Studi Deskriptif Mengenai Self-Regulation Akademik Pada Remaja Tuna Rungu di ASLB-B "X" Bandung.
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kemampuan Self-Regulation akademik pada remaja Tuna Rungu di SLB-B “X” Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik survei. Variabel penelitian ini adalah Self-Regulation akademik, dimana pengambilan data dilakukan di SLB-B “X” Bandung. Teknik penarikan sample yang digunakan adalah purposive sampling dan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja Tuna Rungu SLTA SLB-B”X” Bandung, dengan jumlah responden 14 orang.
Alat ukur yang digunakan disusun berdasarkan teori dari D.H. Schunk dan Zimmerman dengan jumlah item keseluruhan sebanyak 32 item, yang mewakili 3 fase Self-Regulation. Pengujian validitas dan realibilitas alat ukur ini dilakukan dengan teknik ‘Expert Validity’, sedangkan pembahasannya menggunakan teknik distribusi frekuensi dan tabulasi silang.
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa Self-Regulation akademik remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” Bandung, berada pada kriteria mampu (92,7%) dan kurang mampu (7,7%). Untuk remaja yang mampu melakukan Self-Regulation akademik, 92,3% mampu melakukan perencanaan (fase forethought), 92,3% mampu melaksanakan perencanaan (fase performance/volational control), dan 84,6% mampu mengevaluasi hasil belajarnya (fase reflection). Sedangkan dari remaja Tuna Rungu SLB-B “X” yang kurang mampu melakukan Self-Regulation akademik, diketahui bahwa remaja tersebut kurang mampu dalam melakukan perencanaan dan mengevaluasi hasil belajar, namun ia mampu melaksanakan kegiatan belajarnya. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini, bahwa hampir seluruh remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” Bandung, mampu melakukan Self-Regulation akademik. Berdasarkan kesimpulan tersebut, Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian lebih spesifik untuk mengetahui sejauhmana pengaruh lingkungan sosial dan lingkungan fisik terhadap kemampuan Self-Regulation akademik. Bagi remaja Tuna Rungu SLTA SLB-B “X” Bandung, disarankan untuk
disarankan untuk meningkatkan motivasi belajar. Bagi orangtua, disarankan untuk
memberikan umpan balik berupa masukan, pujian ataupun kritik kepada remaja Tuna Rungu SLTA SLB-B “X” Bandung, guna meningkatkan kemampuan Self-Regulation akademik. Bagi guru di SLTA SLB-B “X” Bandung disarankan untuk membantu mengoptimalkan perkembangan Self-Regulation akademik pada remaja Tuna Rungu dengan memberikan motivasi melalui pengarahan dan konsultasi kepada remaja Tuna Rungu, serta memberikan umpan balik dari hasil akademik yang telah dicapai agar remaja Tuna Rungu lebih efektif dalam melakukan evaluasi untuk membuat perencanaan selanjutnya.
(2)
DAFTAR ISI
Lembar Judul Lembar Pengesahan Lembar Persembahan
Abstrak ………...…….….i
Kata Pengantar ...………....ii
Daftar Isi ...………...v
Daftar Tabel ...………. viii
Daftar Bagan ...………...ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1
1.2 Identifikasi Masalah ………. ………8
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian……….. 8
1.4 Kegunaan Penelitian………...8
1.5 Kerangka Pemikiran……….. 9
(3)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batasan Tuna Rungu………. 19
2.1.1. Klasifikasi Tuna Rungu……… 20
2.1.2. Karakteristik Tuna Rungu………. 22
2.1.3. Masalah dan Dampak Ketunarunguan……….. 27
2.2 Self-Regulation………. 30
2.2.1. Pendahuluan………..30
2.2.2. Definisi Triadic Self-Regulation………... 31
2.2.3. Struktur dari Sistem Self-Regulatory……… 33
2.2.4.Pengaruh faktor sosial dan lingkungan terhadap Self-Regulation ………. 46
2.2.5. Disfungsi dalam Self-Regulation………. 47
2.2.6. Perkembangan keterampilan Self-Regulation ………...53
2.3. Masa Adolescence……… 61
2.3.1. Masa Early Adolescence ………...61
2.3.2. Masa Late Adolescence ……….63
2.4. Perkembangan Kognitif (Piaget’s Theories) ……….. 66
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian………... 70
(4)
3.3. Alat ukur ………. 76
3.3.1. Alat Ukur Self-Regulation Akademik ………...76
3.3.2. Data Penunjang ……….79
3.3.3. Validitas dan Reliabilitas ………..80
3.4. Subjek Penelitian………..80
3.4.1. Populasi Sasaran ………...80
3.4.2. Karakteristik Populasi ……….. 80
3.5. Teknik Analisis Data ……….. 80
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran responden ……….. 81
4.2. Hasil Pengolahan Data dan Pembahasan ……… 82
4.2.1. Hasil Pengolahan Data ………..82
4.2.2. Pembahasan ………. 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ………..89
5.2. Saran ………90
5.2.1. Saran Penelitian……… 90
5.2.2. Saran Guna Laksana………. 90
DAFTAR PUSTAKA ………..………….91
DAFTAR RUJUKAN ……….……..………... 92 LAMPIRAN
(5)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pembagian Item dalam Alat Ukur Self-Regulation……… 75
Tabel 3.2 Cara Penilaian……… 78
Tabel 4.1 Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……… 80
Tabel 4.2 Presentase Self-Regulation……… 81
Tabel 4.3 Persentase Fase-Fase Self-Regulation……… 81
(6)
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1. Kerangka Pikir……….. 16 Bagan 3.1. Rancangan Penelitian……… 69
(7)
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Self-Regulation
Lampiran 2 Data Penunjang Lampiran 3 Data skor mentah Lampiran 4 Tabulasi Silang
(8)
(9)
LAMPIRAN 1
KATA PENGANTAR
Saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung. Saat ini saya sedang melakukan suatu penelitian “Studi Deskriptif Mengenai Self-Regulation Akademik Pada Remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X”, Bandung. “ oleh karena itu, saya bermaksud untuk mengambil data dalam rangka melengkapi penelitian ini.
Saya sangat mengharapkan kesediaan anda untuk berpartisipasi dalam pengisian kuesioner ini. Setiap jawaban anda akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan digunakan dalam penelitian ilmiah ini. Oleh karena itu, saya harapkan anda dapat memberikan jawaban yang jujur dan selengkap mungkin.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi anda dalam penelitian ini.
Bandung, 2008
(10)
Data Pribadi
Nama :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Alamat Tempat Tinggal :
Petunjuk Pengisian Kuesioner
Pada halaman berikut, terdapat sejumlah pernyataan yang berkenaan dengan kejadian sehari-hariyang anda alami. Pada setiap pernyataan terdapat empat pilihan jawaban, yaitu :
Sesuai (S) : pernyataan yang ada sangat menggambarkan diri anda Cukup Sesuai (CS) : pernyataan yang ada cukup menggambarkan diri anda Kurang Sesuai (KS) : pernyataan yang ada kurang menggambarkan diri anda Tidak Sesuai (TS) : pernyataan yang ada tidak menggambarkan diri anda
Pada setiap pernyaan, anda diminta untuk memilih satu pilihan jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda. Cara memilihnya adalah dengan memberikan tanda check list (√ ) pada pilihan jawaban yang menggambarkan diri anda. Isilah semua pernyataan, jangan sampai ada yang terlewat.
Jawaban anda tidak akan dinilai benar atau salah, semua jawaban adalah benar asal sesuai dengan keadaan anda. Setiap jawaban yang anda berikan akan dijaga kerahasiaannya.
(11)
NO Pernyataan Sesuai Cukup sesuai
Kurang sesuai
Tidak sesuai 1 Saya menetapkan target nilai
yang harus saya capai setiap kali ulangan.
2 Saya merencanakan untuk mendapat nilai ulangan yang tinggi.
3
Saya merencanakan untuk membuat jadwal belajar setiap harinya agar target nilai yang telah saya tetapkan tercapai. 4 Saya merencanakan untuk belajar
jauh-jauh hari sebelum ulangan. 5
Saya yakin dapat mengerti materi pelajaran yang diberikan oleh guru.
