MODEL BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PARENTING ORANG TUA SEBAGAI BAGIAN DARI KONSELING KOMUNITAS.

(1)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Doktor

Ilmu Pendidikan dalam Bidang Bimbingan dan Konseling

Promovendus

LILIS SATRIAH

NIM. 0800822

SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

Bagian dari Konseling Komunitas” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 20 Januari 2014 Yang Membuat Pernyataan,


(3)

Prof. H. Furqon, Ph.D., M.Pd., M.A.

NIP.19570021986031001

Ko Promotor

Dr. H. Agus Taufiq, M.Pd.

NIP.195808161985031007

Anggota

Dr. H. Nandang Rusmana, M.Pd.

NIP.196005011986031000

Mengetahui:

Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling


(4)

LAMPIRAN DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Doktor

Ilmu Pendidikan dalam Bidang Bimbingan dan Konseling

Promovendus

LILIS SATRIAH

NIM. 0800822

SEKOLAH PASCA SARJANA


(5)

ABSTRAK

Lilis Satriah, 2013. Model Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua Sebagai Bagian dari Konseling Komunitas. Tim promotor: Prof. H. Furqon, Ph.D., M.Pd., M.A., (Promotor) Dr. H. Agus Taufiq, M.Pd. (Ko-Promotor), Dr. H. Nandang Rusmana, M.Pd. (Anggota) Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Penelitian ini bertujuan menghasilkan model bimbingan kelompok yang efektif untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua. Metode penelitian menggunakan research and development, dengan one-group pretest-posttest design dan pretest-posttest control group design. Partisipan terdiri dari kader dan peserta Bina Keluarga Balita di Kota Bandung. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua, dalam mengharapkan dan menuntut perilaku bertanggung jawab dari anak, serta dalam menanggapi kebutuhan anak. Berdasarkan hasil penelitian tersebut model ini direkomendasikan untuk dipelajari, difahami secara utuh, dan diterapkan dalam rangka meningkatkan kemampuan parenting orang tua.


(6)

ABSTRACT

Lilis Satriah, 2013. A Group Guidance Model for Enhancing Parents’ Parenting Abilities as a Part of Community Counseling. Advisers team: Prof. H. Furqon, Ph.D. (Promotor), Dr. H. Agus Taufiq, M.Pd. (Co-promotor), and Dr. H. Nandang Rusmana, M.Pd. (Team Member). Postgraduate School, Indonesia University of Education, Bandung.

The present study is aimed at developing an effective group guidence model for

enhancing parents’ parenting abilities as a part of community counseling. The study

applies research and development approach with mixed research methods design, using experimental one-group pretest-posttest design and pretest-posttest control group design, as well as qualitative data analyses. The study involves cadres and members of BKB as samples and participants, and applies both qualitative and quantitative data analyses. The study comes up with a number of findings, including that the tested group guidance

model under study is effective to enhance parents’ parenting abilities in expecting and demanding children’s responsible behavior, and responding their needs. The model is

recommended to be studied thoroughly, and then applied in the efforts to enhance

parents’ parenting abilities.


(7)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KERANGKA TEORETIS BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PARENTING ORANG TUA SEBAGAI BAGIAN DARI KONSELING KOMUNITAS ... 16

A.Dasar Teoretis Mengenai Parenting ... 16

B.Dasar Rujukan Bimbingan untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua ... 29

C.Dasar Bimbingan dan Konseling Islam untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua dalam Persfektif Ilmu Dakwah .. 38

D.Dasar Teoretis Bimbingan Kelompok dalam Konseling Komunitas untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua ... 50

E. Struktur Ideal Teoretis Model Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua di BKB ... 70

F. Kerangka Pikir Pemecahan Masalah Penelitian ... 73

BAB III METODE PENELITIAN ... 82

A.Pendekatan Penelitian ... 82

B.Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian Pengembangan ... 83


(9)

D.Teknik Pengumpulan Data ... 90

E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 92

F. Analisis Data ... 99

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 101

A. Hasil Penelitian ... 101

1. Kondisi Kemampuan Parenting Orang Tua Peserta BKB di Kota Bandung ... 101

2. Kondisi Layanan Bimbingan yang Telah Ada ... 103

3. Rumusan Model Hipotetik Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua ... 117

4. Deskripsi Pengembangan Model Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua ... 128

5. Efektivitas Model Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang tua ... 134

B. Pembahasan Hasil penelitian ... 155

C. Rumusan Model Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua Hasil Penelitian ... 186

D. Keterbatasan Penelitian ... 194

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 198

A. Kesimpulan ... 198

B. Rekomendasi ... 200

DAFTAR PUSTAKA ... 203

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 210


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 3.2 3.3

Daftar BKB Tempat Studi Pendahuluan ... Desain Uji Efektifitas Model ... Subjek Penelitian ...

86 88 89 3.4 3.5 3.6 3.7 4.1 4.2 4.3 4.4

Subjek Penelitian Pada Pahap Uji Coba Terbatas ... Subjek Penelitian Pada Pahap Uji Efektivitas Model ... Indikator Tipe Parenting Orang Tua ... Pedoman Observasi dan Wawancara Tentang Kondisi Bimbingan di BKB ... Deskriptif Statistik Hasil Uji Covarian dengan Tingkat Pendidikan Sebagai Covariate di BKB Al Fatonah ... Deskriptif Statistik Hasil Uji Covarian tanpa Covariate di BKB Al Fatonah ... Deskriptif Statistik Hasil Uji Covarian dengan Tingkat Pendidikan Sebagai Covariate di BKB Edelweis ... Deskriptif Statistik Hasil Uji Covarian tanpa Covariate di BKB Edelweis ...

89 90 93 96 145 146 154 155


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 3.1 4.1 4.2 4.3 4.4

Kerangka Pikir Pemecahan Masalah Penelitian ... Bagan Alur Penelitian ... Grafik Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Uji Efektivitas Model Grafik Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen BKB Al Fatonah ... Grafik Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen BKB Al Fatonah Dimensi Demandingness ... Grafik Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen BKB Al Fatonah Dimensi Responsiveness ...

81 84 135 137 138 140 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15

Grafik Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol BKB Al Fatonah ... Grafik Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol BKB Al Fatonah Dimensi Demandingness ... Grafik Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol BKB Al Fatonah Dimensi Responsiveness ... Grafik Hasil Uji Efektivitas Model di BKB Al Fatonah ... Grafik Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen BKB Edelweis ... Grafik Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen BKB Edelweis Aspek Demandingness ... Grafik Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen BKB Edelweis Aspek Responsiveness ... Grafik Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol BKB Edelweis ... Grafik Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol BKB Edelweis Aspek Demandingness ... Grafik Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol BKB Edelweis Aspek Responsiveness ... Grafik Hasil Uji Efektivitas Model di BKB Edelweis ...

141 142 143 144 147 148 149 150 151 152 153


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A : Data Hasil Penelitian ... Lampiran B : Model Bimbingan Dan Panduan Praktik ... Lampiran C : Deskripsi Proses Bimbingan Dan Evaluasi Pada Uji Coba

Terbatas di BKB Edelweis ... Lampiran D : Deskripsi Proses Bimbingan Pada Uji Coba Terbatas ... Lampiran E :Rekam Proses Bimbingan Pada Uji Efektivitas Model di BKB Al Fathonah ... Lampiran F : Rekan Proses Uji Efektivitas Model di BKB Edelweis ...

213 265 311 325 344 384 Lampiran G : Instrumen Penelitian ………. 422


(13)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan disertasi ini diuraikan tentang (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian

A. Latar Belakang Masalah

Layanan bimbingan dan konseling tidak hanya dibutuhkan di lingkungan sekolah, karena permasalahan yang dihadapi oleh individu sangat luas, dan meliputi berbagai aspek kehidupan, seperti keluarga, lingkungan sosial, ekonomi, pekerjaan, agama dan lain-lain. Oleh karena itu, saat ini dikembangkan layanan bimbingan dan konseling dalam seting masyarakat yang lebih luas, seperti di lingkungan keluarga, perusahaan atau industri, dan lembaga-lembaga pemerintah ataupun swasta. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, pekerjaan dan lain-lain. Demikian pula sasarannya bukan hanya siswa, tetapi individu dari berbagai usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, bahkan lanjut usia.

Layanan bimbingan dan konseling dalam seting masyarakat dikenal dengan

community counseling atau konseling komunitas. Menurut Lewis dan Lewis (1998) konseling komunitas adalah kegiatan membantu masyarakat dalam menyelesaikan masalah yang berkembang di masyarakat, dengan memanfaatkan potensi yang ada pada masyarakat atau komunitas tersebut.


(14)

Masalah yang berkembang pada masyarakat dewasa ini adalah buruknya akhlak atau karakter individu yang terdiri dari remaja, anak-anak, bahkan orang dewasa, baik dari kalangan masyarakat bawah maupun pejabat pemerintah. Gambaran perilaku buruk remaja terlihat perilaku seks mereka, sebagaimana diberitakan oleh Komnas Perlindungan Anak (www.publicNews.com 29 Juli 2010) bahwa sebanyak 96% remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno, 93,7% pernah ciuman, genital simulation’meraba alat kelamin, dan melakukan oral seks (seks lewat mulut), 67% tidak perawan, dan 30 % dari 2 juta aborsi dilakukan oleh remaja.

