, Egypt. Acad. J. biolog. Sci., 1(2): 125 – 134
Adam, John MF. Dislipidemia. Dalam: Aru WS, Bambang S, Idrus A,Marcellus SK, Siti S, editor.2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Almatsier S. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi: lipida. Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama
Bahri, Anwar T. 2004. Dislipidemia sebagai faktor risiko penyakit jantung koroner. Repository Universitas Sumatera Utara
Baraas F. 2006. Kardiologi Molekuler. Yayasan Kardia Iqratama.Jakarta Bintang, M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian, Erlangga, Jakarta.
Cabrera C, Artacho R and Gime R.2006.Beneficial Effects of Green T. Journal of
the American College of Nutrition. 25(2):79-99
Carr, MC., Brunzell JD. 2004. Abdominal obesity and dyslipidemia in the metabolic syndrome: importance of type 2 diabetes and familial combined hyperlipidemia in coronary artery disease risk. J Clin Endocrinol Metab, 89(6):2601-7
Dominiczak, M.H., Wallace, A.M., 2009. Medical Biochemistry: Biosynthesis of Cholesterol and Steroids . Philadelphia: Mosby Elseviers
Dulloo, A.G., Seydoux, J., Girardier, L., Chantre, P. and Vandermander, J. (2000)
‘Green tea and thermogenesis: Interactions between catechin-polyphenols,
caffeine and sympathetic activity’, International Journal of Obesity, 24(2), pp. 252–258. doi: 10.1038/sj.ijo.0801101.
Ganong W. 2008.Buku ajar fisiologi kedokteran edisi ke 22. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Ginting, Hamdani S.P. 2011. Konsumsi Makanan Tinggi Karbohidrat, Protein, Lemak, sebagai Faktor Risiko Kejadian Dislipidemia pada Dosen Universitas Gadjah Mada yang Melakukan Medical Check-Up di GMC Health Center Yogyakarta. Tesis. Fakultas Kedokteran UGM
(1)
Sukma Nigrum ,Navinda Alifa, Raden Ratu, Regina Emanuella,, Kinanti Citra Weny ,Chriszencia Siswanto ,Nadia Verina Sudana , Janice Setiawan, dan Susanty Gazali.
8. Dan teman-teman yang telah bersedia menjadi subjek penelitian ini.
Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, dunia kesehatan dan masyarakat.
Bandung, 1 Oktober 2016
(2)
45
DAFTAR PUSTAKA
Abd-Elraheim A. Elshater ; Muhammad M. A . 2008. Effect of green tea consumption on level of glucose, lipid profile and kidney functions in alloxan induced-diabetic rats, Egypt. Acad. J. biolog. Sci., 1(2): 125 – 134
Adam, John MF. Dislipidemia. Dalam: Aru WS, Bambang S, Idrus A,Marcellus SK, Siti S, editor.2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Almatsier S. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi: lipida. Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama
Bahri, Anwar T. 2004. Dislipidemia sebagai faktor risiko penyakit jantung koroner. Repository Universitas Sumatera Utara
Baraas F. 2006. Kardiologi Molekuler. Yayasan Kardia Iqratama.Jakarta Bintang, M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian, Erlangga, Jakarta.
Cabrera C, Artacho R and Gime R.2006.Beneficial Effects of Green T. Journal of the American College of Nutrition. 25(2):79-99
Carr, MC., Brunzell JD. 2004. Abdominal obesity and dyslipidemia in the metabolic syndrome: importance of type 2 diabetes and familial combined hyperlipidemia in coronary artery disease risk. J Clin Endocrinol Metab, 89(6):2601-7
Dominiczak, M.H., Wallace, A.M., 2009. Medical Biochemistry: Biosynthesis of Cholesterol and Steroids . Philadelphia: Mosby Elseviers
Dulloo, A.G., Seydoux, J., Girardier, L., Chantre, P. and Vandermander, J. (2000) ‘Green tea and thermogenesis: Interactions between catechin-polyphenols, caffeine and sympathetic activity’, International Journal of Obesity, 24(2), pp. 252–258. doi: 10.1038/sj.ijo.0801101.
