Hubungan konsep diri siswa dan persepsi siswa mengenai kompetensi guru dengan motivasi belajar siswa SMA Negeri kelas XI pada mata pelajaran akuntansi di Kabupaten Sleman.

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN KONSEP DIRI SISWA DAN PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA

NEGERI KELAS XI PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KABUPATEN SLEMAN

Fransisca Danapramitha Christie Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) hubungan antara konsep diri siswa dengan motivasi belajar siswa SMA Negeri kelas XI pada mata pelajaran akuntansi di Kabupaten Sleman; dan 2) hubungan antara persepsi siswa mengenai kompetensi guru dengan motivasi belajar siswa SMA Negeri kelas XI pada mata pelajaran akuntansi di Kabupaten Sleman.

Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto korelasional. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari hingga Maret 2016. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Negeri kelas XI IPS di Kabupaten Sleman yang berjumlah 873 orang. Jumlah sampel penelitian berdasarkan sampel sekolah adalah 163 siswa. Teknik pengambilan sampel adalah teknik sampel peluang dengan menggunakan undian. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Teknik analisis data adalah korelasi Spearman Rank.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) ada hubungan positif dan signifikan antara konsep diri siswa dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi ( = (+) 0,568; Sig.(2-tailed) = 0,000); dan 2) ada hubungan positif dan signifikan antara persepsi siswa mengenai kompetensi guru dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi ( = (+) 0,628; Sig.(2-tailed) = 0,000).


(2)

ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN STUDENT’S SELF CONCEPT, AND STUDENT’S PERSEPTION ABOUT TEACHER’S COMPETENCE AND

THE STUDENT’S LEARNING MOTIVATION OF THE ELEVENTH

GRADE STUDENTS IN ACCOUNTING SUBJECTS IN SLEMAN REGENCY

Fransisca Danapramitha Christie Universitas Sanata Dharma

2016

This research aims to find out: 1) correlation between student’s self concept and student’s learning motivation of grade students of Senior High School in accounting subjects in Sleman Regency; and 2) correlation between student’s perception about teacher’s competence and student’s learning motivation of grade of Senior High School in accounting subjects in Sleman Regency.

This research is a correlational ex-post facto research. This research was conducted from February to March 2016. The population of this research were 873 students of grade of social science departement of Senior High School in Sleman Regency. The samples were 163 students. The sampling techniques were probability sample techniques by using lottery. The data collecting techniques were questionnaires. The data analyse technique was Spearman Rank correlation.

The result of the study indicates that: 1) there is a positive and significant correlation between student’s self concept and student’s learning motivation in accounting subjects (count r = (+) 0,568; Sig.(2-tailed) = 0,000); and 2) there is a positive and significant correlation between student’s perception about teacher’s competence and student’s learning motivation in accounting subjects (count r = (+) 0,628; Sig.(2-tailed) = 0,000).


(3)

i

HUBUNGAN KONSEP DIRI SISWA DAN PERSEPSI SISWA

MENGENAI KOMPETENSI GURU DENGAN MOTIVASI

BELAJAR SISWA SMA NEGERI KELAS XI PADA MATA

PELAJARAN AKUNTANSI DI KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Fransisca Danapramitha Christie NIM: 121334027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk

Bapa, Putera, dan Roh Kudus;

Bunda Maria dan Santa Pelindungku;

Bapak, Ibu, dan Adik-adikku;

Pringgo

s Family dan

Sukirno’s Family;

Sahabat-sahabatku;

Rekan hidupku kelak;

Almamaterku Universitas Sanata Dharma.


(7)

v

MOTTO

Life is Either Daring Adventure or Nothing at All ~Helen Keller~

Learn from Yesterday, Live for Today, Hope for Tomorrow ~Albert Einstein~

Sebuah tantangan akan menjadi beban, jika itu hanya dipikirkan. Sebuah cita-cita juga adalah beban, jika itu hanya angan-angan.

~NN~

Jangan takut untuk melangkah,

Karena jarak 1000 mil dimulai dengan 1 langkah. ~NN~

Do the Best, be Good, then You will be The Best. ~NN~


(8)

(9)

(10)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN KONSEP DIRI SISWA DAN PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA

NEGERI KELAS XI PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KABUPATEN SLEMAN

Fransisca Danapramitha Christie Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) hubungan antara konsep diri siswa dengan motivasi belajar siswa SMA Negeri kelas XI pada mata pelajaran akuntansi di Kabupaten Sleman; dan 2) hubungan antara persepsi siswa mengenai kompetensi guru dengan motivasi belajar siswa SMA Negeri kelas XI pada mata pelajaran akuntansi di Kabupaten Sleman.

Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto korelasional. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari hingga Maret 2016. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Negeri kelas XI IPS di Kabupaten Sleman yang berjumlah 873 orang. Jumlah sampel penelitian berdasarkan sampel sekolah adalah 163 siswa. Teknik pengambilan sampel adalah teknik sampel peluang dengan menggunakan undian. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Teknik analisis data adalah korelasi Spearman Rank.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) ada hubungan positif dan signifikan antara konsep diri siswa dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi ( = (+) 0,568; Sig.(2-tailed) = 0,000); dan 2) ada hubungan positif dan signifikan antara persepsi siswa mengenai kompetensi guru dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi ( = (+) 0,628; Sig.(2-tailed) = 0,000).


(11)

ix

ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN STUDENT’S SELF CONCEPT, AND STUDENT’S PERSEPTION ABOUT TEACHER’S COMPETENCE AND

THE STUDENT’S LEARNING MOTIVATION OF THE ELEVENTH

GRADE STUDENTS IN ACCOUNTING SUBJECTS IN SLEMAN REGENCY

Fransisca Danapramitha Christie Universitas Sanata Dharma

2016

This research aims to find out: 1) correlation between student’s self concept and student’s learning motivation of grade students of Senior High School in accounting subjects in Sleman Regency; and 2) correlation between student’s perception about teacher’s competence and student’s learning motivation of grade of Senior High School in accounting subjects in Sleman Regency.

This research is a correlational ex-post facto research. This research was conducted from February to March 2016. The population of this research were 873 students of grade of social science departement of Senior High School in Sleman Regency. The samples were 163 students. The sampling techniques were probability sample techniques by using lottery. The data collecting techniques were questionnaires. The data analyse technique was Spearman Rank correlation.

The result of the study indicates that: 1) there is a positive and significant correlation between student’s self concept and student’s learning motivation in accounting subjects (count r = (+) 0,568; Sig.(2-tailed) = 0,000); and 2) there is a positive and significant correlation between student’s perception about teacher’s competence and student’s learning motivation in accounting subjects (count r = (+) 0,628; Sig.(2-tailed) = 0,000).


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan kasih-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Konsep Diri Siswa dan Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru dengan Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri Kelas XI pada Mata Pelajaran Akuntansi di Kabupaten Sleman”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pembuatan skripsi ini tidak lepas dari banyak pihak yang telah memberikan bantuan moril, materil, dukungan, bimbingan, kerjasama, dan doa. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan dosen pembimbing saya dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak/Ibu Dosen dan Karyawan/Karyawati Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Jurusan


(13)

xi

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Kepala sekolah, guru, dan karyawan se-Kabupaten Sleman yang sudah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian untuk skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu guru mata pelajaran akuntansi yang telah membantu penulis dalam proses penyebaran kuesioner dan pemberian arahan kepada para siswa.

6. Siswa-siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Depok sebagai responden dalam uji instrumen, SMA Negeri 1 Mlati, SMA Negeri 2 Sleman, SMA Negeri 1 Ngaglik, dan SMA Negeri 2 Ngaglik yang bersedia menjadi subjek penelitian.

7. Kedua orang tua dan kedua adik saya yang telah memberikan kasih sayang, bantuan, dukungan, dan doa untuk penulis dari awal penulis kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hingga tersusunnya skripsi ini. 8. Keluarga besar Pringgo’s Family dan Sukirno’s Family yang telah

memberikan kasih sayang, dukungan, bantuan, semangat, dan doa kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

9. Yohanes Berchman Anggit Pratama Nuary yang selalu menjadi pendengar yang baik bagi penulis, memberikan kasih sayang, bantuan, dukungan, motivasi, kritik, saran, dan perhatian kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabat di Program Studi Pendidikan Ekonomi: Dila Putri Lestari, Helena Larasati, Agata Aderita Vena Purdianti, Natalia Widdy Pratiwi,


(14)

xii

Gisela Anggita Sari, Fransiska Rika Hebriella, Brigita Siwi Dwi Pangestu, Fransiska Indah Citra Dewi, Vidia Natalia Kusumaningtyas, dan Hesti Ratnaningrum.

11. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Pendidikan Ekonomi. “Sukses untuk kita semua”.