Fenomena lainnya adalah telah terjadi peningkatan jumlah pengguna narkoba di Indonesia, yaitu sebesar 22,7%. Dari 1,1 juta di tahun 2006, menjadi 1,35 juta di tahun 2008 (BNN, 2008:3), bahkan di tahun 2013 ini mencapai 4 juta orang. Buruknya perilaku anak-anak Indonesia terlihat dari banyaknya anak nakal, sebagaimana dikemukakan oleh Yayasan Sekretariat Anak Merdeka Indonesia, bahwa dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, jumlah anak nakal yang ditangani oleh yayasan tersebut mencapai 69 kasus. Jumlah tersebut melebihi perkiraan, yang hanya mencanangkan 30 kasus (Samin:2007). Data lain yang menunjukkan banyaknya kasus kenakalan anak, diperoleh dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Anak, sebagaimana dikutip oleh Virdhani (2009), bahwa terdapat 5000 anak yang saat ini tersangkut hukum pidana dan tengah mengalami proses persidangan. Gambaran perilaku buruk orang dewasa terlihat dari merebaknya kasus suap dan


(15)

korupsi yang melibatkan pejabat tinggi di instansi kepolisian, mantan deputi gubernur Bank Indonesia, mantan gubernur, bupati, walikota, anggota dewan, pegawai perpajakan, bahkan melibatkan jaksa, dan hakim yang seharusnya menjadi pionir penegak keadilan. Kasus lainnya adalah tawuran pelajar, geng motor, tawuran antar kampung, pencurian, perampokan, bahkan pembunuhan dan pemerkosaan yang hampir setiap hari menjadi bahan pemberitaan baik di media surat kabar maupun media elektronik.

Fenomena tersebut tentu merupakan tantangan besar bagi masa depan bangsa Indonesia, karena karakter atau akhlak mulia merupakan fondasi penting terbentuknya sebuah tatanan masyarakat yang beradab dan sejahtera. Sebagaimana Lord Channing (Megawangi, 2007:1) mengatakan bahwa harapan terbesar masyarakat adalah kualitas akhlak setiap individu. Masyarakat yang aman, tentram dan damai hanya akan terbentuk jika individu-individunya memiliki karakter yang baik atau akhlakulkarimah.

Karakter individu terbentuk sejak anak usia dini, melalui proses pengasuhan oleh orang tua atau parenting. Sebagaimana teori genotype menyebutkan bahwa hasil akhir seorang anak ditentukan oleh faktor gen orang tua. Teori triangel relationship

juga menyebutkan, bahwa pembentukan karakter manusia, salah satunya ditentukan oleh hubungan dengan lingkungan atau orang tua. Rasululullah bersabda,”setiap bayi


(16)

yang dilahirkan dalam keadaan suci atau fitrah, ayah dan ibunyalah yang dapat menyebabkan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani ataupun Majusi”. (HR Muslim)

Berdasarkan teori-teori tersebut, diperkuat dengan hadist Rasulullah Saw. di atas dapat disimpulkan, bahwa pengasuhan anak oleh orang tua atau dikenal dengan istilah parenting memegang peranan penting dalam pembentukan akhlak dan karakter individu.

Hasil penelitian Rene Spitz, Bronfenbrenner, John Bolby, Cole & Dodge, Haskett & Kister, Salzinger, Fielmand, Hammer & Rosario (Megawangi: 2009) juga menunjukkan, bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara parenting dengan terbentuknya karakter anak.

Demikian pentingnya peranan parenting dalam pembentukan akhlak atau karakter individu, maka untuk menghasilkan anak-anak yang memiliki akhlak atau karakter yang baik, parenting harus dilakukan dengan cara yang baik dan benar. Sebab parenting yang salah akan berdampak pada terbentuknya anak-anak yang memiliki karakter yang kurang baik (Megawangi, 2007). Oleh karena itu diperlukan orang tua yang memiliki kemampuan parenting yang baik.

Kurangnya pengetahuan dan keterampilan orang tua tentang cara pengasuhan atau teknik parenting yang baik, merupakan fenomena yang terjadi di Kota Bandung. Beberapa kasus temuan peneliti selama menjadi praktisi PAUD (2001-2013) dan menjadi ketua BKB Edelweis (2009-2010), menunjukkan rendahnya pemahaman


(17)

orang tua tentang cara pengasuhan anak yang baik. Temuan tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Tim Monitoring IGTKA Jabar (2009-2010) terhadap 115 Lembaga PAUD (TK Alquran Karakter dan SBB) di Jawa Barat (termasuk di dalamnya 55 lembaga di Kota Bandung) menunjukkan, bahwa ketidaktahuan orang tua tentang cara pengasuhan yang baik, merupakan faktor utama yang menjadi penghambat dan penyebab kurang optimalnya penerapan pendidikan karakter di TK Alquran Karakter atau SBB.

Hasil penelitian Kusumawardhani (2008) juga merekomendasikan, bahwa orang tua perlu mempunyai komunitas belajar sebagai orang tua, agar mereka mendapat pengetahuan dan keterampilan tentang cara pengasuhan anak. Sebab,

“tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua, berpengaruh terhadap cara pengasuhannya”. (Puspitasari, 2006:20). Oleh karena itu sangat penting memberikan bantuan kepada orang tua, agar mereka memiliki kemampuan parenting yang baik.

Tidak adanya lembaga pendidikan formal atau sekolah untuk menjadi orang tua, merupakan salah satu faktor penyebab kurangnya wawasan dan pengetahuan para orang tua tentang cara parenting yang baik. Sebab jika merujuk kepada UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, pasal 1, butir 14

yaitu: “Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan


(18)

jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih

lanjut”. Selanjutnya dalam pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini butir 5

dinyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini melalui jalur pendidikan informal, pendidikan keluarga, dan lingkungan. Seharusnya para orang tua difasilitasi untuk dapat menjadi pendidik dan pengasuh yang profesional bagi anak-anaknya di dalam keluarga.

Kebijakan pemerintah tentang Pendidikan Anak Usia Dini saat ini baru sampai pada penyelenggaraan pendidikan formal dan nonformal. Para pendidik PAUD di lembaga pendidikan formal dan nonformal yang kerjanya rata-rata hanya 2 jam sehari, didorong untuk menempuh pendidikan sarjana agar menjadi guru PAUD yang professional. Sementara untuk pendidikan informal dalam keluarga, para orang tua yang kerjanya 24 jam sehari semalam, seolah luput dari perhatian, sehingga para orang tua tidak mendapat pembekalan untuk menjadi pendidik atau pengasuh yang profesional di dalam keluarga.

Meskipun demikian, upaya untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua sebenarnya telah digagas pemerintah melalui BKKBN dengan program BKB (Bina Keluarga Balita) yang dibentuk dan dilaksanakan oleh PKK di tingkat RW. Tujuan program BKB adalah membekali para orang tua balita agar dapat menumbuhkembangkan anak secara optimal dan membangun karakter anak (BKKBN, 2008). Namun, program tersebut baru sebatas pembentukan, karena


(19)

pelaksanaannya tidak didukung oleh dana operasional dan pembinaan yang memadai, sehingga kelompok-kelompok BKB yang telah terbentuk tersebut, hanya tinggal nama tanpa ada kegiatan. Seiring dengan munculnya program PAUD yang disertai dana stimulan dari pemerintah kelompok-kelompok BKB pun menyelenggarakan PAUD, bahkan beralih fungsi menjadi Lembaga Pendidikan Anak Usia dini.

Berdasarkan data dari BKKBN (2007) diketahui, bahwa pada tahun 2007 jumlah BKB yang terdaftar di Kota Bandung sebanyak 134 kelompok yang tersebar di 18 kecamatan, namun berdasarkan data hasil penelitian pendahuluan penulis diketahui bahwa jumlah kelompok BKB yang saat ini masih aktif ada 80 kelompok yang tersebar di 25 kecamatan (lihat lampiran 1). Berarti terjadi penurunan jumlah kelompok BKB yang aktif dalam kurun waktu 5 tahun (2007-2013) sebanyak 59 %. Semua kelompok BKB yang saat ini masih aktif tersebut, pada umumnya menyelenggarakan kegiatan dengan sasarannya bukan lagi para orang tua, melainkan langsung berfokus pada anak-anaknya. Para kader pun beralih menjadi guru PAUD, yang ada uang kesejahteraannya.

Untuk melihat kondisi kemampuan parenting orang tua peserta BKB tersebut, penulis menyebarkan angket kepada 120 orang tua peserta BKB yang dipilih secara

purposive, hasilnya menunjukkan sebanyak 85% peserta menggunakan pola otoriter dalam pengasuhannya (lampiran 6). Hal tersebut menunjukkan bahwa program


(20)

bimbingan yang dilakukan di BKB belum dapat meningkatkan kemampuan parenting

orang tua secara baik.

Hasil penelitian Seri Mulyasari (2010) di BKB Melati Kec. Cibiru Kota Bandung, dan Warnia Neng Siti Nurjanah (2011) di BKB Dahlia Andir Kota Bandung, menunjukkan bahwa kendala yang dihadapi dalam penyelenggaran BKB yaitu (1) tidak adanya dana bantuan baik untuk sarana dan prasarana, maupun untuk kegiatan operasional BKB; (2) tidak ada pembinaan tentang bagaimana cara pemberian layanan bimbingan maupun pendalaman materi bimbingan yang harus disampaikan, (3) para kader BKB rata-rata lulusan SMA, dan SMP bahkan lulusan SD sehingga bukan orang yang professional di bidang bimbingan; (4) para kader mendapat materi bimbingan untuk penyelenggaraan kegiatan bimbingan dengan cara membaca dari modul BKB, sehingga mereka kurang bisa memahami maknanya; (5) para orang tua yang memiliki balita kurang antusias mengikuti kegiatan BKB.

Fenomena tersebut di atas, membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang kondisi layanan bimbingan kepada orang tua di BKB. Dalam pandangan peneliti layanan bimbingan kepada orang tua di BKB tersebut, merupakan sebuah potensi yang telah ada di masyarakat, yang dapat dikembangkan menjadi layanan bimbingan yang lebih terprogram dan terarah untuk membantu para orang tua meningkatkan kemampuan parenting-nya.


(21)

Fenomena bahwa sebanyak 85% orang tua peserta BKB di Kota Bandung, berada pada kategori pola asuh otoriter, membutuhkan penanganan yang serius, karena pola asuh otoriter berdampak pada terbentuknya karakter yang kurang baik pada anak, sebagaimana Baumrind (Boyd & Bee, 2006) mengatakan, bahwa dampak dari pola asuh otoriter adalah menghasilkan anak-anak yang memiliki tingkat kecemasan dan ketakutan yang tinggi dibandingkan dengan anak lain; gagal memulai suatu kegiatan; menarik diri karena tidak puas diri, dan memiliki keterampilan komunikasi yang lemah. Hasil penelitian Boyd dan Bee (2006) juga menyebutkan, bahwa remaja yang berasal dari keluarga dengan pola parenting yang otoriter, memiliki nilai raport yang rendah, dan memilki konsep diri yang negatif dibanding anak-anak yang diasuh dengan pola autoritatif, sedangkan dampak dari pola

parenting yang permisif menghasilkan anak yang memiliki self esteem yang rendah, tidak dewasa dan merasa diasingkan dalam keluarga. Anak yang diasuh dengan pola permisif cenderung impulsif, agresif, kurang dapat bertanggung jawab, dan kurang mandiri.

