Pengaruh Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Koloid

PENGARUH PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING) TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA
SISWA PADA KONSEP KOLOID

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan

Oleh
RIDAD HIDAYAT
NIM 107016200042

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ,vang berjudul "PENGARUH PENDEI(ATAN CTL {COI'ITEXTUAL

TEACHING AND LEARI{I]YG) TERHADAP HASIL BELAJAR KIR,{IA
SISWA PADA KOhISEP KOLO{D" oleh Ridad Hidayat, NIN'I 107016200041,
diajukan kepada Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas isiam

Negeri (Uni) Slrrril Hidal,atuliah Jakaria, dan iciah dinyaiakaii LULLTS .l.,1aiir
u.jian mriilaqosah pada iiinggal 22 Agustus 2014 dihadapan Ce',r'in p:;lg'-ii. Cleh

karena itu, penuiis berhak t-nc-nperoleh gelar sarjana S1 15.Pt1) c1;1.'n b,iJrurg
pendidikan Kinria.
Jakarta. J2 Agusius 301-1

Panitia Ujian \,{unaqasah
Tanggal
Ketua Panitia
(Ketua Prodi Pendidikan Kimia)

Dedi Irwandi. Ir'1.Si.
NIP. i971A528 200003 1 002


/^" q

281 s,''tu

Penguji I
Salamah Agune. lUA.. Ph.D.

NIP. 19790621200604 2 002

**

Penguji II

@

A.-

('5 /


[o -]ot't

NIP. 19841021 200912 2 A01

lvlengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UiN Syarif Hidayatullah Jakarta

W

Drl. Nurlena Rifa'l :!.!* Pn.n,
NIP. r95e 1020 198603

2001

7

ABSTRACT

Ridad Hidayat. The Effect of CTL (Contextaal Teaching and Learning)

Outcomes Student On Chemical In Colloidal System Concepts.
This study aimed to investigate the influence of CTL (Contextual Teaching and
Learning) Outcomes student on chemistry at the concept of leaming outcomes of
colloidal system. The method used is pretest and posttest control group design.
This research conducted on class XI IPA-I as the experimental group and class XI
IPA-} as the control group. The research instrument used is the essay test
questions as much as 10 point. From calculation by t-test Lount ilt 7,54 and 1,67 for
t1u61"

. Since tcouoPttubl" (7,54>1,67), then Ha is received, which means that leaming

can influence the outcome

of CTL (Contextual

Teaching and Learning) of

chemistry.

Key word: CTL (Contextual Teaching and Learnirzg), outcomes


ABSTRAK

Ridad Ilidayat. Pengaruh Pendekatan CTL (Cobtextual Teaching and
Learning) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Koloid.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan CTL (Contextual
Teaching and Learning) terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep koloid.
Metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan dan desainnya
pretest and posttest control group. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas XI
IPA-I sebagai kelompok eksperimen dan kelas XI IPA-2 sebagai kelompok
kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes uraian sebanyak 10 soal. Dari
perhitungan uji-t diperoleh t6;s,, sebesar J,54 dan t66"1 sebesar 1,67. Katena thtong
)ttaber (7,54>1,67) maka Ha diterima, yang artinya pendekatan CTL (Contextual
Teaching and Learning) dapatmempengaruhi hasil belajar kimia.

Kata kunci: CTL (Contektual Teaching and Learning), Hasil Belajar

KATA PENGANTAR

Kepada Dzat yang Maha Agung, Allah SWT. Segala puji bagi-Mu, hamba

mengucap

syukur atas rahmat dan hidayah yang telah Engkau berikan.

Alhamdulillah, karena atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.
Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, do’a
dan partisipasi dari berbagai pihak. Penulis ucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’i,MA.,Ph.D Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc

Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan
3. Bapak Tonih Feronika, M.Pd, selaku pembimbing I dan Bapak Burhanudin
Milama, M.Pd selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan
mencurahkan pikirannya untuk memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan
sabar dalam membimbing penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini

4. Bapak/Ibu Dosen dan Staff di UIN Syarif Hidayatullah di Jurusan IPA yang
telah memberikan bantuan dan dukunganya
5. Ibu Dra.Hj. N. Nani Ruhyani, M.Pd Kepala MAN Jonggol Kab. Bogor
6. Ibu Dra.Hj. N. Nani Ruhyani, M.Pd selaku guru bidang studi. Atas bantuan,
kebijakan dan sarannya sehingga penelitian dapat dilakukan dengan baik
7. Keluarga besar MAN JONGGOL yang telah banyak membantu dan memberi
dukungan
8. Teruntuk kedua orang tua tercinta bapak dan mamah, H. Haer Apandi dan Hj.
Siti Mulyati yang selalu mencurahkan cinta, kasih sayang, dan mengajari
penulis untuk selalu istiqomah di jalan-Nya. Hanya Allah yang dapat
membalas semuanya. Teruntuk kakak Ridwan Hidayat, dan adik-adikku
tersayang Redi Hidayat, Ramlan Hidayat dan Ramli Hidayat terima kasih atas
kesabaran dan doanya.