12. Puspa Yashidara Dominica yang berada di kota yang berbeda namun selalu saling menyemangati.

13. Teman-teman Mitra Perpustakaan yang selalu memberikan pengertian, bantuan, dan dukungan: Poppy, Maya, Risma, Siti, Vivi, Sisil, Siska, Sandra, Putri, Gratia, Nina, Vena, Hesti, Ica, Wasi, Mas Agus, Mas Vanio, Mbak Erika, Mbak Lia, Mbak Lita, dan Mbak Santi.

14. Semua pihak yang telah membantu, mendukung dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak yang berkepentingan. Terimakasih

Yogyakarta, 30 April 2016 Penulis


(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5


(16)

xiv

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Deskripsi Teori ... 8

1. Motivasi Belajar ... 8

a. Pengertian Motivasi Belajar ... 8

b. Fungsi Motivasi ... 10

c. Sumber Motivasi ... 11

d. Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran ... 14

e. Teori Motivasi ... ` 15

2. Persepsi ... 17

a. Pengertian Persepsi ... 17

b. Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi ... 17

c. Proses terjadinya Persepsi ... 18

3. Konsep Diri ... 19

a. Pengertian Konsep Diri ... 20

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ... 22

c. Dimensi-dimensi dalam Konsep Diri ... 22

d. Perkembangan Konsep Diri ... 25

4. Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru ... 26

a. Pengertian Kompetensi Guru ... 26

b. Jenis Kompetensi Guru ... 27

B. Kerangka Berpikir ... 34


(17)

xv

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Jenis Penelitian ... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 40

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 41

E. Operasionalisasi Variabel ... 46

F. Teknik Pengumpulan Data ... 51

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 53

1. Uji Validitas ... 53

2. Uji Reliabilitas ... 63

H. Teknik Analisis Data ... 65

1. Analisis Data Deskriptif ... 65

2. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 66

a. Pengujian Normalitas ... 66

b. Pengujian Hipotesis ... 68

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 72

A. Deskripsi Data Responden ... 72

B. Deskripsi Data Penelitian ... 73

1. Konsep Diri Siswa ... 73

2. Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru ... 74

3. Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi ... 76


(18)

xvi

C. Pengujian Hipotesis ... 78

1. Hubungan Konsep Diri Siswa dengan Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri Kelas XI pada Mata Pelajaran Akuntansi di Kabupaten Sleman ... 78

2. Hubungan Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru dengan Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri Kelas XI di Kabupaten Sleman ... 80

D. Pembahasan ... 82

1. Hubungan Konsep Diri Siswa dengan Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri Kelas XI pada Mata Pelajaran Akuntansi di Kabupaten Sleman ... 82

2. Hubungan Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru dengan Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri Kelas XI pada Mata Pelajaran Akuntansi di Kabupaten Sleman 85

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Keterbatasan ... 90

C. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 96


(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Sekolah Tempat Penelitian ... 40

Tabel 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

Table 3.3 Nama Sekolah dan Jumlah Siswa ... 41

Tabel 3.4 Nama Sekolah dan Jumlah responden ... 44

Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Konsep Diri Siswa ... 47

Tabel 3.6 Operasionalisasi Variabel Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru ... 49

Tabel 3.7 Operasionalisasi Variabel Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi ... 51

Tabel 3.8 Skor Skala Likert dalam Kuesioner ... 53

Tabel 3.9 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi ... 55

Tabel 3.10 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi ... 56

Tabel 3.11 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Konsep Diri Siswa ... 57

Tabel 3.12 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Konsep Diri Siswa ... 58

Tabel 3.13 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Guru ... 59 Tabel 3.14 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Persepsi Siswa


(20)

xviii

Mengenai Kompetensi Guru ... 60

Tabel 3.15 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Guru ... 62

Tabel 3.16 Tingkat Koefisien Reliabilitas ... 64

Tabel 3.17 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 64

Tabel 3.18 Kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) II... 66

Tabel 3.19 Hasil Uji Normalitas Variabel Konsep Diri Siswa Dengan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi ... 67

Tabel 3.20 Hasil Uji Normalitas Variabel Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru dengan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi ... 68

Tabel 3.21 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan ... 70

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Asal Sekolah ... 72

Tabel 4.2 Deskripsi Variabel Konsep Diri Siswa... 73

Tabel 4.3 Nilai-nilai Statistika Variabel Konsep Diri Siswa... 74

Tabel 4.4 Deskripsi Variabel Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru ... 75

Tabel 4.5 Nilai-nilai Statistika Variabel Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru ... 76

Tabel 4.6 Deskripsi Variabel Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi ... 77


(21)

xix

Tabel 4.7 Nilai-nilai Statistika Variabel Motivasi Belajar Siswa

Pada Mata Pelajaran Akuntansi ... 77 Tabel 4.8 Hasil Uji Korelasi antara Variabel Konsep Diri Siswa

Dengan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

Akuntansi ... 79 Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi antara Variabel Persepsi Siswa

mengenai Kompetensi Guru dengan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi ... 81


(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 99 Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 108

A. Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

Akuntansi ... 109 B. Konsep Diri Siswa ... 113 C. Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru ... 121 Lampiran 3 Uji Normalitas ... 133

A. Konsep Diri Siswa dan Motivasi Belajar Siswa

pada Mata Pelajaran Akuntansi ... 134 B. Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru

dan Motivasi Belajar Siswa pada Mata

Pelajaran Akuntansi ... 138 Lampiran 4 Analisis Deskriptif ... 143 A. Konsep Diri Siswa ... 144 B. Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru ... 144 C. Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

Akuntansi ... 145 Lampiran 5 Analisis Korelasi Spearman... 147

A. Hubungan Konsep Diri Siswa dan Motivasi

Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi .... 148 B. Hubungan Persepsi Siswa mengenai Kompetensi


(23)

xxi

Guru dan Motivasi Belajar Siswa pada Mata

Pelajaran Akuntansi ... 148 Lampiran 6 Data Induk Penelitian ... 149

A. Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

Akuntansi ... 150 B. Konsep Diri Siswa ... 155 C. Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru ... 161 D. Tabulasi data ... 168 Lampiran 7 Tabel r dan Interpolasi ... 173 Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian ... 176


(24)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap individu memiliki kondisi internal yang turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu kondisi internal tersebut adalah motivasi. Motivasi secara umum adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang melakukan sesuatu. Perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema yang sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

Siswa adalah individu atau kelompok yang memiliki kegiatan belajar dalam kehidupan sehari-harinya, baik formal maupun informal. Belajar menurut Uno (2007:22) adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar dapat dilakukan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam pendidikan formal, belajar dapat dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas dengan materi sesuai kurikulum yang berlaku.

Siswa memerlukan motivasi dalam mencapai tujuan belajar. Menurut Majid (2013:310), berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, ada dua macam motivasi, yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Konsep diri merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri akan mendorong


(25)

dan mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak. Persepsi siswa mengenai dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahkan siswa untuk belajar dan mencapai tujuan belajar. Sementara itu, kompetensi guru merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar. Menurut Asmani (2009:37), kompetensi menjadi syarat mutlak menuju profesionalitas. Kompetensi guru akan mengantarkannya menjadi guru profesional yang diidamkan oleh para siswa. Siswa memiliki persepsi atau gambaran mengenai guru yang mengajarnya, baik persepsi yang positif/baik ataupun yang negatif/tidak baik sesuai dengan kesimpulan dari apa yang ditangkap oleh panca inderanya. Persepsi tersebut dapat memicu perasaan suka maupun tidak suka terhadap guru tersebut. Guru yang disukai oleh para siswa dapat memotivasi siswa untuk belajar.

Berdasarkan pengamatan, banyak siswa yang belajar dengan keterpaksaan, menganggap bahwa belajar adalah sekedar untuk mendapatkan nilai tinggi, mengandalkan cara curang saat ujian, dan tidak sungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti tidak membawa buku saat pembelajaran, tidak mengerjakan tugas yang akan dibahas, dan lain-lain.

Tidak sedikit ditemukan siswa yang menyerah dengan keadaannya. Mereka menilai diri mereka sebagai individu yang tidak mungkin bisa mempelajari banyak hal dan memahami serta mengingatnya. Mereka menganggap bahwa mereka tidak bisa menjadi pribadi yang lebih baik dalam belajar. Mereka menganggap diri mereka sebagai individu yang tidak


(26)

bisa naik ke atas, melampaui orang-orang yang mereka anggap lebih baik. Mereka lebih mengandalkan cara-cara salah untuk memperoleh nilai tinggi atau justru hanya pasrah kepada keadaaan yang mereka anggap sulit. Ketika siswa memiliki persepsi yang tidak baik terhadap dirinya sendiri terutama pada mata pelajaran akuntansi, ditemukan bahwa motivasi belajar siswa berada pada tingkat yang rendah. Hubungan di antara kedua variabel ini memungkinkan adanya pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Oleh karena persepsi tidak baik terhadap diri mereka sendiri, mereka merasa bahwa belajar merupakan hal yang sia-sia bagi mereka, tidak akan membuat pengetahuan mereka bertambah, sehingga siswa kurang atau tidak termotivasi dalam belajar.

