LEKSIKON MAKANAN DAN PERALATAN DALAM UPACARA ADAT WUKU TAUN DI KAMPUNG ADAT CIKONDANG, DESA LAMAJANG, KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN BANDUNG (Kajian Etnosemantik).

(1)

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEKSIKON MAKANAN DAN PERALATAN

DALAM UPACARA ADAT WUKU TAUN

DI KAMPUNG ADAT CIKONDANG, DESA LAMAJANG,

KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN BANDUNG

(Kajian Etnosemantik)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Sastra

oleh

NURUL SHAPIRA

NIM 0907037

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2013

LEKSIKON MAKANAN DAN PERALATAN DALAM UPACARA ADAT WUKU TAUN

DI KAMPUNG ADAT CIKONDANG, DESA LAMAJANG, KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN BANDUNG

(Kajian Etnosemantik)

Oleh Nurul Shapira

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni


(3)

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu © Nurul Shapira 2013

Universitas Pendidikan Indonesia November 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEKSIKON MAKANAN DAN PERALATAN

DALAM UPACARA ADAT WUKU TAUN

DI KAMPUNG ADAT CIKONDANG, DESA LAMAJANG, KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN BANDUNG

(Kajian Etnosemantik) oleh

Nurul Shapira NIM 0907037

disetujui dan disahkan oleh Pembimbing I,

Drs. Kholid A. Harras, M.Pd. NIP 196401221989031001

Pembimbing II,

Mahmud Fasya, S.Pd., M.A. NIP 197712092005011001

diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni


(5)

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dr. Dadang S. Anshori, M.Si.


(6)

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

The background of this research by almost extinction of one the elements of Indonesian culture especially sundanise culture, namelly traditional ceremony Wuku Taun, especially in the lexicon of food and equipment traditional ceremony Wuku Taun. The existence of a national identity that is the threatned by a sift. Main problems in this study is (1) classification of lingual lexicon form of food and equipment in a traditional ceremony Wuku Taun, (2) description of lingual lexicon form of food and equipment in a traditional ceremony Wuku Taun costume village Cikondang, (3) reflection of culture contained in lexicon form food and equipment in a traditional ceremony Wuku Taun. This study uses the theory etnosemantik. File collection techniques used were participant observation, and record. The reaserch instrument as bserver, observation, and field meaning classification table. Techniques of analysis begins by examining that has been collected, classify lingual, describing the lexicon of food and equipment, and a reflection of the cultural lexicon to describe the food and equipment in a traditional ceremony Wuku Taun. Research findings show there is a 50 lexicon, 21 monomorfemis lexicon, 3 polimorfemis lexicon, and 26 lexicon of noun proces. Secound, a description of the lexicon of food ingredients consisting of complementry foods, snacks, main meals, and lexicon referenced on tools and equipment. Third, a reflection of cultural lexicon food and equipment in ceremonial Wuku Taun divided into two categories, namely cultural in the vertical and horizontal dimensions.


(7)

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hampir punahnya salah satu unsur kebudayaan Indonesia khususnya kebudayaan Sunda, yaitu upacara adat Wuku Taun, khususnya dalam leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun sebagai eksistensi identitas nasional yang terancam mengalami pergeseran. Adapun permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah (1) klasifikasi bentuk lingual leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun; (2) deskripsi leksikon makanan dan peralatan pada upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang; (3) cerminan kebudayaan yang terdapat dalam leksikon makanan dan peralatan pada upacara adat Wuku Taun. Penelitian ini menggunakan teori etnosemantik. Data dalam penelitian ini adalah leksikon-leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipan, simak, dan catat. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai observer, pedoman observasi, dan tabel klasifikasi medan makna. Teknik analisis data dimulai dengan memeriksa data-data yang telah terkumpulkan, mengklasifikasikan bentuk lingual dari leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun, mendeskripsikan leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun dengan menggunakan tabel klasifikasi medan makna, serta mendeskripsikan cerminan kebudayaan yang terdapat dalam leksikon makanan dan peralatan pada upacara adat Wuku Taun. Pada tahap akhir, peneliti membuat kesimpulan dari apa yang telah diuraikan pada analisis-analisis sebelumnya. Temuan penelitian menunjukkan tiga hal berikut ini. Pertama, berdasarkan bentuk lingual, dari 50 leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun ditemukan 21 leksikon kata dasar (monomorfemis), 3 leksikon kata berimbuhan (polimorfemis), dan 26 leksikon dalam kategori frasa nominal. Kedua, deskripsi leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun dibagi menjadi enam kategori, yaitu leksikon yang bereferensi pada bahan makanan (beras dan nonberas), makanan pelengkap, makanan ringan, makanan utama, serta leksikon yang bereferensi pada alat dan perlengkapan. Ketiga, cerminan kebudayaan leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun dibagi menjadi dua kategori, yaitu cerminan kebudayaan dalam dimensi vertikal dan cerminan kebudayaan dalam dimensi horizontal.


(8)

vii

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERSEMBAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Masalah ... 5

1. Identifikasi Masalah ... 6

2. Pembatasan Masalah ... 6

3. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Asumsi ... 8

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II IHWAL PENELITIAN TERDAHULU, ETNOSEMANTIK, DAN CERMINAN KEBUDAYAAN DALAM UPACARA ADAT WUKU TAUN A. Penelitian Terdahulu ... 10

B. Etnosemantik ... 12

1. Pengertian Etnosemantik... 13

2. Pengertian Leksikon ... 13

3. Bentuk Lingual ... 14

4. Etnografi Sunda... 16

C. Cerminan Kebudayaan Kampung Adat Cikondang dalam Upacara Adat Wuku Taun ... 20

1. Sistem Bahasa ... 20

2. Sistem Pengetahuan ... 21

3. Organisasi Sosial ... 22

4. Sistem peralatan Hidup dan Teknologi ... 23

5. Sistem Mata Pencaharian ... 23

6. Sistem Religi ... 24


(9)

viii

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Selayang Pandang Kampung Adat Cikondang ... 26

