Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy Pada Guru Yang Mengajar Siswa Tuna Netra di SLB A Bandung.
i Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul studi deskriptif mengenai self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui derajat self-efficacy yang dihubungkan dengan sumber-sumbernya, yaitu mastery experience, vicarious experience, verbal persuasion, dan physiological and affective states pada guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung.
Sampel penelitian ini adalah guru yang mengajar di SLB A Bandung, yaitu sebanyak 29 orang. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui derajat self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna netra peneliti susun berdasarkan teori Bandura, yang terdiri dari 60 item. Pada penelitian ini digunakan ekspert untuk mengukur validitas, yaitu dengan content validity.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung terbagi dalam dua kategori, yaitu sebanyak 55,2% guru memiliki derajat self-efficacy tinggi, dan sebanyak 44,8% guru memiliki derajat self-efficacy rendah. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sumber-sumber informasi self-efficacy memiliki keterkaitan diantaranya adalah sumber mastery experience dan verbal persuasion.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada guru agar lebih menyadari pentingnya memiliki self-efficacy dalam mengajar siswa tuna. Bagi kepala sekolah SLB A Bandung, diharapkan dapat meningkatkan keyakinan guru dengan cara memberikan pujian ketika para guru mengalami keberhasilan. Peneliti juga menyarankan agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kontribusi sumber-sumber self-efficacy terhadap derajat self-efficacy.
(2)
iii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Abstrak………i
Kata Pengantar………ii
Daftar Isi……….iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah………1
1.2Identifikasi Masalah………..9
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian………..9
1.3.1 Maksud Penelitian………...9
1.3.2 Tujuan Penelitian……….9
1.3Kegunaan Penelitian...……….9
1.4.1 Kegunaan Ilmiah……….9
1.4.2 Kegunaan Praktis………...10
1.4Kerangka Pikir……….10
1.5Asumsi Penelitian………20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self-efficacy………..21
2.1.1 Definisi Self-efficacy………...21
(3)
iv Universitas Kristen Maranatha
A. Matery Experiences………...24
B. Vicarious Experiences………...25
C. Social Persuasion………..26
D. Physiological and Affective States………27
E. Integration Sumber Informasi Self-efficacy………...28
2.1.3 Proses-Proses Aktivasi Self-efficacy………...28
A. Proses Kognitif………..29
B. Proses Motivasi………..29
C. Proses Afektif………31
D. Proses Seleksi……….32
2.1.4 Self-efficacy Pada Guru………..32
2.2 Pendidikan Anak Tuna netra………...34
A. Batasan………...34
B. Bagaimana Kita Melihat Sesuatu Objek……….37
C. Karekteristik atau Ciri-Ciri dan Anak Tuna netra……….38
D. Dampak Gangguan Penglihatan dan Aspek Perkembangan anak Tuna netra………40
E. Program Pendidikan………...43
F. Pertimbangan-Pertimbangan Khusus Dalam Pendidikan………44
G. KurikulumUntuk Siswa Tuna netra……….45
H. Hal-Hal Yang Perlu Dipertimbangkan Oleh Guru………..47
(4)
v Universitas Kristen Maranatha
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian………..49
3.2 Bagan Rancangan Penelitian………...50
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……….50
3.3.1 Variabel Penelitian……….50
3.3.2 Definisi Operasional………..50
3.4 Alat Ukur………51
3.4.1 Alat Ukur Self-efficacy………...51
3.4.2 Data Penunjang………..54
3.4.3 Validitas Alat Ukur………54
3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel………..55
3.5.1 Populasi Sasaran……….55
3.5.2 Karekteristik Populasi……….55
3.5.3 Teknik Penarikan Sampel………...…55
3.6 Teknik Analisis Data………..…55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden………57
4.1.1 Jenis Kelamin………57
4.1.2 Usia………...58
4.1.3 Pendidikan Terakhir………..…58
4.1.4 Lama mangajar di SLB……….59
(5)
vi Universitas Kristen Maranatha
4.2.1 Derajat Self-efficacy………59
4.2.2 Tabulasi Silang Antara Derajat Self-efficacy dengan Aspek……..60
4.3 Pembahasan………..63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………70
5.2 Saran………..71
5.2.1 Saran Bagi Peneliti Lain………...71
5.2.2 Saran Guna Laksana……….71
DAFTAR PUSTAKA...72
DAFTAR RUJUKAN...73 LAMPIRAN
(6)
(7)
Lampiran I. Alat Ukur Self-Efficacy
ASPEK INDIKATOR ITEM
Pilihan yang dibuat Pilihan yang dibuat dalam menjalankan kompetensi guru secara profesional
1. Saya yakin mampu dapat menentukan media pembelajaran (peralatan praktikum, dan bahan) yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
2. Saya yakin mampu dapat memilih teknik penilaian yang sesuai dalam mengevaluasi hasil belajar siswa.
3. Saya yakin mampu dapat memilih materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.
4. Saya yakin mampu dapat memilih waktu secara efektif dan efisien dalam mengajar.
5. Saya yakin mampu dapat memilih teknologi sebagai proses pembelajaran di kelas.
Pilihan yang dibuat dalam menjalankan kompetensi guru secara kemasyarakatan
6. Saya yakin mampu dapat memilih bahasa yang komunikatif untuk berinteraksi dengan siswa di kelas.
7. Saya yakin mampu dapat memilih cara untuk menularkan semangat saya dalam mengajar kepada sesama guru.
(8)
8. Saya yakin mampu memilih untuk dapat membantu orangtua siswa melihat potensi yang dimiliki anak-anaknya yang bersekolah di SLB A. 9. Saya yakin mampu memotivasi siswa yang mengalami penurunan rasa
percaya diri.
10.Saya yakin mampu memilih cara membantu siswa untuk dapat terjun bersosialisasi ke masyarakat.
Pilihan yang dibuat dalam menjalankan kompetensi guru secara personal
11.Saya yakin mampu meluangkan waktu untuk memberikan pelajaran tambahan di luar jam pelajaran.
12.Saya yakin mampu memilih untuk menentukan sanksi yang tegas bagi siswa yang melakukan pelanggaran tanpa unsur iba atau diskriminasi. 13.Saya yakin mampu menemukan cara baru untuk melatih keterampilan
anak didik saya.
14.Saya yakin mampu akan datang tepat waktu untuk mengajar dikelas. 15. Saya yakin mampu dengan sabar membantu setiap siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar.
(9)
menjalankan kompetensi guru secara profesional
(seperti alat peraga untuk menghitung) yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
17. Saya yakin mampu berusaha menyusun soal untuk evaluasi sesuai dengan kebutuhan siswa.
18.Saya yakin mampu berusaha menerapkan materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
19.Saya yakin mampu berusaha menggunakan waktu secara efektif dan efisien dalam mengajar.
20.Saya yakin mampu berusaha untuk dapat menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran di kelas.
Usaha yang dikeluarkan dalam menjalankan kompetensi guru secara kemasyarakatan
21.Saya yakin mampu berusaha menggunakan bahasa yang komunikatif untuk berinteraksi dengan siswa di kelas.
22.Saya yakin mampu berusaha menularkan semangat saya dalam mengajar kepada sesama guru dengan cara memberi referensi buku.
23.Saya yakin mampu berusaha untuk mengkomunikasikan kepada orangtua mengenai potensi anak-anaknya yang bersekolah di SLB A.
(10)
24.Saya yakin mampu berusaha memotivasi siswa yang mengalami penurunan rasa percaya diri melalui pendekatan dengan orangtua mereka.
25.Saya yakin mampu berusaha membantu siswa untuk dapat terjun bersosialisasi ke masyarakat melalui acara kegiatan sosial.
Usaha yang dikeluarkan dalam menjalankan kompetensi guru secara personal
26.Saya yakin mampu berusaha menjalankan jadwal mengajar yang telah saya tetapkan untuk memberikan pelajaran tambahan di luar jam pelajaran secara rutin bagi siswa yang membutuhkan.
27.Saya yakin mampu berusaha menerapkan sanksi yang sudah saya tentukan bagi siswa yang melakukan pelanggaran tanpa unsur iba atau diskriminasi.
28.Saya yakin mampu berusaha menerapkan cara baru yang saya temukan untuk melatih keterampilan anak didik saya..
29. Saya yakin mampu berusaha untuk datang tepat waktu untuk mengajar di kelas.
(11)
ajar sesuai dengan kemampuan dan kemauan mereka tanpa paksaan. Ketahanan dalam
menghadapi rintangan dan kegagalan
Ketahanan dalam menghadapi rintangan dan kegagalan dalam menjalankan kompetensi guru secara profesional
31.Saya yakin mampu bertahan untuk mempraktekan media pembelajaran (peralatan praktikum, dan bahan) yang sesuai dengan kebutuhan siswa, walaupun para siswa tersebut kurang dapat menyerap materinya.
32.Saya yakin mampu bertahan menyusun soal untuk evaluasi sesuai dengan kebutuhan siswa, walaupun tidak ada perubahan ketika dievaluasi.
33.Saya yakin mampu bertahan menerapkan materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, walaupun para siswa tersebut kurang dapat menangkap materi yang saya berikan.
34.Saya akan mampu bertahan menggunakan waktu secara efektif dan efisien dalam mengajar, walaupun para siswa sudah bosan untuk belajar. 35.Saya yakin mampu bertahan menggunakan teknologi seperti internet
walaupun mengalami kesulitan mempelajarinya. Ketahanan dalam menghadapi
rintangan dan kegagalan dalam
36.Saya yakin mampu bertahan menggunakan bahasa yang komunikatif untuk berinteraksi dengan siswa di kelas, walaupun masih ada saja siswa
(12)
menjalankan kompetensi guru secara kemasyarakatan
yang kurang mengerti apa yang saya maksud.
37.Saya yakin akan tetap bertahan untuk menularkan semangat saya dalam mengajar kepada sesama guru, walaupun mengalami konflik dengan guru lainnya.
38.Saya yakin saya bertahan untuk mengkomunikasikan kepada orangtua mengenai potensi anak-anaknya yang bersekolah di SLB A, walaupun ada orangtua yang kurang peduli pada anaknya.
39. Saya yakin mampu bertahan untuk memotivasi siswa yang mengalami penurunan rasa percaya diri melalui pendekatan dengan orangtua, walaupun hasilnya kurang memuaskan.