iii

9. Teruntuk Bapak Dedi Irwandi, M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan Kimia
yang selalu memberikan dukungan, semangat dan bimbingan kepada penulis
untuk selalu istiqomah di jalan-Nya dan untuk tetap semangan dalam
menjalani perkuliahan di UIN Jakarta. Semoga Allah swt. membalas seluruh

kebaikan Bapak
10. Kepada Adinda tercinta Ina Indriani yang selalu memberikan perhatian, do’a,
motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Teruntuk sahabat-sahabat Rifqi, feby, Zaki, Ruli, Dede, Nazar, Adul dan
Masruri yang selalu memberikan semangat, bantuan dan motivasi yang luar
biasa. Teman-teman seperjuangan Prodi kimia, Fisika dan Biologi angkatan
2007 dan kawan-kawan HIMABO yang tidak bisa penulis sebutkan satupersatu namun tidak mengurangi rasa persaudaraan kita. Semoga kita semua
dapat menggapai kesuksesaan. Amin
12. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah
membantu terselesainya skripsi ini. Semoga semua kebaikannya dijadikan
amal shaleh dan senantiasa diberikan kemuliaan, Amin. Harapan penulis
semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Juli 2014
Penulis

Ridad Hidayat

iv


DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................i
KATA PENGANTAR ......................................................................................iii
DAFTAR ISI .....................................................................................................v
DAFTAR TABEL ............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA TEORITIS .................... 6
A. Kajian Teoritis ................................................................................... 6
1. Hakikat Pengajaran dan Pembelajaran kontektual ........................ 6
2. Komponen CTL ............................................................................ 8
3. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional ................... 13

4. Sekenario Pembelajaran Kontektual ............................................. 15
5. Pola Pembelajaran CTL ................................................................ 15
B. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar ................................................. 17
1. Pengertian Belajar ......................................................................... 17
2. Jenis-jenis Belajar Menurut Gagne ............................................... 23
3. Pengertian Hasil Belajar ............................................................... 24
4. Macam-macam Hasil Belajar ........................................................ 25
5. Pengukuran Hasil Belajar ............................................................. 26
6. Pengertian Pembelajaran ............................................................... 28
C. Koloid ................................................................................................ 29
1. Sistem Koloid ............................................................................... 29

v

a) Suspendi ................................................................................... 29
b) Koloid ....................................................................................... 30
c) Larutan ..................................................................................... 31
D. Hasil Kajian Pustaka Yang Relevan .................................................. 31
E. Kerangka Berpikir ............................................................................. 33
F. Hipotesis ............................................................................................ 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 35
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian .......................................... 35
1. Metode Penelitian ......................................................................... 35
2. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ................................... 36
3. Variabel Penelitian ........................................................................ 36
4. Desain Penelitian .......................................................................... 37
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 38
D. Instrumen Penelitian .......................................................................... 39
E. Kalibrasi Instrumen ........................................................................... 39
1. Validasi Instrumen ........................................................................ 40
2. Reliabilitas .................................................................................... 42
3. Taraf Kesukaran Butir Soal .......................................................... 44
4. Daya Pembeda Soal ...................................................................... 45
F. Teknik Analisis Data ......................................................................... 46
G. Uji Normalitas ................................................................................... 46
H. Uji Homogenitas ................................................................................ 47
I. Uji Hipotesis ...................................................................................... 48
J. Hipotesis Statistik .............................................................................. 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 50
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 50
1. Hasil Belajar Pada Kelompok Kontrol ......................................... 50
2. Hasil Belajar Pada Kelompok Eksperimen ................................... 51
B. Uji Prasyarat Sampel ......................................................................... 53

vi

1. Uji Normalitas Pretest .................................................................. 53
2. Uji Homogenitas Pretest ............................................................... 54
3. Uji Hipotesis Pretest...................................................................... 54
C. Uji Prasyarat Sampel ......................................................................... 55
1. Uji Normalitas Posttest ................................................................. 55
2. Uji Homogenitas Posttest ............................................................. 56
3. Uji Hipotesis Posttest .................................................................... 56
D. Pembahasan ....................................................................................... 57
1. Uji Hipotesis ................................................................................. 57
2. Hasil Belajar .................................................................................. 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 61
A. Kesimpulan ........................................................................................ 61
B. Saran .................................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62
LAMPIRAN – LAMPIRAN ............................................................................ 64

