Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Judul: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Rasa Empati Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani.

(1)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

(Studi eksperimen di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cibadak)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

OLEH:

PUTU KARTIKA WIDYANINGSIH 1000209

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN


(2)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

PUTU KARTIKA WIDYANINGSIH

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Drs. Uhamisastra, MS,. AIFO NIP . 195106221980021001

Pembimbing II

Dr. BambangAbduljabar, M.Pd NIP. 196509091991021001

Mengetahui, Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FPOK UPI


(3)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Drs. Mudjihartono, M.Pd NIP. 196508171990011001

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Studen Teams Achievement Division

(STAD)

dan Model Pembelajaran Konvensional

Terhadap Rasa Empati Siswa Dalam

Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Oleh

Putu Kartika Widyaningsih

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Putu Kartika 2014 Universitas Pendidikan Indonesia


(4)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(5)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Putu Kartika Widyaningsih. NIM: 1000209. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Judul: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Rasa Empati Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Pembimbing I: Dr. Uhamisastra, MS, Pembimbing II: Dr. Bambang Abduljabar, M.Pd.

Munculnya gejala tidak peduli di antara sesama siswa atau lemahnya gejala interaksi sosial siswa yang mebuat siswa menjadi individualistik semakin mengarah kepada lemahnya empati siswa. Sementara itu, pendidikan jasmani yang memanfaatkan fenomena aktivitas jasmani terkait sosial perlu diarahkan untuk meningkatkan rasa empati melalui proses interaksi sosial siswa.

Sebuah Studi eksperimen, 28 siswa telah dikenai model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD), dan 28 siswa lainnya dikenai model pembelajaran konvensional, dengan desain Pretest-Posttest Control Group Design, dan alat untuk mengumpulkan data berupa angket skala empati.

Hasil pengolahan data skala empati dengan menggunakan program IBM SPSS sttistic 20 menunjukan pada kelompok eksperimen p-value (0.00) ≤ (0,05) berarti terbukti bahwa “Terdapat pengaruh signifikan terhadap rasa empati pada kelompok siswa yang diberikan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achivement Division (STAD)”, dan pada kelompok kontrol dengan p-value (0.702) ≤ (0,05) Harus dinyatakan “Tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap rasa empati pada kelompok siswa yang diberikan perlakuan model

pembelajaran konvensional”, Dan gain antara pretest dan posttest pada kelompok koopertaif tipe STAD sebesar 389 dinyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh positif terhadap rasa empati siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.”

Hasil akhir analsis membuktikan bahwa aktivitas jasmani yang diberikan secara kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berpengaruh secara signifikan terhadap rasa empati siswa pada pembelajaran Pendidikan Jasmani di SMA Negeri 1 Cibadak.

Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD), Model Pembelajaran Konvensional, Rasa Empati Siswa.


(6)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Putu Kartika Widyaningsih. NIM: 1000209. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Judul: The Influence of Cooperative Learning Model Student Teams Achievement Division (STAD) Type and

Conventional Learning Model toward Students’ Empathy in Physical Education. Supervisor I: Dr. Uhamisastra, MS, Supervisor II: Dr. Bambang Abduljabar, M.Pd.

The appearance of passiveness symptoms among students or the lack of

students’ social interaction symptoms make student become individualist leads to

the lack of empathy. Therefore, physical education that use social-relation-physical activity phenomena must be directed to enhance empathy by students’ social interaction process.

In one experiment, 28 students have been taught by cooperative learning model STAD (Student Teams Achievement Division) type, and another 28 students have been taught by conventional learning model, with Pretest-Posttest Control Group Design, and with empathy scale questionnaire to collect data.

The result of empathy scale data processing use IBM SPSS statistic 20 program show that in the experimented group the p-value was (0.00) ≤ (0,05)

means it’s proven that “there is significant influence toward empathy in the group that being treated by cooperative learning model STAD type”, meanwhile, in

another group the p-value was (0.702) ≤(0,05) and must be declared “there is no significant influence toward empathy in the group that being treated by

conventional learning model”. The gain between pretest and posttest in cooperative STAD type group was 389 and it’s declared that “cooperative

learning model STAD type has positive influence toward students’ empathy

compared to conventional one.”

The final analysis prove that physical activity that given by cooperative

STAD type influence significantly toward students’ empathy in Physical

Education lessons in SMA Negeri 1 Cibadak.

Keywords : Cooperative Learning Model Student Teams Achievement Division (STAD) Type, Conventional Learning Model, Students’ Empathy


(7)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

G. Batasan Masalah ... 9

G. Batasan Istilah ... 10

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 12

A. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 12

1. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 13

2. Tujuan Pendidikan Jasmani... 14

B. Hakikat Rasa Empati ... 15

1. Pengertian Empati ... 15

2. Ciri-ciri Empati ... 17

3. Komponen Pendekatan Empati ... 17

4. Skala Empati ... 18

5. Pembentukan Empati ... 19


(8)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achivement Division

(STAD) ... 20

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif STAD ... 20

2. Komponen Dalam Model Pembelajaran Kooperatif STAD ... 22

3. Faktor yang Mempengaruhi Model Pembelajaran Kooperatif STAD 22 D. Model Pembelajaran Konvensional ... 23

1. Pengertian Model Pembelajaran Konvensional ... 23

2. Tahap Pembelajaran ... 24

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Konvensional ... 24

E. Deskripsi Teori Aktivitas Jasmani, Model Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Konvensional dan Empati ... 25

1. Teori Aktivitas Jasmani ... 25

2. Teori Model Pembelajaran Kooperatif... 27

3.Teori Model Pembelajaran Konvensional ... 27

4. Teori Rasa Empati ... 28

F. Deskripsi Keterkaitan Aktivitas Jasmani, Model Pembelajaran Kooperatif, dan empati ... 29

G. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Metode Penelitian ... 33

B. Lokasi Penelitian ... 34

C. Populasi dan Sampel ... 34

1. Populasi Penelitian ... 34

2. Sampel ... 35

D. Desain Penelitian ... 36

E. Program Perlakuan ... 37

F. Instrument Penelitian ... 40

G. Prosedur Penelitian ... 41


(9)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Tahap Pelaksanaan ... 42

3. Tahap Penyusunan Laporan ... 44

H. Prosedur Pengolahan Data ... 44

1. Menghitung skor rata-rata ... 44

2. Menghitung Simpangan Baku ... 44

3. Uji Normalitas Data ... 45

4. Pengujian Uji Homogenitas Dua Variansi ... 45

5 Uji Hipotesis. ... 46

BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Hasil Penelitian Dan Analisis Data ... 48

1. Analisis Deskritif dan Penelitian ... 48

B. Pengujian Pesyaratan Analisis Data ... 49

1. Uji Normalitas Data ... 49

2. Pengujian Homogenitas ... 51

3. Pengujian Hipotesis ... 51

C. Pembahasan Penelitian ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA……….. 61


(10)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Halaman 3.1. Desain Penelitian ... 37


(11)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1.Sampel Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 36

3.2 Kisi-Kisi Instrumen Rasa Empati... 40

3.3 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban ... 41

3.4 Perbedaan Panduan Mengajar Kelompok Belajar Kooperatif Dengan Pengajaran Kelompok Konvensional ... 43

3.5 Perbedaan Panduan Belajar Kelompok Belajar Kooperatif Dengan Kelompok Konvensional ... 43

4.1 Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ... 48

4.2 Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol ... 49

4.3 Hasil Uji Normalitas Empati Kelompok Eksperimen ... 50

4.4 Hasil Uji Normalitas Empati Kelompok Kontrol... 50

4.5Hasil Uji Homogenitas Empati ... 51

4.6 Hasil Uji Signifikansi Pretest dan Posttestmenggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 51

4.7 Hasil Uji Signifikansi Pretest dan Posttestmenggunakan Model Pembelajaran Konvensional ... 52


(12)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(13)

1

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia diciptakan oleh Sang Pencipta merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup pada kelompok sosial tanpa adanya interaksi dengan makhluk hidup lainnya. Interaksi adalah kunci keberhasilan kehidupan manusia., dimana interaksi sosial adalah fondasi dari hubungan berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan dan nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran atas pribadi masing– masing, maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Di dalam kehidupan sehari–hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu sama lainnya, manusia selalu perlu untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk berinteraksi ataupun bertukar pikiran. Dengan demikian jelas kita lihat bahwa seluruh masyarakat sangat membutuhkan interaksi sosial untuk kelangsungan hidupnya.

