UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELECTUALLY REPETITION (AIR) TERHADAP SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 GALANG.

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY

INTELECTUALLY REPETITION (AIR) TERHADAP

SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 GALANG

Oleh :

Hotma Tua Sihaloho NIM. 071244110037

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2012


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan berkatNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Skripsi ini berjudul ” Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika siswa melalui model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR) terhadap siswa kelas X SMA Negeri 1 Galang.” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar,M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Drs. Motlan,M.Sc,Ph.D selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar,M.Pd sebagai Ketua Jurusan Matematika Universitas Negeri Medan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. M. Panjaitan,M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar,M.Pd, Bapak Drs. Syafari,M.Pd, dan Bapak Drs. H. Yasifati Hia,M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini. Kepada Bapak Drs. Yasifati Hia,M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik dan kepada Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis juga disampaikan terima kasih.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Pomer Simbolon selaku Kepala SMA Negeri 1 Galang dan Ibu Berniwanta Girsang selaku guru kelas X SMA Negeri 1 Galang dan seluruh bapak/ibu guru serta staf pegawai yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.


(4)

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda Edi Sihaloho, Ibunda Pesta Sitanggang, kakak Lina P. Sihaloho, AMd adik Parsaoran Sihaloho,AMd Parlindungan Sihaloho, Mariana F Sihaloho, Mariani C Sihaloho beserta seluruh keluargaku yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, doa, dorongan, semangat dan pengorbanan yang tak ternilai selama pendidikan sampai selesainya skripsi ini. Begitu juga penulis ucapkan terima kasih teristimewa kepada abang Paian Siahaan, SE yang telah memberikan masukan dan semangat serta doa yang tulus kepada penulis, serta para sahabat Rya, S.Pd, Dina, S.Pd, Aai S.Pd, Indah, S.Pd Lenni, S.Pd, Ester, S.Pd dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian penelitian ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan penelitian ini. Kiranya penelitian ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, September 2012 Penulis,

Hotma Tua Sihaloho NIM. 071244110037


(5)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY

INTELECTUALLY REPETITION (AIR) TERHADAP SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 GALANG

T.A. 2011/2012

Hotma Tua Sihaloho (NIM. 071244110037) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan apakah dapat digunakan sebagai upaya untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pada materi pertidaksamaan di kelas X SMA Negeri 1 Galang Ajaran 2011/2012.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Galang yang berjumlah 37 orang siswa, yang terdiri dari 15 orang siswa laki-laki dan 22 orang siswa perempuan sedangkan objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR) pada materi pertidaksamaan

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah tes dan lembar observasi dan wawancara. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR), lembar observasi digunakan untuk melihat proses pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR), dan keaktifan siswa selama proses penerapan model pembelajaran dan wawancara digunakan untuk mengetahui apa saja kesulitan belajar siswa.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pada tes hasil belajar I yaitu dari 37 siswa terdapat 26 siswa (70,27%) yang mencapai skor ≥65 dan 11 siswa (29,72%) yang mencapai skor <65 serta terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas pada tes hasil belajar II dengan 37 siswa terdapat 32 siswa (86,49%) yang mencapai skor 65 dan 5 orang siswa (13,51%) yang mencapai skor < 65. Dan dari hasil tes belajar I dan II diperoleh peningkatan nilai rata-rata siswa yaitu dari 66,2162 menjadi 73,1081. Hasil observasi proses pembelajaran berjalan dengan baik yaitu dari hasil observasi di siklus I mencapai 2,87 dengan kategori baik dan mengalami peningkatan di siklus II menjadi 3,12 dengan kategori baik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR), dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dengan pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR), yaitu dengan memperkecil jumlah siswa di tiap kelompok yang sebelumnya berjumlah 6 orang di siklus I menjadi 5 orang di siklus II. Peneliti juga lebih menyederhanakan bahasa yang digunakan dalam penjelasan dan instruksi pada LAS serta memberikan arahan kepada siswa sehubungan dengan kondisi dalam kelompok. Dari hasil wawancara dan tes hasil belajar siswa bahwa upaya tersebut dinilai baik.