40.Saya yakin mampu akan mengikuti banyak kegiatan sosial walaupun pandangan masyarakat kurang respek terhadap orang berkebutuhan khusus.
(13)
Ketahanan dalam menghadapi rintangan dan kegagalan dalam menjalankan kompetensi guru secara personal
41.Saya yakin mampu bertahan menjalankan jadwal mengajar yang telah saya tetapkan untuk memberikan pelajaran tambahan di luar jam pelajaran secara rutin bagi siswa yang membutuhkan, walaupun hasilnya kurang memuaskan.
42.Saya yakin mampu bertahan menerapkan sanksi yang tegas bagi siswa yang melakukan pelanggaran tanpa unsur iba atau diskriminasi, walaupun para siswanya memohon agar tidak dihukum.
43.Saya yakin akan bertahan menerapkan cara baru yang saya temukan untuk melatih keterampilan para siswa walaupun banyak kesulitan yang dihadapi.
44.Saya yakin akan tetap datang tepat waktu walaupun banyak siswa yang datang terlambat.
45.Saya yakin akan dengan sabar membantu setiap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, walaupun masih banyak siswa yang mengalami kesulitan.
(14)
yang dialami. dialami dalam menjalankan kompetensi guru secara profesional
pembelajaran (peralatan praktikum, dan bahan) yang sesuai dengan kebutuhan siswa di dalam kelas.
47.Saya yakin akan merasa bersemangat untuk menyusun soal untuk evaluasi sesuai dengan kebutuhan siswa.
48.Saya yakin akan merasa bangga jika materi pembelajaran yang saya berikan dapat diterima oleh para siswa.
49.Saya yakin akan merasa puas apabila dalam mengajar menggunakan waktu secara efektif dan efisien.
50.Saya yakin akan merasa bangga jika saya menggunakan teknologi sebagai proses pembelajaran di kelas.
Penghayatan perasaan yang dialami dalam menjalankan kompetensi guru secara kemasyarakatan
51.Saya yakin merasa tertantang untuk menggunakan bahasa yang komunikatif untuk berinteraksi dengan siswa di kelas.
52.Saya yakin akan merasa bersemangat untuk menularkan semangat saya dalam mengajar kepada sesama guru.
53.Saya yakin akan merasa bersemangat untuk mengkomunikasikan kepada orangtua mengenai potensi anak-anaknya yang bersekolah di
(15)
SLB A.
54.Saya yakin akan merasa bersemangat untuk memotivasi siswa yang mengalami penurunan rasa percaya diri melalui pendekatan dengan orangtua.
55.Saya yakin akan merasa bersemangat membantu siswa untuk dapat terjun bersosialisasi ke masyarakat.
Penghayatan perasaan yang dialami dalam menjalankan kompetensi guru secara personal
56.Saya yakin akan merasa senang untuk menjalankan jadwal mengajar yang telah saya tetapkan untuk memberikan pelajaran tambahan di luar jam pelajaran secara rutin bagi siswa yang membutuhkan .
57.Saya yakin akan merasa puas jika dapat menerapkan sanksi yang tegas bagi siswa yang melakukan pelanggaran tanpa unsur iba atau diskriminasi.
58.Saya yakin akan merasa senang jika dapat menerapkan cara baru yang saya temukan dapat melatih keterampilan para siswa.
59.Saya yakin merasa bersemangat untuk datang tepat waktu untuk mengajar dikelas.
(16)
60.Saya yakin akan merasa bangga dapat membantu setiap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dengan sabar.
(17)
Lampiran II. Kuesioner Data Penunjang dan Self-efficacy
KUESIONER SELF-EFFICACY Nama/inisial :
Usia :
Jenis kelamin : Pendidikan terakhir : Lama mengajar di SLB:
Pada kuesioner ini terdapat 60 item yang berupa kalimat pernyataan yang berhubungan dengan kegiatan mengajar. Saudara dimohon kesidaannya untuk memilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri Saudara, yaitu dengan memberi tanda checklist (V) pada kolom yang sesuai dengan jawaban yang Saudara pilih. Berikut penjelasan jawaban:
- Sangat sesuai - Sesuai - Tidak sesuai - Sangat tidak sesuai
Diharapkan agar Saudara mengisi kuesioner ini dengan jujur, karena jawaban Saudara sangat berpengaruh dalam penelitian ini. Untuk itu penyusun mengucapkan terimakasih atas kesediannya mengisi kuesioner ini.
Hormat saya Peneliti
(18)
Kuesioner Data Penunjang. 1. Seberapa sering saudara mengalami keberhasilan?
a. Sering sekali b. Cukup sering c. Pernah d. Tidak pernah
2. Pengalaman keberhasilan selama mengajar di SLB? a. Hasil ujian yang bagus
b. Mendapat penghargaan karena menjadi teladan bagi para siswanya
c. ………..
3. Keberhasilan yang saudara alami membuat saudara…
a. Lebih giat lagi dalam mengajar agar dapat mempertahankan/meningkatkan keberhasilan
b. Santai saja karena setiap mengajar selalu berhasil
c. ……….………
…
4. Apakah saudara pernah mengalami kegagalan? a. Sering sekali
b. Cukup sering c. Pernah d. Tidak pernah
5. pengalaman kegagalan selama mengajar di SLB?
a. Ada siswa yang kurang memahami materi yang diajarkan b. Banyak siswa yang mengalami kegagalan ketika ujian
c. ………..
6. Kegagalan yang saudara alami membuat saudara…
a. Semakin giat berusaha agar kemudian hari tidak gagal lagi
b. Merasa terhambat karena………
c. ………
7. Siapakan orang yang memberi pengaruh bagi saudara dalam mengajar? a. Teman
(19)
b. Rekan kerja c. Orang tua
d. ………
…
8. Apakah keberhasilan rekan kerja dapat mempengaruhi usaha saudara dalam mengajar?
a. Ya b. Tidak
9. Apa akibatnya bagi saudara?
a. Meningkatkan motivasi dalam mengajar agar lebih baik lagi b. Ingin lebih berusaha agar dapat mengungguli mereka
c. ………
…
10.Apakah kegagalan rekan kerja dapat mempengaruhi usaha saudara dalam mengajar?
a. Ya b. Tidak
11.Apa akibatnya bagi saudara?
a. Menurunkan motivasi untuk mengajar b. Meningkatkan motivasi untuk mengajar
c. ………
…
12.Siapakah yang biasanya memberi feed back atas usaha saudara selama ini? a. Orang tua
b. Teman c. Rekan kerja
d. ………
…
13.Seberapa sering saudara menerima pujian terhadap pekerjaan yang saudara lakukan?
(20)
b. Cukup sering c. Pernah d. Tidak pernah
14.Seberapa sering saudara menerima kritikan terhadap pekerjaan yang saudara lakukan?
a. Sering sekali b. Cukup sering c. Pernah d. Tidak pernah
15.Apa dampak feed back tersebut bagi saudara? a. Menurunkan semangat
b. Membangkitkan semangat
c. ………
16.Apakah kondisi fisik mempengaruhi proses mengajar saudara? a. Ya
b. Tidak
17.Seberapa sering kondisi fisik mempengaruhi proses mengajar saudara? a. Sering sekali
b. Cukup sering c. Pernah d. Tidak pernah
18.Apakah suasana hati mempengaruhi proses mengajar saudara? a. Ya
b. Tidak
19.Seberapa sering pengaruh suasana hati mempengaruhi proses mengajar saudara?
a. Sering sekali b. Cukup sering c. Pernah d. Tidak pernah
(21)
a. Menurunkan semangat b. Membangkitkan semangat
c. ………
…
Kuesioner Self-efficacy. Di halaman ini tersedia beberapa pernyataan.
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya yakin mampu menentukan media pembelajaran (peralatan praktikum, dan bahan) yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
2 Saya yakin mampu berusaha mempraktekan media pembelajaran (seperti alat peraga untuk menghitung) yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
3 Saya yakin mampu berupaya terus-menerus untuk mempraktekkan media pembelajaran (peralatan praktikum, dan bahan) yang sesuai dengan kebutuhan siswa, walaupun para siswa tersebut kurang dapat menyerap materinya.
4 Saya yakin akan bersemangat untuk mempraktekan media pembelajaran (peralatan praktikum, dan bahan) di kelas walaupun banyak siswa yang kurang mengerti mengenai materi tersebut.
5 Saya yakin mampu memilih teknik penilaian yang sesuai untuk mengevaluasi hasil belajar siswa.
6 Saya yakin mampu berusaha menyusun soal untuk evaluasi sesuai dengan kebutuhan siswa.
7 Saya yakin tetap menyusun soal untuk evaluasi sesuai dengan kebutuhan siswa, walaupun hasil ujian siswa
(22)
kurang memuaskan.
8 Saya yakin akan merasa bersemangat untuk menyusun soal untuk evaluasi sesuai dengan kebutuhan siswa, walaupun mengalami berbagai hambatan.
9 Saya yakin mampu memilih materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.
10 Saya yakin mampu berusaha menerapkan materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. 11 Saya yakin dapat mencari metode yang tepat agar para
siswa dapat mengert materi yang saya berikan, walaupun pada prakteknya banyak siswa tersebut kurang dapat menangkap materi yang saya berikan. 12 Saya yakin akan merasa bangga jika materi
pembelajaran yang saya berikan dapat diterima oleh para siswa.
13 Saya yakin mampu memilih waktu secara efektif dan efisien dalam mengajar.
14 Saya yakin mampu berusaha menggunakan waktu secara efektif dan efisien dalam mengajar.
15 Saya akan berupaya mencari variasi metode dalam mengajar, walaupun para siswa sudah bosan ketika proses belajar-mengajar.
16 Saya yakin akan merasa puas apabila dalam mengajar menggunakan waktu secara efektif dan efisien, meskipun banyak hambatan selama proses mengajar. 17 Saya yakin mampu memilih teknologi sebagai proses
pembelajaran di kelas.
18 Saya yakin mampu berusaha untuk dapat menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran di kelas.
(23)
internet walaupun mengalami kesulitan mempelajarinya.
20 Saya yakin akan merasa bangga jika saya dapat menggunakan teknologi sebagai proses pembelajaran di kelas.
21 Saya yakin mampu memilih bahasa yang komunikatif untuk berinteraksi dengan siswa di kelas.
22 Saya yakin mampu berusaha menggunakan bahasa yang komunikatif untuk berinteraksi dengan siswa di kelas.
23 Jika para siswa kurang mengerti mengenai materi yang saya ajarkan, saya yakin akan dapat menyampaikan materi dengan bahasa yang komunikatif.