vii

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keunggulan dan Kelemahan Tes Obyektif ........................................ 27
Tabel 2.2 Kesukaran dan Kelemahan Tes Uraian ............................................. 28
Tabel 3.1 Nonequivqlent Control Group Design .............................................. 37
Tabel 3.2 Instrumen Koefisien Korelasi Nilai r ................................................ 41
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Contextual Teaching and Learning ................... 42
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Reliabilitas Instrumen ....................................... 44
Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda ................................................................ 46
Tabel 4.1 Statistik Hasil Penelitian Kelompok Kontrol .................................... 50
Tabel 4.2 Statistik Hasil Penelitian Kelompok Eksperimen ............................. 52
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol..................................................................... 53
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol .................................................................... 54
Tabel 4.5 Hasil Uji-t Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .. 55
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Ekspeimen
dan Kelompok Kontrol .................................................................... 55
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Posttest Kelompok Ekspeerimen
dan Kelompok Kontrol .................................................................... 56
Tabel 4.8 Uji-t Posttest Kleompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .......... 57

viii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 (a) Sistem larutan (transparan dan homogen) (b) Sistem suspens
(Homogen) (c) Koloid (Homogen, tetapi tidak transparan)................................ 30
Gambar 2.2 Diagram Kerangka Berpikir ........................................................... 33

ix

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................... 65
Lampiran 2 Instrumen Uji Coba ......................................................................... 117
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dengan Software Anates ................................... 139
Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian ......................................................................... 146
Lampiran 5 Instrumen Penelitian ....................................................................... 148
Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa ........................................................................ 150
Lampiran 7 Hasil Ketuntasan Belajar ................................................................ 156
Lampiran 8 Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Kontrol ............................. 158
Lampiran 9 Pengujian Normalitas Pretest Kelompok Kontrol .......................... 160
Lampiran 10 Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Eksperimen ..................... 161
Lampiran 11 Pengujan Normalitas Posttest ...................................................... 163
Lampiran 12 Uji Homogenitas Pretest .............................................................. 164
Lampiran 13 Uji Hipotesis Data Pretest ............................................................ 165
Lampiran 14 Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Eksperimen ................... 166
Lampiran 15 Pengujian Normalitas Posttest Kelompok Kontrol ........................ 168
Lampiran 16 Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Eksperimen ................... 169
Lampiran 17 Pengujian Normalitas Posttest Kelompok Ekpserimen ................ 171
Lampiran 18 Uji Homogeitas Posttest ................................................................ 172
Lampiran 19 Uji Hipotesis Data Posttest ........................................................... 173
Lampiran 20 Uji Referensi.................................................................................. 174

x

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, oleh karena itu
pendidikan sering disebut sebagai kunci masa depan setiap individu.
Pendidikan juga adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi
Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan merupakan satu-satunya cara agar
manusia dapat menjadi lebih baik dalam meningkatkan sumber daya manusia,
sehingga dapat mengimbangi setiap perkembangan yang terjadi agar tidak
tertinggal jauh oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Paradigma mengukur kemajuan pendidikan suatu bangsa saat ini sudah
bergesar, yaitu dari yang semula mengukur kemajuan suatu bangsa dengan
bertumpu semata-mata pada kekayaan sumber daya alam (SDA), menjadi
mengukur kemajuan suatu bangsa dengan bertumpu pada kekuatan sumber
manusia.1 Sehingga dengan adanya paradigma ini mengharuskan bangsa untuk
memperkuat sektor pendidikan.
Sesuai dengan isi dari tujuan pendidikan Nasional yang tercantum
dalam Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional, yang berbunyi, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam

rangka

mencerdaskan

kehidupan

bangsa,

bertujuan

untuk

berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. 2
Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal
(sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini
nampak rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat
1

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Stratrgi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,
2009), h.1
2
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta
: Kencana, 2010),h, 63