(6)

i

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

DAFTAR ISI ... i-ii

DAFTAR TABEL ... iii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Pembatasan Masalah ... 5

1.4 Rumusan Masalah ... 5

1.5 Tujuan Penelitian ... 5

1.6 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 7

2.1 Kerangka Teori ... 7

2.1.1 Model Pembelajaran Learning Starts With A Question ... 7

2.1.2 Metode Pembelajaran Konvensional... 13

2.1.3 Perbedaan Model Pembelajaran Learning Starts With A Question dan Metode Pembelajaran Konvensional ... 16

2.1.4 Hasil Belajar Akuntansi ... 19

2.2 Penelitian yang Relevan ... 23

2.3 Kerangka Berpikir ... 26

2.4 Hipotesis ... 28

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 29

3.1 Lokasi Penelitian ... 29

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 29


(7)

ii

3.2.2 Sampel ... 29

3.3 Variable Penelitian dan Defenisi Operasional ... 30

3.3.1 Variable Penelitian ... 30

3.3.2 Defenisi Operasional ... 30

3.4 Rancangan Penelitian ... 31

3.5 Prosedur Penelitian... 32

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.7 Teknik Analisis Data ... 33 DAFTAR PUSTAKA


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kemajuan suatu negara tidak terlepas dari sistem pendidikan di negara itu, sebab pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu. Setiap individu secara langsung ataupun tidak langsung dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mampu sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menangani pembangunan yang senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan kebutuhan zaman. Untuk mensukseskan pembangunan bangsa dan negara dibutuhkan SDM yang menguasai ilmu pengetahuan dan memiliki keterampilan. Untuk itu peranan lembaga pendidikan sangat besar untuk menghasilkan SDM yang potensial guna menyokong pelaksanaan pembangunan bangsa dan negara. Dengan kata lain pendidikan merupakan suatu titik sentral dalam pembangunan.

Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang memiliki peran sangat penting dalam usaha membina dan membentuk manusia yang berkualitas. Pada dasarnya peserta didik telah memiliki potensi yang baik. Untuk itu guru seharusnya berupaya untuk mengarahkan dan mengembangkan potensi–potensi itu kearah yang diharapkan melalui pendidikan dan pengajaran. Pemerintah dan masyarakat yang berada dalam pendayagunaan sumber daya pendidikan juga tidak henti–hentinya mengadakan pembenahan terhadap lembaga penentu kemajuan pendidikan.

Hasil belajar siswa melalui kegiatan pembelajaran, tidak dapat dicapai seluruhnya secara langsung dan tidak dapat diukur dengan mudah seperti yang dikemukakan oleh Suryabrata (2005:26) bahwa

”hasil belajar dipengaruhi 2 (dua) faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi minat, bakat, kreatifitas, motivasi, IQ, dll, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa, meliputi sarana dan prasarana, lingkungan, pendidik, buku-buku, media, metode belajar dan sebagainya. Kondisi kedua faktor tersebut mempengaruhi hasil belajar siswa. Sebagai contoh, apabila tingkat motivasi yang dimiliki oleh siswa


(9)

tinggi dan dipadukan dengan strategi pembelajaran yang dapat membuat siswa tersebut aktif maka hasil belajar yang akan dicapainya akan juga baik.”

Suatu permasalahan dalam proses belajar mengajar yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari adalah rendahnya motivasi belajar peserta didik yang berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa, kejenuhan siswa dalam belajar, suasana belajar yang pasif dan situasi belajar yang berpusat pada guru. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat Ekspositori dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.

Selain faktor strategi dalam proses pembelajaran di sekolah, juga perlu diperhatikan faktor dari dalam diri siswa yang turut mempengaruhi hasil belajar siswa tersebut. Salah satunya adalah motivasi belajar siswa, seperti yang dikemukakan oleh Uno (2008 : 23) bahwa:

“ motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar merupakan perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu sedangkan motivasi diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.”

Motivasi belajar adalah dorongan internal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Adapun faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik. Akan tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.

Pada pembelajaran tradisional, suasana kelas cenderung berpusat pada guru (teacher centeredi) sehingga siswa menjadi pasif. Meskipun demikian, guru


(10)

lebih suka menerapkan model tersebut, sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktek, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain. Masalah ini banyak dijumpai dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas, oleh karena itu, perlu menerapkan suatu strategi belajar yang dapat membantu siswa untuk memahami materi ajar dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat lebih termotivasi.

