Analisis Aspek Imperfektif yang Bermakna Duratif dan Habituatif dalam Bahasa Jepang (Kajian Sintaksis dan Semantik).

(1)

日本語

非完結相

動詞

習慣相

意味用法

分析

シア

日本文学科 文学部

マ タ ス 大学

ン ン 2015


(2)

序論

一般 日本語 文 つ アスペ あ そ 完結相

非完結相 あ 完結相 いう あ 動詞 あ わ 態 あ 時

完了 い も あ アスペ ~た動詞 あ

非完結相 いう あ 時 い そ 態 進行中 あ も あ

アスペ ~ い 動詞 あ

本論文 ~ い 動詞 あ 非完結相 文 つい 分折

い 非完結相 文 相 文 習慣相 文 あ 相 文

同 う 行 あ 時 い 連 行わ い 習慣相 文

同 う 行 何回も断 的 行わ い 示 そ

行 習慣 相 文 例:

1. (I,21) 現在 8 種類 マン 雑誌 性別 問わ 全 世代 向け出版 い (NPN no. 25, 2003:17)

文 相 統語論 要素 相 示 い 統語論 要素

現在 いう副詞 出版 い いう ~ い 動詞


(3)

説明 い そ ~ い 動詞 あ 時 い

そ マン 雑誌 出版 活動 進行中 あ 説明 い

習慣相 文 例:

2. (II,34) 毎休 時 自室 日本 音楽やテ ビ 楽 い

文 相 統語論 要素 習慣相 示 い 統語論 要素

毎休 時 いう副詞 楽 い いう ~ い 動

詞 あ 毎休 時 いう副詞 休 たび あ 行

態 何回も断 的 行わ い 説明 い ~

い 動詞 日本 音楽やテ ビ 楽 行 習慣的 いつも行わ

い 説明 い

結論

非完結相 あ 文 ~ い 動詞 あ 文 あ そ 文

行 態 連 行わ い 相 習慣相 文 非完結相 部

分 あ

相 文 習慣相 文 区別 統語論 意味論 研究 分折 た そ 区別 方法 以下 通 あ


(4)

- 相 文 現在 態 示 い 副詞 説明 た そ

~ い 動詞 あ 行 連 行わ い

そ 相 文 時 副詞 け そ ~ い 動詞

そ 行 現在連 行わ い う 意味論 研究的

説明 た

- 習慣相 文 断 時 反復 態 示 い 副詞 説明

た そ ~ い 動詞 く 時々 ~

たい い いつも う 時間 あ わ 副詞 共

使う 習慣 あ わ そ ~ い 動詞 反復的 行わ


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….…………...i

DAFTAR ISI……….…....….iii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang Masalah……….…...………...…. …...1

1.2Rumusan Masalah……….…....10

1.3Tujuan Penelitian………...……….………..….10

1.4Metode Penelitian dan Teknik Kajian….…….………..…….………..…10

1.4.1 Metode Penelitian...10

1.4.2 Teknik Kajian...11

1.5 Organisasi Penulisan……...…...……….…..…12

BAB II KAJIAN TEORI...14

2.1 Sintaksis...14

2.1.1 Struktur Sintaksis...16

2.1.2 Satuan-satuan Sintaksis...17

2.2 Semantik...20

2.2.1 Semantik/Makna Leksikal………...……….21


(6)

2.2.3 Semantik/Makna Kontekstual………...23

2.3 Aspek……….……...24

2.3.1 Kategori Aspek Verba ~ている...27

2.3.2 Habituatif dan Duratif...30

BAB III ANALISIS DATA...34

3.1 Kalimat bermakna duratif...35

3.1.1 Keadaan suatu perbuatan yang terus dilakukan dalam jangka waktu pendek...35

3.1.2 Keadaan suatu perbuatan yang terus dilakukan dalam jangka waktu yang cukup panjang...40

3.1.3Pemakaian keterangan waktu yang menunjukkan masa sekarang ...43

3.2 Kalimat bermakna Habituatif...46

3.2.1 Pemakaian adverbia menunjukkan keadaan berulang ...46

3.2.2 Pemakaian kata yang mengandung makna kebiasaan...52

3.2.3Pemakaian keterangan waktu yang menunjukkan frekwensi waktu tertentu...53


(7)

BAB IV SIMPULAN...58

DAFTAR PUSTAKA……….……….……60

SINOPSIS………..v


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan hubungan interaksi dengan sesama manusia lain dalam kehidupannya. Manusia berinteraksi tidak hanya dengan menggunakan kegiatan fisik saja, tetapi juga berinteraksi dengan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi yang bisa dipahami oleh dua arah penutur bahasa. Oleh karena itu bahasa digunakan sebagai sarana pokok yang digunakan manusia untuk menyampaikan ide, pesan, maupun ungkapan perasaan yang ditujukan kepada orang lain, seperti yang dikemukakan oleh Kridalaksana (2001:27), bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri.

