PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN JASMANI

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Olahraga

oleh

MUHAMMAD ZULFIKAR NIM 1303130

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN JASMANI

Oleh

Muhammad Zulfikar 1303130

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada program studi Pendidikan Olahraga SPs UPI

Bandung

© Muhammad Zulfikar 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin penulis


(3)

MUHAMMAD ZULFIKAR

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN JASMANI

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing

Dr. Mulyana, M. Pd. NIP. 197108041998021001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga

Dr. Yudy Hendrayana, M. Kes. AIFO NIP. 196207181988031004


(4)

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN JASMANI.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap pengaruh model pembelajaran

inquiry dan pemodelan terhadap self-efficacy siswa. Pemodelan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pemodelan single-mastery dan pemodelan multiple-coping. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain nonequivalent pretest and posttest control group. Kelompok eksperimen dalam penelitian ini ada dua. Kelompok pertama diberi perlakuan model pembelajaran inquiry pemodelan single-mastery dan kelompok kedua menerima perlakuan model pembelajaran inquiry pemodelan multiple-coping. Sedangkan kelompok kontrol menerima model pembelajaran tradisional yaitu model pembelajaran direct. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTsN Watampone, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, yang berjumlah 537 siswa yang terbagi dalam 18 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII B, VIII A1, dan VIII E yang diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Penelitian berlangsung selama tujuh kali pertemuan dalam tujuh minggu. Perlakuan berlangsung selama lima pertemuan dan sebelum diberikan perlakuan kedua kelompok diberikan pretest dan setelah perlakuan diberikan posttest berupa skala self-efficacy. Skala self-efficacy yang digunakan adalah instrumen yang dikembangkan oleh penulis dari teori self-efficacy Bandura. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji-t paired sample

dan Analysis of Covariance (ANCOVA) dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 18. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat peningkatan yang signifikan dari skor self-efficacy siswa yang mengikuti model pembelajaran

inquiry pemodelan single-mastery. (2) Terdapat peningkatan yang signifikan dari skor self-efficacy siswa yang mengikuti model pembelajaran inquiry pemodelan

multiple-coping. (3) Model pembelajaran inquiry pemodelan multiple-coping

lebih efektif terhadap peningkatan self-efficacy siswa daripada model pembelajaran inquiry pemodelan single-mastery dan model pembelajaran direct. Penelitian ini merekomendasikan pembelajaran dalam pendidikan jasmani sebaiknya menggunakan model pembelajaran inquiry pemodelan multiple-coping

agar self-efficacy siswa bisa ditingkatkan.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Inquiry, Pemodelan, Self-efficacy, Pendidikan Jasmani.


(5)

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

THE EFFECT OF INQUIRY LEARNING MODEL AND MODELING ON STUDENTS’ SELF-EFFICACY IN PHYSICAL EDUCATION.

The purpose of this study was to reveal the influence of inquiry learning model and modeling on the self-efficacy of students. Modeling that used in this research were single-mastery modeling and multiple-coping modeling. The method that used in this study is the experimental method with nonequivalent pretest and posttest control group design. The experimental group in this study was twofold. The first group was treated inquiry learning model with single-mastery modeling and the second group received treatment with the inquiry learning model with multiple-coping modeling. While the control group received the traditional teaching model that is direct instructional. The population in this study were all eighth grade students of MTsN Watampone, Bone Regency, South Sulawesi Province, totaling 537 students divided into 18 classes. The sample in this research was class VIII B, VIII A1, and VIII E. They were taken using cluster random sampling technique. The research lasted for seven meetings in seven weeks. The treatment lasted for five meetings before being given treatment and both groups were given a pretest and posttest after the treatment was given in the form of self-efficacy scale. Self-efficacy scale that used is an instrument developed by the author from the theory of Bandura’s self-efficacy. Data analysis technique used was paired sample t-test and Analysis of Covariance (ANCOVA) using the software SPSS 18. The results showed that: (1) There is a significant increase in self-efficacy scores of students who followed the inquiry learning model with single-mastery modeling. (2) There is a significant increase in self-efficacy scores of students who followed the inquiry learning model with multiple-coping modeling. (3) inquiry learning model with multiple-coping modeling more effectively to increase students' self-efficacy than inquiry learning model with a single-mastery modeling and direct instruction. The study recommends that learning in physical education should use inquiry learning model with multiple-coping modeling so that the student’s self-efficacy could be improved.

Keywords: Inquiry Learning Model, Modeling, Self-Efficacy, Physical Education.


(6)

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN PENGESAHAN ...

PERNYATAAN ... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang Penelitian... B. Identifikasi Masalah Penelitian ... C. Rumusan Masalah Penelitian ... D. Tujuan Penelitian ... E. Manfaat Penelitian ... F. Struktur Organisasi Tesis ...

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...

A. Self-efficacy ...

B. Pemodelan ... C. Model Pembelajaran Inquiry ... D. Model Pembelajaran Direct ... E. Skenario Model Pembelajaran Inquiry dan Direct ... F. Skenario Model Pembelajaran Inquiry dan Pemodelan ... G. Penelitian-penelitian yang Relevan ... H. Kerangka Berpikir ... I. Hipotesis ...

BAB III METODE PENELITIAN ...

A. Metode dan Desain Penelitian ...

i ii iii v vi viii x xi xii 1 1 6 6 6 7 7 9 9 17 23 29 31 33 36 39 44 45 45 46 47


(7)

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Populasi dan Sampel... C. Instrumen Penelitian ... D. Prosedur Penelitian ... E. Analisis Data ... F. Limitasi Penelitian ...

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ...

A. Temuan Penelitian ... B. Pembahasan Temuan Penelitian ...

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ...

A. Kesimpulan ... B. Implikasi ... C. Rekomendasi ...

DAFTAR PUSTAKA ...

54 56 57

61

61 71

79

79 79 79


(8)

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Tingkatan dan Contoh Pertanyaan dalam Pembelajaran Inquiry .... Tabel 2.2. Skenario Model Pembelajaran Inquiry dan Direct ...

Tabel 2.3. Skenario Model Pembelajaran Inquiry dengan Multiple-Coping Model ... Tabel 2.4. Skenario Model Pembelajaran Inquiry dengan Single Mastery

Model ...

Tabel 3.1. Kisi-kisiInstrumen Self-Efficacy ... Tabel 3.2. Data Hasil Ujicoba Instrumen Skala Self-Efficacy ... Tabel 3.3. Kisi-kisi Skala Self-Efficacy Setelah Uji Validitas ... Tabel 3.4. Data Hasil Uji Reliabilitas ... Tabel 3.5. Rangkaian Pelaksanaan Penelitian ... Tabel 3.6 Ancaman Terhadap Desain Penelitian ... Tabel 4.1. Data Skor Self-efficacy Siswa ... Tabel 4.2. Data Uji Normalitas Self-efficacy Siswa ... Tabel 4.3. Data Uji Homogenitas Self-efficacy Siswa ... Tabel 4.4. Data Uji Homogenous Regression Slopes ... Tabel 4.5. Data Hasil Uji-t Paired Sample Self-efficacy Siswa Kelompok

Inquiry dengan Pemodelan Single-Mastery ... Tabel 4.6. Data Hasil Uji-t Paired Sample Self-efficacy Siswa Kelompok

Inquiry dengan Pemodelan Multiple-Coping ... Tabel 4.6. Data Hasil Uji-t Paired Sample Self-efficacy Siswa Kelompok

Direct ... Tabel 4.7. Data Hasil Uji ANCOVA ...

27 32

33

35 48 50 52 53 55 57 61 62 63 64

65

66

67 68


(9)

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Relationships between the three major classes of determinants in triadic reciprocal causation ...

Gambar 2.2. Four subprocesses governing observational learning ...

Gambar 3.1. Nonequivalent Pretest and Posttest Control Group Design ... Gambar 4.1. Grafik Skor Self-efficacy Siswa...

9 18 46 61


(10)

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Skala Self-efficacy Teknik Dasar Keterampilan Permainan Bola Besar ... Lampiran 2. Hasil Uji Validitas Instrumen ... Lampiran 3. Program Pembelajaran InquirySingle-MasteryModel ...

