PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI KECAKAPAN BERBICARA ANAK DOWN SYNDROME.

(1)

PROGRAM INTERVENSI PENGEMBANGAN KECAKAPAN

BERBICARA ANAK DOWN SYNDROME

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

oleh :

LELI KURNIAWATI NIM 1005499

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2015


(2)

PROGRAM INTERVENSI PENGEMBANGAN KECAKAPAN

BERBICARA ANAK DOWN SYNDROME

Oleh Leli Kurniawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Leli Kurniawati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

LELI KURNIAWATI 1005499

PROGRAM INTERVENSI PENGEMBANGAN KECAKAPAN

BERBICARA ANAK DOWN SYNDROME

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dr.Zaenal Alimin, M.Ed. NIP. 195903241984031002

Pembimbing II

Dra.Hj.Pudji Asri, M.Pd. NIP. 195103261979032002

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Budi Susetyo, M. Pd. NIP. 19580907 198703 1 001


(4)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI KECAKAPAN

BERBICARA ANAK DOWN SYNDROME

Kemampuan berbicara dan berbahasa merupakan kemampuan awal yang harus dimiliki anak sebagai modal untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi. Intervensi diberikan bagi mereka yang mengalami hambatan dalam perkembangan termasuk perkembangan bicara bahasa pada anak down syndrome. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan program intervensi yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak down syndrome. Penelitian ini untuk mengetahui perkembangan bicara pada anak down syndrome serta upaya yang telah dilakukan untuk membantu mengembangkan kemampuan berbicara mereka. Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methods) dengan desain sequential exploratory, yakni sebuah desain penelitian yang menggabungkan penelitian kualitatif dan kuantitatif secara bertahap. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kemampuan berbicara anak masih terbatas pada pengucapan satu kata tanpa adanya penangangan khusus. Program intervensi yang dirancang terdiri dari aspek pemahaman kosakata, sintaksis dan sematis yang disusun berdasarkan perkembangan anak. Hasil dari pelaksanaan program ini menunjukan peningkatan bicara anak pada beberapa kata. Program ini dapat dilaksanakan dalam proses belajar mengajar di kelas. Perhatian yang lebih pada anak dapat membantu anak down syndrome meningkatkan kemampuan berbicaranya.

Kata Kunci : program intervensi, kecakapan berbicara, down syndrome, mixed


(5)

ABSTRACT

SPEAKING CAPABILITYS DEVELOPMENT INTERVENTION PROGRAM FOR CHILDREN WITH DOWN SYNDROME

Speech and language is an initial capability to be owned subsidiaries as capital to be able to interact and communicate. Intervention is given to those who experience barriers to development including speech development of language in children with Down syndrome. This study aims to formulate intervention programs in accordance with the development and needs of children with Down syndrome. This study to determine the speech development in children with down syndrome and the efforts that have been undertaken to help develop their speaking skills. This study used mixed methods with sequential exploratory design, which is a design study that combines qualitative and quantitative research gradually. Results from this study showed that the ability to speak the child is still limited to the pronunciation of the word without any special handling. The program consists of interventions designed aspects of understanding of the vocabulary, syntax and schematically drawn based on the child's development. The results of the implementation of this program showed improvement in the children speak a few words. This program can be implemented in teaching and learning in the classroom. More attention in children can help children with Down syndrome improve speaking ability.

Keywords: intervention program, speech intelligibility, down syndrome, mixed


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Definisi Konsep ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Kegunaan Penelitian ... 4

F. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 6

B. Perkembangan Bicara pada Anak ... 6

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bicara... 8

D. Gangguan Bicara ... 12

E. Perkembangan Bicara dan Bahasa Anak Down Syndrome ... 13

F. Program Intervensi Kecakapan Berbicara ... 18

1. Tujuan Intervensi ... 19

2. Media yang digunakan... 20

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 23

B. Prosedur Penelitian ... 24


(7)

1. Teknik Pengumpulan Data Kualitatif (Tahap I) ... 27

2. Teknik Pengumpulan Data Kuantitatif (Tahap II) ... 28

E. Instrumen Penelitian ... 28

F. Teknik Analisis Data ... 30

1. Teknik Analisis Data Kualitatif ... 30

2. Pengujian Validitas ... 30

3. Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 31

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Tahap I ... 32

1. Hasil Penelitian Tahap I ... 32

2. Pembahasan Penelitian Tahap I ... 37

B. Penelitian Tahap II ... 54

1. Hasil Penelitian Tahap II ... 54

2. Pembahasan Penelitian Tahap II... 59

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 61

B. Rekomendasi... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kesulitan Bicara dan Perkembangan Bahasa ... 9

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Penelitian Tahap I ... 29

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Observasi Penelitian Tahap I ... 29

Tabel 4.1 Implikasi Hasil Analisa terhadap Pengembangan Program Kecakapan Berbicara pada Anak Down Syndrome ... 40

Tabel 4.2 Rancangan Program Intervensi Kecakapan Berbicara ... 42

Tabel 4.3 Program Intervensi Kecakapan Berbicara Anak Down Syndrome ... 43

Tabel 4.4 Contoh Kartu Gambar yang Digunakan... 45

Tabel 4.5 Instrumen Penilaian Menyebutkan Kata ... 49

Tabel 4.6 Instrumen Penilaian Aspek Sintaksis ... 50

Tabel 4.7 Perbandingan Pengucapan Kata dengan Pemahaman Kata ... 53

Tabel 4.8 Hasil Penilaian Aspek Perkembangan Kosakata : Pengucapan Kata .... 54

Tabel 4.9 Hasil Penilaian Aspek Perkembangan Kosakata : Pemahaman Kata .... 55

Tabel 4.10 Perbandingan Pengucapan Kata dengan Pemahaman Kata ... 57


(9)