1. Upacara adat Wuku Taun ... 38

2. Proses Pelaksanaan Upacara Adat Wuku Taun ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 43

B. Desain Penelitian... 43

C. Data dan Sumber Data ... 45

1. Data ... 45

2. Sumber Data ... 45

D. Metode Penelitian ... 45

E. Definisi Operasional ... 47

F. Teknik Pengumpulan Data ... 47

1. Observasi Partisipan ... 47

2. Simak dan Catat ... 48

G. Instrumen Penelitian... 48

H. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Klasifikasi Bentuk Lingual Leksikon Makanan dan Peralatan dalam Upacara Adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung ... 51

1. Leksikon Berwujud Kata ... 51

a. Kata Dasar (Monomorfemis) ... 51

b. Kata Berimbuhan (Polimorfemis) ... 52

2. Leksikon Berwujud Frasa ... 53

B. Deskripsi Leksikon Makanan dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun ... 55

1. Leksikon Makanan ... 55

a. Leksikon Bahan Makanan ... 55

b. Leksikon Makanan Pelengkap ... 63

c. Leksikon Makanan Ringan ... 67

d. Leksikon Makanan Utama ... 75

2. Leksikon Peralatan ... 76

a. Leksikon Alat ... 77

b. Leksikon Perlengkapan ... 80

C. Cerminan Kebudayaan Leksikon Makanan dan Peralatan dalam Upacara Adat Wuku Taun... 88

1. Cerminan Kebudayaan dalam Dimensi Vertikal ... 88

a. Kepercayaan Kepada Tuhan ... 88


(10)

ix

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Cerminan Kebudayaan dalam Dimensi Horizontal ... 94

a. Sistem Pengetahuan ... 94

b. Sistem Kesenian ... 96

c. Sistem Mata Pencaharian ... 97

d. Sistem Kemasyarakatan ... 98

e. Sistem Peralatan Hidup ... 101

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106


(11)

1

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Leksikon berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu lexicon yang berarti „kata‟, „ucapan‟, atau „cara bicara‟. Istilah leksikon lazim digunakan untuk mewadahi konsep “kumpulan leksem” dari suatu bahasa, baik kumpulan secara keseluruhan maupun secara sebagian (Chaer, 2007: 2-6). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa leksikon adalah kekayaan kata yang dimiliki suatu bahasa; komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa.

Leksikon merupakan bagian dari sistem kebudayaan. Setiap kebudayaan terdiri atas sistem-sistem kategorisasi. Sistem kategorisasi tersebut berfungsi untuk mengategorikan lingkungan yang dihadapi dalam kehidupan suatu masyarakat agar menghasilkan leksikon-leksikon yang ada dalam kebudayaan. Leksikon-leksikon tersebut bukan hanya pengetahuan, melainkan juga teori-teori dan metode-metode untuk mengategorikan dan untuk merangkai leksikon-leksikon yang terseleksi.

Leksikon-leksikon yang terseleksi dalam bidang tertentu akan menjadi sebuah leksikon baru atau teori serta metode baru yang relevan kegunaannya dengan permasalahan yang ada dalam lingkungan yang dihadapi. Salah satu contohnya adalah leksikon bidang makanan dan peralatan. Leksikon bidang makanan dan peralatan dalam praktik penggunaannya merupakan bagian dari operasionalisasi kebudayaan.

Operasionalisasi dari suatu kebudayaan di dalam lingkungan masyarakat terwujud melalui norma-norma yang ada dalam masyarakat. Norma terwujud karena digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang dianggap penting oleh masyarakat. Salah satu norma tersebut ditandai dengan adanya suatu sistem religi atau kepercayaan dari suatu masyarakat tertentu.


(12)

2

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Timbulnya religi adalah karena adanya kekurangan atau ketidakmampuan manusia untuk melihat hal-hal atau fenomena-fenomena yang tidak kasat mata. Gejala-gejala tersebut dirasakan sangat memengaruhi serta mengendalikan kehidupan manusia. Mereka sadar akan adanya kekuatan di luar fisik atau materi yang tidak dapat diindra dengan mata, penciuman, dan diraba. Akhirnya, secara sederhana mereka menemukan jawabannya bahwa adanya roh-roh nenek moyang dan tempat-tempat tertentu yang dipercayai oleh mereka sebagai sesuatu yang memiliki kekuatan yang dahsyat yang dapat mengendalikan mereka.

Anggapan tersebut melahirkan tata cara untuk menjaga keharmonisan dengan karuhun (nenek moyang) dan alam atau tempat-tempat yang dipercaya memiliki kekuatan. Upaya tersebut ditujukan untuk mencegah atau menghindari malapetaka akibat kemurkaan kekuatan gaib, di antaranya dengan mengadakan upacara-upacara, tabu-tabu atau pantangan-pantangan, dan pemujaan-pemujaan terhadap tempat-tempat tertentu.

Upaya-upaya tersebut dilakukan secara rutin sehingga membentuk pola kebiasaan (tradisi) yang menjadi bagian dari budaya. Budaya itu sendiri merupakan sistem yang beragam. Salah satunya keberagaman kebudayaan di tatar Sunda terdapat di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.

Kampung Adat Cikondang merupakan salah satu komunitas masyarakat adat Sunda yang masih memegang adat istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya tanpa terpengaruhi oleh budaya luar. Salah satunya dengan mengadakan upacara-upacara adat atau ritual-ritual adat tertentu. Salah satu bentuk pelestarian tradisi leluhur yang paling menonjol di Kampung Adat Cikondang ini adalah upacara adat Wuku Taun (tutup tahun). Upacara adat Wuku Taun ini merupakan upacara penyerahan hasil bumi berupa padi yang diperoleh dalam kurun waktu satu tahun.

Tujuan dari upacara ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur, rasa hormat, serta ungkapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Dewi Sri atas suka dan duka yang mereka alami, terutama di bidang pertanian, karena telah


(13)

3

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberikan hasil bumi yang dapat menghidupi mereka sepanjang tahun. Melalui upacara tersebut, masyarakat adat Cikondang berharap agar pada masa yang akan datang, hasil panen seluruh anggota masyarakat dapat lebih melimpah lagi. Selain bentuk syukur, Wuku Taun juga dimaksudkan sebagai ritual menyambut tahun baru. Dalam hal ini, mereka berharap agar selama setahun ke depan, mereka mendapatkan keselamatan dan perlindungan.