Lampiran 4. Program Pembelajaran InquiryMultiple-CopingModel ... Lampiran 5. Program Pembelajaran Direct Instruction ... Lampiran 6. Data Pre-test Kelompok Model Pembelajaran Inquiry

dengan Pemodelan Single-Mastery Kelas VIII B ... Lampiran 7. Data Pre-test Kelompok Model Pembelajaran Inquiry

dengan Pemodelan Multiple-Coping Kelas VIII A1 ... Lampiran 8. Data Pre-test Kelompok Model Pembelajaran Tradisional Kelas VIII E ... Lampiran 9. Data Post-tes Kelompok Model Pembelajaran Inquiry

dengan Pemodelan Single-Mastery Kelas VIII B ... Lampiran 10. Data Post-test Kelompok Model Pembelajaran Inquiry

dengan Pemodelan Multiple-Coping Kelas VIII A1 ... Lampiran 11. Data Post-test Kelompok Model Pembelajaran Tradisional Kelas VIII E ... Lampiran 12. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas ... Lampiran 13. Hasil Uji-t Paired Sample ... Lampiran 14. Hasil Uji Persyaratan ANCOVA ... Lampiran 15. Hasil Uji ANCOVA ... Lampiran 16. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian ... Lampiran 17. Surat Keterangan Penelitian ... Lampiran 18. Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing Tesis ... Lampiran 19. Dokumentasi Penelitian ...

84 87 88 108 128

138

140

142

144

146

148 150 151 153 154 156 157 158 160


(11)

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.


(12)

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Dalam perspektif teori kognitif sosial, individu dipandang berkemampuan proaktif dan mengatur diri daripada sebatas mampu berperilaku reaktif dan dikontrol oleh kekuatan biologis atau lingkungan (Mukhid, 2009, hlm. 107). Begitupun dalam proses pembelajaran, siswa dipandang sebagai individu yang mampu mengontrol pikiran, perasaan, dan tindakannya sendiri serta mengatur dirinya sendiri untuk mencapai tujuan pendidikan. Teori kognitif sosial memandang bahwa faktor sosial, kognitif, dan perilaku memainkan peranan penting dalam pembelajaran (Santrock, 2011, hlm. 285). Ketiganya saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor kognitif berupa ekspektasi murid untuk meraih keberhasilan sedangkan faktor sosial mencakup pengamatan murid terhadap perilaku orang-orang di lingkungannya (Santrock, 2011, hlm. 285).

Dalam teori kognitif sosial, salah satu faktor kognitif yang ditekankan adalah self-efficacy, yakni keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan menghasilkan sesuatu yang positif (Santrock, 2011, hlm. 286). Secara lebih spesifik, Bandura (1997, hlm. 3) mengemukakan bahwa self-efficacy merupakan keyakinan (beliefs) tentang kemampuan seseorang untuk mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan untuk pencapaian hasil. Dengan kata lain self-efficacy

merupakan keyakinan seseorang atas kesuksesannya dalam melaksanakan suatu tugas. Self-efficacy berkaitan dengan pemilihan aktivitas yang individu akan kejar. Misalnya, ketika seseorang memiliki self-efficacy pada aktivitas tertentu, maka dia akan cenderung memilih aktivitas tersebut. Jika orang-orang percaya mereka tidak mempunyai kekuatan untuk memproduksi hasil, mereka tidak akan mencoba untuk membuatnya terjadi (Bandura, 1997, hlm. 3). Keyakinan efficacy juga membantu menentukan sejauh mana usaha yang akan dikerahkan orang dalam suatu aktivitas, seberapa lama mereka akan gigih ketika menghadapi rintangan,


(13)

2

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan seberapa ulet mereka akan menghadapi situasi yang tidak cocok (Schunk dalam Mukhid, 2009, hlm. 109).

Dalam perkembangannya self-efficacy terbagi ke dalam beberapa domain spesifik. Domain spesifik yang menonjol terhadap efficacy seseorang sesuai dengan tingkatan kehidupan (Berry & West dalam Suldo & Shaffer, 2007, hlm. 341). Selanjutnya Suldo dan Shaffer (2007, hlm. 342) mengatakan bahwa

academic, social, dan emotionalself-efficacy merupakan domain kompetensi yang paling menonjol pada anak muda. Keyakinan akademik didefinisikan sebagai penilaian pribadi seseorang terhadap kemampuannya untuk mengorganisir dan melaksanakan tugas untuk mencapai performa akademik (Zimmerman, 1995, hlm. 203). Penelitian menunjukkan bahwa rendahnya keyakinan akademik berhubungan dengan phobia sekolah, depresi, dan perilaku menyimpang (Bandura, Caprara, Barbaranelli, Gerbino, & Pastorelli, 2003). Oleh karena itu keyakinan akademik merupakan salah satu aspek penting bagi siswa untuk sukses dalam pembelajaran.

Selain menyangkut akademik secara umum, academic self-efficacy juga menyangkut tugas-tugas akademik secara spesifik, seperti self-efficacy pada mata pelajaran tertentu dan juga keterampilan-keterampilan tertentu dalam pembelajaran (Garlin, 2014 hlm. 8). Keyakinan akademik secara spesifik juga penting bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran di sekolah, termasuk dalam pembelajaran penjas. Menurut Schunk (dalam Santrock, 2011, hlm. 523), konsep

self-efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas oleh murid. Murid dengan self-efficacy rendah mungkin menghindari banyak tugas belajar, khususnya yang menantang dan sulit, sedangkan murid dengan level self-efficacy tinggi mau mengerjakan tugas-tugas seperti itu. Murid dengan level self-efficacy tinggi lebih mungkin untuk tekun berusaha menguasai tugas pembelajaran ketimbang murid yang berlevel rendah. Oleh karena itu keyakinan akademik yang tinggi juga akan menggiring siswa lebih yakin akan kemampuannya untuk sukses dalam pembelajaran penjas. Sedangkan keyakinan akademik yang rendah akan menggiring siswa menghindari pembelajaran penjas karena ketidakyakinan yang


(14)

3

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dimiliki siswa untuk bisa sukses dalam pembelajaran. Akhirnya siswa mengikuti pembelajaran penjas hanya karena tuntutan kewajiban bukan karena keinginan dalam diri siswa sendiri. Yang kemungkinan juga akan berdampak pada ketidaksenangan siswa melakukan aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-harinya. Oleh karena itu, self-efficacy dalam pembelajaran penjas di sekolah merupakan salah satu aspek penting yang harus mendapatkan perhatian sehingga diharapkan seluruh siswa memiliki self-efficacy yang tinggi.

Namun kenyataannya, kondisi siswa di sekolah beragam dan berbeda satu sama lain termasuk dari segi psikomotorik (keterampilan). Pembelajaran penjas yang menggunakan media aktivitas fisik dan keterampilan gerak seringkali membuat siswa yang memiliki keterampilan gerak yang rendah merasa minder dibanding dengan siswa yang memiliki keterampilan gerak yang tinggi. Hal ini bisa jadi akan menyebabkan siswa yang berketerampilan rendah tidak memiliki keyakinan untuk sukses dalam pembelajaran penjas. Dengan kata lain siswa yang memiliki self-efficacy yang rendah akan berdampak pada keterlibatannya dalam pembelajaran penjas dan menjadi tidak optimal. Siswa mengikuti pembelajaran bukan karena perasaan yang baik terhadap kesuksesannya dalam pembelajaran melainkan hanya karena tuntutan akademik. Hal ini juga terjadi pada siswa-siswi kelas VIII MTsN Watampone. Dari pengamatan penulis dan juga wawancara dengan guru penjas di sekolah tersebut, terlihat bahwa secara umum siswa-siswi kelas VIII masih memiliki keterampilan yang rendah dalam pembelajaran penjas yang mungkin disebabkan karena self-efficacy siswa yang rendah. Hal ini juga terlihat dari sebagian besar siswa yang cenderung kurang percaya diri dalam mempraktikkan teknik dasar yang diajarkan oleh gurunya.

Penggunaan model pembelajaran direct yang telah diterapkan oleh guru penjas sejak lama juga dimungkinkan belum efektif dalam meningkatkan self-efficacy yang dimiliki siswa. Model pembelajaran direct cenderung berorientasi hasil dan kurang menekankan proses-proses pembelajaran yang bermakna. Sehingga siswa cenderung bergantung pada drill-drill yang diinstruksikan dan ditentukan oleh guru yang kemungkinan akan menyebabkan pembelajaran


(15)

4

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keterampilan yang dilakukan siswa tidak bermakna bagi siswa itu sendiri sehingga siswa tidak mandiri dalam pembelajaran. Meskipun keberhasilan didapatkan, kemungkinan siswa tetap akan memiliki keyakinan yang rendah untuk sukses pada tugas-tugas yang lainnya karena keberhasilan yang diperoleh bukan berasal dari usahanya sendiri.