Satu inovasi yang dapat mengubah paradigma pembelajaran yang semula berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada murid (student centered); metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori; dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun pendidikan. Berdasarkan alasan tersebut, maka sangatlah penting bagi para pendidik khususnya guru memahami karakteristik materi, peserta didik dan metodologi pembelajaran dalam proses pembelajaran terutama berkaitan pemilihan terhadap strategi-strategi pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran akan lebih variatif, inovatif dan konstruktif dalam merekonstruksi wawasan pengetahuan dan implementasinya sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

Dari beberapa hal yang dipaparkan di atas, salah satu hal penting yang dihadapi pendidik adalah minimnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir seperti yang dijelaskan oleh John W. Santrock bahwa untuk menjadi guru yang mampu mengajar secara efektifitas dibutuhkan dua hal yaitu (1) pengetahuan dan keahlian profesional, dan (2) komitmen dan motivasi.

Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa. Untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik, sebenarnya telah banyak hal yang disarankan dan diusahakan tetapi pembelajaran cenderung kembali secara konvensional, sehingga siswa cenderung kembali pasif. Seperti yang dikemukakan Nurhayati (http://www.depdiknas.go.id/jurnal 51/0404429%20-ed-nurhayati-penerapan-model-pembelajaran.pdf) menyatakan bahwa:


(11)

“banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika peserta didik salah satunya adalah ketidaktepatan penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Kenyataannya menunjukkan selama ini kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran yang

bersifat konvensional dan banyak didominasi oleh guru.”

Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika adalah sebagaimana yang diungkapkan Abdurrahman (1999:252) bahwa : “Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah matematika merupakan bidang

studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa.” SMA Negeri 1 Galang merupakan salah satu sekolah yang juga harus memperhatikan kualitas siswanya untuk dapat bersaing dengan sekolah lainnya di dunia pada umumnya dan di Indonesia khususnya. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah tersebut adalah Matematika. Mata pelajaran ini merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diujiannasionalkan dan merupakan salah satu syarat utama kelulusan. Oleh sebab itu perlu diterapkan strategi belajar yang efektif dan efisien agar diperoleh motivasi belajar siswa yang baik.

E.T. Ruseffendi (1993:37) menyatakan bahwa:

”Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk atau struktur yang abstrak untuk dapat memenuhi struktur-struktur, hubungan-hubungan diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat di dalam matematika itu. Hal ini berarti belajar matematika adalah belajar tentang konsep dan struktur-struktur yang terdapat dalam bahasa yang dipelajari serta mencari hubungan antara

konsep dan struktur tersebut.”

Oleh karena itu dalam mendesain kegiatan belajar yang optimal diperlukan kecermatan guru dalam memilih strategi yang akan diterapkan. Begitu juga dalam pembelajaran Matematika yang diajarkan kepada peserta didik hendaknya selalu langsung dihadapkan dengan situasi nyata dalam kehidupan. Keberhasilan belajar Matematika dapat dipengaruhi berbagai faktor agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal yaitu dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari faktor pelaksana pembelajaran yaitu guru dan peserta didik.

Hasil observasi peneliti diperoleh bahwa kesalahan yang sering dilakukan dalam proses belajar mengajar Matematika ini adalah siswa yang tidak diperhadapkan langsung pada kehidupan nyata sehari-hari, kurangnya motivasi


(12)

kepada siswa dan kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran Matematika tersebut. Matematika bagi sebagian peserta didik dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang sangat rumit dan menjenuhkan. Selain itu kegiatan belajar mengajar yang kurang variatif misalnya hanya menggunakan metode ceramah saja dalam kegiatan pembelajaran, yang menyebabkan kurangnya efektifitas belajar.

Faktor lain yang menyebabkan peserta didik tidak suka belajar Matematika adalah kurangnya pengetahuan peserta didik akan manfaat Matematika dalam kehidupan sehari-hari(dunia nyata), sikap yang kurang baik terhadap Matematika dapat tumbuh akibat strategi pembelajaran yang tidak relevan dengan tahap berpikir peserta didik dan tidak dikaitkan dengan kehidupan peserta didik. Kondisi yang demikian menyebabkan merosotnya motivasi belajar Matematika peserta didik.