Interaksi sosial memang berpola pada struktur sosial budaya yang telah ada, seperti sistem pemerintahan, pola hubungan ekonomi, perdagangan dan lain-lain. Tetapi kemudian interaksi sosial dapat berkembang secara bebas. Hal ini menjadi bagian mendasar dari proses perubahan yang ada di dalam masyarakat. Melalui proses interaksi sosial inilah masyarakat akan bergerak secara dinamis baik yang bersifat progresif maupun yang bersifat regresif, sehingga mewujudkan suatu dinamika sosial dan budaya. Akibatnya sosial dan budaya sendiri sering memunculkan pembaharuan yang menimbulkan suatu dinamika baru.

Dengan timbulnya dinamika baru dalam interaksi sosial, perubahan kehidupan sosial dan budaya berjalan semakin kompleks, hubungan interaksi sosial masyarakat juga semakin dinamis dan kadangkala sukar dibendung.


(14)

2

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Contohnya saja informasi dan komunikasi, Mereka dengan bebasnya mendapatkan informasi yang mereka inginkan karena begitu banyaknya media yang dapat digunakan oleh masyarakat. Begitu pula dengan komunikasi, untuk berhubunganpun tidak harus menunggu lama karena media yang mempermudahnya.

Dengan kemudahan media informasi dan komunikasi, kemudahan ini semakin berkembang di masyarakat umum. Tidak hanya masyarakat umum yang dapat menikmati kemudahan ini, masyarakat sekolah terutama siswa tidak lagi sulit mendapatkan informasi yang diinginkan. Mayoritas siswa telah memiliki telepon genggam atau handphone dimana semakin lama alat ini terus berkembang semakin canggih. Siswa dengan bebasnya dapat memperoleh apa yang mereka inginkan, seperti pekerjaan rumah, hiburan, media sosial, dan lain-lain. tidak hanya itu, internetpun kini sudah banyak disediakan oleh sekolah, baik internet sambungan ataupun wireless.

Kemudahan memperoleh informasi ini Hal ini menyebabkan banyaknya perubahan yang terjadi pada pola perubahan tingkah laku pelajar di sekolah. Seharusnya kemudahan memperoleh informasi ini membawa perubahan itu bergerak kearah yang lebih baik, namun tidak sedikit perubahan ini bergerak mundur dalam bentuk kemerosotan moral.

Kemerosotan sosial ini erat kaitannya dengan tingkah laku siswa di sekolah. Perubahan yang terlihat adalah tidak adanya komunikasi antara siswa satu dengan siswa lain. tidak adanya komunikasi satu sama lainnya maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi. Seharusnya siswa mampu berinteraksi dan mampu memahami perasaan orang lain.

Kemampuan anak untuk memahami dan mengalami suatu perasaan positif dan negatif akan membantu kita memahami makna kehidupan yang sebenarnya.


(15)

3

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemampuan ini sering disebut sebagai social competency (kemampuan sosial) yang kita kenal dengan atribut empati.

Kemampuan berempati akan mampu menjadi kunci dalam keberhasilan bergaul dan bersosialisasi di masyarakat. Seseorang dapat diterima oleh orang lain jika ia mampu memahami kondisi (perasaan) orang lain dan memberikan perlakuan yang semestinya sesuai dengan harapan orang tersebut. Kemampuan empati perlu diasah setiap orang agar dirinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.

Empati merupakan kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan menghayati pengalaman tersebut. Dengan bahasa yang lain empati adalah kemampuan seseorang dalam ikut merasakan atau menghayati perasaan dan pengalaman orang lain dengan tidak hanyut dalam suasana orang lain melainkan memahami apa yang dirasakan orang lain. Disamping itu empati bisa berarti kemampuan untuk mendeteksi perbedaan-perbedaan dalam diri orang lain dan memiliki kapasitas untuk menerima sudut pandang orang lain dengan tujuan untuk memahami keadaan emosional orang tersebut.

Kenyataannya, belakangan ini banyak sekali persaingan yang tidak sehat untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Di sekolah kini terdapat kelompok-kelompok anak yang sulit berbaur dengan teman sebayanya yang lain. Dia merasa nyaman hingga enggan menyapa teman yang lain. Hal ini berdampak pada pembelajaran. Mereka selalu ingin berkelompok dan tidak mau dipisahkan karena berbagai alasan yang membuat mereka harus tetap dengan kelompoknya. Ketika kelompok tersebut berhasil dipisahkan, pembelajaran terutama saat pembelajran pendidikan jasmni terkadang berjalan tidak kondusif. Mereka menunjukkan ketidaksukaan mereka dilebur dengan tidak mendengarkan instruksi guru dan terlihat malas mengikuti pembelajaran.

Ketika mereka disatukan kembali, suasana pembelajaran akan kembali kondusif, tetapi tidak jarang kata-kata sok tahu, sok pintar, lama, dan lain-lainnya keluar dari mulut mereka ketika pembelajaran mereka rasa tidak menarik. Tidak


(16)

4

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hanya itu, ketika teman mereka jatuh atau terkena bola, mereka tidak membantu untuk bangun atau sekedar mendekati dan bertanya apa dia baik-baik saja, tetapi mereka tertawa terbahak-bahak seaakan itu adalah hiburan bagi mereka. Karenanya, beberapa siswapun merasa tersudut karena perilaku kelompok tersebut.

Komunikasi antar siswapun terkadang terhambat pada siswa yang berkelompok. Ketika mereka ditanya oleh siswa lain, mereka selalu menjawab dengan acuh. Namun beda halnya dengan teman yang berada satu kelompok dengannya, siswa tersebut akan begitu bersemangat menjawabnya. Mereka hanya berinteraksi dengan siswa lain seadanya dan seperlunya saja.

Tidak hanya itu, pada pembelajaran pendidikan jasmani, mereka yang berkelompok terkadang tidak mengindahkan apa yang guru terangkan karena mereka merasa sudah memahami dan mengerti materi yang akan dipelajari. Dan akhirnya mereka asik berbincang dengan teman-teman sekelompoknya saat guru menjelaskan. Ketika guru selesai menjelaskan dan akan dipraktikkan, mereka akan mengeluh karena tidak memahami pembelajaran. Dan guru harus mengulang kembali apa yang sudah dijelaskan.

Selain itu, pembelajaran terkadang harus terhenti sebentar karena siswa yang berkelompok lebih merasa sudah mengetahui pembelajaran dan mereka berusaha mempengaruhi agar materi pembelajaran diganti dengan materi pembelajaran yang lain hingga terkadang terjadi negosiasi antara guru dan murid saat pembelajaran. Misalnya saja saat pembelajaran bolabasket, siswa sering berdalih pembelajaran bolabasket sering dipelajari dan siswa berkelompok tersebut bosan dengan pembelajaran tersebut. Hal ini membuat guru harus berpikir keras lagi dan merayu agar pembelajaran dapat segera dilaksanakan.

permasalahan lainnya siswa berkelompok kadang tidak peka pada teman yang mengalami kesulitan belajar gerak. Misalnya pada pembelajaran senam lantai kuda lompat, siswa lebih memilih menjadi pengganti kuda lompat teman sekelompoknya daripada menjadi kuda lompat untuk teman-teman yang lain.