Tradisi Wuku Taun selalu jatuh pada 15 Muharam. Namun, sejak tanggal 1 Muharam, kesibukan warga telah tampak di sana-sini. Mereka bergotong-royong menumbuk padi dengan menggunakan halu (alat penumbuk padi) yang kelak akan dijadikan bahan tumpeng lulugu (tumpeng utama). Padi yang sebelumnya disimpan di lumbung tersebut merupakan hasil panen tahun sebelumnya dari sawah keramat yang menjadi kekayaan adat. Di samping itu, dalam setiap proses persiapan dan pelaksanaan upacara adat Wuku Taun ini, masyarakat Kampung Adat Cikondang masih tetap menjunjung tinggi dan melestarikan tradisi leluhurnya tanpa terpengaruhi oleh budaya luar. Contohnya, dalam proses pembuatan makanan, mereka masih menggunakan alat-alat tradisional yang pada saat ini sudah banyak ditinggalkan oleh masyarakat di luar Kampung Adat Cikondang. Selain sebagai bukti historis, penggunaan makanan berbahan dasar beras ini menegaskan keterikatan masyarakat Kampung Adat Cikondang dengan alam sekitar karena mayoritas penduduk kampung Cikondang bermata pencaharian petani.

Selain bahan untuk pembuatan tumpeng lulugu, bahan lain yang digunakan untuk makanan ringan juga berasal dari beras. Di samping tumpeng, terdapat 12 jenis makanan ringan pengiring, seperti peuyeum (tape), dodol (makanan yang terbuat dari ketan), wajit, angleng, upuntir, ampeyang, borondong, kolontong, opak beureum, dan opak bodas (makanan yang terbuat dari ketan putih). Pengiring yang nonberas hanya tebu dan buah pisang. Setiap makanan yang disajikan dalam upacara adat Wuku Taun ini mempunyai makna tersendiri.

Tumpeng lulugu merupakan simbol dari rasa syukur masyarakat atas hasil panennya. Dari pembuatan hingga pembagian tumpeng pengiring lainnya


(14)

4

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tergambar rasa gotong-royong dan kebersamaan masyarakat. Masyarakat yang membuat tumpeng di rumah-rumah akan menyerahkan tumpengnya ke rumah adat. Kemudian, pekerja di rumah adat akan membalasnya dengan tumpeng lain yang lebih lengkap. Upacara ditutup pada sore hari dengan doa bersama sebagai tanda syukur atas rezeki tahun lalu. Peserta upacara pun bukan hanya masyarakat adat Cikondang, melainkan juga warga dari luar kampung.

Dalam upacara Wuku Taun terdapat nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai kemanusiaan seperti nilai-nilai pendidikan, sosial, bahkan nilai estetika yang mewarnai keharmonisan masyarakat multiagama di Kampung Adat Cikondang. Ini dilakukan sebagai upaya menjaga warisan leluhurnya, yaitu mensyukuri karunia Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang diterimanya dan sebagai simbol pengagungan Dewi Sri (Dewi Kesuburan). Dilihat dari sisi budaya, upacara adat Wuku Taun yang sudah berjalan bertahun-tahun ini tentunya merupakan hal yang dapat dibanggakan oleh masyarakat. Di setiap helatan Wuku Taun ini, ribuan wisatawan domestik maupun mancanegara datang ke Cikondang untuk menyaksikan prosesi upacara adat Wuku Taun secara langsung.

Leksikon sebagai bagian dari identitas sosial pengguna merupakan bahan kajian yang menarik untuk diteliti. Sebelumnya telah ada beberapa penelitian yang menjadikan masyarakat adat Cikondang sebagai subjek. Salah satunya ialah penelitian yang dilakukan oleh Yuliana (2007) tentang analisis implementasi upacara adat Wuku Taun sebagai ungkapan evaluasi diri masyarakat adat Kampung Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.

Sejauh ini penelitian tentang upacara adat Wuku Taun memang telah dilakukan. Namun, belum ada penelitian yang secara khusus mengkaji leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik mengkaji leksikon makanan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, dengan pendekatan etnosemantik.


(15)

5

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Studi etnosemantik difokuskan kepada deskripsi sistem klasifikasi folk taksonomi dan analisis fitur-fitur atomistis makna leksikon; studi etnosemantik menghasilkan analisis komponen makna sejumlah leksikon dan penyusunan sistem folk taksonomi mengenai ranah pengetahuan tertentu (Palmer, 1999; dalam Patimah 2008: 28). Dengan demikian, peneliti merasa penelitian tentang leksikon makanan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung penting untuk dilakukan agar masyarakat tidak bersikap apatis; tidak hanya terus menjaga, melestarikan dan melaksanakan adat istiadat Kampung Cikondang sebagai warisan peninggalan karuhun (leluhur) yang tak ternilai harganya, tetapi juga agar mereka dapat mengetahui dan memahami makna dari setiap leksikon, yang di dalamnya mengandung nilai-nilai kebudayaan dan memiliki kearifan lokal yang sangat tinggi.

B. Masalah

Dalam bagian ini akan dijelaskan berbagai masalah yang menjadi fokus penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) identifikasi masalah, (2) pembatasan masalah, dan (3) rumusan masalah.

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah diperlukan untuk mengetahui masalah yang timbul dari topik penelitian. Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Kurangnya pengetahuan masyarakat Kampung Adat Cikondang tentang

makna yang terkandung dalam setiap leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung;

(2) Ancaman terhadap eksistensi makanan dan peralatan tradisional dalam upacara adat Wuku Taun dapat mengancam eksistensi identitas nasional. Jika


(16)

6

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tidak dilestarikan, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, eksistensi leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun di masyarakat Kampung Adat Cikondang terancam mengalami pergeseran.

2. Pembatasan Masalah

Bahasan mengenai unsur budaya yang ada dalam upacara adat Wuku Taun sangat luas. Oleh karena itu, agar bahasan tidak menyimpang serta terlalu luas, penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut ini.