Pelajaran matematika lebih banyak jam pelajarannya jika dibandingkan dengan pelajaran lain. Walaupun demikian, hasil belajar matematika siswa di Indonesia masih rendah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS) yang mengatakan bahwa hasil belajar matematika siswa di Indonesia masih rendah dibanding Malaysia dan Singapura, yang jumlah jam pelajaran matematikanya setiap tahun lebih sedikit dibanding Indonesia(http://zainure.wordpress.com/2007/05/14/pakar-matematika-pendidikan). Artinya, waktu yang dihabiskan siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding dengan hasil belajar yang diraih. Hal ini sesuai dengan data UNESCO (http://zainurie.wordpress.com): “Data UNESCO menunjukkan bahwa peringkat matematika Indonesia berada di deretan 34 dari 38 negara. Sejarah ini, Indonesia masih belum mampu lepas dari deretan penghuni papan bawah.” Hasil nilai matematika pada ujian nasional, pada semua tingkat dan jenjang pendidikan selalu terpaku pada angka yang rendah. Menurut Zaki (http://zaki.web.ugm.ac.id) menyatakan bahwa:

“Keadaan ini sangat ironis dengan kedudukan dan peran matematika untuk

pengembangan ilmu pengetahuan, mengingat matematika merupakan induk ilmu pengetahuan dan ternyata matematika hingga saat ini belum menjadi mata pelajaran yang difavoritkan.”


(13)

Guru merupakan tokoh sentral dalam menentukan keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran yang disampaikan. Selama ini kegiatan belajar mengajar yang dilakukan hanya terfokus pada guru. Ketika guru mengajar hanya menggunakan metode ceramah dan memberikan contoh tanpa melibatkan siswa dalam kegiatan belajar, maka siswa cenderung pasif, kemudian siswa lebih banyak menunggu sajian yang diberikan guru.

Kondisi ini terkadang menjadikan siswa enggan untuk belajar, kemudian merasakan kejenuhan dan keinginan agar proses belajar mengajar cepat selesai. Bahkan terkadang sebelum proses belajar selesai siswa cenderung mencari-cari alasan agar bisa keluar dari kelas untuk menghilangkan kejenuhan misalnya permisi ke toilet, yang akhirnya berdampak pada rendahnya motivasi belajar siswa.

Oleh karena keadaan seperti inilah timbul kemalasan dan kejenuhan dalam diri siswa, sehingga tidak ada keinginan dalam diri mereka untuk belajar selama kegiatan belajar masih seperti itu, akhirnya berdampak pada rendahnya hasil belajar mereka yang bisa dilihat dari data ulangan siswa pada mata pelajaran Matematika di kelas X SMA Negeri 1 Galang pada saat penulis melakukan observasi di sekolah tersebut. Dari 42 siswa di kelas X hanya 16 orang (sekitar 38,09%) yang nilainya diatas 70. Dan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di kelas X-2 SMA Negeri 1 Galang dengan memberikan tes kepada siswa mengenai pertidaksamaan kuadrat. Berikut tes yang diberikan oleh peneliti kepada siswa pada pokok bahasan pertidaksamaan kuadrat.

1. Carilah himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan berikut: a. 5y ≥ 3y + 8

b. 2x + 3 ≥ 7

2. Tentukan penyelesaian pertidaksamaan 1 1

7 2

  x

x

Jawaban siswa: 1. a. 5y ≥ 3y + 8 5y –3y ≥ 8


(14)

2y ≥ 8 y ≥ 4 b. 2x + 3 ≥ 7

2x ≥ 7 – 3 2x ≥ 4 x ≥ 2

2. 1

1 7 2

  x

x

2x + 7 ≤ 1 – 1 + x 2x –x ≤ 0 – 7 x ≤ -7

Berdasarkan tes yang telah dilakukan ternyata hanya 30% siswa yang dapat menjawab dengan benar dan 30% siswa yang mengarah kepada jawaban yang benar, sedangkan 40% siswa sama sekali tidak dapat menyelesaikan soal tersebut.

Disamping itu, Ibu Berniwanta Girsang juga mengatakan bahwa bukan hanya dari faktor siswanya saja, tetapi dari faktor gurunya juga terlibat dalam perkembangan hasil belajar matematika siswa khususnya pada materi pertidaksamaan yaitu sebagian dari guru hanya menerangkan penjelasan materi serta memberikan contoh – contoh sesuai yang ada dibuku (tidak berkembang). Jadi, ketika siswa diberikan soal yang sedikit saja berbeda dari contoh yang diberikan, siswa langsung mengalami kesulitan. Selama ini metode yang digunakan oleh kebanyakan guru tidak mengalami perubahan selalu sama sehingga kesulitan yang dihadapi siswa dalam mempelajari Pertidaksamaan tetap ada, dengan kata lain kurang efektif.

