PENGGUNAAN ABREVIASI DI KALANGAN REMAJA DI KOTA BANDUNG :SUATU KAJIAN SOSIOLINGUISTIK.

(1)

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PENGGUNAAN ABREVIASI DI KALANGAN

REMAJA DI KOTA BANDUNG

(SUATU KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh

Nani Astuti

0902615

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013


(2)

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PENGGUNAAN ABREVIASI DI KALANGAN REMAJA DI KOTA BANDUNG

(SUATU KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)

Oleh Nani Astuti

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

© Nani Astuti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian, dengan dicetak ulang, diphotocopy atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi

PENGGUNAAN ABREVIASI DI KALANGAN REMAJA DI KOTA BANDUNG

(Suatu Kajian Sosiolinguistik) oleh

Nani Astuti 0902615

disetujui dan disahkan oleh Pembimbing I,

Drs. Kholid A. Harras, M.Pd. NIP 1964012219899031001

Pembimbing II,

Afi Fadlilah, M.Hum. NIP 197911162008012011

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Dadang S. Anshori, M.Si. NIP 197204031999031002


(4)

v

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Penggunaan Abreviasi di Kalangan Remaja di Kota Bandung (SuatuKajianSosiolinguistik)

Nani Astuti 0902615

Penelitian ini dilatarbelakangi olehpola pikir (mindset) masyarakat yang serba instan dalam merepresentasi kenyataan dalam bentuk bahasa. Sebagai contoh, penggunaan abreviasi dalam berkomunikasi. Fakta tersebut merupakan salah satu kebaruan dalam penggunaan bahasa. Namun, kebaruan tersebut bila tidak dibatasi dalam penggunaannya akan berakibat fatal, yaitu hilangnya fungsi bahasa. Adapun masalah yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu (1) jenis abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung, (2) pola abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung, dan (3) faktor yangmenyebabkan terjadinya penggunaan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) jenis abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung, (2) pola abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung, dan (3) faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung.Teori yang digunakan peneliti dalam menganalisis data, yaitu (1) teori morfologi, (2) teori abreviasi, (3) teori jenis abreviasi, (4) teori pola abreviasi, (5) teori sosiolinguistik, dan (6) teori masa remaja.

Pengkajian masalah ini memakai pendekatan sosiolinguistik dan pendekatan metodologis deskriptif kualitatif. Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua tuturan abreviasi yang dilakukan oleh remaja di kota Bandung baik lisan maupun tulisan.Sumber data penelitian dalam penelitian ini, yaitu remaja di kota Bandung dan jejaring sosial yang diambil dari facebook dan twitter.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik angket, teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik studi dokumenter. Analisis data yang dilakukan adalah mentranskripsi data, mengidentifikasi data, mengklasifikasikan data, menganalisis data, dan menyimpulkan hasil analisis.

Data dalam penelitian ini sebanyak 170 data yang dianalisis berdasarkan jenis dan pola abreviasi menurut Kridalaksana (1992: 159-178) yang menghasilkan tiga jenis abreviasi, yaitu singkatan berjumlah 65 data, akronim berjumlah 104 data, dan gabungan akronim dengan singkatan berjumlah 1 data.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, yaitu dalam bentuk lisan faktor yang menyebabkan ialah karena ingin dianggap sebagai kelompok yang keren karena telah mengikuti perkembangan jaman, gagah, gaul,dan tidak ketinggalan jaman, sedangkan dalam bentuk tulis, singkat, simpel, menghemat kata-kata, dan tidak ingin mengikuti EYD.


(5)

v

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

The use of abbreviation in teenagers in Bandung (A Sosiolinguistik Investigation)

Nani Astuti 0902615

The background of the investigation was the instant people’s mindset in representing reality in the form of language, for example, the use of abbreviation in communication. This fact is one of the novelties in the language use. However, if the novelty is not limited in its use, that kind of thing will trigger fatal consequence; the vanishing of language function. There were some problems that were investigated in this research: (1) kinds of abbreviations in teenagers in Bandung, (2) abbreviations pattern in teenagers in Bandung, and (3) factors caused the increasing of abbreviation use in teenagers in Bandung.

This research aimed at investigating: (1) kinds of abbreviations in teenagers in Bandung, (2) abbreviations pattern in teenagers in Bandung, and (3) factors caused abbreviation use in teenagers in Bandung faktor.The theories used in analyzing data were, (1) morphology theories, (2) abbreviation theories, (3) kinds of abbreviation theories, (4) abbreviation pattern theories, (5) sociolinguistics theories, and (6) adolescence theories.

This research employed sociolinguistics and descriptive qualitative methodological approaches. The data that were included in this investigation were both written and spoken abbreviation done by the teenagers in Bandung.The data were gathered through the teenager’s social media accounts taken from facebook andtwitter.There were some techniques used to gather the data such as questionnaire, observation, interview and documentary study. The steps of analyzing data included data transcribing, identification, classification, and conclusion of the study results.

There were 170 data analyzed based on the kind and pattern of abbreviation based on Kridalaksana (1992: 159-178). The results revealed that there were 65 abbreviation data, 104 acronym data, and the 1 fuse of acronym and abbreviation.

Abbreviations were used in both spoken and written language. The factors caused the use of spoken abbreviation in teenagers in Bandung was the intention to be considered as a part of cool, up-dated, sturdy, sociable and not out-dated group. While in terms of written language, it done to reduce words, to be brief and simple and did not want to follow EYD.