(1) Penelitian ini akan difokuskankan pada leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan,Kabupaten Bandung pada tahun 2012. (2) Sumber data akan digali dari narasumber yang bisa memberikan keterangan

tentang leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun, khususnya Ilin Dahsyah seorang tokoh adat di Kampung Adat Cikondang.

(3) Penelitian ini menganalisis klasifikasi bentuk lingual leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun, deskripsi leksikon makanan dan pealatan dalam upacara adat Wuku Taun, dan cerminan kebudayaan yang terdapat dalam leksikon tersebut.

(4) Penelitian ini menggunakan pendekatan etnosemantik.

3. Perumusan Masalah

Agar dapat mengungkap masalah tersebut secara sistematis, diperlukan suatu rumusan masalah yang jelas. Berikut ini adalah rumusan masalahnya.

(1) Bagaimanakah klasifikasi bentuk lingual leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun?

(2) Bagaimanakah deskripsi leksikon makanan dan peralatan pada upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang?


(17)

7

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(3) Bagaimana cerminan kebudayaan yang terdapat dalam leksikon makanan dan

peralatan pada upacara adat Wuku Taun?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap makna dan nilai-nilai kebudayaan dari suatu daerah. Untuk mencapai tujuan itu, hal-hal yang dibahas dalam penelitian ini mencakup pokok-pokok sebagai berikut:

(1) Mendeskripsikan klasifikasi bentuk lingual leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun;

(2) mendeskripsi leksikon makanan dan peralatan pada upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang;

(3) mendeskripsikan cerminan kebudayaan yang terdapat dalam leksikon

makanan dan peralatan pada upacara adat Wuku Taun.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan uraian di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar atau referensi untuk melakukan penelitian sejenis atau penelitian selanjutnya di bidang ilmu linguistik, khususnya cabang etnosemantik. Secara praktis, penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

(1) Terdokumentasikan klasifikasi bentuk lingual leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun;

(2) terdokumentasikan deskripsi leksikon makanan dan peralatan pada upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang;

(3) terdokumentasikan deskripsi cerminan kebudayaan yang terdapat dalam leksikon makanan dan peralatan pada upacara adat Wuku Taun.


(18)

8

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(4) menjadi wujud usaha pelestarian bahasa dan budaya yang dimiliki oleh Jawa Barat;

(5) merupakan wujud pemertahanan identitas lokal berbasis bahasa dan

kebudayaan.

E. Asumsi

Adapun yang menjadi dasar penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Upacara adat Wuku Taun merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Sunda yang sampai saat ini masih berkembang di Kampung Adat Cikondang dan merupakan salah satu tradisi di dalam masyarakat yang di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur dalam kehidupan.

(2) Fungsi penting dalam upacara adat adalah untuk menguatkan keyakinan terhadap adanya dunia gaib serta mengekspresikan emosi keagamaan secara simbolik.

(3) Pada upacara adat Wuku Taun terdapat leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan upacara adat tersebut.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Sebagai gambaran umum dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyusun ringkasan struktur organisasi skripsi dari bab I hinga bab V. Dalam bab I, penulis menguraikan latar belakang, masalah (identifkasi masalah, pembatasan, dan perumusan masalah), tujuan penelitian, manfaat penelitian (manfaat teoretis dan manfaat praktis), asumsi dasar, dan struktur organisasi skripsi.

Dalam bab II, penulis menguraikan landasan teoretis yang memaparkan aspek-aspek sebagai berikut: (1) ihwal penelitian terdahulu, (2) etnosemantik, (3) pengertian leksikon, (4) bentuk lingual (kata, frasa), (5) pandangan hidup orang sunda, (6) cerminan kebudayaan Kampung Adat Cikondang dalam upacara adat Wuku Taun, dan (7) selayang pandang Kampung Adat Cikondang.


(19)

9

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam bab III, penulis memaparkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian. Adapun metode tersebut meliputi (1) lokasi penelitian, (2) desain penelitian (3) data dan sumber data, (4) metode penelitian, (5) definisi operasional, (6) instrumen penelitian (instrumen pengumpulan data dan instumen analisis data), (7) teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, telaah pustaka), (8) teknik analisis data (analisis berdasarkan tabel klasifikasi medan makna, analisis fungsi lingual dan fungsi bahasa, menganalisis cerminan budaya yang terdapat pada leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung).

Dalam bab IV, penulis memperlihatkan pengolahan dan analisis data hasil penelitian berdasarkan observasi di lapangan tentang leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Akhirnya, dalam bab V disajikan kesimpulan dari pembahasan yang diuraikan sebelumnya serta rekomendasi yang dianggap perlu dalam usaha menuju perbaikan dan kesempurnaan.


(20)

43

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judulnya, penelitian ini dilakukan di Kampung Adat Cikondang. Kampung Adat Cikondang secara administratif terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung Barat. Kampung Adat Cikondang ini berbatasan dengan Desa Cikalong dan Desa Cipinang (Kecamatan Cimaung) di sebelah utara, Desa Pulosari di sebelah selatan, Desa Tribakti Mulya di sebelah timur, serta Desa Sukamaju di sebelah barat.

Jarak dari Kota Bandung ke Kampung Adat Cikondang ini kira-kira 38 kilometer, sedangkan dari pusat Kecamatan Pangalengan kira-kira 11 kilometer. Lokasi ini sengaja dipilih karena masyarakat Kampung Adat Cikondang ini masih berpegang teguh pada adat istiadat dan kepercayaan terhadap leluhur mereka walaupun berada dalam kehidupan modern.

B. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengilustrasikan desain penelitian dalam menganalisis leksikon-leksikon yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut.


(21)

44

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.1 Bagan Desain Penelitian

Narasumber

Simak dan Catat

Mengidentifikasikan dan mengelompokan leksikon makanan

dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun

Mengkaji leksikon dengan Menggunakan Teori Etnosemantik

Menganalisis klasifikasi bentuk lingual, mendeskripsikan

leksikon makanan dan peralatan dalam upacara Adat Wuku

Taun, dan mendeskripsikan cerminan kebudayaan dalam

leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku

Taun.


