PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA TRANSMIGRASI DI DUSUN BERATA DESA TRANSMIGRASI PIR SUS II ALUE PUNTI KECAMATAN KARANG BARU ACEH TAMIANG.

(1)

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA TRANSMIGRASI SUNDA DI DUSUN BERATA DESA TRANSMIGRASI PIR SUS II ALUE PUNTI

KARANG BARU ACEH TAMIANG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Sains pada

Program Studi Antropologi Sosial

Oleh: SUMIYATI NIM: 8136152009

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2015


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

SUMIYATI. Perubahan Sosial Budaya Transmigrasi di Dusun Berata Desa Transmigrasi Pir Sus II Alue Punti Kecamatan Karang Baru Aceh Tamiang. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2015.

Penelitian ini membahas perubahan sosial budaya transmigrasi di Dusun Berata Desa Transmigrasi Pir Sus II Alue Punti dengan tujuan mengetahui proses berlangsungnya transmigrasi dari Jawa Barat ke Dusun Berata Desa Transmigrasi Pir Sus II Alue Punti, menelaah proses adaptasi transmigran dengan masyarakat dan politik daerah setempat pada masa konflik politik yang terjadi di Aceh, dan menjelaskan perubahan sosial budaya dan ekonomi masyarakat transmigrasi yang ada di Dusun Berata Desa Transmigrasi Pir Sus II Alue Punti. Teori yang digunakan adalah teori perubahan sosial, teori konflik, teori migrasi dan adaptasi. Metode penelitian adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa dalam pelaksanaan proses program transmigrasi asal Jawa Barat ke daerah transmigrasi Pir Sus II Alue Punti pada tahun 1987, pemerintah mempunyai Peranan penting dalam program ini, namun pemerintah terkesan hanya menjadi calo atau agen bagi perusahaan swasta yang membutuhkan tenaga kerja, tugas pemerintah hanya mengrekrut para transmigran dari daerah asal, tanpa melanjutkan pembangunan infrastruktur yang merupakan jantung dari pegerakan ekonomi suatu masyrakat. Para transmigran pertama kali berinteraksi dan beradaptasi dengan komunitas yang terbatas yaitu hanya dengan mandor dan asisten PTP. Hubungan para transmigran dengan etnis asli terjalin sangat baik dan harmonis. Walaupun tidak dipungkiri gesekan-gesekan pemicu konflik tetap terjadi. Faktor yang mendorong terjadinya interaksi antara warga Dusun Berata dengan para anggota Gerakan Aceh Merdeka demi untuk mempertahankan hidup dan nyawa. Perubahan sosial pada awal kedatangan di tahun 1987, interaksi sosial antara Dusun Berata dengan daerah sekitarnya kurang terjalin. Namun setelah terjadi konflik di tahun 2002, terjalin interaksi sosial yang baik antara warga Dusun Berata dan dusun tetangga. Sehingga terjadilah akulturasi budaya salah satunya bahasa. Dalam bidang ekonomi, ada peningkatan pendapatan ekonomi pada masyarakat transmigran yang mampu bertahan di daerah tersebut. Dulu, mereka merupakan masyarakat yang ekonomi lemahm sekarang menjadi masyarakat yang sejahtera.


(6)

KATA PENGANTAR

Tiada daya dan upaya penulis untuk menyelesaikan tulisan ini selain campur tangan dari mu yang maha rohman dan rohim Allah SWT. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat mu ya Allah yang maha memiliki ilmu. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Perubahan Sosial Budaya Transmigran Sunda Di Dusun Berata Desa Transmigrasi Pir Sus II Alue Punti Kecamatan Karang Baru Aceh Tamiang dengan baik. Yang mana Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Sosial (M.Sos) pada Program Studi Antropologi Sosial Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

”Orang tuaku bilang aku harus berusaha untuk masa depan ku kelak. Namun aku lakukan ini semua dengan susah payah untuk membahagiakan orang-orang tersayang penulis” Yaitu engkau ibuku Siti Rukmi dan bapak ku Suma, terimaksih untuk lautan cinta dan kasih sayang yang tak terhingga, buat ibu ku Drs. Endang asmarani dan bapak Drs. Amril Yuzam. Terima kasih atas kasih sayang dan semangat yang selalu diberikan. Semua teteh penulis, sukmariah, siti nurohmah, sulaemah, mahdiah, rohanah, terimaksih untuk kasih sayang, perhatian, dan pengertian yang tercurah untuk penulis, merepotkan kalian dengan semua kemanjaan penulis.

Teristimewa kepada tambatan hati, yang terkasih dan tersayang Asnawi Husen suami penulis, terimaksih telah memberi cinta dengan banyak warana dan rasa dalam kehidupan ini sehingga membuat hidup penulis lembih berwarana. Memberi penulisan dukungan dengan cinta materi, Terima kasih sudah iklas terabaikan karena studi ini. Untuk anak ku tersayang Muhamad Baihaqi, yang selalu menjadi motivasi dan penyemangat untuk penulis dalam menjalani hari, terimakasih buah hati yang selalu memberi kebahagian.