(6)

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Masalah ... 5

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 5

1.2.2 Batasan Masalah... 5

1.2.3 Rumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat secara Teoretis ... 7

1.4.2 Manfaat secara Praktis ... 7

1.5Struktur Organisasi Penulisan ... 7

BAB 2 PENELITIAN TERDAHULU, MORFOLOGI DALAM PENGGUNAAN ABREVIASI DI KALANGAN REMAJA, DAN SOSIOLINGUISTIK ... 9

2.1Penelitian Terdahulu ... 9

2.2Landasan Teoretis ... 11

2.2.1 Morfologi ... 12

2.2.2 Abreviasi ... 13

2.2.3 Jenis Abreviasi ... 13

2.2.4 Pola Abreviasi ... 14


(7)

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2.2.4.2Akronim dan Kontraksi ... 16

2.2.4.3Penggalan ... 18

2.2.4.4Lambang Huruf ... 19

2.2.5 Sosiolinguistik ... 20

2.2.6 Masa Remaja ... 22

2.2.7 Profil Kota Bandung ... 23

2.3Anggapan Dasar ... 24

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 26

3.1Lokasi dan Subjek Penelitian ... 26

3.2Desain Penelitian ... 26

3.3Metode Penelitian... 28

3.4Definisi Operasional... 28

3.5Instrumen Penelitian... 29

3.6Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.6.1 Angket ... 31

3.6.2 Observasi ... 32

3.6.3 Wawancara ... 32

3.6.4 Studi Dokumenter ... 33

3.7Teknik Analisis Data ... 33

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1Hasil Penelitian ... 34

4.2Analisis Data Abreviasi... 40

4.2.1 Analisis Data Singkatan ... 40

4.2.2 Analisis Data Akronim ... 92

4.2.3 Analisis Data Gabungan Akronim dengan Singkatan ... 178

4.3Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Penggunaan Abreviasi di Kalangan Remaja di Kota Bandung ... 179


(8)

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB 5 PENUTUP ... 193

5.1Simpulan ... 193

5.2Saran ... 194

DAFTAR PUSTAKA ... 195

LAMPIRAN 1 ... 197

LAMPIRAN 2 ... 204


(9)

1

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Bahasa dan masyarakat merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Bahasa akan selalu berhubungan dengan masyarakat penutur begitu pula sebaliknya, masyarakat penutur pasti menggunakan bahasa dalam berinteraksi sehari-hari. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat. Masyarakat merupakan penutur bahasa yang beragam. Keragaman bahasa disebabkan oleh perkembangan masyarakat di berbagai aspek kehidupan, salah satunya perkembangan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) yang semakin maju menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan perkembangan bahasa. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin modern suatu bangsa dan kehidupannya, maka akan semakin berkembang pula bahasanya. Badudu (Putrayasa, 2008: 1) mengemukakan bahwa perkembangan bahasa harus sejalan dan seiring dengan kemajuan kebudayaan serta peradaban bangsa sebagai pemilik dan pemakai bahasa tersebut.

Globalisasi dengan segala implikasinya menjadi salah satu pemicu pesatnya perubahan yang terjadi di berbagai aspek kehidupan masyarakat, salah satunya bahasa yang bersifat dinamis. Apabila tidak ada upaya untuk mengatasinya, maka hal tersebut akan menjadi masalah yang sangat serius. Pengunaan bahasa dikelompokkan berdasarkan usia, yaitu usia kanak-kanak, usia remaja, dan usia dewasa. Fokus penelitian ini adalah penggunaan bahasa pada usia remaja.

Salah satu ciri bahasa remaja adalah kreativitas. Ragam bahasa tidak bisa dilihat hanya dari sudut linguistiknya saja, melainkan dari segi sosialnya. Kemunculan kata-kata baru, jika dilihat dari kebahasaan, menambah kekayaan perbendaharaan kata, setidaknya untuk kalangan remaja (Sumarsono, 2010: 156).


(10)

2

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Remaja sebagai bagian dari kelompok sosial tertentu yang ada di dalam suatu masyarakat, kerap kali menciptakan kata-kata baru yang cukup menggelitik telinga para pendengar. Salah satunya dalam penggunaan abreviasi saat berkomunikasi dengan anggota kelompoknya. Secara sengaja remaja menciptakan sebuah pola komunikasi yang khusus digunakan untuk membedakan kelompok usia mereka dengan kelompok usia lain, karena usia merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan variasi bahasa. Penggunaan bahasa remaja dimaksudkan untuk mencari simpati agar mendapatkan perhatian dari orang lain, agar memberi kesan keren, gagah, gaul, tenar, dan modern. Dalam praktiknya, remaja gemar menciptakan bahasa yang artinya diplesetkan dengan tujuan untuk menyulitkan pemahaman orang di luar kelompok pemakai bahasa remaja tersebut.

Selanjutnya, selain menggunakan bahasa lisan remaja juga menggunakan bahasa tulis di media sosial, salah satunya ialah media facebook dan twitter. Facebook dan twitter merupakan salah satu media jejaring sosial yang memanfaatkan bahasa tulis sebagai alat komunikasi utama. Salah satu kelompok pengguna facebook dan twitter terbanyak di Indonesia ialah kalangan remaja Syahiddin (2012). Keberadaan bahasa remaja di tengah-tengah masyarakat merupakan fakta bahasa yang layak mendapat perhatian. Sebagai salah satu ragam bahasa, bahasa remaja merupakan salah satu bukti nyata dalam perkembangan bahasa yang akan terus berubah seiring dengan perkembangan zaman, teknologi, dan media yang digunakan.

Bahasa di kalangan remaja memang menarik untuk diteliti karena memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Mempelajari bahasa dalam masyarakat bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan perkembangan bahasa. Pengetahuan kebahasaan sangat berguna bagi kehidupan bermasyarakat, sebab berbagai permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat menuntut kita untuk dapat menggunakan bahasa sesuai dengan situasi, waktu, dan tempat penggunaan bahasa.