Selain itu, siswa juga memiliki persepsi terutama terhadap kompetensi guru yang mengajar mereka. Menurut Mulyasa (2007:57), siswa menganggap bahwa guru adalah faktor penyebab sulitnya mereka belajar, atau guru yang membuat menjadi sulit. Banyak ditemukan siswa yang sibuk sendiri saat pembelajaran berlangsung. Mereka tidak fokus pada pembelajaran dan merasa bosan dengan kondisi kelas. Segala yang ditangkap oleh panca indera siswa pada gurunya mampu membangun persepsi siswa, khususnya mengenai kompetensi guru. Ketika siswa memiliki persepsi bahwa guru tidak memiliki kompetensi yang baik, ditemukan juga bahwa motivasi siswa dalam belajar akuntansi rendah atau bahkan tidak memilikinya. Hubungan di antara kedua variabel ini memungkinkan terjadinya pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Oleh


(27)

karena siswa merasa bahwa guru yang mengajarnya tidak memiliki kompetensi yang baik, misalnya menyampaikan materi dengan suara yang tidak terdengar, motivasi siswa berkurang dan tidak fokus sehingga mencari kesibukan lain.

Berdasarkan persoalan-persoalan tersebut, maka timbul permasalahan meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi. Faktor-faktor tersebut tidak akan mempengaruhi motivasi belajar siswa apabila antara mereka tidak ada hubungan. Oleh karena itu, faktor-faktor tersebut perlu dikaji pada penelitian ini dan dibatasi mengenai konsep diri dan persepsi siswa terhadap kompetensi guru. Dengan demikian, peneliti mengusulkan “Hubungan Konsep Diri Siswa dan Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Guru dengan Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri Kelas XI pada Mata Pelajaran Akuntansi di Kabupaten Sleman” sebagai judul penelitian ini.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang diteliti dibatasi. Hal ini bertujuan untuk mengarahkan penelitian yang dilakukan. Ruang lingkup masalah yang diteliti meliputi hubungan motivasi belajar siswa dengan:

1. Konsep diri siswa SMA Negeri kelas XI di Kabupaten Sleman.

2. Persepsi siswa mengenai kompetensi guru mata pelajaran akuntansi SMA Negeri kelas XI di Kabupaten Sleman.


(28)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti dan dibahas dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah ada hubungan yang signifikan dan positif antara konsep diri

siswa dengan motivasi belajar siswa SMA Negeri kelas XI pada mata pelajaran akuntansi di Kabupaten Sleman?

2. Apakah ada hubungan yang signifikan dan positif antara persepsi siswa mengenai kompetensi guru dengan motivasi belajar siswa SMA Negeri kelas XI pada mata pelajaran akuntansi di Kabupaten Sleman?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Mengetahui hubungan antara konsep diri siswa dengan motivasi belajar siswa SMA Negeri kelas XI pada mata pelajaran akuntansi di Kabupaten Sleman.

2. Mengetahui hubungan antara persepsi siswa mengenai kompetensi guru dengan motivasi belajar siswa SMA Negeri kelas XI pada mata pelajaran akuntansi di Kabupaten Sleman.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:


(29)

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memperluas pengetahuan di bidang akuntansi terutama dalam bidang pendidikan yang terkait dengan hubungan konsep diri siswa dan persepsi siswa mengenai kompetensi guru dengan motivasi belajar siswa. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi referensi bagi penelitian lebih lanjut oleh mahasiswa di lingkungan pendidikan, khususnya bidang pendidikan akuntansi dalam mempelajari pendidikan akuntansi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Manfaat Praktis a. Bagi mahasiswa

Penelitian ini merupakan penelitian yang dikhususkan mempelajari hubungan konsep diri siswa dan persepsi siswa mengenai kompetensi guru dengan motivasi belajar siswa. Dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa sebagai sarana penerapan ilmu yang diperoleh selama kuliah dan dapat memperbanyak ilmu pengetahuan yang didapat sehingga dapat menjadi bekal untuk masa depan sebagai seorang pendidik agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar yang diharapkan memuaskan.


(30)

b. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu masukan akan pentingnya hubungan konsep diri siswa dan persepsi siswa mengenai kompetensi guru dengan motivasi belajar siswa serta dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas lulusan yang dicetak oleh seluruh SMA Negeri di Kabupaten Sleman.

c. Bagi siswa

Penelitian ini dimaksudkan agar siswa dapat mengetahui dan menyampaikan pendapatnya mengenai apa yang mereka rasakan. Siswa dapat mengetahui hubungan antara konsep diri siswa dan persepsi siswa mengenai kompetensi guru dengan motivasi mereka dalam belajar pada mata pelajaran akuntansi. d. Bagi guru

Penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan guru dalam hal menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian, maka diharapkan para guru untuk terus meningkatkan kompetensinya yang telah diprasyaratkan.

e. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada peneliti selanjutnya. Diharapkan dengan penelitian ini, peneliti selanjutnya dapat mengambil sebuah pelajaran dan pengalaman, atau kekurangan dari penelitian sebelumnya untuk dijadikan sebuah referensi guna melakukan penelitian yang lebih baik lagi.


(31)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori 1. Motivasi Belajar

Setiap individu memiliki kondisi internal yang turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu kondisi internal tersebut adalah motivasi.

a. Pengertian motivasi belajar

Istilah motivasi berasal dari kata motif. Menurut Uno (2007:3), motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Dengan demikian, motivasi adalah dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.

Majid (2013:308) mengemukakan bahwa motivasi adalah energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri seseorang yang tampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi sehingga mendorong individu untuk bertindak atau


(32)

melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan kekuatan yang menjadi pendorong bagi seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan. Dorongan tersebut tersirat pada diri seseorang melalui sikap dan perilakunya yang melibatkan kejiwaan, perasaan, dan emosi.

Motivasi seseorang dapat bermacam-macam sesuai dengan kebutuhannya, salah satunya adalah motivasi belajar. Belajar menurut Uno (2007:23) adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan uraian tersebut, maka arti dari motivasi belajar adalah pendorong bagi seseorang agar mencapai perubahan tingkah laku yang permanen dan potensial untuk mencapai tujuan tertentu, dengan kata lain motivasi belajar adalah dorongan yang memacu seseorang untuk melakukan kegiatan belajar agar tujuan dari belajar terpenuhi.


(33)

b. Fungsi motivasi

Motivasi berhubungan dengan pencapaian tujuan seseorang. Oleh karena itu, motivasi memiliki fungsi yang mempengaruhi aktivitas seseorang. Menurut Sarjiman (Majid, 2013:309), fungsi motivasi adalah sebagai berikut.

1) Mendorong manusia untuk berbuat.

Hal ini bermakna bahwa motivasi bisa dijadikan sebagai penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2) Menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak

dicapai.

Hal ini berarti bahwa motivasi dapat memberikan arah atau petunjuk untuk melakukan kegiatan yang seharusnya dikerjakan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. 3) Menyeleksi perbuatan.

Hal ini bermakna bahwa motivasi menentukan perbuatan-perbuatan yang seharusnya dikerjakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dengan cara menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Dengan demikian, motivasi memiliki peran yang penting, walaupun tidak berarti bahwa setiap tujuan dapat tercapai hanya dengan adanya motivasi.


(34)

c. Sumber motivasi

Dorongan yang ada pada diri seseorang tidak begitu saja muncul. Sumber motivasi seseorang dengan yang lainnya berbeda-beda. Menurut Majid (2013:310), berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, ada dua macam motivasi, yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal.

Motivasi internal adalah motivasi yang muncul karena dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor internal yang mendorong munculnya motivasi terhadap seseorang adalah sebagai berikut.

1) Adanya kebutuhan

Menurut Purwanto (Majid, 2013:311), tindakan yang dilakukan oleh seseorang pada hakikatnya adalah sebagai pemenuhan kebutuhan, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis.

2) Persepsi individu mengenai dirinya sendiri

Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak.

3) Harga diri dan prestasi

Hal ini mengarahkan individu untuk menjadi pribadi yang mandiri, kuat, dan memperoleh kebebasan serta mendapatkan status tertentu dalam lingkungan


(35)

masyarakat, serta dapat mendorong individu untuk berprestasi.