(7)

Dan penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, antara lain kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta stafnya.

2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan beserta stafnya.

3. Bapak Dr. phil. Ichwan Azhari, M.S selaku dosen pembimbing I dan kepala Program Studi Antropologi Sosial yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis, berupa waktu, motivasi, semangat serta saran sejak awal sampai akhir penulisan, terima kasih untuk kesabaranya bapak. 4. ibu Dra. Pujiati, M.Soc, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak

memberikan pengarahan, bimbingan, nasehat, waktu dan motivasi, serta semangat, terimaksih ibu telah membimbing dengan sabar dan penuh kasih sayang.

5. Bapak Dr. Hidayat, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Antropologi Sosial dan juga selaku narasumber tesis yang telah banyak memberikan bantuan dan saran yang sangat membantu penulis dalam penulisan tesis ini 6. Bapak Dr. Deni Setiawan,M.Si. Selaku narasumber tesis yang telah

banyak memberikan bantuan kepada penulis, berupa saran dan masukan yang sangat membantu penulis.

7. Bapak Prof. Usman Pely, MA, Ph.D. Selaku narasumber tesis yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis, berupa saran dan masukan yang sangat membantu penulis .

8. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Tata Usaha Program Studi Antropologi Sosial. 9. Kepada Rekan-Rekan Program Studi Antropologi Sosial Angkatan 2013

khususnya kelas A. Daud, Edo, Anis Amalia, Eka Darliana, Pak Ridlo, Elfransisco, Yosi Pratiwi, syafitri tambunan, Dedi Adriansyah

10. Teristimewa untuk adinda-adinda yang manis Yosi Pratiwi dan Syafitri tambunan yang selalu siap untuk berbagi cerita, dalam ilmu dan kisah hidup, ketika terawa dan bersedih, mendengarkan keluh kesah penulis, Terima kasih telah menjadi teman terbaik penulis dan adik-adik termanis, melewati suka dan duka, saling memberi semangat, dukungan, serta saling berbagi ilmu dan kerja sama. Terima kasih telah member waran dalam


(8)

kehidupan penulis

11. Dan terimakasih juga untuk, Dedi Adriansyah, yang selalu siap membantu dan mendukung penulis, menjadi penyemangat, dan pendengar bagi penulis, teman berjuang dalam mengahadi proses dalam menyelesaikan pendidikan ini.

12. kepada Eva Yeni Ginting, Sandri Batubara dan adik Eka, Dan, Putri. Serta teman teman dari intansi, Eva Auli, elita, Muamar, Nurasiah, Yusnidar, Syrifah Leli dan Gita sari dan Intan Yuliani, dan teman teman yang tak bisa penulis tuliskan satu persatu, terimasih atas dukunganya. Dan teman-teman lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih telah menjadikan hari-hari penulis menjadi lebih berwarna.

Semoga kebaikan yang mereka berikan mendapat imbalan dari Allah SWT. Masih sangat banyak kekurangan di dalam penulisan tesis ini yang mana penulis sadari hal itu merupakan kodrat nya penulis sebagai manusia. dan semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca khususnya Program Studi Antropologi Sosial.

Medan, 09 September 2015 Penulis

Sumiyati


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... I DAFTAR ISI ... II DAFTAR GAMBAR………. III DAFTAR LAMPIRAN………. IV DAFTAR TABEL………. V

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Fokus Penelitian Dan Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA ... 7

2.1 Dasar Teoritis ... 7

2.1.1 Teori Perubahan Sosial... 7

2.1.2 Teori Konflik ... 8

2.1.3 Teori Mmigrasi ... 10

2.1.4 Teori Adaptasi ... 16

2.2. Kajian Pustaka ... 21

2.2.1. Sejarah Transmigrasi... 21

2.2.2. Tipe-Tipe Transmigrasi... 25

2.2.3. Permasalahan Sosial Budaya Tansmigrasi ... 28

2.3. Kerangka Berfikir... 33

2.4. Tabel Matrik ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1. Lokasi Penelitian ... 35

3.2. Metode Penelitian... 35

3.3. Teknik Pengumpulan ... 36

3.4. Informan...37

3.4. Analisis Data ... 38

3.5. Profil Lokasi Penelitian ... 39


(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian ... 41

4.12. Dusun Berata dalam Sejarah ... 42

4.2. Proses Berlangsungnya Transmigrasi asal Jawa Barat ... 43

4.2.1. Informasi Pra Transmigrasi ... 43

4.2.2. Pengarahan dan Gambaran dari pemerintah kepada Para Transmigran tentang Lokasi yang dituju ... 51

4.2.3. Harapan Para Transmigran ... 54

4.2.3.1. Proses pendaftaran dan menunggu keberangkatan ... 54

4.2.3.2. Tidak ada Perbekalan dan barang ketika keberangkatan ... 58

4.2.3.3. Motivasi Para Transmigran ... 60

4.2.3.4. Fasilitas Sebelum Keberangkatan ... 62

4.2.3.5. Koordinasi Keberangkatan... 63

4.2.3.6. Pengalaman dan Proses Perjalanan ... 63

4.2.4. Tiba di Lokasi Tujuan ... 68

4.2.5. Aplikasi Teori Terhadap Proses Berlangsungnya Transmigrasi ... 75

4.2. Adaptasi Transmigran dengan Masyarakat Setempat dan Konflik Politik yang Terjadi antara TNI dan GAM Di Daerah Dusun Berata ... 77