(11)

3

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Permasalahan yang sedang berkembang di masyarakat saat ini ialah pola pikir (mindset) yang serba instan dalam merepresentasi kenyataan dalam bentuk bahasa. Sebagai contoh, penggunaan abreviasi dalam berkomunikasi. Fakta tersebut merupakan salah satu kebaruan dalam penggunaan bahasa. Namun, kebaruan tersebut bila tidak dibatasi dalam penggunaannya akan berakibat fatal. Hampir semua kalangan sudah mengenal bahkan menggunakan abreviasi dalam berkomunikasi sehari-hari yang terkadang membuat pendengar bertanya-tanya apa maksudnya.

Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi dapat berupa ruang keluarga di dalam sebuah rumah tangga, di dalam mesjid, di lapangan sepak bola, di ruang kuliah, di perpustakaan, atau di pinggir jalan. Tempat peristiwa tutur terjadi dapat pula mempengaruhi pilihan kode dan gaya dalam bertutur (Chaer, 2004: 6).

Di kalangan remaja penggunaan abreviasi sudah menjamur, misalnya penggunaan kata OTW ‘on the way’, markitpul ‘mari kita pulang’,dan kamseupay

‘kampungan sekali udik payah’. Contoh penggunaan abreviasi dapat dilihat pada kalimat di bawah ini:

X: markitpul cin. Y: Yoha.

Percakapan di atas menunjukkan bahwa ada penggunaan kata markitpul yang secara awam dalam konteks tersebut belum tentu dimengerti oleh penutur lain. Maksud markitpul di atas ialah ‘mari kita pulang’, maksudnya penutur X mengajak penutur Y untuk pulang bersama. Penutur Y menjawab yoha karena penutur Y mengerti dengan konteks yang dimaksud oleh penutur X.

Dalam konteks linguistik, contoh kalimat di atas termasuk ke dalam abreviasi. Abreviasi merupakan salah satu bagian dari proses pembentukan kata. Secara rinci, proses pembentukan kata meliputi proses afiksasi, reduplikasi, kompoisisi, metanalisis, derivasi balik, dan abreviasi. Abreviasi merupakan proses morfologis berupa penggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga terjadi bentuk baru yang berstatus kata (Kridalaksana, 2008: 1).


(12)

4

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Dalam pembentukan kata, abreviasi memiliki keunikan karena memiliki struktur atau pola-pola tersendiri dalam pembentukan kata, baik dalam segi penulisannya maupun dalam segi pengucapannya. Sebagai contoh kata OTW on the way’ merupakan jenis singkatan yang pola pelafalannya dieja huruf demi huruf. Terbentuknya abreviasi pada umumnya dihasilkan oleh enak atau tidaknya bunyi abreviasi itu didengar daripada kekonsekuenan pada pola-pola abreviasi yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, demi kelancaran komunikasi antarwarga masyarakat bahasa, bentuk-bentuk abreviasi hendaknya dibatasi pemakaiannya di kalangan itu sendiri. Jika bentuk abreviasi itu sudah tidak dapat ditebak artinya, hilanglah fungsinya sebagai kode bahasa. Kridalaksana (2008: 1) mengemukakan bahwa abreviasi terbagi ke dalam lima jenis:

1) penyingkatan, 2) pemenggalan, 3) akronimi, 4) kontraksi, dan 5) lambang huruf.

Dalam linguistik, abreviasi termasuk ke dalam ilmu morfologi.

Verhar (Putrayasa, 2008: 3) mengemukakan bahwa morfologi merupakan bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk beluk struktur kata serta pengaruh perubahan struktur kata terhadap kelas kata dan arti kata. Morfologi mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.

Ada beberapa penelitian serupa yang mengkaji masalah abreviasi, diantaranya, Rudianto (1996). Dalam penelitiannya dideskripsikan semua hal yang berhubungan dengan akronim dalam bahasa Indonesia yang digunakan oleh media massa, khususnya harian umum Republika. Penelitian lain dilakukan oleh Alanudin (2003) tentang bentuk-bentuk singkatan bahasa Indonesia pada iklan mini studi kasus pada iklan mini Kompas tanggal 1-31 Agustus 2002.

Irawati (2007) melakukan penelitian tentang singkatan dan akronim dalam media chatting dan SMS (short massage sentre). Dalam penelitian tersebut


(13)

5

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dideskripsikan pemakaian akronim dan singkatan pada media SMS dan chatting yang dianggap memiliki keunikan, yaitu harus menggunakan bahasa yang singkat, tepat, dan mudah di mengerti.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Wirawan (2008), beliau melakukan penelitian tentang penggunaan abreviasi prokem slang pada situs jejaring sosial. Dalam penelitian tersebut dikaji bentuk abreviasi dengan menggunakan teori abreviasi. Penelitian sejenis dilakukan oleh Wulan (2009) dengan kajian penggunaan abreviasi di lingkungan TNI. Berdasarkan penelitian tersebut, penelitian mengenai penggunaan abreviasi di kalangan remaja ini penting untuk dilakukan sebab penguasaan ragam bahasa dewasa ini menjadi tuntutan bagi setiap penutur. Mengingat bahasa bersifat dinamis, penelitian ini akan semakin penting karena penggunaan abreviasi pun semakin berkembang sesuai dengan zaman dan variasi bahasanya pun semakin beragam.

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa objek yang diteliti, yaitu penggunaan abreviasi pada media masa, media elektronik, serta penggunaan abreviasi di lingkungan TNI yang penggunanya rata-rata orang dewasa, sedangkan objek yang diteliti pada penelitian kali ini ialah remaja. Itu membuktikan bahwa penggunaan abreviasi bukan hanya di kalangan dewasa, tetapi sudah digunakan di kalangan remaja, mungkin ke depannya anak-anak bahkan orang tua pun akan menggunakan abreviasi dalam tuturan sehari-hari.

