PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PARAGRAF DALAM WACANA BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BAGI SISWA KELAS VI A SDN JATAYU BANDUNG.

(1)

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Hipotesis Tindakan ... 7

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian... 8

E. Penjelasan Istilah ... 10

F. Metode Penelitian ... 13

BAB II PARAGRAF DALAM WACANA BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL A. Hakikat dan Kedudukan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 14

B. Peran pembelajaran Bahasa Indonesia ... 16

C. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 17

D. Ruang lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 18

E. Pendekatan Pembelajaran Bahasa ... 19

F. Pengertian Paragraf... 27

G. Wacana ... 34

H. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 41

BAB III : METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 58

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 61

C. Instrumen Penelitian ... 63

D. Prosedur Penelitian... 66


(2)

C. Rekapitulasi Proses dan Hasil Penelitian Keseluruhan ... 157 D. Pembahasan ... 163

BAB V SIMPULAN DAN REKOMDASI

A. Simpulan ... 172 B. Rekomendasi ... 174 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(3)

3.1. Diagram Alur Desain Penelitian Model John Elliot

Suyanto (1996-1997) ... 59

3.2 Diagram Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 72

4.1 Struktur Organisasi SDN Jatayu I ... 89

4.2 Denah lokasi SDN Jatayu Bandung ... 90

4.3 Denah Kelas SDN Jatayu Bandung ... 91

4.4 Grafik Aktivitas Siswa Kelas VI A SDN Jatayu Bandung ... 159

4.5 Grafik Peningkatan Kemampuan Siswa pada Pokok Bahasan Kemamapuan Memahami Paragraf dalam Wacana Bahasa Indonesia ... 162


(4)

Tabel

3.1 Keadaan Siswa Kelas VI A SDN Jatayu Bandung

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 62

3.2 Analisis Prestasi Siswa Kelas VI A SDN Jatayu Bandung Berdasarkan Presrtasi Akademik pada Kelas VI Semester I ... 62

3.3 Keadaan Siswa Kelas VI A SDN Jatayu Bandung Berdasarkan Aktivitas dalam Kegiatan Belajar Mengajar ... 63

4.1 Data Guru dan Pendidikan Guru di SDN 1 Jatayu Bandung ... 79

4.2 Data Ruangan SDN Jatayu Bandung ... 92

4.3 Jadwal Shift Masuk Sekolah SDN Jatayu Bandung ... 96

4.4 Data Siswa Terakhir SDN Jatayu 1 /Kelas A ... 96

4.5 Prestasi Hasil UAN/Ujian Akhir Siswa SDN Jatayu 1/Kelas VI A ... 97

4.6 Latar belakang Pekerjaan Orang Tua Siswa SDN Jatayu ... 97

4.7 Latar Belakang pendidikan Orang Tua Siswa SDN Jatayu ... 98

4.8 Hasil Refleksi pada Siklus I Tindakan 1 ... 109

4.9 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I Tindakan 1 ... 110

4.10 Data Prestasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus I Tindakan 1 ... 113

4.11 Hasil Refleksi pada Siklus I Tindakan 2 ... 127

4.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I Tindakan 2 ... 128


(5)

4.15 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 144

4.16 Hasil Tes Lisan pada Siklus II ... 146

4.17 Hasil Tes Tertulis pada Siklus II ... 148

4.18 Sikap Siswa Terhadap Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Meningkatkan Kemampuan Memahami Paragraf pada Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siklus II ... 150

4.19 Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Meningkatkan Kemampuan Memahami Paragraf pada Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siklus II ... 153

4.20 Hasil Refleksi pada Siklus II ... 155

4.21 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I dan II ... 158

4.22 Hasil Tes Lisan pada Siklus I dan II ... 160

4.23 Hasil kemampuan Siswa dalam menyelsaikan Tugas Kelompok pada Siklus I Tindakan 1 ... 164


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia dalam kehidupan masyarakat Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting yakni sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia, bahasa resmi, bahasa kebudayaan, bahasa pengantar dan bahasa pergaulan.

Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berperan sebagai alat dalam melaksanakan tuga-tugas pemerintahan. Sebagai bahasa kebudayaan, bahasa Indonesia berperan sebagai alat yang digunakan dalam lingkungan kebudayaan. Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia berperan sebagai alat dalam menyampaikan pembelajaran di sekolah-sekolah. Sebagai bahwa pergaulan, bahasa Indonesia berperan sebagai alat dalam pergaulan sehari-hari di kalangan masyarakat Indonesia.

Berdasarkan peranannya, dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia itu mempunyai peranan yang sangat penting dalam segi kehidupan masyarakat Indonesia. Pentingnya peranan bahasa Indonesia itu berhubungan pula dengan aspek-aspek pengunannya, baik pengunan dalam bentuk lisan maupun tulisan.

Dalam pembelajaran menulis, pokok bahasan paragraf merupakan materi yang perlu diajarkan di sekolah-sekolah. Bahkan pengajaran pargraf, boleh dikatakan sebagai materi penunjang dalam pengajaran menulis secara umum dalam pengajaran bahasa Indonesia.


(7)

Dalam ilmu bahasa dikenal adanya satuan-satuan yaitu organisasi unsur bahasa yang bermakna. Satuan-satuan tersebut antara lain : Wacana dan paragraf (dalam bidang morfologi) dan bunyi (dalam bidang fonologi). Dalam satuan-satuan tersebut wacana merupakan satun yang paling besar, sedangkan satuan-satuan yang paling kecil adalah satuan bunyi. Sementara paragraf merupakan satuan lebih kecil di bawah wacana, yang termasuk dalam ruang lingkup retorika yang dituturkan Soedjito dan Mansur Hasan. (2006 : 1).

Mengingat pentingnya paragraf, perlu dipaparkan beberapa pengertian paragraf. Menurut Tarigan (2006 : 11) paragraf adalah seperangkat kalimat yang tersusun logis sistemtis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalan satu karangan. Seiring dengan pendapat tersebut, menurut Soedjito dan Mansur Hasan (2006 : 3) paragraf adalah bagian-bagian kecil karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubungan secara utuh dan padu serta merupakan satu kesatuan yang utuh. Bertolak dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa paragraf hanya mengandung satu pikiran atau satu ide pokok.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu karangan atau wacana bisa terdiri atas satu pragraf atau bisa terdiri atas beberapa paragraf. Pembagian suatu wacana atas paragraf-paragraf, dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman pembaca terhadap isi wacana, baik pemahaman terhadap pokok pikiran itu dimulai, dikembangkan atau diakhiri.

Kemampuan memahami isi wacana selalu dilatihkan kepada siswa SD sejak kelas IV, mengingat pentingnya kemampuan ini untuk memiliki dan dikuasai


(8)

oleh siswa-siswa SD. Kemampuan pemahaman ini terlebih awal akan diarahkan untuk memahami paragraf. Berdasarkan pemahaman terhadap suatu paragraf akan menjadikan dasar yang kuat dalam pemahaman ide-ide yang disatukan, sehingga menjadi sebuah karangan atau wacana.