(17)

5

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mereka hanya akan membantu jika guru menegur untuk membantu teman yang lain.

Selain itu, pada saat akan memulai pembelajaran siswa yang berkelompok enggan bergotong royong membantu siswa lain untuk menyiapkan alat yang guru perintahkan. Cenderung siswa yang menyiapkan peralatan hanya siswa yang itu-itu saja. Berdasarkan masalah ini, guru harus lebih keras lagi berusaha untuk memahami karakter siswa yang berkelompok. Hal ini terkadang membuat adanya kecemburuan sosial pada personal siswa ataupun pergaulan siswa di sekolah.

Selain permasalahan siswa yang terjadi disekolah, cara pengajaran guru yang cenderung mengajar dengan gaya komando menjadikan siswa terkadang melanggar batasan siswa dan guru. Mereka bisa dikatakan berani menyela guru. Dan kata-kata yang dgunakan untuk berbincang dengan guru lebih layak dipergunakan pada teman sebaya.

Tidak hanya itu, model pembelajran yang digunakan guru masih tradisional dan menanamkan pemikiran bahwa berolahraga itu cape, membosankan, dan tidak menyenangkan. hingga anak merasa guru hanya memeberikan materi yang itu-itu saja tanpa ada inovasi pada pembelajaran yang diberikan.

Permasalahan tersebut memperlihatkan kemampuan anak untuk berempati sudah mulai berkurang. Anak cenderung tidak peduli saat temannya sedang menghadapi masalah. Anak juga cenderung menolak untuk peduli pada teman yang kurang mereka kenal. Hal ini diakibatkan kenakalan remaja yang sering ditemui disekolah yaitu geng atau sekumpulan anak yang berkumpul karena kenyamanan mereka dengan orang-orang di kelompoknya. Kenakalan remaja ini sering dianggap negatif karena sikap setiap kelompok yang merasa memiliki teman untuk berlaku tidak sopan. Terkadang mereka mengatasnamakan geng untuk mengucilkan teman-teman yang menurut mereka tidak layak untuk bersikap seperti itu.


(18)

6

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari uraian di atas, empati merupakan indikator yang harus ada dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Dengan empati anak akan lebih peduli dan lebih merasakan apa yang teman lain rasakan dan tidak hanya berkumpul dengan teman yang sama namun lebih mengenal lagi teman-teman sekelasnya. Hal inipun diharapkan akan mengkondusifkan pembelajaran dan mengubah model pembelajaran guru yang tradisional menjadi lebih variatif lagi dalam menentukan model pembelajaran terutama model pembelajaran kooperatif disetiap pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani.. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) terhadap rasa empati siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah.

Berdasarkan pada pembahasan di atas, maka penulis mengangkat tema penelitian tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Rasa Empati Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cibadak”

2. IDENTIFIKASI MASALAH

Maraknya kelompok-kelompok pada siswa di sekolah menjadi masalah penting pada proses pembelajaran terutama pada pembelajaran pendidikan jasmani. Salah satu masalah yang disorot peneliti adalah masalah empati siswa. Dimana rasa empati siswa terhadap adik kelas, teman sebaya, atau kakak kelas sudah mulai berkurang. Dan model pembelajran yang digunakan guru masih tradisional hingga anak merasa guru hanya memeberikan materi yang monoton tanpa ada inovasi pada pembelajaran yang diberikan.

Model pembelajaran yang akan digunakan saat penelitian pada kelompok eksperimen adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu metode pembelajran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan


(19)

7

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendekatan kooperatif. Model pembelajaran ini dipilih karena di setiap pertemuan anak diharuskan berkelompok dengan anggota yang berbeda untuk bekerjasama dan berinteraksi dengan baik agar dapat memperbaiki masalah empati ini.

Adapun indikator pada model pembelajaran kooperatif yang dikutip oleh abnes (2008) :

1. Saling ketergantungan positif. 2. Tanggung jawab perseorangan. 3. Tatap muka.

4. Komunikasi antar anggota. 5. Evaluasi proses kelompok.

Adapun model pembelajaran yang akan digunakan saat penelitian pada kelompok kontrol adalah model pembelajaran konvensional. Pembelajaran merupakan salah satu dari model-model pembelajaran yang dimana cara penyampaiannya melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Model ini digunakan untuk melihat peningkatan rasa empati siswa pada kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif Student Team Achievement Division (STAD).

Pada penelitian ini, empati menjadi sorotan utama. Dimana rasa empati siswa sebelum dan sesudah penelitian akan diukur. Empati sendiri adalah kemampuan seseorang dalam ikut merasakan atau menghayati perasaan dan pengalaman orang lain dengan tidak hanyut dalam suasana orang lain melainkan memahami apa yang dirasakan orang lain.

Alat ukur yang akan digunakan pada penelitian ini adalah angket. Dengan beberapa indikator yang mengungkap kemampuan siswa dalam berempati pada orang lain yang dikutip oleh Abnes ( 2008) :

1. Perpective taking ( bagaimana seorang anak mampu memahami keadaan atau kondisi orang lain)


(20)

8

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Fantasy (daya khayal anak )

3. Empathic concern ( bagaimana anak mampu merasakan apa yang orang lain rasakan dan dia mampu memberi respon kepada orang lain)

4. Personal distres ( kondisi seseorang yang berada dalam tekanan)

3. RUMUSAN MASALAH

Masalah penelitian merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data, dan analisis dari data tersebut, sehingga pada akhirnya akan menjadi sebuah kesimpulan atau hasil dari sebuah penelitian. Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, masalah penelitian yang penulis rumuskan adalah :

1. Apakah terdapat pengaruh signifikan rasa empati pada kelompok siswa yang diberikan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran pendidikan jasmani?

2. Apakah terdapat pengaruh signifikan rasa empati pada kelompok siswa yang diberikan perlakuan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran pendidikan jasmani?

3. Apakah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan rasa empati pada kelompok siswa yang diberikan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dengan kelompok siswa yang diberikan perlakuan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran pendidikan jasmani?

4. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan latar belakang dan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:


(21)

9

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Menganalisis seberapa besar pengaruh penerapan model kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada siswa kelompok eksperimen terhadap rasa empati siswa.

2. Menganalisis seberapa besar pengaruh penerapan konvensional pada siwa kelompok kontrol terhadap rasa empati siswa.

3. Menganalisis seberapa besar perbedaan pengaruh penerapan model kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan model pembelajaran konvensional pada siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok kontrol terhadap rasa empati siswa.

5. MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis paparkan di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Dipandang secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang berarti bagi pembelajaran Penjas yang sudah ada dan meyempurnakannya terkait dengan proses pembelajaran aktivitas pendidikan jasmani di tingkat SMA.

2. Dipandang secara praktis dapat menjadi acuan:

a. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani untuk memperbaiki kemampuan rasa empati siswa.

b. Bagi siswa, diharapkan dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap peningkatan kemampuan rasa empati siswa.

c. Bagi sekolah upaya ini dapat memberikan solusi alternatif dari masalah pembelajaran yang ada, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengaplikasikan pembelajaran pendidikan jasmani dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD).


(22)

10

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan khazanah ilmu pengetahuan tentang pembelajaran pendidikan jasmani dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) sekaligus dapat mempraktikan dan mengembangkannya.

