Hubungan motivasi belajar, persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan kompetensi siswa survei pada 7 SMK program keahlian akuntansi di Kabupaten Sleman Yogyakarta.
ABSTRAK
HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR, PERSEPSI SISWA
TENTANG KOMPETENSI GURU, DENGAN
KOMPETENSI SISWA
Survei pada 7 SMK Program Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman Yogyakarta
Wasri Kristiani Gulo Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) hubungan motivasi belajar dengan kompetensi siswa SMK, 2) persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan kompetensi siswa SMK.
Penelitian ini merupakan studi kasus pada SMK Negeri 1 Depok Sleman, SMK Negeri 1 Tempel Sleman, SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 3 Sleman, SMK Yapemda Sleman, SMK 17 Seyegan Sleman, SMK Hamong Putera 1 Pakem Program Keahlian Akuntansi pada tahun ajaran 2015/2016 di Kabupaten Sleman Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei 2016. Dari populasi penelitian yang berjumlah 366 siswa diambil sampel sebanyak 207 siswa dengan teknik Disproportionate Random Sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan dianalisis dengan teknik korelasi Spearman.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) ada hubungan motivasi belajar
dengan kompetensi siswa SMK. Nilai koefisien korelasi (Spearman’s rho) = 0,341
dan nilai probabilitas (nilai sig. (2-tailed)) = 0,000); 2) ada hubungan persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan kompetensi siswa SMK. Nilai Koefisien korelasi
(2)
ABSTRACT
RELATION BETWEEN LEARNING MOTIVATION,
STUDENTS’ PERCEPTION OF TEACHERS’ COMPETENCE,
AND STUDENTS’ COMPETENCE
A Survey on seven Vocational High Schools (SMK) of Accounting Study Program in Sleman Regency Yogyakarta
Wasri Kristiani Gulo Sanata Dharma University 2016
This research aims to know: 1) relation between learning motivation and competence of Vocational High School students, 2) students’ perception of
teachers’ competence and competence of Vocational High School students. This research is a case study. It was carried out in Accounting Study Program
of SMK Negeri 1 Depok Sleman, SMK Negeri 1 Tempel Sleman, SMK YPKK 1 Sleman, SMK Yapemda Sleman, SMK 17 Seyegan Sleman, SMK Hamong Putera 1 Pakem in 2015/2016 Akademic year in Sleman Regency Yogyakarta. This research was done in April – May 2016. The population were 366 students. The sampling were 207 students. The technique of taking sampling was Disproportionate Random Sampling technique. Data were collected by questionnaire and analyzed by spearman correlation teachnques. The result of research shows that: (1) there is relation between learning motivation and competence of Vocational High School students. The coefficient
mark of correlation (Spearman’s rho) = 0,341 and the probability mark (significant
mark (2-tailed)) = 0,000); 2) there is relation between students’ perception of
teachers’ competence and competence of Vocational High School students. The
coefficient mark of correlation (Spearman’s rho) = 0, 349 and the probability mark
(3)
i
HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR, PERSEPSI SISWA
TENTANG KOMPETENSI GURU DENGAN
KOMPETENSI SISWA
Survei pada 7 SMK Program Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Pendidikan Akuntansi
Oleh:
WASRI KRISTIANI GULO NIM: 121334053
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2016
(4)
(5)
(6)
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Karya ini Untuk: 1.Tuhan yang Maha Esa
2.Kedua Orang Tua ku yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan dan doa serta memberi motivasi
3.Saudara/Saudari ku yang telah memberi dukungan kepada saya 4.Pemerintah Kabupaten Nias Barat
5.Almamaterku tercinta, Program Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
(7)
v
MOTTO
“Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu
melakukan hal yang besar. Tetapi kita dapat
melakukan banyak hal kecil dengan cinta yang
besar.”
(Mother Teresa)
1 Tesalonika 5:16-18
“Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa.
Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah
yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi
kamu.”
(8)
(9)
(10)
viii
ABSTRAK
HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR, PERSEPSI SISWA
TENTANG KOMPETENSI GURU, DENGAN
KOMPETENSI SISWA
Survei pada 7 SMK Program Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman Yogyakarta
Wasri Kristiani Gulo Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) hubungan motivasi belajar dengan kompetensi siswa SMK, 2) persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan kompetensi siswa SMK.
Penelitian ini merupakan studi kasus pada SMK Negeri 1 Depok Sleman, SMK Negeri 1 Tempel Sleman, SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 3 Sleman, SMK Yapemda Sleman, SMK 17 Seyegan Sleman, SMK Hamong Putera 1 Pakem Program Keahlian Akuntansi pada tahun ajaran 2015/2016 di Kabupaten Sleman Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei 2016. Dari populasi penelitian yang berjumlah 366 siswa diambil sampel sebanyak 207 siswa dengan teknik Disproportionate Random Sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan dianalisis dengan teknik korelasi Spearman.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) ada hubungan motivasi belajar
dengan kompetensi siswa SMK. Nilai koefisien korelasi (Spearman’s rho) = 0,341 dan
nilai probabilitas (nilai sig. (2-tailed)) = 0,000); 2) ada hubungan persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan kompetensi siswa SMK. Nilai Koefisien korelasi (Spearman’s rho) = 0,349 dan nilai probabilitas (nilai sig. (2-tailed)) = 0,000).
(11)
ix
ABSTRACT
RELATION BETWEEN LEARNING MOTIVATION, STUDENTS’
PERCEPTION OF TEACHERS’ COMPETENCE, AND
STUDENTS’ COM
PETENCE
A Survey on seven Vocational High Schools (SMK) of Accounting Study Program in Sleman Regency Yogyakarta
Wasri Kristiani Gulo Sanata Dharma University 2016
This research aims to know: 1) relation between learning motivation and competence of Vocational High School students, 2) students’ perception of teachers’ competence and competence of Vocational High School students. This research is a case study. It was carried out in Accounting Study Program of
SMK Negeri 1 Depok Sleman, SMK Negeri 1 Tempel Sleman, SMK YPKK 1 Sleman, SMK Yapemda Sleman, SMK 17 Seyegan Sleman, SMK Hamong Putera 1 Pakem in
2015/2016 Akademic year in Sleman Regency Yogyakarta. This research was done in April – May 2016. The population were 366 students. The sampling were 207 students. The technique of taking sampling was Disproportionate Random Sampling technique. Data were collected by questionnaire and analyzed by spearman correlation teachnques.
The result of research shows that: (1) there is relation between learning motivation and competence of Vocational High School students. The coefficient mark
of correlation (Spearman’s rho) = 0,341 and the probability mark (significant mark (2
-tailed)) = 0,000); 2) there is relation between students’ perception of teachers’
competence and competence of Vocational High School students. The coefficient mark
of correlation (Spearman’s rho) = 0, 349 and the probability mark (significant mark (2 -tailed)) = 0,000).
(12)
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR, PERSEPSI SISWA TETANG KOMPETENSI GURU DENGAN KOMPETENSI SISWA”. Survei pada 7 SMK Program Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi. Selain itu diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma, dan penulis sendiri.
Selama penulisan skripsi ini, penulis telah dapat mendapat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghormatan kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi.
(13)
xi
4. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan selama proses penelitian maupun dalam penulisan skripsi.
5. Segenap Staf dosen pengajar Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yoyakarta yang telah memberikan tambahan pengetahuan, dukungan dan bantuan selama proses perkuliahan.
6. Pemerintah Kabupaten Nias Barat yang telah menyelenggarakan beasiswa sehingga penulis bisa kuliah di Universitas Sanata Dharma.
7. Kedua Orang Tua saya Bapak Asarudi Gulo (Alm) dan Ibu Rustina Gulo yang selalu memberikan cinta, mendoakan dan mendukung saya baik secara moral dan material, serta semangat kepada penulis.
8. Kakak saya Lismawati Gulo, Dramawati Gulo, Desman Gulo, Mawarni Subur Gulo, Siska Susanti Gulo yang selalu menyemangati dan memotivasi penulis.
9. Firminus Gulo yang telah banyak membantu, memotivasi dan menyemangati selama proses perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi.
10. Teman-teman sepayung penelitian Vinna Pratiwi dan Maria Sarwi Mitayani yang telah berkerja sama selama proses penelitian.
11. Teman-teman seperjuangan dari Kabupaten Nias barat.
12. Seluruh teman-teman Pendidikan Akuntansi angkatan 2012 yang telah bersama-sama saling membantu dan berbagi ilmu di Universitas Sanata Dharma.