1

2

memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran
yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta
didik itu sendiri.3 Sehingga proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan
kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami
informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan
sehari-hari. Akibatnya ? ketika anak didik kita lulus sekolah, mereka pintar
secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi.4 Hal tersebut mengingatkan kita
bahwa hasil dari pembelajaran yang telah dilakukamn masih kurang, ternyata
siswa kurang memahami bagaimana pengaplikasian dari hasil belajar yang
telah mereka lakukan selama di sekolah. Beda halnya dengan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan CTL, CTL (Contextual Teaching and
Learning) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
sehingga

siswa

mampu

mengaplikasikan

pengetahuan

yang

tealh

didapatkannya di sekolah.
Bila seorang guru menyampaikan suatu pelajaran itu juga bisa
dikatakan sebagai pengajaran seperti yang disampaikan oleh Wina Sanjaya,
secara deskriftif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi
atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyampaian itu sering juga
dianggap sebagai proses mentransfer ilmu.5 Dalam hal ini guru perlu metode
yang tepat untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa agar siswa mampu
untuk menerima dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru.
Belajar adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada
proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu
dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan di
3

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h.1
4
Wina Sanjaya, op.cit., h.1
5
Ibid, h.94

3

sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi
pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk
memperoleh pengetahuan sendiri (self regulated).6 Untuk itu siswa perlu
didorong agar dapat memperoleh pengetahuan sendiri dengan suatu cara.
Kegiatan pembelajaran yang dibangun oleh guru dan siswa adalah
kegiatan yang bertujuan. Sebagai kegiatan yang bertujuan, maka sesuatu yang
dilakukan guru dan siswa hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan yang
ditentukan.7 Untuk itu guru harus mampu merancang tujuan pembelajaran
yang akan dicapai sehingga hasil pembelajaran bias lebih bermakna dan siswa
mampu mengaflikasikan hasil pembelajaran tersebut.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
didalam

menerapkannya

dalam

kehidupan

sehari-hari.

Proses

pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam tentang alam sekitar.8 Jika kita lihat dari pengertian di atas
maka tidak salah jika kita katakana bahwa ilmu pengetahuan alam merupakan
suatu proses dan bahkan hanya produk semata.
Kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang sering
dikatakan sebagai mata pelajaran yang sukar untuk dimengerti dan dipelajari,
sehingga untuk memberikan pemahaman konsep maka harus diberikan suatu
cara atau metode yang tepat yang diberikan terhadap peserta didik bisa berupa
metode, praktikum, eksperimen atau suatu pendekatan pembelajaran. Dengan
6

Ibid, h.105
Ibid, h.63
8
Trianto, Pendekatan Pembelajaran Terpadu Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher, 2007), h.99
7

4

sebuah metode siswa akan mampu untuk lebih memahami lagi konsep-konsep
yang diberikan di dalam sebuah proses belajar mengajar. Pelajaran kimia di
sekolah dirasa kurang menarik siswa untuk mempelajarinya, karena dalam
mempelajarinya lebih menekankan konsep-konsep kimia daripada fakta-fakta
kimia, sehingga materi yang harus dipelajari sangat banyak. Maka tidak heran
jika pembelajaran kimia banyak diberikan dalam bentuk hafalan. Pada materi
koloid siswa seringkali kesulitan untuk menghubungkan dengan kehidupan
mereka sehari-hari sehingga pemahaman terhadap konsep koloid ini berkurang
dan berdampak pada penurunan nilai hasil belajar siswa.
Kimia pada umumnya sering dianggap materi pembelajaran yang
abstrak sehingga minat belajar siswa kurang. Untuk itu perlu pendekatan
pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa. Selain itu perlu
juga metode pembelajaran yang aktif agar siswa memahami konsep secara
mudah. Untuk itu peneliti ingin menggunakan pendekatan CTL (Contextual
Teaching

and

Learning)

karena

memiliki

korelasi

dengan

metode

pembelajaran kooperatif yang hasilnya mampu meningkatkan hasil belajar
siswa. Melihat latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengangkat
judul “Pengaruh Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)
Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Koloid”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

masalah

di

atas,

maka

peneliti

mengidentifikasikan sebagai berikut:
1. Dalam proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk untuk
mengembangkan kemampuan berpikir.
2. Siswa belum bisa menghubungkan antara konsep dan kehidupan seharihari.
3. Pendekatan yang digunakan oleh guru masih bersifat konvensional
sehingga kurang interaktif pembelajaran lebih menekankan pada guru
(Teacher Center) sehingga keadaan pembelajaran seperti ini kurang