6. BATASAN MASALAH

Supaya masalah yang akan dibahas tidak menyimpang dari masalah yang sebenarnya dan supaya penelitian dapat dilakukan secara mendalam, maka dari itu penulis memberikan batasan-batasan masalah pada penelitian ini. Adapun ruang lingkup permasalahan yang ingin dibahas adalah:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional. Dimana pada model ini siswa kelompok eksperimen akan berbaur dengan yang lain dengan oranng yang berbeda setiap minggunya. Sedangkan siswa kelompok kontrol akan diberikan pembelajaran seperti biasa.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah rasa empati yang dimiliki siswa. 3. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen. 4. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMAN 1 Cibadak. Untuk itu

penulis akan mengambil satu kelas sebagai sampel kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol, yang dilakukan secara acak (simple random sampling) dengan cara diundi yaitu kelas XI IPA 2 untuk kelas eksperimen dan XI IPA 3 untuk kelas kontrol. Masing-masing berjumalah 28 orang.

7. BATASAN ISTILAH

Jika di lihat dari sudut pandang penafsiran seseorang terhadap suatu istilah itu berbeda


(23)

11

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

beda. Untuk menghindari kesalahan pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka penulis akan menjelaskan dan menjabarkan satu-persatu istilah tersebut, diantaranya sebagai berikut:

a. Pendidikan Jasmani : pendidikan jasmani merupakan suatu proses yang mana adaptasi dan pembelajaran tubuh (organik), syaraf dan otot, intelektual, sosial, emosional dan estetika dapat dicapai dan dilakukan melalui aktivitas fisik yang penuh semangat.

b. Model kooperatif tipe STAD: merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggukankan model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompoknya 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok kuis, dan penghargaan kelompok.

c. Model konvensional : merupakan salah satu dari model-model pembelajaran yang dimana cara penyampaiannya melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.

d. Empati : kemampuan seseorang dalam ikut merasakan atau menghayati perasaan dan pengalaman orang lain dengan tidak hanyut dalam suasana orang lain melainkan memahami apa yang dirasakan orang lain.


(24)

12

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI


(25)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah tertuang dalam rumusan masalah, peneliti menggunakan metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan konvensional terhadap rasa empati siswa serta tujuan penelitian yang ingin diperoleh. Menurut Sugiyono (2013: 6) “Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.”

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlauan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali (Sugiyono, 2013: 6). Selain itu, Metode eksperimen merupakan metode penelitian yang paling produktif, karena jika penelitian tersebut dilakukan dengan baik dapat menjawab hipotesis yang utamanya berkaitan dengan hubungan sebab akibat. Disamping itu penelitian eksperimen juga merupakan salah satu bentuk penelitian yang memerlukan syarat yang relatif lebih ketat jika dibandingkan dengan jenis penelitian lainnya. Hal ini karena sesuai dengan maksud peneliti yang menginginkan adanya kepastian untuk memperoleh informasi tentang variabel mana yang menyebabkan sesuatu terjadi dan variabel yang memperoleh akibat dari terjadinya perubahan dalam suatu kondisi eksperimen.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan pemilihan sampel menggunakan random sampling dengan teknik tradisional. Setelah dilakukan pengundian, terpilihlah dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok ini diberikan angket berupa pertanyaan-pertanyaan empati untuk


(26)

34

diisi sebelum diberikan perlakuan (pretest). Sesuai dengan perlakuan yang akan diberikan, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol akan diberikan perlakuan yang berbeda. Perlakuan yang akan diberikan pada kelompok eksperimen adalah berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD), dan perlakuan yang akan diberikan pada kelompok kontrol adalah dengan model pembelajaran konvensional. Lalu, kedua kelompok diberikan angket berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai empati untuk diisi setelah diberikan perlakuan (posttest).

Setelah melakukan treatment, semua data yang telah di peroleh dari hasil pretest dan postest diolah dan dianalisis dengan stategi penelitian yang telah direncanakan sebelumnya kemudian diujikan. Setelah semua data dianalisis, peneliti membahas hasil analisis data penelitian. Dari pembahasan tersembut peneliti dapat membuat simpulan hasil penelitian sehingga dapat diketahui apa hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

B. Lokasi Penelitian

Batasan pertama yang selalu muncul dalam kaitannya dengan metodologi penelitian adalah tempat/ lokasi penelitian.Menurut Sukardi (2003: 53) “Yang dimaksud dengan tempat penelitian tidak lain adalah tempat dimana proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung.”.

Lokasi dilaksanakannya penelitian ini adalah di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cibadak, Sukabumi. Dimana tempat yang lebih banyak digunakan untuk penelitian adalah lapang serbaguna Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cibadak.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Batasan penelitian yang mesti ada dan ditemui dalam setiap penelitian adalah batasan yang berkaitan dengan populasi penelitian. Populasi menurut Babbie (1983) dalam sukardi (2003: 53) adalah “elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama-sama dan secara teoritis menjadi target hasil penelitian.”. Selain Babbie, Sugiyono (2013: 117) menuturkan “populasi


(27)

35

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertetu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”.

Jadi, populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.

Dari pemaparan diatas, populasi pada penelitian ini adalah siswa-siswi Sekolah Menengah atas Negeri 1 Cibadak khususnya kelas XI IPA. yang beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan No 72, Cibadak-Sukabumi.

2. Sampel

Sering kali terjadi bahwa peneliti tidak dapat melakukan studi terhadap semua anggota kelompok yang menjadi interes penelitian. Dan mereka hanya mampu mengambil sebagian dari jumlah populasi yang ada. Sebagian dari jumlah populasi yang ada tersebut diambil datanya. Sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data tersebut disebut sampel atau cuplikan.

Menurut sugiono (2013: 118) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk sampel sendiri yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Menurut penjelasan diatas, sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas XI IPA Sekolah Menengah atas Negeri 1 Cibadak. Terdapat dua kelompok sampel yang diambil dalam penelitian ini, yaitu satu sampel kelompok eksperimen dan satu sampel kelompok kontrol.

Untuk menentukan kelas atau kelompok yang akan dijadikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, Kriteria pengambilan sampel pada penelitian ini adalah :

1. Siswa yang masih aktif mengikuti KBM disekolah ataupun anggota ekstrakurikuler.


(28)

36

2. Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. 3. Keterampilan setiap siswa disamaratakan.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sampel acak atau random sampling. Pada teknik ini, secara teoritis semua anggota dalam populasi mempunyai probabilitas atau kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Cara random sampling yang peneliti gunakan adalah cara tradisional. Dimana langkah penentuan kelompoknya adalah (1) Mendata populasi yang akan ditemui. Populasi disini adalah kelas XI IPA yang memiliki 4 kelas, (2) Menuliskan dalam kertas kelompok atau kelas XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4, dan XI IPA 5. setelahnya digulung dan dimasukan kedalam gelas, (3) Lalu dikocok hingga kertas keluar dari gelas, (4) kelas yang tertera di kertas adalah kelas XI IPA 2 dan kelas XI IPA 3.

Tabel 3.1

Sampel Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol KELAS JUMLAH JENIS KLAMIN

PUTRI PUTRA

Eksperimen 28 19 9

Kontrol 28 20 8

Setelah proses penentuan, kelompok eksperimen yang akan mendapatkan perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan rasa empati, yaitu kelas XI IPA 2 sebanyak 28 orang, dan kelas kontrol yang akan diberikan pembelajaran secara konvensional, yaitu kelas XI IPA 3 sebanyak 28 orang.

D. Desain Penelitian

Untuk memperlancar proses penelitian maka perlu dilakukan langkah-langkah yang akan peneliti lakukan dalam penelitian ini. Desain penelitian yang dibuat secara cermat akan memberikan gambaran yang lebih jelas pada kaitannya dengan penyusunan hipotesis dengan tindakan yang akan diambil dalam proses penelitian selanjutnya. Desain penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman bagi peneliti


(29)

37

dalam melaksanakan setiap langkah-langkah penelitian yang akan diambil agar proses penelitian berjalan sesuai dengan prosedur yang benar. dalam rangka melakukan penelitian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Desain penenlitiannya sebagai berikut:

Bagan 3.1 Desain Penelitian

R = Responden

O1 = Kelompok Eksperimen (penerapan perrmainan) pretest

O2 = Kelompok Eksperimen (penerapan permainan) posttest O3 = Kelompok kontrol pretest

O4 = Kelompok kontrol prosttest X = Perlakuan

E. Program Perlakuan

Dalam penelitian, sampel yang terpilih telah dibagi menjadi dua kelompok yang akan diberikan perlakuan berbeda. Kelompok yang terpilih sebagai kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok yang terpilih sebgai kelompok kontrol akan diberikan pembelajaran seperti biasa dengan model pembelajaran konvensional.