Perubahan kurikulum KTSP ke kurikulum 2013 yang berbasis scientific method menuntut penggunaan model pembelajaran yang mengarah pada

scientific, salah satunya adalah model pembelajaran inquiry, tak terkecuali dalam pembelajaran penjas. Model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang menggunakan proses pemecahan masalah sebagai pendekatan pembelajaran. Metzler (2000, hlm. 313) menjelaskan bahwa di dalam model pembelajaran inquiry “guru membingkai masalah dengan menggunakan

pertanyaan, memberikan siswa beberapa waktu untuk membuat dan menyelidiki satu atau lebih solusi atau jawaban yang masuk akal.” Model pembelajaran

inquiry selain mampu mengembangkan kognitif dan psikomotor siswa juga mampu mengembangkan afektif siswa (Metzler, 2000, hlm.314). Model pembelajaran inquiry juga terbukti mampu meningkatkan self-efficacy siswa dalam pembelajaran sains (Tuan, Chin, Tsai, & Cheng, 2005). Oleh karena itu diharapkan model pembelajaran inquiry juga mampu meningkatkan self-efficacy

siswa dalam pembelajaran penjas.

Selain model pembelajaran inquiry, pemodelan juga dianggap bisa meningkatkan self-efficacy siswa. Pemodelan atau pinpointing seringkali digunakan guru penjas untuk menyajikan informasi tentang keterampilan yang akan diajarkan kepada siswa. Pemodelan dapat dilakukan oleh guru sendiri. Selain itu pemodelan juga seringkali dilakukan guru penjas dengan cara memilih salah satu atau beberapa siswa yang mampu mendemonstrasikan aspek keterampilan yang diajarkan dan menyuruh memperagakannya kepada siswa lainnya (Suherman, 2009, hlm. 117). Menurut teori sosial kognitif Bandura tentang

modeling, observer mencoba untuk mencocokkan respon mereka terhadap apa yang dilakukan model melalui representasi kognitif dari informasi yang ada dalam


(16)

5

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

demonstrasi verbal atau visual. Informasi ini kemudian tersimpan dalam memori lalu diterjemahkan dalam gerakan ketika ada kesempatan mempresentasikannya (Weiss dkk, 1998, hlm. 380). Dengan kata lain dalam pemodelan dan kaitannya dengan self-efficacy, siswa mengobservasi model yang ditemuinya kemudian secara kognitif membandingkannya dengan dirinya. Hal ini akan berdampak pada

self-efficacynya. Dalam kondisi pembelajaran, siswa-siswa yang diperlihatkan demonstrasi performa oleh model akan membandingkan dirinya dengan model. Ketika model mampu melakukan performa dengan baik, maka kemungkinan siswa-siswa observer akan merasakan keyakinan untuk mampu melakukan performa tersebut dengan baik pula. Namun keyakinan tersebut juga bergantung pada kesamaannya dengan model (Bandura, 1997, hlm. 96). Kesamaan pengamat-model dalam kompetensi juga bisa meningkatkan pembelajaran (Braaksma, dkk. dalam Schunk, 2012, hlm. 510).

Pemodelan juga terdapat dalam pelaksanaan model pembelajaran inquiry. Dalam model pembelajaran inquiry, guru meminta siswa yang mampu melakukan teknik gerakan dengan benar untuk mempraktekkannya lagi di depan kelas (Metzler, 2000, hlm. 336). Namun teori-teori dan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemodelan sebaya yang dilakukan oleh lebih dari satu orang (multiple model) lebih baik dalam meningkatkan self-efficacy siswa dibandingkan dengan pemodelan yang hanya dilakukan oleh satu orang (single model). Misalnya Perry dan Bussey (dalam Bandura, 1997, hlm. 99) mengatakan bahwa pemodelan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang (multiple modeling) akan memperkuat

vicarious experience atau pengalaman yang seperti dirasakan sendiri. Hal ini akan meningkatkan self-efficacy. Di sisi lain, self-efficacy juga dipengaruhi oleh coping model, yaitu pemodelan yang dilakukan dengan mendemonsrasikan dan menyatakan pembelajaran dan performa tugas secara bertahap dari tidak mampu menjadi mampu (Weiss, dkk., 1998, hlm. 381). Hasil penelitian Schunk, Hanson, dan Cox (1987) juga menemukan bahwa multiple model dan coping model lebih baik dalam mempromosikan self-efficacy, keterampilan, dan performa latihan dibandingkan dengan single dan masterymodel.


(17)

6

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teori dan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemodelan berperan dalam peningkatan self-efficacy siswa. Namun sejauh ini penggunaan dan pemanfaatan pemodelan dalam pembelajaran pendidikan jasmani belum maksimal. Dari pengamatan penulis, guru-guru penjas masih cenderung menerapkan pemodelan dengan mengandalkan mastery model dalam hal ini guru itu sendiri ataupun siswa yang memiliki keterampilan yang tinggi. Oleh karena itu penggunaan pemodelan multiple dan coping juga sebaiknya digunakan dalam pembelajaran penjas agar self-efficacy siswa bisa ditingkatkan, khususnya juga pada pelaksanaan model pembelajaran inquiry. Akan tetapi belum ada bukti empiris yang menunjukkan pengaruh pemodelan apabila diterapkan di dalam model pembelajaran inquiry terhadap self-efficacy siswa. Sehingga belum diketahui apakah ada perbedaan pengaruh antara model pembelajaran inquiry

yang menggunakan pemodelan multiple-coping dengan model pembelajaran

inquiry yang umumnya menggunakan pemodelan single-mastery. Oleh karena itu penelitian ini akan mengungkap pengaruh model pembelajaran inquiry dan pemodelan terhadap self-efficacy siswa.

B. Identifikasi Masalah Penulisan

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka penulis mengidentifikasi beberapa masalah yang melatarbelakangi penelitian ini:

1. Banyak siswa di dalam kelas penjas yang berketerampilan rendah sehingga memiliki self-efficacy yang rendah pula, khususnya pada siswa kelas VIII MTsN Watampone.

2. Model pembelajaran direct cenderung berorientasi hasil dan mengabaikan proses-proses belajar sehingga membuat siswa kurang mandiri dalam menyelesaikan masalahnya yang bisa jadi akan berdampak pada rendahnya

self-efficacynya.

3. Penggunaan pemodelan oleh guru-guru penjas yang cenderung masih mengandalkan pemodelan single-mastery.


(18)

7

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Belum ada bukti empirik yang menunjukkan pengaruh model pembelajaran dan pemodelan terhadap peningkatan self-efficacy siswa dalam pembelajaran penjas.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, penelitian ini diharapkan mampu menjawab permasalahan-permasalahan tersebut. Oleh karena itu berikut rumusan masalah penelitian ini:

1. Apakah terdapat peningkatan yang signifikan dari skor self-efficacy siswa yang mengikuti model pembelajaran inquiry pemodelan single-mastery? 2. Apakah terdapat peningkatan yang signifikan dari skor self-efficacy siswa

yang mengikuti model pembelajaran inquiry pemodelan multiple-coping? 3. Apakah terdapat peningkatan yang signifikan dari skor self-efficacy siswa

yang mengikuti model pembelajaran direct?

4. Manakah model pembelajaran yang lebih efektif dalam meningkatkan self-efficacy siswa?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya. Oleh karena itu penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu:

1. Mengungkap peningkatan yang signifikan dari skor self-efficacy siswa yang mengikuti model pembelajaran inquiry pemodelan single-mastery.

2. Mengungkap peningkatan yang signifikan dari skor self-efficacy siswa yang mengikuti model pembelajaran inquiry pemodelan multiple-coping.

3. Mengungkap peningkatan yang signifikan dari skor self-efficacy siswa yang mengikuti model pembelajaran direct.

4. Mengungkap model pembelajaran yang lebih efektif dalam meningkatkan

self-efficacy siswa.


(19)

8

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan memberikan manfaat secara teoritis dan praktis.

1. Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan akan menambah literatur tentang pengaruh model pembelajaran inquiry terhadap afektif siswa.

b. Diharapkan mampu memperkuat teori-teori model pembelajaran inquiry yang bisa meningkatkan aspek afektif siswa.

2. Praktis

a. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi rujukan dalam pelaksanaan pembelajaran penjas di sekolah-sekolah khususnya di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

b. Penelitian ini juga diharapkan mendukung kurikulum 2013 yang berbasis

scientific sekaligus menjadi bahan promosi kepada masyarakat bahwa penjas tidak hanya sekedar bermain.

F. Struktur Organisasi Tesis

Tesis ini terdiri dari lima bab yaitu, bab pendahuluan, bab kajian pustaka, bab metode penelitian, bab temuan dan pembahasan, dan bab simpulan, implikasi, dan rekomendasi. Setiap bab memuat pembahasan yang berbeda-beda.