(22)

45

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa leksikon-leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung dalam bahasa Sunda.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari seorang narasumber yang bisa memberikan keterangan tentang berbagai leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan upacara adat Wuku Taun, yakni Ilin Dahsyah seorang tokoh adat di Kampung Adat Cikondang.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini tidak hanya mengkaji leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun dari segi kebahasaannya, tetapi juga dilihat dari segi sosial budayanya. Oleh karena itu, peneliti menggunakan pendekatan teoretis etnolinguistik, khususnya ranah kajian etnosemantik untuk membahas data dalam penelitian ini.

Secara metodologis, pendekatan etnosemantik dalam penelitian ini menggunakan model etnografi komunikasi. Studi etnografi adalah pengembangan dari antropologi linguistik yang dipahami dalam konteks komunikasi (Hymes, 1962; dalam Patimah, 2008: 36 ). Dengan etnografi komunikasi, penggambaran bahasa dalam suatu kebudayaan bukan pada bahasa itu sendiri, melainkan pada komunikasinya (Kuswarno, 2008: 12). Etnografi komunikasi tidak hanya membahas kaitan antara bahasa dan kebudayaan, tetapi juga membahas ketiganya secara sekaligus.

Dengan etnografi komunikasi, peneliti dapat mendeskripsikan suatu kebudayaan dengan memahami suatu pandangan hidup dari suatu sudut pandang penduduk asli (Spradley, 1997: 3 dalam Patimah, 2008: 36).). Dengan demikian,


(23)

46

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peneliti ikut berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat budaya Sunda (Marcus dan Fisher, 1968: 18; dalam Patimah, 2008: 36).

Etnografi komunikasi sangat relevan termasuk dalam ranah penelitian kualitatif (Kuswarno, 2008: 31; dalam Patimah, 2008: 37). Dalam penelitian kualitatif, penelitian yang alamiah sangatlah penting karena dalam penelitian ini diasumsikan bahwa perilaku dan makna yang dianut sekelompok manusia hanya dapat dipahami melalui analisis dari suatu lingkungan.

Pada penelitian kualitatif, peneliti berusaha memahami subjek dari kerangka berpikirnya sendiri (Taylor & Bogdan, 1984; dalam Patimah, 2008: 37). Dengan demikian, yang terpenting adalah pengalaman, pendapat, perasaan, dan pengetahuan partisipan (Patton, 1990; dalam Patimah, 2008: 37).

Penelitian ini juga menggunakan pendekatan etnosemantik dengan metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan. Sejalan dengan pendekatan penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang berupa akumulasi data dasar hanya dengan cara pendeskripsian, tidak menguji hipotesis, serta tidak membuat ramalan.

Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Suyatna, 2002: 14; dalam Patimah, 2008: 37). Dengan menggunakan metode ini, data yang dihasilkan adalah data yang sesuai dengan keadaan di lapangan tanpa ada manipulasi dari peneliti. Peneliti hanya menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta dan keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan dengan apa adanya. Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini berusaha menggambarkan sekaligus mendeskripsikan fenomena kebahasaan yang ada, khususnya menganalisis leksikon-leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.


(24)

47

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Definisi Operasional

Berikut ini dijelaskan beberapa definisi opersional tentang upacara adat Wuku Taun, leksikon, dan kajian tentang etnosemantik.

(1) Upacara adat Wuku Taun adalah salah satu upacara adat yang terdapat di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Upacara adat Wuku Taun ini merupakan bentuk rasa syukur masyarakat Kampung Adat Cikondang atas hasil panen yang diterima oleh mereka selama kurun waktu satu tahun.

(2) Leksikon yang dimaksud dalam penelitian ini adalah leksikon makanan dan

peralatan dalam upacara adat Wuku Taun. Leksikon tersebut memiliki makna

dan simbol-simbol tertentu.

(3) Etnosemantik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendekatan yang digunakan untuk mencari pengetahuan sebuah etnik melalui leksikon yang digunakan penuturnya pada leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada tiga teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu teknik observasi partisipan, teknik wawancara, dan teknik telaah pustaka. Berikut ini penjelasan ketiga teknik tersebut.

1. Observasi Partisipan

Teknik observasi partisipan adalah metode tradisional yang digunakan dalam antropologi dan merupakan sarana untuk peneliti masuk ke dalam masyarakat yang akan ditelitinya. Observasi partisipan juga merupakan cara yang efektif untuk mengubah status peneliti dari outsider menjadi insider. Dalam konteks penelitian ini, peneliti merupakan bagian dari masyarakat Sunda sehingga dapat berkomunikasi dengan narasumber yang diteliti. Hal ini dapat memudahkan peneliti untuk menangkap cara narasumber tersebut dalam memberikan keterangan tentang leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku


(25)

48

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Taun. Selain itu, peneliti juga dapat mengumpulkan data-data yang terkait dengan proyek penelitian budaya Kampung Adat Cikondang melalui observasi secara langsung. Sumber-sumber yang dikumpulkan itu diidentifikasi dan diolah melalui tahapan deskripsi.

2. Simak dan Catat

Sebagai turunan dari teknik observasi partisipan, dalam penelitian ini digunakan dua macam teknik pengumpulan data, yaitu teknik simak dan teknik catat (Sudaryanto, 1993:153). Teknik simak dilakukan dengan cara menyimak percakapan antara peneliti dengan narasumber khususnya tokoh adat Cikondang. Sementara itu, dalam metode catat, peneliti melakukan pencatatan terhadap hasil wawancara yang diperoleh.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi dan pedoman wawancara berupa daftar tanyaan yang diberikan kepada narasumber. Berikut ini contoh tabel pedoman observasi dan tabel daftar tanyaan yang digunakan.

3.2Tabel Pedoman Observasi

No Aspek Deskripsi

1. Makanan

a. Ganas b. Dodol ketan c. Cai kalapa

Buah yang digunakan untuk membuat rujak

Makanan yang terbuat dari beras ketan yang ditumbuk dan dicampur dengan gula merah

Air kelapa yang digunakan untuk membuat rujak

2. Peralatan

a. Kapol b. Bekong c. Eunteung

Wewangian yang digunakan untuk pelengkap sesaji Gelas tradisional yang terbuat dari bambu

Cermin berukuran kecil yang digunakan untuk pelengkap sesaji


(26)

49

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.3Tabel Pedoman Wawancara

No Pertanyaan

1. Makanan apa saja yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun ?

2. Peralatan apa saja yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun ?

3. Apa makna yang terkandung dalam leksikon makanan dan peralatan yang

digunakan dalam upacara adat Wuku Taun ?