Setiap kelompok masyarakat memiliki bahasa, dan setiap bahasa memiliki ciri khas bahasa masing-masing yang banyak dipengaruhi oleh latar belakang budaya dan alam tempat kelompok masyarakat itu berasal. Ciri bahasa ini bisa terkait dengan sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem–sistem lainnya. Demikian juga dengan bahasa Jepang yang memiliki ciri khas yang berbeda dengan bahasa lain, misalnya dalam hal pembentukan kata, struktur kalimat, huruf, serta pelafalan bunyinya.


(9)

Struktur kalimat dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Jepang, biasanya berkaitan dengan beberapa kategori. Chaer (1994:257) membagi struktur kalimat ke dalam enam kategori, yaitu modus, aspek, kala, modalitas, fokus, dan diatesis. Di antara kategori tersebut, penulis mengambil pengertian aspek sehubungan dengan penelitian ini. Chaer mengatakan (1994:259) aspek adalah cara untuk memandang pembentukan waktu secara internal di dalam suatu situasi, keadaan, kejadian, atau proses.

Contoh:

(1) Dia sudah makan. (Chaer, 1994:259)

Kalimat pada contoh (1), Chaer menjelaskan bahwa kalimat ini

menggunakan unsur leksikal ‘sudah’ yang diikuti kata kerjanya untuk

menunjukkan keaspekan kalimat ini, yang berarti keadaan suatu kejadian atau perbuatan telah selesai dilakukan.

Dalam bahasa Jepang, aspek diistilahkan dengan 相 sou dan keaspekan ini dapat terlihat dengan struktur kalimat tertentu, diantaranya struktur kalimat dalam bentuk ~ い . Definisi aspek menurut Katou (2000:146) sebagai berikut:

話 手 設定 話題 時 い 話題 事柄 始ま 段階

あ 始ま い 段階 あ わ 段階

あ い 事柄 動 段階 表 文法的範疇 ア ペ

ト いう

Hanashi te ga settei shita wadai no jiten ni oite, wadai no kotogara ga hajimaru dankai ni aru no ka, hajimatte keizoku shite iru dankai ni aru no


(10)

ka, owatta dankai ni aru no ka to itta, kotogara no ugoki no dankai wo arawasu bunpou teki na hanchuu wo asupekuto to iu.

Aspek adalah kategori gramatikal yang menunjukkan si pembicara melakukan topik pembicaraan menurut keadaan waktu pembicaraan, apakah topik pembicaraan baru akan dimulai, sudah dimulai dan berlanjut atau sudah berakhir.

Selanjutnya Machida (2004:5) membagi aspek dalam bahasa Jepang ke dalam dua bagian yaitu: aspek perfektif ( 完 結 相 kanketsusou) dan aspek

imperfektif (非 完 結 相 hikanketsusou). Machida menjelaskan bahwa aspek

perfektif itu tidak menitikberatkan kepada proses terjadinya perbuatan tersebut dan merupakan perbuatan yang telah selesai pada suatu waktu, ada titik akhir. Sementara aspek imperfektif berarti suatu perbuatan yang tidak memperhatikan awal dan akhir perbuatan tersebut, dan merupakan perbuatan yang berlangsung, berkelanjutan dilakukan.

Contoh kalimat dengan aspek perfektif:

(2) 子供 公園 遊 (Machida, 2004:9)

Kodomotachi ga kouen de asonda.

Anak-anak sudah selesai bermain di taman.

Kalimat (2) di atas mengandung aspek perfektif yang ditunjukkan oleh unsur predikatnya menggunakan penanda sintaksis verba bantu ~ yang melekat pada verba dasar 遊 menunjukkan bahwa suatu perbuatan yang ditunjukkan oleh verba tersebut telah selesai. Secara semantik, kalimat di atas


(11)

menyatakan pada saat dituturkan anak-anak sudah menyelesaikan kegiatan bermain, tidak ada lagi aktivitas bermain yang terjadi di taman.