4.2.1 Interaksi Para Transmigran Pertama Kali ... 77

4.2.2 Pandangan Masyarakat Setempat Kepada Para Transmigran di Awal Kedatangan ... 80

4.2.2.1. Daerah yang Terasing ... 80

4.2.3. Hadirnya Kecemburuan Sosial ... 82

4.2.4 Kasus Kawin-Mawin antara Transmigran dan Etnis Aceh ... 85

4.2.4.1. Pernikahan demi Jatah Pecahan KK ... 85

4.2.4.2. Tak Ada Pilihan Selain Menikahi Pria Atau Wanita Sekampung... 86


(11)

4.2.4.3. Etnosentris Si Pendatang ... 87

4.2.5. Konflik Politik Antara GAM dengan TNI ...88

4.2.5.1. Awal Konflik itu Terjadi di Daerah Transmigrasi ... 90

4.2.5.2. Si Baju Loreng yang Sama Namun Berbeda ... 92

4.2.5.3. Kontak Senjata itu Terjadi ... 95

4.2.5.4 Terselamatkan oleh Bahasa dan Kultur yang Terjaga ... 97

4.2.5.5 Meninggalkan Harta Benda untuk Menjaga Nyawa ... 101

4.2.4.6. Menderita dan Di abaikan Kembali ... 101

4.2.4.7 Menggali Kembali Manyat GAM ... 104

4.2.4.8 Si Bukan Sunda yang Dibawa Pasukan Loreng . 105 4.2.4.9 Bertahan di Pengungsian Bukan Pilihan ... 107

4.2.4.10 Kehilangan Kampung ...108

4.2.4.11 Aplikasi Teori Adaptasi Transmigran dengan Masyarakat Setempat dan Konflik Politik yang terjadi 110 4.3. Perubahan Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat Transmigran ... 112

4.3.1. Hubungan Sosial Masyarakat ... 112

4.2.2 Tokoh dan Pemuka Agama ... 117

4.2.3 Adat Istiadat dan kebudayaan ... 120

4.2.3.1. Upacara Pernikahan Ala Transmigran ... 121

4.2.3.2. Upacara Kematian... 123

4.2.3.3. Pakaian Adat ... 124

4.2.3.4. Kuliner ... 125

4.2.3.5. Seni; Transmigran yang Senang Dangdutan ... 126

4.2.3.6. Bahasa yang Digunakan Para Transmigran ... 128

4.2.4. Kondisi Lahan Petanian di Daerah Transmigrasi ... 129

4.2.5. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Transmigran ... 133


(12)

4.2.5.2 Pola Pemukiman Penduduk Transmigran

Desain Rumah ... 137

4.2.5.3 Pendidikan Anak-Anak Transmigran ... 139

4.2.5.4 Investasi di Sertifikat Kebun Kelapa Sawit ... 147

4.2.5.5 Nuansa Keislaman yang Kurang Terasa ... 148

4.2.5.6 Aplikasi Teori Tehadap Perubahan Sosial Ekonomi Dan Budaya ... 150

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 153

5.1. Kesimpulan ... 153

5.2. Saran ... 155


(13)

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel Matrik Penelitian... 39

Tabel Tabel perubahan sosial keagamaaan ... 131

Tabel Tabel perubahan sosial kebudayaan ... 132

Tabel Tabel Perubahan Pendapatan Ekonomi ... 137


(14)

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 4. 1 Suasana Gotong Royong Masyarakat Tansmigran ... 117 Gambar 4.2. Contoh rujak tujuh bulanan masyarakat Jawa Barat ... 121 Gambar 4.3 Makanan Khas Sunda yang Ada di Acara-Acara Masyarakat

Transmigran ... 126 Gambar 4.4 Rumah Transmigran 1978 dan 2015 ... 139


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN

Lampiran 1. Peta daerah asal para transmigran ... 160

Lampiran 2. Peta daerah transmigrasi Dusun Berata ... 164

Lampiran 3. Gambaran dusun Berata setelah ditinggalkan Penduduknya ... 166

Lampiran 4. Sketsa lokasi penelitian ... 167

Lampiran 5. Kondisi rumah transmigran pada tahun 1987 dan 2015 ... 168

Lampiran 6. Profil keluarga transmigrasitahun 1987 ... 168

Lampiran 7. Perkebunan kelapa sawit masyarakat Transmigrasi tahun 2015 ... 168

Lampiran 8. Kondisi jalan menuju daerah transmigrasi Alue Punti... 169


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pada masa Orde Baru, pemerintah gencar melaksanakan program transmigrasi dengan tujuan pemerataan penduduk dan mensejahterakan rakyat Indonesia. Salah satu program pemerintah adalah pengiriman transmigrasi dari daerah Jawa Barat ke Propinsi Aceh. Di antaranya ke Dusun Berata Desa Transmigrasi Pir Sus II Alue Punti Kecamatan Karang Baru Aceh Tamiang yang berlangsung tahun 1987. Daerah transmigrasi tersebutlah yang merupakan daerah penelitian penulis.