H. Teknik Analisis Data

Pada dasarnya proses analisis data dalam etnografi berjalan bersamaan dengan pengumpulan data. Ketika melakukan catatan lapangan, secara bersamaan peneliti juga telah melakukan analisis data. Dalam etnografi, peneliti bisa kembali lagi ke lapangan untuk mengumpulkan dan melengkapi data-data yang kurang lengkap. Dengan kata lain, proses pengumpulan data dalam penelitian etnografi tidak cukup hanya sekali.

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah berdasarkan tahapan analisis data. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

(1)memeriksa data-data yang telah terkumpulkan;

(2)mengklasifikasikan bentuk lingual dari leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun;

(3)mendeskripsikan leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun;

(4)mendeskripsikan cerminan kebudayaan yang terdapat dalam leksikon makanan

dan peralatan pada upacara adat Wuku Taun;


(27)

103

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Masyarakat Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung merupakan salah satu komunitas masyarakat adat Sunda yang masih memegang adat istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya tanpa terpengaruhi oleh budaya luar. Salah satunya dengan mengadakan upacara-upacara adat atau ritual-ritual adat tertentu. Salah satu bentuk pelestarian tradisi leluhur yang paling menonjol di Kampung Adat Cikondang ini adalah upacara adat Wuku Taun (tutup tahun). Upacara adat Wuku Taun ini merupakan upacara penyerahan hasil bumi berupa padi yang diperoleh dalam kurun waktu satu tahun. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat merumuskan kesimpulan sebagai berikut.

(1) Dalam upacara adat Wuku Taun terdapat 50 leksikon makanan dan peralatan yang digunakan. Ada 21 leksikon yang termasuk dalam kategori kata monomorfemis (kata dasar), 3 leksikon yang termasuk dalam kategori kata polimorfemis (kata berimbuhan), dan 26 leksikon yang termasuk dalam kategori frasa nominal. Berdasarkan kategori kata, semua leksikon makanan dan peralatan tersebut termasuk ke dalam kategori nomina atau frasa nominal. Dengan demikian, kekayaan leksikon nomina atau frasa nominal ini sekaligus menunjukan kekayaan produk budaya dalam uapacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang.

(2) Deskripsi leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun terbagi dalam dua kategori, yaitu leksikon makanan dan leksikon peralatan. Leksikon makanan berjumlah 31 leksikon yang meliputi kategori (a) leksikon bahan, (b) leksikon makanan pelengkap, (c) leksikon makanan ringan, dan (d) leksikon makanan utama. Leksikon bahan berjumlah 10 leksikon yang meliputi 3 leksikon beras (béas paré huma, béas ketan, béas biasa), dan 7 leksikon nonberas (cai kalapa, kalapa ngora, gula arén, ganas,


(28)

104

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hayam bodas, hayam hideung, dan hayam hawuk); leksikon makanan pelengkap berjumlah 6 leksikon (tumis kentang, asin pépéték, hayam goréng, kurupuk kemplang, cabé gombol, dan tempé goréng); leksikon makanan ringan berjumlah 13 leksikon (opak beureum, opak bodas, kolontong angka 8, wajit, ampéang borondong, peuyeum ketan hideung, cau emas, tiwu, angléng, dodol ketan, ampéang, pupuntir, dan rujak si manis madu); leksikon makanan utama berjumlah 2 leksikon (tumpeng lulugu dan tumpeng pangiring). Sementara itu, leksikon peralatan berjumlah 19 leksikon yang meliputi 7 leksikon alat (eunteung, pamérés, bekong, nyiru, padaringan, halu dan lisung) dan 12 leksikon perlengkapan (boéh, samak, gambir, seureuh, kapol, menyan, surutu, susudi, takir, konca, kisa, dan paré).

(3) Leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun

mencerminkan kebudayaan masyarakat Kampung Adat Cikondang. Cerminan tersebut meliputi cerminan kebudayaan dalam dimensi vertikal dan cerminan kebudayaan dalam dimensi horizontal. Dalam dimensi vertikal terdapat 7 leksikon yang mencerminkan sistem kepercayaan kepada Tuhan (tumpeng lulugu, tumpeng pangiring, hayam goréng, témpé goréng, opak bodas, ampéang borondong, dan cau emas) dan 14 leksikon yang mencerminkan sistem kepercayaan kepada leluhur (kolontong angka 8, cai kalapa, béas paré huma, béas ketan, béas biasa, hayam hideung, paré, boéh, gambir, seureuh, eunteung, pamérés, menyan, dan surutu). Sementara itu, dalam dimensi horizontal terdapat 6 leksikon yang mencerminkan sistem pengetahuan (gula arén, rujak si manis madu, susudi, tumis kentang, asin pépéték, dan takir), 2 leksikon yang mencerminkan sistem kesenian (lisung dan halu), 4 leksikon yang mencerminkan sistem mata pencaharian (kurupuk kemplang, cabé gombol, opak beureum, dan dodol ketan), 14 lesikon yang mencerminkan sistem kemasyarakatan (wajit, ampéang, peuyeum ketan hideung, tiwu, pupuntir, kalapa ngora, ganas, hayam bodas, hayam hawuk, samak, kapol, konca, kisa, dan angléng), dan 3 leksikon yang mencerminkan sistem peralatan hidup (bekong, nyiru, padaringan).


(29)

105

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut.

(1) Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan kajian lebih lanjut dan mendalam tentang upacara adat Wuku Taun agar dapat mengetahui secara pasti asal mula pelaksanaan upacara adat Wuku Taun di Kampung adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.

(2) Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, eksistensi leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun di masyarakat Kampung Adat Cikondang terancam mengalami pergeseran. Ancaman terhadap eksistensi makanan dan peralatan tradisional dalam upacara adat Wuku Taun juga mengancam eksistensi identitas nasional. Oleh karena itu, seluruh masyarakat Kampung Adat Cikondang diharapkan agar tetap menjaga dan melestarikan upacara adat Wuku Taun sebagai salah satu identitas budaya Sunda.