6 Saya yakin dapat mencapai target nilai ulangan yang telah saya tentukan jika saya belajar dengan tekun.
7
Saya yakin dengan mencapai target nilai yang telah saya tetapkan, saya akan naik kelas. 8 Bila target nilai yang saya
tetapkan tercapai, saya akan mendapat nilai tertinggi di kelas. 9
Saya tertarik menggunakan fasilitas sekolah untuk mencari informasi mengenai materi yang diberikan oleh guru.
10 Saya tertarik untuk membaca kembali materi pelajaran yang telah diberikan guru.
11
Saya dapat belajar sesuai dengan jadwal yang telah saya buat agar saya lebih menguasai materi pelajaran yang diberikan guru. 12 Saya akan tetap belajar walaupun
ada hambatan. 13
Saya akan menambah waktu belajar saya agar target nilai ulangan yang saya tentukan tercapai, walaupun waktu bermain saya menjadi berkurang.
(12)
14 Saya berusaha membagi waktu agar saya memiliki waktu belajar yang cukup.
15
Dengan cara belajar saya sekarang, saya yakin akan mencapai terget nilai ulangan yang telah saya tetapkan.
16 Saya membayangkan dengan menambah waktu belajar, saya yakin akan mendapat nilai ulangan yang lebih tinggi daripada teman-teman saya.
17
Saya mampu berkonsentrasi saat belajar di kelas sekalipun ada teman yang mengganggu.
18 Saya tetap mengerjakan PR, walaupun ada acara TV yang menarik.
19
Saya mengerjakan tugas sekolah sesegera mungkin agar tidak menumpuk.
20 Saya mengatur waktu bermain dengan teman, sehingga tidak mengganggu jadwal belajar yang telah saya buat.
21
Cara belajar yang saya lakukan, tepat untuk dapat mencapai target nilai yang saya tentukan.
22 Saya berusaha mengingat kembali hal-hal yang menghambat saya dalam mencapai target nilai ulangan, agar hambatan tersebut dapat dihilangkan.
23
Bila nilai ulangan saya jelek, saya akan mencoba cara belajar yang baru agar nilai ulangan saya lebih baik.
24 Bila saya mengalami kesulitan, saya mencoba untuk mencari orang lain yang dapat membantu saya belajar.
25 Saya mengevaluasi apakah cara belajar saya sudah tepat, dengan melihat nilai ulangan yang saya peroleh.
(13)
26 Saya membandingkan nilai ulangan yang saya peroleh dengan target nilai ulangan yang telah saya tetapkan.
27 Apabila target nilai ulangan saya tidak tercapai, hal itu disebabkan saya tidak mematuhi jadwal belajar yang saya buat.
28 Nilai ulangan saya tinggi karena saya selalu memperhatikan materi yang diberikan selama di kelas.
29 Saya merasa puas jika target nilai yang saya tentukan tercapai. 30 Saya merasa sedih dan kecewa
jika nilai ulangan saya tidak seperti yang telah ditargetkan. 31
Bila target nilai ulangan telah tercapai, saya akan membuat target nilai yang lebih tinggi dan berusaha untuk mencapainya. 32 Apabila nilai saya sudah baik,
maka saya akan lebih santai dalam belajar untuk ulangan berikutnya.
(14)
LAMPIRAN 2
DATA PENUNJANG
Isilah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan diri Anda! 1. Anda belajar karena ?
a. keinginan sendiri b. diminta oleh orang tua
c. ………
2. Apakah keluarga anda selalu memberi dukungan pada anda, baik di saat saudara mengalami keberhasilan maupun kegagalan?
a. Ya b. Tidak
3. Bagaimana peranan orangtua anda terhadap kegiatan belajar anda ? a. Acuh tak acuh dengan nilai ulangan yang diperoleh.
b. Mendukung kegiatan belajar dengan memberikan semangat dan fasilitas yang memadai agar saudara dapat belajar dengan baik. 4. Bila saudara mendapat nilai jelek, apa yang biasanya orang tua anda
lakukan?
a. memarahi b. menegur
c. membiarkan saja
d. ………
5. Bila saudara mendapat nilai bagus, apa yang biasanya orang tua anda lakukan?
a. memuji
b. tidak memberi tanggapan
c. ………
6. Bagaimana keterlibatan guru anda dalam kegiatan belajar mengajar di kelas ?
a. mengajarkan materi pelajaran sehingga dapat dipahami murid b. mengajarkan materi pelajaran namun kurang dapat dipahami murid
c. ………
7. Bila anda mendapat nilai jelek, apa yang biasanya guru anda lakukan? a. memarahi
b. menegur
c. membiarkan saja
(15)
8. Bila anda mendapat nilai bagus, apa yang biasanya guru anda lakukan? a. memuji
b. tidak memberi tanggapan
c. ………..
9. Apakah anda mencatat sendiri materi pelajaran yang diberikan guru di kelas ?
a. Ya b. Tidak
c. Mengapa ………
10. Menurut anda, teman-teman anda?
a. Mau membantu menjelaskan pelajaran yang kurang dimengerti b. Tidak mau membantu menjelaskan pelajaran yang kurang
dimengerti
c. ………..
11. Bila anda mendapat nilai jelek, apa yang biasanya teman-teman anda lakukan?
a. mengejek
b. memberi semangat agar bisa lebih baik c. membiarkan saja
12. Bila anda mendapat nilai bagus, apa yang biasanya teman-teman anda lakukan?
a. memuji
b. tidak memberi tanggapan
(16)
N O
Subje k
J
K 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 2 7 2 8 2 9 3 0 3 1 3 2 Tota l Katego ri
1 1 L 4 2 3 3 2 4 1 2 2 2 1 3 2 3 2 3 2 4 2 3 3 1 3 4 2 3 2 3 3 2 3 1 80 KM
2 2 P 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 1 3 3 1 3 1 107 M
3 3 P 3 4 4 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 2 4 4 3 4 1 106 M
4 4 L 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 92 M
5 5 L 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 94 M
6 6 L 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 89 M
7 7 P 4 1 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 1 2 1 81 M
8 8 P 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 4 2 3 3 95 M
9 9 L 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 1 4 4 4 4 1 4 1 4 1 4 1 4 4 4 4 1 1 4 1 99 M
10 10 P 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 1 114 M
11 11 L 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 120 M
12 12 P 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 2 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 100 M
13 13 L 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 2 3 4 4 1 2 3 4 4 4 4 1 4 4 4 4 3 4 4 1 110 M
(17)
LAMPIRAN 4
HASIL TABULASI SILANG
Tabel 4.1 SR mampu dengan fase-fase
Self
Regulation Forethought Performance Self reflection
M KM M KM M KM
M 12 92,3% 1 7,7% 12 92,3% 1 7,7% 11 84,6% 2 15,4%
Tabel 4.2 SR mampu dengan fase Forethought dan aspek-aspeknya
Forethought
Task analysis Self Motivation belief
M KM M KM M 12 92,3% 0 0% 12 92,3% 0 0% KM 0 0% 1 7,7% 0 0% 1 7,7%
Tabel 4.3 SR mampu dengan fase Performance dan aspek-aspeknya
Performance
Self Control Self Observation
M KM M KM M 12 92,3% 0 0% 12 92,3% 0 0% KM 0 0% 1 7,7% 0 0% 1 7,7% Tabel 4.3 SR mampu dengan fase Self Reflection dan aspek-aspeknya
Self Reflection
Self Judgement Self Reaction