Contoh kalimat dengan aspek imperfektif:

(3) 子供 公園 遊 い (Machida, 2004:9)

Kodomotachi ga kouen de asondeiru.

Anak-anak sedang bermain di taman.

Kalimat (3) di atas mengandung aspek imperfektif karena unsur predikat-nya menggunakan penanda sintaksis yaitu verba bantu ~ い yang melekat pada verba dasar 遊 untuk menunjukkan bahwa sebuah perbuatan/aktifitas merupakan aksi berlanjut yang masih dalam proses berlangsung. Secara semantik, kalimat tersebut menyatakan pada saat dituturkan anak-anak masih berada dalam keadaan proses aktivitas bermain yang belum selesai dilakukan.

Di antara kedua kategori aspek tersebut, penulis tertarik untuk menganalisis kalimat–kalimat yang memiliki aspek imperfektif, terutama yang memiliki verba ~ い bermakna duratif dan habituatif, karena keduanya ditandai dengan struktur yang sama akan tetapi memiliki nuansa makna yang berbeda, sehingga tidak jarang pemelajar asing yang belajar bahasa Jepang kesulitan dalam memahaminya.

Koizumi (1993:124) menyebutkan aspek duratif dengan istilah keizoku sou 相, dimana verba bentuk ~ い menunjukkan suatu perbuatan yang


(12)

mengalami kemajuan dari perbuatan yang dilakukan terus menerus pada saat sekarang.

Contoh-contoh sebagai berikut:

(4) 花嫁 いま着物 着 い (Koizumi 1993:125)

Hanayome wa ima kimono wo kite iru.

Sang pengantin wanita sekarang sedang memakai kimono.

(5) こ 夏盆踊 参加 毎日練習 い (MNN II:136)

Kono natsu bon odori ni sankasuru tame ni, mai niche renshuu shite iru.

Setiap hari saya berlatih untuk mengikuti tari-tarian pada festival Bon Odori musim panas ini.

Kalimat pada contoh (4) secara sintaksis menunjukkan unsur predikatnya menggunakan verba dasar 着 yang bergabung dengan struktur ~ い menjadi 着 い untuk menunjukkan suatu aksi perbuatan yang sedang berlanjut, dan adanya keterangan waktu Ima いま(sekarang) sebagai penanda sintaksis yang mempertegas bahwa keadaan perbuatan tersebut berlangsung pada saat sekarang. Secara semantik kalimat tersebut menyatakan bahwa sang pengantin wanita saat ini sedang melakukan aktivitas memakai kimono, dan proses perbuatan tersebut akan berlangsung dalam waktu tertentu. Kemudian pada contoh (5) secara sintaksis menunjukkan unsur predikatnya menggunakan verba dasar 練 習 yang bergabung dengan struktur ~ い menjadi 練習 い untuk menunjukkan suatu aksi perbuatan yang sedang berlanjut. Secara semantik kalimat tersebut menyatakan bahwa pada saat dituturkan si pelaku sedang melakukan latihan tarian


(13)

terus menerus setiap hari selama kurun waktu festival Bon Odori musim panas. Pernyataan pada kalimat contoh (4) dan (5) sama-sama menunjukkan bentuk perbuatan yang dilakukan dari titik mulai sampai sekarang masih terus berlanjut. Khususnya pada kalimat (5) keadaan aksi perbuatannya dilakukan terus menerus dalam selang waktu tertentu, tapi bukan merupakan suatu kebiasaan karena aksi perbuatan tersebut hanya berlangsung selama festival Bon Odori musim panas.

Koizumi (1993:125) mengungkapkan aspek habituatif (perbuatan yang berulang-ulang menjadi kebiasaan itu) dengan istilah takaisou 多回相:

う 相 同 行 連 行わ い 対 ,多回

相 同 よう 行 何回 断 的 行わ い こ 示 い

Futsuu, keizokusou wa onaji koui ga renzokushite okonawareteiru no ni taishi, takaisou wa onaji you na koui ga nankai mo danzoku ni okonawareteiru koto wo shimeshiteiru.

Biasanya, aspek keizoku adalah merupakan perbuatan yang sama dilakukan secara berkelanjutan, aspek takai menunjukkan suatu perbuatan yang sama dilakukan berkali-kali dalam selang waktu tertentu.