Dalam program perlakuan kooperatif tipe STAD yang diterapkan, setiap perlakuan memenuhi lima elemen penting yang telah dijelaskan Metzler (1999) yaitu presentasi kelas, pembentukan tim belajar, mengadakan kuis secara individu atau kelompok,pemberian skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.

R O1 X O2


(30)

38

Tidak hanya penerapan model pembelajaran saja, pemberian pengalaman pembelajaran sosial berupa empati. Guru harus memberikan pengalaman yang menggugah empati anak setiap pertemuan. Dalam program perlakuan ini, guru menerapkan delapan komponen yang dapat menanamkan empati, yaitu mengenali perasaan diri sendiri, menyediakan waktu menyendiri untuk berpikir apa yang telah terjadi, memandang masalah dari sudut pandang orang lain, menjadi pendengar yang baik, menghayati fenomena berbagai hal yang kita jumpai setiap hari, mengatur dan mengatasi gejolak emosi dalam menghadapi reaksi positif maupun negatif, dan berkorban untuk kepentingan orang lain.

Program perlakuan ini terdiri dari pra-pengajaran, pengajaran, dan pasca-pengajaran. Pada saat pra-pengajaran, guru melakukan persiapan diri untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, guru juga memahaman konsep empati pada pembelajaran pendidikan jasmani yang akan diajarkan dan pemahaman pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif .

Setelah proses pra-pengajaran selesai, guru melakuakan treatment pada setiap kelompoknya. pada proses pengajaran, guru memposisikan pemahaman konsep empati pada alam pikir, selain itu guru juga memposisikan pemahaman pelaksanaan pembelajaran menggunakan indikator model pembelajaran kooperatif. Setelah itu guru merangkai kegiatan sesuai konsep dan indikator empati yang telah ditetapkan, merangkai kegiatan sesuai dengan pola pembelajaran dengan indikator model pembelajaran kooperatif yang telah ditetapkan dan mengkoordinasikan pembelajaran pendidikan jasmani dengan indikator empati dan indikator model pembelajaran kooperatif.

Pada pertemuan pertama guru menyebarkan angket skala empati agar diisi oleh kelompok eksperimen dan kontrol untuk pengambilan data awal sebelum diberikan perlakuan (pretest). Pertemuan kedua dan ketiga guru memberikan perlakuan berupa permainan pada pembelajaran sepak bola. Guru menyisipkan pengalaman belajar pada setiap permainan. Pada pertemuan ini


(31)

39

guru lebih mengingatkan kepada siswa agar siswa peduli kepada siswa lainnya pada setiap pembelajaran.

Pertemuan keempat dan kelima guru memberikan perlakuan berupa permainan pada pembelajaran atletik lari sambung. Pada pertemuan ini guru mengajak anak untuk berempati tidak hanya kepada teman-temannya tetapi kepada lingkungan sekitarnya. Pertemuan keenam dan ketujuh guru memberikan perlakuan berupa permainan pada pembelajaran senam lantai. Pada pertemuan ini guru lebih tegas kepada siswa yang masih tidak peduli kepada siswa lainnya. Guru lebih gencar membantu siswa agar menumbuhkan rasa empati pada diri siswa.

Pertemuan kedelapan dan kesembilan guru memberikan perlakuan berupa permainan pada pembelajaran senam irama. Pada pertemuan kali ini guru melepas siswa agar mampu berempati tanpa instruksi guru. Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengexplore kemampuan berinteraksi dari masing-masing individu. Pertemuan kesepuluh dan kesebelas guru memberikan perlakuan berupa permainan pada pembelajaran pola hidup sehat. Pada pertemuan ini guru kembali mengingatkan akan berempati kepada siswa dan lingkungan lainnya.

Pertemuan kedua belas dan ketiga belas guru memberikan perlakuan berupa permainan pada pembelajaran luar sekolah. Pada pertemuan ini pengalaman belajar dan berinteraksi pada pembelajaran sebelumnya sangat berpengaruh pada keberhasilan setiap kelompoknya. Dan pertemuan keempat belas guru kembali menyebarkan angket skala empati agar diisi oleh kelompok eksperimen dan kontrol untuk pengambilan data akhir setelah diberikan perlakuan (posttest).

Selesai proses pengajaran guru memberikan refleksi kepada siswa berupa diskusi antar kelompok dan memberi masukan dengan cara yang baik dan tidak mencemooh orang lain, diskusi pemahaman materi secara psikomotor, kognitif dan rasa empati, dan penekanan pentingnya kerjasama kelompok untuk mengembangkan rasa empati siswa


(32)

40

F. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Instrumen penelitian sendiri adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. (Sugiyono,2013:148)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasa empati anak terhadap model pembelajaran kooperatif STAD dan model pembelajaran konvensional yang diterapkan pada penelitian ini. Adapun instrument yang digunakan penulis untuk memperoleh data saat penelitian adalah Instrumen Skala.

Instrumen skala yang dibuat adalah tes skala empati yang akan dibagikan dan isi oleh kelompok eksperimen dan kelompok kontrol saat peneliti belum menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD dan model pembelajaran konvensional atau disebut juga dengan pretest dan setelah diberikan perlakuan yang disebut dengan posttest. Tes ini diberikan untuk mengetahui rasa empati siswa. Pemberian skor tes skala ini, menggunakan skala likert yang ada pada buku Sugiono (2013:134).

Instrumen skala yang peneliti gunakan adalah skala empati yang telah Ibu Sri Winarni uji coba dan digunakan pada penelitian beliau untuk menyelesaikan tugas akhir jenjang S3 di Sekolah Pasca Sarjana Universitas pendidikan Indonesia. Berikut kisi-kisi skala rasa empati dalam tabel 3.2

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Rasa Empati Siswa

Variabel Komponen Indikator Butir Soal Positif Butir Soal Negatif Empati

(Davis (193) dalam abnes (2009) secara global ada dua komponen dalam empati, yaitu komponen kognitif dan komponen afektif yang masing-masing mempunyai dua

Kognitif Memahami

perasaan orang lain Kemapuan mengambil perspektif orang lain 15,21,23,24,26,28, 29,34. 1,11,13,14,22,35, 38,40. 6,8,12,16,18,20, 23,32. 2,9.