1.2Masalah

Dalam bagian ini akan diuraikan masalah yang menjadi fokus penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) identifikasi masalah, (2) batasan masalah, dan (3) rumusan masalah.

1.2.1 Identifikasi Masalah


(14)

6

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1) Seiring berkembangnya iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) di berbagai aspek kehidupan, maka semakin berkembang pula penutur abreviasi di berbagai kalangan, khususnya di kalangan remaja di kota Bandung.

2) Pola pikir serba gampang menyebabkan meluasnya penggunaan abreviasi yang tidak logis di masyarakat, khususnya di kalanganan remaja di kota Bandung.

3) Penggunaan abreviasi yang tidak terkendali menyebabkan hilangnya fungsi dalam berbahasa.

1.2.2 Batasan Masalah

Peneliti merasa perlu untuk memberikan batasan terhadap masalah yang akan diteliti agar penelitian ini lebih teratur dan terarah. Batasan masalah tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut.

1) Bentuk abreviasi yang diteliti adalah bentuk abreviasi yang digunakan di kalangan remaja di kota Bandung.

2) Jenis dan pola pembentukan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung. 3) Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiolinguistik.

4) Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan April sampai bulan Juni tahun 2013.

5) Responden dalam penelitian ini ialah remaja di kota Bandung.

6) Remaja yang di maksud dalam penelitian ini ialah seseorang yang berusia 12 tahun sampai dengan 21 tahun, baik yang sedang mengikuti proses pendidikan maupun yang tidak mengikuti proses pendidikan.

1.2.3 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini dirumuskan masalah-masalah yang dianalisis pada bagian pembahasan. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut.

1) Bagaimana jenis abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung? 2) Bagaimana pola abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung?


(15)

7

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya penggunaan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

1) jenis abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung; 2) pola abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung;

3) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung.

1.4Manfaat Penelitian

Dengan melakukan penelitian ini, ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh.

1.4.1 Manfaat secara Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian sosiolinguistik, khususnya tentang penggunaan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung.

1.4.2 Manfaat secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi peneliti pada khususnya. Manfaat tersebut di antaranya sebagai berikut.

1) Dapat diketahui bagaimana faktor yang menyebabkan penggunaan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung.

2) Bagi lembaga bahasa, khususnya Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Pendidikan Indonesia, dapat dijadikan sumbangan keilmuan dalam pembelajaran bahasa di masa yang akan datang agar penggunaan abreviasi bisa menjadi lebih baik.


(16)

8

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3) Bagi kalangan remaja atau orang-orang yang terkait agar dapat menciptakan istilah-istilah dengan menggunakan pola abreviasi yang dapat dipahami oleh masyarakat sekitar serta sesuai dengan kaidah abreviasi yang sudah ditentukan.

1.5Struktur Organisasi Penulisan

Penelitian skripsi ini terdiri atas lima bab, untuk memudahkan penyajiannya, maka struktur organisasi penulisan ini disusun dari bab satu sampai bab lima. Berikut ini adalah urutan struktur organisasi penulisan skripsi.

Bab pertama memuat pendahuluan yang membahas latar belakang, masalah penelitian yang membahas identifikasi masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah. Dilanjutkan dengan tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan.

Bab kedua memuat kajian pustaka yang membahas mengenai teori-teori yang digunakan, yaitu teori morfologi, teori abreviasi yang meliputi jenis dan pola abreviasi, teori sosiolinguistik, dan teori masa remaja. Setelah itu, dilanjutkan dengan penelitian terdahulu yang relevan, dan anggapan dasar.

Bab ketiga memuat metode penelitian yang membahas mengenai lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknis analisis data. Bab keempat memuat hasil penelitian dan pembahasan. Bab kelima memuat simpulan dan saran.


(17)

26

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian

Sesuai dengan judulnya, penelitian ini dilakukan di kota Bandung. Peneliti memilih lokasi tersebut karena kota Bandung merupakan salah satu trend center bagi remaja-remaja di kota lain, baik di bidang fashion maupun pergaulan. Subjek penelitian ini difokuskan kepada remaja yang ada di kota Bandung. Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini ialah seseorang yang berusia 12 tahun sampai dengan 21 tahun, baik yang sedang mengikuti proses pendidikan maupun yang tidak mengikuti proses pendidikan.

Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua tuturan yang dilakukan oleh remaja di kota Bandung baik itu lisan maupun tulisan. Data yang dikumpulkan tidak hanya berupa bahasa Indonesia saja, melainkan bahasa Inggris dan bahasa Sunda. Data ini membantu peneliti dalam mengklasifikasikan jenis dan pola abreviasi yang digunakan di kalangan remaja di kota Bandung. Selain itu, data ini juga mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan penggunaan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung. Untuk sumber data penelitian yang berbentuk lisan, peneliti mengamati dan mengumpulkan data dari percakapan sehari-hari yang dilakukan oleh remaja di kota Bandung, sedangkan dalam bentuk tulisan peneliti mengambil data baik itu dalam bentuk percakapan, status, dan pesan yang ada pada situs jejaring sosial yang menggunakan abreviasi dalam bahasa Indonesia, Inggris, dan Sunda yang diambil dari facebook dan twitter.

3.2 Desain Penelitian

Untuk memperjelas tentang metode penelitian yang diuraikan, pada bagian ini digambarkan bagan penelitian yang diadaptasi dari Miles dan Huberman (1992: 2) yang akan diuraikan dalam bentuk bagan berikut.