Dari kutipan tersebut dapat dipahami bahwa dalam bahasa Jepang juga terdapat aspek imperfektif yang bermakna duratif dan habituatif. Sesuai dengan teori Koizumi tersebut dapat dipahami bahwa aspek yang bermakna duratif yang disebutnya dengan istilah keizokusou 相, yaitu keadaan aktifitas yang ditunjukkan oleh verbanya sedang dilakukan secara berkelanjutan atau terus-menerus, dengan kata lain verba tersebut dalam proses perbuatan yang masih


(14)

berlangsung. Sementara, aspek yang bermakna habituatif yang disebutnya dengan istilah takaisou 多回相 adalah keadaan aktifitas yang ditunjukan oleh verbanya dilakukan berkali-kali atau berulang-ulang dalam selang waktu tertentu.

Contoh-contoh sebagai berikut:

(6) こ 本 何回 読 い (Koizumi 1993:125)

Kono hon wa nankai ka yondeiru..

Entah sudah beberapa kali membaca buku ini. (7) 彼 毎朝 ョ ン い (MNN II:18)

Kare wa mai asa jogingu wo shiteiru.

Tiap pagi dia melakukan jogging.

Kalimat pada contoh (6) secara sintaksis menunjukkan unsur predikatnya menggunakan bentuk verba~ い yang melekat pada verba dasar 読 sehingga menjadi 読 い untuk menyatakan aksi perbuatan tersebut sedang berlangsung. Kemudian adanya penanda sintaksis sebagai adverbia yaitu 何 回

‘nankai’ (beberapa kali) untuk menunjukkan frekwensi perbuatan tersebut

dilakukan berulang kali. Secara semantik, kalimat tersebut menyatakan bahwa seseorang secara berulang-ulang selalu membaca buku yang sama. Demikian juga pada contoh (7) secara sintaksis menunjukkan unsur predikatnya menggunakan bentuk ~ い yang melekat pada verba dasar ョ ン sehingga menjadi ョ ン い untuk menyatakan aksi perbuatan tersebut masih terjadi. Dan adanya penanda sintaksis sebagai keterangan waktu yaitu 毎朝 ’mai


(15)

melakukan aksi perbuatannya yaitu dalam selang waktu setiap pagi. Secara semantik, kalimat tersebut menyatakan bahwa seorang laki-laki melakukan kegiatan joging yang dilakukan secara rutin berkali-kali dalam waktu berselang setiap hari. Pernyataan pada kalimat contoh (6) dan (7) sama-sama menunjukkan bentuk perbuatan yang dilakukan berulang-ulang atau berkali-kali dalam selang waktu tertentu sehingga menjadi suatu kebiasaan, bedanya pada kalimat (6) menggunakan keterangan waktu shuu ni ikkai, sementara pada kalimat (7) menggunakan keterangan waktu mai asa untuk mempertegas kapan kebiasaan itu dilakukan.

Contoh lain sebagai berikut:

(8) 広場 子供 遊 い (Koizumi 1993:124)

Hiroba de kodomo ga asondeiru.

Anak-anak sedang bermain di lapangan. Anak-anak selalu bermain di lapangan.

Kalimat pada contoh (8) secara sintaksis menunjukkan unsur predikatnya menggunakan bentuk ~ い yang melekat pada verba dasar 遊 sehingga menjadi 遊 い untuk menyatakan suatu aksi perbuatan yang dilakukan terus-menerus dan berlanjut. Secara semantik keadaan kalimat tersebut bisa memiliki makna duratif ataupun makna habituatif. Pertama, apabila dikatakan memiliki makna duratif karena dengan verba tersebut yang menggunakan bentuk ~ い menunjukkan keadaan perbuatannya yang sedang berlangsung, dengan kata lain berarti pada saat dituturkan anak-anak masih dalam keadaan melakukan


(16)

kegiatan bermain secara terus-menerus, keadaan tersebut menunjukkan aspek duratifnya. Kedua, apabila dikatakan memiliki makna habituatif karena pada saat dituturkan keadaan anak-anak melakukan aksi bermain yang dilakukan berulang-ulang di lapangan itu telah menjadi kebiasaan mereka. Hal ini diketahui telah menjadi kebiasaan, jika ada kalimat sebelumnya dalam paragraph kalimat itu telah menjelaskan adanya penanda-penanda sintaksis yang mengarah keadaan kalimat itu ke dalam aspek habituatif.