(14)
xii
13. Para siswa kelas XI SMK Program Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman Yogyakarta yang telah bersedia menjadi subyek dalam penelitian ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu, memotivasi, memberikan arahan dalam penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Yogyakarta, 10 Agustus 2016 Penulis
(15)
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAM PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACK ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI 1. Motivasi Belajar ... 8
a. Pengertian Motivasi Belajar ... 8
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 9
(16)
xiv
a. Persepsi Siswa ... 14
b. Kompetensi Guru ... 15
3. Kompetensi Siswa ... 17
a. Pengertian Kompetensi Siswa ... 17
b. Standar Kompetensi Siswa ... 18
4. Kerangka Berpikir ... 19
1. Hubungan Motivasi Belajar dengan Kompetensi Siswa SMK ... 19
2. Hubungan Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru dengan Kompetensi Siswa SMK ... 20
5. Hipotesis ... 21
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 22
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22
1. Tempat Penelitian ... 22
2. Waktu Penelitian ... 23
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 23
1. Subjek Penelitian ... 23
2. Objek Penelitian ... 23
D. Populasi Penelitian ... 23
1. Populasi Penelitian ... 23
2. Sampel Penelitian ... 24
3. Teknik Penarikan Sampel ... E. Operasional Variabel ... 26
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 29
1. Teknik Pengumpulan Data ... 29
2. Instrumen Penelitian Data ... 30
(17)
xv
1. Uji Validitas ... 30
2. Uji Reliabilitas ... 42
H. Teknik Analisis Data ... 44
1. Statistik Deskriptif ... 44
2. Pengujian Prasyarat Analisis ... 45
3. Penarikan Kesimpulan ... 47
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 48
1. Deskripsi Responden Penelitian ... 48
2. Deskripsi Data Penelitian ... 50
B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 52
1. Pengujian Normalitas ... 52
C. Pengujian Hipotesis ... 54
1. Pengujian Hipotesis Pertama ... 54
2. Pengujian Hipotesis Kedua ... 55
D. Pembahasan ... 56
1. Hubungan Motivasi Belajar dengan Kompetensi Siswa SMK ... 56
2. Hubungan Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru dengan Kompetensi Siswa SMK ... 57
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 60
B. Keterbatasan ... 61
C. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 63
(18)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Indikator Motivasi Belajar ... 26
Tabel 3.2 Indikator Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru ... 27
Tabel 3.3 Indikator Kompetensi Siswa SMK ... 28
Tabel 3.4 Skor Item-Item Pernyataan Kuesioner ... 29
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar (1) ... 32
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar (2) ... 33
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar (3) ... 34
Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru (1)... 35
Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru (2)... 36
Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru(3)... 37
Tabel 3.11 Hasil Uji Validitas Kompetensi Siswa (1) ... 38
Tabel 3.12 Hasil Uji Validitas Kompetensi Siswa (2) ... 40
Tabel 3.13 Hasil Uji Validitas Kompetensi Siswa (3) ... 41
Tabel 3.14 Hasil Pengujian Reliabilitas Motivasi Belajar ... 43
Tabel 3.15 Hasil Pengujian Reliabilitas Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru ... 43
Tabel 3.16 Hasil Pengujian Reliabilitas Kompetensi Siswa ... 43
Tabel 3.17 PAP Tipe II ... 44
Tabel 4.1 Nama Sekolah dan Jumlah Siswa ... 48
Tabel 4.2 Distribus Sekolah ... 49
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar ... 50
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru ... 51
(19)
xvii
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Motivasi Belajar dengan Kompetensi
Siswa SMK Program Keahlian Akuntansi ... 53 Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Persepsi Siswa tentang Kompetensi
Guru Dengan Kompetensi Siswa SMK
Program Keahlian Akuntansi ... 53 Tabel 4.8 Hasil Uji Korelasi Motivasi Belajar dengan
Kompetensi Siswa SMK ... 54 Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi Persepsi Siswa tentang Kompetensi
(20)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Kuesioner Instrumen Penelitian ... 65
LAMPIRAN II Data Induk ... 75
LAMPIRAN III Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 101
LAMPIRAN IV Hasil Pengujian Normalitas ... 113
LAMPIRAN V Hasil Pengujian Korelasi Spearman ... 117
LAMPIRAN VI Mean, Media, Modus ... 119
LAMPIRAN VII r Tabel ... 126
LAMPIRAN VIII Perhitungan PAP II ... 127
LAMPIRAN IX Dokumentasi Penelitian ... 129
(21)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Pendidikan juga merupakan upaya masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi muda bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang dimiliki masyarakat dan bangsa. Dalam proses pendidikan, siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian siswa dalam bergaul di masyarakat.
Indonesia memiliki dua jenis sekolah menengah, yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). antar Dua institusi pendidikan tersebut terdapat perbedaan kompetensi pada lulusannya. Lulusan SMK lebih disiapkan untuk terjun langsung pada dunia kerja dibandingkan lulusan SMA. Pendidikan di SMA didesain untuk mereka yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sedangkan pembekalan hardskill kepada siswanya sangat sedikit. Berbeda dengan pendidikan di SMK yang siswanya dituntut memiliki hardskill pada bidang keahlian tertentu dan diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dari skill yang dimiliki. SMK dapat
(22)
menghasilkan lulusan yang berkualitas dari segi keterampilan kerja, maka tidak aneh bila dunia kerja lebih memprioritaskan mengambil lulusan SMK dibanding lulusan SMA.
Tujuan khusus pendidikan di SMK dalam Kurikulum 2004, 1 (Depdiknas, 2004 : 7) antara lain; menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya; serta menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya. Pendidikan di SMK membekali peserta didik dengan pengetahuan, teknologi dan seni, agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi. serta sungguh membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih.
Bila ditinjau dari tujuan tersebut, lulusan SMK memang di didik untuk siap bekerja, namun jika kita lihat kondisi lulusan SMK saat ini, ternyata banyak siswa yang belum siap menghadapi dunia kerja. Bahkan tak sedikit lulusan SMK yang bingung menentukan tujuannya setelah lulus. Selama menempuh pendidikan, siswa telah diberi pelatihan kerja tetapi hal itu belum meyakinkan siswa untuk bekerja di bidang yang digelutinya. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi siswa
(23)
tidak siap bekerja setelah lulus SMK antara lain: (1) motivasi belajar siswa yang masih kurang, (2) minat bekerja yang belum dimiliki oleh siswa, (3) kurangnya ketersediaan fasilitas, (4) kompetensi guru yang belum memenuhi kriteria. Tentunya dari faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kompetensi siswa sehingga siswa belum memenuhi kelayakan untuk bekerja.
Motivasi belajar siswa sangat berpengaruh terhadap kompetensi yang akan diperoleh siswa. Motivasi belajar bagi siswa penting karena dapat; menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir; menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya; mengarahkan kegiatan belajar; membesarkan semangat belajar; menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (disela-selanya adalah istirahat atau bermain) yang bersinambungan, individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa. Dengan motivasi belajar yang tinggi akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar dan mencapai kompetensi dengan lebih tinggi.
Guru adalah kunci keberhasilan pendidikan dan pengajaran yang baik. Tanpa pengajaran yang baik, pendidikan tidak akan berhasil (Asmani, 2009:66). Oleh sebab itu, tingginya kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh kompetensi guru. Menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 10, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru meliputi kompetensi
(24)
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.
Kompetensi guru berperan aktif dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dengan kompetensi yang dimiliki, guru akan mampu membawa dunia pendidikan yang menghasilkan manusia yang produktif dan kompetitif. Siswa merupakan subjek dari kegiatan pembelajaran, maka siswa memiliki persepsi atau pandangan atas kompetensi yang dimiliki guru. Apabila siswa memiliki persepsi yang baik atas kompetensi gurunya maka hal tersebut akan menimbulkan rasa bangga. Perasaan bangga siswa terhadap guru akan menimbulkan rasa senang belajar, antusias, dan siswa tidak merasa bosan terhadap pembelajaran di sekolah, sehingga siswa dapat mencapai kompetensi yang tinggi dalam proses pembelajaran tersebut.
Semua siswa menginginkan guru mereka maksimal dalam melakukan kegiatan belajar mengajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, mempersiapkan dan melatih kompetensi siswa dengan baik, dan menjadi fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar sehingga dapat berdampak pada tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Untuk mewujudkan hal tersebut keempat kompetensi tersebut harus menjadi perhatian utama bagi seluruh guru pada setiap tingkatan pendidikan yang memberikan andil besar apakah seorang guru dapat disebut sebagai guru yang profesional atau guru yang tidak profesional sehingga pekerjaan mengajar menjadi pilihan profesi yang harus dipertanggungjawabkan.
(25)
Penyediaan sumber daya manusia yang unggul dapat dimulai sejak seseorang belajar di sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki peran penting dalam penyiapan lulusan sebagai tenaga kerja yang siap pakai sesuai dengan bidang dan jenjang pendidikannya. Disamping itu sekolah juga berperan dalam mempersiapkan peserta didik untuk mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Harapan tersebut ternyata belum dapat terpenuhi sebagaimana mestinya, tingkat keterampilan dan kepribadian yang dimiliki para lulusan ternyata masih lemah dalam menghadapi tantangan kehidupan yang ada.