5

melatih potensi siswa sehingga berpengaruh pada rendahnya hasil belajar
siswa.
C. Pembatasan Masalah
Agar peneliti ini tidak menyimpang dari judul penelitian, maka
masalah yang akan diteliti hanya dibatasi pada:
1. Hasil belajar yang diukur adalah aspek kognitif (C1 – C4) menurut
Taksonomi Bloom yang telah direvisi.
2. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan CTL (Contextual Teaching
and Learning).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang diuraikan di
atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut “Apa pengaruh
pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) terhadap hasil belajar
kimia siswa pada konsep koloid?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah “untuk mengetahui pengaruh penerapkan
pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) terhadap hasil belajar
siswa dalam pembelajaran kimia pada konsep Koloid”.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat
bagi semua pihak, antara lain:
1. Bagi peneliti dapat mengambil manfaat sebagai pengalaman dan
pengetahuan baru tentang pendekatan CTL (Contextual Teaching and
Learning).
2. Bagi sekolah dapat mengambil manfaat sebagai masukan baru dan
pedoman untuk pelajaran-pelajaran yang lain.
3. Bagi peserta didik dapat bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajarnya,
khusunya dalam pelajaran kimia.

6

BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA TEORITIS
A. KajianTeoritis
1. Hakikat Pengajaran dan Pembelajaran Kontektual
upaya guru untuk membantu siswa untuk memahami relevansi
materi pembelajaran yang dipelajarinya itu adalah dengan melakukan
suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengaplikasikan apa yang dipelajarinya dikelas. Pendekatan ini disebut
pembelajaran kontektual (Contextual Teaching and Learning/CTL).1
pengajaran dan pembelajaran kontektual atau CTL (Contextual Teaching
and Learning) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru
mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata pengetahuan
dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga,
warga Negara, dan tenaga kerja.2 Sehingga siswa dapat mengaplikasikan
hasil belajar di kelas dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran CTL
dapat

memebantu

guru

untuk

menghubungkan

konsep

dengan

pembelajaran yang ada dikehidupan kita sehari-hari.3 CTL (Contextual
Teaching and Learning) adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka.4 Dalam pembelajaran CTL siswa pun harus
berperan aktif dalam pembelajaran untuk menemukan suatu materi
kemudian menghubungkannya dengan kondisi kehidupan disekitar.

1

Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima,2009),

h.57
2

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. (Jakarta:
Prestasi Pustaka Pubisher, 2007) h.101
3
Ibid, h.103
4
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2010), h.253

6

7

Dari konsep CTL (Contextual Teaching and Learning) ada tiga hal
yang harus dipahami.5 Pertama, CTL menekankan kepada proses
keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar
diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar
dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima
pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi
pelajaran. Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan
hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata,
artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara
pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat
penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan
dengan kehidupannyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna
secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat
dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, CTL
mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL
bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang
dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks
CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi
sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
Pembelajaran CTL menekankan pada berpikir tingkat tinggi,
transfer pengetahuan lintas disiplin, serta pengumpulan, penganalisaan dan
pensintesisan informasi dan data dari berbagai sumber dan pandangan. 6
Sehubungan dengan hal itu, terdapat lima karakteristik penting
dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL. 7
a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan
yang sudah ada (activing knowledge), artinya apa yang akan dipelajari
tidak terlepas dari pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah
pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
5

Ibid, h.253-254
Trianto, op.cit., h. 102.
7
Wina Sanjaya, loc.cit., h. 254.
6

8

b. Pembelajaran

yang

kontektual

adalah

belajar

dalam

rangka

memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge).
Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya
pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan,
kemudian memerhatikan detailnya.
c. Pemahaman

pengetahuan

knowledge),

(understanding

artinya

pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untukdipahami
dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain
tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan
tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
d. Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh
harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak
perubahan perilaku siswa.
e. Melakukan

refleksi

(reflecsing

knowledge)

terhadap

strategi

pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik
untuk proses perbaikan penyempurnaan strategi.

2.

Komponen CTL
Pendekatan
konstruktivisme

CTL memiliki
(Contriuktivism),

tujuh

komponen

inkuiri

utama,

(Inquiry),

yaitu

bertanya,

(Questioning), masyarakatbelajar (Learning Community), pemodelan
(Modeling),

refleksi

(Reflection),

penilaian

sebenarnya

(Authentic

AssesmentI), sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika
menerapkan ketujuh prinsip tersebut dalam pembelajarannya.8
a. Konstruktivisme (Contruktivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam
CTL yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta. Konsep atau kaidah yang
8

Trianto, op.cit, h.105-106

9

siap untuk diambil dan diingat.9 Manusia harus membangun
pengetahuan itu memberi makna melalui pengalaman yang nyata.
Batasan konstruktivisme di atas memberikan penekanan bahwa konsep
bukanlah tidak penting sebagai bagian integral dari pengalaman belajar
yang harus dimiliki oleh siswa, akan tetapi bagaimana dari setiap
konsep atau pengetahuan yang dimiliki siswa itu dapat memberikan
pedoman nyata terhadap siswa untuk diakumulasikan dalam kondisi
nyata.
b.