Bab pertama yaitu bab pendahuluan memuat latar belakang masalah yang berisi teori-teori, hasil-hasil penelitian, dan gambaran kondisi lapangan yang menggambarkan masalah yang mendasari pemilihan judul penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.

Bab kedua yaitu bab kajian teori memuat pemaparan teori-teori yang berkaitan dengan variabel penelitian, hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan variabel penelitian, kerangka berpikir yang membahas sinkronisasi teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang akan mendukung hipotesis penelitian, dan hipotesis penelitian.


(20)

9

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab ketiga yaitu bab metode penelitian memuat metode dan desain penelitian yang digunakan, populasi dan sampel, instrument yang digunakan dalam penelitian, prosedur penelitian, dan analisi data.

Bab keempat yaitu bab temuan dan pembahasan memuat temuan penelitian yang berisi pemaparan data hasil penelitian secara rinci dan juga pengujian hipotesis penelitian, serta pembahasan yang berisi penjelasan dan diskusi hasil penelitian.

Bab kelima yaitu bab kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi memuat kesimpulan jawaban dari hasil penelitian. Kesimpulan ini juga merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian. Bab ini juga memuat implikasi yaitu pemaparan tentang implikasi penelitian dimasa mendatang dan rekomendasi yang berisi rekomendasi penulis kepada penelitian-penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.


(21)

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

45

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi-eksperiment dengan desain nonequivalent pretest and posttest control group

(Creswell, 2010, hlm. 242). Lebih lanjut Creswell (2010, hlm. 238) menjelaskan bahwa dalam quasi-eksperiment, penulis menggunakan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, namun tidak secara acak memasukkan (nonrandom assignment) para partisipan ke dalam dua kelompok tersebut (misalnya, mereka bisa saja berada dalam satu kelompok utuh yang tidak dapat dibagi-bagi lagi). Fraenkel, dkk. (2012, hlm. 267) mengemukakan bahwa random assignment

berarti bahwa setiap individu yang berpartisipasi dalam sebuah eksperimen memiliki kesempatan yang sama untuk ditempatkan ke dalam kelompok eksperimen ataupun kelompok kontrol. Alasan memilih metode dan desain penelitian ini adalah karena tidak memungkinkan untuk membentuk kelas baru (memecah kelas yang sudah ada) di sekolah yang dijadikan tempat penelitian karena terbentur dengan sistem sekolah dan keberlangsungan mata pelajaran lain. Kondisi siswa juga tidak memungkinkan menciptakan kelas baru di luar jam pelajaran sekolah karena terbentur izin orang tua siswa sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan random assignment dan memilih metode true-eksperiment.

Dalam penelitian ini, variabel bebas (independent variable) atau variabel yang menjadi penyebab atau mempengaruhi adalah model pembelajaran inquiry

pemodelan single-mastery, model pembelajaran inquiry pemodelan multiple-coping, dan model pembelajaran direct. Sedangkan variabel terikat (dependent variable) atau variabel yang dipengaruhi atau yang mendapat akibat dari perlakuan variabel penyebab yaitu self-efficacy siswa. Kelompok eksperimen dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu model pembelajaran inquiry

pemodelan single-mastery dan model pembelajaran inquiry pemodelan multiple-coping. Sedangkan kelompok kontrol adalah model pembelajaran direct. Sebagai


(22)

46

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gambaran, penulis sajikan gambaran desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yang dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Treatment group O1 X1 O2

Treatment group O1 X2 O2

Control group O1 C O2

Gambar 3.1.

Nonequivalent Pretest and Posttest Control Group Design

Keterangan:

O1: Pre-test self-efficacy sebelum perlakuan O2: Post-test self-efficacy setelah perlakuan

X1 : Eksperimen (model pembelajaran inquiry pemodelan single-mastery) X2 : Eksperimen (model pembelajaran inquiry pemodelan multiple-coping) C : Kontrol (model pembelajaran direct)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTsN Watampone, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, yang berjumlah 537 siswa yang terbagi dalam 18 kelas. Alasan memilih VIII MTsN Watampone sebagai lokasi penelitian adalah karena belum pernah ada penelitian yang berkaitan dengan model pembelajaran inquiry dalam pendidikan jasmani yang dilakukan di sekolah ini. Sekolah ini juga merupakan salah satu sekolah percontohan di Kabupaten Bone. Sekolah ini juga menerapkan kurikulum 2013 yang sesuai dengan model pembelajaran inquiry. Selain itu dari pengamatan penulis, guru pendidikan jasmani masih menggunakan model pembelajaran tradisional dalam pembelajaran. Oleh karena itu diharapkan penelitian yang dilakukan ini memberikan pemahaman sekaligus terobosan model pembelajaran dalam pendidikan jasmani terhadap guru di sekolah ini khususnya dan guru-guru di sekolah lain pada umumnya di daerah tersebut.


(23)

47

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Sampel

Penentuan jumlah sampel sesuai dengan usulan Fraenkel (2012, hlm. 103) bahwa “For experimental and causal comparative studies, we recommend a minimum of 30 individuals per group, although sometimes experimental studies with only 15 individuals in each group can be defended if they are very tightly controlled.” Rata-rata jumlah siswa per kelas adalah 30 orang, oleh karena itu jumlah siswa tersebut sudah memenuhi ukuran jumlah sampel yang disarankan dalam penelitian eksperimen.

Untuk teknik pengambilan sampelnya, pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling (sampel daerah). “Dalam cluster sampling, yang dipilih bukan individu melainkan kelompok atau area yang kemudian disebut cluster” (Maksum, 2012, hlm.57). Alasan memilih teknik sampling ini adalah karena tidak memungkinkan untuk membentuk kelas baru dalam sekolah yang dijadikan tempat penelitian (memecah kelas yang sudah ada) seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Oleh karena itu tidak memungkinkan juga melakukan teknik simplerandom sampling.

Sampel diambil dengan mengacak populasi yakni kelas VIII yang berjumlah 18 kelas. Kemudian diambil tiga kelas yang akan diberikan perlakuan sesuai dengan desain penelitian yang digunakan. Ketiga kelas yang terpilih yaitu kelas VIII B, kelas VIII E, dan kelas VIII A1. Selanjutnya ketiga kelas yang terpilih diacak lagi untuk ditempatkan sebagai kelompok eksperimen dan kontrol. Kelas VIII B dan kelas VIII A1 terpilih sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII E terpilih sebagai kelompok kontrol. Kelas VIII B akan menerima perlakuan model pembelajaran inquiry dengan pemodelan single-mastery sedangkan kelas VIII A1 akan menerima perlakuan model pembelajaran inquiry dengan pemodelan

multiple-coping.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala self-efficacy.

Instrumen ini dibuat sendiri oleh penulis yang dikembangkan dari toeri self-efficacy dari Bandura (1997, hlm. 42-43). Skala ini mengukur keyakinan siswa


(24)

48

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terhadap kemampuannya untuk mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Skala penilaian pada skala ini menggunakan skala Likert yang terdiri dari lima pilihan respon yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), ragu-ragu (R), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Item-item dalam skala dikembangkan dalam dua tipe yaitu item favorable dan item yang tidak favorable. Penskoran item yang favorable dimulai dari skor 1 pada respon STS sampai pada skor 5 pada respon SS. Sebaliknya untuk penskoran item yang favorable dimulai dari skor 5 pada respon STS sampai pada skor 1 pada respon STS.

1. Definisi Konseptual

Berikut definisi konseptual self-efficacy yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Ormrod (2008, hlm. 20) secara umum, self-efficacy adalah penilaian seseorang tentang kemampuannya sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Bandura (1997, hlm. 3) self-efficacy mengacu pada keyakinan (beliefs) tentang kemampuan seseorang untuk mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan untuk pencapaian hasil. Berdasarkan teori-teori self-efficacy yang dikemukakan oleh para ahli, maka self-efficacy dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang atas kesuksesannya dalam melaksanakan suatu tugas.

2. Definisi Operasional

Berdasarkan definisi konseptual yang telah dikemukakan oleh para ahli maka self-efficacy dalam penelitian ini didefinisikan sebagai keyakinan siswa terhadap kemampuannya untuk mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dengan baik dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

3. Kisi-kisi Instrumen Self-efficacy

Berikut penjabaran kisi-kisi skala self-efficacy dari variabel self-efficacy

pada (Bandura, 1997, hlm. 42-43):

Tabel 3.1.