Pelatihan-pelatihan itu akan selalu dilaksanakan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang dipaparkan dalam KTSP SD tahun 2006. Pelatihan dimaksudkan untuk membekali para siswa SD sebagai persiapan untuk menghadapi Ujian Nasional (UNAS), di samping juga untuk memperlancar dalam hal mengarang, serta sebagai penunjang dalam memahami materi yang disajikan pada mata pembelajaran yang lain.

Kemampuan memahami paragraf siswa kelas VI SD, mempunyai cakupan masalah yang sangat luas. Kemampuan memahami dan menyusun paragraf banyak ditentukan oleh beberapa faktor antara lain : kemampuan yang dimiliki siswa, fasilitas yang tersedia, buku dan peranan guru dalam pengajaran serta motivasi siswa untuk meningkatkan kegemaran membaca dan menulis. Guna membuktikan kebenaran terhadap pernyataan di atas perlu diadakan suatu penelitian tindakan kelas.

Sejauh ini pendidikan kita masih di dominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus di hafal. Pada proses pembelajaran masih berpusat pada guru sebagai sumber pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilhan utama strategi belajar, untuk itu strategi baru yang lebih membudayakan sisawa mutlak diperlukan.


(9)

Berdasarkan hasil observasi sementara, metode yang digunakan oleh guru SDN JATAYU kecamatan Cicendo belum optimal terutama dalam proses belajar mengajar pada bidang pelajaran Bahasa Indonesia, dimana seharusnya dalam proses pembelajaran ini lebih banyak memberikan materi pembelajaran yang memadai bagi anak didik, dan mengembangkan metode pembelajaran yang lebih berpariasi bukan hanya sekedar mengandalkan metode ceramah dengan materi seadanya pada buku referensi yang kurang optimal.

Pemaparan diatas dapat terlihat dari hasil KKM. Hasil belajar siswa tersebut masih dirasakan kurang oleh beberapa pihak baik siswa, orang tua siswa, maupun pihak pendidik. Hal ini diperkuat oleh hasil observasi awal penelitian lapangan. Pada proses belajar mengajar berlangsung pun peneliti merasa bahwa peserta didik tidak memiliki konsentrasi sepenuhnya dan tidak memiliki minat sepenuhnya pada materi yang diajarkan begitupun dengan gurunya, hal ini terlihat dalam kegiatan pembelajaran yang hanya berpusat pada buku materi dari BSE dan buku LKS saja. Ketika dalam kegiatan tanya jawab pun siswa tidak antusias dan tidak aktif dalam menjawab pertanyaan, sehingga hasil belajarnyapun masih rendah dengan perolehan rata-rata ulangan harian sebesar 61 dengan rata-rata pencapaian KKM sebesar 50%, dari target KKM sebesar 70%.

Rendahnya hasil belajar ini tidak terlepas dari proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, oleh sebab itu perlu adanya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang meliputi ranah Kognitif, Afektif, Psikomor. Permaslahan yang muncul adalah bagai mana upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memilih dan menerapkan model pembelajaran


(10)

yang tepat untuk menyampaikan suatu materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Dewasa ini sedang dikembangkan berbagai macam model dan teknik untuk para pendidik agar dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyampaikan pelajaran. Model dan teknik pembelajaran sangat berguna bagi pendidik untuk menemukan apa yang harus dilakukannya dlam upaya mecapai tujuan pembelajaran salah satu metode pendekatan pembelajaran yang dikembangkan yaitu pendekatan konstektual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)

Penderketan kontekstual merupakan kebijakan baru yang dikembangkan oleh Direktorat Dinas Pendidikan. Pendekatan konstektual adalah salah satu dari strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh Jhon Dewey pada tahun 1916. Pendekatan konstektual adalah filosofi belajar yang menekankan pada perkembangan pengalaman dan hasil belajar siswa oleh karena itu, penulis merasa jika pembelajaran pada konsep memahami paragraf dalam wacana Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan kontekstual maka hasil belajar siswa akan meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari filosofi pendekatan konstektual yang menekankan pembelajaran pada perkembangan dan hasil belajar siswa sehingga materi pembelajaran Bahasa Indonesia ini dapat diterima oleh siswa karena merupakan perkembangan dan prosses hasil belajarnya siswa itu sendiri bukan hanya proses pemberian informasi dari guru saja melainkan hasil pengalaman belajar siswa.


(11)

Berdasarkan hal itu peneliti termotivasi mengadakan penelitian dengan judul :

Peningkatan Kemampuan Memahami Paragraf Dalam Wacana

Bahasa Indonesia Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Bagi Siswa Kelas VI A SDN Jatayu Bandung "

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa kelas VI SD Negeri JATAYU Bandung dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia hususnya pada materi mengenai memahami paragraf, baik kemampuan memahami pikiran utama paragraf, kemampuan memahami pikiran penjelasan paragraf, maupun memahami jenis-jenis paragraf.

Adapun masalah yang akan diteliti meliputi hal-hal yang berkaitan dengan ;

1) Kemampuan memahami pikiran utama paragraf.

2) Kemampuan memahami pikiran penjelas paragraf

3) Kemampuan memahami jenis-jenis paragraf.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian yaitu :

Bagaimanakah penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada konsep memahami paragraf dalam wacana Bahasa Indonesia ?


(12)

Rumusan masalah diatas dapat di perinci lagi dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah proses pembelajaran Bahasa Indonesia pada konsep memahami paragraf dalam wacana Bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan kontekstual di SDN Jatayu Bandung?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia pada konsep memahami paragraf dalam wacana Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode konstektual di SDN Jatayu ?

3. Bagaimanakah hasil belajar siswa SDN Jatayu setelah menggunakan pendekatan konstektual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada konsep memahami paragraf dalam wacana Bahasa Indonesia ?

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara. Singkatnya hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang di identifikasi.

Keberhasilan suatu pembelajaran dikatakan efektif dan efisien jika pada saat sebelum melaksanakan pembelajaran, terlebih dahulu membuat rancangan pembelajaran yang didlamnya mengandung unsur-unsur yang memotovasi siswa agar mau belajar. Dengan demikian, hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:

“Jika pembelajaran Bahasa Indonesia pada konsep memahami paragraf dalam wacana Bahasa Indonesia di kelas VI A SDN Jatayu dengan pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual, maka hasil belajar siswa akan meningkat.”


(13)

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Umum

a. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran obyektif tentang kemampuan siswa kelas VI pada pelajaran Bahasa Indonesia tentang konsep memahami paragraf dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

b. Memperoleh gambaran tentang pelaksanaan aktivitas guru dan siswa yang ditemukan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan konstektual.

c. Memperoleh gambaran tentang hasil belajar siswa setelah menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang kemampun siswa kelas VI SD Negeri JATAYU Bandung dalam : a. Memahami pikiran utama paragraf

b. Memahami pikiran penjelasan paragraf c. Memahami jenis-jenis paragraf

Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat yang luas, baik bagi para siswa, para guru, sekolah dan penulis khususnya dan para pembaca umumnya Manfaat yang diharapkan bagi ;

1. Siswa


(14)

 Agar siswa lebih aktif dalam proses kegiatan belajar

 Agar terjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.