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Strategi Ekploratoris Sekuensial ... 24 Bagan 3.2 Desain One-Shot Case Study ... 24 Bagan 3.3 Prosedur Penelitian ... 26


(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Hasil Penilaian Aspek Pemahaman Kosakata : Pengucapan Kata ... 55 Grafik 4.2 Hasil Penilaian Aspek Pemahaman Kosakata : Pemahaman Kata ... 56 Grafik 4.3 Perbandingan Pengucapan dengan Pemahaman Kata ... 57


(11)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Setiap orang berhak memperoleh pendidikan tidak terkecuali bagi anak-anak yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial. Agar memperoleh hak yang sama, maka banyak didirikan sekolah-sekolah khusus untuk anak-anak yang mengalami kebutuhan khusus dengan tenaga pendidik khusus yang membantu mereka memperoleh pendidikan dan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan. Salah satunya sekolah yang memberikan pendidikan bagi anak-anak dengan hambatan kecerdasan atau masyarakat mengenalnya dengan sekolah luar biasa tunagrahita.

Klasifikasi anak tunagrahita salah satunya adalah anak-anak down syndrome, yakni “suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom.” (Clinic, 2012). Karena adanya abnormalitas perkembangan kromosom ini maka anak-anak down syndrome memiliki ciri raut wajah yang menyerupai orang mongol dengan mata sipit dan miring, lidah tebal, telinga kecil, kulit kasar, susunan gigi kurang baik. Akibat kondisi fisik serta kemampuan kognitifnya, anak down syndrome mengalami banyak hambatan dalam perkembangannya, salah satunya hambatan dalam kemampuan berbicara dan berbahasa disamping hambatan dalam kemampuan secara akademik.

Pembelajaran di sekolah yang cenderung menekankan pada kemampuan anak dalam pencapaian di bidang akademik seolah mengesampingkan kebutuhan anak sebagai makhluk sosial yang memerlukan bimbingan lebih agar bisa terjun ke masyarakat, berinteraksi dan berkomunikasi dengan mereka. Selain itu pergaulan anak disekolah juga menggambarkan bagaimana dia mengalami kesulitan dalam proses interaksi dan komunikasi secara verbal bersama teman-temannya. Anak cenderung menggunakan bahasa tubuh untuk memberitahu keinginannya dan proses percakapan minim terjadi diantara mereka.

Kemampuan berbicara dan berbahasa merupakan kemampuan awal yang harus dimiliki anak sebagai modal untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi. Banyak orang cenderung kurang mengerti apa yang diucapkan oleh anak-anak


(12)

2

down syndrome karena ucapan mereka yang terdengar setengah-setengah seperti hanya terdengar suku kata terakhir dari kata yang diucapkannya atau karena mereka memiliki keterbatasan kosakata yang membuat mereka sulit mengungkapkan secara verbal apa yang ingin disampaikan sehingga sulit dimengerti oleh lawan bicaranya dan hal ini terkadang membuat lawan bicaranya memilih lebih untuk mengacuhkannya.

Keterlambatan berbicara sering dikaitkan dengan gangguan perkembangan, gangguan perilaku, gangguan motorik oral dan gangguan fungsi lainnya, bila berbagai gangguan yang terjadi hampir bersamaan tersebut tidak disikapi dengan baik, maka akan mengganggu tumbuh dan kembangnya anak di masa depan (Judarwanto, 2009). Anak down syndrome mengalami hampir seluruh gangguan perkembangan yang dikaitkan dengan keterlambatan bicara tersebut, mereka cenderung akan berbicara melalui perilakunya, bersikap sesuai keinginannya yang lebih sering membuat teman-teman atau orang yang berada didekatnya mengalami kesulitan saat mereka bersikap karena ketidakpahaman mereka tentang apa yang anak inginkan.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, di sebuah sekolah terdapat seorang anak down syndrome dengan kondisi berbicara yang masih terlambat. kemampuan berbicaranya, kata yang diucapkan masih terdengar setengah-setengah sehingga sulit untuk dipahami oleh orang lain dan anak lebih banyak menggunakan perilakunya, seperti saat anak meminta sesuatu barang, karena tidak mengetahui nama barang tersebut anak akan menunjuk terus menerus pada benda yang diinginkannya.

Apabila kondisi berbicara serta berbahasa seperti tadi dibiarkan terus menerus, akan menjadi sebuah kebiasaan yang tidak baik untuk anak. Perkembangan anak yang seharusnya masih bisa berkembang akan terhenti karena kurangnya perhatian dan penanganan pada hambatan tersebut. Untuk itu, diperlukan sebuah program khusus untuk membantu anak dalam memperbaiki kondisi berbicara dan berbahasanya. Program ini berupa program intervensi, sebuah program yang dirancang untuk memberikan stimulasi pada anak yang mengalami hambatan dalam masa perkembangannya.