Dari kedua penjelasan makna duratif dan habituatif tersebut, dapat dimengerti walaupun struktur keduanya menggunakan verba bentuk ~ い , tetapi mempunyai nuansa makna keaspekan berbeda. Hal ini ditunjukkan dengan adanya paragraf yang sebelumnya telah menjelaskan suatu keadaan untuk mempertegas apakah suatu aksi perbuatan itu sedang berlangsung dilakukan pada saat dituturkan, ataukah aksi perbuatan yang dilakukan berulang-ulang itu telah menjadi kebiasaan.

Dari pemaparan hal-hal tersebut di atas penulis tertarik untuk menganalisis tentang perbedaan kalimat yang memiliki aspek imperfektif ~ い bermakna duratif dengan aspek bermakna habituatif. Terdapat bentuk verba yang digunakan sama yaitu adanya verba ~ い tetapi memiliki nuansa makna yang berbeda. Selain itu, agar para pemelajar bahasa Jepang dapat dengan fasih memahami pemakaian kalimat dengan verba ~ い dalam penerjemahan bahasa Jepang secara lisan maupun tulisan.


(17)

1.2Rumusan Masalah

1. Bagaimana makna kalimat imperfektif dengan verba bantu (助 動 詞

jodoushi) ~ い menjadi aspek duratif dan habituatif dalam bahasa Jepang?

2. Penanda sintaksis apa saja yang dapat bergabung dengan kalimat imperfektif dengan verba bantu (助動 jodoushi) ~ い yang dapat membedakan makna duratif atau habituatif dalam bahasa Jepang?

1.3Tujuan Penelitian

Berikut ini adalah tujuan penelitiannya:

1. Mendeskripsikan makna kalimat imperfektif ~ い menjadi aspek duratif dan habituatif dalam bahasa Jepang.

2. Mendeskripsikan penanda sintaksis apa saja yang dapat bergabung dengan kalimat imperfektif ~ い yang dapat membedakan makna duratif atau habituatif.

1.4Metode Penelitian dan Teknik Kajian

1.4.1 Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Menurut Nazir (1999:63), metode deskriptif merupakan metode untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Maka skripsi ini akan


(18)

dibahas dengan menggunakan metode penelitian yang dilakukan untuk mengumpulkan data, keterangan, dan informasi lainnya yang kompeten dan relevan dengan masalah-masalahnya. Semua data dan informasi tersebut diolah dan dianalisis untuk ditarik suatu kesimpulan dan saran yang diperlukan.

Sumber data terdapat dalam buku-buku berbahasa Jepang seperti majalah, novel, buku pelajaran dan lain-lain. Setelah itu diambil kesimpulan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam memakai metode ini yaitu:

1. Memilih dan menetapkan tema lalu menyusun judul.

2. Mencari data untuk menemukan teori yang tepat untuk masalah tersebut. 3. Mencari data yang sesuai dengan tema yang dimaksud.

4. Memilah-milah data.

5. Menganalisis data dan menyusun laporan. 6. Menyimpulkan.

7. Menyajikan.

1.4.2 Teknik Kajian

Teknik yang digunakan adalah teknik studi pustaka, dengan menelusuri literatur yang ada serta mengumpulkan dan menganalisa data. Seperti yang telah diungkapkan oleh Nazir (1999:111-112), dari studi kepustakaan ini diharapkan mendapat orientasi yang lebih luas dalam permasalahan yang dipilih untuk


(19)

menghindarkan terjadinya duplikasi yang tidak diinginkan. Serta penulis juga dapat belajar lebih sistematis dalam menulis karya-karya ilmiah dan cara mengungkapkan buah pikiran yang lebih kritis lagi dalam melakukan penelitian tersebut.

1.5Organisasi Penulisan

Penelitian ini akan disusun secara sistematis dengan dibagi ke dalam empat bab, yaitu pendahuluan, kajian teori, analisis teori, dan kesimpulan.