Ganong W. 2008.Buku ajar fisiologi kedokteran edisi ke 22. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Ginting, Hamdani S.P. 2011. Konsumsi Makanan Tinggi Karbohidrat, Protein, Lemak, sebagai Faktor Risiko Kejadian Dislipidemia pada Dosen Universitas Gadjah Mada yang Melakukan Medical Check-Up di GMC Health Center Yogyakarta. Tesis. Fakultas Kedokteran UGM
(3)
46
Go, A.S., Mozaffarian, D., Roger, V.L et al .2012 ‘Heart disease and stroke statistics--2013 update: A report from the American heart association’, Circulation, 127(1), pp. e6–e245. doi: 10.1161/cir.0b013e31828124ad.
Gomikawa S and Ishikawa Y . 2002. Effects of catechins and ground green tea drinking on the susceptibility of plasma and LDL to the oxidation in vitro and ex vivo. J Clin Biochem Nutr.32:55-6
Gordon, P.M. 2003. Hyperlipidemia and Dyslipidemia. In Ehrman JK. Clinical Exercise Physiology. Champaign: Human Kinetics. p. 169-184.
Guyton, A.C.and Hall, J.E., 2007. Text book of medical physiology, eleventh edition. Philladelpia:Elsevier Saunders.
Hartoyo, A. 2003. Teh dan Khasiatnya bagi Kesehatan, Kanisius. Yogyakarta. Hendromartono, Tjokroprawiro A, Sutjahjo A, Pranoto A, Murtiwi S, Adi S. 2007.
Dislipidemia. Dalam : Tjokroprawiro A, Setiawan B, Pranoto A, Nasronudin, Santoso D, Soegiarto G, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga University Press; 93-106
Henry, J.B., 2001. Lipids and Dyslipoproteinemia. In: Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Method. Philadelphia: Saunders: 224-24
He RR, Chen L , Lin BH , Matsui Y , Yao XS , Kurihara H. 2009. Beneficial effect of oolong tea consumption on diet – induced overweight and obese subjects. Chin J Integr Med. 15(1): 34-41
Hsu C.H., et al. 2008. Effect of green tea extract on obese women : a randomized double- blind, placebo- controlled classical trial. Clin Nutrition 27.3
Huggins KW, Camarota LM, Howles PN, Hui DY .2003. Pancreatic triglyceride lipase deficiency minimally affects dietary fat absorption but dramatically decreases dietary cholesterol absorption in mice. J Biol Chem 278, 42899–42905 Kane JP, Malloy MJ. 2000. Gangguan metabolisme lipoprotein. Dalam: Greenspan
FS, Baxter JD, editor. Endokrinologi dasar dan klinik. Edisi 4. Jakarta: EGC Kim A, Chiu A, Barone MK, Avino D, Wang F, Coleman CI, et al. 2011. Green tea
catechins decrease total and low-density lipoprotein cholesterol: a systematic review and meta-analysis. J Am Diet Assoc.;111:1720–9
Kusmiyati DK. 2000. Pengaruh pemberian vitamin E terhadap fraksi lipid serum tikus hiperkolesterolemik. Tesis program biomedik program paska sarjana. Semarang: Universitas diponegoro
(4)
47
Marks Dawn B , Marks Afian D, Smith Collen M .2000. Biokimia Kedokteran dasar : sebuah pendekatan klinis , Edisi 1,Jakarta : EGC
Martell, A. 2015. The 7 best Oolong tea varieties available today. Available at: http://foodal.com/drinks-2/tea/best-oolong/ (Accessed: 16 October 2016).. Mayes, P.A. Murray, R.K., Granner, D.K., and Rodwell, V.W., 2003. Harper’s
Illustrated biochemistry, twenty sixt edition. McGraw-Hill Companies.
Murray, R.K., Bender, D. and Botham, K.M. 2012. Harper’s illustrated biochemistry. 29th edn. New York: McGraw-Hill Medical.
Mozaffarian, D., Wilson, P.W.F. and Kannel, W.B. 2008. Beyond established and novel risk factors: Lifestyle risk factors for cardiovascular disease, Circulation, 117(23), pp. 3031–3038. doi: 10.1161/circulationaha.107.738732. WHO
Nagao, T., Komine, Y., Soga, S., Meguro, S., Hase, T., Tanaka, Y. and Tokimitsu, I. 2005. Ingestion of a tea rich in catechins leads to a reduction in body fat and malondialdehyde – modified LDL in men. Am .J Clin Nutr., 81 : 122 – 9. Oriviyanti, G. 2012. Perbedaan Pengaruh Yoghurt Susu, Jus Kacang Merah Dan
Yoghurt Kacang Merah Terhadap Kadar Kolesterol LDL dan Kolesterol HDL Serum Pada Tikus Dislipidemia. Semarang: Universitas Dipenogoro.