(13)

3

Pada anak down syndrome yang mengalami hambatan pada hampir semua aspek perkembangan salah satunya aspek berbicara dan berbahasa, program intervensi yang diberikan berupa program intervensi kecakapan berbicara dan berbahasa. Berbicara merupakan proses yang penting dalam kehidupan sosial, karena dengan berbicara informasi yang didapat akan lebih mudah dan lebih jelas dimengerti. Semakin baik kemampuan berbicara akan semakin mudah dalam pemprosesan informasi yang didapat ataupun disampaikan. Program ini dirumuskan secara khusus berdasarkan kondisi anak down syndrome dalam perkembangan berbicara dan berbahasa. Tujuannya untuk memberikan stimulasi dan membatu memperbaiki kemampuan berbicara dan berbahasa anak down syndrome agar anak dapat berkomunikasi verbal dengan baik serta dapat aktif secara sosial, misalnya pada teman sebayanya. Maka dari itu penulis memutuskan

untuk melakukan penelitian dengan judul “Program Intervensi Pengembangan Kecakapan Berbicara Anak Down Syndrome”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam

penelitian ini adalah “Program intervensi apakah yang sesuai dalam mengembangkan kecakapan berbicara dan berbahasa anak down syndrome?”

Dari rumusan masalah tersebut, disusun pertanyaan-pertanyaan penelitian, diantaranya :

1. Bagaimanakah kondisi anak down syndrome dalam kemampuan berbicara, apa yang menjadi hambatan serta kebutuhan anak?

2. Bagaimana proses pembelajaran yang diberikan guru saat ini terhadap anak down syndrome dalam mengajar bicara?

3. Bagaimana pengasuhan orang tua dirumah yang berkaitan langsung dengan proses berbicara anak down syndrome?

4. Bagaimana progam yang sesuai untuk pengembangan kecakapan berbicara anak down syndrome?

5. Bagaimana hasil dari penerapan program pengembangan intervensi kecapakan berbicara anak down syndrome?


(14)

4

C. Definisi Konsep 1. Kecakapan berbicara

Kecakapan dapat diartikan sebagai kemampuan, kesanggupan atau kemahiran dalam mengerjakan sesuatu. Berbicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata untuk menyampaikan suatu maksud. Maka, kecakapan berbicara adalah kemampuan seseorang mengeluarkan bunyi artikulasi untuk menyampaikan suatu maksud.

Kecakapan berbicara yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan memahami (reseptif) dan kemampuan dalam mengemukakan langsung kepada orang lain (ekspresif) secara verbal .

2. Program intervensi kecakapan berbicara

Intervensi sering diartikan sebagai campur tangan diantara dua pihak yang berselisih, namun intervensi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah campur tangan yang dilakukan untuk memberikan bantuan pada anak yang mengalami hambatan dalam perkembangannya. Program intervensi yang dirancang dalam penelitian ini berupa program intervensi kecakapan berbicara anak, sebuah program yang akan membantu anak down syndrome dalam memperbaiki kemampuan berbicaranya, dengan pengucapan kata yang dapat dimengerti oleh lawan bicaranya sehingga anak dapat lebih baik dalam berkomunikasi dengan orang lain.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk merumuskan program intervensi kecakapan berbicara dan berbahasa pada anak down syndrome, agar dapat digunakan dalam pemberian intervensi untuk memperbaiki perkembangan berbicara dan berbahasa anak down syndrome.

E. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian tentang penembangan program intetrvensi ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya :

1. Dapat digunakan untuk mengetahui hambatan perkembangan berbicara pada anak down syndrome sehingga hasinya dapat digunakan dalam


(15)

5

2. Dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam disiplin ilmu pendidikan terutama pendidikan khusus terkait dengan pemberian intervensi perkembangan berbicara dan berbahasa pada anak down syndrome.

3. Dapat dijadikan dasar dan dikembangkan kembali dalam penelitian berikutnya.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi terdiri dari lima bab yang akan menjelaskan proses penyusunan skripsi secara keseluruhan. BAB I merupakan Bab Pendahuluan, pada bab ini secara garis besar menuliskan mengenai latar belakang diperlukannya sebuah progtram intervensi untuk anak down syndrome dalam kemampuan berbicaranya. Pada bab ini juga akan menjelaskan beberapa rumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang dilakukan.

BAB II adalah Kajian Pustaka. Pada bab ini memaparkaan konsep-konsep teori yang mendukung penelitian yaitu terkait pemahaman mengenai anak down syndrome beserta kecapakannya dalam berbicara dan berbahasa serta program intervensi yang dapat diberikan pada anak dalam membantunya mengembangkan kemampuan dalam berbicara.

BAB III Metode Penelitian. Pada bab ini memaparkan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam menyelesaikan penelitian. Penelitian ini melalui dua tahapan secara garis besar. Pertama penelitian tahap I, berisi tentang pengumpulan data awal untuk mengetahui kondisi subjek penelitian hingga proses perumusan program intervensi yang akan diberikan berdasarkan kondisi subjek setelah analisa pada penelitian tahap I, dan penelitian tahap II melakukan uji program program intervensi pada subjek.

BAB IV Hasil Penelitian. Membahas hasil penelitian yang didasarkan pada data fakta dan informasi yang diperoleh dilapangan serta pembahasan yang terkait dengan rumusan program intervensi kecakapan berbicara.

BAB V Kesimpulan. Menyajikan penafsiran dan hasil analisis penelitian sebagai jawaban atas pertanyaan yang diteliti.


(16)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kombinasi (mixed methods). Menurut Creswell (Sugiyono, 2013, hal. 404) metode penelitian kombinasi merupakan ‘pendekatan dalam penelitian yang mengkombinasikan atau menghubungkan antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Hal itu mencakup landasan filosofis, penggunaan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dan mengkombinasikan kedua pendekatan dalam penelitian.’