M KM M KM M 10 76,9% 1 7,7% 9 69,2% 2 15,4% KM 1 7,7% 1 7,7% 0 0% 2 15,4%
(18)
Tabel 4.5 SR Kurang Mampu dengan fase-fase
Self-Regulation
Forethought Performance Self reflection
M KM M KM M KM
KM 0 0%
1 100%
1 100%
0 0%
0 0%
1 100%
Tabel 4.6 SR KM dengan fase Forethought dan aspek-aspeknya
Forethought
Task analysis Self Motivation belief
M KM M KM KM 1
100%
0 0%
0 0%
1 100% Tabel 4.7 SR KM dengan fase Performance dan aspek-aspeknya
Performance
Self Control Self Observation
M KM M KM
M 1 100%
0 0%
1 100%
0 0%
Tabel 4.8 SR KM dengan fase Self Reflection dan aspek-aspeknya
Self Reflection
Self Judgement Self Reaction
M KM M KM KM 0
0%
1 100%
0 0%
1 100%
(19)
Faktor-faktor Pendukung
(Self-Regulation Mampu dan Kurang Mampu)
Tabel 4.9 Alasan belajar dengan Self-Regulation Self-Regulation
Alasan belajar
M KM Total
Diminta Ortu
2 14,3%
1
7,1% 21,4% Keinginan Sendiri
11 78,6%
0
0% 21,4%
Total 92,9% 7,1% 100%
Tabel 4.10 Peran Keluarga dengan Self-Regulation Self-Regulation
Peran Keluarga
M KM Total
Mendukung
13 92,9%
1
7,1% 100% Tidak mendukung
0 0%
0
0% 0%
Total 92,9% 7,1% 100%
Tabel 4.11 Sikap ortu jika nilai jelek dengan Self-Regulation Self-Regulation
Sikap Ortu
Jika nilai Jelek
M KM Total
Memarahi
4 28,6%
0
0% 28,6% Membiarkan
0 0%
1
7,1% 7,1% Menegur
9 64,3%
0
0% 64,3%
(20)
Tabel 4.12 Sikap ortu jika nilai bagus dengan Self-Regulation
Self-Regulation Sikap ortu
Jika nilai bagus
M KM Total
Memuji
13 92,9%
1
7,1% 100% Tidak memberi tanggapan 0 0% 0 0% 0 0%
Total 92,9% 7,1% 100%
Tabel 4.13 Peran guru dengan Self-Regulation Self-Regulation
Peran guru
M KM Total
Mengajarkan materi namun kurang dipahami 2 14,3% 0
0% 14,3% Mengajarkan materi
sampai paham
11 78,6%
1
7,1% 85,7%
Total 92,9%
1
7,1% 100%
Tabel 4.14 Sikap guru jika nilai jelek dengan Self-Regulation Self-Regulation
Sikap Guru Jika nilai jelek
M KM Total
Membiarkan 3 21,5% 1 7,1% 28,6% Menegur 10 71,4% 0 0% 0 71,4%
(21)
Tabel 4.15 Sikap guru jika nilai bagus dengan Self-Regulation Self-Regulation
Sikap Guru Jika nilai bagus
M KM Total
Memuji
7 50%
0
0% 50%
Tidak memberi tanggapan
6 42,9%
1 7,1%
0 50%
Total 92,9% 7,1% 100%
Tabel 4.16 Peran teman dengan Self-Regulation Self-Regulation
Peran Teman
M KM Total
Mau membantu
13 92,9%
1
7,1% 100% Tidak membantu
0 0%
0
0% 0%
Total 92,9% 7,1% 100%
Tabel 4.17 Sikap teman jika nilai jelek dengan Self-Regulation Self-Regulation
Sikap Teman Jika nilai jelek
M KM Total
Memberi semangat
7 50%
1 7,1%
57,1% Membiarkan
6 42,9%
0 0%
0 42,9%
(22)
Tabel 4.18 Sikap teman jika nilai bagus dengan Self-Regulation
Self-Regulation Sikap
Teman
jika nilai bagus
M KM Total
Memuji
7 50%
1
7,1% 57,1% Tidak memberi
tanggapan
6 42,9%
0
0% 42,9%
Total 92,9% 7,1% 100%
4.19 Kategori Self-Regulation dengan alasan belajar membuat
catatan pljrn Total
ya
Kategori SR
M
13 100.0%
13 100.0% Total
13 100.0%
13 100.0%
membuat
catatan pljrn Total
ya
Kategori SR
KM
1 100.0%
1 100.0% Total
1 100.0%
1 100.0%
(23)
Aspek dengan Sub aspek (Self-Regulation Mampu)
4.20 Task analysis dengan goal setting
Goal setting Total
Forethought KM M
Task analysis KM 1 7.7% 0 .0% 1 7.7% M 0 .0% 12 92.3% 12 92.3% Total 1 7.7% 12 92.3% 13 100.0% 4.21 Task analysis dengan strategic planning
Strategic planning Total
Forethought KM M
Task analysis KM 1 7.7% 0 .0% 1 7.7% M 0 .0% 12 92.3% 12 92.3% Total 1 7.7% 12 92.3% 13 100.0% 4.22 Self motivation belief dengan Self efficacy
Self efficacy Total
Forethought KM M
Self motivation belief KM 1 7.7% 0 .0% 1 7.7% M 1 7.7% 11 84.6% 12 92.3% Total 2 15.4% 11 84.6% 13 100.0%
(24)
4.23 Self motivation belief dengan Outcomes
Outcomes Total
Forethought M
Self motivation belief KM 1 7.7% 1 7.7% M 12 92.3% 12 92.3% Total 13 100.0% 13 100.0% 4.24 Self motivation belief dengan instrinsic value
Instrinsic value Total
Forethought KM M
Self motivation belief KM 1 7.7% 0 .0% 1 7.7% M 2 15.4% 10 76.9% 12 92.3% Total 3 23.1% 10 76.9% 13 100.0% 4.25 Self motivation belief dengan goal orientation
Goal orientation Total
Forethought KM M
Self motivation belief KM 1 7.7% 0 .0% 1 7.7% M 3 23.1% 9 69.2% 12 92.3% Total 4 30.8% 9 69.2% 13 100.0%
(25)
4.26 Self Control dengan Self instruction
Self instruction Total
Performance KM M
Self Control KM 1 7.7% 0 .0% 1 7.7% M 2 15.4% 10 76.9% 12 92.3% Total 3 23.1% 10 76.9% 13 100.0% 4.27 Self Control dengan Imagery
Imagery Total
Performance KM M
Self Control KM 0 .0% 1 7.7% 1 7.7% M 2 15.4% 10 76.9% 12 92.3% Total 2 15.4% 11 84.6% 13 100.0% 4.28 Self Control dengan attention focusion
Attention focusion Total
Performance KM M
Self Control KM 1 7.7% 0 .0% 1 7.7% M 4 30.8% 8 61.5% 12 92.3% Total 5 38.5% 8 61.5% 13 100.0%
(26)
4.29 Self Control dengan task strategies
Task strategies Total
Performance KM M
Self Control KM 1 7.7% 0 .0% 1 7.7% M 4 30.8% 8 61.5% 12 92.3% Total 5 38.5% 8 61.5% 13 100.0% 4.30 Self Observation dengan self recording
Self recording Total
Performance KM M
Self Observation M 5 38.5% 8 61.5% 13 100.0% Total 5 38.5% 8 61.5% 13 100.0% 4.31 Self Observation dengan self experimentation
self experimentation Total
Performance KM M
Self Observation M 3 23.1% 10 76.9% 13 100.0% Total 3 23.1% 10 76.9% 13 100.0% 4.32 Self Judgement dengan self evaluation
Self evaluation Total
Self Reflection KM M
Self Judgement KM 2 15.4% 0 .0% 2 15.4% M 1 7.7% 10 76.9% 11 84.6% Total 3 23.1% 10 76.9% 13 100.0%
(27)
4.33 Self Judgement dengan causal att
Causal att Total
Self Reflection KM M
Self Judgement KM 2 15.4% 0 .0% 2 15.4% M 4 30.8% 7 53.8% 11 84.6% Total 6 46.2% 7 53.8% 13 100.0% 4.34 Self Reactiondengan self satisfaction
Self satisfaction Total
Self Reflection KM M
Self Reaction KM 4 30.8% 0 .0% 4 30.8% M 0 .0% 9 69.2% 9 69.2% Total 4 30.8% 9 69.2% 13 100.0% 4.35 Self Reaction dengan self adaptive-defensive
Adaptive-defensive Total
Self Reflection KM
Self Reaction KM 4 30.8% 4 30.8% M 9 69.2% 9 69.2% Total 13 100.0% 13 100.0%
(28)
Aspek dengan Sub aspek
(Self-Regulation Kurang Mampu)
4.36 Task analysis dengan goal setting
Goal
setting Total
Forethought M
Task analysis
M
1 100.0%
1 100.0% Total
1 100.0%
1 100.0% 4.37 Task analysis dengan strategic planning
Strategic
planning Total
Forethought M
Task analysis M 1 1
100.0% 100.0%
Total 1 1
100.0% 100.0%
4.38 Self motivation belief dengan Self efficacy
Self efficacy Total
Forethought M
Self motivation belief
KM
1
100.0%
1 100.0% Total
1 100.0%
1 100.0%
(29)
4.39 Self motivation belief dengan Outcomes
Outcomes Total
Forethought KM
Self motivation belief
KM
1
100.0%
1 100.0% Total
1 100.0%