Inkuiri (inquiry)
Inkuiri merupakan kegiatan inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontektual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta,
tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang
tetapi

hasil

dari

menemukan

sendiri.

Guru

harus

selalu

merancangkegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun
materi yang diajarkannya. Siklus inkuiri terdiri dari: 10
1) Observasi (Obsernation)
2) Bertanya (Questioning)
3) Mengajukan dugaan (Hypotesis)
4) Penngumpulan data (Data Gathering)
5) Penyimpulan (Conclusion)
Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan masalah
2) Mengamati atau melakukan observasi
3) Menganalisis atau menyajikan hasil dalam tulisan, gambar,
laporan, bagan, table, dan karya lainnya.
4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca,
teman sekelas, guru, audien yang lain.
9

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta:
Rajawalipers, 2010), h.193
10
Trianto, opcit, h.109-110

10

c. Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakikatnya bertanya dan menjawab pertanyaan.
Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap
individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan
seseorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL,
guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi
memancing agar siswa dapat menemukan sendiri, karena itu peran
bertanya sangat penting. Sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru
dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap
materi yang dipelajarinya. 11
Melalui penerapan bertanya, pembelajaran akan lebih hidup,
akan mendorong proses dan hasil pembelajaran yang lebih luas dan
mendalam, dan akan ditemukan unsur-unsur terkait yang sebelumnya
tidak terpikirkan baik oleh guru maupun oleh siswa.12 oleh karena itu
dengan bertanya akan lebih menggali lagi pengetahuan yang sedang
dipelajari.
Dalam suatu pembelajran yang produktif kegiatan bertanya
sangat berguna untuk: 13
1. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan
materi pelajaran.
2. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
3. Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.
4. Memfokuskan siswa pada suatu yang diinginkan.
5. Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan
sesuatu.
Dalam setiap tahapan dan proses pembelajaran kegiatan
bertanya hampir digunakan. Oleh karena itu, kemampuan guru untuk
membangkan teknik-teknik bertanya sangat diperlukan.

11

Wina Sanjaya, op.cit, h.264
Rusman, op.cit, h.195.
13
Wina Sanjaya, loc.cit. 264
12

11

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa
unuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari
teman-teman belajarnya.Seperti yang disarankan dalam Learning
Community, bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama
dengan oramg lain melalui berbagai pengalaman (sharing). Melalui
sharing ini anak dibiasakan untuk saling member dan menerima, sifat
ketergantungan

yang

positif

dalam

Learning

Community

dikembangkan. 14
Hasil belajar yang diperoleh dari sharing antar teman, antar
kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang ini, di
kelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang yang ada di luarsana, semua
adalah anggota masyarakat belajar.15dengan siapapun itu jika kita mau
bertanya dan mengambil pelajaran maka kita akan mendapat
pengetahuan.
e. Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud

dengan

asas

modeling adalah

proses

pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang
dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya, guru memberikan contoh
bagaimana cara mengoprasikan sebuah alat, atau bagaimana cara
melafalkan sebuah kalimat asing, guru olah raga memberikan contoh
bagaimana cara melempar bola, guru kesenian memberikan contoh
bagaimana cara memainkan alat musik, guru biologi memberikan
contoh

bagaimana

sebagainya.

16

cara

menggunakan

termometer,

dan

lain

Oleh karena itu, pemodelan dapat dijadikan alternatif

untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa dapat memenuhi
harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu keterbatasan yang
dimiliki oleh guru.

14

Rusman, op.cit, h.196
Trianto, opcit.H.111
16
Wina Sanjaya, op.cit, h.265
15

12

Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat
juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan.
Misalkan siswa yang pernah menjadi juara dalam membaca puisi dapat
disuruh untuk menampilkan kebolehannya di depan teman-temannya,
dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model. Modeling
merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab
melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang
teoretis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme. 17
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau
baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa lalu, siswa
mengendapkan

apa

yang

baru

dipelajarinya

sebagai

struktur

pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari
pengetahuan sebelumnya. Pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan
untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan
melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be). 18 Dengan
demikian guru harus memiliki kemampuan untuk menghubungkan
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru
dipelajari.
g. Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang
bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa
memastikan bahwa siswa dapat memahami proses pembelajaran
dengan

benar.