24 Saya akan merasa stress jika berinteraksi dengan siswa yang memiliki cacat ganda di kelas, namun saya yakin akan merasa tertantang agar dapat berkomunikasi secara komunikatif.
25 Saya yakin mampu memilih cara untuk menularkan semangat saya dalam mengajar kepada sesama guru. 26 Saya yakin mampu berusaha menularkan semangat saya
dalam mengajar kepada sesama guru dengan cara memberi referensi buku.
27 Saya yakin berupaya terus-menerus untuk menularkan semangat saya dalam mengajar kepada sesama guru, walaupun mengalami konflik dengan guru lainnya. 28 Saya yakin akan merasa bersemangat untuk menularkan
semangat saya dalam mengajar kepada sesama guru, walaupun hasilnya kurang memuaskan.
29 Saya yakin mampu membantu orangtua siswa melihat potensi yang dimiliki anak-anaknya yang bersekolah di
(24)
SLB A.
30 Saya yakin mampu berusaha untuk mengkomunikasikan kepada orangtua mengenai potensi anak-anaknya yang bersekolah di SLB A.
31 Saya yakin akan terus-menerus untuk mengkomunikasikan kepada orangtua mengenai potensi anak-anaknya yang bersekolah di SLB A, walaupun ada orangtua yang kurang peduli pada anaknya.
32 Saya yakin akan merasa bersemangat untuk mengkomunikasikan kepada orangtua mengenai potensi anak-anaknya yang bersekolah di SLB A.
33 Saya yakin mampu memotivasi siswa yang mengalami penurunan rasa percaya diri.
34 Saya yakin mampu berusaha memotivasi siswa yang mengalami penurunan rasa percaya diri melalui pendekatan dengan orangtua mereka.
35 Saya yakin akan terus-menerus untuk memotivasi siswa yang mengalami penurunan rasa percaya diri melalui pendekatan dengan orangtua, walaupun masih ada siswa yang masih kurang percaya diri.
36 Walaupun usaha saya untuk memotivasi siswa yang mengalami penurunan rasa percaya diri kurang dipedulikan oleh orangtua siswa, saya yakin akan bersemangat mencari cara lain untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa.
37 Saya yakin mampu menentukan cara membantu siswa agar dapat bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya.
38 Saya yakin mampu berusaha membantu siswa untuk dapat terjun bersosialisasi ke masyarakat melalui acara
(25)
kegiatan sosial.
39 Saya yakin tetap akan mengikuti banyak kegiatan sosial walaupun pandangan masyarakat kurang respek terhadap orang berkebutuhan khusus.
40 Saya yakin akan merasa bersemangat membantu siswa untuk dapat terjun bersosialisasi ke masyarakat.
41 Saya yakin mampu meluangkan waktu untuk memberikan pelajaran tambahan di luar jam pelajaran. 42 Saya yakin mampu berusaha menjalankan jadwal
mengajar yang telah saya tetapkan untuk memberikan pelajaran tambahan di luar jam pelajaran secara rutin bagi siswa yang membutuhkan.
43 Saya yakin akan tetap menjalankan jadwal mengajar yang telah saya tetapkan untuk memberikan pelajaran tambahan di luar jam pelajaran secara rutin bagi siswa yang membutuhkan, walaupun hasilnya kurang memuaskan.
44 Saya yakin akan merasa senang untuk menjalankan jadwal mengajar yang telah saya tetapkan untuk memberikan pelajaran tambahan di luar jam pelajaran secara rutin bagi siswa yang membutuhkan.
45 Saya yakin mampu menentukan sanksi yang tegas bagi siswa yang melakukan pelanggaran tanpa unsur iba atau diskriminasi.
46 Saya yakin mampu berusaha menerapkan sanksi yang sudah saya tentukan bagi siswa yang melakukan pelanggaran tanpa unsur iba atau diskriminasi.
47 Saya yakin akan tetap menerapkan sanksi yang tegas bagi siswa sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan siswa, walaupun para siswanya memohon agar tidak
(26)
dihukum.
48 Saya yakin akan merasa tertantang jika harus menerapkan sanksi yang tegas bagi siswa yang melakukan pelanggaran di kelas.
49 Saya yakin mampu menemukan cara baru untuk melatih keterampilan anak didik saya.
50 Saya yakin mampu berusaha menerapkan cara baru yang saya temukan untuk melatih keterampilan anak didik saya.
51 Saya yakin akan tetap menerapkan cara baru yang saya temukan untuk melatih keterampilan para siswa walaupun banyak kesulitan yang dihadapi.
52 Saya yakin akan merasa senang jika dapat menerapkan cara baru yang saya temukan dapat melatih keterampilan para siswa, meskipun banyak mengalami hambatan dalam pengaplikasiannya.
53 Saya yakin mampu datang tepat waktu untuk mengajar dikelas.
54 Saya yakin mampu berusaha untuk datang tepat waktu untuk mengajar di kelas.
55 Saya yakin akan tetap datang tepat waktu walaupun banyak siswa yang datang terlambat.
56 Saya yakin merasa bersemangat untuk datang tepat waktu untuk mengajar dikelas, meskipun banyak siswa yang terlambat.
57 Saya yakin mampu dengan sabar membantu setiap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
58 Saya yakin mampu berusaha untuk mengarahkan siswa-siswa yang saya ajar sesuai dengan kemampuan dan kemauan mereka tanpa paksaan.
(27)
59 Saya yakin akan dengan sabar membantu setiap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, walaupun masih banyak siswa yang mengalami kesulitan.
60 Saya yakin akan sabar untuk dapat membantu setiap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, meskipun banyak hambatan dalam menjalankannya.
(28)
Lampiran III A. Hasil Tabulasi Silang Data Penunjang
Tabel 3.1 Hasil tabulasi silang antara frekuensi keberhasilan dengan derajat
self-efficacy
Derajat self-efficacy Total R T
Frekuensi keberhasilan
a. Sering sekali Jumlah Persentase 2 6,9 8 27,6 10 34.5 b. Cukup sering Jumlah
Persentase 7 24,1 5 17,2 12 41,4 c. pernah Jumlah
Persentase 4 13,8 3 10,3 7 24,1 d. Tidak pernah Jumlah
Persentase 0 0 0 0 0 0
Total Jumlah
Persentase 13 44,8 16 55,2 29 100
Tabel 3.2 Hasil tabulasi silang antara pengalaman keberhasilan dengan derajat
self-efficacy
Derajat self-efficacy Total R T
Pengalaman keberhasilan
a. Hasil ujian yang bagus Jumlah Persentase 4 13,8 10 34,5 14 48,3 b. Mendapat penghargaan karena
sudah menjadi teladan bagi para siswanya Jumlah Persentase 5 17,2 3 10,4 8 27,6
c. Menghasilkan siswa berprestasi Jumlah Persentase 0 0 1 3,4 1 3,4 d. Siswa dapat mengerti mengenai
materi yang disampaikan gurunya Jumlah Persentase 4 13,8 2 6,9 6 20,7
Total Jumlah
Persentase 13 44,8 16 55,2 29 100
(29)
Tabel 3.3 Hasil tabulasi silang antara dampak keberhasilan dengan derajat
self-efficacy
Derajat self-efficacy Total T R
Dampak keberhasilan
a. Lebih giat lagi dalam mengajar agar dapat mempertahankan/ meningkatkan keberhasilan Jumlah Persentase 16 55,2 13 44,8 29 100
b. Santai saja saat memperoleh keberhasilan karena sering berhasil Jumlah Persentase 0 0 0 0 0 0
c. Lain-lain Jumlah Persentase 0 0 0 0 0 0
Total Jumlah
Persentase 16 55,2 13 44,8 29 100
Tabel 3.4 Hasil tabulasi silang antara frekuensi kegagalan dengan derajat
self-efficacy
Derajat self-efficacy Total T R
Frekuensi kegagalan
a. Sering sekali Jumlah Persentase 0 0 0 0 0 0 b. Cukup sering Jumlah
Persentase 1 3,4 0 0 1 3,4 c. Pernah Jumlah
Persentase 14 48.3 11 37.9 25 86.2 d. tidah pernah Jumlah
Persentase 1 3,4 2 6.9 3 10.3
Total Jumlah
Persentase 16 55.2 13 44.8 29 100
(30)
Tabel 3.5 Hasil tabulasi silang antara pengalaman kegagalan dengan derajat
self-efficacy
Derajat self-efficacy Total T R
Pengalaman kegagalan
a. Adanya siswa yang kurang memahami materi yang diajarkan
Jumlah Persentase 13 44,8 7 24,1 20 69,1 b. Banyaknya siswa yang mengalami
kegagalan ketika ujian
Jumlah Persentase 1 3,4 2 6,9 3 10,3 c. Banyaknya siswa yang susah
untuk disiplin Jumlah Persentase 1 3,4 2 6,9 3 10,3 d. Lain-lain Jumlah
Persentase 1 3,4 2 6,9 3 10,3
Total Jumlah
Persentase 16 55,2 13 44,8 29 100
Tabel 3.6 Hasil tabulasi silang antara dampak kegagalan dengan derajat
self-efficacy
Derajat self-efficacy Total T R
Dampak kegagalan
a. Semakin giat berusaha agar kemudian hari tidak gagal lagi
Jumlah Persentase 16 55,2 12 41,8 28 96,6 b. Merasa terhambat Jumlah
Persentase 0 0 1 3,4 1 3,4 c. Lain-lain Jumlah
Persentase 0 0 0 0 0 0
Total Jumlah
Persentase 16 55,2 13 44,8 29 100
(31)
Tabel 3.7 Hasil tabulasi silang antara figure signifikan dengan derajat self-efficacy
Derajat self-efficacy Total T R
Figur signifikan a. Teman Jumlah Persentase 1 3.4 1 3.4 2 6.9 b. Rekan kerja Jumlah
Persentase 9 31.0 7 24.1 16 55.2 c. Orang tua Jumlah
Persentase 2 6.9 2 6,9 4 13.8 d. Keluarga Jumlah
Persentase 1 3.4 1 3.4 2 6.9 e. Semua pihak yang terkait Jumlah
Persentase 2 6.9 2 6,9 4 13,8 f. Anak Jumlah
Persentase 1 3.4 0 0 1 3.4
Total Jumlah
Persentase 16 55,2 13 44,8 29 100
Tabel 3.8 Hasil tabulasi silang antara pengaruh keberhasilan figur signifikan dengan derajat self-efficacy
Derajat self-efficacy Total T R
Pengaruh keberhasilan figur signifikan
a. Iya Jumlah Persentase 14 48,3 13 44,8 27 93,1 b. Tidak Jumlah
Persentase 2 6,9 0 0 2 6,9
Total Jumlah
Persentase 16 55,2 13 44,8 29 100
(32)
Tabel 3.9 Hasil tabulasi silang antar dampak keberhasilan figur signifikan dengan derajat self-efficacy
Derajat self-efficacy Total T R
Dampak keberhasilan figur signifikan
a. Meningkatkan motivasi dalam mengajar agar lebih baik lagi
Jumlah Persentase 14 48,3 13 44,8 27 93,1 b. Ingin lebih berusaha agar dapat
mengungguli mereka Jumlah Persentase 2 6,9 0 0 2 6,9 c. Lain-lain Jumlah
Persentase 0 0 0 0 0 0
Total Jumlah
Persentase 16 55,2 13 44,8 29 100
Tabel 3.10 Hasil tabulasi silang antara pengaruh kegagalan figur signifikan dengan derajat self-efficacy
Derajat self-efficacy Total T R
Pengaruh kegagalan figur signifikan
a. Iya Jumlah Persentase 5 17,2 4 13,8 9 31,0 b. Tidak Jumlah
Persentase 11 37,9 9 31,0 20 69,0
Total Jumlah
Persentase 16 55,2 13 44,8 29 100
(33)
Tabel 3.11 Hasil tabulasi silang antara dampak kegagalan figur signifikan dengan derajat self-efficacy
Derajat self-efficacy Total T R
Dampak kegagalan figur signifikan
a. Menurunkan motivasi untuk mengajar Jumlah Persentase 1 3,4 1 3,4 2 6,9 b. Meningkatkan motivasi untuk
mengajar Jumlah Persentase 15 51,7 10 34,5 25 86,3 c. Mencari solusi lain Jumlah
Persentase 0 0 1 3,4 1 3,4 d. Mengambil pengalaman agar tidak
salah langkah Jumlah Persentase 0 0 1 3,4 1 3,4
Total Jumlah
Persentase 16 55,2 13 44,8 29 100
Tabel 3.12 Hasil tabulasi silang antara pemberi feedback dengan derajat
self-efficacy
Derajat self-efficacy Total T R
Pemberi
feedback
a. Orang tua Jumlah Persentase 3 10,3 2 6,9 5 17,2 b. Teman Jumlah
Persentase 4 13,8 1 3,4 5 17,2 c. Rekan kerja Jumlah
Persentase 6 20,7 10 34,5 16 55,2 d. Semua pihak yang terkait (orang
tua, teman, dan rekan kerja)
Jumlah Persentase 3 10,3 0 0 3 10,3
Total Jumlah
Persentase 16 55,2 13 44,8 29 100
(34)
Tabel 3.13 Hasil tabulasi silang antara frekuensi dapat pujian dengan derajat
self-efficacy
Derajat self-efficacy Total T R
Frekuensi dapat pujian
a. Sering sekali Jumlah Persentase 3 10,3 1 3,4 4 13,8 b. Cukup sering Jumlah
Persentase 9 31,0 5 17,2 14 48,3 c. pernah Jumlah
Persentase 4 13,8 7 24,1 11 37,9 d. Tidak pernah Jumlah
Persentase 0 0 0 0 0 0
Total Jumlah
Persentase 16 55,2 13 44,8 29 100
Tabel 3.14 Hasil tabulasi silang antara frekuensi dapat kritikan dengan derajat
self-efficacy
Derajat self-efficacy Total T R
Frekuensi dapat kritikan