 Agar hasil belajar siswa semakin meningkat. 2. Guru

 Guru dapat membantu siswa lebih memahami materi pembelajaran.

 Selalu termotivasi untuk menggunakan pendekatan konstktual dalam pembalajaran hususnya pembelajaran Bahasa Indonesia.

 Guru termotifasi untuk terus berinovasi dalam mengembangkan media pembelajaran.

3. Sekolah

 Meningkatkan prestasi sekolah terutama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

 Meningkatkan kinerja sekolah melalui peningkatan profesionalisme guru. 4. Untuk peneliti

 Memperoleh gambaran tentang kemampuan memahami pikiran utama paragraf siswa kelas VI SD Negeri JATAYU Bandung.

 Memperoleh gambaran tentang kemampuan memahami pikiran penjelasan paragraf siswa kelas VI SD Negeri JATAYU Bandung.

 Memperoleh gambaran tentang kemampuan memahami jenis paragraf siswa kelas VI SD Negeri JATAYU Bandung.

E. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap pokok-pokok masalah yang diteliti, dalam bagian berikut dijelaskan penjelasan istilah sebagai berikut:


(15)

1. Pendekatan Kontekstual :

Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari,dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran afektif, yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, menurut Nurhadi. (2002:5).

Menurut penulis pendekatan kontekstual adalah pendekatan dalam pembelajaran yang dikaitkan dengan semua aspek yang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak itu sendiri, sesuai dengan yang mereka lihat, mereka dengar dan mereka alami dalam kehidupan sehari hari baik di lingkungan sekolah, lingkungan rumah atau di lingkungan sosial budaya anak itu sendiri . jadi pendekatan kontekstual pada dasarnya pembelajaran yang berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami pembelajarn tidak hanya berorientasi target pennguasan materi, yang akan gagal membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian peroses pembelajaran lebih di utamakan dari pada hasil belajar. Sehingga guru di tuntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang kreatif dengan prinsip membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan mengjar siswa. Dalam pembelajaran kontekstual guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dimana anak hidup dan berada serta budya yang berlaku dalam masyarakatnya.

Pembelajaran dalam kelas kontekstual adalah membantu siswa mencapai tujuannya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk merumuskan,menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang


(16)

dapat berupa penngetahuan keterampilan dari hasil “ menemukan sendiri” dan buka dari ” apa kata guru“.

2. Wacana

Kata wacana berasal dari kata vacana „bacaan‟ dalam bahasa Sansekerta. Kata vacana itu kemudian masuk ke dalam bahasa Jawa Kuno dan bahasa Jawa Baru; wacana atau „bicara, kata ucapan‟. Kata wacana dalam bahasa Jawa Baru itu kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi wacana „ungkapan, percakapan, kuliah‟, seperti dituturkan Poerwadarminta dalam Baryadi (2002:1)

3. Paragraf

Paragraf adalah : kesatuan pikiran yang lebih luas atau lebih tinggi dari pada kalimat. Paragraf merupakan himpunan kalimat yang berkaitan dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan Keraf, (2004 :62). Sedangkan Soegito dan Mansur Hasan (2006 :3) mengartikan paragraf sebagai bagian karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubungan secara utuh serta merupakan satu-kesatuan. Atau paragraf diartikan sebagai seperangkat kalimat tersusun logis sistematis, yang merupakan satu-kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan.

4. Kemampuan Memahami

Kemampuan memahami menurut Taksonomi Bloom berasal dari kata Pemahaman (comprehension) yaitu Merupakan kemampuan untuk memahami arti, interpolasi, interpretasi instruksi (pengarahan) dan


(17)

masalah. Munaf (2001:69). Mengemukakan bahwa “pemahaman merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses berpikir dimana siswa dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui sesuatu hal dan melihatnya dari berbagai segi”. Pada tingkatan ini, selain hapal siswa juga harus memahami makna yang terkandung, misalnya dapat menjelaskan suatu gejala, dapat menginterpretasikan grafik, bagan atau diagram serta dapat menjelaskan konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri.

Tingkatan ini merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa kemampuan memahami/mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lain. Dalam pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep.

Ciri-cirinya:

a. Mampu menerjemahkan (pemahaman terjemahan) b. Mampu menafsirkan, mendeskripsikan secara verbal c. Pemahaman ekstrapolasi

d. Mampu membuat estimasi

Contoh penggunaan kata kerja operasional C2:

No. Kata Kerja Kalimat

1 Menjelaskan Siswa dapat menjelaskan tentang pengertian paragraf.

2 Mendiskusikan Siswa dapat mendiskusikan tentang perbedaan antara paragraf induktif dan deduktif.

3 Menggolongkan Siswa dapat menggolongkan ciri-ciri kalimat utama dan ciri-ciri kalimat penjelas.


(18)

4 Membandingkan Siswa mampu membandingkan ciri-ciri paragraf induktif dan ciri-ciri paragraf induktif.

5 Membedakan Siswa mampu membedakan yang termasuk pada

paragraf induktif dan deduktif.

F. Metode Penelitian

Untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang menngacu pada apa yang dilakukan guru didalam kelas untuk melihat kembali, mengkaji secara seksama dan menyempurnakan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan serta memperbaiki proses pembelajaran yang kurang berhasil.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif. Tindakan yang dilakukan adalah tindakan kelas yang terdiri dari beberapa siklus, setiap siklus ada tahapan-tahapan yang harus dicapai diantaranya tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Banyaknya siklus yang digunakan dalam penelitian adalah sesuai dengan kebutuhan.


(19)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Model PTK yang dikembangkan

Menurut jenis penggunaan data, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan Kelas, Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh prkatisi pendidikan (guru), untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pokoknya, bagi guru adalah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. PTK merupakan tugas dan tanggung jawab guru terhadap kelasnya meskipun menggunakan kaidah penelitian ilmiah, PTK berbeda dengan penelitian formal akademik pada umumnya.

Pada tahun 1946, PTK diperkenalkan oleh Kurt Lewin yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin MC Taggart, Jhon Elliot, Dave Ebbut dan lainya. Para ahli banyak mengemukakan model penelitian tindakan kelas, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu tahap : (1). Perencanaan, (2). Pelaksanaan, (3). Pengamatan, (4). Refleksi. Namun perlu diketahui bahwa tahapan pelaksanaan dan pen gamatan sesungguhnya dilakukan secara bersamaan.