Peneliti melakukan penelitian dengan kajian Perubahan Sosial Budaya

Transmigrasi Sunda Di Dusun Berata Desa Transmigrasi Pir Sus II Alue Punti Kecamatan Karang Baru Aceh Tamiang. Hal-hal yang membuat ketertarikan

peneliti terhadap masyarakat transmigrasi Jawa Barat tahun 1987 di dusun Berat adalah daerah transmigrasi merupakan tempat tinggal semasa kecil peneliti, yang memberikan semangat tersendiri bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini. Selain untuk menelaah bagaimana perubahan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat transmigrasi di daerah tersebut.

Pada saat membahas tentang transmigrasi pada dasarnya bukanlah hal yang istimewa, karena sebagian besar bangsa Indonesia merupakan penyebaran transmigrasi. Namun tidak semua transmigrasi berkaitan dengan konflik politik. Dan daerah yang peneliti telaah merupakan daerah transmigrasi yang berkaitan langsung dengan konflik politik antar TNI dan GAM.


(17)

2

Pada dasarnya Pembangunan transmigrasi sudah dirintis pada zaman Hindia Belanda yaitu sejak tahun 1905-1931 dengan sebuah program kolonisasi yang disebut sebagai fase percobaan. Menurut Levang (1995:9) pada tahun 1905 Heijting mengirimkan satu rombongan yang terdiri atas 155 kepala keluaga dari Karisidenan Kedu (Jawa Tengah) ke Gendong Taatan (Lampung). Di tempat itu

para pendatang membangun desa yang diberinama Bagelen, desa kolonisasi

pertama. Empat desa lainnya dibangun antara tahun 1906 dan 1911. Setiap kepala keluarga di dusun tersebut memperoleh (70) tujuh puluh are sawah dan (30) tiga puluh are pekarangan. Sedangkan biaya transportasi, bahan bangunan, peralatan, dan jaminan hidup selama dua tahun ditanggung oleh proyek. Program transmigrasi dilanjutkan kembali pada masa pemerintahaan Orde Lama dengan sebutan trasmigrasi gaya baru. Kebijakan transmigrasi baru ini menekankan pada transmigrasi swakarsa.

Selanjutnya Levang (2003:12) menyatakan bahwa pembaruan transmigrasi pada awal tahun 1970 berlangsung dalam iklim politik dan ekonomi yang sangat khas. Pada Era Sukarno, transmigrasi diwarnai nasionalisme romantis dan perjuangan anti imperialis dan berakhir dengan pertumpahan darah pada tahun 1965. “Kudeta Komunis” yang gagal serta pemberantasannya yang brutal memungkinkan kelompok baru memperoleh kekuasaan.

Pada masa pemerintahan Suharto yang bersikap pro-Barat mendapatkan dukungan dari badan dunia, yakni Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank


(18)

3

Dunia. Dukungan ini bertujuan untuk membangkitkan kembali perekonomian yang terpuruk.

Tahun 1969 Pelita I dimulai untuk menciptakan stabilitas nasional. Dengan tujuan utama mencapai swasembada beras. Hal ini berarti meningkatkan produksi beras sebesar 50% dalam jangka waktu lima tahun. Untuk mencapai tujuan tersebut, para perencana dapat menempuh dua jalur, yakni:

 Intensifikasi pembudidayaan padi, berkat program Revolusi Hijau.

 Perluasan lahan garapan, berkat program Transmigrasi

Menurut peneliti, ada beberapa hal yang perlu diteliti di daerah transmigrasi dusun Berata. Salah satunya adalah bagaimana keseriusan pemerintah dalam menangani program transmigrasi yang sudah mereka jalankan. Dimulai dari rekrut mencalon transmigrasi di tempat asal, janji-janji pemerintah dalam pelaksanaan transmigrasi, dan masalah adaptasi para transmigran dengan masyarakat setempat serta bagaimana masarakat beradapatasi dengan konflik politik yang terjadi di daerah tersebut. Hal tersebut apakah sudah sesuai dengan tujuan pemerintah yaitu untuk memberikan kehidupan yang lebih baik terhadap masyarakat transmigrasi, atau sebaliknya lebih memiskinkan masyarakat transmigrasi. Selain dari perhatian pemerintah dan adaptasi masyrakat di daerah tersebut, hal lainya menurut peneliti adalah bagaimana perubahan sosial ekonomi dan budayanya, serta interaksi sosial yang terjadi di dalam kehidupan masyrakat transmigrasi.