Adapun pola parenting yang menghasilkan karakter dan kepribadian anak yang paling positif menurut Baumrind (Boyd & Bee, 2006) adalah pola autoritatif. Anak yang diasuh dengan pola autoritatif menunjukkan sikap merasa bahagia, mempunyai kontrol diri dan rasa percaya diri yang terpupuk, bisa mengatasi stres, punya keinginan untuk berprestasi, dan bisa berkomunikasi baik dengan teman-teman dan


(22)

orang dewasa, serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Mereka juga memiliki nilai yang bagus serta motivasi berprestasi yang tinggi, dibandingkan anak dari pola parenting lainnya. (Boyd & Bee, 2006)

Pendapat Baumrind, dan Boyd & Bee di atas, mendasari peneliti dalam memfokuskan kemampuan parenting yang hendak dicapai melalui layanan bimbingan, pada meningkatkan kemampuan menggunakan pola autoritatif dalam pengasuhannya.

Upaya untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua dilakukan dengan pemberian layanan bimbingan, sebab sebagaimana pendapat Yusuf dan Nurihsan (2005,) bahwa layanan bimbingan dapat diberikan kepada setiap orang tanpa mengenal batas usia, dan dalam berbagai seting.

Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa mendidik anak merupakan salah satu kewajiban dalam agama Islam, maka upaya untuk membantu seseorang agar dapat melakukan kewajiban beragama merupakan salah satu tujuan dari Bimbingan Konseling Islam. Oleh karena itu upaya untuk memberikan bantuan kepada orang tua agar dapat melakukan parenting dengan baik dapat merujuk kepada konsep irsyad dalam bimbingan konseling Islam. Selain merujuk kepada konsep bimbingan dan konseling Islam upaya pemberian bantuan kepada orang tua juga merujuk kepada konseling komunitas atau community counseling, sebab para orang tua yang menjadi sasaran bimbingan adalah para orang tua yang tergabung dalam komunitas BKB


(23)

(Bina Keluarga Balita). Konseling komunitas (community counseling) memungkinkan dapat dilaksanakannya pemberian informasi dalam layanan pendidikan langsung kepada masyarakat. Sebagaimana pendapat Lewis dan Lewis (2008) terdapat empat jenis layanan dalam konseling komunitas yang salah satunya adalah layanan pendidikan langsung kepada masyarakat yang disebut direct community service.

Salah satu pendekatan dalam bimbingan dan konseling, termasuk juga dalam konseling komunitas adalah pendekatan kelompok atau disebut bimbingan kelompok.

Menurut Natawidjaja (2009), “bimbingan kelompok dimaksudkan untuk efektivitas waktu dan tenaga pembimbing”. Bimbingan kelompok juga dimaksudkan, agar kegiatan bimbingan lebih dinamis dan bervariasi, karena bimbingan kelompok memiliki beberapa metode seperti: permainan, latihan, simulasi, home room, dan sosiodrama (Rusmana: 2009).

Melalui layanan bimbingan kelompok, peserta juga bisa mendapatkan informasi sesuai tujuan yang dicanangkan, termasuk mengenai pentingnya parenting yang benar, serta cara-cara melakukan parenting yang benar. Peserta juga dapat sharing

dalam menghadapi berbagai permasalahan perilaku anak di rumah (Wibowo, 2005:17).

Merujuk kepada pendapat di atas, maka layanan bimbingan kelompok dapat merupakan media pengembangan diri bagi para orang tua peserta BKB, dalam


(24)

meningkatkan kemampuan parenting-nya. Fenomena keberadaan program bimbingan kepada orang tua dalam komunitas BKB sebagaimana dipaparkan di atas, juga menjadi dasar bagi peneliti dalam merumuskan model bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua dalam seting komunitas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini bermaksud menghasilkan rumuskan model bimbingan kelompok yang efektif untuk meningkatkan kemampuan

parenting orang tua. Usaha ini ditempuh dengan studi eksplorasi, memotret secara obyektif pelaksanaan bimbingan kepada orang tua melalui program Bina Keluarga Balita di Kota Bandung.

Agar penelitian lebih berfokus, terdapat masalah-masalah yang menarik untuk dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1) Kemampuan parenting apa saja yang dibutuhkan oleh para orang tua peserta BKB di Kota Bandung?

2) Bagaimana kondisi layanan bimbingan kepada orang tua yang telah ada?

3) Seperti apa model bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan

parenting orang tua dalam seting komunitas BKB?

4) Bagaimana pengembangan model bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua dalam seting komunitas BKB?


(25)

5) Bagaimanakah efektivitas model bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, tujuan umum penelitian adalah menghasilkan model bimbingan kelompok yang efektif untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua dalam seting komunitas melalui realitas pelaksanaan bimbingan kepada orang tua pada program Bina Keluarga Balita di Kota Bandung. Tujuan umum ini akan dicapai melalui tujuan khusus penelitian yaitu untuk:

1) Mengidentifikasi kemampuan parenting yang menjadi kebutuhan para orang tua peserta Bina Keluarga Balita di Kota Bandung.

2) Mengeksplorasi keseluruhan kondisi layanan bimbingan kepada orang tua yang telah ada di masyarakat yaitu pada program BKB di Kota Bandung.

3) Merumuskan model hipotetik bimbingan kelompok dalam konseling komunitas untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua dalam seting komunitas BKB.

4) Mendeskripsikan pengembangan model bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua dalam seting komunitas BKB. 5) Mengetahui efektivitas model bimbingan kelompok untuk meningkatkan


(26)

D. Manfaat Penelitian

Sasaran utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ditemukannya model bimbingan kelompok yang efektif untuk meningkatkan kemampuan parenting

orang tua. Dengan memiliki kemampuan parenting yang baik, para orang tua diharapkan dapat melakukan parenting dengan baik, sehingga menghasilkan anak-anak yang memiliki karakter dan kepribadian yang baik.

Model bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua dalam seting komunitas, pada akhirnya diorientasikan untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para orang tua dalam berbicara, bersikap dan bertindak ketika menetapkan aturan atau batasan, memantau perilaku anak, menegakkan aturan, dan menstimulasi tugas perkembangan anak, berkomunikasi efektif dengan anak, menjadi pendengar yang baik bagi anak, menunjukkan kasih sayang kepada anak, dan memberikan pujian kepada anak, dengan pola autoritaif.

Hasil penelitian berupa model bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua diharapkan bermanfaat bagi semua pihak.


(27)

Penelitian ini merupakan aplikasi dari teori Bimbingan dengan Seting Komunitas atau Masyarakat dan Bimbingan Konseling Islam. Rumusan model memuat teknik-teknik bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting

orang tua dalam seting komunitas atau masyarakat. Manfaat yang diharapkan adalah berguna dalam mengembangkan teori maupun praktik bimbingan dan konseling dalam seting komunitas atau masyarakat, sehingga memperkaya khasanah keilmuan bimbingan dan konseling khususnya konseling komunitas dan Bimbingan Konseling Islam.

2) Bagi Lembaga Pendidik Konselor

Hasil penelitian berupa panduan pelaksanaan bimbingan kelompok dalam seting komunitas, diharapkan memberikan sumbangan kepada lembaga pendidik konselor. Lembaga pendidik konselor dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk mengembangkan kemampuan para konselor di bidang Bimbingan Kelompok dalam Konseling Komunitas dan Bimbingan Konseling Islam.

3) Bagi Praktisi Bimbingan di Masyarakat

Hasil penelitian berupa model bimbingan kelompok, memuat satuan layanan kegiatan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua pada seting komunitas atau masyarakat. Para praktisi bimbingan di masyarakat, khususnya kader BKB, dapat memanfaatkan satuan layanan produk penelitian ini, untuk memberikan layanan bimbingan kepada para orang tua.


(28)

Modul produk ini juga dapat digunakan untuk pelayanan bimbingan kepada orang tua di BKB, atau dalam berbagai seting komunitas atau masyarakat lainnya, seperti co parenting kepada para orang tua di PAUD (Taman Kanak-Kanak atau Play Group), bimbingan pranikah di KUA, atau bimbingan Islam kepada para orang tua di majelis taklim.

4) Bagi Para Orang Tua

Program bimbingan yang dihasilkan dari penelitian ini, berisi materi tentang teknik-teknik parenting dalam menetapkan aturan dan batasan, memantau perilaku anak, menegakkan aturan, menstimulasi tugas perkembangan anak, berkomunikasi efektif dengan anak, menjadi pendengar yang baik bagi anak, mengekspresikan kasih sayang kepada anak, dan memberikan pujian yang efektif meningkatkan perilaku baik anak. Materi-materi tersebut diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan para orang tua, untuk diterapkan dalam pengasuhan anaknya.


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pembahasan pada bab III meliputi: (1) pendekatan penelitian, (2) langkah-langkah pelaksanaan penelitian, (3) subjek penelitian, (4) teknik pengumpulan data, (5) pengembangan instrumen penelitian, dan (6) analisis data.

A. Pendekataan Penelitian

Terwujudnya model bimbingan kelompok yang efektif untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua merupakan tujuan akhir penelitian ini. Strategi penelitian yang dianggap paling tepat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah penelitian dan pengembangan (research and development). Borg dan Gall (1989) menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan merupakan,“a process used develop and validate educational product”. Penelitian dan pengembangan

digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasikan suatu produk. Penelitian dan pengembangan juga merupakan jembatan antara penelitian dasar dan penelitian terapan. Pengembangan model hipotetik dilakukan dengan menganalisis kebutuhan menggunakan penelitian dasar lalu diuji menggunakan metode eksperimen, kemudian diaplikasikan dalam situasi layanan yang sebenarnya.

Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif digunakan bersama-sama secara terpadu dan saling mendukung (mixed method design). Metode penelitian kualitatif digunakan pada tahap pendahuluan untuk mengetahui kondisi layanan bimbingan


(30)

kepada orang tua di BKB (Bina Keluarga Balita) dan untuk mengetahui validitas rasional model bimbingan kelompok. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk mengetahui keefektifan model bimbingan kelompok dalam meningkatkan kemampuan parenting orang tua. Pada tataran teknis dilakukan metode deskriptif dan metode kuasi eksperimen. Metode analisis deskriptif digunakan pada tahap awal untuk mendapatkan data tentang kondisi objektif lapangan yang meliputi: (1) kondisi model layanan bimbingan yang sudah ada untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam model yang akan dikembangkan, (2) kondisi pihak pengguna model layanan yaitu kader BKB dan orang tua peserta BKB. Sedangkan metode kuasi eksperimen digunakan untuk melakukan uji coba model.

B. Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dan pengembangan (research and development) dalam pelaksanaannya menggunakan metode deskriptif, evaluatif dan experimental. Metode deskriptif digunakan pada tahap awal untuk mendapatkan data tentang kondisi nyata di lapangan. Data tersebut meliputi: (1) kondisi produk yang sudah ada yang digunakan sebagai bahan pertimbangan pada produk yang akan dikembangkan, (2) kondisi pihak pengguna produk, kader BKB, dan peserta BKB. Metode eksperimen digunakan untuk menguji efektivitas model, meskipun pada tahap uji coba terbatas dilakukan evaluasi, tetapi hasil evaluasi tersebut hanya digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan model, bukan untuk mengetahui efektivitas model.


(31)

Secara konseptial Borg and Gall (1989) mengemukakan urutan kegiatan

research and development yaitu, “(1) Reasearch and information collecting, (planning), (2) develop preliminary from product, (3) main product revision, (4) main field testing, (5) operational product process, (6) operational field testing, (7) final product revision, (8) desimination and implementation.”

Secara operasional penelitian ini dilakukan dalam empat tahap, yaitu studi pendahuluan, perencanaan, pengembangan dan efektivitas model. Tahapan penelitian tersebut digambarkan dalam gambar 3.1.

Bagan Alur Penelitian

Gambar 3.1 1. Studi Pendahuluan

PENDAHULUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN EFEKTIVITAS

Studi Literatur Penyusunan Model Hipotetik

Uji Coba Terbatas

Uji Efektivitas Model

Studi Lapangan

Model Hasil Uji Coba

Terbatas Model


(32)

Studi pendahuluan dilakukan untuk memperoleh bahan pengembangan model. Bahan tersebut selanjutnya digunakan untuk merancang model hipotetik. Kegiatan penelitian pada tahap studi pendahuluan adalah: (1) mengkaji literatur yang berkaitan dengan teori, konsep dan hasil penelitian yang relevan dengan masalah penelitian, (2) studi lapangan tentang pelaksanaan bimbingan kepada orang tua di Bina Keluarga Balita (BKB).

a. Studi Literatur

Studi literatur bertujuan untuk mengkaji teori-teori, prinsip-prinsip, konsep-konsep yang berhubungan dengan model yang sedang dikembangkan, yaitu bimbingan kelompok dalam community counseling dan parenting. Studi literatur dilakukan secara intensif dengan menggunakan sumber informasi yang relevan dengan topik-topik yang sedang dibahas baik berupa buku teks, jurnal, laporan penelitian maupun artikel. Hasil studi pendahuluan kemudian digunakan sebagai dasar untuk merancang model hipotetik. Uraian tentang hasil studi literatur dipaparkan secara komprehensif pada bab II.

b. Studi Lapangan

Tujuan studi lapangan adalah untuk mengetahui kondisi dan situasi nyata di lokasi penelitian yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Ada dua aspek yang menjadi fokus studi lapangan, yaitu pelaksanaan layanan bimbingan kepada orang tua di BKB, dan profil tipe parenting orang tua peserta BKB.


(33)

Data-data yang diperoleh dari studi lapangan selanjutnya dipadukan dengan data yang diperoleh dari studi literatur. Hasil perpaduan antara dua sumber tersebut dijadikan sebagai landasan untuk merencanakan dan mendisain model hipotetik. Studi lapangan pendahuluan dilakukan pada 6 kelompok BKB yang yang terdapat di kota Bandung. Objek yang menjadi sasaran studi lapangan pendahuluan yaitu: (1) objek material, sarana bimbingan dan konseling, (2) objek personal, peserta dan kader/ pelaksana bimbingan.

Tabel 3.1

Daftar BKB Tempat Studi Lapangan Pendahuluan

NO NAMA KELOMPOK BKB KECAMATAN WILAYAH

1 Dahlia RW 07 Kel. Cioyom Andir Bojonegoro

2 Sedap Malam RW 08 Kel. Pasir Layung

Cibeunying Kidul Cibeunying

3 Eidelweis RW 08 Kel Sukapura Kiaracondong Karees

4 Dahlia RW 08 Kel. Pelindung Hewan

Astana Anyar Tegalega

5 Al Fatonah RW 14 Kel Cipadung Kidul

Panyileukan Ujung Berung

6 Sinar Rahayu RW 04 Kel. Cimincrang

Gede Bage Gede Bage

2. Perencanaan

Tujuan penelitian yang ingin dicapai pada tahap perencanaan adalah terciptanya model hipotetik bimbingan kelompok untuk meningkatkaan kemampuan parenting

orang tua peserta Bina Keluarga Balita (BKB). Model hipotetik tersebut pada prinsipnya merupakan hasil pengolahan data pada studi literatur dan studi lapangan


(34)

pendahuluan. Setelah model hipotetik tersusun langkah selanjutnya adalah melakukan pengembangan model.

3. Pengembangan Model

Pada tahap pengembangan model dilakukan uji rasional model dan uji coba terbatas.

a. Uji Rasional Model

Uji rasional model bertujuan untuk menguji sejauhmana model hipotetik yang telah dirumuskan layak untuk digunakan. Uji rasional model dilakukan dengan berkonsultasi kepada tiga orang pakar di bidang bimbingan dan konseling serta

parenting yaitu, (1) Dr. Ilfiandra, M.Pd, (2) Dr. Nani Sugandi, M.Pd dan (3) Dr. Aan Listiana, M.Pd.

b. Uji Coba Terbatas

Uji coba terbatas dilakukan di kelompok BKB Edelweis RW 08 Kelurahan Sukapura Kecamatan Kiaracondong. Lokasi tersebut dipilih karena baik peserta maupun kadernya memungkinkan untuk dijadikan sebagai tempat uji coba.

Uji coba terbatas dilakukan kepada sepuluh orang peserta BKB. Uji coba dilakukan secara sistematis sesuai dengan langkah-langkah dan prosedur yang terdapat dalam model. Pada saat pelaksanaan uji coba terbatas dilakukan evaluasi dan


(35)

refleksi terhadap keseluruhan proses uji coba model. Hasil evaluasi dan refleksi menjadi pedoman pada saat merevisi model yang dikembangkan.

4. Efektivitas Model

Uji efektivitas model bertujuan untuk mengetahui sejauhmana kefektivan model yang sedang dikembangkan. Uji efektifitas model dilaksanakan di BKB Edelweis dan BKB Al Fatonah Cipadung Kidul Panyileukan. Kelompok BKB tersebut merupakan representasi dari dua wilayah yang berbeda dan berjauhan. Disain penelitian menggunakan pretest-posttest control group design dengan langkah-langkah berikut: (1) menentukan kelompok eksperimen, dan kelompok kontrol, (2) kelompok eksperimen diberi perlakuan mendapat bimbingan kelompok menggunakan model yang dirancang, sedangkan kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan bimbingan kelompok, (3) kedua kelompok dilakukan pretest dan dihitung mean untuk masing-masing kelompok, (4) mengadakan posttest terhadap kedua kelompok dan dihitung mean untuk masing-masing kelompok, (5) menghitung perbedaan mean (posttest dan

pretest) dari masing-masing kelompok, selanjutnya membandingkan perbedaan tersebut secara statistik. Disain uji coba model digambarkan pada tabel 3.3.

Tabel 3.2

Disain Uji Efektivitas Model

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O X O


(36)

C. Sampel Penelitian

Jumlah sampel penelitian berbeda-beda pada setiap tahapan uji coba. Gambaran tentang jumlah sampel penelitian dideskripsikan sebagai berikut.

1. Jumlah Sampel pada Tahap Studi Pendahuluan

Jumlah sampel pada tahap studi pendahuluan adalah 120 orang diambil dari enam kelompok BKB dari enam wilayah di Kota Bandung. Setiap wilayah diwakili oleh satu kelompok BKB. Ketua BKB enam orang, kader 12 orang dan peserta 120 orang. Rincian Subjek penelitian disajikan melalui tabel 3.3.

Tabel 3.3 Subjek Penelitian

NO KATEGORI JUMLAH SAMPEL

1. Ketua BKB 6 Orang

2. Kader 12 Orang

3. Peserta 120 Orang

2. Jumlah Sampel pada Tahap Uji Coba Terbatas

Jumlah sampel pada uji coba terbatas adalah sepuluh orang. Penerapan jumlah sampel penelitian berdasarkan kepada kualifikasi bimbingan kelompok, yaitu jumlah anggota kelompok yang efektif adalah antara 8-15 orang. Rincian subjek penelitian uji coba terbatas disajikan dalam tabel 3.4


(37)

Tabel 3.4 Subjek Penelitian

Pada Tahap Uji Coba Terbatas

NO KATEGORI JUMLAH SAMPEL

1 Kader 2 Orang

2 Peserta 10 Orang

3. Jumlah Sampel pada Tahap Uji Efektivitas Model

Pada tahap uji validitas model jumlah sampel sebanyak 40 peserta, masing-masing 20 orang peserta untuk kelompok eksperimen dan 20 orang peserta untuk kelompok kontrol. Penentuan jumlah ini sesuai dengan disain penelitian dan karakteristik bimbingan kelompok yang efektif, yaitu antara 8-15 orang anggota. Rincian subjek penelitian disajikan melalui tabel 3.5.