(33)

41

aspek yaitu: komponen kognitif terdiri dari Perspective taking (PT), dan Fantacy (FS), sedangkan komponen afektif meliputi Empathic Concern (EC) dan Personal Distress (PD). http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/1453 8/1/09E00951.pdf)

Afektif Respon

emosional terhadap emosi orang lain

3,27,37,39 4,5,7,10,17,19,25, 31,33

Pemberian skor untuk tes skala ini menggunakan skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Maka dari itu pemberian skor tes skala ini dapat dilihat pada tabel 3.2

Tabel 3.3

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban

Positif Negatif

Selalu 5 1

Sering 4 2

Kadang-kadang 3 3

Jarang 2 4

Tidak Pernah 1 5

G. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan


(34)

42

a. penyusunan proposal penelitian.

b. Mengkaji teori-teori yang berhubungan dengan model pembelajaran kooperatif STAD, model pembelajaran konvensional dan rasa empati siswa.

c. Observasi lokasi penelitian, sarana-prasarana yang diperlukan saat penelitian, dan alat bantu untuk menunjang pelaksanaan penelitian. d. Penentuan instrumen penelitian yang akan digunakan. Peneliti

menggunakan skala yang sudah diketahui validitas dan reliabilitasnya. e. Melakukan perizinan penggunaan instrumen penelitian. Dan

f. Perizinan mengadakan penelitian ditempat yang dituju. 2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, peneliti melakukan pelaksanaan kegiatan meliputi:

a. Diskusi program penelitian dan jadwal penelitian kepada pihak sekolah yang diwakili oleh Wakasek Kurikulum dan Guru Pendidikan Jasmani di SMA Negeri 1 Cibadak.

b. Melakukan pemilihan sampel untuk penelitian.

c. siswa diberikan skala untuk diisi sejujur-jujurnya untuk pengambilan data awal atau pretest.

d. Melaksanakan treatment kepada kelompok eksperimen dan kontrol, dimana kelompok eksperimen di treatment dengan model pembelajaran kooperatif STAD, dan kelompok kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Selain penerapan model pembelajaran, peneliti juga membedakan panduan pengajaran dan panduan belajar kelompok belajar kooperatif dengan pengajaran konvensional. Ini dapat dilihat pada tabel 3.4 dan 3.5.


(35)

43

Tabel 3.4

Perbedaan Panduan Mengajar Kelompok Belajar Kooperatif Dengan Pengajaran Kelompok Konvensional.

PENGAJARAN SECARA KOOPERATIF PENGAJARAN SECARA KONVENSIONAL 1. Guru menyampaikan semua tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa.

1.Guru mengajarkan siswa secara klasikal.

2. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

2.Guru menyajikan materi dengan metode ceramah.

3. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

3.Guru membentuk kelompok belajar secara homogen.

4. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas mereka.

4.Guru membiarkan siswa belajar menyelesaikan tugas bersama kelompoknya. 5. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

materi yang dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

5.Guru menekankan kepada penyelesaian tugas yang terpusat pada guru.

6. Guru mencari cara-cara untuk mengahargai baik upaya maupun hasil belajar individu kelompok.

6.Guru tidak merefleksi atas hasil yang telah dicapai oleh siswa.

Tabel 3.5

Perbedaan Panduan Belajar Kelompok Belajar Kooperatif Dengan Kelompok Konvensional.

PADUAN BELAJAR KOOPERATIF PANDUAN BELAJAR KONVENSIONAL

1. Murid menyimak tujuan pembelajaran, informasi yang diperlukan dan motivasi untuk pembelajaran

1. Murid menyimak tujuan belajar, dan informasi yang diperlukan.

2. Murid berkelompok dengan cara transisi yang telah dijelaskan oleh guru secara efisien.

2. Murid belajar pada satu kelompok besar.

3. Murid mengerjakan tugas mereka dengan bantuan bimbingan guru.

3. Murid mengerjakan tugas mereka tanpa bimbingan guru.

4. Murid mempresentasikan hasil kerjanya dan mengevaluasinya bersama teman dan guru.

4. Murid menyerahkan hasil belajar mereka kepada guru, dan guru yang akan

mengevaluasinya. 5. Murid menghargai baik upaya dan hasil

yang telah dicapai oleh individu, teman dan kelompok.


(36)

44

e. Setelah di treatment, anak diberikan skala yang sebelumnya telah diberikan untuk diisi kembali (posttest).

3. Tahap Penyusunan Laporan

Pada tahap penyususnan laporan, peneliti melakukan kegiatan meliputi: a. semua data yang telah di peroleh dari hasil pretest dan postest diolah

dan dianalisis dengan stategi penelitian yang telah direncanakan sebelumnya kemudian diujikan.

b. Bahasan hasil analisis data penelitian.

c. Simpulan hasil penelitian sehingga dapat diketahui apa hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

H. Prosedur Pengolahan Data 1. Menghitung skor rata-rata

Menghitung skor rata-rata tes awal dan tes akhir masing-masing kelompok dengan rumus :

Keterangan :

= skor rata-rata = skor mentah = jumlah

= banyanknya sampel

2. Menghitung Simpangan Baku

Menghitung simpangan baku dengan rumus sebagai berikut : S=

Keterangan :

S = simpangan baku yang dicari

n = jumlah sampel


(37)

45

3. Uji Normalitas Data

Dalam pengujiannya peneliti menggunakan uji normalitas Liliefors, yaitu peneliti menggunakan acuan dari langkah langkah pengujian normalitas yang dikemukakan oleh Abduljabar, dkk (2010:256), beberapa langkah dalam uji distribusi normal yaitu sebagai berikut :

a. Membuat tabel penolong untuk mengurutkan data terkecil sampai terbesar, kemudian mencari rata-rata dan simpangan baku.

b. Mencari Z skor dan tempatkan pada kolom Zi. c. Mencari luas Zi pada tabel Z.

d. Pada kolom F(Zi), untuk luas daerah yang bertanda negatif maka 0,5 – luas daerah, sedangkan untuk luas daerah negatif maka 0,5 + luas daerah.

e. S(Zi), adalah urutan n dibagi jumlah n.

f. Hasil pengurangan F(Zi) – S (Zi) tempatkan pada kolom F(Zi) – S(Zi). g. Mencari data atau nilai yang tertinggi, tanpa melihat ( - ) atau ( + ),

sebagai nilai Lo.

h. Membuat kriteria penerimaan dan penolakkan hipotesis:

1) Jika L0 ≥ Ltabel tolak H0 dan H1 diterima artinya data tidak berdistribusi normal.

2) Jika L0 ≤ Ltabel, terima H0 artinya data berdistribusi normal. i. Mencari nilai Ltabel, membandingkan L0 dengan Lt.

j. Membuat kesimpulan.

4. Pengujian Uji Homogenitas Dua Variansi

Dalam pengujian homogen tidaknya data penelitian maka harus dilakukan

pengujian kesamaan varians dua kelompok sampel normal dengan varians σ12

dan σ22

. Bentuk rumus uji dua pihaknya yaitu uji untuk pasangan hipotesis nol H0 dan tandingannya H1:

H0 : σ12 = σ22 H1 : σ12 ≠σ22

Dalam menghitung homogonitas, peneliti menggunakan rumus dan langkah-langkah sebagai berikut :


(38)

46

F=

a. Menentukan F dari table dengan taraf nyata 0,05. b. Menentukan uji homogenitasnya dengan kriteria:

1) Apabila maka kedua varian homogen. 2) Apabila maka kedua varian tidak homogen.

5. Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan t-test. Uji t-test dilakukan untuk dapat mengambil kesimpulan dalam penerimaan hipotesis penelitian, untuk pengujian tersebut dipergunakan rumus t-test dan menggunakan taraf signifikan 0,05 % karena penelitiannya termasuk pendidikan sosial. Rumus t-test dan langkah-langkah uji hipotesisnya sebagai berikut :

a. Ketentuan pemilihan rumus t-test menurut Sugiyono (2010 : 272-273), sebagai berikut :

- Bila jumlah anggota sampel dan varians homogen ( ), maka dapat digunakan rumus t-test baik untuk separated, maupun pool varian. Untuk melihat harga t-tabel digunakan dk = – 2

- Bila , varians homogen ( ), dapat digunakan rumus t-test pooled varian. Untuk melihat harga t-tabel digunakan (dk) =

– 2

- Bila , varians tidak homogen ( ), dapat digunakan rumus t-test baik untuk separated, maupun pool varian. Untuk melihat harga t-tabel digunakan dk = – 1 atau dk = – 1 . jadi dk bukan

– 2.

- Bila , varians tidak homogen ( ). Untuk ini digunakan t-test dengan separated. Harga t sebagai penggati t-tabel dihitung dari selisih harga t-tabel dengan dk ( – 1) dan dk ( – 1) dibagi dua, dan kemudian ditambahkan dengan harga t yang terkecil.