Dalam penelitian ini masalah utamanya adalah, “ Bagaimanakah

meningkatkan kemampuan siswa kelas VI dalam memahami paragraf melalui pendekatan pembelajaran kontekstual “. Model alur penelitian yang peneliti lakukan diadaptasi dari alur penelitian tindakan kelas menurut Jhon Eliot


(20)

berdasarkan buku Pedoman Penelitian Tindakan kelas (PTK), oleh Suyanto (1996/1997).

Gambar 3.1

Diagram Alur Desain Adaptasi Model Jhon Elliot dalam Suyanto (1996/1997)

Jika hasil yang diperoleh pada pembelajaran masih terdapat kesalahan atau kekurangan, maka pembelajaran tersebut diperbaiki atau dimodifikasi, kemudian dilanjutkan dengan perencanaan tindakan kedua. Siklus ini baru berhenti apabila tindakan yang dilakukan oleh peneliti sudah dinilai baik yaitu, peneliti sudah menguasai keterampilan mengajar yang dilakukan dalam penelitian ini dengan baik. Artinya, peningkatan kemampuan memahami paragraf dalam wacana bahasa Indonesia melalui pendekatan pembelajaran kontekstual bagi siswa kelas VI A sudah dinilai baik. Alasan lain siklus dihentikan adalah karena data yang terkumpul sudah jenuh atau kondisi kelas sudah stabil. Berikut ini diuraikan

Pelaksanaan

Perencanaan Siklus 1 Pengamatan

Refleksi Pelaksanaan

Perencanaan Siklus 2 Pengamatan Refleksi


(21)

tahapan-tahapan penelitian yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pelaksanaan dan refleksi.

1. Perencanaan Tindakan (Planing)

Pada tahap perencanaan ini penulis siapkan kegiatan meliputi :

a. Mengidentifikasi masalah yang terjadi di dalam proses belajar mengajar di kelas VI A SD Negeri Jatayu Bandung dan menentukan pemecahan masalah yang harus segera dipecahkan.

b. Menentukan rancangan action research dengan kelengkapan-kelengkapannya dalam tiap siklus.

c. Menyusun jadwal kegiatan pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan metode kerja kelompok.

d. Menyusun lembar kerja siswa. e. Menyusun soal pre-test dan post-test. 2. Pelaksanaan tindakan (Action)

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebagai upaya perbaikan, peningkatan, atau perubahan yang diinginkan. Pelaksanaan proses belajar dilakukan peneliti di dalam kelas pada jam-jam peneliti mengajar bahasa Indonesia. Guru melaksanakan pembelajaran memahami paragraf. Seperti pada setiap pelaksanaan KBM guru selalu siap dengan membawa peralatan media serta perlengkapan berupa lembar kerja siswa.


(22)

3. Pengamatan Tindakan (Observing)

Dalam pelaksanaannya peneliti tidak mungkin dapat bekerja 2 atau 3 langkah sekaligus. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk memantau / mengamati hasil kerja dampak dari tindakan kelas terhadap siswa sehingga kegiatan observasi dapat menjaring adanya perubahan kinerja guru secara baik.

4. Refleksi Tindakan (Reflecting)

Melalui kegiatan pengamatan akan dapat diketahui kelebihan dan kekurangan yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Data pengamatan tindakan diimplementasikan dan dianalisis / dikaji secara matang, sehingga dapat diketahui mana-mana yang harus diperbaiki untuk kegiatan selanjutnya.

Refleksi dilakukan pada akhir setiap putaran / siklus pembelajaran. Refleksi dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Hasilnya dipakai untuk bahan pembanding dan dipertimbangkan apakah rencana kegiatan berikutnya dilaksanakan tetap seperti sedia kala atau dilakukan peningkatan yang lebih baik agar lebih sempurna.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian : Tempat penelitian tindakan kelas dilakukan di SDN JATAYU Bandung yang terletak di Jalam komud Supadio No. 39 Kelurahan Husein Sastranegara kecamatan Cicendo.

Subyek penelitian dikhususkan di kelas kelas VI A semester I tahun ajaran 2012-2013.


(23)

Prestasi akademik siswa ditetapkan berdasarkan pada peringkat hasil belajar siswa di kelas VI semester I, aktivitas siswa ditetapkan berdasarkan pengamatan peneliti pada siswa kelas VI sebelum kegiatan penelitian dilakukan.

Tabel 3.1

Keadaan Siswa Kelas VI A SDN Jatayu Bandung Berdasarkan Jenis Kelamin

NO Jenis Kelamin Jumlah Prosentase

(%)

1 L 24 62

2 P 15 38

Jumlah 39 100

Berdasarkan data dari tabel 3.1 dapat ditafsirkan bahwa jumlah siswa kelas VI A yaitu 23 siswa atau 62 % perempuan dan 15 siswa atau 38 % laki-laki, jadi jumlah siswa L dan P adalah 38 siswa.

Tabel 3.2

Analisis Prestasi Siswa Kelas VI A SDN Jatayu Bandung Berdasarkan Prestasi Akademik pada Kelas VI Semester I

No Kelompok Jumlah Prosentase (%)

1 Pandai 10 26

2 Sedang 19 48

3 Kurang 9 26

Jumlah 38 100

Data Tabel 3.2 menunjukan bahwa siswa kelompok pandai terdiri dari 10 siswa atau 26 %, siswa kelompok sedang adalah 19 siswa atau 48 %, dan siswa kelompok kurang 9 siswa atau 26 %. Dari rata-rata tersebut dapat disimpulkan


(24)

bahwa jumlah siswa terbanyak adalah pada kelompok sedang yaitu 19 siswa atau 48 %.

Tabel 3.3

Keadaan Siswa Kelas VI A SDN Jatayu Bandung Berdasarkan Aktivitas dalam Kegiatan Belajar Mengajar

No Kelompok Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif Jumlah

1 Pandai 5 3 2 10

2 Sedang 7 7 5 19

3 Kurang - 6 3 9

Jumah 12 17 10 39

Prosentase % 31 43 26 100

Data pada tabel 3.3 menggambarkan aktivitas siswa kelas VI A SDN Jatayu Bandung dalam kegiatan belajar mengajar yaitu kelompok yang pandai yang berjumlah 10 siswa, 5 siswa aktif, 3 orang siswa kurang aktif, dan 2 siswa tidak aktif. Dari kelompok sedang yang berjumlah 19 siswa, 7 siswa aktif, 6 siswa kurang aktif dan 5 siswa tidak aktif. Sedangkan dari kelompok siswa yang kurang yang berjumlah 10 siswa, 7 siswa kurang aktif, dan 3 siswa tidak aktif. Jumlah siswa siwa aktif dari ketiga kelompok (pandai, sedang, kurang) adalah 12 siswa atau 31 %, jumlah siswa yang kurang aktif adalah 17 siswa atau 43 %, dan julah siswa tidak aktif adalah 10 siswa atau 26 %.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Instrumen pembelajaran merupakan perangkat yang menjadi penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran,


(25)

memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari atas instrumen tes dan non tes.