(3) Masyarakat Kampung Adat Cikondang khususnya dan masyarakat di luar Kampung Adat Cikondang hendaknya juga dapat memahami setiap makna yang terkandung dalam upacara adat Wuku Taun yang merupakan warisan budaya yang tidak ternilai harganya. Selain itu, dengan diadakannya upacara adat Wuku Taun, seluruh masyarakat kampung adat Cikondang diharapkan dapat lebih meningkatkan rasa kekeluargaan dan rasa gotong royong antarsesama masyarakat.

(4) Pemerintah Desa Lamajang hendaknya meningkatkan kualitas sarana

pendukung dalam upacara adat Wuku Taun sehingga masyarakat luas akan semakin tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut. Program ini sangat penting untuk meningkatkan pendapatan desa berbasis pariwisata.


(30)

106

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Darheni, Nani. 2010. “Leksikon Aktivitas Mata dalam Toponim di Jawa Barat:

Kajian Etnosemantik” dalam Jurnal Linguistik Indonesia, Tahun ke-28, No. 1, Februari 2010, hal. 55-67.

Depdiknas 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hidayatullah, Rizki dan Fasya Mahmud. 2012. Konsep Nasi dalam Bahasa Sunda: Studi Antropolinguistik di Kampung Naga, Kecamatan Salawu,

Kabupaten Tasikmalaya” dalam Jurnal Konferensi Linguistik Tahunan

Atma Jaya. Tahun ke-10, hal 73-77.

Ibrahim, Abdul Syukur. 1994. Panduan Penelitian Etnografi komunikasi. Surabaya: Usaha Nasional.

Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah. Keraf, Gorys. 1979. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.

Koentjaraningrat. 1985. Ritus Perlihan di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Patimah, Ratna S. 2008. “Nama jajanan tradisional khas Sunda”. Skripsi pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Palmer, Gary B. 1999. Toward a Theory of Cultural Linguistics. Austin: University of Texas Press.


(31)

107

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ramlan, M. 1987. Morfologi. Yogyakarta. Karyono.

Ramlan, M. 1991. Tata Bahasa Indonesia: Penggolongan kata. Yogyakarta: Andi Offset.

Satjadibrata. 2011. Kamus Sunda-Indonesia. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Sudana, D., dkk. 2012. “Eksplorasi Nilai Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Leksikon Etnobotani: Kajian etnopedagogi di Kampung Naga, Kabupaten

Tasikmalaya”. Proposal Penelitian. Bandung: UPI.

Suryani, N.S., Elis. 2006. Pandangan Hidup Orang Sunda Tentang Hubungan Antara Manusia dengan Lingkungan Masyarakatnya. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Budaya Sunda.

Widiatmoko, Sigit. 2011. “Leksikon kemaritiman di Pantai Tanjung Pakis

Kabupaten Karawan.” Skripsi pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Yuliana. 2007. “Analisis Implementasi Upacara Adat Wuku Taun sebagai Ungkapan Evaluasi Diri Masyarakat Kampung Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung”. Skripsi pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.


(1)

49

3.3Tabel Pedoman Wawancara

No Pertanyaan

1. Makanan apa saja yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun ? 2. Peralatan apa saja yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun ? 3. Apa makna yang terkandung dalam leksikon makanan dan peralatan yang

digunakan dalam upacara adat Wuku Taun ?

H. Teknik Analisis Data

Pada dasarnya proses analisis data dalam etnografi berjalan bersamaan dengan pengumpulan data. Ketika melakukan catatan lapangan, secara bersamaan peneliti juga telah melakukan analisis data. Dalam etnografi, peneliti bisa kembali lagi ke lapangan untuk mengumpulkan dan melengkapi data-data yang kurang lengkap. Dengan kata lain, proses pengumpulan data dalam penelitian etnografi tidak cukup hanya sekali.

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah berdasarkan tahapan analisis data. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

(1)memeriksa data-data yang telah terkumpulkan;

(2)mengklasifikasikan bentuk lingual dari leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun;

(3)mendeskripsikan leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun;

(4)mendeskripsikan cerminan kebudayaan yang terdapat dalam leksikon makanan dan peralatan pada upacara adat Wuku Taun;


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Masyarakat Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung merupakan salah satu komunitas masyarakat adat Sunda yang masih memegang adat istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya tanpa terpengaruhi oleh budaya luar. Salah satunya dengan mengadakan upacara-upacara adat atau ritual-ritual adat tertentu. Salah satu bentuk pelestarian tradisi leluhur yang paling menonjol di Kampung Adat Cikondang ini adalah upacara adat Wuku Taun (tutup tahun). Upacara adat Wuku

Taun ini merupakan upacara penyerahan hasil bumi berupa padi yang diperoleh

dalam kurun waktu satu tahun. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat merumuskan kesimpulan sebagai berikut.

(1) Dalam upacara adat Wuku Taun terdapat 50 leksikon makanan dan peralatan yang digunakan. Ada 21 leksikon yang termasuk dalam kategori kata monomorfemis (kata dasar), 3 leksikon yang termasuk dalam kategori kata polimorfemis (kata berimbuhan), dan 26 leksikon yang termasuk dalam kategori frasa nominal. Berdasarkan kategori kata, semua leksikon makanan dan peralatan tersebut termasuk ke dalam kategori nomina atau frasa nominal. Dengan demikian, kekayaan leksikon nomina atau frasa nominal ini sekaligus menunjukan kekayaan produk budaya dalam uapacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang.