a. Sering sekali Jumlah Persentase 0 0 0 0 0 0 b. Cukup sering Jumlah
Persentase 6 20,7 2 6,9 8 27,6 c. pernah Jumlah
Persentase 8 27,6 10 34,5 18 62,1 d. Tidak pernah Jumlah
Persentase 2 6,9 1 3,4 3 10,3
Total Jumlah
Persentase 16 55,2 13 44,8 29 100
(35)
Tabel 3.15 Hasil tabulasi silang antara dampak feedback dengan derajat
self-efficacy
Derajat self-efficacy Total T R
Dampak
feedback
a. Menurunkan semangat Jumlah Persentase 0 0 1 3,4 1 3,4 b. Membangkitkan semangat Jumlah
Persentase 15 51,7 12 41,4 27 93,2 c. Kedua-duanya Jumlah
Persentase 1 3,4 0 0 1 3,4
Total Jumlah
Persentase 16 55,2 13 44,8 29 100
Tabel 3.16 Hasil tabulasi silang antara pengaruh kondisi fisik dengan derajat
self-efficacy
Derajat self-efficacy Total T R
Pengarus kondisi fisik
a. Iya Jumlah Persentase 9 31,0 5 17,2 14 48,3 b. Tidak Jumlah
Persentase 7 24,1 8 27,6 15 51,7
Total Jumlah
Persentase 16 55,2 13 44,8 29 100
(36)
Tabel 3.17 Hasil tabulasi silang antara frekuensi pengaruh kondisi fisik dengan derajat
self-efficacy
Derajat self-efficacy Total T R
Frekuensi pengaruh kondisi fisik
a. Sering sekali Jumlah Persentase 2 6,9 1 3,4 3 10,3 b. Cukup sering Jumlah
Persentase 1 3,4 0 0 1 3,4 c. Pernah Jumlah
Persentase 7 24,1 9 31,0 16 55,2 d. Tidak pernah Jumlah
Persentase 6 20,7 3 10,3 9 31,0
Total Jumlah
Persentase 16 55,2 13 44,8 29 100
Tabel 3.18 Hasil tabulasi silang antara pengaruh suasana hati dengan derajat
self-efficacy
Derajat self-efficacy Total T R
Pengaruh suasana hati
a. Iya Jumlah Persentase 13 44,8 10 34,5 23 79,3 b.Tidak Jumlah
Persentase 3 10,3 3 10,3 6 20,7
Total Jumlah
Persentase 16 55,2 13 44,8 29 100
(37)
Tabel 3.19 Hasil tabulasi silang antara frekuensi pengaruh suasana hati dengan derajat self-efficacy
Derajat self-efficacy Total T R
Frekuensi pengaruh suasana hati
a. Sering sekali Jumlah Persentase 0 0 0 0 0 0 b. Cukup sering Jumlah
Persentase 5 17,2 3 10,3 8 27,6 c. Pernah Jumlah
Persentase 9 31,0 7 24,1 16 55,2 d. Tidak pernah Jumlah
Persentase 2 6,9 3 10,3 5 17,2
Total Jumlah
Persentase 16 55,2 13 44,8 29 100
Tabel 3.20 Hasil tabulasi silang antara dampak pengaruh suasana hati dengan derajat self-efficacy
Derajat self-efficacy Total T R
Dampak pengaruh suasana hati
a. Menurunkan semangat Jumlah Persentase 4 13,8 5 17,2 9 31,0 b. Membangkitkan semangat Jumlah
Persentase 8 27,6 7 24,1 15 51,7 c. Biasa saja Jumlah
Persentase 1 3,4 0 0 1 3,4 d. Tergantung mood Jumlah
Persentase 2 6,9 1 3,4 3 10,3 e. Kedua-duanya Jumlah
Persentase 1 3,4 0 0 1 3,4
Total Jumlah
Persentase 16 55,2 13 44,8 29 100
(38)
No pilihan yang dibuat ∑ =
kompetensi guru secara profesional kompetensi guru secara kemasyarakatan kompetensi guru secara personal
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57
1 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 51
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 47
3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 54
4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 2 4 4 4 55
5 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 53
6 3 3 3 3 3 3 2 6 3 3 2 3 3 2 3 45
7 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 53
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 50
9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45
13 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 4 48
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 44
15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45
16 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 54
17 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 58
18 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 47
19 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 49
20 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46
21 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 52
22 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 2 3 3 4 50
23 3 3 3 3 1 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 46
24 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 49
25 4 3 4 3 2 4 3 2 3 3 2 3 3 3 2 44
26 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 43
27 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 43
28 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 54
(39)
No usaha yang dikeluarkan ∑ = kompetensi guru secara profesional kompetensi guru secara kemasyarakatan kompetensi guru secara personal
2 6 10 14 18 22 26 30 34 38 42 46 50 54 58
1 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3 49
2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 49
3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 53
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 58
5 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 51
6 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 41
7 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 50
8 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 52
9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45
13 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 50
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 44
15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45
16 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 50
17 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 57
18 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 47
19 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 48
20 3 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 56
21 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 55
22 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 48
23 3 3 3 3 1 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 49
24 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 52
25 3 4 4 3 3 4 3 2 2 3 2 3 3 3 3 45
26 3 3 3 3 2 4 2 3 3 2 2 3 3 3 3 42
27 3 3 3 3 2 4 2 3 2 2 2 3 3 3 3 41
28 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 54
(40)
No ketahanan menghadapi rintangan dan kegagalan ∑ = kompetensi guru secara profesional kompetensi guru secara kemasyarakatan kompetesi guru secara personal
3 7 11 15 19 23 27 31 35 39 43 47 51 55 59
1 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 43 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 52 4 4 3 4 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 45 5 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 53 6 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 41 7 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 53 8 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 52 9 3 2 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 53 10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 12 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 44 13 4 2 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 4 3 4 46 14 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 45 15 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 43 16 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 51 17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 59 18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45 19 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 49 20 3 4 2 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 44 21 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 51 22 4 3 1 1 2 4 3 3 4 3 2 1 3 3 3 40 23 3 3 3 3 1 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 47 24 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 48 25 2 4 3 3 4 4 2 2 2 2 2 3 2 2 2 39 26 3 3 3 4 2 4 2 3 3 3 1 2 3 3 3 42 27 3 3 3 4 2 4 1 3 2 3 1 2 2 3 3 39 28 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 52 29 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 42
(41)
No penghayatan perasaan ∑ = kompetensi guru secara profesional kompetensi guru secara kemasyarakatan kompetensi guru secara personal
4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52 56 60
1 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 4 3 48 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 49 3 3 4 4 4 3 2 2 3 3 4 3 4 4 3 3 49 4 2 4 4 2 4 2 2 3 3 4 3 3 3 4 4 47 5 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 51 6 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 43 7 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 49 8 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 54 9 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 57 10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 12 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45 13 3 3 3 2 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 49 14 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 44 15 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 43 16 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 51 17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 18 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46 19 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 49 20 3 2 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 46 21 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 55 22 2 3 4 3 3 2 2 3 3 4 3 2 3 4 3 44 23 3 3 4 3 1 2 3 4 4 4 3 3 3 3 4 47 24 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 51 25 2 4 4 2 4 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 39 26 3 4 4 3 3 1 3 3 3 3 2 2 3 3 3 43 27 3 4 4 3 3 1 3 3 3 3 1 2 3 3 2 41 28 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 56 29 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 42
(42)
No Usia J.K Pnddkn Lama Jumlah Total Kategori
Pilihan Usaha Ketahanan Penghayatan Skor
1 49 P S1 24 51 49 43 48 191 R
2 39 P D2 15 47 49 46 49 191 R
3 53 L D2 29 54 53 52 49 208 T
4 53 P S1 28 55 58 45 47 205 T
5 47 P S1 24 53 51 53 51 208 T
6 29 P S1 4 45 41 41 43 170 R
7 29 L S1 2 53 50 53 49 205 T
8 56 P S1 28 50 52 52 54 208 T
9 42 L S1 15 60 60 53 57 230 T
10 31 P S1 5 60 60 60 60 240 T
11 32 P S1 6 60 60 60 60 240 T
12 30 P S1 4 45 45 44 45 179 R
13 55 L S1 27 48 50 46 49 193 T
14 52 L S1 29 44 44 45 44 177 R
15 57 P S1 20 45 45 43 43 176 R
16 35 L S1 7 54 50 51 51 206 T
17 40 L S1 8 58 57 59 60 234 T
18 55 L S1 28 47 47 45 46 185 R KET:
19 39 P S1 2 49 48 49 49 195 T median: 192
20 37 P S1 7 46 56 44 46 192 R T: TINGGI
21 60 L S1 28 52 55 51 55 213 T R: RENDAH
22 28 P S1 3 50 48 40 44 182 R
23 41 P S1 14 46 49 47 47 189 R
24 52 P S1 28 49 52 48 51 200 T
25 26 P S1 1 44 45 39 39 167 R
26 44 P S1 11 43 42 42 43 170 R
27 50 P S1 15 43 41 39 41 164 R
28 48 L S1 24 54 54 52 56 216 T
(43)
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan nasional yang secara tegas tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Tujuan nasional tersebut berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia, tidak hanya bagi warga negara Indonesia yang memiliki kondisi normal tetapi juga berlaku untuk warga negara Indonesia yang memiliki kebutuhan khusus seperti yang berkelainan secara fisik, dalam hal ini warga negara penyandang tuna netra. Dalam upaya mencapai tujuan nasional tersebut, pemerintah melalui departemen pendidikan telah melaksanakan program pendidikan yang menunjang bagi penyandang tuna netra (http://agustiyawati.blogspot.com).