(19)

4

1.2 Rumusan Masalah dan Fokus Penelitian

1) Bagaimana proses berlangsungnya transmigrasi, dari daerah Jawa Barat

sampai dengan penempatan para transmigran ke dusun Berata DesaTransmigrasi Pir Sus II Alue Punti.

2) Bagaimana masyarakat transmigran menyesuaikan diri dengan masyarakat

Aceh dan politik daerah setempat pada masa konflik politik yang terjadi di Aceh.

3) Menganalisis bagaimana perubahan sosial budaya dan ekonomi

masyarakat transmigrasi yang ada di Dusun Berata Desa Transmigrasi Pir Sus II Alue Punti.

1.3 Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui proses berlangsungnya transmigrasi dari daerah Jawa

Barat ke Dusun Berata Desa Transmigrasi Pir Sus II Alue Punti.

2) Untuk menelaah proses adaptasi transmigran dengan masyarakat dan

politik daerah setempat pada masa konflik politik yang terjadi di Aceh.

3) Untuk menjelaskan perubahan sosial budaya dan ekonomi masyarakat

transmigrasi yang ada di Dusun Berata Desa Transmigrasi Pir Sus II Alue Punti.


(20)

5

1.4 Manfaat Penelitian

1) Manfaat Praktis

Penelitian ini memberikan masukan terhadap pemerintah lokal dan Nasional serta masyarakat tentang pentingnya program transmigrasi terutama dalam upaya pemerataan penduduk, pertumbuhan ekonomi Nasional dan kesejahteraan serta integritas ketahanan Nasional untuk masyarakat transmigrasi dari daerah Jawa Barat ke Dusun Berata Desa Transmigrasi PirSus II AluePunti, serta melihat kembali perkembangan kehidupan perekonomian, adaptasi, social dan budaya, serta dampak dari konflik politik terhadap masyarakat Transmigrasi dusun Berata tersebut.

2) Manfaat teoritis

Kontribusi secara ilmiah untuk menambah hazanah ilmu antropologi sosial, berkaitan dengan masalah program transmigrasi yang erat kaitanya dengan pembangunan ekonomi dan pemerataan kesejahtraan masyarakat. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi kepustakaan yang mengandung informasi tambahan yang berguna bagi pembaca dan memberikan gambaran awal yang mampu memberikan kontribusi pemikiran bagi pihak-pihak yang mempunyai penelitian lanjutan.


(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari uraian-uraian hasil penelitian yang telah dikemukakan, peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Dalam pelaksanaan proses program transmigrasi masyarakat asal Jawa Barat ke daerah transmigrasi Pir Sus II Alue Punti pada tahun 1987 merupakan tipe transmigrasi swakarsa mandiri. Yang mana motivasi atau daya tarik para transmigran untuk mengikuti program transmigrasi adalah untuk memperbaiki kehidupan di bidang ekonomi. Faktor pendorong mengikuti program transmigrasi adalah para transmigran merupakan masyarakat dengan ekonomi lemah, kemiskinan dan sempitnya lahan pertanian di tempat asal. Dalam prosesnya pemerintah mempunyai Peranan penting khususnya departemen transmigrasi adalah intansi yang sangat berperan penting dalam program ini yang bekerja sama dengan PTP, namun pemerintah terkesan hanya menjadi calo atau agen bagi perusahaan swasta yang membutuhkan tenaga kerja, tugas pemerintah hanya mengrekrut para transmigran dari daerah asal dengan memberikan semua janji manis, mengantarkan para transmigran ke daerah tujuan tanpa memberikan pengarahan berlanjut, dan tanpa melanjutkan pembangunan infrastruktur yang merupakan jantung dari pegerakan ekonomi suatu masyrakat. Di tambah dengan ketidak siapan program tersebut hal ini di lihat dari masalah kondisi rumah yang tidak layak huni, serta kondisi


(22)

165

tempat tinggal yang tak sesuai dengan janji pemerintah. Ditambah dengan lokasi yang terasing dari daerah lain, infrastruktur seperti jalan, fasilitas kesehatan, sarana ibadah dan pendidikan yang saat itu belum tersedia. 2. Proses Adaptasi