Apabila

data

yang

dikumpulkan

oleh

guru

mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemaceten belajar.
Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang
proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan diakhir periode
17
18

Ibid, h.265
Rusman, op.cit, h.197

13

pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar, tetapi
dilakukan bersama-sama secara terintegrasi (tidak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran.

19

Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui

apakah siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah pengalaman
belajar siswa menmiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan
baik intelektual maupun mental siswa.

3.

Perbedaan CTL Dengan Pembelajaran Konvensional.
Di bawah ini dijelaskan secara singkat pebedaan kedua pendekatan
tersebut dilihat dari konteks tertentu. 20
a. CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa
berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara
menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan, dalam
pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar
yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.
b. Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalui kegiatan kelompok,
seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi.
Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional siswa lebih banyak
belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal
materi pelajaran.
c. Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara
riil, sedangkan dalam pembelajran konvensional, pembelajaran bersifat
eoritis dan abstrak.
d. Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman, sedangkan
dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui
latihan – latihan.
e. Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah keputusan
diri, sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tujuan akhir adalah
nilai atau angka.
19
20

Trianto, opcit, h.114
Wina Sanjaya, op.cit. H. 258 - 260

14

f. Dalam CTL, tindakan atau prilaku dibangun atas kesadaran diri
sendiri, misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu karena ia
menyadari bahwa perilaku itu merugikan dan tidak bermanfaat,
sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tindakan atau perilaku
individu tifak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman atau
sekedar untuk memperoleh angka atau nilai dari guru.
g. Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu
berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab
itu setiap siswa bisa terjadi perbedaan dalam memakai hakikat
pengetahuan yang dimiliki. Dalam pembelajaran konvensional hal ini
tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang dimiliki bersifat absolute dan
final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain.
h. Dalam pembelajaran CTL, siswa bertanggung jawab dalam memonitor
dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing, sedangkan
dalam pembelajaran konvensional guru adalah penentu jalan proses
pembelajaran.
i. Dalam pembelajran CTL, pembelajaran bisa terjadi dimana saja dalam
konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan, sedangkan
dalam pembelajaran konvensional pembelajaran hanya terjadi di dalam
kelas.
j. Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek
perkembangan siswa, maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran
diukur dengan berbagai cara, misalnya dengan evaluasi, wawancara,
dan lain sebagainya, edangkan dalam pembelajaran konvensional
keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes.
Beberapa perbedaan diatas, menggambarkan bahwa CTL memang
memiliki karakteristik tersendiri baik dari asumsi maupun proses
pelaksanaan dan pengelolaannya.

15

4.

Sekenario Pembelajaran Kontektual.
Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan CTL,
tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat desain (skenario)
pembelajarannya, sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagai alat
kontrol dalam pelaksanaannya, pada intinya pengembangan setiap
komponen CTL, tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan sebagai
berikut. 21
a. Mengembangkan

pikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar

lebih bermakna apakah dengan cara sendiri, menemukan sendiri, dan
mengontruksi sendiri pengetahuan dan keterlibatan baru yang harus
dimilikinya.
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik
yang diajarkan.
c. Mengembangkan

sifat

ingin

tahu

sisiwa

melalui

munculnya

pertanyaan-pertanyaan.
d. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok
berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya.
e. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
f. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang
sebenarnya pada setiap siswa.
Dalam pembelajaran kontektual, program pembelajaran merupakan
rencana kegiatan kelas yang dirancang oleh guru, yaitu dalam bentuk
scenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswa
selama berlangsungnya proses pembelajaran.

5.

Pola Pembelajaran CTL
Untuk mencapai kompetensi yang sama dengan menggunakan CTL
guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti dibawah ini: 22
21

Rusman, op.cit, h. 199-200
Wina Sanjaya, op.cit h.267-268

22

16

a. Pendahuluan 1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta
manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya
materi pelajaran yang akan dipelajari.
2) Guru menjelaskan prosedur pembeajaran CTL :
- Siswa dibagi kedalam beberpa kelompok sesuai
dengan jumlah siswa.
- Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan
observasi, misal kelompok 1 dan 2 melakukan
observasi kepasar.
- Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat
berbagai hasil yang ditemukan di pasar tersebut.
3) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus
dikerjakan oleh setiap siswa.
Dilapangan
1) Siswa melakukan observasi ke pasar sesuai dengan

b. Inti

pembagian tugas kelompok.
2) Sisiwa mencatat hal-hal yang mereka temukan di pasar
sesuai dengan alat observasi yang telah mereka
tentukan sebelumnya.
Di dalam kelas
1) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai
dengan kelompok masing-masing.
2) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan oleh kelompok lain, kelompok menjawab
setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.
1) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil
observasi sekitar masalah pasar sesuai dengan indikator
hasil belajar yang harus dicapai.
2) Guru menugaskan siswa untuk embuat karangan
tentang pengalaman belajar mereka dengan tema
“pasar”.

c. Penutup

Untuk itu ada beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai
sesuatu strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut:23

23

Ibid, h.270.