Pendidikan luar biasa merupakan bagian pendidikan nasional yang diperuntukan bagi masyarakat yang memiliki keterbatasan, karena merupakan hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan luar biasa disebut Sekolah Luar Biasa (SLB). SLB merupakan tempat untuk anak yang memiliki keterbatasan secara fisik atau mental, dimana anak-anak tersebut mendapatkan pendidikan secara khusus agar menjadi anggota masyarakat yang berguna dan memiliki kepercayaan pada diri sendiri yang diperoleh melalui pendidikan (Moh. Amin dan Andreas Dwijosumarto, 1979).
(44)
2
Universitas Kristen Maranatha
Data Sensus Nasional tahun 2003 menyebutkan bahwa jumlah penyandang cacat tuna netra sebanyak 3.170.160 orang dan 21,42% diantaranya adalah penyandang cacat usia sekolah 5-18 tahun. Saat itu jumlah siswa sekolah luar biasa mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak hingga SMA Luar Biasa sebanyak 66.610 siswa. Jumlah siswa luar biasa terbanyak pada tingkat sekolah dasar sebanyak 44.849 siswa, TK LB sebanyak 8.011 siswa, SMP LB sebanyak 9.359 siswa, dan SMA LB sebanyak 2.627 siswa dan jumlah Sekolah Luar Biasa sebanyak 1.119. Jumlah sekolah luar biasa tersebut masih belum sebanding dengan jumlah penyandang tuna netra yang membutuhkan sarana pendidikan. Selain keterbatasan jumlah sekolah yang melayani penyandang cacat, kendala lain adalah ketersediaan guru SLB yang berminat menjadi tenaga pengajar karena siswa yang dihadapi istimewa dan terutama dibutuhkan keahlian khusus dari guru (http://mandikdasmen.apatisi3.org).
SLB A Bandung berdiri pada tahun 1962 merupakan sekolah pertama negeri untuk penyandang tuna netra di Indonesia. Di SLB A Bandung menyediakan berbagai sarana untuk siswanya seperti alat tulis dan Al-Quran Braille, alat bantu (berupa tongkat, reglet, dan pen), percetakan buku-buku yang dibutuhkan siswa tuna netra, perpustakaan terlengkap se-Indonesia bagi siswa tuna netra, pelatihan khusus seperti keterampilan memijat (shiatsu) bagi para siswanya agar memiliki keterampilan lebih sehingga ketika lulus sekolah mereka lebih mandiri ketika terjun ke masyarakat, diberikan keterampilan tataboga dan tatabusana, kegiatan ekstrakurikuler disekolah (seperti band, perkumpulan siswa MIPA), dan secara juridis formal SLB A Bandung menjadi resource center untuk
(45)
3
Universitas Kristen Maranatha
anak-anak berkebutuhan khusus di Jawa Barat (SK Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Nomor : 421.9/ 6843. SK- PLB/ 2005, tanggal 26-09-2005).
SLB A Bandung memiliki visi yaitu mewujudkan anak berkebutuhan khusus yang terampil, kreatif, cerdas dan mandiri, melalui manajeman pendidikan khusus dan layanan pendidikan khusus yang terbuka dan berkualitas pada tahun 2012. Sedangkan misinya adalah mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi anak berkebutuhsn khusus (khususnya anak tuna netra), membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak melalui proses pendidikan yang bermutu, meningkatan akuntabilitas sekolah sebagai lembaga pendidikan dan sebagai pusat pembudayaan (ilmu pengetahuan, pengalaman dan sikap), meningkatkan profesionalisme dan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan kualifikasi dan sertifikasi pendidikan, meningkatankan sarana dan prasana pendidikan guna menunjang proses pembelajaran melalui layanan pendidikan yang bermutu.
SLB A Bandung tidak hanya menerima siswa tuna netra, tapi juga siswa yang mengalami cacat ganda seperti tuna netra yang menyandang autistik atau tuna netra yang menyandang tuna rungu, dan siswa yang mengalami low vision. Semua siswa diperlakukan sama di sekolah ini dan semua diberikan pendidikan yang layak. Tujuan akhir dari SLB A Bandung ini adalah menjadikan para siswanya untuk dapat mendekati derajat kemampuan anak normal dan memliki kemampuan untuk berinteraksi terutama dengan teman atau guru dan dengan masyarakat luas pada umumnya.
(46)
4
Universitas Kristen Maranatha
Dalam penyelangaraan pendidikan luar biasa dibutuhkan guru yang mampu membimbing anak-anak luar biasa untuk dapat mendekati derajat kemampuan anak normal. Salah satu cara untuk memenuhi tuntutan itu perlu dikembangkannya sistem pendidikan tenaga kependidikan berdasarkan kompetensi sendiri yang berbeda dengan guru pada umumnya, diantaranya adalah kompetensi professional, kompetensi personal, dan kompetensi kemasyarakatan. Setiap guru bertanggungjawab bagi terbinanya lingkungan yang mendorong anak ke arah tercapainya perkembangan secara optimal. Sedangkan komponen lingkungan yang harus diperhatikan oleh guru ialah kurikulum, metodologi atau sistem penyajian bahan pelajaran, proses belajar-mengajar, keterampilan menggunakan alat peraga secara sederhana, mampu menggunakan alat bantu seperti huruf Braille, mengenal atau memahami benar ciri-ciri anak luar biasa yang menjadi anak didiknya. Selain itu juga strategi pembelajaran bagi anak tuna netra memerlukan modifikasi, sehingga pesan atau materi pelajaran yang disampaikan dapat diterima atau ditangkap oleh anak tuna netra melalui indera-indera yang masih berfungsi (Moh. Amin dan Andreas Dwijosumarto, 1979).
Salah satu tenaga pengajar pada SLB A Bandung yaitu guru awas (guru yang bukan penyandang tuna netra). Dari segi pendidikan guru awas, sekitar tujuh belas dari 29 orang guru awas bukan merupakan lulusan jurusan pendidikan luar biasa. Dari tujuh belas guru tersebut diantaranya adalah lulusan jurusan matematika, PPKN, B.Indonesia, Sastra Sunda, dan lain-lain. Walaupun dari berbagai jurusan namun pihak sekolah memperbolehkan para guru tersebut dapat mengajar di SLB A Bandung, dengan syarat seorang guru harus memiliki
(47)
5
Universitas Kristen Maranatha
sertifikat sebagai guru. Untuk membekali guru yang bukan merupakan lulusan jurusan pendidikan luar biasa, SLB A Bandung melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas guru tersebut melalui berbagai pelatihan, salah satunya pelatihan penguasaan huruf Braille. Semua guru awas tersebut, akan mengajar di semua bagian diantaranya adalah SD, SMP, dan SMA.
Dalam proses belajar – mengajar salah satu metode yang digunakan guru awas adalah menggunakan alat peraga seperti membuat bentuk bangun pada mata pelajaran matematika. Hal ini dilakukan agar siswanya dapat membayangkan materi yang dimaksudkan oleh guru-gurunya. Walaupun demikian masih banyak siswa yang kurang mampu menangkap materi misalnya ketika guru menjelaskan mengenai mata pelajaran matematika yang berhubungan dengan materi geometris, kebanyakan siswa mengalami kesulitan ketika harus membayangkan bentuk bangun dan harus mengaplikasikannya terhadap soal. Selain itu juga salah satu guru awas menyatakan bahwa adanya siswa yang kurang menangkap materi pelajaran IPA terutama mengenai materi yang berhubungan dengan darah, karena tidak adanya alat peraga yang memadai untuk menjelaskan bentuk darah, sehingga ada siswa yang mempraktikannya dengan cara melukai jarinya sendiri supaya memahami bentuk darah.