(25)

49

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel Sub Variabel Indikator Item

+ - Self-efficacy Definisi Operasional: Keyakinan siswa terhadap 1.Level Keyakinan siswa terhadap kemampuannya untuk Yakin mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam tingkatan tantangan gerakan yang sulit

19, 35, 1, 29, 44, 11 10, 18, 30, 20, 38

Variabel Sub Variabel Indikator Item

+ - kemampuannya untuk mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dengan baik dalam pembelajaran pendidikan jasmani. mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam tingkatan tantangan tugas Yakin mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam tingkatan tantangan gerakan yang sedang 13, 3, 31, 21, 39 2, 12, 34, 16, 22 Yakin mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam tingkatan tantangan gerakan yang mudah 17, 33, 5, 43 28, 4, 14 2.Generality Keyakinan siswa terhadap kemampuannya untuk mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam perluasan bidang Yakin mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam permainan yang sebenarnya 45, 15, 23, 41, 7 46, 6, 32, 24, 36


(26)

50

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

aktivitas.

3.Strength

Keyakinan yang kuat siswa terhadap

kemampuannya untuk

mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar

Yakin

mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar lebih baik dibandingkan orang lain

27, 37, 9, 25

8, 40, 26, 42

4. Uji Validitas Skala

Sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data, skala ini terlebih dahulu diuji oleh pakar psikologi. Setelah uji pakar, skala kemudian diujicobakan ke siswa SMP lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel penelitian yaitu SMP Labschool UPI. Setelah itu uji validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan perangkat lunak SPSS 18 di komputer agar bisa digunakan sebagai alat pengumpul data yang akurat. Untuk menentukan kriteria item dianggap valid maka digunakan batasan koefisien korelasi item-total (riX) ≥ 0,30 (Azwar, 2014, hlm. 86). Item yang tidak valid akan dibuang dan hanya item yang valid yang akan digunakan sebagai skala

self-efficacy dalam penelitian ini. Berikut tabel hasil uji validitas instrumen skala

self-efficacy siswa.

Tabel 3.2.

Data Hasil Ujicoba Instrumen Skala Self-Efficacy

Item Skala riX Kesimpulan

Item 1 0.446 valid

Item 2 0.738 valid

Item 3 0.241 tidak valid

Item 4 0.183 tidak valid

Item 5 0.614 valid


(27)

51

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Item Skala riX Kesimpulan

Item 7 0.433 valid

Item 8 0.724 valid

Item 9 -0.159 tidak valid

Item 10 0.389 valid

Item 11 0.503 valid

Item 12 0.344 valid

Item 13 0.329 valid

Item 14 0.461 valid

Item 15 0.577 valid

Item 16 0.215 tidak valid

Item 17 0.171 tidak valid

Item 18 0.095 tidak valid

Item 19 0.363 valid

Item 20 0.298 tidak valid

Item 21 0.306 valid

Item 22 0.000 tidak valid

Item 23 0.503 valid

Item 24 0.505 valid

Item 25 0.520 valid

Item 26 0.345 valid

Item 27 0.593 valid

Item 28 0.190 tidak valid

Item 29 0.355 valid

Item 30 0.302 valid

Item 31 0.562 valid

Item 32 0.393 valid

Item 33 -0.105 tidak valid

Item 34 0.677 valid


(28)

52

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Item Skala riX Kesimpulan

Item 36 0.509 valid

Item 37 0.371 valid

Item 38 0.384 valid

Item 39 0.282 tidak valid

Item 40 0.181 tidak valid

Item 41 0.618 valid

Item 42 0.640 valid

Item 43 0.632 valid

Item 44 0.575 valid

Item 45 0.491 valid

Item 46 0.144 tidak valid

Setelah pengujian validitas dilakukan, diperolehlah beberapa item pernyataan yang valid dan tidak valid dari skala self-efficacy yang diujicobakan. Item yang tidak valid dibuang sehingga hanya item yang valid saja yang digunakan sebagai instrumen skala self-eficacy. Selanjutnya item-item yang valid tersebut diberi penomoran kembali dan diacak untuk disusun sebagai instrument yang akan digunakan. Berikut kisi-kisi dan item-item self-efficacy yang valid dan yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3.

Kisi-kisi Skala Self-Efficacy Setelah Uji Validitas

Variabel Sub Variabel Indikator Item

+ -

Self-efficacy

Definisi Operasional: Keyakinan siswa terhadap

1. Level

Keyakinan siswa terhadap

kemampuannya untuk

Yakin

mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam

tingkatan tantangan

13, 1, 20, 31, 8

7, 21, 27


(29)

53

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuannya untuk mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dengan baik dalam pembelajaran pendidikan jasmani. mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam tingkatan tantangan tugas

gerakan yang sulit Yakin mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam tingkatan tantangan gerakan yang sedang 10, 22, 14

2, 9, 24

Yakin mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam tingkatan tantangan gerakan yang mudah

3, 30 11

Variabel Sub Variabel Indikator Item

+ - 2.Generality Keyakinan siswa terhadap kemampuannya untuk mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam perluasan bidang aktivitas. Yakin mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam permainan yang sebenarnya 32, 12, 15, 28, 5 4, 23, 16, 25 3.Strength Keyakinan yang kuat siswa terhadap kemampuannya untuk Yakin mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar lebih baik dibandingkan

19, 26, 17

6, 18, 29


(30)

54

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar

orang lain

5. Uji Reliabilitas Skala

Setelah uji validitas instrumen, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas instrumen. Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji kecermatan instrumen yang berimplikasi pada konsistensi instrumen (Azwar, 2014, hlm. 112). Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 18 pada komputer. Berikut tabel hasil uji reliabilitas instrument.

Tabel 3.4.

Data Hasil Uji Reliabilitas

Cronbach's Alpha N of Items

.910 32

Kriteria reliabilitas instrumen menggunakan batasan koefisien reliabilitas (rxx’) ≥ 0,90. Dari hasil uji reliabilitas, diperoleh skor koefisien reliabilitas sebesar 0,910. Karena skor yang diperoleh melebihi batasan yang telah ditetapkan, maka instrumen dianggap reliabel dan siap untuk digunakan dalam penelitian.

D. Prosedur Penelitian

Perlakuan berlangsung selama lima pertemuan. Dalam satu minggu hanya ada satu kali pertemuan. Namun sebelum perlakuan, terlebih dahulu diadakan satu pertemuan untuk pre-test (sebelum perlakuan) dan juga satu pertemuan untuk

post-test (setelah perlakuan). 1. Pre-test

Pre-test dilaksanakan sebelum pemberian perlakuan. Pre-test bertujuan mengetahui sejauh mana self-efficacy yang dimiliki siswa. Untuk mengetahui skor


(31)

55

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelompok kontrol. Pre-test ini berlangsung satu pertemuan yaitu pada pertemuan pertama.

2. Perlakuan

Dalam penelitian ini, kelompok eksperimen ada dua kelompok. Kelompok pertama diberikan perlakuan model pembelajaran inquiry dengan pemodelan

single-mastery. Kelompok kedua diberikan perlakuan model pembelajaran inquiry

dengan pemodelan multiple-coping. Sedangkan untuk kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Kelompok kontrol hanya menerima model pembelajaran

direct yang telah diterapkan oleh guru penjas di sekolah tersebut secara rutin. Sebelum perlakuan diberikan, terlebih dahulu ditetapkan siswa yang akan menjadi model dalam pemberian perlakuan di kelompok eksperimen sehingga data self-efficacy siswa yang akan diambil berasal dari siswa yang murni sebagai observer selama penelitian berlangsung. Sehingga siswa yang menjadi model, tidak termasuk ke dalam sampel penelitian. Model diambil dengan cara melakukan seleksi pada saat hari pertama penelitian setelah pemberian pre-test. Seleksi dilakukan dengan cara menginstruksikan kepada seluruh siswa dalam satu kelas untuk mempraktekkan teknik-teknik dasar permainan bola besar. Kemudian dari hasil pengamatan, diambillah siswa yang akan menjadi model yang sesuai dengan desain penelitian. Kelas VIII B merupakan kelompok eksperimen dengan perlakuan model pembelajaran inquiry dengan pemodelan single-mastery. Oleh karena itu pada kelas VIII B diambil satu orang siswa yang memiliki keterampilan tinggi dan dianggap mampu (mastery) mempraktekkan teknik-teknik dasar permainan bola besar di depan kelas selama perlakuan diberikan. Sedangkan Kelas VIII A1 merupakan kelompok eksperimen dengan perlakuan model pembelajaran inquiry dengan pemodelan multiple-coping. Oleh karena itu pada kelas VIII A1 diambil tiga orang siswa yang memiliki keterampilan sedang dan dianggap mampu mempraktekkan teknik-teknik dasar permainan bola besar secara gradual dari ragu-ragu hingga mampu (coping) di depan kelas selama perlakuan diberikan. Kegiatan dan hasil seleksi ini tidak diumumkan kepada seluruh kelas dengan asumsi agar tidak mempengaruhi proses dan hasil penelitian.