4) Adanya cita-cita dan harapan

Cita-cita dan harapan mendorong seseorang melakukan sesuatu agar apa yang diinginkannya tersebut tercapai. 5) Minat

Minat muncul juga dikarenakan adanya kebutuhan. Oleh karena itu, minat mampu memunculkan motivasi dalam diri seseorang.

6) Kepuasan kinerja

Kepuasan terhadap kinerja diri sendiri merupakan dorongan untuk mencapai tujuan yang lebih dari sebelumnya.

Motivasi eksternal adalah motivasi yang muncul karena dorongan yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor eksternal yang mendorong munculnya motivasi pada diri seseorang adalah sebagai berikut.

1) Pemberian hadiah

Hadiah yang diterima oleh seseorang adalah sesuatu yang positif yang mendorong seseorang untuk semangat dalam melakukan sesuatu.


(36)

2) Kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat mendorong munculnya motivasi karena seseorang yang berkompetisi adalah seseorang yang memiliki keinginan untuk menjadi lebih baik.

3) Hukuman

Hukuman merupakan hal yang bersifat negatif, namun mampu membuat seseorang jera dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

4) Pujian

Pujian akan memunculkan perasaan yang senang bagi seseorang, yang mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal tertentu itu lagi atau hal-hal lain dengan baik dan benar.

5) Situasi lingkungan pada umumnya

Setiap individu terdorong untuk berhubungan dengan rasa mempunyai dalam melakukan interaksi secara efektif dengan lingkungannya.

6) Sistem imbalan yang diterima

Imbalan merupakan karakteristik atau kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang yang dapat mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah tingkah laku dari satu objek ke objek lain yang


(37)

mempunyai nilai imbalan yang lebih besar. Sistem pemberian imbalan dapat mendorong individu untuk berperilaku dalam mencapai tujuan.

Faktor-faktor tersebut merupakan hal-hal yang umum bagi setiap orang. Bagi seseorang yang akan atau melakukan kegiatan belajar, faktor-faktor yang mempengaruhinya menurut Uno (2007:31) adalah:

1) adanya hasrat dan keinginan berhasil;

2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; 4) adanya penghargaan dalam belajar;

5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar;

6) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang dapat belajar dengan baik. d. Peranan motivasi dalam belajar dan pembelajaran

Menurut Uno (2007:27), motivasi dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain:

1) Menentukan penguatan belajar.

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seseorang yang belajar dihadapkan pada suatu masalah


(38)

yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Motivasi dapat menentukan hal-hal yang ada di lingkungan seseorang yang dapat memperkuat perbuatan belajar orang tersebut.

2) Memperjelas tujuan belajar.

Seseorang akan tertarik untuk mempelajari sesuatu jika yang dipelajari sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya oleh orang tersebut.

3) Menentukan ketekunan belajar

Seseorang yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.

e. Teori Motivasi

Beberapa teori dikemukakan oleh para ahli, (Fathurrohman dan Sulistyorini, 2012:160) di antaranya:

1) McClelland

Orang yang memiliki motivasi memiliki tiga ciri umum, yaitu:


(39)

a) mengerjakan tugas-tugas dengan senang;

b) menyukai situasi ketika kinerjanya timbul karena upaya sendiri;

c) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan;

2) Douglas Mc Gregor

Teori X menyatakan mengenai orang yang motivasinya rendah:

a) tidak menyukai bekerja;

b) tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab dan lebih menyukai diarahkan dan diperintah;

c) mempunyai kemampuan yang kecil untuk mengatasi masalah-masalah;

d) hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja;

e) harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mencapai suatu tujuan;

Teori Y menyatakan mengenai orang yang motivasinya tinggi:

a) pekerjaan pada hakikatnya seperti bermain dan memberikan kepuasan;


(40)

b) dapat mengawasi diri sendiri dan berusaha mencapai tujuan;

c) kemampuan berkreativitas dalam memecahkan masalah;

d) motivasi berlaku pada kebutuhan sosial, penghargaan, aktualisasi diri, fisiologi dan kemanan; e) orang-orang yang dapat mengendalikan diri dan

kreatif. 2. Persepsi

a. Pengertian persepsi

Persepsi adalah proses yang didahului oleh suatu proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh seseorang melalui alat indera (Walgito,2005:99). Stimulus yang ditangkap oleh alat indera tersebut kemudian oleh seseorang diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang ditangkap oleh alat inderanya itu. Proses tersebut disebut persepsi. Persepsi antarindividu berbeda karena persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman-pengalaman individu yang tidak sama.

b. Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi

Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi menurut Walgito (2005:101) adalah sebagai berikut:


(41)

1) Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan.

2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf (syarat fisiologis)

Alat indera merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

3) Perhatian (syarat psikologis)

Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

c. Proses terjadinya persepsi

Menurut Walgito (2005:102), persepsi diawali dengan sebuah objek yang menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera. Objek dan stimulus adalah hal yang berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus menjadi


(42)

satu, misalnya dalam hal tekanan. Tekanan sebagai objek langsung mengenai kulit sehingga akan terasa tekanan tersebut.

Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari stimulus yang diterima melalui alat indera. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai bentuk.

Walgito (2007:102) mengatakan bahwa individu dikenai oleh berbagai macam stimulus bahkan pada saat yang bersamaan. Sehingga tidak semua stimulus dapat direspon oleh individu tersebut. Stimulus yang akan mendapatkan respon dari individu yang mempersepsi adalah stimulus yang mendapatkan perhatian dari individu yang bersangkutan.

3. Konsep Diri

Persepsi adalah proses penerjemahan atau menginterpretasikan stimulus yang masuk melalui panca indera oleh individu yang melakukan proses penginderaan sebagai sebuah pengetahuan baru


(43)

(Irham dan Wiyani, 2015:29). Objek yang dapat dipersepsi sangat banyak, yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar manusia. Manusia itu sendiri sebagai objek persepsi. Orang yang menjadikan dirinya sendiri sebagai objek persepsi, ini yang disebut sebagai persepsi diri. Persepsi individu mengenai dirinya sendiri sering disebut konsep diri (Susana, dkk., 2006:25). Konsep diri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang (Majid, 2013:311).

Konsep diri merupakan salah satu aspek perkembangan psikososial peserta didik yang penting dipahami oleh seorang guru. Hal ini karena konsep diri merupakan salah satu variabel yang menentukan dalam proses pendidikan (Desmita, 2014:163).

a. Pengertian konsep diri

Menurut Agustiani (2006:139), keseluruhan persepsi individu terhadap dirinya sendiri merupakan gambaran tentang diri atau konsep diri. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan.

Seifert dan Hoffnung (Desmita, 2014:163) mengungkapkan konsep diri sebagai suatu pemahaman mengenai diri sendiri atau ide tentang diri sendiri. Menurut Atwater (Desmita, 2014:163), konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri,


(44)

perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya

Fitts (Agustiani, 2006:138) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri merupakan kerangka acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang, karena dengan mengetahui konsep diri seseorang, orang lain akan lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah laku orang tersebut. Seseorang yang termotivasi untuk belajar dengan tekun dan giat dapat terjadi karena persepsi-persepsi dirinya sendiri yang membentuk suatu konsep diri bahwa individu tersebut mampu memahami dan menyimpan semua yang ia pelajari ke dalam memorinya.

Berdasarkan pada beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri kita sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang kita harapkan.


(45)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri

Menurut Agustiani (2006:139), konsep diri seseorang belum tentu benar. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri menurut Fitts (Agustiani, 2006:139) adalah sebagai berikut: 1) pengalaman, terutama pengalaman interpersonal yang

mampu memunculkan perasaan positif dan perasaan yang berharga;

2) kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu tersebut maupun orang lain;

3) aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi yang sesungguhnya.

c. Dimensi-dimensi dalam konsep diri

Pembentukan persepsi individu terhadap dirinya sendiri bermacam-macam. Fitts (Agustiani, 2006:139) membagi konsep diri dalam dua dimensi pokok.

1) Dimensi internal

Dimensi internal adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk, yaitu: a) Diri identitas

Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri. Individu mencari tahu dan bertanya-tanya dengan memunculkan label-label


(46)

dan simbol-simbol yang menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya.

b) Diri pelaku

Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang berisikan segala kesadaran mengenai tindakan yang dilakukan dirinya. Bagian diri ini berkaitan erat dengan diri identitas.

c) Diri penerimaan/penilai

Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator. Kedudukannya adalah sebagai perantara antara diri identitas dan diri pelaku. Diri penilai menentukan kepuasan seseorang akan dirinya atau seberapa jauh seseorang menerima dirinya. Kepuasan diri yang rendah akan menimbulkan harga diri yang rendah pula dan akan mengembangkan ketidakpercayaan yang mendasar terhadap dirinya, dan sebaliknya.