1. Instrumen Tes Instrumen tes berupa :

a. Soal Pretes.

b. Lembar Kerja Siswa.

c. Lembar Kerja Kognitif : Produk. d. Lembar Kerja Kognitif : Proses. e. Lembar Kerja Psikomotor 2. Instrumen Nontes

Sesuai dengan instrumen penelitian yang digunakan, maka untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi

Teknik observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang keaktifan siswa, respon siswa dan hambatan-hambatan dalam proses belajar-mengajar. Adapun pelaksanaannya dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap subjeknya selama kegiatan belajar mengajar tentang pemahaman kalimat melalui penguasaan frase di kelas VI SD Negeri Jatayu Bandung.

2. Wawancara

Teknik wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang respon siswa, hambatan yang timbul selama proses belajar-mengajar.


(26)

Adapun pelaksanaannya dengan melakukan wawancara antara pengamat dan guru, antara guru dan siswa.

3. Dokumentasi

Dalam penelitian ini data dokumentasi yang diperoleh penulis adalah sebagai berikut:

a. Daftar nama kelas VI-A SD Negeri Jatayu tahun pembelajaran 2012/2013.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia. c. KTSP SD bidang studi bahasa Indonesia.

d. Daftar nilai 4. Angket

Teknik angket dilakukan untuk memperoleh data tentang respon siswa terhadap penerapan pembelajaran pemahaman paragraf untuk mengetahui kemampuan memahami wacana.

5. Alat Pengukuran Kemampuan Siswa

Alat untuk mengukur kemampuan siswa dalam penelitian ini adalah tes. Tes ini dilaksanakan setelah KBM berlangsung untuk mengadakan evaluasi hasil belajar siswa.

Dalam penelitian ini tes digunakan untuk melihat hasil belajar siswa tentang pemahaman kalimat melalui penguasaan frase. Adapun tes yang diberikan adalah post test.


(27)

Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyusun instrumen dan menguji instrumen yang telah di buat sebelum diujicobakan kepada siswa yang menjadi subjek penelitian.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa langkah-langkah pokok yang umumnya ditempuh, sebagai berikut :

1. Perencanaan Tindakan Perbaikan

Pada tahap ini peneliti melakukan orientasi awal terlebih dahulu dengan mencari semua informasi yang dibutuhkan hingga dirasakan adanya masalah, lalu dilakukan identifikasi masalah, analisis masalah, hingga perumusan masalah. Selanjutnya peneliti membuat semua perancanan tindakan perbaikan, diantaranya adalah : (1) membuat rencana pembelajaran yang beriikan, langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran disamping bentuk-bentuk kegiatan yanga akan dilakukan, (2) mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksnanya tindakan, dan (3) mempersiapkan instrumen penelitian.

2. Pelaksanaan Tindakan Perbaikan a. Pelaksanaan tindakan

Tahap ini merupakan tahap intai dalam penelitian setelah melalui proses persiapan. Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan merupakan tindakan pokok dalam siklus penelitian. Kegiatan yang dilkasanakan adalah kegiatan belajar mengajar menggunakan pendekatan kontekstual. Secara rinci, pelaksanaan tindkan pembelajaran Bahasa Indonesia ini diuraikan sebagai berikut :


(28)

Langkah- Langkah Kegiatan Pembelajaran

No Tahapan CTL Kegiatan Pembelajaran

Guru Siswa

1 Persiapan Sebelum kegiatan pembe

lajaran guru telah menyi apkan alat-alat dan bahan yang diperlukan.

 Guru mengecek kehadi ran siswa

Berdoa

Mempersiapkan diri

untuk memulai belajar

2 Pendahuluan

(15menit)

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Mengarahkan pemahaman

pada siswa mengenai

paragraf

Siswa belajar membangun konsep pemahaman mengenai pembelajaran paragraf. Kontruktivisme (Constructivsm) (Questioning) Bertanya

Guru mengarahkan agar siswa dapat membangun konsep sesuai pengetahuan sendiri mengenai pemahman siswa tentang paragraf dengan melakukan tanya jawab

Guru melakukan tanya jawab Pada saat memulai pelajaran sebagai apersepsi sebelum pelajaran di mulai dengan beberapa pertanyaan seperti :

1. Apa yang dimaksud dengan paragraf? 2. Sebutkan jenis jenis paragraf?

3. Apa perbedaannya? 4. Apa yang dimaksud dengan paragraf induktif dan paragraf deduktif? 5. Apa ciri kalimat utama dan kalimat penjelas?

Siswa memiliki informasi yang relevan mengenai paragraf.

Siswa berani menjawab pertanyaan yang diberikan pada mereka.

3 Kegiatan inti

(60 Menit)

Pembelajaran dilaksanakan di kelas.

Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil satu kelompok berjumlah 5 orang anak

Siswa duduk berkelompok dengan teman-temannya untuk melakukan diskusi. Siswa berani bertukar pendapat dengan teman sekelompok.

Guru membimbing siswa untuk berkumpul dengan


(29)

Masyarakat Belajar (learning

community)

kelompoknya Siswa dapat bekerjasama

dengan baik dengan teman sekelompok.

Guru membimbing siswa untuk melakukan identifika si dan pengamatan

mengenai materi yang akan dipelajari di perpustakaan. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran

diperpustakaan dengan tertib dan aman.

Siswa membaca secara intensif contoh-contoh paragraf deduktif yang yang deberikan oleh guru. Siswa berdiskusi untuk mengidentifikasi ciri

paragraf deduktif

berdasarkan contoh

paragraf yang telah mereka baca secara intensif

dari sumber yang ada diperpustakaan contoh-contoh paragraf induktif yang yang deberikan oleh guru.

Siswa berdiskusi untuk mengidentifikasi ciri

paragraf induktif

berdasarkan contoh

paragraf yang telah mereka baca secara intensif

Dalam kelompoknya siswa

bertanggung jawab

bersama-sama menunjukan perbedaan antara paragraf induktif dengan deduktif dan menuliskannya di

kertas yang telah

disediakan guru serta

menempelkannya di

dinding papan tulis Penemuan

(Inquiry)

Guru membimbing siswa untuk memecahkan masa lah yang dihadapi siswa dalam menemukan konsep mengenai paragraf, dari jenis dan ciri cirinya. Serta dalam menentukan kalimat utama dan penjelas

Siswa dapat menemukan

sendirimasalah yang

dihadapi mengenai

perbedaan paragraf induktif dan deduktif

Siswa mengidentifikasi ciri

kalimat utama dalam

paragraf induktif dan paragraf deduktif


(30)

Siswa mengidentifikasi ciri kalimat penjelas dalam paragraf induktif dan paragraf deduktif.