Berdasarkan informasi diatas dapat dilihat bahwa proses pembelajaran kurang berkualitas dan prestasi belajar yang dicapai siswa dalam pembelajaran matematika masih memprihatinkan. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika perlu diperbaiki guna meningkatkan motivasi, perhatian, pemahaman dan prestasi belajar siswa.

Banyak model pembelajaran yang merangsang siswa untuk belajar mandiri, kreatif, dan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Diantara


(15)

model pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran matematika yang memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, kreatif, dan lebih aktif adalah dengan model pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR) dari kata Auditory, Intellectualy dan Repetition. Auditory bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi. Intellectualy bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berfikir (mind-on), harus dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah dan menerapkan. Sedangkan Repetition adalah pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa di latih melalui pemberian tugas atau kuis.

(http://pedidikan.infogue.com/model pembelajaran inovatif ).

Melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR), diharapkan siswa akan lebih baik dalam memahami materi Pertidaksamaan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan Pertidaksamaan, karena didalam model pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR) terdapat repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis sehingga siswa diharapkan dapat lebih mudah memahami materi pertidaksamaan.

Berdasarkan latar belakang itulah penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: ” Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika siswa melalui model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR)


(16)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, ada banyak masalah yang mempengaruhi motivasi belajar siswa pada materi pelajaran Pertidaksamaan. Masalah – masalah yang teridentifikasi mencakup :

1. Prestasi belajar matematika yang dicapai siswa masih rendah. 2. Siswa kurang tertarik dalam pembelajaran Matematika

3. Pemakaian metode guru masih menggunakan metode ceramah dalam belajar Matematika

4. Pembelajaran matematika yang kurang bermakna dikarenakan pembelajaran berpusat pada guru

5. Kurangnya ketidaktahuan peserta didik akan manfaat Matematika dalam kehidupan sehari-hari(dunia nyata)

6. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran matematika tentang Pertidaksamaan.

1.3. Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah dan keterbatasan peniliti, maka masalah yang disebutkan dalam identifikasi masalah diatas dibatasi pada hasil belajar siswa pokok bahasan pertidaksamaan serta upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran AIR (auditori intellectually repetition).

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi, dan batasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam hal ini yaitu :

1. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR) dapat meningkatkan hasil belajar pada pokok bahasan sistem pertidaksamaan dikelas X SMA Negeri 1 Galang Tahun Ajaran 2011/2012?

2. Upaya – upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan pertidaksamaan melalui model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR)


(17)

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut, yaitu :

1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada pokok bahasan sistem pertidaksamaan dikelas X SMA Negeri 1 Galang Tahun Ajaran 2011/2012 model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR).

2. Untuk mengetahui upaya – upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan pertidaksamaan melalui model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR)

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada pokok bahasan pertidaksamaan.

2. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan tentang suatu alternatif pembelajaran matematika dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa melalui Auditory Intellectually Repetition. (AIR).

3. Bagi peneliti, untuk mengetahui gambaran kemampuan dan kesulitan siswa yang diajarkan melalui Auditory Intellectually Repetition (AIR). 4. Bagi sekolah, sebagai salah satu alternatif pengajaran untuk meningkatkan

hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui Auditory Intellectually Repetition (AIR).

5. Bagi orang tua/ masyarakat, sebagai gambaran mengenai kesulitan – kesulitan yang dialami oleh siswa dalam belajar.


(18)

52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan terhadap hasil belajar siswa dan pembahasan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Penerapan model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari tes hasil belajar II siswa, diperoleh hasil sebanyak 32 siswa (86,49%) mendapat nilai tuntas dan 5 siswa (13,51%) tidak tuntas, dengan peningkatan sebasar 16,22% dari hasil tes hasil belajar siklus I .

2. Upaya peneliti untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR) adalah :

a. Mengganti anggota kelompok diskusi siswa pada siklus II berdasarkan tes hasil belajar I dimana kelompok pada siklus I berdasarkan nilai formatif dari guru matematika dikarenakan anggota kelompok sebelumnya kurang aktif dalam disikusi.

b. Pada siklus I pembelajaran menggunakan LKS yang digunakan siswa di sekolah kemudian peneliti mengganti menggunakan LAS yang dibuat oleh peneliti. Pada LAS peneliti membuat langkah – langkah untuk menyelesaikan soal sehingga siswa lebih mudah untuk mengerti menyelesaikan soal.

c. Peneliti lebih mendekatkan diri kepada siswa pada saat pembelajaran berlangsung dan membantu kelompok yang kurang mengerti serta memberikan arahan kepada siswa sehubungan dengan kondisi dalam kelompok, kerja sama kelompok dan keikutsertaan siswa dalam kelompok.