Ketiga bagian internal ini mempunyai peranan yang berbeda-beda, namun saling melengkapi dan berinteraksi membentuk suatu diri yang utuh dan menyeluruh.

2) Dimensi eksternal

Dimensi eksternal merupakan penilaian yang dilakukan individu mengenai dirinya sendiri berdasarkan dunia di


(47)

luar dirinya. Dimensi eksternal terdiri dari lima bentuk, yaitu:

a) Diri fisik

Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya, penampilannya, dan keadaan tubuhnya.

b) Diri etik-moral

Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan keagamaannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk.

c) Diri pribadi

Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh tingkat kepuasan individu terhadap pribadinya atau tingkat penilaian individu terhadap dirinya sebagai pribadi yang tepat.


(48)

d) Diri keluarga

Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga.

e) Diri sosial

Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan di sekitarnya.

d. Perkembangan konsep diri

Agustiani (2006:143) mengemukakan bahwa perkembangan konsep diri merupakan proses yang terus berlanjut di sepanjang kehidupan manusia. Menurut Symonds (Agustiani, 2006:143), seorang bayi membentuk pandangan yang masih kabur tentang dirinya sebagai seorang individu. Pada usia 6-7 tahun, batas-batas dari diri individu mulai menjadi lebih jelas sebagai hasil dari eksplorasi dan pengalaman dengan tubuhnya sendiri.

Menurut Agustiani (2006:144), selama masa anak pertengahan dan akhir, kelompok teman sebaya mulai memainkan peran yang dominan, menggantikan orangtua sebagai orang yang turut berpengaruh pada konsep diri mereka. Selama masa anak akhir, konsep diri yang terbentuk sudah semakin stabil. Tetapi dengan mulainya masa pubertas, terjadi


(49)

perubahan drastis terhadap konsep diri. Penyelesaian masalah dan konflik pada remaja melahirkan konsep diri orang dewasa. Nilai-nilai dan sikap-sikap yang merupakan bagian dari konsep diri pada akhir masa remaja yang cenderung menetap dan relatif merupakan pengatur tingkah laku yang bersifat permanen. Pada usia 25-30 tahun biasanya ego orang dewasa sudah terbentuk dengan lengkap, dan mulai dari sini konsep diri menjadi semakin sulit berubah.

4. Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Guru

Persepsi adalah proses penerjemahan atau menginterpretasikan stimulus yang masuk melalui panca indra oleh individu yang melakukan proses penginderaan sebagai sebuah pengetahuan baru (Irham dan Wiyani, 2015:29). Persepsi siswa mengenai kompetensi guru berarti penginterpretasian atau gambaran segala sesuatu yang berkaitan dengan kompetensi guru yang ditangkap oleh panca indera siswa.

a. Pengertian Kompetensi Guru

Kompetensi berarti kemampuan mewujudkan sesuatu sesuai dengan tugas yang diberikan kepada seseorang (Musfah, 2011:28). Lefrancois (Asmani, 2009:37) mendeskripsikan kompetensi sebagai kapasitas untuk melakukan sesuatu yang dihasilkan dari proses belajar. Menurut Cowell (Asmani, 2009:38), kompetensi adalah suatu keterampilan atau kemahiran yang bersifat aktif.


(50)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan atau keterampilan seseorang dalam mewujudkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Seorang guru memerlukan kompetensi dalam dirinya untuk melakukan tugasnya. Kompetensi guru adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan yang dapat diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar (Musfah, 2011:27). Menurut Mulyasa (Musfah, 2011:27), kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang membentuk kompetensi dasar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap siswa, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalitas.

b. Jenis Kompetensi Guru

Dalam perspektif kebijakan nasional, pemerintah merumuskan empat jenis kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan profesional (Musfah, 2011:30).

1) Kompetensi Pedagogis

Kompetensi pedagogis dalam standar nasional pendidikan adalah kemampuan guru dalam mengelola para siswa yang


(51)

meliputi pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap siswa, pengembangan kurikulum (silabus), perancangan dan pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Musfah, 2011:31).

a) Pemahaman wawasan atau landasan pendidikan

Seorang guru harus memahami hakikat pendidikan dan konsep lain yang terkait dengannya. Hal ini membuat guru sadar posisinya di tengah masyarakat dan perannya yang besar bagi upaya pencerdasan generasi bangsa.

b) Pemahaman tentang siswa

Pemahaman terhadap siswa didasari oleh adanya keragaman. Keragaman pada siswa memiliki beberapa dimensi, di antaranya usia, jenis kelamin, ras, gaya belajar, kesehatan, dan lain-lain. Guru harus memahami bahwa semua siswa dalam seluruh konteks pendidikan itu unik. Guru harus selalu belajar dan berlatih dalam menghadapi kondisi siswa yang berbeda-beda, agar tidak terjebak pada sikap yang merugikan masa depan siswa.


(52)

c) Pengembangan kurikulum

Menurut Miller dan Seller (Musfah, 2011:35), pengembangan kurikulum mencakup tiga hal, yaitu:

 menyusun tujuan umum dan tujuan khusus;

 mengidentifikasi materi yang tepat;

 memilih strategi belajar mengajar.

McNeil mengungkapkan bahwa guru sebagai pengembang kurikulum diharapkan tidak melupakan aspek moral dalam proses pembelajarannya.

d) Perancangan pembelajaran

Perancangan pembelajaran membantu guru mengetahui apa yang akan diajarkannya kepada siswa. Guru menyiapkan metode dan media pembelajaran setiap akan mengajar.

e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis Mengajar adalah proses dua arah, yang berarti siswa dapat mengklarifikasikan hal-hal yang belum dipahaminya dari apa saja yang disampaikan guru dalam kelas. Selain itu, guru juga memerlukan umpan balik baginya, seperti memeriksa tugas siswa, dan kemudian menunjukkan hasil tugas siswa ke masing-masing siswa.


(53)

f) Evaluasi hasil belajar

Evaluasi hasil belajar dilakukan dengan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Menurut BSNP (Musfah, 2011:40), penilaian dilakukan dengan mengumpulkan dan mengolah informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa.

g) Pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya

Guru harus bisa menjadi motivator bagi siswanya, sehingga potensi mereka berkembang maksimal. 2) Kompetensi kepribadian

Theodore M. Newcomb (Asmani, 2009:103) mengungkapkan bahwa kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku. Kepribadian menunjuk pada organisasi sikap-sikap seseorang untuk berbuat, mengetahui, berpikir, dan merasakan apabila dia berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan.

BSNP (Musfah, 2011:42) menyatakan bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang berakhlak mulia, mantap, stabil, dan dewasa, arif dan bijaksana, menjadi teladan, mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri, dan religius.


(54)

a) Berakhlak mulia

Garner dan Cowell (Musfah, 2011:43) menyatakan bahwa guru dengan kondisi moral tinggi berarti guru memiliki rasa percaya diri bahwa ia dapat bekerja dengan baik dan antusiasme atau bersungguh-sungguh ingin bekerja dengan baik. Guru harus berakhlak mulia atau berkarakter baik karena tugas yang amat pokok dari seorang guru adalah memperkukuh daya positif yang dimiliki siswa.

b) Mantap, stabil, dan dewasa

Menurut Mulyasa (Musfah, 2011:46), seseorang yang dewasa memiliki tujuan dan pedoman hidup, mampu melihat segala sesuatu secara objektif, dan telah bisa bertanggungjawab.

c) Arif dan bijaksana

Sifat ini ditunjukkan dengan tindakan yang bermanfaat bagi siswa, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak (Asmani, 2009:117). Menurut Husain dan Ashraf (Musfah, 2011:46), seorang guru tidak boleh sombong dengan ilmunya karena merasa paling mengetahui dan terampil dibanding guru yang lainnya sehingga menganggap remeh dan rendah rekan sejawatnya.


(55)

d) Menjadi teladan

Mulyasa (Musfah, 2011:47) menyatakan bahwa pribadi guru sangat berperan dalam membentuk pribadi siswa. Secara teoritis, menjadi teladan merupakan bagian integral dari seorang guru sehingga menjadi guru berarti menerima tanggung jawab menjadi teladan.

e) Mengevaluasi kinerja sendiri

Tujuan evaluasi kinerja diri adalah memperbaiki proses pembelajaran di masa mendatang. Guru dapat mengetahui mutu pengajarannya dari respon atau umpan balik yang diberikan para siswa saat pembelajaran berlangsung atau setelahnya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru dapat menggunakan umpan balik tersebut sebagai bahan evaluasi kinerjanya. Oleh karena itu, guru harus berjiwa terbuka (Musfah, 2011:48).

f) Mengembangkan diri

Seorang guru harus menjadi pembelajar yang baik atau mandiri, yaitu semangat yang besar untuk menuntut ilmu. Berkembang dan bertumbuh hanya dapat terjadi jika guru mampu konsisten sebagai pembelajar mandiri, yang cerdas memanfaatkan fasilitas


(56)

pendidikan yang ada di sekolah dan lingkungannya (Musfah, 2011:49).

g) Religius

Seorang guru harus tenteram hatinya, agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Ketenangan hati ini dapat diperoleh dengan menjalankan ibadah. Religius berkaitan erat dengan akhlak mulia dan kepribadian seseorang. Kesadaran religius dan moral akan mendorong seseorang untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi yang lain, yang ditunjukkan dengan aktivitas dan kreativitasnya dalam bekerja dan beramal (Musfah, 2011:49).