(32)

56

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Seleksi juga dilakukan semirip mungkin dengan proses pembelajaran penjas sehari-hari sehingga kegiatan ini tidak disadari oleh siswa sebagai proses seleksi.

Perlakuan diberikan kepada sampel penelitian selama lima pertemuan. Alasan memberikan perlakuan lima pertemuan merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Chung dan Ro (2004) yang menemukan peningkatan self-efficacy

siswa setelah perlakuan pembelajaran problem solving selama lima pertemuan. Tema atau materi pembelajaran yang diajarkan pada kedua kelompok sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Berikut rangkaian pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5.

Rangkaian Pelaksanaan Penelitian

Perte-muan Kegiatan Konten Jadwal

1

Pre-test Pemberian skala self-efficacy kepada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

17 & 18 April 2015 Pemilihan

model

Seleksi siswa terhadap kemampuannya mempraktekkan teknik dasar permainan bola besar

2

Penerapan Model Pembelajaran

Bola Basket (dribbling) 24 & 25 April 2015

3 Bola Basket (chest pass) 1 & 2 Mei

2015

4 Sepakbola (dribbling) 8 & 9

Mei 2015 5 Sepakbola (passing kaki dalam) 15 & 16

Mei 2015

6 Bola Voli (passing bawah) 22 & 23


(33)

57

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perte-muan Kegiatan Konten Jadwal

7 Post-test Pemberian skala self-efficacy kepada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

27 & 28 Mei 2015

3. Post-test

Post-test dilaksanakan setelah pemberian perlakuan. Post-test bertujuan mengetahui sejauh mana perubahan self-efficacy yang dimiliki siswa setelah perlakuan. Untuk mengetahui skor post-test tersebut, skala self-efficacy diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sama dengan pre-test, post-test ini berlangsung satu pertemuan namun berlangsung pada pertemuan terakhir pada penelitian ini setelah pemberian perlakuan model pembelajaran.

E. Analisis Data

Sebelum menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan data dengan uji normalitas, uji homogenitas, dan homogenous regression slopes. sebagai uji persyaratan sebelum melakukan uji ANCOVA dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 18. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji Normalitas yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov pada SPSS 18. Uji homogenitas data dilakukan setelah uji normalitas. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari sampel atau populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji Levene pada SPSS 18. Setelah itu uji homogenous regression slopes dilakukan sebagai uji persyaratan sebelum melakukan uji ANCOVA.

Setelah uji normalitas dan uji homogenitas, dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan untuk memperoleh kesimpulan dari data yang diperoleh. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran inquiry terhadap self-efficacy siswa. Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji-t paired sample dan


(34)

58

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

uji Analysis of Covariance (ANCOVA) dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 18 pada komputer.

Uji-t paired sample digunakan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan skor self-efficacy siswa pada kelompok eksperimen. Sedangkan uji Analysis of Covariance (ANCOVA) digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran terhadap self-efficacy siswa. ANCOVA digunakan dalam desain penelitian ini karena ANCOVA dianggap lebih baik dalam menganalisis hasil penelitian yang menggunakan pre-test dan post-test dibandingkan dengan menggunakan skor gain (Gall, Gall, & Borg, 2010, hlm. 202). Selanjutnya Gall dkk. (2010, hlm 202-203) mengatakan bahwa “ANCOVA adjusts each research

participant’s posttest score, either up or down, to take into account his pretest

score

F. Limitasi Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan terhadap berbagai faktor yang bisa mempengaruhi hasil penelitian. Berikut ini adalah upaya yang dilakukan guna meminimalisir ancaman tersebut:

1. Metode Penelitian

Menurut McMillan dan Schumacher (2001, hlm. 347), ada beberapa ancaman terhadap nonequivalent pretest and posttest control group design.

Tabel 3.6.

Ancaman Terhadap Nonequivalent Pretest and Posttest Control Group Design

No. Threat Keefektifan

1 History ?

2 Selection -

3 Statisical Regression ?

4 Pretesting +

5 Instrumentation ? 6 Subject Attrition ?

7 Maturation -

8 Diffusion of Treatment ? 9 Experimenter Effects ?


(35)

59

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. Threat Keefektifan

10 Treatment Replication ? 11 Subject Effects ? 12 Statistical Conclusion ?

Keterangan: (+) = dapat dikontrol; (?) = berpeluang memberikan ancaman

Pada Tabel 3.6. terlihat bahwa ancaman pada validitas internal pada desain ini yang dapat dikontrol yaitu pretesting. Validitas internal yang berpeluang memberikan ancaman adalah history, statistical regression, instrumentation, subject attrition, diffusion of treatment, experimenter effects, treatment replication, subject effects, dan statistical conclusion. Sedangkan ancaman yang dikontrol lemah dalam penelitian ini adalah selection dan maturation. Oleh karena itu ada beberapa langkah-langkah yang diambil untuk meminimalisir ancaman-ancaman tersebut yaitu:

a. History

Penelitian ini melibatkan tiga kelompok sampel. Namun sampel dalam penelitian ini berasal di satu sekolah yakni MTsN Watampone. Oleh karena itu, ancaman pengaruh history pada sampel penelitian bisa diminimalisir.

b. Statistical Regression

Pemilihan sampel pada sekolah yang dijadikan tempat penelitian juga didasarkan pada observasi awal yang mengasumsikan bahwa secara umum skor

self-efficacy siswa di sekolah tersebut rendah. Sehingga kecendrungan siswa untuk memiliki skor self-efficacy yang tinggi tidak terjadi.

c. Instrumentation

Sebelum pengisian skala, siswa terlebih dahulu diberi penjelasan mengenai tata cara pengisian skala yang jelas serta penjelasan tentang dampak pengisian skala yang tidak akan mempengaruhi nilai pelajaran pendidikan jasmani sehingga siswa akan mengisi skala sesuai dengan apa yang dirasakannya secara jujur. Skala yang digunakan pada saat pretest juga sama dengan yang digunakan pada saat

posttest.


(36)

60

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sampel dalam penelitian ini berjumlah yang sama dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Tidak ada siswa yang mengundurkan diri pada saat penelitian berlangsung.

e. Diffusion of Treatment

Perlakuan kepada ketiga kelompok penelitian diberikan pada waktu yang berbeda-beda sesuai dengan jadwal jam pelajaran pada sekolah tempat penelitian berlangsung sehingga kemungkinan biasnya hasil penelitian yang disebabkan oleh pengamatan siswa pada satu kelompok pada kelompok yang lain bisa diminimalisir.

f. Experimenter Effects

Perlakuan model pembelajaran pada ketiga kelompok penelitian dilakukan oleh penulis yang bertindak sebagai guru sehingga perbedaan respon ketiga kelompok penelitian bisa diminimalisir.

g. Treatment Replication

Pemberian perlakuan dilakukan dalam satu kelas dan satu waktu dengan kata lain kelas tidak dipecah ke dalam beberapa kelompok sehingga penulis tidak memberikan treatment model pembelajaran dalam beberapa sesi. Hal ini untuk menghindari ancaman treatment replication yang bisa berdampak pada hasil penelitian.

h. Subject Effect

Untuk mengurangi dampak subjektifitas subjek penelitian pada proses dan hasil penelitian, penulis tidak menyampaikan informasi tentang penelitian kepada siswa sehingga hal ini bisa menghindari biasnya hasil penelitian yang disebabkan oleh perbedaan perilaku siswa pada ketiga kelompok penelitian.

i. Statistical Conclusion

Teknik analisis data yang digunakan dalam menguji hipotesis dalam penelitian ini sesuai prosedur statistik yang dilandasi beberapa literatur. Selain itu masukan-masukan tentang analisis data juga diperolah dari konsultasi dosen pembimbing.


(37)

61

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pemilihan sampel penelitian yang merupakan kelas utuh dan tidak memecah kelas atau membagi ke dalam kelompok kecil memungkinkan penelitian berjalan secara natural sesuai dengan kondisi siswa pada saat sebelum adanya penelitian sehingga siswa tidak perlu lagi melakukan adaptasi dengan kelas atau kelompok penelitian.

k. Maturation

Sampel yang dipilih memiliki umur yang relatif sama dan pelaksanaan penelitian tidak memakan waktu yang lama sehingga perubahan kedewasaan sampel diasumsikan tidak akan mempengaruhi hasil penelitian.