Adaptasi merupakan proses belajar untuk bisa menyusaikan diri pada lingkungan yang baru. Proses adaptasi Para transmigran asal Jawa Barat pertama kali berinteraksi dan berkomunikasi dengan komunitas yang terbatas yaitu hanya dengan para mandor dan asisten PTP serta beradaptasi dengan lingkungan yang terisolir. Adapun interaksi dan adaptasi antara transmigran Jawa Barat dengan etnis Aceh atau penduduk asli terjadi setelah tiga tahun berikutnya, hal tersebut pun terjadi karena dibukanya transmigrasi lokal oleh pemerintah. Hubungan para transmigran Jawa Barat dengan transmigran lokal terjalin dengan sangat baik dan harmonis. Walaupun tidak dipungkiri gesekan-gesekan pemicu konflik tetap terjadi. Hal tersebut dikarenakan pendapatan ekonomi masyarakat transmigran Jawa Barat lebih baik dibanding dengan suku bangsa daerah asli. Selain itu para transmigran harus beradaptasi dengan konflik politik yang terjadi di daerah Istimewa Aceh. Faktor yang mendorong terjadinya interaksi dan adaptasi antara warga dusun Berata dengan para anggota Gerakan Aceh Merdeka demi untuk mempertahankan hidup dan nyawa. 3. Perubahan sosial

Pada awal kedatangan yaitu tahun 1987 interaksi sosial antara dusun Berata dengan daerah sekitarnya kurang terjalin. Namun di dalam dusun


(23)

166

Berata itu sendiri sangat menjaga sitem gotong-royong dan kekeluargaan. Serta rasa kedaerahan atau kesukuan yang melekat di dalam setiap individu yang membuat warga dusun ini begitu menyatu. Dan hal tersebut yang membuat para transmigran mampu mempertahankan kebudayaan yang mereka bawa dari daerah asalnya. Yaitu dengan mempertahankan unsur-unsur kebudayaan dan adat istiadat yang mereka miliki. Namun setelah terjadinya konflik pada tahun 2002, terjadi interaksi sosial yang baik antara warga dusun Berata dan dusun tetangga. Maka terjadilah akulturasi budaya. Salah satu yang terakulturasi adalah bahasa.

Dalam bidang ekonomi, terdapat peningkatan pendapatan ekonomi pada masyarakat transmigran yang mampu bertahan di daerah transmigrasi. Yang mana dulu merupakan masyarakat yang ekonomi lemah sekarang menjadi masyrakat yang sejahtera, hal ini dapat peneliti lihat dari pola hidup sampai dengan Perkembangan pendidikan para anak-anak transmigran yang berkembang sangat baik.

5.2. Saran-saran

Sesuai dengan uraian kesimpulan, penelitin mengemukakan saran antara lain.

1. Kepada seluruh lapisan masyarakat khususnya masyarakat transmigrasi, agar terus mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan, menjaga rasa solidaritas dan kekeluargaan serta sistem gotong-royong yang yang telah ada selama ini. Melestarikan budaya yang masih tersisa.


(24)

167

2. Kepada pihak Pemerintah, sebelum melaksanakan program transmigrasi diharapkan melakukan peninjauan lokasi dan persiapan proyek secara matang. Menyediakan infrastruktur, seperti akses jalan, penerangan, dan rumah yang layak huni sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengadakan pembinaan secara berlanjut kepada warga transmigran. Menempatkan sumber daya manusia yang sesuai di bidangnya. Koordinasi lebih lanjut dengan instansi-instansi yang terkait dengan program transmigrasi seperti Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pendidikan dan Kesehatan.

3. Kepada pihak PTP diharapkan ada pembenahan dibidang manajemen sehingga sebagai ayah angkat dari program transmigrasi bisa mendukung pemerintah untuk mensukseskan program transmigrasi dengan baik kedepannya.

4. Bagi para akademisi atau peneliti selanjutnya terhadap transmigrasi sangat perlu dilanjutkan dalam upaya perbaikan kesejahteraan, pemerataan dan peningkatan ekonomi masyarakat. Sehingga nantinya bisa digunakan sebagai acuan dan pembelajaran oleh pemerintah dalam melaksanakan program-program transmigrasi yang akan datang. Sehingga tidak ada lagi kesalahan dan kekeliruan berulang yang dilakukan oleh pemerintah.


(25)

157

DAFTAR PUSTAKA

Barth, Fredrik. 1969. Kelompok Etnik dan Batasannya. Bergen: Universitas Indonesia

Press

Budiman, Arif. 1985. Transmigrasi di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia

Bungin, Burhan. 2007.Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Chambers, Robert. 1996. Memahami Desa Secara Partisipatif. Yogyakarta: Yayasan

Mitra Tani

Heeren, H.J. 1979. Transmigrasi di Indonesia, Hubungan antara Transmigran dengan Penduduk Asli. dengan Titik Berat Sumatrra Selatan dan Tengah. Jakarta: PT

Gramedia

Hardjono, Joan. 1982. Transmigrasi dari Kolonisasi Sampai Suakarsa. Jakarta: PT

Gramedia

Koentjaraningrat, 1970. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:

DJAMBATAN

---, 1990. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: DJAMBATAN

Levang, Patrice. 1955. Ayo ke Tanah Sabarang, Transmigrasi Indonesia. Montpellier:

Perpustakaan Populer Gramedia

Lee, Everett S. 2000. Teori Migrasi. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan

Universitas Gajah Mada

Laure, Robert H. 1993.Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Rineka Cipta

Moleong, Lexy J. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Colombus, Ohio, USA: PT.