3) Kompetensi sosial

Setiap pribadi adalah makhluk sosial. Sama halnya dengan seorang guru. Guru diharapkan memberikan contoh yang baik terhadap lingkungannya dengan menjalankan hak dan kewajibannya. Guru tidak sekedar manusia biasa, tapi sosok manusia yang mempunyai idealisme tinggi dalam melakukan perubahan di tengah masyarakat ke arah yang lebih baik dan dinamis (Asmani, 2009:139).

Menurut BSNP (Musfah, 2011:52), kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara


(57)

fungsional, bergaul secara efektif dengan siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali siswa, dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

4) Kompetensi profesional

Tugas guru adalah mentransfer pengetahuan kepada siswa. Guru tidak sekedar mengetahui materi yang akan diajarkannya, tetapi memahaminya secara luas dan mendalam. Endang Komara (Asmani, 2009:157) menyatakan bahwa kemampuan profesional adalah kemampuan yang berhubungan dengan penyesuaian tugas-tugas keguruan.

Menurut BSNP (Musfah, 2011:54), kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi konsep, struktur, dan metode keilmuan yang berhubungan dengan materi ajar, materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, hubungan konsep antarmatapelajaran terkait, penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari, dan kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.

B. Kerangka Berpikir

Motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong bagi seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan. Dengan demikian, motivasi belajar merupakan kekuatan atau dorongan dasar yang


(58)

memicu seseorang melakukan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan belajar.

Motivasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi motivasi belajar adalah konsep diri siswa. Konsep diri merupakan persepsi seseorang mengenai dirinya sendiri. Ketika konsep diri siswa berubah, motivasi belajar siswa juga berubah. Hal ini menandakan adanya hubungan antara keduanya. Adanya hubungan antara keduanya dapat memungkinkan terdapat pengaruh terhadap motivasi belajar siswa, salah satunya adalah individu yang memiliki konsep mengenai dirinya yang baik, maka akan membangun motivasi dalam dirinya. Misalnya, seorang siswa yakin bahwa dirinya mampu memahami satu kompetensi dasar materi akuntansi, maka ia akan termotivasi untuk belajar dan berusaha semaksimal mungkin dalam belajar. Dapat juga sebaliknya, semakin tidak baik persepsi individu terhadap dirinya sendiri, maka semakin rendah motivasi belajar individu tersebut. Misalnya, seorang siswa yang merasa bahwa dirinya tidak disayangi keluarganya, maka ia tidak termotivasi untuk belajar.

Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi belajar adalah kompetensi guru. Kompetensi guru adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa memiliki persepsi terhadap kompetensi guru. Persepsi yang mereka miliki merupakan hasil dari apa yang mereka tangkap dengan panca indera mereka. Persepsi siswa mengenai


(59)

kompetensi guru mempengaruhi motivasi belajar siswa apabila antara keduanya terdapat hubungan. Adanya hubungan akan memungkinkan bagi persepsi siswa mengenai kompetensi guru untuk mempengaruhi motivasi belajar siswa, salah satunya adalah persepsi siswa yang baik mengenai kompetensi gurunya, maka akan menimbulkan motivasi siswa dalam belajar. Guru yang berkompeten akan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang menyenangkan, menciptakan suasana menarik bagi siswa dan mampu membimbing dan mengarahkan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa akan memiliki semangat dan motivasi dalam belajar, senang dengan kegiatan pembelajaran yang diikuti, dan merasa mudah memahami materi yang disajikan. Selain itu, siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan, tetapi juga memperoleh kesan yang mendalam mengenai materi pelajaran, dan dapat mendorong siswa untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian, yaitu:

Ha

1 = Ada hubungan yang signifikan dan positif antara konsep diri siswa dengan motivasi belajar siswa SMA Negeri Kelas XI pada mata pelajaran akuntansi di Kabupaten Sleman.

Ha

2 = Ada hubungan yang signifikan dan positif antara persepsi siswa mengenai kompetensi guru dengan motivasi belajar siswa SMA


(60)

Negeri Kelas XI pada mata pelajaran akuntansi di Kabupaten Sleman.


(61)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian ex-post facto. Sedarmayanti dan Hidayat (2011:31) mengungkapkan bahwa penelitian ex-post facto adalah penelitian berdasarkan pendekatan. Penelitian ex-post facto menurut Kelinger (Sangadji dan Sopiah, 2010:24) adalah penelitian yang dilakukan dengan adanya variabel-variabel bebas yang telah terjadi ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian. Abdurrahman dan Muhidin (2011:5) mengungkapkan bahwa penelitian ex-post facto adalah penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi yang kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian terhadap motivasi belajar siswa SMA Negeri kelas XI pada mata pelajaran akuntansi yang dipengaruhi oleh konsep diri siswa dan persepsi siswa mengenai kompetensi guru mata pelajaran akuntansi.

Penelitian ex-post facto yang dilakukan adalah penelitian korelasi. Kountur (203:108) mengatakan bahwa penelitian korelasi merupakan penelitian yang melihat hubungan antarvariabel. Narbuko dan Achmadi (2007:46) mengungkapkan bahwa penelitian korelasional merupakan


(62)

penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan atau berhubungan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Menurut Dane (Sangadji dan Sopiah, 2010:25), penelitian korelasi merupakan suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data yang berguna untuk menentukan keberadaan hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Pada penelitian ini umumnya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi.

Pada penelitian korelasi ini, peneliti tidak dapat melihat hubungan antarvariabel dengan adanya sebab akibat atau peneliti tidak bisa mengatakan bahwa variabel pertama dipengaruhi oleh variabel ke dua atau variabel lainnya maupun sebaliknya. Hal yang dapat dikatakan adalah terdapat hubungan antarvariabel, yang dapat diartikan bahwa setiap kali variabel pertama berubah, variabel ke dua juga ikut berubah. Perubahan variabel ke dua belum tentu disebabkan oleh variabel pertama, karena ada kemungkinan bahwa perubahan tersebut disebabkan oleh faktor-faktor lain. Dalam penelitian ini, peneliti dapat mengetahui hubungan antara konsep diri siswa dan persepsi siswa mengenai kompetensi guru dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi. Konsep diri siswa dan persepsi siswa mengenai kompetensi guru tidak akan mempengaruhi motivasi belajar siswa apabila kedua


(63)

variabel bebas tersebut tidak memiliki hubungan dengan motivasi belajar siswa.

B. Tempat dan waktu penelitian

Tempat penelitian adalah empat sekolah yang ada di Kabupaten Sleman, yaitu:

Tabel 3.1

Daftar Sekolah Tempat Penelitian

No. Nama Sekolah Alamat

1. SMA N 1 Ngaglik Kayunan, Donoharjo, Ngaglik 55581 2. SMA N 2 Ngaglik Sukoharjo, Sukoharjo Ngaglik 55581 3. SMA N 1 Mlati Cebongan, Tlogodadi, Mlati 55286 4. SMA N 2 Sleman Brayut, Pandowoharjo 55512

Waktu penelitian adalah waktu secara umum yang digunakan peneliti selama penelitian. Dalam kesempatan ini, peneliti melaksanakan penelitian pada bulan Februari hingga Maret 2016 dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.2

Tempat dan waktu penelitian Tempat Penelitian Waktu Penelitian SMA Negeri 2 Sleman 22 Februari 2016 SMA Negeri 1 Mlati 24-25 Februari 2016 SMA Negeri 1 Ngaglik 02 Maret 2016 SMA Negeri 2 Ngaglik 29-30 Maret 2016

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa SMA Negeri kelas XI di Kabupaten Sleman. Sementara itu, objek penelitiannya adalah konsep diri siswa, persepsi siswa mengenai kompetensi guru mata


(64)

pelajaran akuntansi, dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi.