Siswa menemukan kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf. Siswa menemukan kalimat penjelas yang mendukung

gagasan utama pada

paragraf Pemodelan

(Modelling)

Guru membimbing siswa dalam pembelajaran

Siswa dapat melaksanakan proses identifikasi dan pengamatan dengan baik seperti yang dicontohkan guru

Siswa kreatif dalam menata kalimat-kalimat menjadi paragraf induktif dan paragraf deduktif

Refleksi

( Reflection)

Guru membimbing siswa dalam membuat laporan kelompok berupa LKS

Siswa berdiskusi dengan teman teman sekelompok Siswa mengapresiasi teman sejawat dalam unjuk kerja mengubah paragraf induktif menjadi paragraf deduktif atau sebaliknya siswa juga

menunjukan apersepsi

terhadap hasil unjuk kerja teman kelompok lain. Guru membahas kegiatan

yang ada di LKS dengan melibatkan siswa

Guru membimbing siswa

untuk menyimpulkan

materi.

Konfirmasi

Dalam kegiatan ini guru :

 Melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

 Guru bersama siswa melaukan tanya jawab

untuk meluruskan

kesalah pemahaman, memberikan pengertian dan penyimpulan..

Siswa menyimpulkan

materi, dan menyampaikan

kesan dengan

menggunakan bahasa yang baik dan benar terhadap pembelajaran yang baru

berlangsung sebagai

kegiatan refleksi.

Siswa membuat laporan kelompok berupa LKS dan unjuk kerja.


(31)

4 Penutup (10 menit)

Guru memberi penguatan terhadap simpulan yang diberikan oleh para siswa

Guru memberi tugas

pekerjaan rumah sebagai tindak lanjut Memberikan tugas untuk pertemuan selanjutnya yaitu mengenai materi jenis-jenis paragram.

Perbedaan paragrap

deduktif dan induktif, perbedaan kalimat utama dan kalimat penjelas.

Siswa membuat rumusan simpulan terhadap butir-butir pembelajaran yang sudah mereka ikuti.

3. Pengamatan Observasi

Merupakan upaya untuk merekam proses yang terjadi selama pelajaran berlangsung. Observasi dilakukan pada setiap siklus baik terhadap siswa maupun peneliti selama proses pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung. Untuk kegiatan ini, observasi dilakukan oleh rekan guru dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan.

4. Refleksi

a. Analisis data

Pada tahap ini analisis data dilaksanakan setelah semua data diperoleh data dianalisis sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. b. Refleksi

Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah dan belum terjadi, apa yang dihasilkan, mengapa hal tersebut terjadi demikian, dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya.


(32)

5. Perencanaan Tindak Lanjut dan Pembuatan Kesimpulan Hasil Penelitian

Bila hasil perbaikan yang diharapkan belum tercapai pada siklus pertama, maka diperlukan langkah lanjutan pada siklus ke dua. Satu siklus kegiatan merupakan kesatuan dari kegiatan perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan intervretasi, serta analisis dan refleksi. Brikut ini gambar alur penelitian tindakan kelas yang akan digunakan oleh peneliti.


(33)

Observasi Awal

Gambar 3.2

Diagram Alur Penelitian Tindakan Kelas Temuan Data Analiss Mengenai Masalah

Penguasaan Permahaman Paragraf

Perencanaan Tindakan siklus I, yaitu meningkatkan aktivitas dan kemampuan siswa pada pokok bahasan mengenai pengertian wacana, pengertian paragraf dan ciri-ciri paragraf serta pengertian kalimat penjelas

dan kalimat utama

Siklus I

Pelaksanaan tindakan yaitu mengenai aktivitas dan kemampuan siswa memahami paragraf dalam wacana Bahasa Indonesia melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Refleksi dan penjelasan Keberhasilan dan kegagalan Pelaksanaan

Siklus II

Refleksi Perencanaan Tindakan

Monitoring Implementasi dan

efeknya

Monitoring Implementasi dan

Efeknya

Pelaksanaan Tindakan yaitu mengenai aktivitas kemampuan siswa pada poko bahasan memahami paragraf dalam wacana


(34)

E. Teknik Pengolahan Data

Setelah data diperoleh maka dilakukan pengolahan data kuantitaif dan data kualitatif. Data kuantitatif yaitu berupa hasil tes akhir siklus I, sedangkan data kualitatif berupa angket, lembar observasi, dan wawancara. Prosedur analisis dari tiap data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini.

1. Pengolahan Data Kuantitatif

Data Kuantitatif berasal dari tes siklus untuk menguji aktifitas dan kemampuan siswa menyelsaikan maslah mengenai ciri-ciri paragraf, jenis-jenis paragraf serta perbedaannya, mengenai ciri-ciri kalimat penjelas dan kalimat utama.

2. Pengolahan Data Kualitatif

Analisis Data Angket Angket digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran yang diselenggarakan. Untuk mengetahui nilai kecenderungan siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan diperoleh dari data hasil observasi, wawancara dan angket. Data tersebut digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap untuk selanjutnya mendukung dalam penarikkan kesimpulan sehingga dapat dipercaya dan meyakinkan. Adapun pembobotan setiap alternatif jawaban untuk angket sebagai berikut ini.

1) Baik Sekali (BS) = 4

2) Baik (B) = 3

3) Cukup (C) = 2


(35)

Pengolahan Data Hasil Wawancara

Data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap siswa selanjutnya dikelompokan, kemudian dideskripsikan dalam kalimat bentuk rangkuman hasil wawancara.

Kegiatan pengumpulan data yang dilakukan pada rangkaian penelitian ini, dilakukan melalui instrumen pengamatan, catatan kejadian saat melakukan tindakan, wawancara dan dokumentasi. Pengamatan dilakukan pada saat melakukan tindakan yang dilakukan oleh kolaborator dengan mengisi instrumen pengamatan. Kolaborator dalam penelitian ini adalah rekan guru pengajar Bahasadan Sastra Indonesia, sebagai mitra peneliti yang tertarik dan bersedia membantu melakukan penelitian. Di samping itu peneliti juga berpandangan bahwa kolaborator telah mempunyai kemampuan dan pemahaman yang baik di bidang penelitian tindakan, dan bersedia diajak bekerja sama untuk melakukan penelitian tindakan ini.

Kegiatan ini mengumpulkan data melalui catatan dilakukan oleh kolaborator dan peneliti bersama-sama, untuk mencatat semua peristiwa/kejadian nyata yang terjadi di luar rancangan yang telah dipersiapkan. Catatan kejadian tersebut akan dipertimbangkan untuk memberikan tindakan berikutnya, metode wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman umum wawancara (koesioner), dan wawancara langsung melalui refleksi dengan siswa. Data dokumentasi yang diambil saat peneliti melakukan tindakan dalam kelas untuk menjaga kredibilitas dan keabsahan data penelitian.

Teknik Analisis Data Penelitian juga dilakukan dengan cara menganalisis data yang sudah terkumpul, dilakukan dengan model mengalir (linier) dan


(36)

melingkar (sirkuler). Langkah-langkah analisis data tersebut pada garis besarnya terbagi ; proses editing (mengedit), yaitu data yang sudah terhimpun khususnya kuesioner perlu diadakan penelitian kembali tentang kelengkapan pengisian, kejelasan tulisan, keserasian dan relevansi jawabannya. (legawa, 2002 : 28). Langkah analisis berikutnya adalah koding, yaitu usaha mengklasifikasi dan pengkategorian data, menandai jawaban-jawaban dengan kode tertentu. Setelah diberi kode, data dimasukan ke dalamtabulasi data. Langkah berikutnya adalah analisis data dengan pendekatan kualitatif sekaligus penyimpulan data.