Tabel 3.5 Subjek Penelitian

Pada Tahap Uji Efektivitas Model

Kelompok BKB Kelompok Jumlah

BKB Edelweis Eksperimen 10 Orang

Kontrol 10 Orang

BKB Al Fatonah Eksperimen 10 Orang

Kontrol 10 Orang

D.Teknik Pengumpulan Data

Menurut Wolcott (Sukmadinata 2005:151) ada tiga teknik pengumpulan data dalam pekerjaan lapangan primer yaitu (1) pengalaman (experiencing), (2)


(38)

pengungkapan (enquiring), dan (3) pengujian (examining). Pengalaman diperoleh dengan melakukan observasi. Pengungkapan diperoleh dengan melakukan wawancara, dan pengujian.

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh data yang komprehensif mengenai berbagai aspek yang relevan dengan fokus penelitian seperti prilaku atau tindakan manusia dan kondisi atau situasi lingkungan. Sebagaimana pendapat Sujana & Ibrahim (1989:109) bahwa teknik observasi digunakan untuk mengukur tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan.

Dalam penelitian ini observasi dilakukan pada setiap tahapan. Pada studi pendahuluan observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi layanan bimbingan kepada orang tua di BKB. Pada tahap pengembangan dan validasi model teknik observasi dilakukan untuk mengetahui proses pengimplementasian model bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua.

2. Wawancara

Menurut Ridwan (2003:56), “teknik wawancara digunakan untuk memperoleh informasi mengenai pendapat, aspirasi, harapan, persepsi, keinginan, keyakinan dan lain-lain melalui pertanyaan yang sengaja diajukan oleh peneliti.” Gall (2003:222)


(39)

juga mengemukakan bahwa wawancara merupakan pertanyaan atau pernyataan yang diucapkan secara lisan oleh peneliti dan direspon langsung oleh subjek penelitian.

Dalam penelitian ini teknik wawancara banyak digunakan pada tahap studi pendahuluan, yaitu untuk mendapatkan data tentang kondisi layanan bimbingan kepada orang tua di BKB. Meskipun demikian dalam tahap pengembangan, uji coba terbatas, uji coba diperluas dan uji validasi, teknik wawancara juga digunakan untuk mendapatkan data tambahan dalam rangka merevisi model yang sedang dikembangkan. Untuk meminimalisasi terjadinya gangguan ketika wawancara, peneliti mempersiapkan pedoman wawancara.

3. Instrumen Penilaian

Penilaian dalam penelitian ini menggunakan instrumen pengungkap tipe

parenting orang tua. Skor tertinggi pada suatu tipe parenting menunjukkan kategori tipe parenting yang digunakan oleh responden.

E.Pengembangan Instrumen Penelitian

Berdasarkan jenis data yang dibutuhkan maka dikembangkan dua instrumen, yaitu intrumen pengungkap tipe parenting orang tua, dan pedoman wawancara tentang kondisi layanan bimbingan kepada orang tua di BKB.


(40)

Pengembangan instrumen penelitian dilakukan secara sistematis dengan langkah-langkah: (1) menyusun kisi-kisi; (2) membuat pertanyaan atau pernyataan yang sesuai dengan kisi-kisi; (3) meminta pertimbangan ahli yang kompeten dengan bidang yang diteliti sebelum dilakukan uji coba; (4) melakukan uji coba instrumen untuk menentukan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen, sehingga instrumen secara akademik layak digunakan, dan (5) elakukan revisi terhadap hasil uji coba instrumen.

1. Instrumen Pengungkap Tipe Parenting Orang Tua

Langkah-langkah pengembangan instrumen pengungkap tipe parenting adalah sebagai berikut.

a. Rumusan Konseptual

Instrumen pengungkap pola parenting orang tua dikembangkan dari konsep tipe

parenting Baumrind(Macoby & Martin, 1993) yang mencakup empat pola parenting

yaitu authoritariran parenting style ‘otoriter’, authoritative parenting style

‘autoritatif’, permissive indulgent parenting style ‘indulgen’, dan permissive neglectfull parenting style ‘neglec’. Maccoby dan Martin (1993) mentransformasi empat kategori tipe parenting tersebut ke dalam dua dimensi yaitu parental demandingness dan parental responsiveness. Aspek demandingness meliputi sejauhmana orang tua memantau prilaku anak, menetapkan aturan dan batasan, menegakkan aturan, menstimulasi perkembangan anak. Aspek responsiveness


(41)

meliputi sejauhmana orang tua memberi kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan perasaannya, menjelaskan harapan dan aturan, memberikan penghargaan dan pujian, serta menunjukkan cinta dan kasih sayang.

Konsep tersebut dijadikan dasar pengembangan instrumen penelitian karena indikator dan komponen yang terdapat didalamnya mengandung unsur-unsur yang dapat digunakan untuk mengungkap pola parenting orang tua.

b. Menyusun Kisi-kisi

Berdasarkan dimensi demandingness dan responsiveness tersebut di atas, indikator pola parenting dirumuskan dalam tabel 3.6

Tabel 3.6

Indikator Tipe Parenting Orang Tua

Dimensi Sub Dimensi Indikator

Otoriter Autoritatif Indulgen Neglect

DEMANDI NGNESS Sejauhmana orang tua memantau perilaku anak, menetapkan batasan/atur an tentang perbuatan yang boleh/tidak boleh dilakukan oleh anak; menegakkan aturan, menuntut Memantau perilaku anak Orang tua memantau perilaku anak dengan mengendalikan, mengevaluasi dan memaksa

Orang tua memantau perilaku anak dengan

memberikan petunjuk

Orang tua memantau perilaku anak dengan

mengikuti keinginan anak

Orang tua tidak memantau perilaku anak Menetapkan batasan/aturan tentang perbuatan yang boleh/tidak boleh dilakukan oleh anak Orang tua menetapkan batasan tentang perbuatan yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh anak dengan kaku berdasarkan standar set perilaku yang

Orang tua menberi

pengertian mengapa sebuah perilaku boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anak sebelum ditetapkan sebagai aturan/batasan

Orang tua memberi kebebasan kepada anak untuk

menenetapkan sendiri

perbuatan yang baik atau tidak baik untuk dilakukannya

Orang tua tidak memberikan batasan/aturan tentang perbuatan yang boleh dan tidak boleh dilakuan oleh anak


(42)

intelektual, emosional dan sosial anak orang tua Menegakkan aturan Orang tua menegakkan aturan secara ketat, tanpa kompromi dan cenderung kasar dan menghukum secara fisik

Orang tua menegakkan aturan secara konsisten tetapi memberi

kesempatan kepada anak untuk mengemukakan alasan/penjelasan sebelum bertindak/ menerapkan konsekuensi

Orang tua tidak konsisten dalam menerapkan aturan dan tidak menerapkan konsekuensi bagi pelanggaran yang dilakukan anak

Orang tua tidak menerapkan aturan dan sangsi kepada anak

Menuntut kedewasaan anak secara intelektual, sosial dan emosional

Orang tua menuntut anak untuk berkata, bertindak, dan berpikir seperti orang dewasa

Orang tua mendorong anak agar mencapai tugas

perkembagannya secara optimal sesuai usianya

Orang tua menerima apa adanya

kemampuan yang dicapai anak Orang tua menuntut anak dapat mencapai tugas-tugas perkembangand engan sendirinya RESPONSIV ENESS Sejauhmana orang tua memberi kesempatan kepada anak untuk menyampaik an peasaan dan keinginanny a; menjelaskan harapan, batasan/atur an; menunjukka n kehangatan, cinta perawatan dan kasih sayang

Memberi kesempatan kpd anak untuk menyampaika n perasaan dan

keinginannya

Orang tua tidak memberi kesempatan kepada anak untuk

menyampaikan perasaan dan keinginannya

Orang tua memberi peluang kepada anak untuk

menyampaikan peasaan dan keinginannya dengan cara yang baik

Orang tua memberi kebebasan kepada anak untuk

mengemukakan perasaannya

Orang tua tidak peduli dengan perasaan dan keinginan anak

Menjelaskan harapan serta batasan dan aturan yang ditetapkan.

Orang tua tidak menjelaskan harapan, batasan/aturan kepada anak

Orang tua mengungkapkan harapan, batasan/aturan kepada anak secara verbal

Orang tua menjelaskan harapan, batasan/aturan kepada anak tetapi lebih menuruti keinginan anak dalam

menerapkannya

Orang tua Berbicara dengan anak hanya jika ada keperluan

Menunjukkan kehangatan, cinta, perawatan dan

Orang tua tidak menunjukkan kehangatan, cinta perawatan

Orang tua menunjukkan kehangatan, cinta perawatan dan

Orang tua menunjukkan kasih sayang dengan

Orang tua tidak memberikan perlindungan dan kaih sayang


(43)

kepada anak; memberikan pujian dan penghargaan terhadap prestasi anak. sayang kepada anak

dan kasih sayangnya kepada anak dalam bentuk sentuhan fisik, perkataan, tindakan, penyediaan waktu ataupun pemberian

kepada anak lewat sentuhan fisik, perkataan, tindakan,

pemberian, dan penyediaan waktu

memanjakan anak dan memenuhi semua

permintaan anak

Memberikan penghargaan dan pujian terhadap prestasi anak.

Orang tua tidak memberikan pujian dan penghargaan terhadap prestasi anak

Orang tua memberikan apresiasi, penghargaan dan pujian terhadap prestasi anak.

Orang tua memberikan penghargaan dan pujian terhadap prestasi anak secara

berlebihan

Orang tua tidak peduli dengan prestasi yang dicapai oleh anak

Instrumen terdiri dari 40 item pertanyaan, masing-masing item memiliki empat pilihan jawaban yang menggambarkan empat kategori pola parenting orang tua. Teknik pensekoran dilakukan dengan pengkategorisasian menggunakan teknik persentil yaitu pola parenting dikategorisasikan menjadi empat: (O) Otoriter, (A) Autoritatif, (I) Indulgen, dan (N) Neglect. Jumlah persentase jawaban terbanyak menunjukkan kategori pola parenting yang digunakan (Kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada lampiran 2).