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi

Azwar (2009:77) mengungkapkan bahwa populasi dapat didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010:173). Populasi adalah keseluruhan elemen, atau unit penelitian, atau unit analisis yang memiliki ciri atau karakteristik tertentu yang dijadikan sebagai objek penelitian atau menjadi perhatian dalam suatu penelitian (Abdurrahman dan Muhidin, 2011:119).

Menurut Sugiyono (Darmadi, 20114:55), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah semua siswa SMA Negeri kelas XI di Kabupaten Sleman. Datanya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Nama Sekolah dan Jumlah Siswa

No. Nama Sekolah Jumlah Siswa

1. SMA N 1 Sleman 62

2. SMA N 2 Sleman 61


(65)

No. Nama Sekolah Jumlah Siswa

4. SMA N 1 Gamping 64

5. SMA N 1 Godean 63

6. SMA N 1 Minggir 64

7. SMA N 1 Seyegan 61

8. SMA N 1 Pakem 63

9. SMA N 1 Cangkringan 46

10. SMA N 1 Ngemplak 63

11. SMA N 1 Kalasan 90

12. SMA N 1 Ngaglik 85

13. SMA N 2 Ngaglik 94

Jumlah 873

(Sumber: Data Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman) 2. Sampel

Menurut Azwar (2009:79), sampel adalah sebagian dari populasi. Arikunto (2010:174) mengungkapkan sampel sebagai sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Menurut Abdurrahman dan Muhidin (2011:119), sampel adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya.

Darmadi (2014:57) mengatakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek/subjek penelitian. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari/meneliti semua yang ada pada populasi tersebut, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya dapat diberlakukan secara umum. Oleh karena itu, sampel yang diambil


(66)

dari populasi harus benar-benar representatif atau mewakili populasi.

Rumus untuk menghitung sampel yang dikemukakan oleh Issac dan Michael (Arikunto, 2010:179) adalah sebagai berikut:

Dengan keterangan sebagai berikut:

S = jumlah anggota sampel

N = jumlah anggota populasi

P = proporsi populasi (0,5)

d = tingkat ketelitian (0,05)

= nilai tabel (3,84)

Jadi sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus tersebut adalah:

S = 267 responden

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 267 responden. Semua anggota sampel adalah semua siswa kelas XI IPS dari sekolah-sekolah yang sudah terpilih. Sekolah-sekolah yang terpilih


(67)

menjadi sampel sekolah meliputi SMA N 1 Ngaglik, SMA N 2 Ngaglik, SMA N 2 Sleman, dan SMA N 1 Mlati. Data sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Nama Sekolah dan Jumlah Responden

No. Nama Sekolah Jumlah Responden

1. SMA N 1 Ngaglik 85

2. SMA N 1 Mlati 57

3. SMA N 2 Ngaglik 94

4. SMA N 2 Sleman 61

Jumlah Responden 297

Data penelitian yang didapatkan dari siswa kelas XI IPS di SMA N 2 Ngaglik tidak diikutsertakan sebagai anggota sampel karena siswa belum mempelajari akuntansi dan mengisi kuesioner dalam konteks mata pelajaran ekonomi.. Oleh karena itu, jumlah responden menjadi sebanyak 203 siswa.

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel diartikan sebagai proses seleksi untuk mendapatkan sampel dalam kegiatan observasi atau penelitian (Abdurrahman dan Muhidin: 2011:125). Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik sampel peluang atau probability, khususnya adalah menggunakan undian dalam menentukan sampel sekolah.

Teknik sampel peluang merupakan proses pemilihan sampel yang dilakukan secara acak dan objektif, dalam arti tidak


(68)

didasarkan pada keinginan peneliti, sehingga setiap anggota populasi memiliki kesempatan tertentu untuk terpilih sebagai sampel (Abdurrahman dan Muhidin, 2011:125). Dengan teknik ini peneliti mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama (Arikunto: 2010:177). Tahapan pemilihan satuan sampling dengan cara undian (Abdurrahman dan Muhidin, 2011:125) adalah:

1. Mendaftarkan semua satuan sampling 2. Memberi nomor urut semua satuan sampling

3. Menulis nomor urut setiap satuan sampling pada lembaran-lembaran kertas berukuran kecil

4. Menggulung kertas-kertas kecil tersebut

5. Memasukan gulungan kertas kecil tersebut ke dalam kotak kosong, lalu mengocok kotak

6. Mengambil gulungan kertas tersebut satu per satu dari kotak sampai mencapai sejumlah ukuran sampel yang diinginkan. Nomor-nomor dari gulungan kertas terpilih, merupakan nomor anggota populasi yang terpilih sebagai anggota sampel. Dapat pula dikatakan bahwa anggota populasi yang terpilih sebagai anggota sampel adalah anggota populasi yang bernomor sesuai dengan nomor gulungan kertas terpilih.


(69)

E. Operasionalisasi Variabel

Variabel adalah karakteristik yang akan diobservasi dari satuan pengamatan (objek). Karakteristik adalah ciri tertentu pada objek yang diteliti yang dapat membedakan objek tersebut dari objek lainnya. Karakteristik tersebut sekurang-kurangnya dapat diklasifikasikan dalam dua buah kategori yang berbeda, atau memiliki gejala yang bervariasi dari satu satuan pengamatan ke satuan pengamatan lainnya. Dengan demikian, satuan pengamatan dikatakan sebagai variabel apabila memiliki karakteristik yang berbeda-beda (Abdurrahman dan Muhidin, 2011:73).

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya perubahan pada variabel dependen atau variabel terikat. Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

Dalam penelitian ini, ada tiga variabel yang digunakan, yaitu konsep diri siswa, persepsi siswa mengenai kompetensi guru, dan motivasi belajar siswa dengan rincian sebagai berikut:

1. Variabel independen :

a. Konsep diri siswa (X1)


(70)

2. Variabel dependen : Motivasi belajar siswa (Y)

Operasionalisasi variabel adalah kegiatan menjabarkan konsep variabel menjadi konsep yang lebih sederhana, yaitu indikator. Operasionalisasi variabel menjadi rujukan dalam penyusunan instrumen penelitian.

1. Konsep diri siswa

Menurut Agustiani (2006:139), keseluruhan persepsi individu terhadap dirinya sendiri merupakan gambaran tentang diri atau konsep diri. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan.

Tabel 3.5

Operasionalisasi Variabel Konsep Diri Siswa

No Dimensi Indikator Pertanyaan

No. 1 Diri

identitas

Mengetahui identitasnya 16 Menerima identitas dirinya 20 Merasa diri berharga/berguna 23, 26 2

Diri pelaku Menetapkan tujuan hidup 36, 44 Berani mencoba hal-hal baru 48 Berusaha mencapai tujuan 40

Berani gagal 29

Sadar akan tindakannya 33

Realistis 37

3 Diri penilaian

Mengevaluasi diri 17,21

Menghargai dirinya 24

Memperbaiki diri 27

4 Diri pribadi Puas dan bangga dengan

dirinya 50

Puas dan bangga dengan hasil

karyanya 19

Percaya diri dalam menghadapi


(71)

No Dimensi Indikator Pertanyaan No.

Antusias 46

Optimis 18

Tidak menyalahkan dirinya atas kekurangan dan

ketidaksempurnaan

22 Merasa memiliki harga diri dan

kemampuan 25, 28

5 Diri fisik Menghargai dan menerima

dirinya 34

Penuh percaya diri 30

6 Diri sosial Merasa setara dengan orang

lain 47

Menjalankan perannya dengan

senang 41

Mampu berinteraksi dengan

orang lain 49

7 Diri keluarga

Merasa diri punya peranan 32 Menjalankan perannya dengan

senang 35

Merasa dicintai dan dihargai 45 8 Diri

etik-moral

Puas dan bangga dengan

keyakinan yang dipegangnya 43 Merasa sebagai pribadi yang

memegang teguh nilai etika dan moral yang berlaku

39, 51 (Sumber: Susana, Tjipto dkk., 2006)

2. Persepsi siswa mengenai kompetensi guru

Persepsi adalah proses penerjemahan atau menginterpretasikan stimulus yang masuk melalui panca indra oleh individu yang melakukan proses penginderaan sebagai sebuah pengetahuan baru (Irham dan Wiyani, 2015:29). Persepsi siswa mengenai kompetensi guru berarti penginterpretasian atau gambaran segala sesuatu yang berkaitan dengan kompetensi guru yang ditangkap oleh panca indera siswa.


(72)

Kompetensi guru adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan yang dapat diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar (Musfah, 2011:27).