(39)

47

b. Rumus t-test :

- Separated varians

t =

- Polled varians t =

Ket :

t = nilai yang dicari ( ) = rata-rata kelompok 1 = rata-rata kelompok 2

= jumlah sampel kelompok 1 = jumlah sampel kelompok 2 = variansi kelompok 1 = variansi kelompok 2

c. Penentuan batas kritis penerimaan dan penolakan hipotesis:

Dengan taraf nyata α = 0,05 dan dk ( n1 + n2 – 2 )

d. Kriteria pengujian hipotesis


(40)

60

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan temuan tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap empati siswa, diperoleh kesimpulan yang terkait dengan penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh positif terhadap empati siswa pada pembelajaran pendidikan jasmani pada kelas eksperimen yaitu siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Cibadak. Pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat perubahan terhadap rasa empati siswa, serta dengan penerapan model pembelajaran koopertif tipe STAD interaksi antar siswa dapat terjalin dengan baik. 2. Penerapan model pembelajaran konvensional saat pembelajaran

pendidikan jasmani pada kelas kontrol tidak berpengaruh pada empati siswa. Hal tersebut terihat dari tidak adanya perubahan interaksi siswa yang signifikan, seperti siswa yang berkelompok tidak berbau dengan teman lainnya, siswa menyangkal pembicaraan siswa lain, siswa berani memotong pembicaraan guru, siswa tidak mau memberikan kepercayaan mereka kepada teman selain teman kelompoknya, dan siswa acuh kepada siswa yang menyiapkan peralatan di sekolah.

3. Pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional, ternyata model pembelajaran model pembelajaran koopertif tipe STAD lebih berpengaruh positif terhadap empati siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah peneliti kemukakan, peneliti memberikan saran sebagai pertimbangan dalam hal meningkatkan pembelajaran


(41)

60

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidikan jasmani untuk kedepannya. Saran-saran yang ingin peneliti sampaikan adalah sebagai berikut:

a. Guru diharapkan dapat melihat betapa uniknya masing-masing dari siswa sehingga kelebih anak yang satu dengan yang lain berbeda. Begitu pula dengan empati yang anak miliki, maka dari itu gurupun diharapkan dapat membantu memotivasi setiap siswa agar dapat berteman dengan siapapun tanpa membeda-bedakan siswa lainnya. b. Dalam merancang metode dan strategi pembelajaran, guru dihapkan

mampu memilah dan memilih metode dan strategi pembelajaran agar dapat meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar yang dilakukan. Dan dengan metode mengajar yang baik, guru dapat memciptakan susasana pembelajaran yang hidup dan mempermudah mencapai tujuan pembelajaran.

c. Pemilihan model pembelajaran yang tepat sangat penting untuk digunakan dan dikembangkan saat pengajaran pendidikan jasmani, sehingga aspek-aspek yang diperlukan saat pembelajaran dapat terbentuk. Dengan bervariasinya model pembelajaran yang guru gunakan, memberikan anak ruang untuk memberanikan diri mengekspresikan diri mereka baik kepada guru maupun kepada teman-temannya. Dan siswa tidak merasa bosan dan tidak berfikir bahwa penjas akan seperti itu-itu saja.


(42)

61

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang. (2011). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: FPOK UPI.

Al-Muruzy, Amir. (2013). Pengertian Pembelajaran Dengan Pendekatan Konvensional [Online]. Tersedia:

http://www.katailmu.com/2013/03/pengertian-pembelajaran-dengan.html [7 Juli 2014]

Anggraini,Dewi. (2013). Teori Empati [Online]. Tersedia:

http://penjajailmu.blogspot.com/2013/05/teori-empati-1_22.html [5 Juli 2014]

Anggrek,Wulan. (2011). Model Pembelajaran Konvensional [Online]. Tersedia: http://hamdianaputrie.blogspot.com/2011/04/model-pembelajaran-konvensional.html?m=1 [7 Juli 2014]

Azmi, N.S. (2012). Perbandingan Antara Model Pembelajaran Cooperatif Learning tipe STAD Dengan Model Pembelajaran Konvensional Dalam Rangka Meningkatkan Hasil Belajar PAI [Online]. Tersedia:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14538/1/09E00951.pdf [4 Juli 2014]

Bambang, A, Kusumah, D.J. (2010). Aplikasi Statistika dalam Penjas. Bandung: FPOK UPI.

Budiman, Yusuf. (2013). Model Konvensional [Online]. Tersedia:

http://budiman2013.blogspot.com/2013/05/model-konvensional.html [7 Juli 2014]


(43)

62

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Enggar. (2013). Teori Empati [Online]. Tersedia: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2362041-teori-empati/#ixzz36pOyt06u [14 Juli 2014]

Fathoni, Abdurrahmat. (2011). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.

Ginting, O.A. (2009). Hubungan Empati dengan Kooperatif Learning pada Proses Belajar siswa di SMP Negeri 10 Medan [Online]. Tersedia: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14538/1/09E00951.pdf [18 mei 2014]

Hanafi. (2012). Teori dan Tujuan Penjaskes [Online]. Tersedia:

http://rapendik.com/program/pengayaan-pembelajaran/penjas/28-teori-dan-tujuan-penjaskes.html [2 Juli 2014]

Hoedaya, Danu. (____). Empati Dalam Kehidupan Bermasyarakat. Bandung: FPOK UPI.

Iskandar, Z.Y. (2014). Pengaruh Modifikasi Pembelajaran Terhadap Motivasi belajar Gerak Siswa dalam Pengajaran Permainan Menyerupai Sepakbola.(Skripsi). Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Julinatine, Tite, dkk. (2007). Teori Latihan. Bandung: FPOK UPI

Juliantine, Tite, dkk. (2013). Model-Model Pembelajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2014). Empati [Online]. Tersedia: http://kbbi.web.id/empati [2 juli 2014]

Mahendra, A. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.


(44)

63

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mardani, Sena. (2014). Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif dalam Aktivitas Ritmik Terhadap Kreativitas Belajar Siswa (Skripsi). Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Metzler, M.W. (2000). Instructional Models for Physical Education. Boston: Allyn & Bacon.Physical Education Guide to Implementation (Kindergarten to Grade12). Alberta: Alberta

Pratiwi,Anggi. (2013). Pengertian Pendidikan Jasmani Menurut Para Ahli [Online]. Tersedia:

http://anggipratiwi77.blogspot.com/2013/07/pengertian-pendidikan-jasmani-menurut.html [1 juli 2014]

Purnomo. (2008). Cara Menumbuhkan Empati [Online]. Tersedia:

http://tripurnomo010374.blogspot.com/2008/09/cara-menumbuhkan-empati.html [2 juli 2014]

Sastradi,Trisna. (2013). Model Pembelajaran Konvensional [Online]. Tersedia:

http://mediafunia.blogspot.com/2013/01/model-pembelajaran-konvensional.html [7 juli 2014]

Schunk, H.D. (2012) Learning Theories An Educational Perspective. Boston: Allyn & Bacon.

Shohib, (2009). Empati dan Prilaku Sosial [Online]. Tersedia:

http://shohibmoe.wordpress.com/content/empati-dan-perilaku-prososial/ [2 Juli 2014]

Sugiono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan Research & development. Bandung: Alfabeta.

Slavin, E.R. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.