3. Karena kesalahan peneliti maka peneliti minta maaf kepada seluruh saudara/saudari yang membaca skripsi ini agar tidak mengikuti kesalahan yang telah dilakukan peneliti yaitu mengulang materi pada siklus II.


(19)

53

Adapun saran-saran yang diajukan berdasarkan pembahasan dan kesimpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kepada guru matematika hendaknya selalu berupaya meningkatkan hasil belajar siswa dan mempertimbangkan model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR).

2. Kepada guru matematika yang hendak akan menggunakan model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR) dalam pembelajaran hendaknya melakukan tahap – tahap yang ada pada model pembelajaran AIR agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. Memperhatikan keaktifan setiap anggota kelompok dan memotivasi siswa agar berani mengemukakan pendapatnya dimuka umum, memberikan tugas akhir pada setiap pembelajaran pada siswa secara individual.

3. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian dengan objek yang sama dengan penelitian ini disarankan sebagai berikut :

- Perhatikan lebih akurat peningkatan hasil belajar yang terjadi apakah signifikan atau tidak.

- Dalam membagi kelompok, sebaiknya tidak hanya berdasarkan kemampuan siswa yang dilihat dari tes namun juga dilihat dari jenis kelamin dan kecocokan antar anggota kelompok

- Sebaiknya sebelum melakukan tindakan, pelajari terlebih dahulu karakteristik tiap siswa dengan bertanya kepada guru atau mengobservasi tingkah laku siswa pada saat belajar sebelum melakukan penelitian. Hal ini bertujuan agar peneliti dapat mengantisipasi siswa tersebut pada saat melakukan tindakan.


(20)

84

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (1999: 252), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Bloom,(1956:7), Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Diana, A.S., (2011) Upaya meningkatkan hasil belajar Siswa pada pokok bahasan persamaan linier satu variabel dengan model pembelajaran problem solving menggunakaan media kartu soal di kelas vii SMP swasta Jambi Medan, Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan. Fakulatas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2009), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Mahasiswa Program Studi Pendidikan, FMIPA, Unimed, Medan

Gagne, R. (2003:2), Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Hasil Peneltian TIMMS, (2007), Trends in Internasional Matematics and Sciens Study, http://zainure.wordspress.com/2007/05/14

Herdian. 2008. Model Pembelajaran Auditory Intellectually repetition (AIR) . (http://pedidikan.infogue.com/model pembelajaran inovatif ) Diakses 7 February 2011

Hemacki., (2008:6), Auditory (belajar membaca dan mendengar), Fauzan

http://pendidikan.infogue.com/modelpembelajaraninovatif

Horward, (2003:32), Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Kunandar,(2011), Langkah mudah penelitian tindakan kelas, Jakarta: Penerbit PT.RajaGrafindo Persada


(21)

86

Kurnianingsih Sri, Kuntarti, dan Sulistiyono, (2006), Matematika SMA untuk kelas X, Penerbit Esis, Jakarta

Meier., (2003:95), Auditory (belajar membaca dan mendengar), Fauzan

http://pendidikan.infogue.com/modelpembelajaraninovatif

Moeliono (1988:543), Prestasi Belajar Siswa, Jakarta: Sukmadinata

Morisson (2003:33), Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Newman, dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun). (2003), Unsur – unsure strategi usaha belajar, Jakarta

Nurhayati., (2004) Penerapan model pembelajaran (http//www.depdiknas.go.id/jurnal)2004/04/15penerapan model pembelajaran

Noormandiri, B.K., dan Sucipto, E. , (2004), Matematika SMA untuk kelas X, Penerbit Erlangga, Jakarta

Purwanto, (2009): Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Porter De., (2008:6) (belajar membaca dan mendengar), Fauzan

http://pendidikan.infogue.com/modelpembelajaraninovatif

Rusefendi, E.T., (1993:37), Pemahaman konsep – konsep matematikaa, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.kam

Slameto. (2003:2,30). Belajar Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Suherman, (1992:72), Langkah – langkah model pembelajaran AIR


(22)

86

Sukmadinata., 1983, Pengertian belajar sebagai perubahan perilaku yang permanen karena pengalaman, Jakarta Hilgrad

Suryabrata, (2005): efektifitas belajar, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Supriawan Dedi, dan Surasega Benyamin A. 1990, Kelompok model pembelajaran, Jakarta (www.google.com)