Sekolah Menengah Kejuruan membekali para siswa dengan kompetensi-kompetensi sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing. Ketika siswa memilih untuk mengenyam pendidikan di SMK, ada siswa yang sudah memiliki rancangan masa depannya bahwa setelah lulus SMK siswa akan langsung bekerja dan ada juga siswa yang belum memiliki pemikiran akan dunia kerja. Selama proses pembelajaran, siswa dapat memiliki pandangan mengenai dunia kerja sehingga dapat memunculkan perasaan ketertarikan siswa terhadap dunia kerja. Perasaan ketertarikan yang muncul pada siswa merupakan minat untuk bekerja. Minat diduga dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa pada bidang keahliannya, maka siswa akan terdorong untuk mencapai kompetensinya secara maksimal.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul “HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR, PERSEPSI SISWA
(26)
TENTANG KOMPETENSI GURU, DENGAN KOMPETENSI SISWA SMK PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA”. Penelitian ini merupakan studi kasus di 7 (tujuh) SMK di Kabupaten Sleman.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini akan memfokuskan pada variabel motivasi belajar, persepsi siswa tentang kompetensi guru, dengan kompetensi siswa SMK Program Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman Yogyakarta.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah motivasi belajar berhubungan dengan kompetensi siswa SMK Program Keahlian Akuntansi?
2. Apakah persepsi siswa tentang kompetensi guru berhubungan dengan kompetensi siswa SMK Program Keahlian Akuntansi?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, maka tujuan penelitian untuk menyediakan bukti tentang:
1. Hubungan motivasi belajar dengan kompetensi siswa SMK Program Keahlian Akuntansi.
2. Hubungan persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan kompetensi siswa SMK Program Keahlian Akuntansi.
(27)
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penyusunan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Penulis
Dari hasil penelitian ini diharapkan penulis dapat mengetahui kompetensi siswa SMK Program Keahlian Akuntansi terhadap kesiapan siswa yang akan memasuki dunia kerja sesuai dengan bidang keahlian Akuntansi.
2. Bagi Guru
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan tambahan bagi guru-guru di SMK untuk mempersiapkan para siswanya secara lebih matang. 3. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini mampu memotivasi para siswa SMK untuk mempersiapkan secara lebih matang keterampilan-keterampilan sesuai dengan bidang keahliannya.
4. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini mampu memberi informasi bagi pihak sekolah mengenai kesiapan siswa SMK dalam memasuki dunia kerja setelah menyelesaikan pendidikan di SMK.
5. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan tambahan informasi bagi para mahasiswa yang membutuhkan.
(28)
8
BAB II
LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teoritik
1. Motivasi Belajar
Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Kegiatan belajar tersebut ada dilakukan disekolah dan dirumah seperti musium, perpustakaan, sungai, hutan, dan lainnya. Ditinjau dari segi guru, kegiatan belajar siswa tersebut tergolong dirancang dalam desain instruksional. Kegiatan belajar yang termasuk rancangan guru, bila siswa belajar disekolah ditempat-tempat tersebut untuk menyelesaikan tugas-tugas belajar sekolah. Disamping itu ada juga belajar yang tidak termasuk rancangan guru. Artinya siswa belajar
dengan keiginannya sendiri. Pengetahuan tentang “belajar, ditugasi” dengan “belajar, karena motivasi diri” itu penting bagi guru dan calon guru.
a.Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai “daya pengerak yang telah menjadi aktif”. Motif menjadi aktif pada saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak (Sardiman, 2005:73). Menurut Winkel (2004: 169) motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan itu demi mencapai suatu tujuan.
Menurut Mudjiyono (2013:30), Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang
(29)
mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan daya pengerak psikis yang berasal dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah ketrampilan dan pengalaman. Motivasi belajar adalah daya yang mendorong siswa untuk belajar.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah sebuah dorongan yang berasal dari dalam dan luar diri siswa yang mampu memberikan rasa senang dalam belajar sehingga siswa mampu mencapai prestasi yang sangat baik.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya pengaruh oleh kondisi fisiologis siswa. Sebagai ilustrasi, keinginan anak untuk membaca majalah misalnya, terpengaruh oleh kesiapan alat-alat indra untuk mengucap kata. Keberhasilan mengucapkan kata dari simbol pada huruf mondorong keinginan menyelesaikan tugas baca. (Monks, 1989; Mujiyono, 2013: 97-100).
1) Cita-cita atau Aspirasi Siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan berjalan, makan makanan lezat, merebut permainan, dapat membaca, dapat menyanyi, dan lain-lain. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan kemudian hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita
(30)
dibarengi perkembangan akal, moral, kemauan bahasa, dan nilai kehidupan. Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian.
Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga hukum dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemuadian kemauan menjadi cita-cita.
2) Kemampuan Siswa
Keinginan anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Contohnya, keinginan membaca perlu dibarengi dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi huruf-huruf. Latihan berulang kali menyebabkan terbentuknya kemampuan membaca. Keberhasilan tersebut dapat memuaskan dan menyenangkan hatinya. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan. (Monks, 1989, Mudjiono, 2013: 98).
3) Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit dan lapar, atau marah-marah akan menganggu perhatian belajar. Sebaliknya siswa yang sehat, kenyang dan gembira akan mudah memusatkan perhatian. Anak yang sakit akan enggan belajar. Anak yang marah-marah akan sukar memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran. Sebaliknya, setelah siswa tersebut sehat ia akan mengejar ketinggalan pelajaran. Siswa tersebut akan dengan hati membaca buku-buku
(31)
pelajaran agar ia memperoleh nilai rapor baik, seperti sebelum sakit. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar.
4) Kondisi Lingkungan Siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal kumuh, ancaman rekan yang nakal, perkelahian antar siswa, akan mengggangu kesunguhan belajar. Sebaliknya, sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun, akan memperkuat motivasi belajar. Oleh karena itu kondisi lingkungan sekolah dan lingkungan rumah yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
2. Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru
Persepsi pada hakikatnya adalah suatu proses yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungan, baik lewat pendangaran, penglihatan, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi.
Tingkah laku dalam tingkatan persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antar dua perangsang atau lebih,
(32)
berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Kemampuan ini dinyatakan dalam satu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan dan perbedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada.
Persepsi sebagai suatu proses dengan mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi mereka. Dengan demikian, persepsia dalah kesan atau pendangan seorang terhadap obyek tertentu.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi siswa, antara lain:
1) Orang yang mempresepsikan.
Saat individu melihat suatu sasaran dan berusaha menginterprestasi. Interprestasi itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu yang melihat. Karakteristik individu yang mempengaruhi persepsi adlah sikap, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman, masa lalu dan harapan.
2) Objek atau sasaran yang dipersepsikan.
Karakteristik sasaran yang dipersepsi dapat mepengaruhi apa yang dipersepsikan. Individu yang ceria lebih menonjol dalam suatu kelompok daripada individu yang pendiam. Karena sasaran tidak dipahami secara terisolasi maka latar belakang sasaran juga dapat mempengaruhi persepsi seperti kecenderungan kita untuk mengelompokkan hal-hal yang berdekatan dan hal-hal yang mirip dalam satu tempat. Jika dikaitkan dengan persepsi terhadap gaya kepemimpinan maka objek yang dipersepsikan gaya kepemimpinan yang diterapkan atasannya, yang meliputi pemilihan strategi atau gaya pemimpin yang berdtindak, berkomunikasi dan bersikap terhadap bawahnnya.
(33)
3) Konteks dimana persepsi dibuat.
Konteks dimana kita terlihat suatu objek atau peristiwa yang dapat mempengaruhi pemahaman, seperti juga lokasi, cahaya, panas atau sejumlah faktor-faktor situasional lainnya. Jadi objek atau sasaran yang dipersepsikan, objek atau sasaran yang dipersepsikan, dan kontek dimana persepsi dibuat inilah yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, dimana orang yang satu dengan yang lain belum tentu sama persepsinya terhadap salah satu objek.
a. Persepsi siswa
Hakikatnya aktivitas pendidikan selalu berlangsung dengan melibatkan pihak-pihak sebagai aktor penting yang ada di dalam aktivitas pendidikan, aktor penting tersebut adalah subjek yang memberi disebut pendidik, sedangkan subjek yang menerima disebut peserta didik.
Istilah peserta didik pada pendidikan formal di sekolah jenjang dasar dan menegah dikenal dengan nama anak didik atau siswa. Siswa merupakan subjek yang menerima apa yang disampaikan oleh guru. Sosok siswa umumnya merupakan sosok anak yang membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa tumbuh dan berkembang ke arah kedewasaan. Dengan demikian siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui pendidikan.