Metode penelitian kombinasi ini terbagi menjadi dua model utama, seperti yang dikemukakan lebih lanjut oleh Cresswell (Sugiyono, 2013, hal. 407) yakni model sequential (kombinasi berurutan) dan model concurrent (kombinasi campuran). Model urutan (sequential) ada dua yaitu model urutan pembuktian (sequential explanatory) dan model urutan penemuan (sequential exploratory). Model concurrent (campuran) ada dua yaitu, model concurrent triangulation (campuran kuantitatif dan kualitatif secara berimbang) dan concurrent embedded (campuran penguatan / metode kedua memperkuat metode pertama).

A. Desain Penelitian

Melalui penelitian ini, produk akhir yang akan dihasilkan berupa sebuah program intervensi untuk kecakapan berbicara pada anak down syndrome. Pada rumusan masalah di bab satu telah dijelaskan ada lima pertanyaan penelitian. Pertanyaan nomor satu sampai pertanyaan nomor tiga mengenai kondisi subjek penelitian, proses pembelajaran yang diberikan oleh guru dan peranan orang tua dalam perkembangan bicara anak. Data-data untuk menjawab pertanyaan tadi menggunakan data kualitatif. Analisis data hasil penelitian menggunakan metode kualitatif ini akan menjadi dasar untuk perumusan program intervensi kecakapan berbicara anak down syndrome. Selanjutnya, untuk menjawab pertanyaan penelitian “Bagaimana hasil dari penerapan program pengembangan intervensi kecapakan berbicara anak down syndrome?”, diperoleh melalui data kuantitatif, tentang hasil penerapan program intervensi yang langsung diujikan kepada subjek


(17)

24

Dengan demikian, untuk melaksanakan penelitian ini diperlukan dua data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif, karena proses pengumpulan data melalui dua tahap secara berurutan maka penelitian ini menggunakan model sequential (urutan) dengan tipe exploratory sequential.

Model penelitian sequential exploratory adalah model penelitian kombinasi yang menggabungkan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif secara berurutan, “strategi eksploratoris sekuensial melibatkan pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap pertama yang kemudian diikuti oleh pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap kedua yang didasarkan pada hasil-hasil tahap pertama.” (Creswell, 2010, hal. 317)

Bagan 3.1

Strategi Eksploratoris Sekuensial (Creswell, 2010, hal. 314)

Penelitian kualitatif akan dilaksanakan pada proses penelitian tahap pertama sedangkan pada tahap kedua akan menggunakan penelitian kuantitaif desain eksperimen. Desain eksperimen yang dipilih adalah One-Shot Case Study, pemilihan desain ekperimen ini karena tidak adanya kelompok kontrol juga pemilihan sampel yang tidak dipiih secara random.

X = Treatment yang diberikan O = Observasi

Bagan 3.2

Desain One-Shot Case Study

B. Prosedur Penelitian

Pada bagian ini akan memaparkan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. Penelitian dilaksanakan melalui dua langkah atau tahapan secara kesuluruhan. Tahap I merupakan proses pengumpulan data awal dimulai dari asesmen, perumusan program intervensi hingga program tersebut siap diujikan

Kual

Kuan

KUAL Pengumpulan data KUAL Analisis Data KUAN Pengumpulan Data KUAN Analisis Data Interpretasi Keseluruhan Analisis


(18)

25

langsung ke lapangan setelah melalui proses validasi. Tahap kedua merupakan uji program program intervensi yang telah dirumuskan sebelumnya.

Secara keseluruhan, langkah-langkah penelitian dapat digambarkan seperti bagan dibawah ini :


(19)

Tahap I Tahap II

Bagan 3.3 Prosedur Penelitian

Studi Pendahuluan

Rumusan Program Intervensi Kecakapan

Bebicara anak down syndrome

1. Observasi kondisi anak

down syndrome

2. Wawancara guru 3. Wawancara orang tua

Validasi Program Draf Program

Ahli Ahli

Ahli Deskripsi dan analisis data

Revisi Tidak Valid Valid

Uji Program

Deskripsi dan analisis

Program Intervensi Kecakapan Bebicara Anak


(20)

27

C. Partisipan dan Tempat Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibat dalam proses penelitian, yang bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi subjek dalam penelitian adalah seorang anak down syndrome yang memiliki hambatan dalam berbicara. penentuan subjek penelitian menggunakan teknik purposive sampling, yakni teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. anak yang menjadi subjek adalah anak down syndrome yang memiliki hambatan dalam kemampuan berbicara dan berbahasa. Selain anak, penelitian ini juga melibatkan guru dan orang tua siswa dalam proses pengumpulan data yang diperlukan. Guru yang terlibat juga akan menjadi pelaksana dalam rumusan program yang dibuat. Penelitian ini dilaksanakan di sebuah sekolah luar biasa di kota bandung.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penting dilakukan dalam sebuah penelitian agar memberikan data yang dapat dipercaya. Telah dijelaskan sebelumnya jika penelitian ini akan menggunakan teknik kualitatf dan kuantitatif secara berurutan, maka proses pengumpulan datapun demikian. Pengumpulan data dilakukan secara berurutan menggunakan penelitian kualitatif dan kuantitatif.

1. Teknik Pengumpulan Data Kualitatif (Tahap I)

Pada penelitian tahap pertama ini akan dilakukan pengumpulan data melalui wawancara dan observasi.