(26)

158

Mubiarto. 1982. Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan. Jakarta: Sinar

Harapan

Titus, Milan J .1995. Migrasi antar Daerah di Indonesia sebagai Cerminan Ketimpangan Regional dan Sosial. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Pelly, Usman. 2013. Urbanisasi dan Adaptasi Peranan Misi Budaya Minangkabau dan Mandailing di Perkotaan. Medan: Unimed Press

Pasaribu. L. L. & B. Simandjuntak. 1986. Sosiologi Pembangunan. Bandung: Tarsito

Ritzer George – J.Goodmen. 2010. Teori Sosiologi Moderen. Jakarta: Kencana

Soekanto. Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Soerjono Soekanto. 1982. Teori Sosiologi tentang Pribadi dalam Masyarakat. Jakarta:

Gahlia Indonesia

Swarsono, Singarimbun dkk.1986. Transmigrasi di Indonesia 1905-1985. Jakarta: UI

Press

Sprradley, James. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta : Tiara Wacana

Tjiptoherijayanto, Prijono. 1997. Migrasi Urbanisasi dan Pasar Kerja. Jakarta :

Universitas Indonesia

Tilaar, H.A.R. 2004. Multikulturalisme. Jakarta: PT. GramediaWidiasarana Indonesia


(1)

164

Berdasarkan dari uraian-uraian hasil penelitian yang telah dikemukakan, peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Dalam pelaksanaan proses program transmigrasi masyarakat asal Jawa Barat ke daerah transmigrasi Pir Sus II Alue Punti pada tahun 1987 merupakan tipe transmigrasi swakarsa mandiri. Yang mana motivasi atau daya tarik para transmigran untuk mengikuti program transmigrasi adalah untuk memperbaiki kehidupan di bidang ekonomi. Faktor pendorong mengikuti program transmigrasi adalah para transmigran merupakan masyarakat dengan ekonomi lemah, kemiskinan dan sempitnya lahan pertanian di tempat asal. Dalam prosesnya pemerintah mempunyai Peranan penting khususnya departemen transmigrasi adalah intansi yang sangat berperan penting dalam program ini yang bekerja sama dengan PTP, namun pemerintah terkesan hanya menjadi calo atau agen bagi perusahaan swasta yang membutuhkan tenaga kerja, tugas pemerintah hanya mengrekrut para transmigran dari daerah asal dengan memberikan semua janji manis, mengantarkan para transmigran ke daerah tujuan tanpa memberikan pengarahan berlanjut, dan tanpa melanjutkan pembangunan infrastruktur yang merupakan jantung dari pegerakan ekonomi suatu masyrakat. Di tambah dengan ketidak siapan program tersebut hal ini di lihat dari masalah kondisi rumah yang tidak layak huni, serta kondisi


(2)

tempat tinggal yang tak sesuai dengan janji pemerintah. Ditambah dengan lokasi yang terasing dari daerah lain, infrastruktur seperti jalan, fasilitas kesehatan, sarana ibadah dan pendidikan yang saat itu belum tersedia. 2. Proses Adaptasi

Adaptasi merupakan proses belajar untuk bisa menyusaikan diri pada lingkungan yang baru. Proses adaptasi Para transmigran asal Jawa Barat pertama kali berinteraksi dan berkomunikasi dengan komunitas yang terbatas yaitu hanya dengan para mandor dan asisten PTP serta beradaptasi dengan lingkungan yang terisolir. Adapun interaksi dan adaptasi antara transmigran Jawa Barat dengan etnis Aceh atau penduduk asli terjadi setelah tiga tahun berikutnya, hal tersebut pun terjadi karena dibukanya transmigrasi lokal oleh pemerintah. Hubungan para transmigran Jawa Barat dengan transmigran lokal terjalin dengan sangat baik dan harmonis. Walaupun tidak dipungkiri gesekan-gesekan pemicu konflik tetap terjadi. Hal tersebut dikarenakan pendapatan ekonomi masyarakat transmigran Jawa Barat lebih baik dibanding dengan suku bangsa daerah asli. Selain itu para transmigran harus beradaptasi dengan konflik politik yang terjadi di daerah Istimewa Aceh. Faktor yang mendorong terjadinya interaksi dan adaptasi antara warga dusun Berata dengan para anggota Gerakan Aceh Merdeka demi untuk mempertahankan hidup dan nyawa. 3. Perubahan sosial

Pada awal kedatangan yaitu tahun 1987 interaksi sosial antara dusun Berata dengan daerah sekitarnya kurang terjalin. Namun di dalam dusun


(3)

Berata itu sendiri sangat menjaga sitem gotong-royong dan kekeluargaan. Serta rasa kedaerahan atau kesukuan yang melekat di dalam setiap individu yang membuat warga dusun ini begitu menyatu. Dan hal tersebut yang membuat para transmigran mampu mempertahankan kebudayaan yang mereka bawa dari daerah asalnya. Yaitu dengan mempertahankan unsur-unsur kebudayaan dan adat istiadat yang mereka miliki. Namun setelah terjadinya konflik pada tahun 2002, terjadi interaksi sosial yang baik antara warga dusun Berata dan dusun tetangga. Maka terjadilah akulturasi budaya. Salah satu yang terakulturasi adalah bahasa.