Pada bab pertama yaitu pendahuluan, penulis akan memaparkan tentang latar belakang penelitian tentang kalimat yang memiliki aspek imperfektif ~ い dalam bahasa Jepang, perumusan masalah membatasi ruang lingkup pembahasan tentang perbedaan kalimat yang memiliki verba ~ い dapat bermakna duratif maupun bermakna habituatif. Tujuan penelitian menjelaskan tujuan penulis dalam membuat penelitian ini. Metode penelitian dan teknik kajian memaparkan tentang metode dan teknik yang digunakan penulis dalam menganalisis penelitian tersebut. Dan organisasi penulisan yang menjelaskan apa saja yang dibahas dalam penelitian tersebut. Kemudian bab 2 berisi tentang kajian teori yang akan menguraikan teori-teori dasar yang mendukung penelitian ini yaitu pengertian dari sintaksis, semantik, bentuk ~ い . Lalu bab 3 merupakan analisis kalimat dengan verba ~ い yang bermakna duratif dan habituatif dalam bahasa Jepang, hal-hal apa saja yang dapat menentukan perbedaan makna tersebut, dan penulis akan membahasnya


(20)

berdasarkan teori-teori yang diperoleh dari bab kedua. Dan yang terakhir, bab 4 merupakan kesimpulan dari analisis yang dilakukan pada bab 3. Selain itu penulis juga melampirkan sinopsis, daftar pustaka, dan lampiran-lampiran data.

Sistematika penyajian skripsi tersebut disusun oleh penulis dimaksudkan agar memudahkan pembaca untuk memahami dengan jelas dari penelitian tentang perbedaan aspek imperfektif ~ い yang bermakna duratif dan bermakna habituatif.


(21)

BAB IV

SIMPULAN

Setelah penulis menganalisis data-data yang terdapat dalam bab III, maka dapat ditarik kesimpulan perbandingan bentuk kalimat yang mengandung verba ~て いる yang bermakna keaspekan duratif dan habituatif, sebagai berikut:

Kalimat-kalimat duratif tersebut memiliki verba~ て い る yang fungsi keaspekannya menunjukkan suatu keadaan atau perbuatan yang sedang berlangsung secara berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu. Verba~ て い る yang dipakai merupakan kata kerja yang dinamis dan perbuatannya dilakukan oleh manusia. Kemudian ada juga verba~ている yang merupakan kata kerja yang pergerakan perbuatannya tidak tampak oleh mata. Kemudian untuk kalimat bermakna habituatif, memiliki keaspekan kalimat verba ~ているyang mengekspresikan suatu kebiasaan pada saat sekarang. Makna verba ~ている pada kalimat habituatif ini merupakan perbuatan yang berulang-ulang dilakukan atau sesuatu hal yang terjadi berulang kali pada frekwensi tertentu.

Pada beberapa data kalimat untuk aspek duratif ini diantaranya memiliki keterangan waktu yang menunjukkan masa sekarang, seperti: 今(ima)、現在 (genzai)、 今 年 (kotoshi)、dan lain-lain, untuk menegaskan situasi dan perbuatan yang


(22)

ditunjukkan oleh verba ~ているsedang berlangsung pada masa sekarang. Ada juga beberapa kalimat data yang tidak disertai keterangan waktu tersebut, tetapi kalimat itu dapat menunjukkan adanya keaspekan duratif kalimatnya dengan melihat kategori verba ~ているsaja sudah menjadi suatu aktifitas atau keadaan yang sedang terjadi pada saat ini. Kalimat-kalimat data yang menunjukkan kalimat habituatif ini juga umumnya menggunakan keterangan waktu untuk menunjukkan frekwensi waktu tertentu, seperti: いつも、時々、毎日、毎晩、dan lain-lain, untuk menegaskan perbuatan yang ditunjukkan oleh verba ~ て い る tersebut akan berulang-ulang terjadi/dilakukan pada setiap kali waktu itu sampai. Di samping itu ada juga ditemukan beberapa kalimat data habituatif ini yang tidak memakai keterangan waktu, tapi sudah bisa dimaknai sebagai suatu kebiasaan. Dalam hal ini, kalimat habituatif itu memiliki adverbia keterangan kata kerja yang mengandung makna kebiasaan. Selain itu kategori verba ~ているpada kalimat itu sendiri sudah menunjukkan kata kerja yang mengekspreksikan perbuatan atau keadaan yang terjadi berulang-ulang.


(23)

DAFTAR PUSTAKA

Harimurti Kridalaksana, 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Abdul Chaer, 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Katou et.al, 2000. Tensu, Asupekuto, Muudo. Tokyo: Aratake Shuppan, Shohan edition.

Tamotsu Koizumi, 1993. Nihongo Kyooshi no Tame no Gengogaku Nyuumon. Tokyo: Taishuukan Shoten.