2. Instrumen Kondisi Objektif Layanan Bimbingan Kepada Orang Tua a. Rumusan Konseptual

Kondisi objektif layanan bimbingan kepada orang tua di BKB yang dimaksud adalah pelaksanaan layanan bimbingan kepada para orang tua peserta BKB yang


(44)

mencakup (1) kondisi sarana bimbingan, (2) kondisi pembimbing (kader), dan (3) pelaksanaan bimbingan.

b. Menyusun Kisi-Kisi

Setelah mengkaji konsep-konsep tentang kondisi objektif layanan bimbingan kepada orang tua, selanjutnya dirancang kisi-kisi instrumen sebagaimana yang terdapat dalam tabel 3.7.

Tabel 3.7

Pedoman Observasi dan WawancaraTentang Kondisi Bimbingan di BKB

Aspek Indikator

A.Kondisi sarana dan prasarana bimbingan

Ruang kerja kader, ruang pertemuan, ruang admnisitrasi, ruang penyimpanan data/rak/lemari, meja, kursi, papan tulis, papan pengumuman, sarana teknis sperti: angket, daftar cek, alat-alat belajar dan lain_lain.

B.Kondisi pembimbing/ kader

Jumlah pembimbing/kader, latar belakang pendidikan, pelatihan yang diikuti, masa kerja sebagai kader BKB.

C.Implementasi layanan bimbingan

Penyusunan program, pelaksanaan layanan bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, tindak lanjut pelaksanaan bimbingan.

3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan untuk mendapatkan data-data diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya sebelum dilaksanakan penelitian. Pengujian terhadap validitas dan reliabilitas instrumen digambarkan sebagai berikut:


(45)

a. Validitas

1) Validitas Internal

Uji coba alat ukur dimaksudkan untuk memperoleh keterangan tentang cukup atau tidaknya pernyataan dalam alat ukur tersebut untuk menjaring kriteria yang diharapkan dalam penelitian. Uji validitas dilakukan untuk melihat sejauh mana alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Alat ukur dapat dikatakan memiliki validitas tinggi apabila dapat menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat.

Untuk mendapatkan validitas instrumen, maka dilakukan uji validitas, yaitu validitas isi (content validity) dan validitas konstruk. Hal tersebut dilakukan dengan meminta pertimbangan (judgment) pakar diantaranya Dr. Ilfiandra, M.Pd., Ibu Dr. Nani Sugandhi, M.Pd., dan Ibu Dr. Aan Listiana, M.Pd. Pertimbangan yang diberikan oleh pakar berkaitan dengan aspek isi, redaksi item, dan keefektifan susunan kalimat atau bahasa.

Para pakar memberikan pertimbangan cukup baik terhadap perangkat pertanyaan aspek-aspek pengungkap tipe parenting, dengan kata lain instrumen ini telah memadai untuk dijadikan alat ungkap data penelitian (Masukan dari pakar terhadap instrumen dapat dilihat pada lampiran 3).


(46)

Supaya diperoleh derajat ketepatan setiap pertanyaan pada instrumen pengungkap pola parenting yang sesungguhnya, maka dilakukan uji coba yang melibatkan sepuluh orang tua peserta BKB. Berdasarkan uji coba tersebut maka diperoleh keterangan bahwa instrumen dapat digunakan untuk mengungkap data penelitian.

Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keterandalan instrumen yang digunakan sehingga instrumen tersebut layak untuk diolah dan digunakan dalam penelitian. Untuk menentukan validitas instrumen peneltian digunakan rumus korelasi product moment dengan menggunakan SPSS. Pengujian validitas ini dilakukan pada setiap butir soal, kemudian hasil perhitungannya dikonsultasikan dengan tabel harga kritik product moment pada taraf signifikansi yang telah ditentukan, dengan kaidah keputusan :

Jika t hitung > t tabel (½ α, n-2) Alat ukur valid Jika t hitung < t tabel (½ α, n-2) Alat ukur tidak valid

Korelasi yang dihitung adalah korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total, dihitung dengan tujuan untuk mengetahui pertanyaan-pertanyaan mana yang valid dan yang tidak valid. Pertanyaan yang tidak valid diganti atau diperbaiki. Setelah diperoleh pertanyaan yang valid baru diproses pada tahap berikutnya (Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 4).


(47)

Reliabilitas adalah indek yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan, yang ditunjukkan dengan kekonsistenan hasil pengukuran. Ancok (1989) mengatakan bahwa reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauhmana alat ukur yang digunakan tersebut memiliki taraf ketelitian, kepercayaan, kekonstanan atau kestabilan. Uji reliabilitas alat pengumpulan data penelitian dimaksudkan untuk melihat ketepatan alat yang digunakan dalam penelitian.

Teknik pengujian reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji reliabilitas dengan menggunakan perangkat SPSS diperoleh hasil sebagai berikut. Berdasarkan hasil uji reliabilitas diketahui R hitung = 0,82 dibandingkan dengan r tabel sebesar 0,312. Karena r hitung = 0,82 > tabel = 0,312 maka dapat disimpulkan bahwa intrumen reliabel.

F. Analisis Data

Penelitian ini mengumpulkan dua jenis data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif mencakup kondisi layanan bimbingan di Bina Keluarga Balita, sedangkan data kuantitatif mencakup data tentang tingkat kemampuan

parenting orang tua. Data kualitatif dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif naratif, sedangkan data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan perhitungan statistik melalui uji perbedaan rata-rata, yaitu uji-t (t-test).

Penelitian tentang model bimbingan kelompok kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua terdapat empat data yaitu: (1) data tentang pola


(48)

parenting orang tua, (2) data tentang kondisi layanan bimbingan kepada orang tua di BKB, (3) data tentang penerapan model bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua, dan (4) data tentang validasi model bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua.

Analisis data dilakukan melalui dua cara, yaitu analisis kualitatif dan analisis data kuantitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan pada tahap uji coba lapangan dengan menggunakan disain one group pretest posttest. Pada tahap uji lapangan operasional dilakukan dengan disain pretest posttest control group desain.

Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan secara langsung proses layanan bimbingan kelompok baik ketika uji terbatas, lebih luas, maupun uji validitas. Data yang diperoleh pada setiap tahapan penelitian, dilakukan proses kategorisasi.


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab V dikemukakan tentang kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan penelitian diuraikan berdasarkan pertanyaan penelitian, sedangkan rekomendasi penelitian dikembangkan dalam rangka: (1) pengembangan ilmu bimbingan dan konseling khususnya seting masyarakat: (2) penataan layanan bimbingan kepada orang tua di Bina Keluarga Balita, dan (3) penelitian selanjutnya.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang model bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kondisi kemampuan parenting orang tua peserta BKB di Kota Bandung menunjukkan kurang baik, sehingga menjadi dasar dibutuhkannya layanan bimbingan yang terprogram dan terarah untuk meningkatkannya. Kondisi tersebut juga menjadi dasar dalam penyusunan model bimbingan yang dirancang yaitu bahwa orang tua membutuhkan pengetahuan dan keterampilan parenting

autoritatif pada dimensi demandingness dan responsiveness. Model bimbingan yang dirancang merupakan upaya untuk mengubah tipe parenting otoriter menjadi autoritatif, dengan memperhatikan aspek dan sub aspek demandingness

dan responsiveness.


(50)

orang tua yang telah berjalan di masyarakat melalui program Bina Keluarga Balita (BKB) dalam keadaan kurang, sehingga memerlukan perbaikan dan pembenahan dalam berbagai aspeknya. Koordinator dan pelaksana bimbingan kepada orang tua pada program BKB yaitu kader, membutuhkan pelatihan khusus mengenai teknik bimbingan dan dasar-dasar parenting karena tidak ada seorang pun dari mereka yang memliki latar belakang pendidikan bimbingan dan konseling. Rata-rata pendidikan mereka adalah SMA dan SMP, bahkan ada yang lulusan SD. Implementasi layanan bimbingan yang meliputi, penyusunan program, pelaksanaan bimbingan, dan evaluasi, masih kurang memadai, sehingga memerlukan perbaikan dalam berbagai aspeknya, agar menjadi sebuah layanan bimbingan yang proporsional, tersusun, terencana dan terarah.

3. Model bimbingan kelompok yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua, terdiri dari dua bagian, yaitu: pertama substansi model mencakup rasional, tujuan, asumsi, komponen, kompetensi, struktur intervensi, isi intervensi, fungsi, tanggung jawab dan kompetensi pembimbing/kader, evaluasi serta indikator keberhasilan. Kedua suplemen model yaitu teknis operasional yang berisi deskripsi proses bimbingan kelompok berupa satuan layanan kegiatan dan materi bimbingan.

4. Pengembangan model bimbingan kelompok dilakukan dengan menganalisis model eksisting yang diperoleh dari kegiatan bimbingan terhadap orang tua yang


(51)

dengan melakukan uji rasional, dan uji terbatas sehingga menghasilkan model akhir.

5. Model bimbingan kelompok sebagai bagian dari konseling komunitas atau

community counseling terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan

parenting orang tua. Hal tersebut ditandai dengan adanya perubahan tipe

parenting orang tua dari otoriter ke autoritatif. Berdasarkan pertimbangan teoretis dan empiris, maka model ini dapat digunakan sebagai kerangka kerja konseptual dan sekaligus sebagai salah satu strategi peningkatan kemampuan

parenting orang tua peserta BKB, dalam mengontrol prilaku anak (demandingness), dan dalam menanggapi kebutuhan anak (responsiveness). B.Rekomendasi

Dengan memperhatikan dan menelaah hasil penelitian, penulis mengemukakan beberapa rekomendasi sebagai berikut.