Sebagian guru awas juga lebih memfokuskan pengajaran secara individual atau kelompok kecil, metode ini diberikan terutama pada siswa cacat ganda. Metode ini dilakukan agar dapat mengontrol anak didiknya dan menjadikan para siswanya lebih aktif lagi dalam proses belajar. Guru awas juga menyampaikan bahwa anak-anak tuna netra memiliki ciri-ciri seperti mudah tersinggung, egois,
(48)
6
Universitas Kristen Maranatha
sulit untuk didekati, dan susah diatur sehingga dibutuhkan metode yang tepat baik secara teori maupun praktik dalam menyampaikan materi.
Menurut kepala sekolah kurikulum yang diberlakukan dari Sekolah Luar Biasa sesuai dengan standar nasional yaitu sekolah umum lainnya. Oleh karena itu, selain dibutuhkan kemampuan mengajar, para guru awas juga harus yakin bahwa materi pelajaran yang disampaikan bukan hanya dapat dipahami tetapi juga dapat dimengerti oleh setiap siswanya. Keberhasilan dalam mengajar menjadi tolok ukur guru. Guru awas dengan self-efficacy tinggi juga termotivasi untuk membuktikan waktu mereka dalam mendalami akademik, membagikan lebih banyak waktu mereka untuk siswa yang memiliki hambatan belajar. Sedangkan guru awas yang self-efficacy rendah akan menganggap setiap kesulitan yang dihadapi sebagai suatu rintangan, mereka akan mengajar dengan metode seadanya, tidak mempedulikan perkembangan siswa, akan menghabiskan waktu pada kegitan nonakademik, dan cepat menyerah pada siswa yang memiliki hambatan belajar. Melihat uraian di atas, guru awas mengalami banyak tantangan. Oleh karena itu guru awas membutuhkan keyakinan diri dalam mengajar.
Menurut Bandura (2002), keyakinan akan kemampuan diri dikenal dengan istilah self-efficacy. Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang mengenai kemampuan dirinya dalam mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang diinginkan (Bandura, 2002). Keyakinan diri ini akan mempengaruhi tingkah laku para guru dalam mengajar siswa tuna netra, yaitu bagaimana para guru dalam membuat pilihan metode mengajar, usaha yang dikeluarkan dalam menyusun metode mengajar, berapa
(49)
7
Universitas Kristen Maranatha
lama waktu yang dibutuhkan untuk dapat bertahan saat dihadapkan pada kesulitan-kesulitan dalam mengajar, serta bagaimana penghayatan perasaaan selama mengajar siswa tuna netra.
Data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara awal yang dilakukan kepada 7 guru awas, terdapat 3 guru awas mengatakan bahwa dirinya yakin mampu mengajar siswa tuna netra walaupun mereka dihadapkan pada kesulitan karena adanya tuntutan kurikulum yang tinggi, adanya siswa yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda, susah diatur, dan adanya anak tuna netra yang menyandang autistik atau yang menyandang tuna rungu. Agar dapat mengajar siswa tuna netra dengan optimal, mereka yakin mampu menentukan sendiri metode yang digunakan dan pendekatan terhadap para siswanya. Para guru awas juga berusaha untuk membuat alat peraga seperti bentuk bangun dalam pelajaran matematika, berdiskusi dengan guru lain, membuat layanan khusus bagi para siswanya. Ketika para guru mengalami kesulitan, mereka tetap bertahan untuk mengajar siswa tuna netra. Dalam keadaan lelah, mereka akan tetap semangat dalam mengajar siswa tuna netra. Menurut Bandura (2002), seseorang yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan menentukan langkah dan cara yang tepat untuk dilakukan dalam mencapai tujuannya serta akan tetap bertahan dan berusaha mempertahankannya. Demikian juga mereka menganggap setiap hambatan dan kesulitan yang dihadapinya sebagai sesuatu yang dapat diselesaikan.
Terdapat 4 guru awas yang mengajar siswa tuna netra lainnya yang merasa kurang yakin akan kemampuannya apalagi diantara mereka ada yang bukan
(50)
8
Universitas Kristen Maranatha
lulusan dari pendidikan luar biasa, terkadang mereka merasa ragu apakah mereka dapat menyelesaikan kesulitan yang mereka hadapi. Dalam mengajar, guru awas memilih menggunakan metode seadanya, dan jarang memberikan tugas. Para guru awas juga tidak berusaha untuk membuat metode yang baru untuk mengajar dan kurang dapat melakukan pendekatan kepada para siswanya. Pada saat para guru awas berhadapan dengan siswa yang cacat ganda, mereka akan mudah menyerah dan berhenti untuk mengajar. Tidak jarang pula mereka merasa lelah dan bosan, sehingga pada akhirnya mereka tidak mengajar.
Menurut Bandura (2002), seseorang yang memiliki Self-efficacy rendah akan merasa kurang yakin dalam menentukan pilihan langkah atau cara yang tepat untuk dilakukan dalam mencapai tujuan dan kurang dapat bertahan lama dalam melakukan usaha dan akan lebih mudah untuk menyerah serta cenderung mempunyai penghayatan negatif terhadap setiap hambatan dan tuntutan yang dihadapinya. Dalam hal ini, guru awas yang mengajar siswa tuna netra menganggap kesulitan yang dihadapinya sebagai hambatan untuk mencapai tujuannya.
Berdasarkan hasil yang dikemukakan mengenai keyakinan diri (self-
efficacy) terhadap tujuh orang guru yang mengajar siswa tuna netra di atas,
peneliti menemukan variasi derajat self-efficacy guru yang mengajar siswa tuna netra. Terkait dengan hasil tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung.
(51)
9
Universitas Kristen Maranatha
1.2 Identifikasi Masalah
Bagaimana derajat self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Untuk memperoleh gambaran umum mengenai self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat self-efficacy berdasarkan kemampuan menentukan pilihan, kemampuan mengerahkan usaha dalam mencapai tujuan, kemampuan bertahan, dan penghayatan perasaan pada guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Ilmiah
1. Memberi masukan bagi bidang ilmu psikologi pendidikan mengenai
Self-efficacy guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung.
2. Memberikan tambahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian mengeni self-efficacy.
(52)
10
Universitas Kristen Maranatha
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Memberikan informasi kepada kepala sekolah SLB A Bandung mengenai
self-efficacy yang dimiliki para guru awas, dan sumber-sumbernya agar
kepala sekolah dapat membantu meningkatkan keyakinan guru terhadap kemampuannya dalam mengajar siswa tuna netra.
2. Memberikan informasi bagi guru pengajar, khususnya guru awas mengenai derajat self-efficacy agar para guru awas dapat meningkatkan keyakinan akan kemampuannya dalam mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung.
1.5 Kerangka Pikir
Sekolah Luar Biasa A merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu anak tuna netra agar mampu mengembangkan potensinya secara optimal, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial. Melalui program bimbingan pengajaran, dan latihan, anak tuna netra dapat berkembang ke arah positif dan dapat mencapai tingkat kemampuan yang optimal sehingga mendekati derajat kemampuan anak normal pada umumnya.
Salah satu unsur pelaksana kegiatan pelayanan pendidikan dan menjadi ujung tombak dalam pencapaian sumber daya manusia yang berkualitas di sekolah adalah tenaga pengajar atau biasa disebut guru. Salah satu guru yang mengajar di
(53)
11
Universitas Kristen Maranatha
SLB A Bandung adalah guru awas (guru yang bukan penyandang tuna netra). Adapun cara untuk memenuhi tuntutan itu perlu dikembangkannya sistem pendidikan tenaga kependidikan berdasarkan kompetensi sendiri yang berbeda dengan guru pada umumnya diataranya adalah kompetensi profesional; memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya. Kompetensi kemasyarakatan; mampu berkomunikasi, baik dengan siswa, sesama guru, maupun masyarakat luas. Kompetensi personal; yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan patut diteladani (Wina Sanjaya,2005).
Dalam hal pengajaran para guru awas akan dihadapkan oleh tuntutan yang beragam dikarenakan pengajaran harus dilakukan secara intensif, membutuhkan penangan yang lebih telaten dibandingkan dengan pengajaran pada siswa yang tidak memiliki kebutuhan khusus, dan dibutuhkan pendekatan secara khusus pada siswa-siswa yang memiliki kebutuhan khusus tersebut. Untuk dapat menghadapi berbagai macam tantangan dalam mengajar, para guru tidak hanya mengandalkan kemampuan dan keterampilan, namun juga perlu memiliki keyakinan diri dalam mengajar siswa tuna netra.
Keyakinan akan kemampuan diri dikenal dengan istilah self-efficacy.
Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang mengenai kemampuan dirinya dalam
mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang diinginkan (Bandura, 2002). Menurut Bandura (2002), ada beberapa faktor yang mempengaruhi manusia dalam mencapai tujuannya, yaitu pemahaman akan kekuatan yang mereka miliki dan keyakinan (belief) akan
(54)
12
Universitas Kristen Maranatha
kemampuan yang mereka miliki kemudian mencoba melakukan suatu tindakan. Penghayatan guru awas mengenai self-efficacy dirinya merupakan salah satu faktor yang dapat membantunya dalam mencapai tujuan (Bandura, 2002).
Self-efficacy pada guru awas bersumber dari empat hal, yang pertama
adalah mastery experience merupakan hasil dari pengalaman pribadi guru awas dalam bertindak menghadapi suatu hal, baik yang merupakan keberhasilan ataupun kegagalan yang dialaminya. Pengalaman keberhasilan di masa lalu dapat membangun self-efficacy guru awas bahwa dia akan mampu berhasil dalam mengajar. Misalnya, pengalaman keberhasilan guru awas dalam mengajar siswa tuna netra di SLB A yang berhasil mendapat beasiswa di salah satu universitas negeri. Sedangkan kegagalan yang pernah dialami guru awas pada masa lalu dapat menurukan self-efficacy dalam diri guru awas, seperti banyaknya siswa yang mengalami kegagalan saat menghadapi UAN.