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviwee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2013, hal. 169). Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi dari guru dan orang tua mengenai kemampuan berbicara anak down syndrome.

b. Observasi

Observasi didefinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati dan mencermati, serta ‘merekam’ perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan


(21)

28

tertentu. Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan diagnosis (Herdiansyah, 2013, hal. 131).

Observasi yang dilakukan adalah observasi partisipatif, dimana peneliti ikut terlibat dalam kegiatan subjek penelitian, observasi dimaksudkan untuk mengumpulkan data dari subjek penelitian serta memperoleh gambaran mengenai kemampuan subjek

c. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Pada penelitianini yang digunakan adalah beberapa foto dan riwayat anak yang diperoleh dari arsip sekolah.

2. Teknik Pengumplan Data Kuantitatif (Tahap 2)

Teknik pengumpulan data kuantitatif dilakukan setelah tahapan penelitian pada teknik kualitatif selesai. Pada tahap penelitian kuantitatif ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Bentuk tes yang digunakan adalah tes unjuk kerja. Hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan siswa dalam mempraktekan kemampuannya dalam berbicara. Intervensi dan evaluasi dilakukan pada hari yang sama.

Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui kemampuan subjek mulai dari kemampuan awal hingga kemampuan akhir. Tes ini dilakuan untuk mengetahui pengaruh dan perkembangan dari intervensi yang diberikan.

E. Instrumen Penelitian

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan, maka instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut :

1) Pedoman Wawancara.

Pedoman waawancara digunakan untuk memperoleh dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dalam pengumpulan data sebelum memasuki tahapan perumusan program intervensi kecakapan berbicara untuk anak down syndrome. Instrumen penelitian untuk wawancara terbagi dua yakni pedoman wawancara untuk guru dan orang tua. Pedoman wawancara untuk guru diperlukan untuk mengetahui proses pembelajaran yang telah diberikan selama ini kepada anak down syndrome yang mengalami hambatan dalam kecakapan


(22)

29

berbicaranya, yang kedua pedoman wawancara untuk orang tua, mengenai penerimaan orang tua terhadap kondisi anak, pola asuh orang tua, proses perkembangan berbicara anak, proses komunikasi anak selama dirumah. Wawancara yang dilaksanakan adalah wawancara terstruktur dengan pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Pedoman Wawancara Penelitian Tahap I

No Pertanyaan

Penelitian Aspek yang diungkap

Teknik Pengumpulan Data Sumber Data 1

Bagaimana pengasuhan orang tua di rumah yang berkaitan langsung sdengan proses berbicara anak down syndrome?

 Penerimaan orang tua terhadap kelahiran anak  Pola asuh orang tua

 Upaya yang dilakukan orang tua dalam mengajarkan kecakapan berbicara

Wawancara Orang Tua

2

Bagaimana proses pem-belajaran yang diberikan guru saat ini terhadap anak down syndrome dalam mengajar berbicara?

 Proses pembelajaran kecakapan berbicara di kelas.

 Upaya guru dalam mengajarkan kecakapan berbicara

 Keaktifan anak di kelas

Wawancara Guru

2) Pedoman Observasi

Pedoman observasi dibuat untuk mengetahui perlakuan guru di kelas terhadap anak down syndrome, serta kemampuan sosial anak di sekolah. Selain itu juga pedoman observasi dibuat untuk mengetahui efektivitas penerapan program intervensi kecakapan berbicara pada anak down syndrome.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Pedoman Observasi Penelitian Tahap I

No Pertanyaan

Penelitian Aspek yang diamati

Teknik Pengumpulan

Data

Sumber Data 1 Bagaimanakah kondisi  Kemampuan Reseptif Observasi Anak


(23)

30

No Pertanyaan

Penelitian Aspek yang diamati

Teknik Pengumpulan

Data

Sumber Data dalam kemampuan

berbicaranya?

 Kemampuan sosial anak

F. Teknik Analisis Data

Seperti proses pengumpulan data yang menggunakan dua teknik, proses analisis data juga menggunakan dua teknik yakni teknik analisis data kuantitatif dan teknik analisis data kualitatif.

1. Teknik analisis data Kualitatif

Proses analisis data menggunakan konsep analisis data kualitatif pada penelitian tahap I. Menurut Bogdan & Biklen, 1982 dalam (Moleong, 2013, hal. 248) ‘konsep analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan mengemukakan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.’ Jadi analis data dilakukan dengan cara mengumpulkan, memilah-milah dan mengklasifikasikan hasil catatan lapangan yang kemudian diklasifikasikan sesuai dengan kemampuan, kebutuhan serta hambatan yang dialami oleh subjek penelitian sebelum merumuskan program intervensi.

2. Pengujian Validitas

Draf instrumen yang telah dibuat dapat diterapkan dilapangan apabila instrumen yang telah dibuat tadi telah valid dari uji terlebih dahulu. Suatu alat pengukuran dikatakan valid (shahih) apabila alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu (Nasution, 2009). Menguji validitas dengan menggunakan pendapat dari ahli (judgment experts), validitas dilakukan dengan cara menyusun butir instrumen kemudian diminta pendapat dari orang yang dianggap ahli dengan mencocokkan indikator yang ada di kisi-kisi butir instrumen yang dibuat.