Persepsi siswa adalah proses ketika siswa menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasi kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang dimiliki gurunya pada saat mengajar. Aspek persepsi terhadap kompetensi guru yang akan dipakai dalam penelitian ini
(34)
yaitu penggabungan dari aspek persepsi dan bentuk kompetensi guru. Aspek persepsi tersebut meliputi kognisi dan afeksi, sedangkan bentuk kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Jadi pada aspek kognisi di dalamnya menyangkut penilaian tentang kompetensi guru di bidang pedagogik, bidang kepribadian, bidang sosial, dan bidang profesional yang dimiliki oleh guru. Begitu juga aspek afeksi, di dalamnya meliputi perasaan individu terhadap kompetensi gurunya di bidang pedagogik, bidang kepribadian, bidang sosial, dan bidang profesional (Setyawan, 2014 Skripsi, 18-21).
b. Kompetensi Guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. (Permendikbud, 2005.
(35)
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:
1) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
2) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
3) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. 4) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode
etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.
5) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
3. Kompetensi Siswa
a. Pengertian Kompetensi Siswa
Pembelajaran berfungsi mengembangkan seluruh aspek pribadi peserta didik dan juga kemampuan yang dimilikinya. Pengembangan kemampuan tersebut menyangkut segi pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill). Pengetahuan dapat berupa fakta, konsep, teori, prosedur atau meta kognitif (berpikir), sedangkan keterampilan dapat berupa keterampilan halus (soft skill) dan keterampilan kasar (hard skill). Materi bagi pengembangan kemampuan-kemampuan tersebut bersangkutan dengan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kemampuan seseorang dalam menerapkan atau menggunakan pengetahuan yang dikuasainya dalam sesuatu bidang kehidupan disebut
(36)
sebagai kecakapan atau keterampilan. Penguasaan kecakapan atau keterampilan-keterampilan tersebut dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Konsep kompetensi dikembangkan dengan menunjukkan kecakapan atau keterampilan kerja.
Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan berdasarkan standar kompetensi yang telah ditetapkan. Siswa diarahkan agar memperoleh kompetensi yang ada. Tingkat pemahaman siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh kompetensi. Kompetensi siswa merupakan kebulatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat ditampilkan oleh siswa dalam berpikir dan bertindak yang dihasilkan dari aktifitas belajar. Dari hal tersebut, siswa diharapkan mampu menunjukkan kompetensi yang telah diperolehnya melalui evaluasi pembelajaran, praktik kerja lapangan, maupun di dunia kerja sesuai dengan bidang profesinya. (Syaodih, 2012:183-184)
b.Standar Kompetensi Siswa
Standar Kompetensi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Studi Keahlian Keuangan Kompetensi Keahlian Akuntansi. (Permendikbud, 2009:504-507)
a)Dasar Kompetensi Kejuruan Standar Kompetensi:
1) Menerapkan prinsip profesional bekerja 2) Melaksanakan komunikasi bisnis
3) Menerapkan keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan hidup (K3LH)
(37)
b)Kompetensi Kejuruan Standar Kompetensi:
1) Mengelola dokumen transaksi 2) Memproses dokumen dana kas kecil 3) Memproses dokumen dana kas di bank 4) Memproses entri jurnal
5) Memproses buku besar 6) Mengelola kartu piutang 7) Mengelola kartu persediaan 8) Mengelola kartu aktiva tetap 9) Mengelola kartu utang
10) Menyajikan laporan harga pokok produk 11) Menyusun laporan keuangan
12) Menyiapkan surat pemberitahuan pajak
13) Mengoperasikan paket program pengolah angka/spreadsheet 14) Mengoperasikan aplikasi komputer akuntansi.
B. Kerangka Berpikir
Kompetensi siswa merupakan kebulatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat ditampilkan oleh siswa dalam berpikir dan bertindak yang dihasilkan dari aktifitas belajar.
1. Hubungan motivasi belajar dengan kompetensi siswa SMK
Motivasi belajar adalah sebuah dorongan yang berasal dari dalam dan luar diri siswa yang mampu memberikan rasa senang dalam belajar sehingga siswa mampu mencapai prestasi yang sangat baik pada bidang
(38)
keahlian akuntansi. Motivasi belajar sangat berhubungan dengan kompetensi siswa SMK terutama dalam mempelajari bidang keahlian akuntansi sehingga terdapat dorongan dalam diri siswa itu sendiri untuk mencapai cita-cita serta mampu memotivasi dirinya dalam belajar.
2. Hubungan persepsi siswa tentang kompatensi guru dengan kompetensi siswa SMK
Persepsi siswa adalah proses ketika siswa menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasi kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang dimiliki gurunya pada saat mengajar. Aspek persepsi tersebut meliputi kognisi dan afeksi, sedangkan kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Jadi pada aspek kognisi di dalamnya menyangkut penilaian tentang kompetensi guru di bidang pedagogik, bidang kepribadian, bidang sosial, dan bidang profesional yang dimiliki oleh guru. Begitu juga aspek afeksi, di dalamnya meliputi perasaan individu terhadap kompetensi gurunya di bidang pedagogik, bidang kepribadian, bidang sosial, dan bidang profesional.
Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Persepsi siswa tentang kompetensi guru adalah suatu pandangan siswa terhadap pengetahuan dan keterampilan guru dalam menyampaikan ilmu dan keterampilan serta mendidik siswa sesuai bidang keahliannya. Persepsi siswa tentang kompetensi guru sangat berhubungan dengan kompetensi siswa SMK
(39)
karena persepsi siswa yang baik terhadap kompetensi guru akan menimbulkan rasa nyaman dan senang belajar pada diri siswa. sehingga siswa dapat memperoleh kompetensinya secara optimal.
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha1 : Ada hubungan motivasi belajar dengan kompetensi siswa SMK. Ha2 : Ada hubungan persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan
(40)
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif yang digunakan adalah metode survei. Dalam penelitian ini dimaksud untuk memperoleh informasi tentang motivasi belajar, persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan kompetensi siswa SMK Program Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMK Non Muhammadiyah Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang memiliki Program Studi Keahlian Akuntansi.
a. SMK Negeri 1 Depok Sleman b. SMK Negeri 1 Tempel Sleman c. SMK “17” Seyegan Sleman d. SMK YPKK 1 Sleman e. SMK YPKK 3 Sleman f. SMK Yapemda Sleman
g. SMK Hamong Putera 1 Pakem Sleman 2. Waktu Penelitian
(41)
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI yang sudah mendapatkan materi akuntansi, yaitu SMK Negeri 1 Depok Sleman, SMK Negeri 1 Tempel Sleman, SMK “17” Seyegan Sleman, SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 3 Sleman, SMK Yapemda Sleman, SMK Hamong Putera 1 Pakem Sleman. Program Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
2. Objek penelitian: a)Motivasi belajar
b)Persepsi siswa tentang kompetensi guru c)Kompetensi siswa
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2012:61). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Non Muhammadiyah Program Studi Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Menurut data Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Sleman tahun 2014/2015 terdapat 366 siswa kelas XI yang tersebar di SMK Non Muhammdiyah Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Oleh karena keterbatasan waktu, maka peneliti tidak mungkin
(42)
melakukan penelitian pada semua populasi, tetapi peneliti menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk menentukan besarnya sampel dari populasi, peneliti menggunakan rumus Slovin (1960) sebagai berikut:
Keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran populasi
E = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi).
Dalam penelitian ini, ditentukan nilai kritis sebesar 5% Jadi jumlah sampel yang akan diambil (n), dengan nilai kritis/bataskesalahan (e) 5% dari populasi (N) tersebut adalah:
n =
Apabila dibulatkan menjadi 191 siswa. 3. Teknik Penarikan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Proportional Random Sampling dengan modifikasi atau dengan istilah lain disebut
Disproportionate Stratified Random Sampling. Dengan disproportionate stratified random sampling, pengambilan sampel dari tiap-tiap kelas ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya jumlah siswa dalam tiap-tiap kelas tersebut dimana tiap-tiap siswa mempunyai hak yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai/unsur yang tidak homogen dan berstrata tetapi kurang
(43)
proporsional. Modifikasi yang dilakukan yaitu kelompok populasi yang terlalu sedikit diambil seluruhnya menjadi sampel. Dalam teknik ini anggota populasi yang akan diambil sebagai sampel sudah ditentukan sesuai dengan keperluan penelitian dan mampu menunjukkan kerepresentatifan sampel yang diambil.
Peneliti mengambil sampel dari setiap sekolah yang dianggap representatif. Dalam penelitian ini peneliti memilih siswa kelas XI Program Keahlian Akuntansi sebagai sampel karena siswa kelas X belum mendapatkan kompetensi akuntansi yang cukup sedangkan kelas XII sedang difokuskan untuk menghadapi ujian nasional.
E. Operasionalisasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah motivasi belajar, persepsi siswa tentang kompetensi guru, minat kerja dengan kompetensi siswa SMK Program Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Motivasi belajar adalah sebuah dorongan yang berasal dari dalam dan luar diri siswa yang mampu memberikan rasa senang dalam belajar sehingga siswa mampu mencapai prestasi yang sangat baik. Persepsi siswa adalah proses ketika siswa menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasi kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang dimiliki gurunya pada saat mengajar. Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi siswa merupakan kebulatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat ditampilkan oleh siswa dalam berpikir dan bertindak yang dihasilkan dari aktifitas belajar.
(44)
Tabel 3.1
Indikator Motivasi Belajar
Dimensi Indikator Nomor Kuesioner Positif Negatif
Faktor Internal
Faktor Eksternal
1.Kondisi internal siswa
a. Cita-cita, keinginan/harapan, atau aspirasi siswa
b. Kemampuan siswa c. Kondisi siswa
2. Kondisi lingkungan siswa a. Lingkungan keluarga b. Lingkungan sekolah c. Lingkungan masyarakat
22,27 1,2,3,4,9 7 12 24,25,26 21 8 5,6,14,15,16 11,19 10,17,18,23, 13,20 Tabel 3.2
Indikator Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Dimensi Indikator Nomor Kuesioner
Positif Negatif
a. Merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. d. Menjunjung tinggi
1) Merencanakan pembelajaran
2) Melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu
3) Mengevaluasi hasil pembelajaran
1) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik
1) Bertindak objektif 2) Tidak diskriminatif
1) Menjunjung tinggi
3,24,1,2,5,14 18,19,21,23 8.9.25 27,28 16 6,11 4,7,13 15,20,22,26 17 12
(45)
peraturan perundang-udangan hukum, dan kode etik guru serta nilai-nilai agama dan etika.
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
peraturan dan kode etik guru
1) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa
10
Tabel 3.3
Indikator Kompetensi Siswa SMK
Dimensi Indikator PositifNomor Kuesioner Negatif
Dasar Kompetensi Kejuruan
a. Menerapkan prinsip profesional pekerja
b. Melaksanakan komunikasi bisnis c. Menerapkan keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan hidup (K3LH)
1,2,5 3,4
7 6
Kompetensi Kejuruan
d. Mengelola dokumen transaksi e. Memproses dokumen dana kas kecil f. Memproses dokumen dana kas di bank
g. Memproses entri jurnal h. Memproses buku besar i. Mengelola kartu piutang j. Mengelola kartu persediaan k. Mengelola kartu aktiva tetap l. Mengelola kartu utang
m. Menyajikan laporan harga pokok produk
n. Menyusun laporan keuangan o. Menyiapkan surat pemberitahuan pajak
p. Mengoperasikan paket program pengolah angka
q. Mengoperasikan aplikasi komputer akuntansi 8.9 10,11 12 13 14 15 16 17 18 20 21,22 25 26 19 23 2
(46)
Skala Pengukuran
Skala Pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala
Likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial yang tertuang dalam item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. (Sugiyono, 2012:93)
Tabel 3.4
Skor Item-Item Pernyataan Kuesioner
Jawaban Skor pernyataan positif
Skor pernyataan negatif
Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Netral (N) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4
Sangat Tidak Setuju (STS)
1 5
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Melalui teknik ini responden diberikan seperangkat pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis. Jenis kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup dengan alternatif jawaban “Sangat Setuju, Setuju, Netral, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju”.
(47)
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai motivasi belajar, persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan kompetensi siswa SMK Program Keahlian Akuntansi. Pertanyaan dijawab oleh responden dengan memilih (√) pada alternatif jawaban yang tersedia.
G. Teknik Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas
Validitas menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi sedangkan instrumen yang kurang valid memiliki validitas rendah. Penelitian ini menggunakan validitas isi.
Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan teknik Corected Item-Total Correlation dengan bantuan SPSS versi 21. Jumlah nilai Corrected Item-Total Correlation dibandingkan dengan r kritik. Untuk mengetahui besarnya r ktirik, dapat dilihat dalam tabel korelasi nilai – r. cara melihat angka kritik adalah dengan melihat baris N-2 untuk taraf signifikan 5%. N yang dimaksud adalah jumlah responden penelitian. Pengujian validitas penelitian ini didasarkan pada rumus korelasi product moment sebagai berikut:
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y
ƩX = Jumlah skor dalam sebaran X ƩY = Jumlah skor dalam sebaran Y
(48)
ƩXY = Jumlah hasil kali antara X dan Y N = Banyaknya sampel yang diuji coba
Untuk mengetahui apakah instrumen penelitian tersebut valid atau tidak, maka ketentuannya sebagai berikut:
a. Jika rhitung> rtabel dengan taraf keyakinan 95% maka instrumen penelitian
dikatakan valid
b.Jika rhitung< rtabel dengan taraf keyakinan 95% maka instrumen penelitian
dikatakan tidak valid
Pengujian validitas digunakan untuk mengetahui apakah kuesiner yang dipakai sebagai bahan penelitian layak atau tidak layak dipakai. Berikut ini disajikan hasil pengujian validitas instrumen penelitian
a. Uji Validitas Motivasi Belajar
Hasil uji validitas 27 butir item kuesioner untukvariabel motivasi belajar dengan menggunakan SPSS pada 30 responden dapat dilihat pada tabel 3.5 dibawah ini:
(49)
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Motivasi belajar (1)
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Butir1 99.37 95.413 .550 . .897
Butir2 99.70 97.734 .422 . .900
Butir3 99.10 92.231 .630 . .895
Butir4 99.33 95.195 .526 . .898
Butir5 99.07 97.375 .468 . .899
Butir6 99.13 101.154 .150 . .904
Butir7 99.33 95.471 .548 . .897
Butir8 99.10 92.231 .630 . .895
Butir9 98.27 98.685 .380 . .900
Butir10 99.13 92.464 .605 . .896
Butir11 99.33 95.333 .481 . .898
Butir12 99.27 95.030 .425 . .900
Butir13 99.30 96.148 .460 . .899
Butir14 99.07 100.754 .176 . .904
Butir15 99.33 95.333 .481 . .898
Butir16 99.27 95.030 .425 . .900
Butir17 98.27 98.685 .380 . .900
Butir18 99.10 92.231 .630 . .895
Butir19 99.67 93.747 .591 . .896
Butir20 98.30 99.114 .386 . .900
Butir21 98.47 99.154 .265 . .902
Butir22 98.60 92.800 .732 . .893
Butir23 99.33 95.471 .548 . .897
Butir24 99.67 93.747 .591 . .896
Butir25 99.63 98.033 .375 . .900
Butir26 99.07 97.375 .468 . .899
Butir27 98.20 97.545 .508 . .898
Dari data di atas dapat diketahui pada kolom corrected item-total correlation
merupakan r hitung. sementara r tabel dapat dicari sebagai berikut: df = n-2, 30-2 = 28 dan taraf signifikansi = 5% menunjukkan nilai r tabel = 0,3610. oleh karena ada nilai r hitung yang di bawah r tabel yaitu butir 6, butir 14, dan butir 21 maka untuk item tersebut tidak valid, kemudian peneliti menghilangkan item tersebut dan memperoleh hasil lagi. berikut akan ditampilkan output yang baru pada tabel 3.6 dibawah ini:
(50)
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar (2)
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Butir1 87.33 87.816 .538 . .903
Butir2 87.67 89.885 .423 . .905
Butir3 87.07 84.685 .626 . .901
Butir4 87.30 87.528 .521 . .903
Butir5 87.03 89.895 .437 . .905