(18)

27

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Bagan 3.1 Desain Penelitian

Penggunaan Abreviasi di Kalangan Remaja di Kota Bandung (Kajian Sosiolinguistik)

Pengumpulan Data

1) Angket

2) Observasi

3) Wawancara

4) Studi Dokumenter

Data dan Sumber Data

1) Data: Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua tuturan abreviasi yang dilakukan oleh remaja di kota Bandung baik lisan maupun tulisan.

2) Sumber Data: Sumber data penelitian dalam penelitian ini, yaitu remaja di kota Bandung dan jejaring sosial yang diambil dari facebook dan twitter.

Penganalisisan Data

1) Mengidentifikasi, mengklasifikasikan, dan menganalisis jenis abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung yang berupa singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf. Berdasarkan teori Kridalaksana (1992).

2) Mengidentifikasi, mengklasifikasikan, dan menganalisis pola abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung ke dalam jenis dan pola abreviasi, berdasarkan teori Kridalaksana (1992).

3) Mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung.

Hasil Analisis

Mengetahui jenis, pola, dan fungsi penggunaan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung.

Penyimpulan Data

1) Jenis abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung yang berupa singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf.

2) Pola abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung.

3) Faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung.


(19)

28

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam mengumpulkan data. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiolinguistik yang bertujuan untuk mengetahui jenis, pola, dan faktor yang menyebabkan penggunaan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung. Metode penelitian bahasa berhubungan erat dengan tujuan penelitian bahasa. Penelitian bahasa bertujuan mengumpulkan dan mengkaji data, serta mempelajari fenomena-fenomena kebahasaan (Djajasudarma, 2010: 4). Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai situasi yang bersifat aktual dalam bentuk uraian naratif mengenai penggunaan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung.

Metode kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci (Sugiyoni, 2012: 1). Metode kualitatif merupakan metode yang menghasilkan data yang berupa data tertulis atau lisan di masyarakat bahasa. Pendekatan kualitatif yang melibatkan data lisan, selalu melibatkan informan (penutur asli bahasa yang diteliti). Dalam penelitian bahasa jumlah informan tidak ditentukan, karena seorang informan merupakan ‘alam semesta’ dari masyarakat bahasanya (Djajasudana, 2010: 10-11).

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis secara sinkronik, yaitu penelitian bahasa yang dilakukan dengan mengamati fenomena suatu bahasa pada kurun waktu tertentu.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional ini dibutuhkan agar tidak terjadi pertentangan pendapat dalam penelitian ini. Definisi operasional yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) abreviasi yang dimaskud dalam penelitian ini adalah penggunaan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung;


(20)

29

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2) morfologi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengenai jenis dan pola pembentukan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung;

3) remaja yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu seseorang yang berusia 12 tahun sampai dengan 21 tahun, baik yang sedang mengikuti proses pendidikan maupun yang tidak mengikuti proses pendidikan;

4) sosiolinguistik yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu ilmu yang membahas mengenai faktor-faktor dalam pemakaian bahasa di masyarakat khususnya di kalangan remaja.

3.5 Instrumen Penelitian

Kualitas instrumen penelitian memengaruhi terhadap kualitas hasil penelitian. Instrumen dalam penelitian kualitatif dapat berupa test, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan kuesioner (Sugiyono, 2012: 59). Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan berupa angket dan kartu data. Angket digunakan untuk mengumpulkan data abreviasi yang diambil dari kalangan remaja di kota Bandung, baik yang sedang mengikuti proses pendidikan maupun yang tidak mengikuti proses pendidikan. Angket yang ditujukan kepada remaja di kota Bandung berupa data abreviasi sebanyak 100 data. Angket yang disebar sebanyak 20 angket. Tujuan dari penyebaran angket ini adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman remaja di kota Bandung terhadap abreviasi dan mengumpulkan sebanyak-banyaknya data abreviasi yang digunakan di kalangan remaja di kota Bandung. Selain itu juga untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan penggunaan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung, sedangkan kartu data digunakan untuk menganalisis data abreviasi berdasarkan jenis dan polanya. Berikut adalah angket dan kartu data yang peneliti gunakan.


(21)

30

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ANGKET

a. Saya mohon kepada adik-adik untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian saya.

b. Angket ini berbentuk tabel dan berisi data-data bentuk abreviasi dan pertanyaan mengenai tingkat pengetahuan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung.

c. Berilah tanda contreng (√) pada jawaban yang anda pilih. d. Isilah jawaban sesuai dengan kenyataan dan pengetahuan anda.

e. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan hasil yang akurat melalui respon kalangan remaja terhadap bentuk abreviasi yang digunakan di kalangan remaja di kota Bandung.

f. Saya ucapkan terimakasih sebelumnya atas perhatian adik-adik.

Status: Pelajar/Bukan Pelajar Usia: Jenis Kelamin: L/P

No Data Kepanjangan Tingkat Pengetahuan

Tahu Tidak Tahu 1. ABG Anak baru gede

2. ALAY Anak lebay 3. ANGKOT Angkatan kolot 4. BASKET Basah ketek

5. BBM Blackberry messenger

KARTU DATA No Data: 1

Konteks

X: Kasian banget ya boy band ABG Coboy Junior yang sedang naik daun sekarang ditimpa gosip murahan.

Data ABG


(22)

31

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Y: Iya kasian banget ya.

Analisis:

1) Jenis abreviasi: Singkatan

2) Pola abreviasi: Berdasarkan pola pembentukannya, kata ABGAnak Baru Gede mengalami proses pengekalan huruf pertama dari tiap suku kata.