Penilaian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran rasional program intervensi yang telah disusun itu akan efektif atau tidak jika diterapkan dilapangan. Penilaian ini masih berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta di lapangan. Ada tiga orang yang akan diminta partisipasinya sebagai validator


(24)

31

untuk mengukur instrumen yang telah dibuat, terdiri dari orang yang ahli dalam bidang pendidikan khusus.

Apabila hasil uji validitas itu memberikan hasil yang valid maka program intervensi tersebut sudah dapat di ujikan ke lapangan. Sedangkan jika hasil uji validitas tersebut memberikan hasil yang tidak valid, maka instrumen itu harus dikaji ulang sehingga menjadi valid untuk di uji program. Instrumen yang sudah di judgement oleh ahli kemudian di hitung dengan rumus, sebagai berikut:

P =�� × %

Keterangan: P = Persentase

F = Frekuensi cocok menurut penilai N = Jumlah penilai

Kriteria butir validitas dibagi menjadi empat, yaitu: a. Valid = x 100 % = 100 % b. Cukup Valid = x 100 % = 66,6 % c. Kurang Valid = x 100 % = 33,3 % d. Tidak Valid = x 100 % = 0 %

3. Teknik analisis data Kuantitatif

Pada penelitian tahap II, proses penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, maka data hasil penelitian yang diperoleh dioalah dan dianalisis kedalam statistik deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang hasil intervensi. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013, hal. 208).

Penyajian datanya dijabarkan dalam bentuk grafik atau diagram, dengan menggunakan analisis grafik ini diharapkan dapat melihat gambaran secara jelas


(25)

60

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian mengambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut :

1. Kondisi perkembangan bicara anak menunjukan kemampuan bicara pada tahap satu kata sebagai satu kalimat. Seperti kata tas yang meiliki banyak makna misalnya bekalnya di tas atau tasnya tidak ada di kursi. Kalimat satu kata yang diucapkan anak tidaklah utuh sebagai satu kata melainkan hanya suku kata yang terucap namun anak sudah mampu mengikuti perintah sederhana. Secara keseluruhan kemampuan reseptif AY lebih baik daripada kemampuan ekspresifnya. AY memerlukan bimbingan dan latihan dalam mengucapkan kata sebagai langkah awal dalam mengembangkan kemampuan berbicaranya sebelum membentuk kalimat yang lebih luas.

2. Pembelajaran yang diberikan guru di kelas sudah membantu anak dalam mengembangkan kemampuan berbicaranya namun belum maksimal. Guru terkadang memberikan respon saat anak bertanya sambil menunjuk tapi terkadang diabaikan karena guru tidak mengerti maksud anak.

3. Orang tua selaku orang terdekat dengan anak kurang mengupayakan secara maksimal untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak, selama ini orang tua hanya mengajak anak berbicara seperti biasa tanpa bimbingan khusus.

4. Program yang dirumuskan disesuaikan dengan perkembagan anak. Program yang disusun berdasarkan dengan tahapan perkembangan berbicara anak, dimulai dari pengucapan dan pemahaman kata.

5. Program yang dilaksanakan dilapangan adalah program pemahaman kosakata, kata yang dipilih adalah kata benda yang dapat ditemui di lingkungan kelas. Dari hasil keterlakasanaan program tersebut terlihat adanya peningkatan pengucapan beberapa kata seperti kata tas dan bola, meski untuk kata-kata yang lain tidak meningkat secara pesat.


(26)

61

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang perlu penulis sarankan kepada berbagai pihak sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Saran kepada pihak guru

Pengadaan media dan perhatian khusus kepada anak diperlukan dalam membantu mengembangkan kemampuan berbicaranya. Oleh karena itu penulis sarankan agar guru mencoba membuat target yang mampu dicapai siswa seuai dengan kemmpuannya dalam berbicara, selalu memberikan perhatian dan kesempatan pada anak tidak perlu lama, namun memberikan perhatian yang cukup. Penggunaan media dalam programintervensi dapat disesuaikan oleh guru melihat kondisi siswa.

2. Saran untuk Orang Tua

Melihat perkembangan anak yang terlambat, sebaiknya orang tua memberikan penanganan dan perhatian khusus pada anak, misalnya dengan diikutkan terapi berbicara. Pemberian dan penanganan terapi yang tepat dapat membantu dalam perkembangan berbicaranya.

3. Saran untuk penelitian selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya yang berminat untuk melaksanakan kembali penelitian berdasarkan pokok penelitian yang sama diharapkan adanya inovasi dalam mengembangkan program sehingga dapat lebih membantu mengembangkan kemampuan berbicara anak down syndrome. Selain itu, jika memungkinkan jumlah subjek penelitian bisa ditambah.


(27)

63

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku dan Artikel Jurnal

Arsjad, M. G., & S, M. U. (1998). Pembinaan Kemampuan Bebicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Cohen, W. I., Nadel, L., & Madnick, M. E. (2002). Down Syndrome Visions for the 21st Century. New York: Wiley-Liss, Inc.

Creswell, J. W. (2010). Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Durand, V. M., & Barlow, D. H. (2007). Intisari Psikologi Abnormal (Vol. IV). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dyer, L. (2004). Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Herdiansyah, H. (2013). Wawancara, Observasi dan Focus Groups Sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Depok: Rajagrafindo Persada. Hurlock, E. B. (2012). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Indriari, E. (2011). Kesulitan Bicara dan Berbahasa Pada Anak : Terapi dan Strategi Orang Tua. Jakarta: Prenada.