Tabel 3.6

Operasionalisasi Variabel

Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Guru

No Jenis Indikator Pertanyaan

No. 1 Kompetensi

pedagogik

Menguasai karakteristik peserta didik

56, 58, 52, 59 Menguasai teori belajar dan

prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

74, 57, 73 Mengembangkan kurikulum

yang terkait dengan mata pelajaran

64 Menyelenggarakan

pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

55 Memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi 68 Memfasilitasi pengembangan

potensi peserta didik 63 Berkomunikasi secara efektif,

empatik, dan santun 72

Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar

79, 66 Memanfaatkan hasil penilaian

dan evaluasi 69

Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran

84 2 Kompetensi

kepribadian

Bertanggungjawab 60

Mantap, stabil, dewasa 80

Jujur 75

Lemah lembut 85


(73)

No Jenis Indikator Pertanyaan No. Dekat dengan anak didik 53

Berakhlak mulia 71

Mengevaluasi dan

mengembangkan diri secara mandiri

77 3 Kompetensi

sosial

Berkomunikasi secara lisan,

tulisan, dan isyarat 82

Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua/wali

54, 78, 83

Bergaul secara santun dengan

masyarakat sekitar 62

4 Kompetensi profesional

Penguasaan materi secara

mendalam dan dinamis 76

Penekanan research dan

development 81

Menjadi produsen ilmu

pengetahuan 61

Menguasai tertib administrasi 67 Mengembangkan kreativitas 70 (Sumber: Yulita, Hesta Eka, 2013)

3. Motivasi belajar siswa

Motivasi belajar adalah pendorong bagi seseorang agar mencapai perubahan tingkah laku yang permanen dan potensial untuk mencapai tujuan tertentu, dengan kata lain motivasi belajar adalah dorongan yang memacu seseorang untuk melakukan kegiatan belajar agar tujuan dari belajar terpenuhi.


(74)

Tabel 3.7

Operasional Variabel Motivasi Belajar Siswa

(Sumber: Fatturohman dan Sulistyorini, 2012; dan Uno, 2007) F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data (Abdurrahman dan Muhidin, 2011:85). Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kuesioner.

Kuesioner merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam bentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan harus diisi oleh responden

No Dimensi Indikator Pertanyaan

No. 1 Internal Belajar pada hakikatnya

seperti bermain dan

memberikan kepuasan 1, 6 dapat mengawasi diri sendiri

dan berusaha mencapai tujuan belajar dan cita-cita

10, 15, 5 kemampuan berkreativitas

dalam memecahkan masalah; 14, 2 Adanya keinginan untuk

mencapai prestasi 7, 11

Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu pengetahuan yang berguna bagi dirinya

3, 8 2 Eksternal Keinginan untuk mendapat

penghargaan dari orang lain atas kegiatan yang dilakukan

12

Keinginan untuk

memenangkan kompetisi 13 Faktor dari luar individu

memengaruhi tingkah laku dalam belajar


(75)

(Abdurrahman dan Muhidin, 2011:95). Angket menurut Darmadi (2014:78) adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Alat pengumpulan data dengan kuesioner adalah daftar pertanyaan yang disiapkan oleh peneliti untuk disampaikan kepada responden yang jawabannya diisi oleh responden sendiri (Abdurrahman dan Muhidin, 2011:95).

Pada penelitian ini kuesioner yang digunakan adalah kuesioner berstruktur, yaitu kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban sehingga responden hanya memberi tanda pada jawaban yang dipilih. Bentuk jawaban kuesioner berstruktur adalah tertutup, artinya pada setiap item sudah tersedia berbagai alternatif jawaban (Abdurrahman dan Muhidin, 2011:95).

Kuesioner yang disusun dalam penelitian ini menggunakan skala. Skala menurut Darmadi (2014:80) adalah seperangkat nilai angka yang ditetapkan kepada subjek, objek tingkah laku dengan tujuan mengukur sifat. Skala yang digunakan adalah skala likert summated ratings, yaitu teknik mengukur sikap atau sifat objek dengan cara subjek diminta untuk mengindikasikan tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan mereka terhadap masing-masing pernyataan (Noor, 2011:128). Dalam kuesioner yang disusun, responden diminta untuk menyatakan persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap isi pernyataan dalam lima kategori, yaitu:


(76)

Tabel 3.8

Skor Skala Likert dalam Kuesioner

Kategori jawaban

Skor Pernyataan

Positif

Pernyataan Negatif

Sangat setuju 5 1

Setuju 4 2

Kurang Setuju 3 3

Tidak setuju 2 4

Sangat tidak setuju 1 5

Ketiga variabel penelitian tersebut terbagi menjadi 2 (dua) jenis pernyataan, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Setiap butir pernyataan dinyatakan dalam 5 (lima) pilihan pendapat dengan mengacu pada skala Likert. Pernyataan positif meliputi: sangat setuju (SS) = skor 5, setuju (S) = skor 4, kurang setuju (KS) = skor 3, tidak setuju (TS) = skor 2, dan sangat tidak setuju (STS) = skor 1. Sedangkan pernyataan negatif meliputi: sangat setuju (SS) = skor 1, setuju (S) = skor 2, kurang setuju (KS) = skor 3, tidak setuju (TS) = skor 4, dan sangat tidak setuju (STS) = skor 5.

G. Teknik Pengujian Instrumen 1. Validitas

Menurut Narbuko dan Achmadi (2007:147), validitas maksudnya bahwa antara alat pengukur dengan tujuan pengukuran haruslah cocok atau sesuai. Sumanto (2014:78) mengungkapkan bahwa validitas adalah tingkat suatu instrumen mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Arikunto (Taniredja dan Mustafidah,


(77)

2011:42), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sedangkan menurut Yusuf (2014:234) validitas adalah seberapa jauh instrumen penelitian benar-benar mengukur objek yang hendak diukur, dengan kata lain uji validitas digunakan untuk mengukur kelayakan instrumen penelitian. Makin tinggi validitas suatu instrumen, makin baik instrumen itu untuk digunakan. Uji validitas dilakukan pada setiap butir soal. Nilai validitas dapat dicari dengan rumus koefisien korelasi product moment (Yusuf, 2014:239) sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

Keterangan:

X = Skor masing-masing responden variabel X Y = Skor masing-masing responden variabel Y X = Jumlah skor dalam distribusi X

Y = Jumlah skor dalam distribusi Y N = Jumlah responden

Dalam uji validitas, data diolah menggunakan SPSS 16.0 for Windows. Untuk menetapkan apakah instrumen itu valid atau tidak valid maka ketentuannya yaitu: Besarnya koefisien korelasi r dihitung dengan menggunakan korelasi dengan signifikansi 5%. Jika rhitung lebih besar daripada rtabel, maka butir soal tersebut dapat dikatakan valid. Pengujian instrumen dilakukan di SMA N 1 Depok


(1)

179 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

180 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

181 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

182 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

183 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

184 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPENTENSI PEDAGOGIK GURU DAN KOMUNIKASI GURU DENGAN Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Kompentensi Pedagogik Guru Dan Komunikasi Guru Dengan Siswa Terhadap Motivasi Belajar Akuntansi Pada Siswa Kelas Xi Sma Negeri 1 Gon

0 2 14

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPENTENSI PEDAGOGIK GURU DAN KOMUNIKASI GURU DENGAN Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Kompentensi Pedagogik Guru Dan Komunikasi Guru Dengan Siswa Terhadap Motivasi Belajar Akuntansi Pada Siswa Kelas Xi Sma Negeri 1 Gon

0 3 17

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru dan ‎Kompetensi Guru terhadap Prestasi Belajar Akuntansi pada Siswa Kelas Xi ‎IPS SMA Negeri 1

0 2 19

MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN LINGKUNGAN Motivasi Belajar Akuntansi Ditinjau Dari Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Pedagogik Guru Dan Lingkungan Sekolah Pada Siswa Kelas XI SMA Muhammadiy

0 1 18

MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN LINGKUNGAN Motivasi Belajar Akuntansi Ditinjau Dari Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Pedagogik Guru Dan Lingkungan Sekolah Pada Siswa Kelas XI SMA Muhammadiy

0 1 15

PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI GURU DAN KONTINUITAS BELAJAR Prestasi Belajar Akuntansi Ditinjau Dari Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Guru Dan Kontinuitas Belajar Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Sukohar

0 1 18

PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI GURU DAN KONTINUITAS BELAJAR Prestasi Belajar Akuntansi Ditinjau Dari Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Guru Dan Kontinuitas Belajar Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Sukohar

0 1 14

PERSEPSI SISWA MENGENAI KEPRIBADIAN GURU DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PERSEPSI SISWA MENGENAI KEPRIBADIAN GURU DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/

0 1 16

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI Pengaruh Motivasi Belajar Dan Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Guru Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas Xi Ips Sma Muhammadiyah 1 Sura

0 0 17

Hubungan motivasi belajar, persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan kompetensi siswa survei pada 7 SMK program keahlian akuntansi di Kabupaten Sleman Yogyakarta.

0 0 160