AOTS, 1994. Minna no Nihongo I. Tokyo: 3A Corporation.

AOTS, 1994. Minna no Nihongo II. Tokyo: 3A Corporation.

Guruupu Jamashia, 1998. Nihongo Bunkei Jiten. Kuroshio Publisher, 1998.

Moh. Nazir, 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Alwi Hasan, 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Tsujimura Natsuko, 1996. An Introduction to Japanese Linguistics. Massachusetts: Blackwell Plubishers Inc.

Machida Ken, dkk, 2004. Gengogaku Nyuumon: A Guide to Linguistics. Tokyo: Kenkyusha.


(24)

Tarigan, Henry Guntur, 1985. Pengajaran Semantik. Penerbit Angkasa Bandu

Comrie Bernard, 1998. Aspect: An Introduction to Verbal Aspect and Related

Problems. Cambridge: Cambridge University Press.

Moh. Tadjuddin, 2005. Aspektualitas dalam kajian linguistik. Bandung: PT Alumni.

Iori, Isao. et al. 2000, Shokyuu wo Oshieruhito no tame no Nihongo Handobukku. Tokyo: Surie Nettowaku.

Takada, 1993. Taishou Gengogaku. Tokyo: Outo.

Teramura Teruyo, 1987. Nihongo no Sintakusu to Imi. Tokyo: Kuroshio Shuppan.

Jack Richards et.al, 1985. Longman Dictionary of Applied Linguistics. London: Longman Group UK Limited.

Kindaichi Kyosuke dkk, 1992. Shinmei Kokugo Jiten.Tokyo: Tokyo do Shuppan.

Tomita Takayuki, 1993. Bunpou no Kiso Chisiki to Sono Oshiekata. Tokyo: Bonjinsha.


(1)

12

menghindarkan terjadinya duplikasi yang tidak diinginkan. Serta penulis juga dapat belajar lebih sistematis dalam menulis karya-karya ilmiah dan cara mengungkapkan buah pikiran yang lebih kritis lagi dalam melakukan penelitian tersebut.

1.5Organisasi Penulisan

Penelitian ini akan disusun secara sistematis dengan dibagi ke dalam empat bab, yaitu pendahuluan, kajian teori, analisis teori, dan kesimpulan.

Pada bab pertama yaitu pendahuluan, penulis akan memaparkan tentang latar belakang penelitian tentang kalimat yang memiliki aspek imperfektif ~ い dalam bahasa Jepang, perumusan masalah membatasi ruang lingkup pembahasan tentang perbedaan kalimat yang memiliki verba ~ い dapat bermakna duratif maupun bermakna habituatif. Tujuan penelitian menjelaskan tujuan penulis dalam membuat penelitian ini. Metode penelitian dan teknik kajian memaparkan tentang metode dan teknik yang digunakan penulis dalam menganalisis penelitian tersebut. Dan organisasi penulisan yang menjelaskan apa saja yang dibahas dalam penelitian tersebut. Kemudian bab 2 berisi tentang kajian teori yang akan menguraikan teori-teori dasar yang mendukung penelitian ini yaitu pengertian dari sintaksis, semantik, bentuk ~ い . Lalu bab 3 merupakan analisis kalimat dengan verba ~ い yang bermakna duratif dan habituatif dalam bahasa Jepang, hal-hal apa saja yang dapat menentukan perbedaan makna tersebut, dan penulis akan membahasnya


(2)

berdasarkan teori-teori yang diperoleh dari bab kedua. Dan yang terakhir, bab 4 merupakan kesimpulan dari analisis yang dilakukan pada bab 3. Selain itu penulis juga melampirkan sinopsis, daftar pustaka, dan lampiran-lampiran data.

Sistematika penyajian skripsi tersebut disusun oleh penulis dimaksudkan agar memudahkan pembaca untuk memahami dengan jelas dari penelitian tentang perbedaan aspek imperfektif ~ い yang bermakna duratif dan bermakna habituatif.