Khailullah. (2004). Media Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Moleong, L. J. (2013). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nasution. (2009). Metode Reasearch (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Nawawi, A. (n.d.). Stimulasi dan Intervensi (Modul).

Nurima, E. (2010, Mei). Anak Terlambat Bicara, Normalkah? Eka News, hal. 1. Santrock, J. W. (2012). Perkembangan Masa Hidup (Edisi Ketigabelas jilid I).

Jakarta: Erlangga.

Seotjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Seotjiningsih, C. H. (2012). Perkembangan Anak Sejak Pertumbuhan Sampai Dengan Kanak-kanak Akhir. Jakarta: Prenada.

Somantri, S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


(28)

64

Susiliana,R dan Riyana,C. (2008). Media Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurtekpend FIP UPI

Tarigan. (2006). Pendidikan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wiyani, N. A. (2014). Buku Ajar Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

2. Sumber Online dan Bentuk Lain

Clinic, G. (2012, Desember 22). Tanda Gejala Down Syndrome dan Gangguan yang Menyertai. [Online] Tersdia : 1 [08 Nopember 2014]

Judarwanto, W. (2009, April 25). Tanda dan Gejala Gangguan Perkembangan Fungsi Motorik, Motorik Oral dan Gangguan Perilaku yang Sering Dikaitkan pada Anak dengan Gangguan Bicara dan Bahasa. [Online] Tersedia : http://speechclinic.wordpress.com/2009/04/25/tanda-dan-gejala- gangguan-perkembangan-fungsi-motorik-motorik-oral-dan-gangguan- perilaku-yang-sering-dikaitkan-pada-anak-dengan-gangguan-bicara-dan-bahasa/ [08 Nopember 2014]

Pruthi, G. (2007). Language Development in Children with Mental Retardation.

[Online] Tersedia :

http://goertzel.org/dynapsyc/2007/Language%20development.htm [07 Januari 2015]


(1)

No Pertanyaan

Penelitian Aspek yang diamati

Teknik Pengumpulan

Data

Sumber Data dalam kemampuan

berbicaranya?

 Kemampuan sosial anak

F. Teknik Analisis Data

Seperti proses pengumpulan data yang menggunakan dua teknik, proses analisis data juga menggunakan dua teknik yakni teknik analisis data kuantitatif dan teknik analisis data kualitatif.

1. Teknik analisis data Kualitatif

Proses analisis data menggunakan konsep analisis data kualitatif pada penelitian tahap I. Menurut Bogdan & Biklen, 1982 dalam (Moleong, 2013, hal. 248) ‘konsep analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan mengemukakan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan

kepada orang lain.’ Jadi analis data dilakukan dengan cara mengumpulkan, memilah-milah dan mengklasifikasikan hasil catatan lapangan yang kemudian diklasifikasikan sesuai dengan kemampuan, kebutuhan serta hambatan yang dialami oleh subjek penelitian sebelum merumuskan program intervensi.

2. Pengujian Validitas

Draf instrumen yang telah dibuat dapat diterapkan dilapangan apabila instrumen yang telah dibuat tadi telah valid dari uji terlebih dahulu. Suatu alat pengukuran dikatakan valid (shahih) apabila alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu (Nasution, 2009). Menguji validitas dengan menggunakan pendapat dari ahli (judgment experts), validitas dilakukan dengan cara menyusun butir instrumen kemudian diminta pendapat dari orang yang dianggap ahli dengan mencocokkan indikator yang ada di kisi-kisi butir instrumen yang dibuat.

Penilaian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran rasional program intervensi yang telah disusun itu akan efektif atau tidak jika diterapkan dilapangan. Penilaian ini masih berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta di lapangan. Ada tiga orang yang akan diminta partisipasinya sebagai validator


(2)

untuk mengukur instrumen yang telah dibuat, terdiri dari orang yang ahli dalam bidang pendidikan khusus.

Apabila hasil uji validitas itu memberikan hasil yang valid maka program intervensi tersebut sudah dapat di ujikan ke lapangan. Sedangkan jika hasil uji validitas tersebut memberikan hasil yang tidak valid, maka instrumen itu harus dikaji ulang sehingga menjadi valid untuk di uji program. Instrumen yang sudah di judgement oleh ahli kemudian di hitung dengan rumus, sebagai berikut:

P =�� × %

Keterangan: P = Persentase

F = Frekuensi cocok menurut penilai N = Jumlah penilai

Kriteria butir validitas dibagi menjadi empat, yaitu: a. Valid = x 100 % = 100 % b. Cukup Valid = x 100 % = 66,6 % c. Kurang Valid = x 100 % = 33,3 % d. Tidak Valid = x 100 % = 0 %

3. Teknik analisis data Kuantitatif

Pada penelitian tahap II, proses penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, maka data hasil penelitian yang diperoleh dioalah dan dianalisis kedalam statistik deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang hasil intervensi. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013, hal. 208).

Penyajian datanya dijabarkan dalam bentuk grafik atau diagram, dengan menggunakan analisis grafik ini diharapkan dapat melihat gambaran secara jelas bagaimana pelaksanaan program intervensi yang telah dibuat.


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian mengambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut :

1. Kondisi perkembangan bicara anak menunjukan kemampuan bicara pada tahap satu kata sebagai satu kalimat. Seperti kata tas yang meiliki banyak makna misalnya bekalnya di tas atau tasnya tidak ada di kursi. Kalimat satu kata yang diucapkan anak tidaklah utuh sebagai satu kata melainkan hanya suku kata yang terucap namun anak sudah mampu mengikuti perintah sederhana. Secara keseluruhan kemampuan reseptif AY lebih baik daripada kemampuan ekspresifnya. AY memerlukan bimbingan dan latihan dalam mengucapkan kata sebagai langkah awal dalam mengembangkan kemampuan berbicaranya sebelum membentuk kalimat yang lebih luas.