(2) Deskripsi leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat

Wuku Taun terbagi dalam dua kategori, yaitu leksikon makanan dan leksikon

peralatan. Leksikon makanan berjumlah 31 leksikon yang meliputi kategori (a) leksikon bahan, (b) leksikon makanan pelengkap, (c) leksikon makanan ringan, dan (d) leksikon makanan utama. Leksikon bahan berjumlah 10 leksikon yang meliputi 3 leksikon beras (béas paré huma, béas ketan, béas


(3)

104

hayam bodas, hayam hideung, dan hayam hawuk); leksikon makanan

pelengkap berjumlah 6 leksikon (tumis kentang, asin pépéték, hayam goréng,

kurupuk kemplang, cabé gombol, dan tempé goréng); leksikon makanan

ringan berjumlah 13 leksikon (opak beureum, opak bodas, kolontong angka 8,

wajit, ampéang borondong, peuyeum ketan hideung, cau emas, tiwu, angléng, dodol ketan, ampéang, pupuntir, dan rujak si manis madu); leksikon makanan

utama berjumlah 2 leksikon (tumpeng lulugu dan tumpeng pangiring). Sementara itu, leksikon peralatan berjumlah 19 leksikon yang meliputi 7 leksikon alat (eunteung, pamérés, bekong, nyiru, padaringan, halu dan lisung) dan 12 leksikon perlengkapan (boéh, samak, gambir, seureuh, kapol, menyan,

surutu, susudi, takir, konca, kisa, dan paré).

(3) Leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun mencerminkan kebudayaan masyarakat Kampung Adat Cikondang. Cerminan tersebut meliputi cerminan kebudayaan dalam dimensi vertikal dan cerminan kebudayaan dalam dimensi horizontal. Dalam dimensi vertikal terdapat 7 leksikon yang mencerminkan sistem kepercayaan kepada Tuhan (tumpeng

lulugu, tumpeng pangiring, hayam goréng, témpé goréng, opak bodas, ampéang borondong, dan cau emas) dan 14 leksikon yang mencerminkan

sistem kepercayaan kepada leluhur (kolontong angka 8, cai kalapa, béas paré

huma, béas ketan, béas biasa, hayam hideung, paré, boéh, gambir, seureuh, eunteung, pamérés, menyan, dan surutu). Sementara itu, dalam dimensi

horizontal terdapat 6 leksikon yang mencerminkan sistem pengetahuan (gula

arén, rujak si manis madu, susudi, tumis kentang, asin pépéték, dan takir), 2

leksikon yang mencerminkan sistem kesenian (lisung dan halu), 4 leksikon yang mencerminkan sistem mata pencaharian (kurupuk kemplang, cabé

gombol, opak beureum, dan dodol ketan), 14 lesikon yang mencerminkan

sistem kemasyarakatan (wajit, ampéang, peuyeum ketan hideung, tiwu,

pupuntir, kalapa ngora, ganas, hayam bodas, hayam hawuk, samak, kapol, konca, kisa, dan angléng), dan 3 leksikon yang mencerminkan sistem


(4)

105

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut.

(1) Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan kajian lebih lanjut dan mendalam tentang upacara adat Wuku Taun agar dapat mengetahui secara pasti asal mula pelaksanaan upacara adat Wuku Taun di Kampung adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.

(2) Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, eksistensi leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun di masyarakat Kampung Adat Cikondang terancam mengalami pergeseran. Ancaman terhadap eksistensi makanan dan peralatan tradisional dalam upacara adat

Wuku Taun juga mengancam eksistensi identitas nasional. Oleh karena itu,

seluruh masyarakat Kampung Adat Cikondang diharapkan agar tetap menjaga dan melestarikan upacara adat Wuku Taun sebagai salah satu identitas budaya Sunda.

(3) Masyarakat Kampung Adat Cikondang khususnya dan masyarakat di luar Kampung Adat Cikondang hendaknya juga dapat memahami setiap makna yang terkandung dalam upacara adat Wuku Taun yang merupakan warisan budaya yang tidak ternilai harganya. Selain itu, dengan diadakannya upacara adat Wuku Taun, seluruh masyarakat kampung adat Cikondang diharapkan dapat lebih meningkatkan rasa kekeluargaan dan rasa gotong royong antarsesama masyarakat.

(4) Pemerintah Desa Lamajang hendaknya meningkatkan kualitas sarana pendukung dalam upacara adat Wuku Taun sehingga masyarakat luas akan semakin tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut. Program ini sangat penting untuk meningkatkan pendapatan desa berbasis pariwisata.


(5)

106

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Darheni, Nani. 2010. “Leksikon Aktivitas Mata dalam Toponim di Jawa Barat: Kajian Etnosemantik” dalam Jurnal Linguistik Indonesia, Tahun ke-28, No. 1, Februari 2010, hal. 55-67.

Depdiknas 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hidayatullah, Rizki dan Fasya Mahmud. 2012. Konsep Nasi dalam Bahasa

Sunda: Studi Antropolinguistik di Kampung Naga, Kecamatan Salawu,

Kabupaten Tasikmalaya” dalam Jurnal Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya. Tahun ke-10, hal 73-77.

Ibrahim, Abdul Syukur. 1994. Panduan Penelitian Etnografi komunikasi. Surabaya: Usaha Nasional.

Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.

Keraf, Gorys. 1979. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.

Koentjaraningrat. 1985. Ritus Perlihan di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Patimah, Ratna S. 2008. “Nama jajanan tradisional khas Sunda”. Skripsi pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Palmer, Gary B. 1999. Toward a Theory of Cultural Linguistics. Austin: University of Texas Press.


(6)

107 Ramlan, M. 1987. Morfologi. Yogyakarta. Karyono.

Ramlan, M. 1991. Tata Bahasa Indonesia: Penggolongan kata. Yogyakarta: Andi Offset.

Satjadibrata. 2011. Kamus Sunda-Indonesia. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Sudana, D., dkk. 2012. “Eksplorasi Nilai Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Leksikon Etnobotani: Kajian etnopedagogi di Kampung Naga, Kabupaten Tasikmalaya”. Proposal Penelitian. Bandung: UPI.

Suryani, N.S., Elis. 2006. Pandangan Hidup Orang Sunda Tentang Hubungan

Antara Manusia dengan Lingkungan Masyarakatnya. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Budaya Sunda.

Widiatmoko, Sigit. 2011. “Leksikon kemaritiman di Pantai Tanjung Pakis Kabupaten Karawan.” Skripsi pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Yuliana. 2007. “Analisis Implementasi Upacara Adat Wuku Taun sebagai Ungkapan Evaluasi Diri Masyarakat Kampung Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung”. Skripsi pada

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.