Pandit, A., Sachdeva, T. and Bafna, P. (2012) ‘Drug-induced Hepatotoxicity: A review’, Journal of Applied Pharmaceutical Science, 02(05), pp. 233–243. doi: 10.7324/japs.2012.2541.
PERKENI. 2012. Konsensus Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI
PERKI (Persatuan Kardiologi Indonesia).2010. Pedoman Tata Laksana Dislipidemia
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2005. Buku Petunjuk Praktis Penatalaksanaan Dislipidemia . 5 – 14.
Rader DJ, Hobbs HH. 2010. Disorders of lipoprotein metabolism. In : Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, ed. Harrison’s Endocrinology. 2nd ed. New York, NY: McGraw-Hill
Ritter, P. 1996. Biochemistry . Brooks Publishers Company . California
Robertson, A. 1992. The Chemistry and Biochemistry of Black Tea Production-The Non Volatiles. Di dalam : KC Willson & MN Clifford, editor. Tea Cultivation to Consumption. London : Chapman & Hall.
(5)
48
Rohdiana, D. 2011. TEH ini Menyehatkan Telaah Ilmiah Populer. Edisi 2. Bandung: Alfabeta.
Rosamond, W., Flegal, K., Furie, K .et al 2007 ‘Heart disease and stroke statistics --2008 update: A report from the American heart association statistics committee and stroke statistics subcommittee’, Circulation, 117(4), pp. e25–e146. doi: 10.1161/circulationaha.107.187998.
Rumpler, W., Seale, J., Clevidence, B., Judd, J., Wiley, E., Yamamoto, S., … Hosoda, K. (2001). Oolong tea increases metabolic rate and fat oxidation in men. The Journal of Nutrition, 131(February), 2848–2852.
Santoso A .2009. Lipid dan Penyakit Jantung Koroner. Centra Commucations Sidney, S., Rosamond, W.D., Howard, V.J. and Luepker, R.V. 2012. The “heart
disease and stroke statistics--2013 update” and the need for a national cardiovascular surveillance system, Circulation, 127(1), pp. 21–23. doi: 10.1161/circulationaha.112.155911
Siswoputranto, P.S., 1978. Perkembangan Teh , Kopi , Cokelat Internasional. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Steenis, V. 2005. Flora “Untuk Sekolah di Indonesia”. Penerbit Pradnya Paramita. Jakarta.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.5. Jakarta: Interna Publishing; 1937- 41
Sujayanto, G. 2008. Khasiat Teh Untuk Kesehatan dan Kecantikan. Flona Serial . Jakarta : ITB
Sutejo, R. 1972. Teh. Jakarta : Penerbit Surungan
Takeo, T. 1992. Green and Semi-Fermented Teas. Di dalam : KC Willson & MN Clifford, editor. Tea Cultivation to Consumption. London : Chapman &Hall. Tóth, P. P., Potter, D., & Ming, E. E. 2012. Prevalence of lipid abnormalities in
United States: The National Health and Nutrition Examination Survey 2003– 2006. Journal of Clinical Lipidology, 6(4), 325-330.
(6)
49
Treatment, C., & Ctt, T. 2010. Efficacy and safety of more intensive lowering of LDL cholesterol: a meta-analysis of data from 170 000 participants in 26 randomised trials. The Lancet, 376(9753), 1670–1681. http://doi.org/10.1016/S0140-6736(10)61350-5
WHO (2015) Raised cholesterol. Available at:
http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/cholesterol_text/en/ (Accessed: 18 September 2016).
WHO .2016 Cardiovascular diseases (CVDs). Available at: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/ (Accessed: 15 May 2016). Yang, C. and Landau, J. .2000. Effects of tea consumption on nutrition and health,
The Journal of Nutrition, 130(10), pp. 2409–12.
Yokozawa, T., Nakagawa, T., and Kitani, K., 2002. Antioxidative activity of green tea polyphenol in cholesterol-fed reds. J. Agric. Food Chem., 3549-3552.