2. Pembelajaran yang diberikan guru di kelas sudah membantu anak dalam mengembangkan kemampuan berbicaranya namun belum maksimal. Guru terkadang memberikan respon saat anak bertanya sambil menunjuk tapi terkadang diabaikan karena guru tidak mengerti maksud anak.

3. Orang tua selaku orang terdekat dengan anak kurang mengupayakan secara maksimal untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak, selama ini orang tua hanya mengajak anak berbicara seperti biasa tanpa bimbingan khusus.

4. Program yang dirumuskan disesuaikan dengan perkembagan anak. Program yang disusun berdasarkan dengan tahapan perkembangan berbicara anak, dimulai dari pengucapan dan pemahaman kata.

5. Program yang dilaksanakan dilapangan adalah program pemahaman kosakata, kata yang dipilih adalah kata benda yang dapat ditemui di lingkungan kelas. Dari hasil keterlakasanaan program tersebut terlihat adanya peningkatan pengucapan beberapa kata seperti kata tas dan bola, meski untuk kata-kata yang lain tidak meningkat secara pesat.


(4)

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang perlu penulis sarankan kepada berbagai pihak sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Saran kepada pihak guru

Pengadaan media dan perhatian khusus kepada anak diperlukan dalam membantu mengembangkan kemampuan berbicaranya. Oleh karena itu penulis sarankan agar guru mencoba membuat target yang mampu dicapai siswa seuai dengan kemmpuannya dalam berbicara, selalu memberikan perhatian dan kesempatan pada anak tidak perlu lama, namun memberikan perhatian yang cukup. Penggunaan media dalam programintervensi dapat disesuaikan oleh guru melihat kondisi siswa.

2. Saran untuk Orang Tua

Melihat perkembangan anak yang terlambat, sebaiknya orang tua memberikan penanganan dan perhatian khusus pada anak, misalnya dengan diikutkan terapi berbicara. Pemberian dan penanganan terapi yang tepat dapat membantu dalam perkembangan berbicaranya.

3. Saran untuk penelitian selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya yang berminat untuk melaksanakan kembali penelitian berdasarkan pokok penelitian yang sama diharapkan adanya inovasi dalam mengembangkan program sehingga dapat lebih membantu mengembangkan kemampuan berbicara anak down syndrome. Selain itu, jika memungkinkan jumlah subjek penelitian bisa ditambah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku dan Artikel Jurnal

Arsjad, M. G., & S, M. U. (1998). Pembinaan Kemampuan Bebicara Bahasa

Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Cohen, W. I., Nadel, L., & Madnick, M. E. (2002). Down Syndrome Visions for

the 21st Century. New York: Wiley-Liss, Inc.

Creswell, J. W. (2010). Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan

Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Durand, V. M., & Barlow, D. H. (2007). Intisari Psikologi Abnormal (Vol. IV). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dyer, L. (2004). Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Herdiansyah, H. (2013). Wawancara, Observasi dan Focus Groups Sebagai

Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Depok: Rajagrafindo Persada.

Hurlock, E. B. (2012). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Indriari, E. (2011). Kesulitan Bicara dan Berbahasa Pada Anak : Terapi dan

Strategi Orang Tua. Jakarta: Prenada.

Khailullah. (2004). Media Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Moleong, L. J. (2013). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nasution. (2009). Metode Reasearch (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Nawawi, A. (n.d.). Stimulasi dan Intervensi (Modul).

Nurima, E. (2010, Mei). Anak Terlambat Bicara, Normalkah? Eka News, hal. 1. Santrock, J. W. (2012). Perkembangan Masa Hidup (Edisi Ketigabelas jilid I).

Jakarta: Erlangga.

Seotjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Seotjiningsih, C. H. (2012). Perkembangan Anak Sejak Pertumbuhan Sampai

Dengan Kanak-kanak Akhir. Jakarta: Prenada.

Somantri, S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


(6)

Susiliana,R dan Riyana,C. (2008). Media Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurtekpend FIP UPI

Tarigan. (2006). Pendidikan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wiyani, N. A. (2014). Buku Ajar Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan

Khusus. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

2. Sumber Online dan Bentuk Lain

Clinic, G. (2012, Desember 22). Tanda Gejala Down Syndrome dan Gangguan

yang Menyertai. [Online] Tersdia : 1 [08 Nopember 2014]

Judarwanto, W. (2009, April 25). Tanda dan Gejala Gangguan Perkembangan

Fungsi Motorik, Motorik Oral dan Gangguan Perilaku yang Sering Dikaitkan pada Anak dengan Gangguan Bicara dan Bahasa. [Online]

Tersedia : http://speechclinic.wordpress.com/2009/04/25/tanda-dan-gejala- gangguan-perkembangan-fungsi-motorik-motorik-oral-dan-gangguan- perilaku-yang-sering-dikaitkan-pada-anak-dengan-gangguan-bicara-dan-bahasa/ [08 Nopember 2014]

Pruthi, G. (2007). Language Development in Children with Mental Retardation.

[Online] Tersedia :

http://goertzel.org/dynapsyc/2007/Language%20development.htm [07 Januari 2015]