2. Faktor-faktor lainnnya

Banyak faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi self-efficacy karena self-efficacy meruapakan aspek psikologi. Oleh karena itu peneliti akan mengontrol faktor yang memungkinkan dalam penelitian ini. Tujuannya adalah agar perubahan self-efficacy siswa dalam peneltian ini sebisa mungkin hanya berasal dari perlakuan yang diberikan yakni model pembelajaran dan pemodelan. Faktor yang bisa dikontrol dalam penelitian ini adalah pemberian feedback. Setiap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan feedback yang sama yaitu

feedback positif pada setiap pembelajarannya sehingga perbedaan pengaruh

feedback terhadap self-efficacy siswa pada ketiga kelompok bisa diminimalisir. Namun karena keterbatasan penulis, maka ada beberapa faktor yang tidak dapat dikontrol pada penelitian ini yaitu: kondisi fisiologis dan emosiona siswa. Kondisi fisiologis dan emosional dapat juga mempengaruhi self-efficacy. Penulis menyadari bahwa banyak faktor yang tidak dapat dikontrol dalam penelitian ini, sehingga memberikan ancaman terhadap hasil penelitian ini. Sehingga untuk menghindari biasnya hasil penelitian, diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengontrol faktor-faktor tersebut.


(38)

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

79

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab IV, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat peningkatan yang signifikan antara skor pre-test dan post-test self-efficacy siswa yang mengikuti model pembelajaran inquiry pemodelan single-mastery.

2. Terdapat peningkatan yang signifikan antara skor pre-test dan post-test self-efficacy siswa yang mengikuti model pembelajaran inquiry pemodelan

multiple-coping.

3. Tidak terdapat peningkatan yang signifikan dari skor self-efficacy siswa yang mengikuti model pembelajaran direct.

4. Model pembelajaran inquiry pemodelan multiple-coping lebih efektif dalam meningkatkan self-efficacy siswa dibandingkan dengan model pembelajaran

inquiry pemodelan single-mastery dan model pembelajaran direct.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab IV, implikasi peneltitan ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Penelitian ini menemukan peningkatan self-efficacy melalui model pembelajaran inquiry. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan menambah khasanah penelitian tentang model pembelajaran inquiry dan juga mendukung teori-teori model pembelajaran inquiry yang dapat mempromosikan asfektif siswa.

2. Penelitian ini juga menemukan peningkatan self-efficacy yang lebih besar siswa melalui pemodelan multiple-coping dibandingkan dengan pemodelan

single-mastery. Penelitian ini diharapkan akan menambah khasanah penelitian tentang pemodelan dalam pendidikan jasmani.


(39)

80

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, ada beberapa hal yang direkomendasikan oleh penulis agar penelitian ini bermanfaat dan penelitian selanjutnya lebih baik lagi, diantaranya:

1. Pembelajaran sebaiknya tidak hanya fokus pada aspek keterampilan siswa namun aspek afektif yang terkait dengan perasaan siswa terhadap kemampuannya dalam keterampilan juga harus mendapat perhatian. Sehingga keterlibatan siswa dalam pembelajaran keterampilan didasari sikap positif yang menggiring siswa pada keterlibatan yang maksimal dalam pembelajaran penjas.

2. Model pembelajaran inquiry hendaknya menjadi pilihan ketika pembelajaran penjas ditekankan pada self-efficacy siswa dan jika memungkinkan pemodelan yang sebaiknya digunakan adalah multiple-coping model untuk lebih mendorong peningkatan self-efficacy siswa.

3. Penelitian ini masih terbatas pada materi teknik dasar permainan bola besar. Oleh karena itu, diharapkan penelitian selanjutnya menggunakan materi yang lebih luas lagi sehingga pengaruh model pembelajaran inquiry dan pemodelan terhadap self-efficacy siswa bisa terlihat pada materi-materi ynag bervariasi. 4. Penelitian ini masih terbatas pada peningkatan self-efficacy siswa saja

sehingga diharapkan penelitian tentang model pembelajaran inquiry

selanjutnya bisa diterapkan dalam mengembangkan afektif lainnya sehingga bisa mendukung teori model pembelajaran inquiry yang juga bisa mengembangkan afektif siswa.

5. Penelitian ini masih terbatas pada populasi dalam satu jenjang kelas dan satu sekolah. Oleh karena itu diharapkan penelitian selanjutnya bisa melibatkan populasi yang lebih besar ataupun jenjang kelas yang berbeda sehingga pengaruh model pembelajaran inquiry dan pemodelan terhadap self-efficacy


(40)

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

81

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, S. (2012). Pembelajaran nilai-karakter. Jakarta: Rajawali Pers.

Aulls, M. W. & Shore, B. M. (2008). Inquiry in Education. The Conceptual Foundations for Research as a Curricular Imperative. United States of America: Taylor & Francis.

Azwar, S. (2014). Penyusunan Skala Psikologi. Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bandura, A. (Penyunting). (1995). Self-efficacy in changing societies. New York: Cambridge University Press.

Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. New York: Freeman. Bandura, A. dkk. (2003). Role of affective self-regulatory efficacy in diverse

spheres of psychosocial functioning. Child Development, 74 (3), hlm. 769-782.

Chung, N. & Ro, G. (2004). The effect of problem solving instruction on

children’s creativity and self-efficacy in the teaching of the practical arts subject. The Journal of Technology Studies, 30 (1), hlm. 116-122.

Creswell, J. W. (2010). Research Design. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Terjemahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cunningham, J. B. & Aldrich, J. O. (2012). Using SPSS. An Interactive Hands-On Approach. United States of America: Sage Publication.

Doddington, C. & Hilton, M. (2007). Pendidikan Berpusat pada Anak. Terjemahan. Jakarta: PT. Indeks Jakarta.

Escarti, A. dkk. (2010). Application of Hellison’s teaching personal and social responsibility model in physical education to improve self-efficacy for adolescents at risk of dropping-out of school. International Journal of Psychology and Psychological Therapy, 10 (3), hlm. 387-402.

Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun, H. H. (2012). How to design and evaluate research in education. Eight Edition. New York: The McGraw Hill Companies, Inc.

Gall, M. D., Gall, J. P., & Borg, W. R. (2010). Applying Educational Research.

Sixth Edition. USA: Pearson Education, Inc.

Garlin, F. (2014). Identifying opportunities to enhance students’ academic self

-efficacy. Makalah. Tersedia online di

http://www.uws.edu.au/__data/assets/pdf_file/0006/703257/Enhancing_stu dents_academic_SE_workshop.pdf.


(1)

61

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pemilihan sampel penelitian yang merupakan kelas utuh dan tidak memecah kelas atau membagi ke dalam kelompok kecil memungkinkan penelitian berjalan secara natural sesuai dengan kondisi siswa pada saat sebelum adanya penelitian sehingga siswa tidak perlu lagi melakukan adaptasi dengan kelas atau kelompok penelitian.

k. Maturation

Sampel yang dipilih memiliki umur yang relatif sama dan pelaksanaan penelitian tidak memakan waktu yang lama sehingga perubahan kedewasaan sampel diasumsikan tidak akan mempengaruhi hasil penelitian.

2. Faktor-faktor lainnnya

Banyak faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi efficacy karena self-efficacy meruapakan aspek psikologi. Oleh karena itu peneliti akan mengontrol faktor yang memungkinkan dalam penelitian ini. Tujuannya adalah agar perubahan self-efficacy siswa dalam peneltian ini sebisa mungkin hanya berasal dari perlakuan yang diberikan yakni model pembelajaran dan pemodelan. Faktor yang bisa dikontrol dalam penelitian ini adalah pemberian feedback. Setiap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan feedback yang sama yaitu feedback positif pada setiap pembelajarannya sehingga perbedaan pengaruh feedback terhadap self-efficacy siswa pada ketiga kelompok bisa diminimalisir. Namun karena keterbatasan penulis, maka ada beberapa faktor yang tidak dapat dikontrol pada penelitian ini yaitu: kondisi fisiologis dan emosiona siswa. Kondisi fisiologis dan emosional dapat juga mempengaruhi self-efficacy. Penulis menyadari bahwa banyak faktor yang tidak dapat dikontrol dalam penelitian ini, sehingga memberikan ancaman terhadap hasil penelitian ini. Sehingga untuk menghindari biasnya hasil penelitian, diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengontrol faktor-faktor tersebut.