Dalam bidang ekonomi, terdapat peningkatan pendapatan ekonomi pada masyarakat transmigran yang mampu bertahan di daerah transmigrasi. Yang mana dulu merupakan masyarakat yang ekonomi lemah sekarang menjadi masyrakat yang sejahtera, hal ini dapat peneliti lihat dari pola hidup sampai dengan Perkembangan pendidikan para anak-anak transmigran yang berkembang sangat baik.

5.2. Saran-saran

Sesuai dengan uraian kesimpulan, penelitin mengemukakan saran antara lain.

1. Kepada seluruh lapisan masyarakat khususnya masyarakat transmigrasi, agar terus mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan, menjaga rasa solidaritas dan kekeluargaan serta sistem gotong-royong yang yang telah ada selama ini. Melestarikan budaya yang masih tersisa.


(4)

2. Kepada pihak Pemerintah, sebelum melaksanakan program transmigrasi diharapkan melakukan peninjauan lokasi dan persiapan proyek secara matang. Menyediakan infrastruktur, seperti akses jalan, penerangan, dan rumah yang layak huni sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengadakan pembinaan secara berlanjut kepada warga transmigran. Menempatkan sumber daya manusia yang sesuai di bidangnya. Koordinasi lebih lanjut dengan instansi-instansi yang terkait dengan program transmigrasi seperti Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pendidikan dan Kesehatan.

3. Kepada pihak PTP diharapkan ada pembenahan dibidang manajemen sehingga sebagai ayah angkat dari program transmigrasi bisa mendukung pemerintah untuk mensukseskan program transmigrasi dengan baik kedepannya.

4. Bagi para akademisi atau peneliti selanjutnya terhadap transmigrasi sangat perlu dilanjutkan dalam upaya perbaikan kesejahteraan, pemerataan dan peningkatan ekonomi masyarakat. Sehingga nantinya bisa digunakan sebagai acuan dan pembelajaran oleh pemerintah dalam melaksanakan program-program transmigrasi yang akan datang. Sehingga tidak ada lagi kesalahan dan kekeliruan berulang yang dilakukan oleh pemerintah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Barth, Fredrik. 1969. Kelompok Etnik dan Batasannya. Bergen: Universitas Indonesia Press

Budiman, Arif. 1985. Transmigrasi di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia

Bungin, Burhan. 2007.Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Chambers, Robert. 1996. Memahami Desa Secara Partisipatif. Yogyakarta: Yayasan

Mitra Tani

Heeren, H.J. 1979. Transmigrasi di Indonesia, Hubungan antara Transmigran dengan Penduduk Asli. dengan Titik Berat Sumatrra Selatan dan Tengah. Jakarta: PT Gramedia

Hardjono, Joan. 1982. Transmigrasi dari Kolonisasi Sampai Suakarsa. Jakarta: PT Gramedia

Koentjaraningrat, 1970. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: DJAMBATAN

---, 1990. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: DJAMBATAN

Levang, Patrice. 1955. Ayo ke Tanah Sabarang, Transmigrasi Indonesia. Montpellier: Perpustakaan Populer Gramedia

Lee, Everett S. 2000. Teori Migrasi. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gajah Mada

Laure, Robert H. 1993.Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Rineka Cipta Moleong, Lexy J. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Colombus, Ohio, USA: PT.

Remaja Rosda Karya


(6)

Mubiarto. 1982. Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan. Jakarta: Sinar Harapan

Titus, Milan J .1995. Migrasi antar Daerah di Indonesia sebagai Cerminan Ketimpangan Regional dan Sosial. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Pelly, Usman. 2013. Urbanisasi dan Adaptasi Peranan Misi Budaya Minangkabau

dan Mandailing di Perkotaan. Medan: Unimed Press

Pasaribu. L. L. & B. Simandjuntak. 1986. Sosiologi Pembangunan. Bandung: Tarsito Ritzer George – J.Goodmen. 2010. Teori Sosiologi Moderen. Jakarta: Kencana

Soekanto. Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Soerjono Soekanto. 1982. Teori Sosiologi tentang Pribadi dalam Masyarakat. Jakarta:

Gahlia Indonesia

Swarsono, Singarimbun dkk.1986. Transmigrasi di Indonesia 1905-1985. Jakarta: UI Press

Sprradley, James. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta : Tiara Wacana

Tjiptoherijayanto, Prijono. 1997. Migrasi Urbanisasi dan Pasar Kerja. Jakarta : Universitas Indonesia

Tilaar, H.A.R. 2004. Multikulturalisme. Jakarta: PT. GramediaWidiasarana Indonesia Goggle http://jrs.or.id/refugee/23:2014