Trianto, (2007), Model- model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivisme. Penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta

Uno, Hamzah B. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara

Wenger., (2003:143), (belajar membaca dan mendengar), Rose dan Nicholl,

http://pendidikan.infogue.com/modelpembelajaraninovatif

Zaki, (2007), http//zaki.web.ugm.ac.id kedudukan dan peran matematika, diakses 21 maret 2012


(23)

RIWAYAT HIDUP

Hotma Tua Sihaloho adalah anak kedua dari enam bersaudara. Lahir di Galang tanggal 7 Februari 1988. Ayah bernama Edi Sihaloho dan Ibu bernama Pesta Sitanggang. Jenjang pendidikan dimulai pada SD Negeri 101960 Galang pada tahun 1994 dan lulus tahun 2000. Pada tahun 2000 melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Pagar Merbau dan lulus pada tahun 2003. Kemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Galang dan lulus pada tahun 2006, kemudian mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2007 dan diterima pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan sampai sekarang dan lulus pada tanggal 4 September 2012.


(1)

52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan terhadap hasil belajar siswa dan pembahasan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Penerapan model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari tes hasil belajar II siswa, diperoleh hasil sebanyak 32 siswa (86,49%) mendapat nilai tuntas dan 5 siswa (13,51%) tidak tuntas, dengan peningkatan sebasar 16,22% dari hasil tes hasil belajar siklus I .

2. Upaya peneliti untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR) adalah :

a. Mengganti anggota kelompok diskusi siswa pada siklus II berdasarkan tes hasil belajar I dimana kelompok pada siklus I berdasarkan nilai formatif dari guru matematika dikarenakan anggota kelompok sebelumnya kurang aktif dalam disikusi.

b. Pada siklus I pembelajaran menggunakan LKS yang digunakan siswa di sekolah kemudian peneliti mengganti menggunakan LAS yang dibuat oleh peneliti. Pada LAS peneliti membuat langkah – langkah untuk menyelesaikan soal sehingga siswa lebih mudah untuk mengerti menyelesaikan soal.

c. Peneliti lebih mendekatkan diri kepada siswa pada saat pembelajaran berlangsung dan membantu kelompok yang kurang mengerti serta memberikan arahan kepada siswa sehubungan dengan kondisi dalam kelompok, kerja sama kelompok dan keikutsertaan siswa dalam kelompok.

3. Karena kesalahan peneliti maka peneliti minta maaf kepada seluruh saudara/saudari yang membaca skripsi ini agar tidak mengikuti kesalahan yang telah dilakukan peneliti yaitu mengulang materi pada siklus II.


(2)

53

Adapun saran-saran yang diajukan berdasarkan pembahasan dan kesimpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kepada guru matematika hendaknya selalu berupaya meningkatkan hasil belajar siswa dan mempertimbangkan model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR).

2. Kepada guru matematika yang hendak akan menggunakan model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR) dalam pembelajaran hendaknya melakukan tahap – tahap yang ada pada model pembelajaran AIR agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. Memperhatikan keaktifan setiap anggota kelompok dan memotivasi siswa agar berani mengemukakan pendapatnya dimuka umum, memberikan tugas akhir pada setiap pembelajaran pada siswa secara individual.

3. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian dengan objek yang sama dengan penelitian ini disarankan sebagai berikut :

- Perhatikan lebih akurat peningkatan hasil belajar yang terjadi apakah signifikan atau tidak.

- Dalam membagi kelompok, sebaiknya tidak hanya berdasarkan kemampuan siswa yang dilihat dari tes namun juga dilihat dari jenis kelamin dan kecocokan antar anggota kelompok

- Sebaiknya sebelum melakukan tindakan, pelajari terlebih dahulu karakteristik tiap siswa dengan bertanya kepada guru atau mengobservasi tingkah laku siswa pada saat belajar sebelum melakukan penelitian. Hal ini bertujuan agar peneliti dapat mengantisipasi siswa tersebut pada saat melakukan tindakan.