1 100.0% 4.40 Self motivation belief dengan instrinsic value
Instrinsic
value Total
Forethought KM
Self motivation balief
KM
1
100.0%
1 100.0% Total
1 100.0%
1 100.0% 4.41 Self motivation belief dengan goal orientation
Goal
orientation Total
Forethought KM
Self motivation belief
KM
1
100.0%
1 100.0% Total
1 100.0%
1 100.0%
(30)
4.42 Self Control dengan Self instruction
Self
instruction Total
Performance KM
Self Control M 1 100.0% 1 100.0% Total 1 100.0% 1 100.0% 4.43 Self Control dengan Imagery
Imagery Total
Performance KM Self Control M 1 100.0% 1 100.0% Total 1 100.0% 1 100.0% 4.44 Self Control dengan attention focusion
Attention
focusion Total
Performance M Self Control M 1 100.0% 1 100.0% Total 1 100.0% 1 100.0% 4.45 Self Control dengan task strategies
Task strategies Total
Performance KM Self Control M 1 100.0% 1 100.0% Total 1 100.0% 1 100.0%
(31)
4.46 Self Observation dengan self recording
Self
recording Total
Performance KM Self Observation M 1 100.0% 1 100.0% Total 1 100.0% 1 100.0% 4.47 Self Observation dengan Self experimentation
Self experimentation Total Performance M Self Observation M 1 100.0% 1 100.0% Total 1 100.0% 1 100.0% 4.48 Self Judgement dengan self evaluation
Self
evaluation Total
Self Reflection KM
Self Judgement KM 1 100.0% 1 100.0% Total 1 100.0% 1 100.0% 4.49 Self Judgement dengan causal att
Causal
att Total
Self Reflection KM
Self Judgement KM 1 100.0% 1 100.0% Total 1 100.0% 1 100.0%
(32)
4.50 Self Reaction dengan self satisfaction
Self
satisfaction Total
Self Reflection KM
Self Reaction
KM
1 100.0%
1 100.0% Total
1 100.0%
1 100.0% 4.51 Self Reaction dengan adaptive-defensive
Adaptive-defensive Total
Self Reflection KM
Self Reaction
KM
1 100.0%
1 100.0% Total
1 100.0%
1 100.0%
(33)
Faktor-faktor Pendukung
(Self-Regulation Kurang Mampu)
4.52 Self-Regulation KM dengan Alasan belajar
alasan
belajar Total
diminta ortu
Kategori SR
KM
1 100.0%
1 100.0% Total
1 100.0%
1 100.0% 4.53 Self-Regulation KM dengan peran keluarga
peran klgr Total
mendukung
Kategori SR
KM
1 100.0%
1 100.0% Total
1 100.0%
1 100.0% 4.54 Self-Regulation KM dengan sikap ortu jika nilai jelek
skp ortu bila
nilai jelek Total
membiarkan
Kategori SR
KM
1 100.0%
1 100.0% Total
1 100.0%
1 100.0%
(34)
4.55 Self-Regulation KM dengan sikap ortu jika nilai bagus
skp ortu bila nilai
bagus Total
memuji
Kategori SR
KM
1 100.0%
1 100.0% Total
1 100.0%
1 100.0% 4.56 Self-Regulation KM dengan peran guru
peran guru Total
mengajar materi
sampai paham Kategori SR
KM
1 100.0%
1 100.0% Total
1 100.0%
1 100.0% 4.57 Self-Regulation KM dengan sikap guru jika nilai jelek
skp guru bila
nilai jelek Total
membiarkan
Kategori SR
KM
1 100.0%
1 100.0% Total
1 100.0%
1 100.0%
(35)
4.58 Self-Regulation KM dengan sikap guru jika nilai bagus
skp guru bila
nilai bagus Total tdk memberi tanggapan Kategori SR KM 1 100.0% 1 100.0% Total 1 100.0% 1 100.0% 4.59 Self-Regulation KM dengan peran teman
peran
teman Total mau membantu Kategori SR KM 1 100.0% 1 100.0% Total 1 100.0% 1 100.0% 4.60 Self-Regulation KM dengan sikap teman jika nilai jelek
skp tmn bila
nilai jelek Total memberi semangat Kategori SR KM 1 100.0% 1 100.0% Total 1 100.0% 1 100.0%
(36)
4.61 Self-Regulation KM dengan sikap teman jika nilai bagus
skp tmn bila
nilai bagus Total
memuji
Kategori SR
KM
1 100.0%
1 100.0% Total
1 100.0%
1 100.0%
(37)
Faktor-faktor Pendukung (Self-Regulation Mampu)
4.62 Self-Regulation Mampu dengan Alasan belajar
alasan belajar Total diminta ortu keinginan sendiri Kategori SR M 2 15.4% 11 84.6% 13 100.0% Total 2 15.4% 11 84.6% 13 100.0% 4.63 Self-Regulation Mampu dengan peran keluarga
peran klgr Total
mendukung Kategori SR M 13 100.0% 13 100.0% Total 13 100.0% 13 100.0% 4.64 Self-Regulation Mampu dengan sikap ortu jika nilai jelek
skp ortu bila nilai jlk Total
memarahi menegur
Kategori SR M 4 30.8% 9 69.2% 13 100.0% Total 4 30.8% 9 69.2% 13 100.0% 4.65 Self-Regulation Mampu dengan sikap ortu jika nilai bagus
skp ortu bila
nilai bgs Total
memuji Kategori SR M 13 100.0% 13 100.0% Total 13 100.0% 13 100.0%
(38)
4.66 Self-Regulation Mampu dengan peran guru
peran guru Total
mengajar materi namun krg dpahami mengajar materi sampai paham Kategori SR M 2 15.4% 11 84.6% 13 100.0% Total 2 15.4% 11 84.6% 13 100.0% 4.67 Self-Regulation Mampu dengan sikap guru jika nilai jelek
skp guru bila nilai jlk Total
membiarkan menegur
Kategori SR M 3 23.1% 10 76.9% 13 100.0% Total 3 23.1% 10 76.9% 13 100.0% 4.68 Self-Regulation Mampu dengan sikap guru jika nilai bagus
skp guru bila nilai
bagus Total
memuji tdk memberi tanggapan Kategori SR M 7 53.8% 6 46.2% 13 100.0% Total 7 53.8% 6 46.2% 13 100.0%
(39)
4.69 Self-Regulation Mampu dengan peran teman
peran teman Total
mau membantu Kategori SR M 13 100.0% 13 100.0% Total 13 100.0% 13 100.0%
4.70 Self-Regulation Mampu dengan sikap teman jika nilai jelek
skp tmn bila nilai jlk Total
memberi
semangat membiarkan Kategori SR M 7 53.8% 6 46.2% 13 100.0% Total 7 53.8% 6 46.2% 13 100.0% 4.71 Self-Regulation Mampu dengan sikap teman jika nilai bagus
skp tmn bila nilai bgs Total
memuji tdk memberi tanggapan Kategori SR M 7 53.8% 6 46.2% 13 100.0% Total 7 53.8% 6 46.2% 13 100.0%
(40)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Penyandang cacat terdapat di semua bagian dunia, jumlahnya besar dan senantiasa bertambah, begitu juga halnya di Indonesia (www.pikiran-rakyat.com). Menurut harian Pikiran Rakyat, edisi Oktober 2007, jumlah penyandang cacat di Jawa Barat saat ini lebih dari 120.890 orang.
Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu atau menghambat mereka untuk melakukan kegiatan secara selayaknya. Penyandang cacat terdiri atas penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental, serta penyandang cacat fisik dan mental/ganda (UU No. 4/1997 tentang penyandang cacat, Pasal. 1). Disamping itu, Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) menggolongkan kecacatan ke dalam tiga kategori, yaitu: impairment,
disability dan handicap. Impairment disebutkan sebagai kondisi ketidaknormalan
atau hilangnya struktur atau fungsi psikologis, atau anatomis. Disability adalah ketidakmampuan atau keterbatasan sebagai akibat adanya impairment untuk melakukan aktivitas dengan cara yang dianggap normal bagi manusia. Handicap merupakan keadaan yang merugikan bagi seseorang akibat adanya imparment dan
disability, yang menghambat pemenuhan peranan yang normal (dalam konteks usia,
jenis kelamin, serta faktor budaya) bagi orang yang bersangkutan.