Butir7 87.30 87.666 .553 . .903
Butir8 87.07 84.685 .626 . .901
Butir9 86.23 90.461 .414 . .905
Butir10 87.10 84.990 .596 . .902
Butir11 87.30 87.803 .466 . .905
Butir12 87.23 87.426 .417 . .906
Butir13 87.27 88.271 .467 . .904
Butir15 87.30 87.803 .466 . .905
Butir16 87.23 87.426 .417 . .906
Butir17 86.23 90.461 .414 . .905
Butir18 87.07 84.685 .626 . .901
Butir19 87.63 85.551 .629 . .901
Butir20 86.27 91.237 .385 . .906
Butir22 86.57 84.944 .751 . .898
Butir23 87.30 87.666 .553 . .903
Butir24 87.63 85.551 .629 . .901
Butir25 87.60 90.110 .382 . .906
Butir26 87.03 89.895 .437 . .905
Butir27 86.17 89.385 .542 . .903
Setelah melakukan pengolahan kembali dengan menghilangkan item di bawah r tabel maka dapat diambil kesimpulan bahwa item variabel motivasi belajar adalah valid. Hal ini dikarenakan setiap item pertanyaan tersebut memiliki nilai
rhitung lebih besar dari 0,3610. Sehingga item-item pertanyaan tersebut valid dan
dapat digunakan dalam penelitian berikutnya. Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar (3)
INDIKATOR rhitung rtabel KATEGORI
Butir 1
0.538 0,3610 VALID
Butir 2
(51)
Butir 3
0.626 0,3610 VALID
Butir 4
0.521 0,3610 VALID
Butir 5
0.437 0,3610 VALID
Butir 7
0.553 0,3610 VALID
Butir 8
0.626 0,3610 VALID
Butir 9
0.414 0,3610 VALID
Butir 10
0.596 0,3610 VALID
Butir 11
0.466 0,3610 VALID
Butir 12
0.417 0,3610 VALID
Butir 13
0.467 0,3610 VALID
Butir 14
0.466 0,3610 VALID
Butir 16
0.417 0,3610 VALID
Butir 17
0.414 0,3610 VALID
Butir 18
0.626 0,3610 VALID
Butir 19
0.629 0,3610 VALID
Butir 20
0.385 0,3610 VALID
Butir 22
0.751 0,3610 VALID
Butir 23
0.553 0,3610 VALID
Butir 24
0.629 0,3610 VALID
Butir 25
0.382 0,3610 VALID
Butir 26
0.437 0,3610 VALID
Butir 27
0.542 0,3610 VALID
b. Uji Validitas Variabel Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru
Hasil uji validitas 28 butir item kuesioner untuk variabel persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan menggunakan SPSS pada 30 responden dapat dilihat pada tabel 3.8 dibawah ini:
Tabel 3.8
(52)
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Butir1 102.67 99.816 .663 . .916
Butir2 102.93 99.789 .571 . .917
Butir3 102.97 98.999 .569 . .917
Butir4 102.97 102.171 .576 . .917
Butir5 103.17 102.489 .481 . .918
Butir6 103.13 103.637 .393 . .919
Butir7 102.87 104.051 .325 . .921
Butir8 102.97 102.171 .576 . .917
Butir9 103.00 102.345 .428 . .919
Butir10 103.13 102.602 .435 . .919
Butir11 103.33 102.713 .475 . .918
Butir12 102.73 102.685 .412 . .919
Butir13 103.00 99.379 .565 . .917
Butir14 103.37 101.757 .501 . .918
Butir15 103.00 102.345 .428 . .919
Butir16 103.10 95.403 .792 . .913
Butir17 103.03 98.516 .609 . .916
Butir18 103.20 100.234 .602 . .916
Butir19 103.20 101.614 .493 . .918
Butir20 102.90 100.645 .529 . .918
Butir21 103.37 102.033 .478 . .918
Butir22 103.30 102.217 .470 . .918
Butir23 103.30 100.217 .536 . .918
Butir24 103.20 101.683 .538 . .918
Butir25 103.37 101.551 .518 . .918
Butir26 103.30 105.114 .266 . .921
Butir27 102.80 99.683 .585 . .917
Butir28 103.00 97.517 .652 . .915
Dari data di atas dapat diketahui pada kolom corrected item-total correlation
(53)
= 28 dan taraf signifikansi = 5% menunjukkan nilai r tabel = 0,3610. Oleh karena ada nilai r hitung yang di bawah r tabel yaitu butir 7, dan butir 26 maka untuk item
tersebut tidak valid. Kemudian peneliti menghilangkan item tersebut dan memperoleh hasil lagi. berikut akan ditampilkan output yang baru pada tabel 3.9 dibawah ini:
Tabel 3.9
Hasil Uji Validitas Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru (2) Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Correcte d Item-Total Correlati on Squared Multiple Correlati on Cronbach 's Alpha if
Item Deleted Butir1 95.03 92.654 .645 . .917 Butir2 95.30 92.562 .560 . .918 Butir3 95.33 91.678 .567 . .918 Butir4 95.33 94.575 .590 . .918 Butir5 95.53 94.878 .493 . .919 Butir6 95.50 96.259 .380 . .921 Butir8 95.33 94.575 .590 . .918 Butir9 95.37 94.792 .434 . .920 Butir10 95.50 94.948 .449 . .920 Butir11 95.70 95.390 .460 . .920 Butir12 95.10 95.403 .395 . .921 Butir13 95.37 91.895 .574 . .918 Butir14 95.73 94.064 .522 . .919 Butir15 95.37 94.792 .434 . .920 Butir16 95.47 88.257 .788 . .914 Butir17 95.40 91.214 .608 . .917 Butir18 95.57 92.875 .599 . .917 Butir19 95.57 94.185 .492 . .919 Butir20 95.27 92.892 .556 . .918 Butir21 95.73 94.478 .487 . .919 Butir22 95.67 94.920 .456 . .920 Butir23 95.67 93.057 .518 . .919 Butir24 95.57 94.254 .537 . .918 Butir25 95.73 93.857 .539 . .918 Butir27 95.17 92.489 .572 . .918 Butir28 95.37 90.309 .647 . .916
(54)
Setelah melakukan pengolahan kembali dengan menghilangkan item di bawah r tabel maka dapat diambil kesimpulan bahwa item variabel persepsi siswa tentang kompetensi guru adalah valid. Hal ini dikarenakan setiap item pertanyaan tersebut memiliki nilai rhitung lebih besar dari 0,3610. Sehingga item-item
pertanyaan tersebut valid dan dapat digunakan dalam penelitian berikutnya. Tabel 3.10
Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru (3)
INDIKATOR rhitung rtabel KATEGORI
Butir 1 0.645 0,3610 VALID Butir 2
0.560 0,3610 VALID
Butir 3
0.567 0,3610 VALID
Butir 5
0.590 0,3610 VALID
Butir 6
0.493 0,3610 VALID
Butir 8
0.380 0,3610 VALID
Butir 9
0.590 0,3610 VALID
Butir 10
0.434 0,3610 VALID
Butir 11
0.449 0,3610 VALID
Butir 12
0.460 0,3610 VALID
Butir 13
0.395 0,3610 VALID
Butir 14
0.574 0,3610 VALID
Butir 15
0.522 0,3610 VALID
Butir 16
0.434 0,3610 VALID
Butir 17
0.788 0,3610 VALID
Butir 18
0.608 0,3610 VALID
Butir 19
0.599 0,3610 VALID
Butir 20
0.492 0,3610 VALID
Butir 21
0.556 0,3610 VALID
Butir 22
0.487 0,3610 VALID
Butir 23
0.456 0,3610 VALID
Butir 24
0.518 0,3610 VALID
Butir 25
0.537 0,3610 VALID
Butir 27
0.539 0,3610 VALID
Butir 28
(55)
c. Uji Validitas Variabel Kompetensi Siswa
Hasil uji validitas 26 butir item kuesioner untuk variabel Kompetensi Siswa dengan menggunakan SPSS pada 30 responden dapat dilihat pada tabel 3.11 dibawah ini:
Tabel 3.11
Hasil Uji Validitas Kompetensi Siswa (1)
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted
Butir1 91.00 81.586 .517 . .908
Butir2 91.27 82.271 .445 . .909
Butir3 91.20 81.200 .541 . .907
Butir4 91.57 84.116 .418 . .910
Butir5 90.97 82.171 .481 . .908
Butir6 90.67 87.402 .016 . .919
Butir7 90.97 80.516 .693 . .905
Butir8 91.27 82.685 .503 . .908
Butir9 91.57 84.116 .418 . .910
Butir10 91.30 82.079 .505 . .908
Butir11 91.17 79.247 .662 . .905
Butir12 91.23 79.495 .684 . .905
Butir13 90.97 79.344 .675 . .905
Butir14 90.80 80.993 .652 . .906
Butir15 91.00 80.828 .717 . .905
Butir16 90.97 80.516 .693 . .905
Butir17 91.07 78.202 .781 . .902
Butir18 91.00 79.862 .668 . .905
Butir19 91.83 87.385 .032 . .917
Butir20 91.27 82.685 .503 . .908
Butir21 91.03 80.378 .665 . .905
Butir22 91.03 81.206 .588 . .907
Butir23 91.67 87.333 .027 . .918
Butir24 91.17 81.592 .472 . .909
Butir25 90.83 80.144 .589 . .906
(56)
Dari data di atas dapat diketahui pada kolom corrected item-total correlation merupakan r hitung, sementara r tabel dapat dicari sebagai berikut: df = n-2, 30-2 = 28 dan taraf signifikansi = 5% menunjukkan nilai r tabel = 0,3610. Diketahui corrected item-total masih ada r hitung yang bernilai di bawah r tabel yaitu butir 6, butir 19, dan butir 26 maka untuk item tersebut tidak valid. Kemudian peneliti menghilangkan item tersebut dan memperoleh hasil lagi. berikut akan ditampilkan output yang baru pada tabel 12 dibawah ini:
(57)
Tabel 3.12
Hasil Uji Validitas Kompetensi Siswa (2)