(3)

84

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (1999: 252), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Bloom,(1956:7), Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Diana, A.S., (2011) Upaya meningkatkan hasil belajar Siswa pada pokok bahasan persamaan linier satu variabel dengan model pembelajaran problem solving menggunakaan media kartu soal di kelas vii SMP swasta Jambi Medan, Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan. Fakulatas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2009), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Mahasiswa Program Studi Pendidikan, FMIPA, Unimed, Medan

Gagne, R. (2003:2), Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Hasil Peneltian TIMMS, (2007), Trends in Internasional Matematics and Sciens Study, http://zainure.wordspress.com/2007/05/14

Herdian. 2008. Model Pembelajaran Auditory Intellectually repetition (AIR) . (http://pedidikan.infogue.com/model pembelajaran inovatif ) Diakses 7 February 2011

Hemacki., (2008:6), Auditory (belajar membaca dan mendengar), Fauzan http://pendidikan.infogue.com/modelpembelajaraninovatif

Horward, (2003:32), Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Kunandar,(2011), Langkah mudah penelitian tindakan kelas, Jakarta: Penerbit PT.RajaGrafindo Persada


(4)

86

Kurnianingsih Sri, Kuntarti, dan Sulistiyono, (2006), Matematika SMA untuk kelas X, Penerbit Esis, Jakarta

Meier., (2003:95), Auditory (belajar membaca dan mendengar), Fauzan http://pendidikan.infogue.com/modelpembelajaraninovatif

Moeliono (1988:543), Prestasi Belajar Siswa, Jakarta: Sukmadinata

Morisson (2003:33), Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Newman, dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun). (2003), Unsur – unsure strategi usaha belajar, Jakarta

Nurhayati., (2004) Penerapan model pembelajaran (http//www.depdiknas.go.id/jurnal)2004/04/15penerapan model pembelajaran

Noormandiri, B.K., dan Sucipto, E. , (2004), Matematika SMA untuk kelas X, Penerbit Erlangga, Jakarta

Purwanto, (2009): Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Porter De., (2008:6) (belajar membaca dan mendengar), Fauzan http://pendidikan.infogue.com/modelpembelajaraninovatif

Rusefendi, E.T., (1993:37), Pemahaman konsep – konsep matematikaa, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.kam

Slameto. (2003:2,30). Belajar Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Suherman, (1992:72), Langkah – langkah model pembelajaran AIR http://pendidikan.infogue.com/modelpembelajaraninovatif


(5)

86

Sukmadinata., 1983, Pengertian belajar sebagai perubahan perilaku yang permanen karena pengalaman, Jakarta Hilgrad

Suryabrata, (2005): efektifitas belajar, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Supriawan Dedi, dan Surasega Benyamin A. 1990, Kelompok model pembelajaran, Jakarta (www.google.com)

Trianto, (2007), Model- model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivisme. Penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta

Uno, Hamzah B. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara

Wenger., (2003:143), (belajar membaca dan mendengar), Rose dan Nicholl, http://pendidikan.infogue.com/modelpembelajaraninovatif

Zaki, (2007), http//zaki.web.ugm.ac.id kedudukan dan peran matematika, diakses 21 maret 2012


(6)

RIWAYAT HIDUP

Hotma Tua Sihaloho adalah anak kedua dari enam bersaudara. Lahir di Galang tanggal 7 Februari 1988. Ayah bernama Edi Sihaloho dan Ibu bernama Pesta Sitanggang. Jenjang pendidikan dimulai pada SD Negeri 101960 Galang pada tahun 1994 dan lulus tahun 2000. Pada tahun 2000 melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Pagar Merbau dan lulus pada tahun 2003. Kemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Galang dan lulus pada tahun 2006, kemudian mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2007 dan diterima pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan sampai sekarang dan lulus pada tanggal 4 September 2012.


Dokumen yang terkait

ENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN LOGIKA MATEMATIKA SISWA KELAS X API 1 SMK NEGERI 1 SUKORAMBI TAHUN AJARAN 2011/2012

0 6 16

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY, INTELECTUALY, REPETITION) TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU GIZI SISWA KELAS X SMK NEGERI 3 PEMATANGSIANTAR.

0 3 26

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) DI KELAS X SMA NEGERI 1 TIGALINGGA TA. 2012/2013.

0 1 22

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELECTUAL REPETITION DALAM PEMBELAJARAN Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Auditory Intelectual Repetition Dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Kedisiplinan Siswa.

0 1 12

PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINS MENGGUNAKAN. docx

0 0 2

Perbandingan Hasil Belajar Matematika An

0 0 14

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa K (1)

0 0 20

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION SISWA KELAS XD SMA NEGERI 1 TANJUNGSARI GUNUNG KIDUL TAHUN AJARAN 20122013

0 0 8

Pemahaman Konsep Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intelectually, Repetition) Dan Course Review Horay

0 1 19