Klasifikasi pensekoran kuesioner

1. Pada umumnya, jika anak menjawab pertanyaan melebihi 60% 2. Sebagian besar, jika anak menjawab secara variatif.

3. Sebagian kecil, jika jawaban anak menunjukan secara variatif angka terkecil dari rata-rata jawaban.

Menentukan tingkat pemahaman paragraf oleh para siswa secara umum berdasarkan pedoman berikut :

Paragraf Dalam Praktik/Test

Keberhasilan Pemahaman Dalam

Pembelajaran

Prosentase

Prosentase Keberhasilan/Nilai < 75 (Tidak Tuntas)


(37)

(38)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan laporan hasil analisis data tentang kemampuan memahami paragraf pada bab IV, maka pada bagian ini dapat dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi hasil pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan memahami paragraf dalam wacana Bahasa Indonesia.

A. Simpulan

1. Simpulan Umum

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan memahami paragraf dalam wacana Bahasa Indonesia pada siswa kelas VI A SD Negeri Jatayu Bandung pada tahun 2012/2013.

2. Simpulan Khusus

1) Proses pembelajaran kontekstual dapat mengembangkan pemikiran siswa kelas VI A untuk belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, mengkonstruksi pengetahuan sendiri dan keterampilan barunya, dengan mengacu pada langkah-langkah pembelajaran kontekstual seperti berikut Melaksanakan kegiatan inquiry untuk semua topik.

(1) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. (2) Menciptakan masyarakat belajar.


(39)

(3) menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. (4) Melakukan refleksi di akhir pertemuan.

(5) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. 2) Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia pada konsep memahami

paragraf dalam wacana Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode konstektual di SDN Jatayu selama siklus I dan II berdasarkan tabel 4.8 menunjukan bahwa, siswa pada umumnya sangat bersikap positif terhadap penerapan strategi pembelajaran kontekstual yang digunakan. Sebanyak 24 siswa dari 38 siswa sangat setuju dengan strategi pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan kemampuan memahami paragraf dalam wacana sangat menarik. 30 siswa sangat setuju dengan pembelajaran Bahasa Indonesia yang menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, karena metede pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk berani mengemukakan pendapat, dan siswa belajar lebih aktif. 33 siswa menyatakan bahwa penggunaan alat praga dengan power point dan film animasi membuat mereka menjadi lebih mudah memahami materi ditunjukan dengan nilai kecenderungan pada katagori sangat setuju. Secara keseluruhan, sikap siswa sangat positif dan sangat setuju terhadap penerapan strategi pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan pembelajaran secara kontekstual yang di gunakan.

3) Hasil penerapan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, dapat meningkatkan kemampuan prestasi


(40)

belajar. Kemampuan siswa mengalami peningkatan yang ditunjukan dari hasil evaluasi akhir. pada siklus I diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 85,18, sedangkan pada siklus II memperoleh hasil 90,26.

Berdasarkan hasil ketiga simpulan di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan memahami paragraf dalam wacana Bahasa Indonesia pada siswa kelas VI A SDN Jatayu Bandung.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas dapat disampaikan rekomendasi sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Peneliti merekomendasikan bagi para guru kelas VI untuk menggunakan pembelajaran yang PAIKEM dalam KBM, salah satunya adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual sebagai salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia dalam konsep memahami paragraf. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual memiliki langkah-langkah sebagai berikut :

(1) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. (2) Menciptakan masyarakat belajar.


(41)

(4) Melakukan refleksi di akhir pertemuan.

(5) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Namun tidak ada salahnya juga untuk para guru bereksperimen untuk mengembangkan berbagai pendekatan dalam pembelajaran yang lebih aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam KBM dan meningkatkan SDM bagi para guru sendiri.

2. Bagi Kepala Sekolah

SDN Jatayu Bandung merupakan sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang cukup baik, pembelajaran yang berpusat pada guru sudah ditinggalkan. Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan sebagai salah satu rekomendasi bagi kepala sekolah sebagai bahan diskusi dengan para guru untuk mengkaji apakah kelamahan dan kelebihan dari penelitian ini, sehingga menjadi bahan rujukan atau masukan yang motivasi para guru, untuk lebih meningkatkan kemapuan, dan berinovasi dalam KBM yang PAIKEM. Kepala sekolah sudah selayaknya memberikan dukungan pada kegiatan-kegiatan penelitian lainnya dengan memberikan berbagai fasilitas dan media pembelajaran. Fasisfasilitas sekolah yang memadai mampu menunjang pembelajaran kearah yang lebih baik.


(42)

3. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini terbatas pada konsep memahami paragraf dalam wacana bahasa Indonesia sehingga penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual ini berhasil dalam pembelajaran bahasa Indonesia hanya terbatas pada konsep memahami paragraf dalam wacana bahasa indonesia. Sehingga peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kontekstual untuk mencari sumber-sumber rujukan yang lebih lengkap dan mengembangkannya penelitiannya pada bidang study yang berbeda.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2003). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktis. Yogyakarta : Bina Aksara.

Baryadi, I. P. (2002). Dasar-Dasar Analisis Wacana Dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional, Jakarta : Depdiknas

Depdikbud. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Endraswara, S. (2003). Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra,Yogyakarta: Kota Kembang.

Hartati, T. (2012). Pembelajaran Bahasa Di Sekolah Dasar Kelas Rendah. Bandung : UPI Press.

Hadi, S. (2003). Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.

Keraf, G. (2006). Komposisi Endo. Flores : PT Nusa Indah.

Kridalakana, H. (1993). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Komaruddin, E. (2005). Panduan Kreatif Bahasa Indonesia. Bogor: Yudhistira.

(kmjppb.wordpress.com/2011/10/15/intelegensi/)

Legawa, I. W. (2002). Langkah-langkah Analisis Data. Jakarta : Depdiknas Moeliojo, A. M. Dkk. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta : Balai

Pustaka.

Moeliono, A dkk. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Mulyana. (2005). Kajian Wacana; Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-prinsip

Analisis Wacan. Yogyakarta: Tiara Wacana

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.


(44)

Nurkancana, W. dkk. (2003). Penelitian dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.

Nurgiyantoro, B. (2006). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra (Edisi 3). Yogyakarta :BPEE

Nurkancana, W. dkk. (2003). Penelitian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta. BPFE.

Nurhadi dkk. (2002). Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas

Negeri Malang.

Priyatni, E. T. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Pembelajaran

Konteksual. Makalah disajikan dalam Semlok KBK dan Pembelajarannya di SMAN 2 Jombang. Malang: Universitas Negeri Malang.