Sumber yang kedua adalah vicarious experience, merupakan pengalaman yang dialami oleh orang lain ataupun seorang yang dikagumi yang hasilnya dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh guru awas. Guru awas mengamati rekan kerjanya yang memiliki karekteristik yang mirip dengan dirinya. Apabila rekan kerjanya berhasil ketika mengajar siswa tuna netra terutama jika siswa tersebut lulus ujian dengan nilai yang memuaskan bahkan dapat melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi lagi maka guru awas yang mengamati akan yakin bahwa ia juga dapat melakukan hal yang serupa dan membayangkan keberhasilan dirinya. Akan tetapi, jika guru awas melihat bahwa rekan kerjanya tidak berhasil ketika mengajar seperti adanya siswa yang gagal ketika ujian nasional walaupun telah
(55)
13
Universitas Kristen Maranatha
mengerahkan usaha dan bekerja terus menerus maka guru awas yang mengamati tersebut akan menjadi ragu dalam menghadapi proses mengajar serta yang dibayangkan oleh guru awas yang mengamati adalah kegagalan.
Sumber yang ketiga adalah verbal persusasion, yang berkaitan dengan pengalaman guru awas yang dipersuasi atau dukungan positif bahwa mereka mempunyai atau tidak mempunyai hal-hal yang dibutuhkan untuk berhasil yang kemudian dapat membentuk suatu keyakinan diri. Guru awas yang pernah mendapat pujian atau penghargaan dari lingkungan seperti kepala sekolah atau sesama guru bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk mendapat mengajar secara optimal, maka mereka akan cenderung mengerahkan usaha yang lebih besar dan mempertahankannya (self-efficacy tinggi). Sedangkan guru awas yang dikritik bahwa mereka tidak mampu mengajar secara optimal, akan menghindari tugas yang menantang sebagai guru awas, mudah menyerah dan tidak yakin pada kemampuannya (self-efficacy rendah).
Sumber yang keempat, physiological and affective states merupakan bentuk reaksi fisiologis dan emosional seperti kelelahan, ketenangan, kekecewaan, kepuasan, kemarahan, kesedihan, rasa senang dan suasana hati. Hal ini dapat memberikan informasi mengenai keyakinan diri mereka mengenai kondisi fisik dan emosional dari guru awas yang dapat mempengaruhi penilaian mereka terhadap self-efficacy-nya. Guru awas yang mengalami kondisi fisik yang kurang sehat akan merasa bahwa dia kurang mampu melakukan usaha-usaha dalam mengajar siswa tuna netra. Selain itu, guru awas yang mengalami keraguan pada
(56)
14
Universitas Kristen Maranatha
kemampuan dirinya akan melihat kegagalan sebagai hal yang menghambat usahanya untuk mengajar siswa tuna netra.
Keseluruhan sumber self-efficacy tersebut akan berfungsi secara efektif jika guru awas mampu menyeleksi, mengintegrasi, dan menginterpretasikan sumber tersebut sebagai sesuatu yang dapat memperkuat dan mengembangkan keyakinan diri mereka dalam mengatasi rintangan dan mencapai keberhasilan ketika mengajar siswa tuna netra. Keempat sumber self-efficacy tersebut adalah kumpulan informasi bagi guru awas yang kemudian akan diolah secara kognitif dalam pembentukan self-efficacy.
Setelah diolah secara kognitif, self-efficacy dari guru awas akan diaktivasi melalui empat proses self-efficacy yaitu proses kognitif, proses motivasional, proses afektif, dan proses seleksi. Melalui proses kognitif, guru awas akan membayangkan sebuah scenario untuk masa yang akan datang dari sumber-sumber yang dimiliki. Mereka yang membayangkan keberhasilan akan mendukung guru awas dalam menghadapi tuntutan terutama ketika dihadapkan pada kurikulum yang tinggi dan keanekaragaman siswa seperti adanya siswa yang mengalami cacat ganda, yang kemudian dapat meningkatkan keyakinan guru dalam mengajar. Sebaliknya mereka yang membayangkan kegagalan maka akan menurunkan efficacy guru awas.
Kedua melalui proses motivasional, guru awas yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan mengerahkan usaha lebih besar ketika menghadapi kegagalan. Kesulitan yang dihadapi menjadi motivator guru awas untuk mempelajari
(57)
15
Universitas Kristen Maranatha
bagaimana mengubah suatu kegagalan menjadi keberhasilan. Guru awas yang memiliki self-efficacy tinggi akan mengerahkan usaha lebih besar ketika mengalami kegagalan. Sebaliknya, guru awas yang memiliki self-efficacy rendah menunjukkan ketidakkonsistenan terhadap usaha yang dikerahkan dan tidak menjadikan kesulitan sebagai motivator melainkan sebagai hambatan yang melemahkan Self-efficacy.
Proses berikutnya adalah proses afektif. Melalui proses afektif, pengalaman guru mempengaruhi penghayatan keberhasilan atau kegagalan dalam menghadapi setiap proses belajar mengajar yang dirasakan guru awas. Guru awas yang menunjukkan self-efficacy yang tinggi merasa yakin dapat mengendalikan kesulitan dalam proses belajar mengajar sehingga mereka tidak mengalami perasaan cemas yang berarti dan tidak menghayati kesulitan sebagai suatu yang mengancam. Sebaliknya, guru awas yang menunjukkan self-efficacy yang rendah akan menghayati rasa cemas sebagai hambatan sehingga merasa tidak yakin dengan tindakan mereka.
Pada proses seleksi, pengalaman pribadi guru awas akan mendorong mereka untuk memilih aktivitas-aktivitas yang dinilai sesuai dengan kemampuan mereka dan menghindari aktivitas yang dinilai tidak sesuai dengan kemampuan mereka. Proses pemilihan ini dilakukan setelah guru awas telah mengetahui apa yang mereka butuhkan dan lakukan serta menunjuk pada suatu keberhasilan dan kegagalan dalam mengikuti setiap proses mengajar siswa tuna netra. Guru awas yang memiliki self-efficacy tinggi akan memilih cara mengajar dan menentukan
(58)
16
Universitas Kristen Maranatha
metode yang tepat untuk mengajar siswa tuna netra, serta mampu mengerahkan usaha untuk mencapai tujuan. Sedangkan guru awas yang memiliki self-efficacy rendah kurang mampu mimilih cara mengajar dan menentukan metode yang tepat ketika mengajar siswa tuna netra.
Keempat proses di atas berinteraksi satu sama lain untuk mengaktivasi
self-efficacy guru awas. Proses aktivasi tersebut mempengaruhi derajat Self-efficacy guru awas dalam menentukan serangkaian tingkahlaku ketika mengajar
siswa tuna netra yang dapat dilihat dalam pilihan yang dibuat; usaha yang dikeluarkan; berapa lama guru bertahan saat dihadapkan pada rintangan dan kesulitan; penghayatan perasaan yang dimiliki para guru ketika mengajar siswa tuna netra.
Guru awas yang memiliki derajat self-efficacy tinggi merasa yakin mampu memilih dan menentukan strategi yang tepat untuk mengajar siswa tuna netra. Misalnya jika guru awas tersebut akan mengajar maka ia dengan yakin akan menentukan materi yang akan disampaikan dan metode yang akan digunakan. Sedangkan bagi guru awas yang mempunyai derajat self-efficacy rendah, kurang yakin mampu membuat pilihan yang sesuai untuk mencapai tujuannya dalam mengajar siswa tuna netra. Misalnya mereka kurang dapat menentukan metode apa yang akan digunakan untuk mengajar siswa tuna netra agar para siswa dapat memahami materi yang disampaikan, para guru awas tersebut tidak tahu harus melakukan apa dalam persiapan mengajar siswa tuna netra.
(59)
17
Universitas Kristen Maranatha
Jika para guru awas telah menentukan strategi mengajar, mereka yakin mampu mengerahkan usaha untuk dapat melaksanakannya. Para guru awas dengan derajat self-efficacy tinggi akan berusaha dengan sungguh-sungguh agar dapat mengajar siswa tuna netra. Mereka juga akan meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan temannya untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam mengajar, agar para siswanya dapat memahami materi yang disampaikan. Sedangkan guru awas dengan derajat self-efficacy rendah kurang yakin mampu mengerahkan dan mempertahankan usahanya dalam mengajar. Mereka cenderung kurang mengetahui hal-hal yang harus mereka lakukan agar mereka mampu mengajar siswa tuna netra.
Ketika bertahan dalam menghadapi rintangan, guru awas dengan derajat
self-efficacy tinggi yakin dapat bertahan lebih lama. Jika mereka menemui
rintangan, misalnya adanya siswa yang cacat ganda, maka para guru tersebut akan yakin mampu bertahan mengajar sehingga siswa tersebut dapat memahami materi yang disampaikan. Sedangkan guru awas dengan derajat self-efficacy rendah akan mudah menyerah dan berhenti jika menghadapi rintangan. Mereka tidak yakin mampu bertahan untuk mengajar siswa cacat ganda sampai siswa tersebut benar-benar memahami materi yang dimaksudkan, selain itu juga guru awas dengan derajat self-efficacy rendah cenderung akan menghentikan usaha mereka dalam mencapai tujuannya bila menemui rintangan.
Ketiga hal di atas berpengaruh terhadap penghayatan perasaan guru yang berhubungan dengan keyakinan dalam tindakan yang telah dilakukannya. Guru awas dengan derajat self-efficacy tinggi akan merasa puas dan senang atas hasil
(60)
18
Universitas Kristen Maranatha
dari tindakannya dan tidak akan mudah kecewa jika mengalami kegagalan, melainkan menganggap hal itu sebagai usaha yang kurang dan akan terus mencoba lagi. Sebaliknya, guru awas dengan derajat self-efficacy rendah akan mudah merasa kecewa jika mengalami kegagalan.
Jadi, guru awas dengan self-efficay yang tinggi akan memiliki keyakinan yang tinggi dalam mengajar. Guru awas juga akan menganggap kegagalannya dalam mengajar (seperti para siswa yang kurang mampu menangkap materi dalam mata pelajara IPA) sebagai sebuah tantangan yang harus dihadapi dan bukan sebagai ancaman yang harus dihindari. Mereka juga yakin jika mereka berusaha keras dan tidak mudah menyerah (seperti menghadapi para siswa yang mengalami cacat ganda), maka mereka akan yakin mampu menjadikan siswanya menjadi orang yang berhasil.