Salah satu jenis kecacatan adalah Tuna Rungu yang merupakan suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap
(41)
2
berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya. Data WHO tahun 2005 menunjukkan bahwa 278 juta penduduk dunia mengalami kehilangan pendengaran di kedua telinganya dari tingkatan sedang hingga berat. Andreas Dwidjosumarto (dalam Sutjihati Soemantri, 2006) mengemukakan bahwa seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tuna rungu.
Tuna Rungu dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (low of hearing). Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehinggga pendengarannya tidak berfungsi lagi, sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids). Selain itu Mufthi Salim (dalam Sutjihati Soemantri, 2006) mengatakan bahwa anak Tuna Rungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Memperhatikan batasan-batasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Tuna Rungu adalah mereka yang kehilangan pendengaran baik sebagian maupun seluruhnya yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional di dalam kehidupan sehari-hari.
Penderita Tuna Rungu memiliki karakteristik tertentu. Jika dibandingkan dengan jenis kelainan/kecacatan lain, ketunarunguan tidak tampak jelas, bahkan secara fisik jika dilihat sepintas mereka tidak terlihat memiliki kelainan (www.kompas.co.id). Karakteristik Tuna Rungu dapat dilihat dari beberapa segi yaitu segi intelegensi, perkembangan bahasa dan bicara, perkembangan emosi dan sosial
(42)
3
serta perkembangan kepribadian. Pada umumnya intelegensi penderita Tuna Rungu secara potensial sama dengan anak normal, tetapi secara aktual dipengaruhi oleh tingkat kemampuan bahasa serta keterbatasan informasi yang diperoleh dan kurangnya daya abstraksi akibat ketunarunguan. Segi perkembangan bahasa dan berbicara berkaitan erat dengan ketajaman fungsi pendengaran, akibatnya penderita Tuna Rungu kurang mampu mendengar suara dengan baik dan tidak dapat mengontrol pembicarannya sendiri. Dalam segi perkembangan emosi dan sosial, keterbatasan komunikasi penderita Tuna Rungu akan mengakibatkan rasa terasing dari lingkungannya. Perlakuan yang kurang tepat dari anggota keluarga atau masyarakat berakibat kurang baik bagi penderita Tuna Rungu. Perkembangan kepribadian terjadi dalam pergaulan atau perluasan pengalaman yang pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam diri penderita Tuna Rungu sendiri, yaitu ketidakmampuan mendengar dan memahami bahasa bicara, kemiskinan akan bahasa pada dirinya sendiri, ketidakstabilan emosi dengan sikap lingkungan yang kurang tanggap terhadapnya akan menghambat perkembangan kepribadian penderita Tuna Rungu. (Sutjihati Soemantri, 2006)
Dari keseluruhan penderita Tuna Rungu yang ada di Indonesia, terdapat penderita yang masih berada dalam masa remaja/adolesence. Remaja Tuna Rungu memiliki tugas-tugas perkembangan yang sama dengan remaja normal. Tugas perkembangan dalam masa remaja adalah menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya, mencapai kemandirian emosional, mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan bersosialisasi, mengembangkan
(43)
4
keterampilan-keterampilan dan konsep-konsep intelektual yang diperlukan dalam hidup (www.kompas.co.id).
Selain tugas perkembangan tersebut, remaja Tuna Rungu juga memiliki tugas perkembangan lainnya yaitu mengikuti pendidikan formal. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bagian dalam upaya pendidikan bagi remaja Tuna Rungu. Pendidikan tersebut bertujuan untuk mengembangkan kemampuan mereka, baik dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara optimal. Pendidikan di sekolah membekali remaja Tuna Rungu dengan kemampuan-kemampuan antara lain : kemampuan berkomunikasi yakni penggunaan bahasa isyarat (gerak tubuh dan mimik wajah) dan bahasa bibir (oral) sebagai bekal menghadapi lingkungan/bersosialisasi dan juga mengajarkan berbagai keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjadi manusia yang mandiri dan lebih siap dalam menghadapi hidup (Peraturan Standar Tentang Persamaan Kesempatan bagi Para Penyandang Cacat, Resolusi PBB No. 48/96 Tahun 1993).
Di Indonesia, terdapat sekolah untuk memberikan pendidikan kepada remaja Tuna Rungu dan salah satu tempat pendidikan bagi remaja Tuna Rungu yang ada di kota Bandung adalah SLB-B “X”. Jumlah keseluruhan remaja Tuna Rungu di SLB-B “X” ini 83 orang, dan pada tingkat SLTA berjumlah 14 orang dengan rentang usia 17-21 tahun. Mata pelajaran yang diberikan pada siswa SLB-B “X” sama dengan sekolah pada umumnya. Untuk tingkat SLTA, siswa SLB-B mendapat pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika (Berhitung), Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Kerajinan Tangan dan Kesenian, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Bahasa Inggris, dan Program
(44)
5
Pilihan (Paket Pilihan : Rekayasa, Menjahit/Bordir, Usaha dan Sablon, Kerumahtanggaan, Kesenian). Dari awal pendidikan, remaja Tuna Rungu di SLB-B “X” diberikan kebebasan untuk memilih Program Pilihan sesuai dengan bidang yang diminatinya.
Setelah lulus dari SLTA mereka dapat melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi, meskipun demikian kesempatan remaja Tuna Rungu dalam hal mendapatkan pekerjaan sangatlah sulit (www.pikiran-rakyat.com). Agar diterima di dalam masyarakat, remaja Tuna Rungu harus memperoleh keberhasilan akademik terlebih dahulu dan untuk mendapatkan keberhasilan akademik, remaja Tuna Rungu harus meraih nilai yang tinggi. Hal ini dapat dicapai bila mereka mampu menetapkan target nilai yang akan diperoleh (goal), menetapkan strategi, mengarahkan perilakunya sehingga mampu mencapai goal dan mampu mengevaluasi nilai yang dicapai dengan nilai yang telah ditetapkan (goal). Kemampuan remaja Tuna Rungu dalam merencanakan, melaksanakan dan merefleksikan hasil belajarnya merupakan kemampuan Self-Regulation (Zimmermann dalam Boekaerts,2000).
Berdasarkan hasil wawancara dengan dua guru di SLTA SLB-B “X”, diketahui bahwa SLB-B “X” menuntut setiap siswanya untuk berprestasi secara optimal dan dapat menjadi pribadi yang mandiri, namun siswa kesulitan dalam memenuhi tuntutan sekolah tersebut. Dalam hal hasil belajar atau nilai, seorang guru mengatakan bahwa siswa-siswinya mengalami kesulitan untuk menentukan target nilai yang diinginkan, sedangkan guru lainnya mengatakan bahwa sebagian besar siswa SLTA di SLB-B “X” mengalami kesulitan dalam menarik kesimpulan dari
(45)
6
hasil-hasil nilai yang telah dicapai, sehingga mereka seringkali tidak mengetahui cara mempertahankan ataupun meningkatkan nilai mereka.
Selain itu diketahui pula, para guru akan memberikan evaluasi hasil belajar kepada siswa-siswinya, namun mereka mengatakan bahwa siswa SLTA di SLB-B “X” mengalami kesulitan untuk dapat melaksanakan feedback yang diberikan. Walaupun demikian menurut dua guru tersebut, remaja Tuna Rungu di SLB-B “X” secara intelektual mampu untuk mencapai prestasi optimal, meskipun pada kenyataannya prestasi yang diraih belum sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Untuk mengatasinya, guru berusaha menjelaskan materi pelajaran secara perlahan dan berulang-ulang, namun usaha ini belum juga dapat menghasilkan prestasi yang sesuai dengan tuntutan sekolah. Guru pun sering menceritakan keberhasilan-keberhasilan alumni SLB-B “X” kepada remaja Tuna Rungu di SLB-B “X”, seperti keberhasilan para alumni menjadi seorang pengusaha, atlet maupun karyawan. Hal ini dimaksudkan agar remaja Tuna Rungu di SLB-B “X” dapat termotivasi untuk belajar dan mandiri.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan lima siswa Tuna Rungu SLB-B “X”. Diketahui bahwa mereka menginginkan nilai ulangan yang baik namun hanya satu orang yang belajar secara teratur dirumah sedangkan empat siswa lainnya lebih sering belajar dengan terburu-buru (sistem kebut semalam). Dari lima siswa, tiga orang yang memiliki target nilai ulangan. Dua dari lima siswa tersebut mengatakan kurang yakin untuk dapat meraih nilai yang tinggi dan hal tersebut menyebabkan rendahnya minat remaja Tuna Rungu dalam belajar. Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa hanya dua orang yang memiliki rencana untuk bertanya pada guru
(46)
7
diluar jam pelajaran jika mereka kurang memahami pelajaran yang diberikan. Hal ini menunjukkan kemampuan merencanakan (forethought) remaja Tuna Rungu di SLB-B “X”.