3) Analisis konteks: Dari percakapan tersebut, aspek S yaitu di sekolah, aspek

P yaitu penutur (teman sebaya), aspek E yaitu bertujuan menginformasikan sesuatu, aspek A yaitu percakapan biasa, aspek K yaitu sedih, aspek I yaitu secara lisan, aspek N yaitu normatif, dan aspek G yaitu dialog.

Simpulan:

ABG merupakan bentuk singkatan dari Anak Baru Gede yang memiliki makna sebagai anak yang masih belum dewasa. Pola tersebut sesuai dengan kaidah pembentukan, yaitu dengan mengekalkan huruf pertama dari tiap suku kata. Konteks di atas sudah memenuhi delapan komponen tutur menurut Hymes (Chaer dan Agustiana, 2004: 48-49), yaitu meliputi S (Setting and Scene), P (Participant), E (Ends), A (Act Sequences), K (Key), I (Instrumentalities), N (Norm of Interaction and Interpretation), and G (Genres).

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012:62). Dalam tahap pengumpulan data ini, peneliti melakukan pengamatan terlebih dahulu. Peneliti mengamati dan mengumpulkan data-data abreviasi yang digunakan oleh remaja di kota Bandung melalui situs jejaring sosial seperti facebook dan twitter. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini berupa angket, observasi, wawancara, dan studi dokumenter.


(23)

32

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3.6.1 Angket

Hadjar (Taniredja dan Mustafidah, 2012: 44) menyebutkan bahwa angket (questionnaire) merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang diberikan kepada informan, baik secara individual atau kelompok untuk mendapatkan informsi tertentu, seperti preferensi, keyakinan, minat, dan perilaku. Pada penelitian ini angket disebarkan kepada informan, yaitu kalangan remaja baik yang sedang mengikuti proses pendidikan maupun yang tidak mengikuti proses pendidikan. Angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga memudahkan informan untuk memilih jawaban (Taniredja dan Mustafidah, 2012: 44).

3.6.2 Observasi

Nurkancana dan Sumartana (Taniredja dan Mustafidah, 2012: 47) menjelaskan bahwa observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan melakukan pengamatan secara langsung dan sistematis. Data-data yang diperoleh dalam observasi itu dicatat dalam suatu catatan observasi. Kegiatan pencatatan dalam hal ini adalah merupakan bagian dari pada kegiatan pengamatan. Observasi ini dilakukan dengan cara simak catat, yaitu peneliti mencatat bentuk-bentuk abreviasi dari situs jejaring sosial yang diambil dari facebook dan twitter

3.6.3 Wawancara

Peneliti menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono, 2012: 74).

Pada penelitian ini, peneliti langsung bertanya kepada responden dan tidak menggunakan daftar pertanyaan yang dipersiapkan secara terstruktur untuk mengetahui dan mendapatkan data-data tentang bentuk-bentuk abreviasi di


(24)

33

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kalangan remaja yang berupa singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf untuk mendukung peneliti dalam proses pengolahan data.

3.6.4 Studi Dokumenter

Teknik dokumentasi yang peneliti lakukan ialah mendata secara langsung data-data dari situng jejaring sosial seperti facebook dan twitter

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data ini, peneliti dapat menjawab rumusan masalah yang sudah dirumuskan pada bab sebelumnya. Pada teknik analisis data ini pun dijelaskan langkah-langkah secara rinci yang ditempuh peneliti dalam menganalisis atau mengolah data yang sudah diperoleh melalui teknik pengumpulan data. Adapun teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1) mentranskripsi data hasil observasi;

2) mengidentifikasi bentuk-bentuk abreviasi di kalangan remaja yang berupa singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf;

3) mengklasifikasikan bentuk-bentuk abreviasi di kalangan remaja ke dalam jenis dan pola abreviasi;

4) menganalisis bentuk-bentuk abreviasi di kalangan remaja berdasarkan pembentukan singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf. Dalam menganalisis setiap data peneliti menggunakan kartu data untuk mempermudah dalam proses analisis;


(25)

193

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis pada bab sebelumnya, peneliti berkesimpulan sebagai berikut.

1) Abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung berjumlah 170 data. Data yang diperoleh berupa singkatan berjumlah 65 data, akronim berjumlah 104 data, dan gabungan singkatan dengan akronim berjumlah 1 data.

2) Jenis-jenis abreviasi yang dianalisis berdasarkan pola-pola yang di tentukan oleh Kridalaksana (1992: 159-178) maupun pola baru yang dihasilkan karena adanya pola abreviasi yang terbentuk di luar dari pola yang sudah ada. Pola baru yang ditemukan ialah berjumlah 54 pola baru yang terdiri dari jenis singkatan terdapat 10 pola baru, jenis akronim terdapat 43 pola baru, dan dalam jenis gabungan akronim dengan singkatan memiliki 1 pola.

3) Dari 170 data yang telah dianalisis dengan menggunakan kartu data berdasarkan konteks menurut teori komponen tutur menurut Hymes (Chaer dan Agustiana, 2004: 48-49), yaitu meliputi S (Setting and Scene), P (Participant), E (Ends), A (Act Sequences), K (Key), I (Instrumentalities), N (Norm of Interaction and Interpretation), and G (Genres), ada 119 data yang sudah memenuhi delapan komponen tutur yang meliputi S (Setting and Scene), P (Participant), E (Ends), A (Act Sequences), K (Key), I (Instrumentalities), N (Norm of Interaction and Interpretation), and G (Genres), ada 1 data yang hanya meliputi tujuh komponen tutur yang meliputi aspek P (Participant), E (Ends), A (Act Sequences), K (Key), I (Instrumentalities), N (Norm of Interaction and Interpretation), and G (Genres), dan ada 50 data yang hanya meliputi enam komponen tutur yang meliputi P (Participant), E (Ends), A (Act Sequences), I (Instrumentalities), N (Norm of Interaction and Interpretation), and G (Genres).