Berbeda halnya pada guru awas dengan self-efficacy yang rendah memiliki keyakinan yang rendah dalam mengajar. Mereka menganggap bahwa mengajar siswa tuna netra merupakan hal yang sulit dan berat untuk dihadapi sehingga mereka sering merasa akan gagal, terutama jika dihadapkan pada siswa yang cacat ganda. Hal ini membuat mereka mudah menyerah jika menghadapi kesulitan.
Uraian diatas dapat dilihat di skema 1.1 kerangka pikir.
(61)
19
Universitas Kristen Maranatha
skema 1.1 kerangka pikir Guru yang mengajar
siswa tuna netra di SLB A Bandung
Proses kognitif
4 proses: 1. Proses
kognitif 2. Proses
motivasional 3. Proses afektif 4. Proses seleksi
Self-efficacy
tinggi
rendah
Aspek-aspek self-efficacy: 1. Membuat pilihan 2. Usaha yang dikerahkan 3. Ketahanan dalam menghadapi
kesulitan
(62)
20
Universitas Kristen Maranatha
1.6Asumsi Penelitian
1. Guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung memiliki sumber-sumber informasi yang membentuk Self-efficacy dalam dirinya, yaitu:
mastery experience, vicarious experience, verbal persuasion, dan physiological and affective states.
2. Mastery experience, vicarious experience, verbal persuasion, dan physiological and affective states akan diolah secara kognitif oleh guru yang
mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung yang kemudian diaktivasi oleh empat proses yaitu proses kognitif, proses motivasional, proses afektif, dan proses selektif yang kemudian akan membentuk Self-efficacy.
3. Derajat Self-efficacy guru SLB A Bandung dapat dilihat melalui keyakinan guru akan pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, kemampuan untuk bertahan dalam menghadapi hambatan, dan bagaimana penghayatan perasaannya saat mengajar siswa tuna netra.
(63)
69 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Jumlah guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung, cenderung
berimbang antara self-efficacy tinggi dan self-efficacy rendah.
2. Guru yang memiliki self-efficacy tinggi menunjukkan keyakinan yang tinggi dalam membuat pilihan, yakin mampu mengerahkan sejumlah usaha, yakin mampu bertahan saat menghadapi kesulitan dan kegagalan, serta yakin mampu menghayati perasaan mereka dalam mengajar siswa tuna netra.
3. Guru yang memiliki self-efficacy rendah menunjukkan kurang yakin mampu membuat pilihan, kurang yakin mampu mengerahkan usaha, kurang yakin mampu bertahan jika menghadapi kesulitan dan kegagalan, dan memiliki keyakinan yang rendah dalam menghayati perasaan mereka dalam mengajar siswa tuna netra
4. Pada sumber mastery experiences, guru yang mengajar siswa tuna netra menunjukkan bahwa guru yang sering mengalami pengalaman keberhasilan berkaitan dengan self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung.
5. Pada sumber verbal persuasion, guru yang mengajar siswa tuna netra menunjukkan bahwa guru yang cukup sering mendapatkan pujian ketika
(64)
70
Universitas Kristen Maranatha
mengajar siswa tuna netra berkaitan dengan self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung.
6. Pada sumber vicarious experiences dan physiological and affective states, guru yang mengajar siswa tuna netra tidak berkaitan dengan self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang sekiranya dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membaca penelitian ini :
5.2.1 Saran Bagi Peneliti Lain
Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kontribusi sumber-sumber
self-efficacy terhadap derajat self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna
netra.
5.2.2 Saran Guna Laksana
Berdasarkan penelitian ini dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan :
1. Bagi guru yang mengajar siswa tuna netra diharapkan dapat menyadari pentingnya memiliki self-efficacy dalam mengajar. Oleh karena itu diharapkan guru dapat meningkatkan self-efficacy melalui keempat sumber self-efficacy.
(65)
71
Universitas Kristen Maranatha
2. Bagi kepala sekolah SLB A Bandung, diharapkan dapat meningkatkan keyakinan guru dengan cara memberikan pujian ketika para guru mengalami keberhasilan. Dengan begitu diharapkan para guru dapat memiliki self-efficacy tinggi.
(66)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Moh dan Dwijosumarto, Andreas. 1979. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: PT. New Aqua Press.
Anastasi, Anne. 1990. Psychological Testing, Sixth Edition. New York : MacMillan, Publishing Company.
Bandura, Albert. 2002. Self-efficacy The Exercise of Control. New York : W. H. Freeman and Company.
Bandura, Albert. 1997. Self-efficacy in changing societies. Cambridge University Press.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Grasindo
Mangunsong, Frieda. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa, lembaga
pengembangan sarana pengukuran dan pendidikan psikologi (LPSP3) UI.
Jakarta.
Sanjaya, Wina, DR. Mpd.2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.
(67)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN
Andriani, 2008. Studi Deskriptif Mengenai Self-efficacy Dalam Menghadapi Proses Belajar Pada Siswa Kelas XI IPA di SMA ‘X’ Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Nur Aini, Ifrisa. 2008. Studi Deskriptif Mengenai Self-efficacy Pada Siswa Program Intensif Kelas Alumni Lembaga Bimbingan Belajar ‘X’ Bandung
Yang Akan Menghadapi SPMB. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha.
Agustiyawati, 07 November 2006. Pelaksanaan Program Pendidikan Terpadu (INTEGRASI) Bagi Tuna netra di Indonesia. (online).
(http://agustyawati.blogspot.com/2006/11/pelaksanaan-program-pendidikan-terpadu.html)
Sutji Harijanto MM MPd. 27 Juni 2008 Mencari Keberadaan Anak Cacat Untuk
memfasilitasi pendidikan (online).
(http://mandikdasmen.aptisi3.org/index.php?option=com content&task=view=133&Itemed=11)
Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Agustus 2007. Bandung: Fakultas Psikologi
(1)
20
Universitas Kristen Maranatha
1.6Asumsi Penelitian
1. Guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung memiliki sumber-sumber informasi yang membentuk Self-efficacy dalam dirinya, yaitu:
mastery experience, vicarious experience, verbal persuasion, dan physiological and affective states.
2. Mastery experience, vicarious experience, verbal persuasion, dan physiological and affective states akan diolah secara kognitif oleh guru yang
mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung yang kemudian diaktivasi oleh empat proses yaitu proses kognitif, proses motivasional, proses afektif, dan proses selektif yang kemudian akan membentuk Self-efficacy.
3. Derajat Self-efficacy guru SLB A Bandung dapat dilihat melalui keyakinan guru akan pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, kemampuan untuk bertahan dalam menghadapi hambatan, dan bagaimana penghayatan perasaannya saat mengajar siswa tuna netra.
(2)
69 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Jumlah guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung, cenderung
berimbang antara self-efficacy tinggi dan self-efficacy rendah.
2. Guru yang memiliki self-efficacy tinggi menunjukkan keyakinan yang tinggi dalam membuat pilihan, yakin mampu mengerahkan sejumlah usaha, yakin mampu bertahan saat menghadapi kesulitan dan kegagalan, serta yakin mampu menghayati perasaan mereka dalam mengajar siswa tuna netra.
3. Guru yang memiliki self-efficacy rendah menunjukkan kurang yakin mampu membuat pilihan, kurang yakin mampu mengerahkan usaha, kurang yakin mampu bertahan jika menghadapi kesulitan dan kegagalan, dan memiliki keyakinan yang rendah dalam menghayati perasaan mereka dalam mengajar siswa tuna netra
4. Pada sumber mastery experiences, guru yang mengajar siswa tuna netra menunjukkan bahwa guru yang sering mengalami pengalaman keberhasilan berkaitan dengan self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung.
5. Pada sumber verbal persuasion, guru yang mengajar siswa tuna netra menunjukkan bahwa guru yang cukup sering mendapatkan pujian ketika
(3)
70
Universitas Kristen Maranatha
mengajar siswa tuna netra berkaitan dengan self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung.
6. Pada sumber vicarious experiences dan physiological and affective states, guru yang mengajar siswa tuna netra tidak berkaitan dengan self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang sekiranya dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membaca penelitian ini :
5.2.1 Saran Bagi Peneliti Lain
Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kontribusi sumber-sumber
self-efficacy terhadap derajat self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna
netra.
5.2.2 Saran Guna Laksana
Berdasarkan penelitian ini dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan :
1. Bagi guru yang mengajar siswa tuna netra diharapkan dapat menyadari pentingnya memiliki self-efficacy dalam mengajar. Oleh karena itu diharapkan guru dapat meningkatkan self-efficacy melalui keempat sumber self-efficacy.
(4)
71
Universitas Kristen Maranatha
2. Bagi kepala sekolah SLB A Bandung, diharapkan dapat meningkatkan keyakinan guru dengan cara memberikan pujian ketika para guru mengalami keberhasilan. Dengan begitu diharapkan para guru dapat memiliki self-efficacy tinggi.
(5)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Moh dan Dwijosumarto, Andreas. 1979. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: PT. New Aqua Press.
Anastasi, Anne. 1990. Psychological Testing, Sixth Edition. New York : MacMillan, Publishing Company.
Bandura, Albert. 2002. Self-efficacy The Exercise of Control. New York : W. H. Freeman and Company.
Bandura, Albert. 1997. Self-efficacy in changing societies. Cambridge University Press.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Grasindo
Mangunsong, Frieda. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa, lembaga
pengembangan sarana pengukuran dan pendidikan psikologi (LPSP3) UI.
Jakarta.
Sanjaya, Wina, DR. Mpd.2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.
(6)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN
Andriani, 2008. Studi Deskriptif Mengenai Self-efficacy Dalam Menghadapi Proses Belajar Pada Siswa Kelas XI IPA di SMA ‘X’ Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Nur Aini, Ifrisa. 2008. Studi Deskriptif Mengenai Self-efficacy Pada Siswa Program Intensif Kelas Alumni Lembaga Bimbingan Belajar ‘X’ Bandung
Yang Akan Menghadapi SPMB. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha.
Agustiyawati, 07 November 2006. Pelaksanaan Program Pendidikan Terpadu (INTEGRASI) Bagi Tuna netra di Indonesia. (online).
(http://agustyawati.blogspot.com/2006/11/pelaksanaan-program-pendidikan-terpadu.html)
Sutji Harijanto MM MPd. 27 Juni 2008 Mencari Keberadaan Anak Cacat Untuk
memfasilitasi pendidikan (online).
(http://mandikdasmen.aptisi3.org/index.php?option=com content&task=view=133&Itemed=11)
Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Agustus 2007. Bandung: Fakultas Psikologi