(3)

58 BAB IV

SIMPULAN

Setelah penulis menganalisis data-data yang terdapat dalam bab III, maka dapat ditarik kesimpulan perbandingan bentuk kalimat yang mengandung verba ~て いる yang bermakna keaspekan duratif dan habituatif, sebagai berikut:

Kalimat-kalimat duratif tersebut memiliki verba~ て い る yang fungsi keaspekannya menunjukkan suatu keadaan atau perbuatan yang sedang berlangsung secara berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu. Verba~ て い る yang dipakai merupakan kata kerja yang dinamis dan perbuatannya dilakukan oleh manusia. Kemudian ada juga verba~ている yang merupakan kata kerja yang pergerakan perbuatannya tidak tampak oleh mata. Kemudian untuk kalimat bermakna habituatif, memiliki keaspekan kalimat verba ~ているyang mengekspresikan suatu kebiasaan pada saat sekarang. Makna verba ~ている pada kalimat habituatif ini merupakan perbuatan yang berulang-ulang dilakukan atau sesuatu hal yang terjadi berulang kali pada frekwensi tertentu.

Pada beberapa data kalimat untuk aspek duratif ini diantaranya memiliki keterangan waktu yang menunjukkan masa sekarang, seperti: 今(ima)、現在 (genzai)、 今 年 (kotoshi)、dan lain-lain, untuk menegaskan situasi dan perbuatan yang


(4)

ditunjukkan oleh verba ~ているsedang berlangsung pada masa sekarang. Ada juga beberapa kalimat data yang tidak disertai keterangan waktu tersebut, tetapi kalimat itu dapat menunjukkan adanya keaspekan duratif kalimatnya dengan melihat kategori verba ~ているsaja sudah menjadi suatu aktifitas atau keadaan yang sedang terjadi pada saat ini. Kalimat-kalimat data yang menunjukkan kalimat habituatif ini juga umumnya menggunakan keterangan waktu untuk menunjukkan frekwensi waktu tertentu, seperti: いつも、時々、毎日、毎晩、dan lain-lain, untuk menegaskan perbuatan yang ditunjukkan oleh verba ~ て い る tersebut akan berulang-ulang terjadi/dilakukan pada setiap kali waktu itu sampai. Di samping itu ada juga ditemukan beberapa kalimat data habituatif ini yang tidak memakai keterangan waktu, tapi sudah bisa dimaknai sebagai suatu kebiasaan. Dalam hal ini, kalimat habituatif itu memiliki adverbia keterangan kata kerja yang mengandung makna kebiasaan. Selain itu kategori verba ~ているpada kalimat itu sendiri sudah menunjukkan kata kerja yang mengekspreksikan perbuatan atau keadaan yang terjadi berulang-ulang.


(5)

60

DAFTAR PUSTAKA

Harimurti Kridalaksana, 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Abdul Chaer, 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Katou et.al, 2000. Tensu, Asupekuto, Muudo. Tokyo: Aratake Shuppan, Shohan edition.

Tamotsu Koizumi, 1993. Nihongo Kyooshi no Tame no Gengogaku Nyuumon. Tokyo: Taishuukan Shoten.

AOTS, 1994. Minna no Nihongo I. Tokyo: 3A Corporation. AOTS, 1994. Minna no Nihongo II. Tokyo: 3A Corporation.

Guruupu Jamashia, 1998. Nihongo Bunkei Jiten. Kuroshio Publisher, 1998. Moh. Nazir, 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Alwi Hasan, 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Tsujimura Natsuko, 1996. An Introduction to Japanese Linguistics. Massachusetts:

Blackwell Plubishers Inc.

Machida Ken, dkk, 2004. Gengogaku Nyuumon: A Guide to Linguistics. Tokyo: Kenkyusha.


(6)

Tarigan, Henry Guntur, 1985. Pengajaran Semantik. Penerbit Angkasa Bandu

Comrie Bernard, 1998. Aspect: An Introduction to Verbal Aspect and Related Problems. Cambridge: Cambridge University Press.

Moh. Tadjuddin, 2005. Aspektualitas dalam kajian linguistik. Bandung: PT Alumni. Iori, Isao. et al. 2000, Shokyuu wo Oshieruhito no tame no Nihongo Handobukku.

Tokyo: Surie Nettowaku.

Takada, 1993. Taishou Gengogaku. Tokyo: Outo.

Teramura Teruyo, 1987. Nihongo no Sintakusu to Imi. Tokyo: Kuroshio Shuppan.

Jack Richards et.al, 1985. Longman Dictionary of Applied Linguistics. London: Longman Group UK Limited.

Kindaichi Kyosuke dkk, 1992. Shinmei Kokugo Jiten.Tokyo: Tokyo do Shuppan. Tomita Takayuki, 1993. Bunpou no Kiso Chisiki to Sono Oshiekata. Tokyo: Bonjinsha.