Priyatni, E. T. (2002). Penerapan Konsep dan Prinsip Pengajaran dan

Pembelajaran dan Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Kumpulan Materi TOT CTL Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Lanjutan Tingkat pertama. Jakarta: Depdiknas.

Suyanto. (1996/1997). Pedoman Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi DEPDIKBUD.

Sugiono. (2001). Dasar Dasar Statistik Pendidikan. Kediri : IKIP PGRI.

Soedjito dan Mansur, H. (2006). Ketrampilan Manulis Paragraf. Bandung : C.V. Remaja Karya.

Surakhmad, W. (2001). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tehnik. Bandung : CV. Trasinto.

Suyanto, K. E. (2003). Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual. Makalah

disajikan dalam Penataran Terintegrasi, AA dalam CTL. Malang:

Universitas Negeri Malang.

Sukarman, H. (2002) . Pengelolaan Proses Belajar Mengajar. Depdiknas : Jakarta.

Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remadja Rosda Karya.

Tarigan. H. G. (2004). Membaca sebagai suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung : Penerbit Angkasa.


(45)

Tarigan. J. (2006). Membina Ketrampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya. Bandung : Penerbitan Angkasa.

, 2001. Metodologi Research. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.


(46)

(1)

Anne Widianti Faozie , 2013

(4) Melakukan refleksi di akhir pertemuan.

(5) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Namun tidak ada salahnya juga untuk para guru bereksperimen untuk mengembangkan berbagai pendekatan dalam pembelajaran yang lebih aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam KBM dan meningkatkan SDM bagi para guru sendiri.

2. Bagi Kepala Sekolah

SDN Jatayu Bandung merupakan sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang cukup baik, pembelajaran yang berpusat pada guru sudah ditinggalkan. Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan sebagai salah satu rekomendasi bagi kepala sekolah sebagai bahan diskusi dengan para guru untuk mengkaji apakah kelamahan dan kelebihan dari penelitian ini, sehingga menjadi bahan rujukan atau masukan yang motivasi para guru, untuk lebih meningkatkan kemapuan, dan berinovasi dalam KBM yang PAIKEM. Kepala sekolah sudah selayaknya memberikan dukungan pada kegiatan-kegiatan penelitian lainnya dengan memberikan berbagai fasilitas dan media pembelajaran. Fasisfasilitas sekolah yang memadai mampu menunjang pembelajaran kearah yang lebih baik.


(2)

3. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini terbatas pada konsep memahami paragraf dalam wacana bahasa Indonesia sehingga penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual ini berhasil dalam pembelajaran bahasa Indonesia hanya terbatas pada konsep memahami paragraf dalam wacana bahasa indonesia. Sehingga peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kontekstual untuk mencari sumber-sumber rujukan yang lebih lengkap dan mengembangkannya penelitiannya pada bidang study yang berbeda.


(3)

Anne Widianti Faozie , 2013

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2003). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktis. Yogyakarta : Bina Aksara.

Baryadi, I. P. (2002). Dasar-Dasar Analisis Wacana Dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Depdiknas

Depdikbud. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Endraswara, S. (2003). Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra,Yogyakarta: Kota Kembang.

Hartati, T. (2012). Pembelajaran Bahasa Di Sekolah Dasar Kelas Rendah. Bandung : UPI Press.

Hadi, S. (2003). Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.

Keraf, G. (2006). Komposisi Endo. Flores : PT Nusa Indah.

Kridalakana, H. (1993). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Komaruddin, E. (2005). Panduan Kreatif Bahasa Indonesia. Bogor: Yudhistira.

(kmjppb.wordpress.com/2011/10/15/intelegensi/)

Legawa, I. W. (2002). Langkah-langkah Analisis Data. Jakarta : Depdiknas Moeliojo, A. M. Dkk. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta : Balai

Pustaka.

Moeliono, A dkk. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Mulyana. (2005). Kajian Wacana; Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacan. Yogyakarta: Tiara Wacana

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.


(4)

Nurkancana, W. dkk. (2003). Penelitian dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.

Nurgiyantoro, B. (2006). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra (Edisi 3). Yogyakarta :BPEE

Nurkancana, W. dkk. (2003). Penelitian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta. BPFE.

Nurhadi dkk. (2002). Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Priyatni, E. T. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Pembelajaran Konteksual. Makalah disajikan dalam Semlok KBK dan Pembelajarannya di SMAN 2 Jombang. Malang: Universitas Negeri Malang.

Priyatni, E. T. (2002). Penerapan Konsep dan Prinsip Pengajaran dan Pembelajaran dan Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Kumpulan Materi TOT CTL Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Lanjutan Tingkat pertama. Jakarta: Depdiknas.

Suyanto. (1996/1997). Pedoman Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi DEPDIKBUD.

Sugiono. (2001). Dasar Dasar Statistik Pendidikan. Kediri : IKIP PGRI.

Soedjito dan Mansur, H. (2006). Ketrampilan Manulis Paragraf. Bandung : C.V. Remaja Karya.

Surakhmad, W. (2001). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tehnik. Bandung : CV. Trasinto.

Suyanto, K. E. (2003). Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual. Makalah disajikan dalam Penataran Terintegrasi, AA dalam CTL. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sukarman, H. (2002) . Pengelolaan Proses Belajar Mengajar. Depdiknas : Jakarta.

Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remadja Rosda Karya.


(5)

Anne Widianti Faozie , 2013

Tarigan. J. (2006). Membina Ketrampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya. Bandung : Penerbitan Angkasa.

, 2001. Metodologi Research. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.


(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SDN 02 METRO SELATAN

1 29 76

Peningkatan prestasi belajar IPA melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas VI

0 2 48

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MAHASISWA PRODI BAHASA INDONESIA FKIP UHAMKA.

0 3 10

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF BAHASA INDONESIA MELALUI PERTANYAAN TERSTRUKTUR SISWA KELAS VI SDN 030434 PARJARATAN SEMESTER I T.P 2012/2013 KABUPATEN PAKPAK BHARAT.

7 33 21

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning Pada Siswa Kelas III SD Negeri Sepat 2

0 1 20

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN POKOK PIKIRAN SEBUAH PARAGRAF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA Peningkatan Kemampuan Menemukan Pokok Pikiran Sebuah Paragraf Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Strategi Cooperative Integrated Reading And Composition (CIR

0 1 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian Dan Pembagian Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas V SDN 04 Plumbon Tahun 2012/ 2013.

0 0 13

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERBASIS INKUIRI Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Pendekatan Kontekstual Berbasis Inkuiri Pada Siswa Kelas V SDN Cepokosawit II Tahun pelajaran 2011/2012.

0 2 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PARAGRAF DALAM WACANA BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BAGI SISWA KELAS VI A SDN JATAYU BANDUNG.

0 9 60

Peningkatan Kemampuan Siswa Memahami Isi Cerita Melalui Metode Diskusi di Kelas VI SDN No. 2 Rano

0 0 10