(45)

64

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Trianto. (2010). Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Wicaksono,Prayogi. (2013). Definisi Penjas Menurut Para Ahli [Online]. Tersedia: http://olagragasport.blogspot.com/2013/06/definisi-penjas-menurut-ahli.html [1 juli 2014]

Wikipedia, (2013). Empati [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Empati [12 Oktober 2013]

Winarni, Sri. (2012). Model Cooperative Learning dan Individual Learning dalam Pendidikan Jasmani Untuk Mengembangkan Empati dan Toleransi.(Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

___________. (2013). Bimbingan Konseling Definisi Empati [Online]. Tersedia:


(1)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan temuan tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap empati siswa, diperoleh kesimpulan yang terkait dengan penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh positif terhadap empati siswa pada pembelajaran pendidikan jasmani pada kelas eksperimen yaitu siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Cibadak. Pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat perubahan terhadap rasa empati siswa, serta dengan penerapan model pembelajaran koopertif tipe STAD interaksi antar siswa dapat terjalin dengan baik. 2. Penerapan model pembelajaran konvensional saat pembelajaran

pendidikan jasmani pada kelas kontrol tidak berpengaruh pada empati siswa. Hal tersebut terihat dari tidak adanya perubahan interaksi siswa yang signifikan, seperti siswa yang berkelompok tidak berbau dengan teman lainnya, siswa menyangkal pembicaraan siswa lain, siswa berani memotong pembicaraan guru, siswa tidak mau memberikan kepercayaan mereka kepada teman selain teman kelompoknya, dan siswa acuh kepada siswa yang menyiapkan peralatan di sekolah.

3. Pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional, ternyata model pembelajaran model pembelajaran koopertif tipe STAD lebih berpengaruh positif terhadap empati siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah peneliti kemukakan, peneliti memberikan saran sebagai pertimbangan dalam hal meningkatkan pembelajaran


(2)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidikan jasmani untuk kedepannya. Saran-saran yang ingin peneliti sampaikan adalah sebagai berikut:

a. Guru diharapkan dapat melihat betapa uniknya masing-masing dari siswa sehingga kelebih anak yang satu dengan yang lain berbeda. Begitu pula dengan empati yang anak miliki, maka dari itu gurupun diharapkan dapat membantu memotivasi setiap siswa agar dapat berteman dengan siapapun tanpa membeda-bedakan siswa lainnya. b. Dalam merancang metode dan strategi pembelajaran, guru dihapkan

mampu memilah dan memilih metode dan strategi pembelajaran agar dapat meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar yang dilakukan. Dan dengan metode mengajar yang baik, guru dapat memciptakan susasana pembelajaran yang hidup dan mempermudah mencapai tujuan pembelajaran.

c. Pemilihan model pembelajaran yang tepat sangat penting untuk digunakan dan dikembangkan saat pengajaran pendidikan jasmani, sehingga aspek-aspek yang diperlukan saat pembelajaran dapat terbentuk. Dengan bervariasinya model pembelajaran yang guru gunakan, memberikan anak ruang untuk memberanikan diri mengekspresikan diri mereka baik kepada guru maupun kepada teman-temannya. Dan siswa tidak merasa bosan dan tidak berfikir bahwa penjas akan seperti itu-itu saja.


(3)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang. (2011). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: FPOK UPI.

Al-Muruzy, Amir. (2013). Pengertian Pembelajaran Dengan Pendekatan Konvensional [Online]. Tersedia:

http://www.katailmu.com/2013/03/pengertian-pembelajaran-dengan.html [7 Juli 2014]

Anggraini,Dewi. (2013). Teori Empati [Online]. Tersedia:

http://penjajailmu.blogspot.com/2013/05/teori-empati-1_22.html [5 Juli 2014]

Anggrek,Wulan. (2011). Model Pembelajaran Konvensional [Online]. Tersedia: http://hamdianaputrie.blogspot.com/2011/04/model-pembelajaran-konvensional.html?m=1 [7 Juli 2014]

Azmi, N.S. (2012). Perbandingan Antara Model Pembelajaran Cooperatif Learning tipe STAD Dengan Model Pembelajaran Konvensional Dalam Rangka Meningkatkan Hasil Belajar PAI [Online]. Tersedia:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14538/1/09E00951.pdf [4 Juli 2014]

Bambang, A, Kusumah, D.J. (2010). Aplikasi Statistika dalam Penjas. Bandung: FPOK UPI.

Budiman, Yusuf. (2013). Model Konvensional [Online]. Tersedia:

http://budiman2013.blogspot.com/2013/05/model-konvensional.html [7 Juli 2014]


(4)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Enggar. (2013). Teori Empati [Online]. Tersedia: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2362041-teori-empati/#ixzz36pOyt06u [14 Juli 2014]

Fathoni, Abdurrahmat. (2011). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.

Ginting, O.A. (2009). Hubungan Empati dengan Kooperatif Learning pada Proses Belajar siswa di SMP Negeri 10 Medan [Online]. Tersedia: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14538/1/09E00951.pdf [18 mei 2014]

Hanafi. (2012). Teori dan Tujuan Penjaskes [Online]. Tersedia:

http://rapendik.com/program/pengayaan-pembelajaran/penjas/28-teori-dan-tujuan-penjaskes.html [2 Juli 2014]

Hoedaya, Danu. (____). Empati Dalam Kehidupan Bermasyarakat. Bandung: FPOK UPI.

Iskandar, Z.Y. (2014). Pengaruh Modifikasi Pembelajaran Terhadap Motivasi belajar Gerak Siswa dalam Pengajaran Permainan Menyerupai Sepakbola.(Skripsi). Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Julinatine, Tite, dkk. (2007). Teori Latihan. Bandung: FPOK UPI

Juliantine, Tite, dkk. (2013). Model-Model Pembelajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2014). Empati [Online]. Tersedia: http://kbbi.web.id/empati [2 juli 2014]

Mahendra, A. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.


(5)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mardani, Sena. (2014). Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif dalam Aktivitas Ritmik Terhadap Kreativitas Belajar Siswa (Skripsi). Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Metzler, M.W. (2000). Instructional Models for Physical Education. Boston: Allyn & Bacon.Physical Education Guide to Implementation (Kindergarten to Grade12). Alberta: Alberta

Pratiwi,Anggi. (2013). Pengertian Pendidikan Jasmani Menurut Para Ahli [Online]. Tersedia:

http://anggipratiwi77.blogspot.com/2013/07/pengertian-pendidikan-jasmani-menurut.html [1 juli 2014]

Purnomo. (2008). Cara Menumbuhkan Empati [Online]. Tersedia:

http://tripurnomo010374.blogspot.com/2008/09/cara-menumbuhkan-empati.html [2 juli 2014]

Sastradi,Trisna. (2013). Model Pembelajaran Konvensional [Online]. Tersedia:

http://mediafunia.blogspot.com/2013/01/model-pembelajaran-konvensional.html [7 juli 2014]

Schunk, H.D. (2012) Learning Theories An Educational Perspective. Boston: Allyn & Bacon.

Shohib, (2009). Empati dan Prilaku Sosial [Online]. Tersedia:

http://shohibmoe.wordpress.com/content/empati-dan-perilaku-prososial/ [2 Juli 2014]

Sugiono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan Research & development. Bandung: Alfabeta.

Slavin, E.R. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.


(6)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Trianto. (2010). Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Wicaksono,Prayogi. (2013). Definisi Penjas Menurut Para Ahli [Online]. Tersedia: http://olagragasport.blogspot.com/2013/06/definisi-penjas-menurut-ahli.html [1 juli 2014]

Wikipedia, (2013). Empati [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Empati [12 Oktober 2013]

Winarni, Sri. (2012). Model Cooperative Learning dan Individual Learning dalam

Pendidikan Jasmani Untuk Mengembangkan Empati dan

Toleransi.(Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

___________. (2013). Bimbingan Konseling Definisi Empati [Online]. Tersedia:


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ditinjau dari

0 2 17

STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAME TOUR

0 1 15

Implementasi Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan

0 0 10

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP SIKAP SPORTIVITAS SISWA DALAM PENDIDIKAN JASMANI

0 2 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Student Teams Achivement Division (STAD) TERHADAP PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN AKUNTANSI SISWA

0 4 218