(26)

194

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4) Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan abreviasi di kalangan remaja baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, yaitu dalam bentuk lisan faktor yang menyebabkan ialah karena ingin dianggap sebagai kelompok yang keren karena telah mengikuti perkembangan jaman, gagah, gaul, dan tidak ketinggalan jaman. Tidak jarang bahasa yang mereka gunakan membuat orang dewasa tidak memahami bahasa apa yang dikatakan oleh para remaja tersebut, sedangkan dalam bentuk tulis, singkat, simpel, menghemat kata-kata, tidak ingin mengikuti EYD, merupakan beberapa faktor yang menyebabkan kalangan remaja di kota Bandung lebih senang menggunakan abreviasi dalam bahasa tulis dari pada bahasa Indonesia baku.

5.2 Saran

Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Bagi remaja baik dari kalangan siswa, mahasiswa, dan pengamen dalam menciptakan abreviasi harus memerhatikan aturan kaidah ejaan yang sudah ditetapkan, agar pembaca dan pendengar dapat memahami maksud tuturan tersebut.

2) Bagi pengguna abreviasi baik dari kalangan siswa, mahasiswa, dan pengamen yang menggunakan abreviasi dalam media sosial facebook maupun twitter sebaiknya diikuti dengan kepanjangannya agar pembaca dapat memahami maksud tuturan tersebut.

3) Bagi generasi muda harus lebih teliti dalam memilih serta mengikuti perkembangan bahasa.

4) Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melakukan penelitian mengenai abreviasi dengan objek dan kajian yang berbeda, agar dapat menambah khazanah bahasa Indonesia.


(27)

195

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. dan Sholeh, Munawar. (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.

Alanudin, D. (2003). “Bentuk-bentuk Singkatan Bahasa Indonesia pada Iklan Mini Studi Kasus pada Iklan Mini Kompas Tanggal 1-31 Agustus 2002”. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan. Ba’dulu, A. M. dan Herman. (2005). Morfosintaksis. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A. dan Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. 2004. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A. (2008). Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1996). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Djajasudarma, T. F. (2010). Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian.

Irawati, L. (2007). “Singkatan dan Akronim dalam Media Chatting dan SMS (Analisis Komunikasi Teks dalam Internet dan Telepon Selular)”. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Kridalaksana, H. (1992). Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, H. (2008). Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Miles, M. B. dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif. Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohid. Jakarta: UI Press.

Putrayasa, I. B. (2008). Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional). Bandung: Refika Aditama.

Rudianto. (1996). “Tinjauan Akronim dalam Bahasa Indonesia”. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.


(28)

196

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sumarsono. (2010). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.

Syahiddin. (2012). “Pemakaian Bahasa Indonesia oleh Remaja.” [online]. Tersedia:http://bungsyahid.blogspot.com/2012/05/pemakaian-bahasa-indonesia-oleh-remaja_02.html. [13 Juni 2013].

Taniredja, T. dan Mustafidah, H. (2012). Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar). Bandung: Alfabeta.

Wirawan, A. S. (2008). “Penggunaan Abreviasi Prokem Slang pada Situs Jejaring Sosial”. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Wulan, S. (2009). “Penggunaan Abreviasi di Lingkungan TNI”. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.


(1)

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3.6.1 Angket

Hadjar (Taniredja dan Mustafidah, 2012: 44) menyebutkan bahwa angket (questionnaire) merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang diberikan kepada informan, baik secara individual atau kelompok untuk mendapatkan informsi tertentu, seperti preferensi, keyakinan, minat, dan perilaku. Pada penelitian ini angket disebarkan kepada informan, yaitu kalangan remaja baik yang sedang mengikuti proses pendidikan maupun yang tidak mengikuti proses pendidikan. Angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga memudahkan informan untuk memilih jawaban (Taniredja dan Mustafidah, 2012: 44).

3.6.2 Observasi

Nurkancana dan Sumartana (Taniredja dan Mustafidah, 2012: 47) menjelaskan bahwa observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan melakukan pengamatan secara langsung dan sistematis. Data-data yang diperoleh dalam observasi itu dicatat dalam suatu catatan observasi. Kegiatan pencatatan dalam hal ini adalah merupakan bagian dari pada kegiatan pengamatan. Observasi ini dilakukan dengan cara simak catat, yaitu peneliti mencatat bentuk-bentuk abreviasi dari situs jejaring sosial yang diambil dari facebook dan twitter

3.6.3 Wawancara

Peneliti menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono, 2012: 74).

Pada penelitian ini, peneliti langsung bertanya kepada responden dan tidak menggunakan daftar pertanyaan yang dipersiapkan secara terstruktur untuk mengetahui dan mendapatkan data-data tentang bentuk-bentuk abreviasi di


(2)

33

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kalangan remaja yang berupa singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf untuk mendukung peneliti dalam proses pengolahan data.

3.6.4 Studi Dokumenter

Teknik dokumentasi yang peneliti lakukan ialah mendata secara langsung data-data dari situng jejaring sosial seperti facebook dan twitter

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data ini, peneliti dapat menjawab rumusan masalah yang sudah dirumuskan pada bab sebelumnya. Pada teknik analisis data ini pun dijelaskan langkah-langkah secara rinci yang ditempuh peneliti dalam menganalisis atau mengolah data yang sudah diperoleh melalui teknik pengumpulan data. Adapun teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1) mentranskripsi data hasil observasi;

2) mengidentifikasi bentuk-bentuk abreviasi di kalangan remaja yang berupa singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf;

3) mengklasifikasikan bentuk-bentuk abreviasi di kalangan remaja ke dalam jenis dan pola abreviasi;

4) menganalisis bentuk-bentuk abreviasi di kalangan remaja berdasarkan pembentukan singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf. Dalam menganalisis setiap data peneliti menggunakan kartu data untuk mempermudah dalam proses analisis;


(3)

193 Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis pada bab sebelumnya, peneliti berkesimpulan sebagai berikut.

1) Abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung berjumlah 170 data. Data yang diperoleh berupa singkatan berjumlah 65 data, akronim berjumlah 104 data, dan gabungan singkatan dengan akronim berjumlah 1 data.

2) Jenis-jenis abreviasi yang dianalisis berdasarkan pola-pola yang di tentukan oleh Kridalaksana (1992: 159-178) maupun pola baru yang dihasilkan karena adanya pola abreviasi yang terbentuk di luar dari pola yang sudah ada. Pola baru yang ditemukan ialah berjumlah 54 pola baru yang terdiri dari jenis singkatan terdapat 10 pola baru, jenis akronim terdapat 43 pola baru, dan dalam jenis gabungan akronim dengan singkatan memiliki 1 pola.

3) Dari 170 data yang telah dianalisis dengan menggunakan kartu data berdasarkan konteks menurut teori komponen tutur menurut Hymes (Chaer dan Agustiana, 2004: 48-49), yaitu meliputi S (Setting and Scene), P (Participant), E (Ends), A (Act Sequences), K (Key), I (Instrumentalities), N (Norm of Interaction and Interpretation), and G (Genres), ada 119 data yang sudah memenuhi delapan komponen tutur yang meliputi S (Setting and Scene), P (Participant), E (Ends), A (Act Sequences), K (Key), I (Instrumentalities), N (Norm of Interaction and Interpretation), and G (Genres), ada 1 data yang hanya meliputi tujuh komponen tutur yang meliputi aspek P (Participant), E (Ends), A (Act Sequences), K (Key), I (Instrumentalities), N (Norm of Interaction and Interpretation), and G (Genres), dan ada 50 data yang hanya meliputi enam komponen tutur yang meliputi P (Participant), E (Ends), A (Act Sequences), I (Instrumentalities), N (Norm of Interaction and Interpretation), and G (Genres).


(4)

194

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4) Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan abreviasi di kalangan remaja baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, yaitu dalam bentuk lisan faktor yang menyebabkan ialah karena ingin dianggap sebagai kelompok yang keren karena telah mengikuti perkembangan jaman, gagah, gaul, dan tidak ketinggalan jaman. Tidak jarang bahasa yang mereka gunakan membuat orang dewasa tidak memahami bahasa apa yang dikatakan oleh para remaja tersebut, sedangkan dalam bentuk tulis, singkat, simpel, menghemat kata-kata, tidak ingin mengikuti EYD, merupakan beberapa faktor yang menyebabkan kalangan remaja di kota Bandung lebih senang menggunakan abreviasi dalam bahasa tulis dari pada bahasa Indonesia baku.

5.2 Saran

Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Bagi remaja baik dari kalangan siswa, mahasiswa, dan pengamen dalam menciptakan abreviasi harus memerhatikan aturan kaidah ejaan yang sudah ditetapkan, agar pembaca dan pendengar dapat memahami maksud tuturan tersebut.

2) Bagi pengguna abreviasi baik dari kalangan siswa, mahasiswa, dan pengamen yang menggunakan abreviasi dalam media sosial facebook maupun twitter sebaiknya diikuti dengan kepanjangannya agar pembaca dapat memahami maksud tuturan tersebut.

3) Bagi generasi muda harus lebih teliti dalam memilih serta mengikuti perkembangan bahasa.

4) Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melakukan penelitian mengenai abreviasi dengan objek dan kajian yang berbeda, agar dapat menambah khazanah bahasa Indonesia.


(5)

195 Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. dan Sholeh, Munawar. (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.

Alanudin, D. (2003). “Bentuk-bentuk Singkatan Bahasa Indonesia pada Iklan Mini Studi Kasus pada Iklan Mini Kompas Tanggal 1-31 Agustus 2002”. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan. Ba’dulu, A. M. dan Herman. (2005). Morfosintaksis. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A. dan Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. 2004. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A. (2008). Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1996). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Djajasudarma, T. F. (2010). Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian.

Irawati, L. (2007). “Singkatan dan Akronim dalam Media Chatting dan SMS

(Analisis Komunikasi Teks dalam Internet dan Telepon Selular)”. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Kridalaksana, H. (1992). Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, H. (2008). Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Miles, M. B. dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif. Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohid. Jakarta: UI Press.

Putrayasa, I. B. (2008). Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional). Bandung: Refika Aditama.

Rudianto. (1996). “Tinjauan Akronim dalam Bahasa Indonesia”. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.


(6)

196

Nani Astuti, 2013

Penggunaan Abreviasi Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung (Suatu Kajian Sosiolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sumarsono. (2010). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.

Syahiddin. (2012). “Pemakaian Bahasa Indonesia oleh Remaja.” [online].

Tersedia:http://bungsyahid.blogspot.com/2012/05/pemakaian-bahasa-indonesia-oleh-remaja_02.html. [13 Juni 2013].

Taniredja, T. dan Mustafidah, H. (2012). Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar). Bandung: Alfabeta.

Wirawan, A. S. (2008). “Penggunaan Abreviasi Prokem Slang pada Situs Jejaring

Sosial”. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Wulan, S. (2009). “Penggunaan Abreviasi di Lingkungan TNI”. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.