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted
Butir1 80.77 79.013 .535 . .930
Butir2 81.03 79.895 .444 . .931
Butir3 80.97 78.999 .527 . .930
Butir4 81.33 81.678 .421 . .931
Butir5 80.73 79.926 .468 . .931
Butir7 80.73 78.202 .689 . .927
Butir8 81.03 79.689 .564 . .929
Butir9 81.33 81.678 .421 . .931
Butir10 81.07 79.582 .516 . .930
Butir11 80.93 76.478 .699 . .927
Butir12 81.00 76.759 .719 . .926
Butir13 80.73 76.892 .685 . .927
Butir14 80.57 78.392 .676 . .927
Butir15 80.77 78.599 .703 . .927
Butir16 80.73 78.202 .689 . .927
Butir17 80.83 76.006 .770 . .925
Butir18 80.77 77.633 .657 . .927
Butir20 81.03 79.689 .564 . .929
Butir21 80.80 78.028 .665 . .927
Butir22 80.80 78.786 .593 . .929
Butir24 80.93 79.237 .471 . .931
Butir25 80.60 78.179 .557 . .929
Butir26 80.97 78.999 .527 . .930
Setelah melakukan pengolahan kembali dengan menghilangkan item di bawah r tabel maka dapat diambil kesimpulan bahwa item variabel kompetensi siswa adalah valid. Hal ini dikarenakan setiap item pertanyaan tersebut memiliki nilai rhitung lebih besar dari 0,3610. Sehingga item-item pertanyaan tersebut valid
(58)
Tabel 3.13
Hasil Uji Validitas Kompetensi Siswa (3)
INDIKATOR rhitung rtabel KATEGORI
Butir 1
0.535 0,3610 VALID
Butir 2
0.444 0,3610 VALID
Butir 3
0.527 0,3610 VALID
Butir 4
0.421 0,3610 VALID
Butir 5
0.468 0,3610 VALID
Butir 6
0.689 0,3610 VALID
Butir 7
0.564 0,3610 VALID
Butir 8
0.421 0,3610 VALID
Butir 9
0.516 0,3610 VALID
Butir 10
0.699 0,3610 VALID
Butir 11
0.719 0,3610 VALID
Butir 12
0.685 0,3610 VALID
Butir 13
0.676 0,3610 VALID
Butir 14
0.703 0,3610 VALID
Butir 15
0.689 0,3610 VALID
Butir 16
0.770 0,3610 VALID
Butir 17
0.657 0,3610 VALID
Butir 18
0.564 0,3610 VALID
Butir 20
0.665 0,3610 VALID
Butir 21
0.593 0,3610 VALID
Butir 22
0.471 0,3610 VALID
Butir 24
0.557 0,3610 VALID
Butir 25
0.527 0,3610 VALID
Butir 26
0.535 0,3610 VALID
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya.
Pengujian reliabilitas instrument dilakukan dengan teknik Alpha Cronbach
karena jawaban yang diberikan responden dalam penelitian ini adalah jawaban yang berbentuk skala. Menentukan besarnya Alpha Cronbach
dilakukan dengan bantuan SPSS. Tolak ukur Cronbach’s Alpha sebesar 0,6. Artinya sebuah instrument dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien
(59)
reliabilitas (r11) > 0,6. Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Crobach
sebagai berikut:
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan Ʃr112 = jumlah varian butir
σr2 = varian total
Instrumen penelitian dikatakann reliabel jika r11 atau Alpha
Cronbach > 0.6, sedangkan jika r11 atau Alpha Cronbach < 0.6 maka
instrumen penelitian tersebut dikatakan tidak reliabel.
Hasil pengujian reliabilitas variabel motivasi belajar, persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan kompetensi siswa smk tampak dalam tabel berikut ini:
a.Variabel motivasi belajar
Tabel 3.14
Hasil Pengujian Reliabilitas Motivasi Belajar
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized
Items N of Items
.907 .908 24
Tabel 3.14 menunjukkan bahwa instrumen motivasi belajar adalah reliabel (cronbach’s alpha = 0, 907 > 0,6).
(60)
b.Variabel persepsi siswa tentang kompetensi guru
Tabel 3.15
Hasil Pengujian Reliabilitas Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.921 .921 26
Tabel 3.15 menunjukkan bahwa instrumen persepsi siswa tentang kompetensi guru adalah reliabel (cronbach’s alpha = 0,921 > 0,6).
c.Kompetensi siswa
Tabel 3.16
Hasil Pengujian Reliabilitas Kompetensi Siswa
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.932 .932 23
Tabel 3.16 menunjukkan bahwa instrumen persepsi siswa tentang kompetensi guru adalah reliabel (cronbach’s alpha = 0,932 > 0,6).
H. Teknik Analisis Data 1.Statistik deskriptif
Analisis Deskriptif adalah bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian berdasarkan suatu sampel. Uji statistik deskripstif bertujuan untuk menguji hipotesis dari peneliti yang bersifat deskripstif. Hasil kuesioner dideskripsikan dengan menggunakan PAP II. Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah suatu penilaian yang memperbandingkan prestasi belajar siswa dengan suatu patokan yang telah ditetapkan sebelmunya, suatu prestasi yang seharusnya dicapai oleh siswa yang
(61)
dituntut oleh guru. PAP berorientasi pada suatu patokan keberhasilan atau batas lulus penguasaan bahan yang sifatnya pasti atau absolut. PAP bisa disebut juga Penilaian Acuan Mutlak (PAM) atau Penilaian Acuan Absolut. Tabel PAP tipe II disajikan sebagai berikut:
Tabel 3.17 PAP Tipe II Tingkat Penguasaan
Kompetensi
Nilai Huruf
Kategori Kecenderungan
Variabel
81% - 100% A Sangat Tinggi
66% - 80% B Tinggi
56% - 65% C Cukup
46% - 55% D Rendah
Dibawah 46% E Sangat rendah
2.Pengujian prasyarat analisis
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini pengujian normalitas dilakukan berdasarkan uji normalitas bivariat (chisquare) dengan ketentuan sebagai berikut: jika nilai R square mendekati 1 maka data tersebut berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai R square menjauhi 1 maka data tersebut tidak berdistribusi normal. Apabila yang terjadi normal maka analisis untuk pengujian hipotesis dapat dilakukan. Teknik yang digunakan untuk uji normalitas dengan menggunakan analisis One-Sampel Kolmogorof Smirnov. Pengujian normalitas dilakukan dengan bantuan program SPSS.
Dmaksimum = [Fo(Xi)-Sn(Xi)]
Keterangan:
D = Deviasi atau penyimpanan maksimum Fo (Xi) = Distribusi frekuensi kumulatif teoritis
Sn (Xi) = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi
(62)
variabel normal atau tidak dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Jika nilai probabilitas lebih besar dari taraf signifikan 5% maka
signifikan artinya tidak ada beda antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data normal.
b) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari taraf signifikansi 5% maka
signifikan artinya ada perbedaan antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data tidak normal.
b. Pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan
1.Rumusan hipotesis a. Hipotesis pertama
Ho1 : Tidak ada hubungan motivasi belajar dengan kompetensi siswa SMK.
Ha1 : Ada hubungan motivasi belajar dengan kompetensi siswa SMK.
b. Hipotesis kedua
Ho1 : Tidak ada hubungan persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan kompetensi siswa SMK.
Ha2 : Ada hubungan persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan kompetensi siswa SMK.
2. Uji Korelasi
Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui apakah diantara dua variabel atau lebih terdapat hubungan, dan jika ada hubungan, bagaimana arah hubungan dan seberapa besar hubungan tersebut. Koefisien korelasi dihitung sebagai berikut:
(63)
Arti dari r adalah:
1. Jika r = -1 artinya hubungan kedua variabel tersebut adalah
hubungan linier terbalik sempurna, artinya makin besar nilai X maka makin kecil nilai Y.
2. Jika r = 1 artinya hubungan kedua variabel tersebut adalah
hubungan linier sempurna, artinya makin besar nilai X maka makin besar pula nilai Y.
Derajat atau tingkat hubungan antara dua variabel diukur dengan indeks korelasi, yang disebut koefisien korelasi. Korelasi yang sering digunakan dalam penelitian adalah korelasi Produk Momen dari
Pearson yang merupakan sepasang variabel kontinu, X dan Y, mempunyai korelasi, maka derajat korelasi dapat dicari dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson.