17

a. CTL adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada
aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
b. CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses
berpengalaman kehidupan nyata.
c. Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk
memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data
hasil temuan mereka dilapangan.
d. Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian
dari orang lain.

B. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar.
Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup. Sejak masih bayi (bahkan
dalam kandungan) hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa
seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku
dalam dirinya. Perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah
laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif)
dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap
(afektif).24 Dengan adanya belajar maka seseorang akan mengalami
perubahan kearah yang lebih baik, karena akan mengalami perubahan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif.
Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik.
Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan.25 Sihingga dapat diartikan
belajar meiliki nilai edukatif yang nantinya memberikan perubahan. Dalam
24

Eveline Siregar, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor, Ghalia Indonesia : 2010)

h.3
25

h.1.

Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,2006),

18

buku muhibin syah dijelaskan definisi dari belajar, belajar adalah kegiatan
yang berproses dan menerapkan unsure yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa
berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung
pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah
maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.26
Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya
terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah:27
a) Bertambahnya jumlah pengetahuan
b) Adanya kemampuan mengingat dan memproduksi
c) Ada penerapan pengetahuan
d) Menyimpulkan makna
e) Menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas, dan
f) Adanya perubahan sebagai pribadi.
Dengan demikian belajar merupakan suatu proses yang saling
memiliki keterkaitan antara satu proses dengan proses yang lain,
menghubungkan proses pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan
pengertian yang sudah dimiliki seseorang sehingga pengertiannya dapat
dikembangkan dalam pengetahuan yang baru.
Benyamin Bloom, mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar
kedalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotorik. Ketiga tingkatan itu dikenal dengan istilah Bloom’s
Taxonomy (Taksonomi Bloom). Taksonomi Bloom digunakan merupakan
taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl. Pada
penelitian ini, penulis penulis hanya akan mengungkapkan hasil belajar
pada

ranah

pengembangan

kognitif

saja.

intelektual

Ranah

kognitif

(knowledge)

meliputi

dengan

kemampuan

tingkatan-tingkatan

sebagai berikut: 28

26

Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta:Rajawali Pers,2012), h.64
Eveline Siregar, dkk, op.cit, h.6.
28
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996), h. 245 – 247.
27

19

a. Mengingat (Remember) C1
Mengingat

merupakan

usaha

mendapartkan

kembali

pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang
baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat
merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran
yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah
(problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi
mengenali

(recognition)

dan

memanggil

kembali

(recalling).

Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau
yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir,
alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling)
adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau
secara cepat dan tepat.
b. Memahami (Understanding) C2
Memahami berkaitan dengan membangun sebuah pengertian
dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi.
Memahami

berkaitan

dengan

aktivitas

mengklasifikasikan

(classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan
akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan
yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu.
Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang
spesifik kemudian ditemukan konsep dan

prinsip umumnya.

Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan
dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi.
Mem

Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

Pengaruh pendekatan contextual teaching and learning (CTL) terhadap hasil belajar siswa: kuasi ekspereimen di SMP Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan

0 11 152

Pengaruh pendekatan contextual teaching and learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep bunyi

2 12 149

PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP ZAT DAN WUJUDNYA TERINTEGRASI NILAI KEAGAMAAN (Eksperimen di MTs Al-Khairiyah,Citeureup-Bogor)

1 33 61

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ( Penelitian Tindakan Kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok)

0 14 135

Peningkatan hasil belajar siswa pada konsep sumber energi gerak melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL): penelitian tindakan kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok

2 3 135

Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

0 7 208

Pengaruh Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Koloid

0 10 0

Penerapan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learnig/CTL untuk meningkatkan hasil belajar PKN pada siswa kelas IV MI Miftahussa’adah Kota Tangerang

0 10 158

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep perkembangbiakan tumbuhan melalui pendekatan kontekstual: penelitian tindakan kelas di MI Hidayatul Athfal Gunungsindur

0 19 141