Disamping itu, kelima siswa tersebut menyatakan bahwa mereka memiliki jadwal belajar dirumah, namun sering kali mereka tidak menepati jadwal belajar yang telah mereka buat. Tiga siswa menyatakan mereka mampu untuk tetap fokus belajar dikelas dan mengabaikan temannya yang mengajak bermain atau mengobrol. Tiga siswa mengatakan bahwa mereka memutuskan untuk belajar bersama bila tidak memahami materi pelajaran, sedangkan dua siswa lainnya hanya mengandalkan kegiatan belajar di kelas. Hal ini menunjukkan kemampuan melaksanakan perencanaan (Performance or Volitional Control) remaja Tuna Rungu di SLB-B “X”. Sebanyak dua siswa mengatakan bahwa mereka belum puas dengan nilai yang didapat dan mengatakan ingin mengubah cara belajar serta berusaha untuk lebih giat lagi, sedangkan tiga siswa lainnya merasa cukup dengan cara belajar yang telah dilakukan, sehingga mereka merasa tidak perlu mengubah cara belajar. Data ini menunjukkan kemampuan mengevaluasi (Self-Reflection) remaja Tuna Rungu di SLB-B “X”.
Melihat fakta yang ada di lapangan dan berdasarkan keadaan tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Self-Regulation akademik pada remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B”X”, Bandung.
(47)
8
1. 2 IDENTIFIKASI MASALAH
Bagaimana gambaran Self-Regulation akademik pada remaja SLTA SLB-B
“X”, Bandung.
1. 3 MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN 1. 3. 1. Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai Self-
Regulation akademik pada remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B ”X”, Bandung. 1. 3. 2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara rinci dan mendalam mengenai kemampuan Self-Regulation akademik pada remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B ”X” Bandung, yang meliputi fase forethought, fase
performance/volitional control dan fase self-reflection
1. 4 KEGUNAAN PENELITIAN 1. 4. 1 Kegunaan Ilmiah
Menambah informasi dalam bidang Psikologi Pendidikan mengenai
Self-Regulation akademik pada remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X”
Bandung.
Memberikan masukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian khususnya yang berhubungan dengan Self-Regulation akademik.
(48)
9
1. 4. 2 Kegunaan Praktis
Memberi informasi kepada remaja Tuna Rungu bahwa kemampuan
Self-Regulation diperlukan untuk kegiatan akademiknya.
Memberi masukan kepada remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” mengenai gambaran Self-Regulation akademik sehingga siswa dapat mengoptimalkan prestasi akademik.
Memberi masukan kepada guru-guru SLTA SLB-B “X” mengenai gambaran
Self-Regulation akademik remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” sehingga
dapat membantu remaja Tuna Rungu untuk mengarahkan mereka dalam meningkatkan kemampuan Self-Regulation.
Memberi masukan kepada orangtua remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” mengenai gambaran Self-Regulation akademik pada remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” sehingga dapat mendukung kegiatan belajar mereka.
1.5 KERANGKA PEMIKIRAN
Remaja Tuna Rungu SLTA SLB-B ”X” berusia 17-21 tahun termasuk dalam masa adolesence. Pada masa ini, remaja memiliki tugas-tugas perkembangan, antara lain belajar, sekolah, menyenangi kegiatan-kegiatan intelektual, dan bersikap kritis dalam menghadapi persoalan (Santrock, 2002). Dalam memenuhi tugas-tugas perkembangannya, remaja Tuna Rungu menempuh pendidikan formal melalui jalur sekolah yang secara khusus telah disediakan oleh pemerintah. Zimmerman (2000) mengemukakan, dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah siswa membutuhkan kemampuan untuk mengatur kegiatan belajar yang dikenal dengan
(49)
10
Self-Regulation akademik, demikian juga pada remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B
“X” Bandung.
Self-Regulation adalah kemampuan seseorang dalam merencanakan,
melaksanakan dan merefleksikan hasil belajarnya. Self-Regulation ini meliputi tiga fase yang merupakan suatu siklus yaitu fase perencanaan (forethought), fase pelaksanaan (performance atau volitional control) dan fase refleksi diri
(self-reflection).
Fase forethough (perencanaan kegiatan belajar) terdiri dari tahapan-tahapan, yaitu tahap task analysis dan tahap self-motivation belief. Tahap task analysis yaitu kemampuan menganalisis kegiatan belajar yang meliputi goal setting dan strategic
planning. Goal setting mengacu pada upaya remaja Tuna Rungu dalam menetapkan personal goal-nya yaitu target nilai ulangan. Remaja Tuna Rungu membutuhkan
banyak informasi untuk dapat membuat perencanaan yang berhubungan dengan personal goal-nya. Informasi yang tidak diperoleh melalui indera pendengarannya akan diperoleh melalui indera yang lain seperti penglihatan, misalnya dengan cara banyak melihat (mengamati) atau membaca buku-buku. Dengan informasi tersebut, remaja Tuna Rungu dapat menetapkan target nilai ulangan yang ingin dicapai, dan setelah itu mereka dapat membuat rencana yang tepat dalam kegiatan belajar (strategic planning) guna mencapai target yang telah ditentukan sebelumnya. Strategi yang dipilih secara tepat dapat meningkatkan performance dengan mengembangkan
kognisi, mengontrol affect, dan mengarahkan motorik (Pressley & Wolloshyn, 1995
dalam Boekaerts, 2000). Strategi belajar yang diterapkan oleh remaja Tuna Rungu dapat berupa rencana jadwal belajar, rencana untuk mengulang pelajaran di rumah,
(50)
11
rencana bertanya pada guru atau teman diluar jam pelajaran sekolah dan rencana mencari informasi lain yang dapat membantu mereka untuk meraih goal. Remaja Tuna Rungu yang mampu menyesuaikan antara tujuan dengan pemilihan strategi yang akan dilakukannya menunjuk pada kemampuan Self-Regulation.
Tahap selanjutnya adalah self-motivation belief. Self-motivation belief menunjukkan motivasi anak dalam belajar, meliputi self-efficacy, outcomes
expectations, intrinsic interest/value, dan goal orientation (Zimmerman dalam
Boekaerts, 2000). Self-efficacy mengacu pada keyakinan remaja Tuna Rungu akan intelegensi, motivasi didalam diri untuk belajar dan bertindak efektif untuk mencapai
goal. Namun bila remaja Tuna Rungu memiliki Self-Regulation yang rendah, mereka
akan merasa bahwa dengan kemampuan yang dimilikinya mereka tidak akan mampu untuk mencapai goal-nya.
Outcomes expectations mengacu pada antisipasi remaja Tuna Rungu dalam
kegiatan belajar. Bila outcomes expectations positif, mereka yakin bahwa apa yang dilakukannya akan berhasil untuk mencapai target yang telah ditentukan, misalnya remaja Tuna Rungu menjadi optimis dan tidak mudah menyerah. Tapi bila outcomes
expectations negatif, maka remaja Tuna Rungu akan merasa bahwa apa yang
dilakukannya kemungkinan tidak akan berhasil dalam mencapai target tersebut, misalnya merasa pesimis. Intrinsic interest/value mengacu pada derajat minat/motivasi remaja Tuna Rungu yang mendasari perilakunya untuk mencapai
goal. Goal orientation mengacu pada kemampuan remaja Tuna Rungu untuk
(51)
12
baik. Tanpa goal orientation remaja Tuna Rungu tidak mampu mempertahankan dan meningkatkan hasil belajar.