(2)

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

79

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab IV, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat peningkatan yang signifikan antara skor pre-test dan post-test self-efficacy siswa yang mengikuti model pembelajaran inquiry pemodelan single-mastery.

2. Terdapat peningkatan yang signifikan antara skor pre-test dan post-test self-efficacy siswa yang mengikuti model pembelajaran inquiry pemodelan multiple-coping.

3. Tidak terdapat peningkatan yang signifikan dari skor self-efficacy siswa yang mengikuti model pembelajaran direct.

4. Model pembelajaran inquiry pemodelan multiple-coping lebih efektif dalam meningkatkan self-efficacy siswa dibandingkan dengan model pembelajaran inquiry pemodelan single-mastery dan model pembelajaran direct.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab IV, implikasi peneltitan ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Penelitian ini menemukan peningkatan self-efficacy melalui model pembelajaran inquiry. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan menambah khasanah penelitian tentang model pembelajaran inquiry dan juga mendukung teori-teori model pembelajaran inquiry yang dapat mempromosikan asfektif siswa.

2. Penelitian ini juga menemukan peningkatan self-efficacy yang lebih besar siswa melalui pemodelan multiple-coping dibandingkan dengan pemodelan single-mastery. Penelitian ini diharapkan akan menambah khasanah penelitian tentang pemodelan dalam pendidikan jasmani.


(3)

80

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, ada beberapa hal yang direkomendasikan oleh penulis agar penelitian ini bermanfaat dan penelitian selanjutnya lebih baik lagi, diantaranya:

1. Pembelajaran sebaiknya tidak hanya fokus pada aspek keterampilan siswa namun aspek afektif yang terkait dengan perasaan siswa terhadap kemampuannya dalam keterampilan juga harus mendapat perhatian. Sehingga keterlibatan siswa dalam pembelajaran keterampilan didasari sikap positif yang menggiring siswa pada keterlibatan yang maksimal dalam pembelajaran penjas.

2. Model pembelajaran inquiry hendaknya menjadi pilihan ketika pembelajaran penjas ditekankan pada self-efficacy siswa dan jika memungkinkan pemodelan yang sebaiknya digunakan adalah multiple-coping model untuk lebih mendorong peningkatan self-efficacy siswa.

3. Penelitian ini masih terbatas pada materi teknik dasar permainan bola besar. Oleh karena itu, diharapkan penelitian selanjutnya menggunakan materi yang lebih luas lagi sehingga pengaruh model pembelajaran inquiry dan pemodelan terhadap self-efficacy siswa bisa terlihat pada materi-materi ynag bervariasi. 4. Penelitian ini masih terbatas pada peningkatan self-efficacy siswa saja

sehingga diharapkan penelitian tentang model pembelajaran inquiry selanjutnya bisa diterapkan dalam mengembangkan afektif lainnya sehingga bisa mendukung teori model pembelajaran inquiry yang juga bisa mengembangkan afektif siswa.

5. Penelitian ini masih terbatas pada populasi dalam satu jenjang kelas dan satu sekolah. Oleh karena itu diharapkan penelitian selanjutnya bisa melibatkan populasi yang lebih besar ataupun jenjang kelas yang berbeda sehingga pengaruh model pembelajaran inquiry dan pemodelan terhadap self-efficacy bisa terlihat di populasi yang berbeda ataupun pada jenjang yang berbeda.


(4)

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

81

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, S. (2012). Pembelajaran nilai-karakter. Jakarta: Rajawali Pers.

Aulls, M. W. & Shore, B. M. (2008). Inquiry in Education. The Conceptual Foundations for Research as a Curricular Imperative. United States of America: Taylor & Francis.

Azwar, S. (2014). Penyusunan Skala Psikologi. Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bandura, A. (Penyunting). (1995). Self-efficacy in changing societies. New York: Cambridge University Press.

Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. New York: Freeman. Bandura, A. dkk. (2003). Role of affective self-regulatory efficacy in diverse

spheres of psychosocial functioning. Child Development, 74 (3), hlm. 769-782.

Chung, N. & Ro, G. (2004). The effect of problem solving instruction on

children’s creativity and self-efficacy in the teaching of the practical arts

subject. The Journal of Technology Studies, 30 (1), hlm. 116-122.

Creswell, J. W. (2010). Research Design. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Terjemahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cunningham, J. B. & Aldrich, J. O. (2012). Using SPSS. An Interactive Hands-On Approach. United States of America: Sage Publication.

Doddington, C. & Hilton, M. (2007). Pendidikan Berpusat pada Anak. Terjemahan. Jakarta: PT. Indeks Jakarta.

Escarti, A. dkk. (2010). Application of Hellison’s teaching personal and social responsibility model in physical education to improve self-efficacy for adolescents at risk of dropping-out of school. International Journal of Psychology and Psychological Therapy, 10 (3), hlm. 387-402.

Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun, H. H. (2012). How to design and evaluate research in education. Eight Edition. New York: The McGraw Hill Companies, Inc.

Gall, M. D., Gall, J. P., & Borg, W. R. (2010). Applying Educational Research. Sixth Edition. USA: Pearson Education, Inc.

Garlin, F. (2014). Identifying opportunities to enhance students’ academic self

-efficacy. Makalah. Tersedia online di

http://www.uws.edu.au/__data/assets/pdf_file/0006/703257/Enhancing_stu dents_academic_SE_workshop.pdf.


(5)

82

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Juliantine, T., Subroto, T., & Yudiana, Y. (2013). Model-model pembelajaran pendidikan jasmani. Modul. FPOK UPI.

Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2011). Models of Teaching. United States: Pearson Education Inc.

Maddux, J. E. (Penyunting). (1995). Self-efficacy, adaptation, and, adjustment. Theory, research, and, application. New York: Plenum Press.

Maksum, A. (2012). Metodologi penelitian dalam olahraga. Surabaya: Unesa University Press.

McMillan, J. H., & Schumacher, S. (2001). Research in Education: A Conceptual Introduction. Fifth Edition. New York: Longman.

Metzler, M. W. (2000). Instructional models for physical education. United States: Allyn & Bacon.

Mukhid, A. (2009). Self-efficacy (Perspektif teori kognitif sosial dan implikasinya terhadap pendidikan). Tadris, 4 (1), hlm. 106-122.

Ormrod, J. E. (2008). Psikologi pendidikan. Membantu siswa tumbuh dan berkembang. Terjemahan. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Rink, J. E. (1993). Teaching physical education for learning. Edisi Kedua. United States of America: Mosby-Year Book, Inc.

Santrock, J. W. (2011). Psikologi Pendidikan. Terjemahan. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.

Schunk, D. H., Hanson, A. R., & Cox, P. D. (1987). Peer-model attributes and

children’s achievement behaviors. Journal of Educational Psychology, 79:

54-61.

Schunk, D. H. (1995). Self-efficacy, adaptation, and, adjustment. Theory, research, and, application. (Penyunting: Maddux, J. E.). New York: Plenum Press.

Schunk, D. H. (2012). Learning theories. An educational perspective. Terjemahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sohrabi, R., Mohammadi, A., & Aghdam,G. A. (2013). Effectiveness of group counseling with problem solving approach on educational self-efficacy improving. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 84, hlm. 1782-1784. Suherman, A. (2009). Revitalisasi pengajaran dalam pendidikan jasmani.

Bandung: CV. Bintang Wali Artika.

Suldo, S. M. & Shaffer, E. J. (2007). Self-efficacy questionnaire for children in two sampels of american adolescents. Journal of Psychoeducational Assasment, 25 (4), hlm. 341-355.


(6)

83

Muhammad Zulfikar 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN

TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tuan, H., dkk. (2005). Investigating the Effectiveness of Inquiry Instruction on the Motivation of Different Learning Styles Students. International Journal of Science and Mathematics Education, 3: 541-566.

Uzunosmanoglu, E., Gursel, & Aslan. (2012). The Effect of Inquiry Based Learning Model on Health Related Fitness. Elsevier, Procedia Social and Behavioral Sciences, 47: 1906-1910.

Valois, dkk. (2008). Physical activity behaviors and emotional self-efficacy: is there a relationship for adolescents? American School Health Association, 78 (6), hlm. 321-327.

Wardoyo, S. M. (2013). Pembelajaran konstruktivisme. Teori dan aplikasi pembelajaran dalam pembentukan karakter. Bandung: Alfabeta.

Weiss, dkk. (1998). Observational learning and the fearful child: Influence of peer models on swimming skill performance and psychological responses. Research Quarterly for Exercise and Sport. 69 (4): 380-394.

Zimmerman, B. J. (1995). Self-efficacy in changing societies. (Penyunitng: Bandura). New York: Cambridge University Press.