1. Kondisi layanan bimbingan yang telah ada belum dapat meningkatkan

kemampuan parenting orang tua, sehingga upaya pengembangan model bimbingan penting dilakukan, agar kemampuan parenting orang tua peserta BKB dapat meningkat. Untuk implementasinya pada tataran praktis dibutuhkan kerjasama secara fungsional antara pihak yang ada di kelompok BKB yaitu kader dan para orang tua, dengan para praktisi dan ahli bimbingan seperti PLKB dan konselor masyarakat.


(52)

2. Upaya meningkatkan kemampuan parenting orang tua selama ini, belum optimal.

Penelitian ini merupakan langkah awal dalam meningkatkan kemampuan

parenting orang tua pada aspek demandingness, yang meliputi : memantu prilaku anak, menetapkan aturan dan batasan kepada anak, menegakkan aturan, dan menuntut kedewasaan anak. Pada aspek responsiveness meningkatkan kemampuan orang tua dalam berkomunikasi efektif dengan anak, menjadi pendengar yang baik bagi anak, menunjukkan kasih sayang dan perhatian kepada anak, serta memberikan penghargaan dan pujian kepada anak. Oleh karena itu diperlukan penelitian lain untuk memperluas kemampuan parenting pada aspek yang lain, seperti kemampuan menerapkan kedisiplinan kepada anak, kemampuan membangun kelekatan dengan anak, dan lain lain. Demikian pula dilakukan penelitian lanjutan/pengembangan penelitian, dengan tema lain yang relevan dengan penelitian ini.

3. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa model bimbingan kelompok

sebagai bagian dari konseling komunitas terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan parenting orang tua, yaitu dengan mengubah pola asuh orang tua yang tadinya otoriter menjadi autoritatif. Agar model tersebut dapat diimplementasikan dengan baik di masyarakat terutama di kelompok BKB, diperlukan sosialisasi dan kerjasama. Sosialisasi perlu dilakukan kepada pengambil kebijakan agar model ini dicanangkan sebagai program unggulan..


(53)

dengan seksama. Kepada pelaksana program yaitu para kader, agar menerapkan model bimbingan ini dalam memberikan layanan kepada orang tua. Kerjasama antara kader BKB sebagai praktisi di lapangan, para ahli bimbingan atau konselor masyarakat, serta aparat pemerintah yang terkait dengan program BKB (BKKBN), diperlukan agar kegiatan berjalan sesuai program, terencana dengan baik, dan terpantau, serta mendapat sokongan dana.

4. Bimbingan kelompok ini dirancang untuk diberikan kepada para orang tua yang

memiliki anak usia 4 s.d. 5 tahun, dengan seting komunitas di masyarakat. Maka model ini tidak hanya dapat diterapkan di kelompok BKB saja melainkan juga dapat diterapkan pada seting komunitas masyarakat lainnya, seperti: di sekolah

parenting, di majelis taklim, atau di lembaga pendidikan PAUD (TK/ Play Group) yang menyelenggarakan layanan bimbingan kepada orang tua, dengan syarat subjeknya adalah para orang tua yang memiliki anak usia 4-5 tahun.

5. Model bimbingan ini memuat teknik-teknik dan metode yang dirancang untuk

bimbingan kelompok, sehingga dapat diadopsi untuk digunakan dalam memberikan layanan bimbingan kepada orang tua yang memiliki anak usia SD, SMP, SMU bahkan mahasiswa, dengan penyesuaian materi sesuai kebutuhan peserta.

6. Keberhasilan model ini baru dilihat dari sisi perubahan pola asuh orang tua saja,


(54)

bimbingan kelompok dari sisi perubahan prilaku anak atau dalam membentuk karakter anak.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Jamal. (2005). Tahapan Mendidik Anak Teladan Rosulullah. Bandung: Irsyad Baitus Salam.

Adalbjarnardottir, S. & Hafsteinsson L.G. (2001). Adolescents' Perceived Parenting Styles and Their Substance Use: Concurrent and Longitudinal Analysis.

Dalam Journal of Research on Adolescence, 11, 401-423.

Badu, Ruslin. (2011). Pengembangan Model Pelatihan Permainan Traidisional Edukatif Berbasis Potensi Lokal dalam Meningkatkan Kemampuan danKeterampilan Orang Tua anak Usia Dini. Dalam Jurnal Penelitian dan Pendidikan Volume 8 Nomor 1, Maret 2011

Baihaqi, Ibnu Buchori Ihsan. (2010). Yuk, Jadi Orang tua Shalih, Sebelum Meminta Anak Shalih. Bandung: Mizania.

Baumrind, D. (1966). Effects of Authoritative Parental Control on Child Behavior. Dalam Journal Child Development, 37, 887-907.

Baumrind, D. (1991). Parenting Styles and Adolescent Development. In J. Brooks, R. Lerner, & A.C. Peterson (Eds.). The Encyclopedia of Adolescence (pp. 758-772). New York: Garland.

Baumrind, D. (1991). The Influence of Parenting Style on Adolescent Competence and Substance Use. Dalam Journal of Early Adolescence, 11, 56-95.

Borg, W.R. & Gall M.D. (1989). Educational Research. An Introduction, Firth Edition, New York: Logman.

Boyd. D. & Bee H. (2006). Lifespan development. Boston: Pearson Education. Inc.

BKKBN. (2006). Bahan Penyuluhan Gerakan Bina Keluarga Balita Kelompok Umur 0-5 Tahun. Bandung: BKKBN.


(56)

BKKBN. (1997). Pedoman Pelaksanaan Bina Keluarga Balita (BKMM, BKB,BKR,BKD.BKL) Bagi Petugas/Pengelola, Gerakan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Bandung: BKKBN JABAR.

BKKBN.(2007). Buku Pedoman Sistem Pemantauan dan Rujukan Bina Keluarga Balita, Jawa Barat.

BKKBN. (2007) Modul Bina Keluarga Balita, Jawa Barat

Brooks, Jane B. (2003). The Process of Parenting, six edition, United States: McGraw Hill.

Catherine L. Packer, Columbus. (2004). Ohio Counseling in African-American Communities: Biblical Perspectives on Tough Issues. Dalam Western Journal of Black Studies28. 2 (Summer 2004): 394-395.

Caughy, Margaret O'Brien, et all. (2001). Perceptions of Parenting: Individual Differences and the Effect of Community. Dalam American Journal of Community Psychology29. 5 (Oct 2001): 679-99.

Conrad, C.S dan Sarlito W.S. (2010). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prilaku Seksual Remaja dalam Berpacaran. Dalam Jurnal Mind Set, Vol 1 No 2, Juni 2010.

Darling, N. & Steinberg L. (1993). Parenting Style as Context: An Integrative Model. Dalam Psychological Bulletin, 113, 487-496.

Depdikbud. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Domenecch, Rodriguez Melanie, Donovick Melissa, Crowley Suzan L. (2009). Parenting Styles in a Cultural Context: Observations of "Protective Parenting" in First-Generation Latinos. Dalam Journal Article Document Feature Tables; References Accession number 19579905 ProQuest Document ID 218874594 tersedia (http://search.proquest.com/docview/218874594? accountid=38628) [1 Okt 2001]

El Karimah, K., Uud Wahyudin, Agus Setiawan. (2006). Pelatihan tentang Pola Didik Anak oleh Orang Tua bagi Kader PKK di Desa Ciherang Kec.Banjarsari Kab.


(57)

Bandung. Dalam Jurnal Pengabdian Kepada masyarakat, Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Unpad.Vol 16 No 10, Juni 2006.

Fajri, A. dan Maya K. (2011). Hubungan antara Komunikasi Ibu-Anak dengan Kesiapan Menghadapi Menstruasi Pertama pada Siswi SMP Muhamdiyah Banda Aceh. Dalam Jurnal Psikologi Undip, Volume 10, No 2, Oktober 2011.

Fernand, G. dan Enrique. Is Always Authoritative The Optimum Parenting Style? Evidence From Spanish Families. (2009). Dalam Adolescence 44. 173 (Spring 2009): 101-31.

Fortmann, S. P., Flora, J. A., Winkleby, M. A., Schooler, C., Taylor, C. B., & Farquhar, J. W. (1995). Community Intervention Trials: Reflections on the Stanford Five-City Project Experience. Dalam American Journal of Epidemiology, 142, 576-586.

Gustavo, Carlo, et. al. (2007) “Parenting Styles or Practices? Parenting, Sympathy,

and Prosocial Behaviors Among Adolescents”. Dalam The Journal of Genetic Psychology168. 2 (2007): 147-76.

Happner, P. Paul, Bruce Wampold and Dannis M. Kivlighan, (2008).Reaserch Desain in Counseling.United State: Thomson Brooks/ Cole.

Hartinah, Sitti. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: Refik Aditama.

Hellen, Gremillion.,Cheshire, Aileen,Lewis, Dorothea. (2008). Scaffolding a Community of Competent Practitioners: Positioning and Agency in a Training Program for Narrative Counseling. Accepted May 1, 2008.Family Process 51. 1(M ar 2012): 43-55.

Hershenson, David B., Paul W. Power, Michael Waldo. (1996).

Community Counseling Contemporary Theory and Practice. USA.

Hershenson, D. B., & Berger, G. P. (2001). The State of Community Counseling: A Survey of Directors of CACREP-Accredited Programs. Dalam Journal of Counseling & Development, 79, 188-193.


(1)

Lilis Satriah, 2014

Model bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua sebagai bagian dari konseling komunitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bandung. Dalam Jurnal Pengabdian Kepada masyarakat, Lembaga

Pengabdian Kepada Masyarakat Unpad.Vol 16 No 10, Juni 2006.

Fajri, A. dan Maya K. (2011). Hubungan antara Komunikasi Ibu-Anak dengan Kesiapan Menghadapi Menstruasi Pertama pada Siswi SMP Muhamdiyah Banda Aceh. Dalam Jurnal Psikologi Undip, Volume 10, No 2, Oktober 2011.

Fernand, G. dan Enrique. Is Always Authoritative The Optimum Parenting Style?

Evidence From Spanish Families. (2009). Dalam Adolescence 44. 173

(Spring 2009): 101-31.

Fortmann, S. P., Flora, J. A., Winkleby, M. A., Schooler, C., Taylor, C. B., & Farquhar, J. W. (1995). Community Intervention Trials: Reflections on the Stanford Five-City Project Experience. Dalam American Journal of

Epidemiology, 142, 576-586.

Gustavo, Carlo, et. al. (2007) “Parenting Styles or Practices? Parenting, Sympathy,

and Prosocial Behaviors Among Adolescents”. Dalam The Journal of Genetic

Psychology168. 2 (2007): 147-76.

Happner, P. Paul, Bruce Wampold and Dannis M. Kivlighan, (2008).Reaserch

Desain in Counseling.United State: Thomson Brooks/ Cole.

Hartinah, Sitti. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: Refik Aditama.

Hellen, Gremillion.,Cheshire, Aileen,Lewis, Dorothea. (2008). Scaffolding a Community of Competent Practitioners: Positioning and Agency in a Training

Program for Narrative Counseling. Accepted May 1, 2008.Family Process

51. 1(M ar 2012): 43-55.

Hershenson, David B., Paul W. Power, Michael Waldo. (1996).

Community Counseling Contemporary Theory and Practice. USA.

Hershenson, D. B., & Berger, G. P. (2001). The State of Community Counseling: A Survey of Directors of CACREP-Accredited Programs. Dalam Journal of Counseling & Development, 79, 188-193.


(2)

Lilis Satriah, 2014

Model bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua sebagai bagian dari konseling komunitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Huang, L. H. & Lin Y. C. (2002). The Health Status and Needs of Community Elderly Living Alone. Dalam Journal of Nursing Research, 10, 227-235. Hurlock, E.B. (1999). Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta: Bumi Aksara.

Hyosecyamina, D.E. (2011). Peran Keluarga dalam Membangu Karakter Anak. Dalam Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro,Vol 10.No 2. Oktober 2011. Jacob, Edward E., Riley L. Harvill, Robert L Masson. (1988). Group Counseling

Strategis and Skills. California.

Jeffrey, I.Wallace,Buchner, David M.,Grothaus, Lou, Leveille, Suzanne, et, al.

(1998). “Implementation and Effectiveness of a Community-Based Health

Promotion Program for Older Adults. Dalam The Journals of Gerontology

53. 4 (Jul 1998): M301-6.

Job, T. (1999). A System for Determining the Priority of Referrals Within a Multidiciplinary Community Mental Health Team. Dalam British Journal of

Occupational Therapy. 62. 486-490.

Kim, K. & Rohner R. P. (2002). Parental Warmth, Control, and Involvement in Schooling: Predicting Academic Achievement among Korean American Adolescents. Dalam Journal of Cross-Cultural Psychology. 33. 127-140. Kusumah, I., Vindy F. (2007). Excellent Parenting, Menjadi Orang Tua ala

Rasulullah. Yogyakarta: Qudsi Media.

Kusumawardhani, N. (2008). Cara-cara Orang Tua Membentuk Karakter Anak. Dalam Jurnal Manasa. Volume 2.Nomor 1.Juni 2008.

Leung, K., Lau S. & Lam W. L. (1998). Parenting Styles and Academic Achievement: A Cross-Cultural Study. Merrill-Palmer Quarterly. Dalam

Journal of Developmental Psychology. 44. 157-172.

Listiana, A. (2011). Layanan Bimbingan dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Piramid Untuk Meningkatkan Kompetensi Sosial Anak. Desertasi SPS UPI

Bandung. Tidak dipublikasikan.

Lucy, B. (2009). Mendidik Sesuai Minat dan Bakat Anak (Painting Yoor Children’s


(3)

Lilis Satriah, 2014

Model bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua sebagai bagian dari konseling komunitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Maccoby, EE, & Martin, JA (1983). Socialization in the context of the family, Parent- child interaction In PH Mussen (Ed) & E.M Hetherington (vole d), Dalam Handbook of Child Psychology : Vol.4. Socialization Personality and Social Development (4th ed.). pp 1-101) New York: Wiley.

Mahmud, H.R. (2003).Hubungan antara Gaya Pengasuhan Orang Tua dengan

Tingkah Laku Prososial Anak. Dalam Jurnal Psikologi. 11.1. 1-10.

Mallie, J.Paschall, et al. (2003). Effects of Parenting, Father Absence, and Affiliation with Delinquent Peers on Delinquent Behavior among African-American Male Adolescent. Dalam Journal of Research Adolescence 38. 149 (Spring 2003): 15-34.

Mayseless, O., Scharf M. & Sholt M. (2003). From Authoritative Parenting Practices to an Authoritarian Context: Exploring the Person-Environment Fit. Dalam

Journal of Research on Adolescence. 13, 427-456.

McLeod, John. (2006). Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Cet. Ke-1. Jakarta: Kencana.

Megawangi, Ratna. (2004). Pendidikan Karakter: Solusi yang Tepat untuk

Membangun Bangsa. Cimanggis: Indonesia Heritage Foundation.

Megawangi, Ratna. et.al. (2005). Pendidikan Holistik Berbasis Karakter. Cimanggis: Indonesia Heritage Foundation.

Megawangi, Ratna, (2007). Semua Berakar pada Karakter. Jakarta: FEUI Press. Megawangi, Ratna. dkk. (2007). Pendidikan yang Patut dan Menyenangkan. Jakarta:

Indonesia Heritage Fondation.

Mindy, H. Stahlet. al.(2007). Serious Psychological Distress Among Parenting and Nonparenting Adults. Dalam American Journal of Public Health.97. 12 (Dec 2007): 2222-9.

Mittelmark, M. B., Hunt M. K., Heath, G. W. &Schmid T. L. (1993). Realistic Outcomes: Lessons Learned from Community-Based Research and


(4)

Lilis Satriah, 2014

Model bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua sebagai bagian dari konseling komunitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Demonstration Programs for the Prevention of Cardiovascular Diseases. Dalam Journal of Public Health Policy, 14, 437-462.

Murray, D. M. (1995). Design and Analysis of Community Trials: Lessons Learned from the Minnesota Heart Health Program. Dalam American Journal of

Epidemiology. 142, 569-575.

Nancy, L.,Hurlbut et. al. (1997). Adolescent Mothers' Self-Esteem and Role Identity

and Their Relationship to Parenting Skills Knowledge. Dalam Adolescence

32. 127 (Fall 1997): 639-54.

Natawidjaja, Rochman. (2009). Konseling Kelompok Konsep Dasar dan Pendekatan.

Bandung: Rizki Pers.

Nathan, M. Thielmanet. al. (2006). “Cost-Effectiveness of Free HIV Voluntary Counseling and Testing Through a Community-Based AIDS Service

Organization in Northern Tanzania”. Dalam American Journal of Public

Health96.1 (Jan 2006): 114-9.

Nikki, W. Wingerson, Wineman N., Margaret. (2000). The Mental Health, Self-Efficacy, and Satisfaction Outcomes of a Community Counseling Demonstration Project for Multiple Sclerosis Clients. Dalam Journal of

Applied Rehabilitation Counseling31.2 (Summer 2000): 11.

Nur I, Widian. (2008). Panduan Praktis Mendidik Anak Cerdas. Yogyakarta: Logung Pustaka.

Peter, V. Nguyen. (2008).Perceptions of Vietnamese Fathers' Acculturation Levels, Parenting Styles, and Mental Health Outcomes in Vietnamese. Dalam

American Adolescent Immigrants.Social Work. 53. 4 (Oct 2008): 337-46.

Prayitno.(2004). Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok. Padang: UNP.

Riyadh, Sa’ad. (2009). Seni Dialog denganAnak. Jakarta: Nakhlah Pustaka.

Rimm, Sylvia. (2000). Smart Parenting, Mendidik dengan Bijak. Jakarta: PT. Grasindo.


(5)

Lilis Satriah, 2014

Model bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua sebagai bagian dari konseling komunitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ronald L., Simons et. al. (2005). “Collective Efficacy, Authoritative Parenting And

Delinquency: A Longitudinal Test Of A Model Integrating Community- And Family-Level Processes. Dalam Journal of Research Criminology43. 4 (Nov 2005): 989-1029.

Rogoff, Plasse, Beatrice. (1995). Parenting groups for recovering addicts in a day treatment center. Dalam Journal of Research Social Work . 40. 1 (Jan 1995): 65-74.

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah.

Bandung: Rizqi.

Sambas, Syukriadi.(2004). Risalah Pohon Ilmu Dakwah Islam. Bandung: KP Hadid Fakultas Dakwah& MPN-Asosiasi Profesi Dakwah Islam Indonesia.

Shanti, T.I.(2011). Pola Asuh Penuh Cinta. Nikita Panduan Tumbuh Kembang Anak. Buletin.

Sharon, E., Paulson,Sputa Cheryl L. (1996). “Patterns of Parenting during Adolescence: Perceptions of Adolescents and Parents”. Dalam Journal of

Research Adolescence31. 122 (Summer 1996): 369-81.

Steinberg, L., Lamborn D.S., Dornbusch S.M., & Darling N. (1992). Impact of Parenting Practices on Adolescent Achievement: Authoritative Parenting,

School Involvement, and Encouragement to Succeed. Child Development, 63,

1266-1281.

Supriatna, M. (2002) .Konseling Kelompok Wawasan Konsep, Teori dan Aplikasi

dalam Rentang Sepanjang Hayat. Bandung: UPI.

Tan, A.T. (2009). Smart Parenting. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Tillman, D. (2004). Living Values Parent Group A Facilitator Guide. Jakarta: Grasindo.

Universitas Pendidikan Indonesia.(2008). Pedomann Penulisan Kar Ilmiah. Bandung: UPI.


(6)

Lilis Satriah, 2014

Model bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua sebagai bagian dari konseling komunitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wilcox, S., Dowda M.,Griffin S.F., Rheaume Carol, et al. (2006).Based Physical

Activity Programs for Older Adults Into Community Settings”. Dalam

American Journal of Public Health96. 7 (Jul 2006): 1201-9.

.Wong, S.,Keller H., Vanderkooy P., Hedley M.(2003). “Effectiveness of Individualized Nutrition Counseling for Well Community-Living Seniors”.Dalam Canadian Journal of Dietetic Practice and Research 64. 2 (Summer 2003): S112.