Self-regulatory efficacy mempengaruhi proses regulasi pada remaja Tuna
Rungu seperti strategi belajar akademik, misalnya mengatur waktu belajar, menolak tekanan kelompok teman sebaya yang merugikan, self-monitoring, self-evaluation, dan goal setting. self-efficacy belief pada remaja Tuna Rungu akan mempengaruhi
goal setting-nya dimana semakin mampu remaja Tuna Rungu tersebut mempercayai
dirinya semakin tinggi juga goal-goal yang mereka tetapkan dan semakin mantap ia bertahan pada goal-goal tersebut. Ketika remaja Tuna Rungu mengalami kegagalan dalam mencapai goal-nya, mereka yang mampu meregulasi diri akan meningkatkan usahanya.
Remaja Tuna Rungu yang mampu dalam Self-Regulation akan merasa mempunyai self-efficacy karena mereka menetapkan goal untuk diri mereka sendiri melalui proses hirarkis di mana penguasaan yang semakin meningkat dengan kepuasan yang segera dibandingkan akan meminta mereka untuk menunda segala penghayatan diri dari kesuksesan sampai hasil akhir goal tercapai. Proses pencapaian
goal dapat memotivasi remaja Tuna Rungu secara instrinsic dengan caranya sendiri
dan dapat meningkatkan pencapaian goal yang lebih tinggi.
Fase selanjutnya dari Self-Regulation adalah Performance or Vocational
control (pelaksanaan kegiatan belajar). Fase ini terdiri dari control dan self-obsevation. Self-control mengacu pada upaya yang harus dilakukan remaja Tuna
Rungu dalam mengontrol perilaku mereka, yang meliputi self-instruction, imagery,
(52)
13
remaja Tuna Rungu untuk menginstruksikan dirinya mengenai tindakan-tindakan yang harus dilakukannya dalam kegiatan belajar agar goal yang ditetapkan tercapai. Remaja Tuna Rungu yang mampu untuk menginstruksikan dirinya. Imagery merupakan kemampuan remaja Tuna Rungu untuk membayangkan nilai yang telah ditetapkan dapat dicapai atau tidak. Attention focusing mengacu pada kemampuan remaja Tuna Rungu untuk memfokuskan perhatian pada kegiatan belajar yang sedang dilaksankan dan mengabaikan hal lain yang tidak berhubungan dengan kegiatan belajar. Task srategies merupakan kemampuan remaja Tuna Rungu dalam menyusun langkah-langkah, dan melaksanakan strategi belajar yang telah direncanakan agar nilai yang yang diinginkan tercapai.
Task strategies membantu remaja Tuna Rungu untuk mempelajari dan
melaksanakan tugas dengan menyederhanakan suatu tugas menjadi bagian-bagian yang penting dan menyusun bagian-bagian tersebut secara bermakna. Siswa yang mampu untuk menginstruksikan dirinya tentang tindakan yang harus dilakukan dalam kegiatan belajar, mampu mengabaikan hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran dan mengerjakan suatu tugas menjadi bagian-bagian penting berarti remaja Tuna Rungu tersebut mampu melakukan self-control. Misalnya saat membuat tugas, remaja Tuna Rungu yang mampu melakukan self-control akan mencari cara untuk menyelesaikanya dan mengabaikan gangguan dari pihak luar seperti ajakan teman untuk bercanda, mengobrol dan bermain. Remaja Tuna Rungu yang kurang mampu melakukan self-control mungkin akan memilih untuk bercanda, mengobrol atau bermain dan menunda untuk mengerjakan tugas tersebut.
(53)
14
Tahap selanjutnya adalah self-observation yaitu kemampuan untuk mengamati kegiatan belajar, yang meliputi self-recording dan self-experimental.
Self-reecording mengacu pada kemampuan remaja Tuna Rungu mengingat hal-hal yang
dilakukannya, mengingat hal-hal yang dapat mendukung dan menghambat kegiatan belajar. Self-experimental mengacu pada kemampuan remaja Tuna Rungu untuk mencoba strategi atau cara belajar yang baru dimana sebelumnya belum pernah dilakukan. Remaja Tuna Rungu akan berhasil melakukan self-observation yang efektif jika remaja Tuna Rungu tersebut mampu mengingat hal yang mendukung kegiatan belajar mereka dan mencoba cara belajar yang baru berdasarkan hasil
feedback. Pada remaja Tuna Rungu yang sedang mengerjakan tugas, mereka harus
menentukan jenis masalah yang sedang dikerjakan dan cara terbaik untuk menyelesaikannya (self-insruction). Setelah mereka menjalankan cara untuk menyelesaikan tugas tersebut, mereka perlu menilai apakah cara yang dilakukannya berhasil atau perlu diambil cara lainnya (self-observation) walaupun mereka memiliki keterbatasan pengalaman dalam mendengar.
Fase self-reflection (mengevaluasi kegiatan belajar) terbagi menjadi dua bagian yaitu self-judgement dan self-reaction. Self-judgement merupakan kemampuan remaja Tuna Rungu untuk mengevaluasi hasil belajar yang telah diperoleh, meliputi
self-evaluation, dan causal attribution. Self-evaluation mengacu pada kemampuan
remaja Tuna Rungu dalam membandingkan nilai yang diperoleh dengan nilai yang telah ditetapkan sebelumnya sedangkan causal attribution mengacu pada kemampuan remaja Tuna Rungu untuk menilai perilaku yang ditampilkan untuk pencapaian
(54)
15
Tahap selanjutnya adalah self-reaction yang merupakan reaksi remaja Tuna Rungu terhadap hasil belajar yang diperoleh, meliputi self-satisfication, dan
adaptive-defensive inference. Self-satisfication mengacu pada kemampuan remaja Tuna Rungu
dalam mengekspresikan kepuasan dan ketidakpuasan terhadap hasil belajar. Adaptive
inference mengacu pada kemampuan remaja Tuna Rungu dalam memutuskan untuk
menunjukkan perilaku adaptif dalam kegiatan belajar, sedangkan defensive inferences mengacu pada perilaku defensif dalam kegiatan belajar (Zimmerman dalam Boekaerts, 2000).
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Self-Regulation akademik yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial (Boekaerts, 2000). Bagi remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” lingkungan fisik yang dapat membantu untuk meregulasi diri adalah seperti jadwal kegiatan belajar, buku-buku dan catatan yang dimiliki maupun yang dibuat sendiri oleh mereka. Sementara itu, lingkungan sosial bagi remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” meliputi orang tua, guru, dan teman sebaya.
Faktor pertama yaitu orang tua melalui proses bimbingan dan pengawasan. Remaja Tuna Rungu yang orangtuanya dapat mengawasi aktivitas dan prestasi anaknya di sekolah akan mampu melakukan self-regulation akademik. Banyaknya pengalaman belajar dari orang tua yang dapat dijadikan model dalam kegiatan belajar bagi remaja Tuna Rungu turut mempengaruhi kemampuan self-regulation akademik remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” Bandung (Brody & Flor, in press; Brody, Stoneman & Flor, dalam Boekaerts,2000). Faktor kedua adalah guru, mengacu pada interaksi guru dan siswa, metode pengajaran yang dipakai. Dukungan dan umpan
(55)
16
balik yang diberikan oleh pihak SLTA SLB-B “X”, misalnya dari guru, diharapkan dapat dihayati oleh remaja Tuna Rungu untuk menentukan rencana dan perilaku selanjutnya yang akan ditampilkan guna kemajuan akademik remaja Tuna Rungu (Zimmerman dkk, dalam Boekaerts, 2000).
Faktor lainnya adalah teman sebaya. Dalam kesehariannya, remaja Tuna Rungu banyak menggunakan waktu untuk bersama dengan teman-temannya. Bila remaja Tuna Rungu bergaul dengan teman yang kurang memiliki minat dan keinginan untuk belajar, ini akan mempengaruhi kemampuan self-regulation akademiknya, mereka menjadi kurang mampu untuk melakukan self-regulation akademik, begitu pun sebaliknya (Zimmerman dkk, dalam Boekaerts, 2000).
(56)
17
Bagan 1.1 Skema Kerangka Pikir Self Regulation Akademik
Remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” Bandung.
Performance /Volitional Control
- Self Control
- Self
Observation Forethought
- Task Analysis
- Self Motivation Belief
Self Reflection
- Self Judgement
- Self reaction
Mampu
Kurang Mampu
Environment
- Orang Tua - Guru
(57)
18
1.6 Asumsi
• Sangat sedikit atau bahkan sama sekali tidak menerima informasi melalui indera pendengaran menyebabkan remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” mengalami kesulitan dalam melakukan Self-Regulation.
• Remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X”, Bandung membutuhkan kemampuan
Self-Regulation yang meliputi tiga fase, yaitu fase Forethought, Performance or Volitional Control dan Self-Reflection untuk dapat mencapai prestasi akademik yang
optimal.
• Remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” yang mampu melakukan fase
Forethough, mampu menetapkan target nilai, membuat suatu perencanaan dan
strategi yang tepat untuk pencapaian target nilai yang telah ditetapkan.
• Remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” yang mampu melakukan fase
Performance, mampu melakukan dan mengarahkan perilakunya sesuai dengan
rencana yang telah dibuat sehingga mampu mencapai target nilai yang telah ditetapkan.
• Remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” yang mampu melakukan fase
Self-Reflection, mampu mengevaluasi nilai yang telah dicapai dengan nilai yang telah
ditetapkan, sehingga dapat menentukan langkah selanjutnya untuk pencapaian target nilai berikutnya.
• Kemampuan Self-Regulation remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” dipengaruhi oleh faktor sosial dan faktor lingkungan fisik.
(58)
19
• Remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X”, Bandung memiliki kemampuan
(59)
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai kemampuan Self-Regulation akademik pada remaja Tuna Rungu SLTA SLB-B “X”, Bandung dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” Bandung, hampir seluruhnya berada pada kriteria mampu dalam melakukan Self-Regulation akademik yang meliputi merencanakan, melaksanakan kegiatan belajar, dan mengevaluasi kegiatan belajar.
2. Remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” Bandung yang berada pada kriteria kurang mampu melakukan Self-Regulation, ternyata kurang mampu dalam melakukan fase Forethought dan Self Reflection.
3. Terlihat bahwa remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” Bandung, mendapat dukungan yang besar dari lingkungan sosialnya yaitu dari orang tua, guru, dan teman sebaya.
(60)
5.2 Saran
5.2.1 Saran Penelitian
1. Disarankan untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh lingkungan sosial dan lingkungan fisik terhadap kemampuan Self-Regulation akademik. 5.2.2 Saran Guna Laksana
1. Bagi orangtua, diharapkan dapat memberikan umpan balik berupa masukan, pujian ataupun kritik kepada remaja Tuna Rungu SLTA SLB-B “X” Bandung, guna meningkatkan kemampuan Self-Regulation akademik. 2. Disarankan kepada guru untuk membantu mengoptimalkan perkembangan
Self-Regulation akademik pada remaja Tuna Rungu dengan memberikan
motivasi melalui pengarahan dan konsultasi kepada remaja Tuna Rungu, serta memberikan umpan balik dari hasil akademik yang telah dicapai agar remaja Tuna Rungu lebih efektif dalam melakukan evaluasi untuk membuat perencanaan selanjutnya.
3. Bagi remaja Tuna Rungu SLTA SLB-B “X” Bandung, disarankan untuk meningkatkan motivasi belajar.
(61)
91
DAFTAR PUSTAKA
Boekaerts, Monique; Pintrich, Paul. R.; Zeidner, Moshe. 2002. Handbook of Self-
Regulation. California, USA : Academic Press.
Somantri, Sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Reflika Aditama. Abdurrachman, Muljono & Sudjadi S. 1994. Pendidikan Luar Biasa Umum. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hartotanojo, Adrian. 1995. Proses Belajar Membaca dan Menulis pada Anak-Anak
Tuli.Wonosobo: Yayasan Karya Bakti.
Santrock, John W. 2002. Life-Span Developmental, Edisi kelima, alih Bahasa: Achmad Chusairi, Jakarta: Erlangga.
Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia.
(62)
92
DAFTAR RUJUKAN www.pikiran-rakyat.com
www.kompas.co.id www.google.com
Monika Elizabeth.2005. Studi Deskriptif Mengenai Self Regulation Akademik Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar “X”, Bandung. Skripsi. Bandung. Program S1
(1)
Universitas Kristen Maranatha 18
1.6 Asumsi
• Sangat sedikit atau bahkan sama sekali tidak menerima informasi melalui indera pendengaran menyebabkan remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” mengalami kesulitan dalam melakukan Self-Regulation.
• Remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X”, Bandung membutuhkan kemampuan Self-Regulation yang meliputi tiga fase, yaitu fase Forethought, Performance or Volitional Control dan Self-Reflection untuk dapat mencapai prestasi akademik yang optimal.
• Remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” yang mampu melakukan fase Forethough, mampu menetapkan target nilai, membuat suatu perencanaan dan strategi yang tepat untuk pencapaian target nilai yang telah ditetapkan.
• Remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” yang mampu melakukan fase Performance, mampu melakukan dan mengarahkan perilakunya sesuai dengan rencana yang telah dibuat sehingga mampu mencapai target nilai yang telah ditetapkan.
• Remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” yang mampu melakukan fase Self-Reflection, mampu mengevaluasi nilai yang telah dicapai dengan nilai yang telah ditetapkan, sehingga dapat menentukan langkah selanjutnya untuk pencapaian target nilai berikutnya.
• Kemampuan Self-Regulation remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” dipengaruhi oleh faktor sosial dan faktor lingkungan fisik.
(2)
Universitas Kristen Maranatha 19
• Remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X”, Bandung memiliki kemampuan Self-Regulation yang berbeda-beda.
(3)
Universitas Kristen Maranatha 5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai kemampuan Self-Regulation akademik pada remaja Tuna Rungu SLTA SLB-B “X”, Bandung dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” Bandung, hampir seluruhnya berada pada kriteria mampu dalam melakukan Self-Regulation akademik yang meliputi merencanakan, melaksanakan kegiatan belajar, dan mengevaluasi kegiatan belajar.
2. Remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” Bandung yang berada pada kriteria kurang mampu melakukan Self-Regulation, ternyata kurang mampu dalam melakukan fase Forethought dan Self Reflection.
3. Terlihat bahwa remaja Tuna Rungu di SLTA SLB-B “X” Bandung, mendapat dukungan yang besar dari lingkungan sosialnya yaitu dari orang tua, guru, dan teman sebaya.
(4)
Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran
5.2.1 Saran Penelitian
1. Disarankan untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh lingkungan sosial dan lingkungan fisik terhadap kemampuan Self-Regulation akademik. 5.2.2 Saran Guna Laksana
1. Bagi orangtua, diharapkan dapat memberikan umpan balik berupa masukan, pujian ataupun kritik kepada remaja Tuna Rungu SLTA SLB-B “X” Bandung, guna meningkatkan kemampuan Self-Regulation akademik. 2. Disarankan kepada guru untuk membantu mengoptimalkan perkembangan
Self-Regulation akademik pada remaja Tuna Rungu dengan memberikan motivasi melalui pengarahan dan konsultasi kepada remaja Tuna Rungu, serta memberikan umpan balik dari hasil akademik yang telah dicapai agar remaja Tuna Rungu lebih efektif dalam melakukan evaluasi untuk membuat perencanaan selanjutnya.
3. Bagi remaja Tuna Rungu SLTA SLB-B “X” Bandung, disarankan untuk meningkatkan motivasi belajar.
(5)
Universitas Kristen Maranatha 91
DAFTAR PUSTAKA
Boekaerts, Monique; Pintrich, Paul. R.; Zeidner, Moshe. 2002. Handbook of Self- Regulation. California, USA : Academic Press.
Somantri, Sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Reflika Aditama. Abdurrachman, Muljono & Sudjadi S. 1994. Pendidikan Luar Biasa Umum. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hartotanojo, Adrian. 1995. Proses Belajar Membaca dan Menulis pada Anak-Anak Tuli.Wonosobo: Yayasan Karya Bakti.
Santrock, John W. 2002. Life-Span Developmental, Edisi kelima, alih Bahasa: Achmad Chusairi, Jakarta: Erlangga.
Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia.
(6)
Universitas Kristen Maranatha 92
DAFTAR RUJUKAN www.pikiran-rakyat.com
www.kompas.co.id www.google.com
Monika Elizabeth.2005. Studi Deskriptif Mengenai Self Regulation Akademik Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar “X”, Bandung. Skripsi. Bandung. Program S1 Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.