3. Penarikan kesimpulan
Ketentuan dalam penarikan kesimpulan adalah: (a) jika nilai sig. (2 tailed) < α = 0,05, maka Ha ditolak. artinya, ada hubungan motivasi
belajar dengan kompetensi siswa SMK. Sebaliknya, jika nilai sig. (2 tailed) > α= 0,05, maka Ho diterima. Artinya, tidak ada hubungan
motivasi belajar dengan kompetensi siswa SMK; (b) jika nilai sig. (2 tailed) < a = 0,05, maka Ha ditolak, artinya, ada hubungan persepsi
siswa tentang kompetensi guru dengan kompetensi siswa SMK. Sebaliknya jika nilai sig. (2 tailed) > a = 0,05, maka Ho diterima.
artinya, tidak ada hubungan persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan kompetensi siswa SMK.
(64)
44
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI pada tujuh SMK program keahlian akuntansi di Kabupaten Sleman tahun ajaran 2015/2016 yang sudah mendapat materi pembelajaran Akuntansi. Responden penelitian berasal dari SMK 17 Seyegan, SMK Hamong Putra 1, SMK Negeri 1 Depok, SMK Negeri 1 Tempel, SMK YAPEMDA 1 Sleman, SMK YPKK 1 Gamping dan SMK YPKK 3 Sleman. Kuesioner diberikan sebanyak subjek dan diperoleh kembali dalam jumlah yang sama. Berikut ini nama-nama sekolah asal responden penelitian.
1. Deskripsi Responden Penelitian a. Nama dan Jumlah Siswa
Tabel 4.1
Nama Sekolah dan Jumlah Siswa
No Nama Sekolah Jumlah
Siswa Frekuensi
1 SMK N 1 Depok Sleman 50 24%
2 SMK Negeri 1 Tempel Sleman 51 25%
3 SMK YPKK 1 Sleman 30 14%
4 SMK YPKK 3 Sleman 20 10%
5 SMK Yapemda Sleman 30 14%
6 SMK 17 Seyegan Sleman 18 9%
7 SMK Hamong Putera 1 Pakem 8 4%
Jumlah 207 100%
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa yang menjadi responden penelitian berjumlah 207 siswa. Rinciannya sebagai berikut: Siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman sebanyak 50 siswa (24%); SMK Negeri 1 Tempel Sleman sebanyak 51 siswa (25%); SMK YPKK 1 Sleman sebanyak 30 siswa (14%); SMK YPKK 3 Sleman sebanyak 20 siswa (10%);
(65)
SMK Yapemda Sleman sebanyak 30 siswa (14%); SMK 17 Seyegan sebanyak 18 siswa (9%); siswa SMK Hamong Putera 1 Pakem sebanyak 8 siswa (4%).
b. Status sekolah dan asal sekolah
Tabel 4.2 Distribusi Sekolah
No Asal Sekolah Status Sekolah
F Frekuensi Relatif 1 SMK N 1 Depok Sleman Negeri 101 49%
2 SMK Negeri 1 Tempel Sleman Negeri
3 SMK YPKK 1 Sleman Swasta 106 51%
4 SMK YPKK 3 Sleman Swasta
5 SMK Yapemda Sleman Swasta
6 SMK 17 Seyegan Sleman Swasta
7 SMK Hamong Putera 1 Pakem Swasta
Jumlah 207 100%
Tabel 4.2 menunjukkan jumlah siswa menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 207 siswa. Sejumlah 101 siswa yang berasal dari sekolah negeri 49%) dan 106 siswa berasal dari sekolah swasta (51%). Dengan demikian, dapat di tarik kesimpulan sebagian besar resonden penelitian ini berasal dari SMK Swasta.
2. Deskripsi Data Penelitian a. Motivasi belajar
Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian disusun menurut kelas-kelas interval. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi motivasi belajar.
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar
No. Interval F Frekuensi
Relatif Kategori 1 115-135 20 10% Sangat Tinngi
2 98-114 136 65% Tinggi
3 87-97 46 22% Cukup
4 77-86 4 2% Rendah
5 27-76 1 1% Sangat Rendah
Jumlah 207 100%
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa SMK di Kabupaten Sleman, dapat dikategori tinggi sebanyak 136 siswa atau 65%, dikategorikan cukup sebanyak 46 siswa atau 22%, dikategorikan sangat tinggi sebanyak 2 siswa atau 10%, dikategorikan rendah sebanyak 4 siswa atau 2%, dan
(66)
dikategorikan sangat rendah sebanyak 1 siswa atau 1%. Dengan demikian dapat disimpulkan bawa sebagian besar responden memiliki kompetensi yang positif. b. Persepsi siswa tentang kompetensi guru
Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi prsepsi siswa tentang kompetensi guru.
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Persespi siswa tentang Kompetensi Guru
No. Interval F Frekuensi Relatif
Kategori
1 119-140 54 26% Sangat Baik
2 102-118 118 57% Baik
3 91-101 27 13% Cukup
4 80-90 6 3% Rendah
5 28-79 2 1% Sangat Rendah
Jumlah 207 100%
Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa persepsi siswa tentang kompetensi guru SMK di Kabupaten Sleman, dapat dikategorikan baik sebanyak 118 siswa atau 57%, dikategorikan sangat baik sebanyak 54 siswa atau 26%, dikategorikan cukup sebanyak 27 siswa atau 13%, dikategorikan rendah sebanyak 6 siswa atau 3%, dan dikategori sangat rendah sebanyak 2 siswa atau 1%. Dengan demikian dapat disimpulkan bawa sebagian besar responden mempunyai persepsi positif.
c. Kompetensi siswa
Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi prsepsi siswa tentang kompetensi guru.
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Kompetensi Siswa
No. Interval F Frekuensi Relatif
Kategori
1 110-130 28 14% Sangat Tinggi
2 95-109 96 46% Tinggi
3 84-94 71 34% Cukup
4 74-83 12 6% Rendah
5 26-73 Sangat Rendah
Jumlah 207 100%
Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa kompetensi siswa SMK di Kabupaten Sleman, dapat dikategori setuju sebanyak 96 siswa atau 46%, dikategorikan netral
(67)
sebanyak 71 siswa atau 34%, dikategorikan sangat setuju sebanyak 28 siswa atau 14%, dikategorikan tidak setuju sebanyak 12 siswa atau 6%, dan tidak ada siswa yang memilih kategori sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan bawa sebagian besar responden memiliki kompetensi yang tinggi.
B. Pengujian Prasyarat Analisis Data 1.Pengujian Normalitas
Uji normalitas bivariat dalam penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas bivariat menggunakan bantuan SPSS. Berikut ini disajikan hasil pengujian normalitas:
a.Pengujian normalitas variabel motivasi belajar dengan kompetensi siswa SMK Program Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Motivasi Belajar dengan Kompetensi Siswa SMK Program Keahlian Akuntansi
Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable:chisquare
Equation
Model Summary Parameter Estimates
R Square F df1 df2 Sig. Constant b1
Linear .644 371.320 1 205 .000 .953 -.024
The independent variable is Mahalanobis Distance.
Tabel 4.6 menunjukkan nilai R Square = 0,644. Nilai R square tersebut menunjukkan normalitas distribusi data motivasi belajar dengan kompetensi siswa SMK Program Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman Yogyakarta tidak normal. b.Pengujian normalitas variabel persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan
kompetensi siswa SMK Program Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman Yogyakarta adalah lemah. Dengan kata lain normalitas distribusi data kedua variabel adalah tidak normal.
(68)
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru dengan Kompetensi Siswa SMK Program Keahlian Akuntansi
Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable:chisquare
Equation
Model Summary Parameter Estimates
R
Square F df1 df2 Sig. Constant b1
Linear .599 306.350 1 205 .000 .952 -.023
The independent variable is Mahalanobis Distance.
Tabel 47 menunjukkan nilai R Square = 0,599. Nilai R square tersebut menunjukkan normalitas distribusi data persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan kompetensi siswa SMK Program Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman Yogyakarta adalah lemah. Dengan kata lain, data kedua variabel adalah tidak normal. C. Pengujian Hipotesis
1.Pengujian Hipotesis Pertama a.Rumusan Hipotesis
Ho1 : Tidak ada hubungan motivasi belajar dengan kompetensi siswa SMK. Ha1 : Ada hubungan motivasi belajar dengan kompetensi siswa SMK.
Tabel 4.8
Hasil Uji Korelasi Motivasi Belajar dengan Kompetensi Siswa SMK
Correlations
Motivasi Belajar
Kompetensi Siswa Spearman's rho Motivasi
Belajar
Correlation
Coefficient 1.000 .341
**
Sig. (2-tailed) . .000
N 207 207
Kompetensi Siswa
Correlation
Coefficient .341
** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 207 207
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel 4.8 tampak bahwa nilai Correlation Coefficient (Spearman’s rho) = 0,341. Nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai arah hubungan motivasi belajar dengan kompetensi siswa SMK adalah positif kategori cukup baik. Artinya, semakin
(1)
cxxxiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
cxxxv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
cxxxvi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
cxxxvii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
cxxxviii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
cxxxix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI