Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Melalui Diversifikasi Pekerjaan ( Studi di: Desa Seunebuk Punti, Kecamatan Manyak Payed, Kabupaten Aceh Tamiang )

(1)

i

STRATEGI MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA MELALUI DIVERSIFIKASI PEKERJAAN

( Studi di: Desa Seunebuk Punti, Kecamatan Manyak Payed, Kabupaten Aceh Tamiang )

D I S U S U N OLEH DIKI HANDIKA

080901065

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

ii ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Melalui Diversifikasi Pekerjaan dengan studi kasus di Desa Seneubuk Punti Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang. Peneliti tertarik melakukan penelitian ini karena bagaimana masyarakat desa Seneubuk Punti mampu meningkatkan pendapatan rumah tangganya dengan melakukan Diversifikasi pekerjaan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus dimana peneliti ingin melihat langsung bagaimana strategi meningkatkan kesejahteraan keluarga di desa Seneubuk Punti Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang melalui Diversifikasi pekerjaan, dengan menggunakan informan sebanyak 10 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data skunder.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, masyarakat desa Seneubuk Punti melakukan Diversifikasi pekerjaan dengan mengharapkan peningkatan pendapatan rumah tangga dengan mengoptimalkan lahan atau pekerjaan disektor lain yang ada, dan juga aspek ekonomi, sumber daya alam adalah bagian dari aspek keuntungan melakukan diversifikasi pekerjaan. Dimana nantinya kegiatan Diversifikasi pekerjaan sangat dirasakan oleh masyarakat desa yang melakukannya. Banyak masyarakat yang makin maju dengan mengalami perubahan, hal ini dapat dilihat daritingkat pendidikan, tingkat penduduk yang semakin bertambah dan terpenuhinya kebutuhan primer, sekunder dan tersier masyarakat desa tersebut. Meningkatkan kesejahteraan petani melalui upaya peningkatan pendapatan rumah tangga merupakan sasaran akhir dan pembangunan nasional, tingkat pendapatan merupakan salah satu faktor kunci bagi rumah tangga untuk akses terhadap pangan yang dibutuhkan. Jika dilihat Semakin kecilnya rata-rata penguasaan lahan oleh rumah tangga petani mendorong petani melakukan diversifikasi pekerjaan dalam upaya meningkatkan pendapatannya. Oleh sebab itu masyarakat desa Seneubuk Punti harus melakukan Diversiffikasi pekerjaan, selain untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka juga untuk meningkatkan taraf ekonomi keluarga mereka.


(3)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, ALLAH SWT. Karena sampai saat ini saya masih diberikan kesehatan dan keselamatan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Melalui Diversifikasi Pekerjaan”, disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini menjelaskan bagaimana masyarakat desa meningkatkan kesejahteraan kelurga dengan melakukan Diversifikasi pekerjaan.. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan untuk itu saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda Majlan (alm) dan ibunda Partiah (alm) yang telah merawat dan membesarkan saya dengan penuh kasih sayang dan ketulusan yang mendalam dan mendidik saya dengan kesabaran, semangat dan do’a yang begitu suci kepada saya. Serta keluarga besar saya abang dan kakak saya.

Melalui penulisan ini penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terimakasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini kepada:

1.Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(4)

iv

2.Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi, serta selaku dosen pembimbing yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, ide-ide dan pemikiran dalam membimbing saya dari awal hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.

3.Segenap dosen, staff, dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Kak Fenni Khairifa dan Kak Betty yang banyak membantu penulis selama masa perkuliahan dan pengurusan administrasi.

4.Terima kasih juga kepada teman-teman Sosiologi angkatan 2008, Fitri Aprilia, Vanny Virgita S.sos. Sondang F.Y.H S.sos. Syahrul Payan. Alexander Giovani Simamora. Arman Silalahi. Ockta Dedi. Heberlin Sandro Tinambunan, Lenny Nababan S.sos. Frisilia Pardosi. Ockta Virna. Shanty J.V.N. Ratih Dina. Muhammad Reza S.sos. Rudianto. Dicky Eko Pratomo S.sos. Hendra Hutagalung. Dan banyak lagi yang belum saya sebutkan yang bersama-sama selama perkuliahan sampai saat ini dan masa yang akan datang.

5.Kepada Sarah Wulandari (ala) yang telah banyak member dukungan berupa, motivasi, tenaga, waktu dan ide-ide dan canda nya dalam penyelesaian skripsi ini.

6.Kepada Anggotta GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) baik yang masih menjadi anggota maupun sudah menjadi alumni, terimakasih atas pndidikakan politiknya dan selalu tetap JAYA.


(5)

v

7.Kakak dan abang alumni yang baik hati Gorenti Okseva Manurung S.sos. Prabu tamba S.sos. Herbin Martin Butar-butar S.sos. Rizky Alfarizy S.sos. Desty Ariany S.sos. yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan skripsi.

8.Kepada para informan yang ada di Desa Seneubuk Punti Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang yang telah membantu serta meberikan informasi penelitian ini.

Medan, Juli 2014

DIKI HANDIKA NIM. 080901065


(6)

vi

DAFTAR ISI

Hal. LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Defenisi Konsep ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diversifikasi Pekerjaan ... 6

2.2 Mobilitas Sosial ... 7

2.2.1. Mobolitas Sosial Vertikal……….. 14

2.2.2. Mobilitas Sosial Horizontal……… 15

2.3 Jiwa Kewirausahaan Di Pedesaan ... 16

2.4 Peluang Kerja Di Pedesaan ... 16


(7)

vii BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 19

3.2 Lokasi Penelitian ... 19

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 20

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 20

3.4.1 Data Primer ... 20

3.4.2 Data Skunder ... 21

3.5 Interpretasi Data ... 21

3.6 Jadwal Kegiatan ... 22

3.7 Keterbatasan Penelitian ... 23

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian ... 24

4.1.1 Keadaan Geografis Desa……….. 24

4.1.1.1 Batas Wilayah Desa……… 24

4.1.1.2 Luas Wilayah Desa/Kelurahan……… 25

4.1.2 Sarana dan Prasarana Desa ... . 26

4.1.2.1 Sarana Kesehatan…. ... . 26

4.1.2.2 Sarana Pendidikan ... . 26

4.1.2.3 Sarana Peribadatan ... . 27

4.1.2.4 Sarana Transportasi ... . 27

4.1.2.5 Sarana Olahraga……….. 28

4.1.3 Penduduk……….. 28


(8)

viii

4.1.5 Kondisi Sosial Ekonomi ... 31 4.2 Profil Informan ... 36

4.3 Diversifikasi Pekerjaan Pada Masyarakat Pertanian Desa

Seneubuk Punti ……… . 48 4.3.1 Aspek Ekonomi ……… . 49 4.3.2 Aspek Sumber Daya Alam ……… 50 4.4 Straregi Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga ………. .. 52 4.5 Faktor Yang Mendorong Perekonomian Keluarga ……… 56 4.5.1 Jiwa Kewirausahaan di Pedesaan ………. . 56 4.6 Hambatan Dalam Melakukan Diversifikasi Pekerjaan…… 59 4.6.1 Modal ……….. .. 59

4.6.2 Lahan ……… . 60

4.7 Diversifikasi Pekerjaan Untuk Meningkatkan

Kesejahteraan Keluarga ………. 61 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 68 5.2 Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA


(9)

ix

DAFTAR TABEL

TABEL Hal.

4.1 Jenis dan distribusi penggunaan lahan di desa

Seneubuk Punti ... 25 4.2 Jenis produksi atau hasil pertanian di desa

Seneubuk Punti ... 25 4.3 Fasilitas umum yang terdapa di desa

Seneubuk Punti ... 26 4.4 Sarana peribadatan di desa

Seneubuk Punti ... 27 4.5 Komposisi Penduduk Desa Seneubuk Punti menurut golongan Usia Produktif Bekerja dan Jenis Kelamin ... 29 4.6 Komposisi Penduduk berdasarkan

Mata Pencarian ... 30 4.7 Komposisi Penduduk,

berdasarkan pendidikan ... 35 4.8 Penduduk menurut etnis pada 2005-2007 dan 2008-2011 ... 36 4.9 Penghasilan informan perbulan sebelum

Diversifikasi ... 52 4.10 Penghasilan informan perbulan sesudah

Diversifikasi ... 53 4.11 kebutuhan yang dimiliki sebelum melakukan diversifikasi .

melakukan diversifikasi ... 65 4.12 kebutuhan yang dimiliki Sesudah melakukan diversifikasi .


(10)

ii ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Melalui Diversifikasi Pekerjaan dengan studi kasus di Desa Seneubuk Punti Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang. Peneliti tertarik melakukan penelitian ini karena bagaimana masyarakat desa Seneubuk Punti mampu meningkatkan pendapatan rumah tangganya dengan melakukan Diversifikasi pekerjaan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus dimana peneliti ingin melihat langsung bagaimana strategi meningkatkan kesejahteraan keluarga di desa Seneubuk Punti Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang melalui Diversifikasi pekerjaan, dengan menggunakan informan sebanyak 10 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data skunder.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, masyarakat desa Seneubuk Punti melakukan Diversifikasi pekerjaan dengan mengharapkan peningkatan pendapatan rumah tangga dengan mengoptimalkan lahan atau pekerjaan disektor lain yang ada, dan juga aspek ekonomi, sumber daya alam adalah bagian dari aspek keuntungan melakukan diversifikasi pekerjaan. Dimana nantinya kegiatan Diversifikasi pekerjaan sangat dirasakan oleh masyarakat desa yang melakukannya. Banyak masyarakat yang makin maju dengan mengalami perubahan, hal ini dapat dilihat daritingkat pendidikan, tingkat penduduk yang semakin bertambah dan terpenuhinya kebutuhan primer, sekunder dan tersier masyarakat desa tersebut. Meningkatkan kesejahteraan petani melalui upaya peningkatan pendapatan rumah tangga merupakan sasaran akhir dan pembangunan nasional, tingkat pendapatan merupakan salah satu faktor kunci bagi rumah tangga untuk akses terhadap pangan yang dibutuhkan. Jika dilihat Semakin kecilnya rata-rata penguasaan lahan oleh rumah tangga petani mendorong petani melakukan diversifikasi pekerjaan dalam upaya meningkatkan pendapatannya. Oleh sebab itu masyarakat desa Seneubuk Punti harus melakukan Diversiffikasi pekerjaan, selain untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka juga untuk meningkatkan taraf ekonomi keluarga mereka.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah Provinsi Aceh yang terletak di ujung utara pulau sumatera dan merupakan propinsi paling barat di Indonesia yang beribukota di Banda Aceh terbagi dalam 18 kabupaten dan 5 kota, terdiri dari 280 Kecamatan, dan 6.423 Gampong atau Desa, yaitu Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Barat daya, Kabupaten Besar, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Bener Meriah, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Gayolues, Kabupaten Naganraya, Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Simeulue, Kota banda aceh, Kota Langsa, Kota Lhokseumawe, Kota Sabang, dan Kota Subulussalam.

Struktur ekonomi Provinsi Aceh didominasi sektor Pertanian 26-29%, dengan kecenderungan terus meningkat setiap tahunnya, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memberikan kontribusi antara 13-16%.

Komoditi unggulan Provinsi Aceh yaitu sektor pertanian dan jasa. Sektor pertanian komoditi unggulannya adalah sub sektor tanaman perkebunan dengan komoditi Kelapa Sawit, Kakao, Karet, Kopi, Kelapa, Cengkeh, dan Nilam. Sub sektor


(12)

perikanan komoditi yang diunggulkan berupa perikanan tangkap, budidaya jaring apung, budidaya keramba, budidaya kolam, budidaya laut, budidaya sawah, dan budidaya tambak, Pariwisatanya yaitu wisata alam, wisata adat dan budaya

Pasca konflik yang melanda propinsi aceh dahulu, kini masyarakat aceh memulai perekonomian nya kembali di dalam berbagai sektor guna menunjang kebutuhan hidup masyarakat aceh. Dimana tidak hanya pemerintah, masyarakat juga mulai membangun.Pembangunan masyarakat ini adalah peningkatan taraf hidup atau kesejahteraan masyrakat.Peningkatan kesejahteraan dapat dilihat dari semakn banyaknya kebutuhan yang dapat dipenuhi.Karena dalam setiap masyarakat tersedia sumber dan potensi yang memadai yang dapat dimanfaatkan.

di akses tanggal 21 February 2014 pukul 07.30 Wib).

Begitu pula Di Kabupaten Aceh Tamiang yang ibukotanya Kota Kuala Simpang dengan luas wilayah keseluruhan 1.939 Km2, terdiri dari 12 kecamatan yaitu: Kecamatan Manyak Payed, Kecamatan Bandahara, Kecamatan Karang baru, Kecamatan Seruway, Kecamatan Kota Kuala simpang, Kecamatan Kejuruan Muda, Kecamatan Tamiang Hulu, Kecamatan Rantau, Kecamatan Banda Mulia, Kecamatan Bandar Pusaka, Kecamatan Tenggulun, dan Kecamatan Sekerak.Dimana komoditi unggulan Kabupaten Aceh Tamiang adalah di sektor pertani


(13)

Kecamatan Manyak Payed yang berpusat di kota Tualang cut, Memiliki luas 267,11 Km2 dengan jumlah penduduk 29. 291 jiwadimana penduduk di kecamatan ini sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh tani begitu juga di Desa Seneubuk punti yang memiliki luas desa 746 km2 dengan 305 jumlah kepala keluarga dan berpenduduk 1.345 jiwa, yang masyarakat desa umumnya bermata pencaharian sebagai petani juga. Namun seiring kemajuan zaman dimana mereka mulai berfikir untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga maka mereka mulai beralih pekerjaan dan melakukan berbagai pekerjaan guna mencukupi kebutuhan keluarga.

Masyarakat desa Seunebuk punti dulunya mencukupi kehidupannya lebih kepada sektor pertanian juga dan ada sebahagian pada sektor perkebunan seperti, kebun karet dan kelapa sawit.

Masyarakat petani secara umum sering dipahami sebagai suatu katagori sosial yang seragam dan bersifat umum.Dimana masyarakat desa atau petani mampu bersosial dengan baik.

Dengan kondisi pertanian yang belum memadai, akhirnya masyarakat desa mencari alternatif atau melakukan pekerjaan lain sebagai pedagang dimana hasil berdagang itu dapat menambah penghasilan mereka.

kesejahteraan keluarga berhubungan dengan keberfungsian keluarga, keluarga yang bisa menjalankan beragam fungsi yang di embannya, terutama fungsi ekonomi, maka memiliki peluang besar untuk sejahteraan, dan tujuan pembangunan


(14)

pada umumnya dan pembangunan masyarakat pada khususnya adalah peningkatan taraf hidup atau kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan dapat dilihat dari semakin banyaknya kebutuhan yang dapat dipenuhi. Berkaitan dengan memenuhi kebutuhan tersebut, dalam setiap masyarakat tersedia sumber dan potensi yang memadai yang dapat dimanfaatkan.Namun, sedikit masyarakat yang mau mengolah sumber dan potensi tersebut.

Oleh karena itu perlu adanya Diversifikasi pekerjaan dimana sumber lapangan kerja dan pendapatan penduduk di kembangkan dan diperluas. Secara bertahap proses tersebut mencakup beralihnya tenaga kerja pedesaan yang bekerja di sektor pertanian. Pada tingkat yang sangat umum ini, diversifikasi dapat dianggap sebagai proses bertahap yang tidak dapat dihindari. Di samping pemerintah telah mengeluarkan kebijaksanaan yang di tuangkan dalam program-program untuk mengembangkan kegiatan seperti program industri rumah tangga/industri kecil, program kesejahteraan keluarga (PKK), dan sebagainya, terutama dari penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan belum terdeteksi secara akurat. Kondisi perekonomian di desa seneubuk punti tidak hanya pada sektor pertanian saja tetapi terdapat di sektor lain, seperti peternakan dan perkebunan. Perekonomian yang semakin sulit dapat menjadikan diversifikasi pekerjaan sebagai suatu pilihan hidup bagi masyarakat.

Pendapatan rumah tangga pada daerah pedesaan dengan usaha tani berbasis non padi umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan daerah berbasis padi.Meningkatkan kesejahteraan petani melalui upaya peningkatan pendapatan rumah tangga merupakan


(15)

sasaran akhir dan pembangunan nasional, tingkat pendapatan merupakan salah satu faktor kunci bagi rumah tangga untuk akses terhadap pangan yang dibutuhkan.Jika dilihat Semakin kecilnya rata-rata penguasaan lahan oleh rumahtangga petani mendorong petani melakukan diversifikasi pekerjaan dalam upaya meningkatkan pendapatannya.

Fenomena ini pun terjadi di daerah Aceh Tamiang khusus nya di Desa Seneubuk Punti, kecamatan Manyak Payed, Kabupaten Aceh Tamiang.Sebagaimana yang di ketahui bahwa masyarakat Desa Seneubuk Punti pada umumnya menggantungkan hidupnya pada hasil-hasil pertanian.Akan tetapi dengan meningkatnya harga pupuk dan alat pertanian lainnya yang kemudian tidak seimbang dengan hasil atau harga jual dari hasil pertanian mereka memaksa sebagian warga masyarakat desa untuk bagaimana kemudian mencari pekerjaan alternative. Oleh sebab itu masyarkat desa Seneubuk punti terpaksa harus mencari pekerjaan tambahan(diversivikasi pekerjaan) selain untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka juga untuk meningkatkan taraf ekonomi keluarga mereka. Tetapi perlu diketahui bahwa Diversifikasi pekerjaan ini tidak dilakukan oleh semua masyarakat petani di desa tersebut, melainkan sebagian masyarkat saja.

Diversifikasi pekerjaan yang dilakukan di Desa Seunebuk Punti Kec. Manyak Payed Kab. Aceh Tamiang, sangat membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sosial, kesejahteraan merupakan tuntutan yang harus segera dipenuhi karena menyangkut hajat hidup masyarakat. Supaya tiap warga mampu untuk aktif dan kreatif didalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga nantinya sebuah desa


(16)

mampu mengelola dan mengatur wilayah sendiri dengan leluasa, dengan begitu akses masyarakat terhadap pusat masyarakat pemerintah dan ekonomi menjadi lebih dekat dan harapan meningkatnya kesejahteraan akan terpenuhi (A.T.Mosher 1969:73).

Dimana dengan melakukan diversifikasi pekerjaan nantinya dapat meningkatkan penghasilan dalam keluarga, karena didesa senebuk punti ini kebutuhan rumah tangga biasa dikatabesar selain untuk kehidupan sehari-hari juga untuk pendidikan anak-anak di dalam keluarga.

Dalam konteks ekonomi, diversifikasi pekerjaan diarahkan untuk meningkatkan kemakmuran sosial, ekonomi, dan meningkatkan pendapatan petani dengan tingkat stabilitas yang lebih tinggi. Peningkatan kesejahteraan penduduk desa didukung oleh peningkatan dan ketersediaan sekolah. Jika pendapatan petani semakin meningkat itu menunjukkan bahwa petani mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai tingkat kuliah. (Pudjiwati sajogyo 2000;80).

Oleh sebab itu, melihat fenomena yang terjadi pada masyrakat desa Seneubuk Punti maka peneliti tertarik untuk mengkaji bagaimana proses Diversifikasi pekerjaan tersebut terjadi serta bagaimana pola penguasaan atau pembagian kerja dimasyarakat ataupun dalam keluarga desa Seneubuk Punti.


(17)

Diversifikasi pekerjaan yang dilakukan di Desa Seunebuk Punti Kec. Manyak Payed Kab. Aceh Tamiang, sangat membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sosial, kesejahteraan merupakan tuntutan yang harus segera dipenuhi karena menyangkut hajat hidup masyarakat. Supaya tiap warga mampu untuk aktif dan kreatif didalam memenuhi kebutuhan hidupnya

Berdasarkan uraian tersebut dari latar belakang yang sudah di uraikan maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1.Bagaimana strategi meningkatkan kesejahteraan keluarga di Desa Seneubuk Punti Kecamatan Manyak payed Kabupaten Aceh Tamiang melalui diversifikasi pekerjaan.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah Melihat strategi petani dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa seneubuk punti.

1.4. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan mampu dan dapat memberikan manfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain terlebih lagi untuk ilmu pengetahuan. Untuk itu manfaat penelitian ini adalah :


(18)

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini secara teoritis diharapkan agar dapat memperoleh pengetahuan yang lebih baik dan dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya dibidang sosiologi pedesaan dan sosiologi pembangunan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini juga dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi masyarakat sekitar lokasi penelitian maupun mayarakat pada umumnya tentang diversifikasi pekerjaan dalam upaya mensejahterakan keluarga dan menjadi bahan rujukan bagi penelitian dibidang ilmu-ilmu sosial.

1.5.Definisi konsep 1.Enterpreneurship

Entrepreneurship adalah adalah jiwa kewirausahaan yang dibangun bertujuan untuk menjembatani antara ilmu dengan kemampuan pasar.kegiatantan kewirausahaan juga merupakan kemampuan managerial yang diperlukan oleh seorang entrepreneur.


(19)

2. Mobilitas Sosial

Menurut Horton dan Hunt (J. Dwi Narwoko&Bangong Suyanto, 2004), mobilitas sosial dapat diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Mobilitas sosial bisa berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial dan (biasanya) termasuk segi penghasilan yang dapat dialami oleh beberapa individu atau oleh keseluruhan anggota kelompok.

3. Diversifikasi Pekerjaan

Diversifikasi pekerjaan sering dikaitkan dengan uapaya penanggulangan risiko, kesempatan atau ketidakpastian pendapatan atas tenaga kerja dan lahan. Di tingkat rumah tangga, Diversifikasi melalui penganekaragaman usaha dan pemanfaatan aset, selain dimaksudkan untuk mencari nilai tambah juga untuk mengurangi instabilitas pendapatan rumah tangga (Dercon, 2002)..

4. Kesejahteraan

Menurut Undang-undang No 11 tahun 2009 adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melakukan fungsi sosialnya.


(20)

5. Keluarga

Lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.Atau sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekataan yang konsisten dan hubungan yang erat (Helvie, 1981).

6. Etos Kerja

Semua kebiasaan baik yang berlandaskan etika yang harus dilakukan di tempat kerja, seperti: disiplin, jujur, tanggung jawab, tekun, sabar, berwawasan, kreatif, bersemangat, mampu bekerja sama, sadar lingkungan, loyal, berdedikasi, bersikap santun, dsb.

7. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan

Cara atau siasat yang dilakukan dalam sebuah kegiatan untuk membuat perbaikan dalam hal kemakmuran yang dirasakan oleh masyarkat dalam menjalankan usahanya, dimana usaha tersebut dapat meningkatkan taraf kehidupannya dari pendapatan yang diperoleh dari usaha, agar usaha atau kegiatan tersebut berjalan dengan lancar.


(21)

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1.Diversifikasi Pekerjaan

Pembahasan mengenai Diversifikasi pekerjaan sering dikaitkan dengan uapaya penanggulangan risiko, kesempatan atau ketidakpastian pendapatan atas tenaga kerja dan lahan.Di tingkat rumah tangga, Diversifikasi melalui penganekaragaman usaha dan pemanfaatan aset, selain dimaksudkan untuk mencari nilai tambah juga untuk mengurangi instabilitas pendapatan rumah tangga (Dercon, 2002).Diversifikasi dapat


(22)

dilakukan disektor pertanian saja, nonpertanian atau keduanya.Keragaman lingkungan strategis sebagai faktor pendorong dan penarik ditingkat rumah tangga membuat diversifikasi berbeda-beda.

Diversifikasi juga dianggap sebagai suatu norma (Barret dan Reardon, 2000). Pandangan tersebut mucul dikarenakan pemikiran bahwa relatife sedikit orang yang menggantungkan hidupnya hanya pada satu sumber pendapatan ataupun pekerjaan, maka mereka harus menemukan alternatife bagaimana dapat meningkatkan kesejahteraan hidup dengan melakukan berbagai pekerjaan.Kondisi perekonomian yang semakin sulit dapat menjadikan diversifikasi pekerjaan sebagai suatu pilihan hidup bagi

masyarakat Mono27-5.Pdf(seccured)-adobe

reader

2.2.Mobilitas Sosial

(diakses 29 Juli 2012, Pukul 16.30 WIB).

Menurut Horton dan Hunt (J. Dwi Narwoko&Bangong Suyanto, 2004), mobilitas sosial dapat diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Mobilitas sosial bisa berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial dan (biasanya) termasuk segi penghasilan yang dapat dialami oleh beberapa individu atau oleh keseluruhan anggota kelompok.

Dalam mobilitas sosial secara prinsip dikenal dua macam, yaitu mobilitas sosial vertikal, dan mobilitas sosial horizontal.


(23)

Yang dimaksud mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek sosial dari kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat (Soekanto, 1982:244).Jadi bisa disimpulkan bahwa mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan dalam jenjang status yang berbeda. Sesuai arahnya, karena itu dikenal dua jenis mobilitas vertikal, yakni:

 Gerak sosial yang meningkat (social climbing), yakni gerak perpindahan anggota masyarakat dari kelas sosial rendah ke kelas sosial yang lebih tinggi.

 Gerak sosial yang menurun (social sinking), yakni gerak perpindahan anggota masyarakat dari kelas tertentu ke kelas sosial lain lebih rendah posisinya.

2.Mobilitas Sosial Horizontal

Yang dimaksud mobilitas horizontal adalah perpindahan individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial yang satu ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.Dalam mobilitas sosial yang horizontal tidak terjadi perubahan dalam derajat status seseorang ataupun objek sosial lainnya.(J. Dwi Narwoko&Bangong Suyanto, 2004).

Horton dan Hunt (1987) mencatat ada dua (2) faktor yang mempengaruhi tingkat mobilitas social pada masyarakat modern, yakni :

1. Faktor struktural, yakni jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya.


(24)

Ketidakseimbangan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia dibandingkan dengan jumlah pelamar atau pencari kerja adalah termasuk faktor struktural.

2. Faktor individu, yang dimaksud faktor individu adalah kualitas orang per orang, baik di tinjau dari segi pendidikannya, penampilannya, ketrampilan pribadi termasuk faktor kemujuran siapa yang akan berhasil mencapai kedudukan itu.

2.3. Jiwa Kewirausahaan Di Pedesaan

Yang menjadi masalah ternyata kehidupan ekonomi masyarakat desa yang subur dan dilengkapi dengan infrastruktur memadai itu masih belum menggembirakan.Memang untuk sekedar makan mereka tidak kesulitan. Akan tetapi mereka akan kesulitan jika akan menyekolahkan anak-anaknya ke luar. Penyebabnya sederhana saja. Aliran uang yang berputar di dalam desa sangat kecil, karena aliran uang dari kota ke desa hampir nihil. Kecilnya aliran di internal desa pun sekarang makin diperkecil karena disedot oleh adanya kredit barang-barang sekunder oleh masyarakat pedesaan: motor, televisi, lemari es, dll. Kecilnya aliranuang dari kota ke desa diakibatkan karena pertanian mereka diorientasikan untuk kebutuhan sendiri. Maka dari pada itu masyarakat desa haruslah berfikir lebih maju, mereka harus mampu berfikir bagaimana mewujudkan kemandirian masyarakat pedesaan agar mampu mendayagunakan dan mengoptimalkan potensi sumber daya


(25)

ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup untuk kesejahteraan masyarakat desa itu sendiri.

2.4. Peluang Kerja Di Pedesaan

Masalah ketenagakerjaan dan kesempatan kerja merupakan suatu masalah mendesak dalam membangun pedesaan.Umumnya, struktur perekonomian daerah pedesaan masih berat sebelah pada sektor pertanian.

Disadari bahwa pembangunan pedesaaan telah dilakukan secara luas, tetapi hasilnya dianggap belum memuaskan dilihat dari peran serta masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Rencana pembangunan desa harus disusun berdasarkan pada potensi yang dimiliki dan kondisi yang ada sekarang, kondisi yang ada itu meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, sumberdaya modal, prasarana dan sarana pembangunan, teknologi, kelembagaan, dan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Perlu diketahui bahwa di pedesaan cenderung pekerjaan yang masih banyak dilakukan adalah petani, peternak, kemudian menjadi pedagang di pasar tradisional mereka.Namun itu dapat di ubah pandangan tersebut, jika masyarakat desa berfikir lebih maju bagaimana melakukan suatu pekerjaan yang mampu menambah pendapatan keluarga.

2.5. Mentalitas Masyarakat Petani

Karena sebagian besar masyarakat Indonesia adalah masyarakat petani sejak berabad-abad lamanya, maka tidak mengherankan bahwa cara


(26)

berfikir masyarakat adalah seperti cara berfikir masyarakat petani. Serupa beberapa ahli antropologi , terutama R. Redfield menganggap bahwa petani atau peasant itu rakyat pedesaan yang hidup dari pertanian dengan teknologi lama. Sistem ekonomi dalam masyarakat petani itu berdasarkan pertanian (bercocok tanam, peternakan, atau perikanan) yang menghasilkan pangan dengan teknologi yang sederhana.

Pada masa sekarang, para ahli sosiologi telah meninggalkan konsepsi bahwa masyarakat petani didaerah pedesaanitu merupakan suatu tipe masyarakat dengan ciri-ciri pokok yang tertentu. Karena para ahli telah lebih banyak mempelajari dan memahami masyarakat pedesaan dari dalam, bahwa struktur masyarakat dan system ekonomi desa itu tidak seragam menurut suatu tipe ideal tertentu dan bahwa bayangan orang kota mengenai masyarakat desa yang tenang, tenteram, rukun, rela dan berjiwa gotong-royong, sering tidak cocok dengan kenyataan. Mungkin satu abad yang lalu, kontras antara masyarakat pedesaaan dan masyarakat kota itu masih amat menonjol, tetapi dalam jangka waktu itu masyarakat desa tidak tinggal statis, sehhingga banyak unsur-unsur masyarakat kota masuk kedaerah pedesaan, dan banyak orang desa yang berubanisasi membawa cirri-ciri dan terutama mentalitet pedesaan ke kota. Maka dari pada itu, pada masa sekarang menjadi amat sukar untuk membedakan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat kota, kecuali hanya dalam hal-hal seperti jumlah penduduk, heterogenitas penduduk, dan tingkat teknologi modern.


(27)

Walaupun memang kita tidak bisa menentukan dengan tepat cirri-ciri masyarakat petani dari sudut susunan dan sisitem perekonomiannya yang biasanya telah berada pada berbagai macam taraf perubahan dan taraf pengaruh unsure-unsur masyarakat kota serta sistem ekonomi modern.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan Studi Kasus. Jenis penelitian kualitatif adalah metode yang bermaksud untuk memahami tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik.Pendekatan deskriptif adalah pendekatan dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah ( Maleong, 2006;1 ). Berkenaan dengan penelitian ini maka penelitian ini akan menjelaskan dan menggambarkan berbagai situasi dan kondisi yang ada.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Seunebok Punti Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang.Adapun alasan peneliti memilih lokasi


(28)

Walaupun memang kita tidak bisa menentukan dengan tepat cirri-ciri masyarakat petani dari sudut susunan dan sisitem perekonomiannya yang biasanya telah berada pada berbagai macam taraf perubahan dan taraf pengaruh unsure-unsur masyarakat kota serta sistem ekonomi modern.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan Studi Kasus. Jenis penelitian kualitatif adalah metode yang bermaksud untuk memahami tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik.Pendekatan deskriptif adalah pendekatan dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah ( Maleong, 2006;1 ). Berkenaan dengan penelitian ini maka penelitian ini akan menjelaskan dan menggambarkan berbagai situasi dan kondisi yang ada.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Seunebok Punti Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang.Adapun alasan peneliti memilih lokasi


(29)

tersebut dikarenakan sebagianMasyarakat di desa teresebut melakukan diversifikasi pekerjaan.

3.3. Unit Analisi dan Informan

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto,1998:2 ). Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah warga masyarakat Desa Seunebuk Punti yang telah berusia lebih dari 17 tahun yang sudah bekerja dan mengetahui kondisi desa. Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh peneliti.

Informan merupakan orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian (Bungin, 2008; 108).

Adapun yang menjadi Informan dalam penelitian ini adalah mayarakat yang telah lama melakukan diversifikasi pekerjaan atau petani tidak menjadi pedagang.

3.4. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian. Adapun langkah-langkah dalam rangka pengumpulan data primer adalah dengan cara:


(30)

a.Wawancara Mendalam, yaitu proses dalam memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian dengan mengadakan tanya jawab dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara secara tatap muka kepada para nara sumber yang menjadi responden.

b. Observasi merupakan pengamatan secara langsung kepada objek yang diteliti guna melihat bagaimana diversifikasi pekerjaan yang dilakukan oleh penduduk desa.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpuulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan catatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari berbagai buku-buku referensi, dokumen, foto-foto, dan internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5. Interprestasi Data

Interprestasi data merupakan data-data yang diperoleh dari lapangan akan diatur, diurutkan, dikelompokan dalam kategori, pola atau uraian tertentu. Peneliti akan mengelompokkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara yang selanjutnya akan dipelajari dan ditelaah secara seksama agar diperoleh hasil atau kesimpulan yang baik (sugiyono, 2008).


(31)

3.6 Jadwal Kegiatan

Secara terperinci Penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan penelitian

No. Kegiatan

Bulan Ke -

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi

2 ACC Judul

3 Penyusunan Proposal Penelitian

4 Seminar Proposal

5 Revisi Proposal

6 Penelitian Ke Lapangan

7 Pengumpulan dan Analisis Data

8 Bimbingan Skripsi

9 Penulisan Laporan Akhir

10 Sidang Meja Hijau

3.7 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menyadari masih terdapat keterbatasan-keterbatsan dalam penelitian. Untuk itu bagi para akademisi yang menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar kajian ilmiah maupun bagi praktisi yang menggunakan


(32)

hasil penelitian ini sebagai dasar pengambilan keputusan diharapkan memperhatikan keterbatasan peneliti dalam penelitian ini yaitu:

1. Ruang waktu dalam penelitian ini hanya sekitar 2 bulan untuk pencarian data di lapangan dengan observasi lapangan dan wawancara dengan para informan. Penelitian ini sebaiknya dilakukan dalam waktu yang relatif lebih lama supaya data-data lapangan dapat terkumpul lebih mendalam lagi.

2. Peneliti merasa kesulitan dalam memperoleh data-data tertulis disebabkan masih sedikitnya referensi-referensi yang berkaitan dengan diversifikasi pekerjaan.

3. Dalam melakukan wawancara, peneliti kesulitan untuk mencari informan karena para warga jam 07.00 Wib pagi berangkat ke ladang, lahan pertanian, bekerja dan jam 17.00-18.00 pulang ke rumahnya, sehingga warga sulit dijumpai di rumah.

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian


(33)

a. Batas Wilayah Desa

Desa Seneubuk Punti adalah desa yang terletak dikecamatan Manyak Payed, Kabupaten Aceh Tamiang. Desa Seneubuk Punti memiliki wilayah yang terdiri atas empat (4) dusun yaitu, dusun bakti, dusun melati, dusun damai, dan dusun keloneng. Untuk menjalankan roda pemerintahan atau untuk memperlancar tugas-tugas serta mempermudah penduduk untuk mempermudah urusan pemerintahan, maka sehari-harinya kepala desa dibantu oleh sekertaris desa dan aparatur desa lainnya.

Secara geografis Desa Seneubuk punti memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bukit Meutuah

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Paya Ketenggar

• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bukit Meutuah

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Simpang Kebon. b. Luas Wilayah Desa / Kelurahan

Desa Seneubuk Punti memiliki luas wilayah 746 km2, desa Seneubuk Punti dipimpin oleh seorang kepala Desa atau kalau di Aceh Tamiang disebut Datok, yang bernama Bustamam. Adapun luas wilayah menurut penggunaannya adalah sebagai berikut :


(34)

Tabel 4.1.

Jenis dan distribusi penggunaan lahan di Desa Seneubuk Punti

No Penggunaan Jumlah/luas (ha)

F %

1 Pemukiman umum 300 40,2

2 Pertanian Sawah 150 20,1

3 Ladang 46 6,2

4 Perkebunan 250 33,5

Jumlah 746 100

Sumber: Profil Desa Seneubuk Punti 2011

Tabel 4.2.

Jenis produksi atau hasil pertanian di Desa Seneubuk Punti

No Jenis Pertanian Jumlah/Luas (ha)

F %

1 Pertanian jagung 100 21,2

2 Pertanian Sawah 150 31,9

3 Pertanian kebun coklat 70 14,9

4 Pertanian kebun karet 90 19,1

5 Pertanian palawija 60 12,8

Jumlah 470 100

Sumber: Profil Desa Seneubuk Punti 2011

Tabel 4.3.

Fasilitas umum yang terdapat di Desa Seneubuk Punti

No Sarana Jumlah

1 Perkantoran 1

2 Tempat Peribadatan 2

3 Taman Kanan-kanak (TK) 1

4 Pemakaman 1


(35)

Jumlah 6 Sumber: Profil Desa Seneubuk Punti 2011

4.1.2.Sarana dan Prasarana Desa a. Sarana Kesehatan

Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat Desa Seneubuk Punti terdapat prasarana kesehatan yaitu 1 posyandu, dimana posyandu ini juga diberfungsikan sebagai puskesmas desa. Karena kita ketahui bahwa masyarakat desa kurang begitu menyadari arti sebuah kesehatan, maka daripada itu guna menunjang kesehatan masyarakat desa di bangun sarana kesehatan berupa posyandu yang juga berfungsi sebagai puskesmas.

b. Sarana Pendidikan

Desa Seneubuk Punti memiliki satu sarana pendidikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat Desa Seneubuk Punti yaitu sarana pendidikan formal dan keterampilan.Sarana pendidikan formal yaitu Taman Kanak-Kanak(TK), dan pendidikan keterampilan yaitu kursus bahasa Inggris.

c. Sarana peribadatan

Desa Seneubuk Punti memiliki sarana rumah ibadah untuk memenuhi kebutuhan rohaniah masyarakat desa sebanyak 2 buah yaitu Mesjid 1 dan Rumah Gadang sejenis Mushalla 1. Secara terperinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :


(36)

Tabel 4.4.

Sarana peribadatan Desa Seneubuk Punti

No Jenis Sarana Ibadah Jumlah

1 Mesjid 1

2 Mushalla 1

Jumlah 2

Sumber : Profil Desa Seneubuk Punti 2011

d. Sarana trasnportasi

Desa Seneubuk Punti yang berada di dekat jalan Lintas Sumatera memiliki sarana perhubungan atau transportasi yaitu sarana transportasi darat. Perhubungan darat dilengkapi dengan prasarana jalan darat yang ada di desa ini yang melalui desa yaitu jalan Kecamatandan jalan desa sepanjang 15 km. Jenis prasarana perhubungan darat yang ada di desa ini terdiri dari, jalan aspal, jalan bebatuan, jalan tanah, dan jembatan Irigasi. Sarana transportasi darat yang ada di desa ini kendaraan umum roda empat, kendaraan pribadi roda empat kendaraan pribadi roda dua.

e. Sarana olah raga

Masyarakat di Desa Seneubuk Punti aktif dalam kegiatan olah raga. Dimanakegiatan olahraga yang dilakukan masyarakat tersebut seperti olah raga sepak bola dan bola volly (laki-laki). Peningkatan olah raga di desa ini didukung dengan tersedianya sarana lapangan bola volly. Didesa ini memiliki lapanganbola volly


(37)

yang dibangun secara gotong royong oleh pemuda-pemuda desa seneubuk punti yang lahannya sendiri milik kepala desa (Datok) yang tidak digunakan, namun untuk lapangan sepak bola pemuda desa harus menumpang atau berbagi dengan pemuda desa sebelah yaitu desa Bukit Meutuah, karena didesa Bukit Meutuah itulah terdapat sarana lapangan bola kaki.

4.1.3.Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Seneubuk Punti Kecamatan Manyak Payed, Kabupaten Aceh TamiangTahun 2012 adalah 2.345 jiwa, terdiri dari laki-laki berjumlah 1.315 orang dan perempuan berjumlah 1.030 orang. Jumlah kepala keluarga (KK) sekitar 700 KK.Seluruh penduduk di desa ini adalah warga Negara Indonesia atau penduduk pribumi. Didalam Badan Pengawasan Statik (BPS) menyebutkan bahwa usia produktif bekerja adalah dari usia 12 tahun sampai usia 60 tahun Secara terperinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.5

N0 GolonganUmur

Jenis Kelamin


(38)

Komposisi Penduduk Desa Seneubuk Punti Menurut Golongan UsiaProduktif Bekerja dan Jenis Kelamin

Sumber : Profil Desa Seneubuk Punti 2011

4.1.4.Perekonomian

Penduduk di Desa Seneubuk Punti Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang terbagi atas empat (4) dusun, dimana hampir semua penduduk bermata pencaharian sebagai petani, dan ada yang berkebun, beternak, berdagang.

Tabel 4.6.

Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah %

1 Petani 350 45,45

2 Berkebun 200 25,97

3 Peternak 70 9,09

Wanita Pria

F % F %

1 13-15 tahun 57 7,79 73 8,24 130

2 16-18 tahun 50 6,8 97 10,03 147

3 19-25 tahun 160 21,88 194 21,91 354

4 26-35 tahun 190 26 213 24,04 403

5 36-45 tahun 125 17,09 144 16,84 269

6 46-50 tahun 59 8,07 65 7,34 124

7 51-60 tahun 90 12,31 99 11,57 189


(39)

Pedagang 150 19,49

Jumlah 770 100

Sumber : Profil Desa Seneubuk Punti 2011

Pendapatan rumah tangga pada daerah pedesaan dengan usaha tani berbasis non padi umumnya lenbih tinggi dibandingkan dengan daerah berbasis padi.Meningkatkan kesejahteraan petani melalui upaya peningkatan pendapatan rumah tangga merupakan sasaran akhir dan pembangunan nasional, tingkat pendapatan merupakan salah satu faktor kunci bagi rumah tangga untuk akses terhadap pangan yang dibutuhkan.Jika dilihat Semakin kecilnya rata-rata penguasaan lahan oleh rumahtangga petani mendorong petani melakukan diversifikasi pekerjaan dalam meningkatkan pendapatan. Sebagaimana yang di ketahui bahwa masyarakat Desa Seneubuk Punti pada umumnya menggantungkan hidupnya pada hasil-hasil pertanian.Akan tetapi dengan meningkatnya harga pupuk dan alat pertanian lainnya yang kemudian tidak seimbang dengan hasil atau harga jual dari hasil pertanian mereka memaksa sebagian warga masyarakat desa untuk bagaimana kemudian mencari pekerjaan alternative.Oleh sebab itu masyarkat desa Seneubuk punti terpaksa harus mencari pekerjaan tambahan(diversivikasi pekerjaan) selain untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka juga untuk meningkatkan taraf ekonomi keluarga mereka.Tetapi perlu diketahui bahwa Diversifikasi pekerjaan ini tidak dilakukan oleh semua masyarakat petani di desa tersebut, melainkan sebagian masyarkat saja.


(40)

Oleh sebab itu, melihat fenomena yang terjadi pada masyrakat desa Seneubuk Punti maka peneliti tertarik untuk mengkaji bagaimana proses Diversifikasi pekerjaan tersebut terjadi serta bagaimana pola penguasaan atau pembagian kerja dimasyarakat ataupun dalam keluarga desa Seneubuk Punti. 4.1.5.Kondisi sosial ekonomi

Masyarakat Desa Seneubuk Punti terdiri dari etnis Jawa, Aceh, Mandailing, Padang, Melayu. Namun walau demikian itu tidak menjadi membuat mereka terbelah-belah. Melainkan itu semakin memperkokoh hubungan silaturahmi dan saling menghargai diantara mereka. Dilain sisi juga yang memudahkan mereka untuk selalu menjunjung nilai-nilai kebersaman dan silaturahmi selalu di lakukan dalam bentuk pengajian pada hari jum’at siang para ibu-ibu warga desa Seneubuk Punti melakukan pengajian bersama, yang pada kamis malamnya biasa kaum laki-laki melakukan pengajian di Mesjid. Disini pembentukan rasa kebersamaan dan kekeluargaan diantara penduduk desa.

Disisi lain tradisi gotong royong juga masih melekat pada penduduk desa dalam setiap aktifitas, mau itu dalam segi gotong royong pembersihan desa, ataupun gotong royong dalam pertanian yaitu menanam atau memanen padi. Bahkan dalam beberapa kesempatan gotong royong atau saling tolong menolong di masyarakat pedesaan masih ssangat kuat. Ini disebabkan rasa persaudaraan yang tercipta di masyarakat sangat erat

Masyarakat desa Seneubuk Punti Melakukan diversifikasi pekerjaan dalam upaya peningkatan pendapatan rumah tangga, karena mereka


(41)

mengatakan bahwa kebutuhan yang mereka perlukan sekarang meningkat tiap tahunnya, adapaun yang melakukan diversifikasi dari etnis-etnis di desa Seneubuk Punti ini adalah Etnis Jawa dan Aceh. Penduduk bermata pencaharian sebagai petani, berkebun, beternak, dan ada yang berdagang. Sebagian petani memilih bertanam jagung dan menjual hasil tanamannya yang sudah diolah menjadi jangung bakar tepat disepanjang jalan lintas yang ada di Desa Seneubuk punti tersebut. masyarakat memilih menjual jagung yang telah diolah menjadi jagung bakar sendiri di akibat harga jual jagung mentah di pasaran belum begitu tinggi, harga jagung mentah saja dihargai Rp.2000 per bonggol itupun jika kualitas bagus, sementara jagung penduduk desa Seneubuk Punti kurang begitu baik kualitasnya maka dari pada itu ada sebagian mereka memilih membeli jagung di daerah lain dgn harga beli untuk satu bonggol jagung seharga Rp.2.000 dan setelah mereka olah menjadi jagung bakar menjadi Rp. 5.000- Rp. 6.000, tergantung besar kecilnya jagung.

Alasan sebagian mereka lebih memilih membeli dari daerah lain ini dikarenakan kualitas jagung dari daerah lain lebih baik ketimbang hasil produksi sendiri, perbedaan kualitas ini disebabkan tanah di desa ini tidak semua cocok untuk menam jagung akibatnya ada beberapa lahan jagung petani begitu siap panen mengalami permasalahan seperti jagung yang ompong (isi yang jarang-jarang), yang mengakibatkan jagung bisa murah di jual kembali. Namun dengan adanya pertanian jagung dan penjualan jagung ini masyarakat merasa tebantu perekonomiannya.


(42)

Didalam melakukan penjualan jagung bakar ini, penduduk desa tidak menggunakan tenaga pekerja, melainkan mereka memanfaatkan tenaga keluarga, dimana masyarakat desa penjual jagung bakar ini biasa berjualan pada pukul 15.00, jadi anak2 mereka yang sudah pada pulang sekolah dimanfaatkan untuk membantu keluarga dengan berjualan jagung bakar dan biasa nya sore hari sampai malam hari itu digantikan oleh orang tua mereka.

Suatu pekerjaan yang mampu menambah pendapatan keluarga.Namun kondisi perekonomian di pedesaan sangat mengkhawatirkan, dimana masyarakat dituntuk untuk berfikir lebih keras dalam meningkatkan kondisi taraf hidupnya yang tidak hanya terpaku pada sektor pertanian saja. Perlu diketahui bahwa di pedesaan cenderung pekerjaan yang masih banyak dilakukan adalah petani, peternak, kemudian menjadi pedagang di pasar tradisional mereka. Namun itu dapat di ubah pandangan tersebut, jika masyarakat desa berfikir lebih maju bagaimana melakukan diversifikasi pekerjaan.

Yang menjadi masalah ternyata kehidupan ekonomi masyarakat desa yang subur dan dilengkapi dengan infrastruktur memadai itu masih belum menggembirakan.Memang untuk sekedar makan mereka tidak kesulitan. Akan tetapi mereka akan kesulitan jika akan menyekolahkan anak-anaknya ke luar. Penyebabnya antara lain karena aliran uang yang berputar di dalam desa sangat kecil, karena aliran uang dari kota ke desa hampir nihil. Kecilnya aliran di internal desa pun sekarang makin diperkecil karena disedot oleh adanya kredit barang-barang sekunder oleh masyarakat


(43)

pedesaan: motor, televisi, lemari es, dll. Kecilnya aliranuang dari kota kedesa diakibatkan karena pertanian mereka diorientasikan untuk kebutuhan sendiri. Maka dari pada itu masyarakat desa haruslah berfikir lebih maju, mereka harus mampu berfikir bagaimana mewujudkan kemandirian masyarakat pedesaan agar mampu mendayagunakan dan mengoptimalkan potensi sumber daya ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup untuk kesejahteraan masyarakat desa itu sendiri. Belum lagi masalah status kepemilikan tanah, yang sebagian masyarakat petani masih menyewa tanah untuk keperluannya yang nantinya ini akan menjadi tambahan pengeluaran tersendiri bagi petani itu. Sekarang masyarakat desa mulaimengerti dengan pendidikan yang didapat. Masyarakat desa pun dituntut berfikir lebih maju dengan jumlah penduduk semakin banyak bagaimana mereka mampu menciptakan peluang-peluang usaha guna memperoleh pendapatan lebih. Komposisi penduduk menurut pendidikan.

Tabel 4.7. Tabel komposisi penduduk menurut Tingkat pendidikan

NO Tingkat Pendidikan

Jumlah

2005-2007 2008-2011

1 Jumlah belum sekolah 98 67

2 Jumlah usia 7-45 Tahun Tidak Pern Sekolah

11 11

3 Jumlah Penduduk SD tapi tidak tamat 33 3 4 Jumlah Penduduk Tamat SD/sederajat 67 76 5 Jumlah Penduduk Tamat SMP sederaj 110 90


(44)

6 Jumlah Penduduk Tamat SM Sederajat

120 134

7 Jumlah Penduduk Tamat D1 - -

8 Jumlah Penduduk Tamat D2 - -

9 Jumlah Penduduk Tamat D3 1 30

10 Jumlah Penduduk Tamat S1 4 40

11 Jumlah Penduduk Tamat S2 1 4

12 Jumlah Penduduk Tamat S3 - -

Jumlah 445 455

Sumber: Profil Desa Seneubuk Punti 2011

Sedangkan penduduk menurutetnis adalah: Tabel 4.8.

Tabel penduduk menurut Etnis pada 2005-2007 dan 2008-2011

NO Etnis

Jumlah

2005-2007 2008-2011

F % F %

1 Etnis Jawa 521 34,94 570 33,52

2 Etnis Aceh 550 36,88 590 34,70

3 Etnis Mandailing 150 10,06 190 11,17


(45)

5 Etnis Padang 90 6,05 120 7,09

Jumlah 1.491 100 1.700 100

Sumber:Profil desa Seneubuk Punti 2011

4.2. Profil Informan 1. Nama : Suprianto

Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 45 Tahun

Pekerjaan : Petani ( Melakukan Diversifikasi Pekerjaan ) Bapak Suprianto adalah seorang petani yang melakukan diversifikasi pekerjaan, bapak ini sudah bertani sejak tahun 1987 sampai saat ini ( 26 Tahun ), dan baru 3 (tiga) tahun belakangan ini bapak suprianto melakukan diversifikasi pekerjaan, setelah bertani cukup lama bapak ini mengatakan bahwa pendapatan dari bertani


(46)

sekarang sudah tidak mencukupi, dimana hasil pertanian yang tidak seberapa di tambah kebutuhan hidup untuk keluarga terus meningkat. Dari hasil pertanian yang sekarang ini mulai tidak mencukupi kebutuhan keluarga daripada itu bapak Suprianto melakukan diversifikasi pekerjaan sebagai pedagang, adapun dagangan yang di jual sebagian besar adalah kebutuhan keluarga masyarakat seperti sembako dan kebutuhan sehari-hari didalam rumah tangga.

Didalam melakukan diversifikasi pekerjaan sebagai pedagang, bapak Suprianto biasa di bantu oleh Istria tau anaknya, sang istri yang berprofesi sebagai petani juga ketika waktu kosong dia akan berjualan namun setelah anak2 pulang sekolah biasa nya mereka bergantian untuk berjualan, beginilah cara kerja mereka karena mereka tidak memakai tenaga kerja orang lain melainkan memanfaatkan keluarga yang di rumah.

Bapak Suprianto mengatakan bahwa setelah ia melakukan diversifikasi pekerjaan ini, ia memiliki pendapatan lebih, dimana yang pada mula nya hanya terpaku pada satu pekerjaan dan sekarang melakukan pekerjaan tambahan maka pendapatan di dalam rumah tangganya ia katakan mulai ada peningkatan.


(47)

Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 41 Tahun

Pekerjaan : Petani ( Melakukan Diversifikasi Pekerjaan )

Ibu Anita sari merupakan seorang petani yang melalakukan diversifikasi pekerjaan.Ibu Anita sari ini bertani sejak tahun 1995 sampai sekarang (19 Tahun), dan telah melaklukan diversifikasi mulai tahun 2008 sampai sekarang. Ibu Anita ini mengaku bahwa dulu ketika hasil pertanian masih tinggi dan kebutuhan keluarga meningkat seperti sekarang, ia mengatakan bahwa menjadi seorang petani sudah mencukupi untuk kebutuhan hidup di dalam keluarga, ibu anita yang memiliki suami yang bekerja sebagai buruh harian lepas (BHL) dan mmiliki 2 (dua) orang anak yang duduk di sekolah menengah pertama dan sekolah dasar ini menuturkan bahwa di era sekarang ini yang semuanya serba mahal, pengeluaran serba meningkat ibu Anita dan suami harus menyiasatinya untuk memperoleh penghasilan tambahan. Oleh karena itulah ibu Anita melakukan diversifikasi pekerjaan dimana dengan melakukan diversifikasi pekerjaan ini dia mampu mendongkrak pendapatan rumah tangganya. Adapun diversifikasi pekerjaan yang ibu Anita lakukan adalah berjualan jagung bakar di jalan lintas yang berada di depan desa, hal ini banyak dilakukan oleh masyarakat desa termasuk ibu Anita ini, dimana system pembagian kerja ibu ini bergantian dengan anak-anaknya,


(48)

terkadang juga hanya ibu Anita saja yang berjualan, ini dikarenakan berjualan jagung bakar ini hanya dilakukan siang, terkadang juga sore hari sampai malam hari. Dan dengan pekerjaan ini hasil yang di peroleh sangat menguntungkan bagi kebutuhan sahari dan terkadang lebih dari cukup. Sehingga ibu anita dapat menyekolahkan anaknya tanpa terkendala apapun di tambah ia dapat menyisihkan kedalam tabungannya.

4. Nama : Sudarman

Jenis Kelamin : Laki-Laki Usia : 50 Tahun

Pekerjaan : Petani Kebun Karet (tidak melakukan diversifikasi pekerjaan

Bapak Sudarman Adalah seorang petani kebun karet, ia tidak melakukan diversifikasi pekerjaan karena menganggap bahwa pekerjan yang dia lakukan sekarang sudah memakan banyak waktunya, dimana dia harus mengurus kebun karet yang ia miliki itu sendiri, walaupun demikian dia merasa senang karena memiliki kesibukan. Pak Sudarman yang bekerja sebagai petani kebun karet yang ia miliki sendiri itu sejak tahun 1980 sampai dengan sekarang sudah mampu menyekolahkan anak-anaknya, Ia mengatakan


(49)

bahwa walaupun hanya bekerja sebagai petani kebun karet namun penghasilan sudah mencukupi buat keluarganya. Bapak ini juga mengatakan rasa yang brgitu lelah, namun dia tidak mungkin menggunakan tenaga kerja org lain didalam mengurus kebun karetnya. Karena itu akan membuat pengeluaran akan bertambah besar.

5. Nama : Bobi chandra Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 30 Tahun Pekerjaan : Karyawan SPBU

Bapak Bobi adalah pria yang berusia 30 tahun yang memiliki suku jawa, yang memiliki seorang istri dan dua (2) orang anak. Bapak ini bekerja sebagai karyawan di sebuah SPBU ( Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum ) yang tidak jauh dari desa yaitu tepat nya di desa sebelah, desa Buket Meutuah. Sudah selama dua tahun bapak ini bekerja sebagai karyawan SPBU. Dalam bekerja biasanya bapak Bobi ini bekerja kusus pada shift malam saja. Ia mengatakan bahwa pekerjaan nya sebagai karyawan SPBU tidak sebanding dengan apa yang di butuhkan di dalam keluarga, ia mengatakan sangat pas-pasan untuk kebutuhan keluarga. Yang


(50)

pada akhir nya bapak bobi menggunakan lahan kosong di pinggir sungai untuk di tanami sayur-sayuran yang dapat menghasilkan. Dibulan-bulan awal memanen bapak bobi mengatakan dapat menambah keuntungan dan juga dapat menambah pemasukan didalam keluarga. Mulai dari situ bapak Bobi Chandra tetap melakukan Diversifikasi pekerjan, dimana dengan tidak melakukan ketunggalan pekerjaan ia mampu menambah pendapatan dalam rumah tangganya. Ia mengatakan hambatan yang dialami ketika melakukan diversifikasi ialah lahan, karena bapak bobi hanya menggunakan lahan kosong yang ada disebelah sungai. Ia melakukan diversifikasi pekerjaan sudah 1 tahun belakangan ini, dan mulai sudah dapat menambah infentaris di dalam rumahnya. Dan ia juga membangun sebuh kedai kecil di depan rumahnya untuk kegiatan istrinya yang hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan juga menjadi pemasukan tersendiri dengan ada nya kedai ini.

6. Nama : Legiman

Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 57 Tahun Pekerjaan : Petani


(51)

Tahun).Pak Legiman berumur57 tahun. Jumlah pendapatan perbulan yaitu Rp.800.000. Memiliki anak 4 orang dan cucu 2 orang. Pak Legiman tinggal di desa ini selama 57 tahun. Selama tinggal didesa Pak Legiman tidak mengalami perubahan apa-apa di desa tersebut. Bantuan juga tidak ada terhadap pendidikan anak, makanpun susah, apalagi menyekolahkan anak, Pak Legiman tidak mampu menyekolahkan anaknya sampai selesai karena pendapatan sehari-hari sangat minim. Tetapi sekarang kehidupan sudah mulai membaik, karena anak-anak pun sudah bisa bekerja dan dapat membantu menambah penghasilan.Ditambah lagi dari diversifikasi pekerjaan yang dilakukan pak legiman adalah sebagai buruh pabrik pencetak batu bata menambah pendapatan tersendiri bagi keluarganya. Sekarang apa yang pak Legiman rasakan dahulu sudah mulai menghilang dan mulai berubah. Dimana ia mulai bisa membeli dan memiliki fasilitas yang lebih yang mampu ia peroleh dari pendapatan hasil jerih payah yang di lakukan pak legiman.

7. Nama : Supinah

Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 59 Tahun Pekerjaan : Petani

Ibu Supinah ini selain Bertani Ia juga sebagai Pedagang jagung bakar. Ibu ini memiliki 5 orang anak dan 3 cucu. Ibu ini menjadi Petani sejak 1970 sampai sekarang, hasil pertanian yang di peroleh ibu ini selain untuk di jual juga untuk di gunakan untuk kehidupan sehari-hari. Ibu ini


(52)

mengaku kehidupannya sebagai petani dianggap masih kurang. Dimana untuk mencukupi kebutuhan keluarganya yang semakin hari semakin banyak keperluannya sementara pekerjaan dari suami ibu supinah juga tidak menentu yang belu bisa memberikan pendapatan secara berarti bagi keluarga, maka dari pada itu ibu supinah mencoba melakan diversifikasi pekerjaan, pekerjaan yang Ia lakukan adalah berjualan jagung bakar di jalan lintas yang berada di depan desa bersma warga lain. Ibu ini berpendapat bahwa dengan pekerjaan ini yang hanya menggunakan waktu sore sam pai malam ibu ini bisa mendapat keuntungan yang besar. Ia juga mengatakan karena tempat jualan janggung bakar mudah di akses tepat di pinggir jalan lintas Medan-B.aceh juga memang loasinya sudah banyak dikenal orang banyak. Apa lagi kalau di hari2 libur. Pembeli akan meningkat dan itu artinya pendapatan mereka mulai bertambah, dan tidak hanya jagung yang mereka jual tetapi minuman dan berbagai rokok. Sekarang ibu ini mampu mencukupi kebutuhan keluarga setelah berjualan, dan ibu ini berharap semakin majunya jagungg bakar di desa mereka, agar dapat memperoleh keuntungan yang lebih.

8. Nama : Samsul

Jenis Kelmin : Laki-laki Usia : 47 Tahun Pekerjaan :Petani


(53)

anak yang semuanya bersekolah. Ia mengganggap sedikit sekali perubahan yang ia dapat di dalam bertani untuk kebutuhan kelurga, apa lagi hasil padi kalau tidak bagus harga jual juga akan menurun.Harapan pak samsul terhadap kondisi desa yaitu “pemerintah selalu mengawasi dan tetap membantu para petani, sehingga jika pendapatan dan kesejahteraan warga lebih mantap, maka pendidikan anak akan lebih baik lagi.Bantuan pupuk dan bibit juga di harapkan mampu tersalur dengan baik, karena bantuan pupuk dan bibit tanaman sangat membantu petani.Selama ini produksi padi dan tanaman lainnya menurun itu dikarenakan petani tidak mampu membeli pupuk”.Karena hal seperti inilah banyak petani mencoba atau melakukan pekerjaan lain yang dapat memperoleh pemasukan bagi keluarga mereka, itulah yang dikatan bapak ini. Tidak beda dengan masyarakat lain, bapak ini juga melakukan diversifikasi pekerjaan dengan berjualan jagung bakar dan membuka kedai kecil didepan rumahnya guna menberikan atau memperoleh pendapatan yang lebih untuk keluarganya. Setalah 4 tahun melakukan diversifikasi pekerjaan itu, Ia mulai merasakan perubahan berarti didalam kehidupannya, dimana perekonomian keluarga mulai meningkat. Dimana ia mulai bisa memperbaiki rumah dan dapat membeli benda2 yang Ia inginkan.


(54)

9. Nama : Jehe Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 60 Tahun

Pekerjaan : Berkebun Kelapa Sawit

Pak jehe ini selain kepala keluarga ia juga sebagi seorang Imam di desa ini. Ia memiliki perkebunan kelapa sawit ssendiri seluas 3000m2, dimana ia mengurus kebunnya itu hanya dirinya sendiri tidak menggunakan tenaga orang lain. Kehidupan pak Jehe ini sudah mencukupi dengan mengandalkan dari perkebunan saja, namun karena proses pengurusan perkbunan kelapa sawitnya mudah dan banyak kegiatan yang bisa ia lakukan, Ia juga berternak lembu dan membudidayakan ikan di dua kolam ikan yang ia miliki sendiri, dimana modal yang ia dapatkan adalah dari kiriman anak-anaknya yang sudah bekerja diluar kota. Dimana dengan apa yang di hasilkan pak jehe lebih dari cukup untuk peningkatan perekonomian keluarganya. Disisi lain juga ada fasilitas yang di berikan oleh pemerintah untuk bapak Jehe ini karena posisi Ia sebagai imam desa selain gaji ia juga dapat fasilitas seperti motor. Inilah yang semakin memberikan pemasukan buat keluarganya. Ia juga mengatakan bahwa ternak yang iya miliki senarnya untuk mengisi kekosongan setelah menyelsaikan pekerjaan atau mengurus klapa sawit yang ia miliki.


(55)

10. Nama : Ibu Runta Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 55 Tahun Pekerjaan : Petani

Ibu runta ini memiliki tiga (3) orang anak, ia bekerja sebagai buruh tani atau biasa dikatakan didesa ini adalah upahan, pendapatan ibu ini tidak menentu karena tergantung upahan yang di terima dalam satu hari terkadang ia hanya mendapat Rp 25.000-Rp 30.000 per hari. Dan itupun tidak setiap hari ia bekerja karena tergantung ada atau tidaknya orang yang membutuhkan tenaga ibu ini. Menurut Ibu ini seandainya punya lahan dia akan berhenti menjadi buruh tani, dan bisa mengolah lahannya sendiri. Karena pendapatan dari buruh ini tidak menentu, jika kita tidak di suruh untuk bekerja maka pendapatan kita tidak ada. Ia merasa pendapatannya kurang dari cukup, belum lagi suaminya yang hanya bekerja sebai pembuat batu nisan. Tetapi ia selalu bersyukur. Nah didalam menunjang pendapatannya untuk rumah tangga, ia juga berjualan jagung bakar sama seperti yang dilakukan beberapa warga lainnya untuk menambah pendapat. Waktu berjualan yang hanya dari sore sampai malam ini tidak mengganggu aktifitas ibu ini, ibu runta melakukan diversifikasi pekerjaan dengan berjualan jagung bakar nini sudah 5 tahun dan selama Ia melakukan pekerjaan lainnya, ia mulai memperbaiki perekonomian keluarganya, diana sekarangg anak yg


(56)

pertama sudah menikah dan anak kedua sudah bekerj, jadi semakin pula tnggungan ibu ini. Ia mengatakan sekarang sudah mulai dapat menikmati hasil kerja kerasnya selama ini. Ia juga berharap bahwa ada lahan yang disediakan oleh pemerintah. Karena hambatan atau masalah bagi ibu runta ini adalah ia tidak memiliki lahan untuk bertani.

4.3 Diversifikasi Pekerjaan Pada Masyarakat Pertanian Desa Seneubuk Punti

Masyarakat Desa Seneubuk Punti merupakan masyarakat yang hidup di lingkungan pedesaan yang mayoritas masyarakatnya menggantungkan kehidupannya pada tanah atau lahan. Artinya mereka memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara mengelolah lahan dengan menjadikannya sebagai lahan pertanian tanaman pangan yaitu persawahan dan lahan kering. Oleh karena itu, masyarakat desa ini merupakan masyarakat pertanian atau masyarakat agraris, sekitar 70% penduduk desa adalah petani.

Tanaman yang mereka produksi adalah padi, palawija, jagung, karet dan cokelat. Dari hasil usaha taninya, seorang petani dengan luas lahan yang hanya 470 Ha di seluruh sektor pertanian yang rata-rata penghasilan masyarakat desa Rp 800.000 sampai Rp. 1.000.000 per bulannya. Dimana penghasilan ini belum memadai untuk memenuhi kebutuhan petani untuk hidup layak.


(57)

Meningkatkan kesejahteraan petani melalui upaya peningkatan pendapatan rumah tangga merupakan sasaran akhir dan pembangunan nasional, tingkat pendapatan merupakan salah satu faktor kunci bagi rumah tangga untuk akses terhadap pangan yang dibutuhkan.Jika dilihat Semakin kecilnya rata-rata penguasaan lahan oleh rumahtangga petani mendorong petani melakukan diversifikasi pekerjaan dalam upaya meningkatkan pendapatannya.

Oleh sebab itu masyarkat desa Seneubuk punti harus mencari pekerjaan tambahan(diversivikasi pekerjaan) selain untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka juga untuk meningkatkan taraf ekonomi keluarga mereka.Ada beberapa aspek keuntungan melakukan diversifikasi pekerjaan, dengan bekerja juga sebagai pedagang yang menjual hasil-hasil pertanian mereka.

4.3.1.Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi yang dimaksud disini adalah sebagai sumber ekonomi tambahan dan tujuan Diversifiksi tersebut diharapkan dengan melakukan diversifikasi pekerjaan nantinya dapat meningkatkan penghasilan dalam keluarga, karena didesa Senebuk Punti ini kebutuhan rumah tangga bisa dikatan besar selain untuk kehidupan sehari-hari juga untuk pendidikan anak-anak di dalam keluarga.Hal ini seperti yang diutarakan oleh informan Bapak Suprianto (lk, 45 Tahun) sebagai berikut:

“Ia , walaupun kita tinggal di desa kita juga banyak yang kita butuh, untuk makan, kebutuhan sehari-hari


(58)

dan untuk anak-anak, belum lagi biaya sekolah orang ini, jadi kita harus pintar-pintar cari uang lebih”.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Ibu Anitasari (Pr, 41 Tahun) sebagai berikut:

“dulu waktu aku pertama jadi petani, hasilnya masih lumayan, selain juga sekarang aku sudah menikan dan punya anak. Tapi memang sekarang apa-apa semua sudah susah, kalau hanya mengaharapkan dari sawah saja bukan gak makan, tapi pas-pasan dek, belum lagi suami yang cuma kerja mocok-mocok, ya ibu harus cari kerja tambahanlah, biar dapat menigkatkan pendapatan untuk kebutuhan lain dan sekolah anak-anaklah.”

Hal lain juga diutarakan oleh Pak Samsul (Lk, 47 Tahun) sebagai berikut:

“Sebelum saya melakukan diversifikasi pekerjaan, ya saya mungkin tidak mendapatkan atau menjadikan saya seperti ini walaupun tidak berubah secara besar, tapi saya sudah dapat merasakan kemudahan dalam kehidupan saya, sekolah anak-anak dan kebutuhan sehari-hari”.

4.3.2.Aspeksumber daya alam

Yang menjadi masalah ternyata kehidupan ekonomi masyarakat desa yang memiliki sumberdaya alam seperti lahan yang baik, dan dilengkapi dengan infrastruktur memadai itu masih belum


(59)

menggembirakan. Bagaimana masyarakat desa mampu mengolah sumber daya alam ini menjadi peluang yang nantinya dapat menguntungkan masyarakat desa sendiri. Memang untuk sekedar makan mereka tidak kesulitan. Akan tetapi mereka akan kesulitan jika akan menyekolahkan anak-anaknya ke luar. Penyebabnya sederhana saja. Aliran uang yang berputar di dalam desa sangat kecil, karena aliran uang dari kota ke desa hampir nihil. Kecilnya aliran di internal desa pun sekarang makin diperkecil karena disedot oleh adanya kredit barang-barang sekunder oleh masyarakat pedesaan: motor, televisi, lemari es, dll. Kecilnya aliranuang dari kota ke desa diakibatkan karena pertanian mereka diorientasikan untuk kebutuhan sendiri. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ibu Runta (Pr, 55 Tahun) sebagai berikut :

“sekarang ini yang harus diperhatikan selain orang nya juga, sumber daya alamnya, karena orang juga kan harus pintar selain misalnya didesa ini banyak yang bisa diolah untuk meningkatkan pendapatan, missal kita harus pintar-pintar berfikir usaha atau bagaimana untuk kita mendapatkan uang lebih tadi, supaya dapat mencukupi kebutuhan kita dan keluarga”.

Bapak Jehe (Lk, 60 Tahun) juga mengatakan hal yang sama : “Untuk memperoleh penghasilan yang besar dek, kita selain harus pintar juga harus tau bagaimana mengolah sumber daya yang ada, dimana kebutuhan hidup kita terus meningkat, jadi bagaimana caranya


(60)

kita supaya hidup untuk memperoleh pemasukan bagi keluarga.

4.4. S

trategi Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga

Kesejahteraan keluarga berhubungan dengan keberfungsian keluarga, keluarga yang bisa menjalankan beragam fungsi yang diembannya terutama fungsi ekonomi, maka memiliki peluang besar untuk kesejahteraan, dan tujuan pada umumnya dan pembangunan masyarakat pada khusunya adalah peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.Peningkatan kesejahteraan dapat dilihat dari semakin banyaknya kebutuhan yang dapat dipenuhi.Berkaitan dengan memenuhi kebutuhan tersebut, dalam setiap masyarakat tersedia sumber ddan potensi yang memadai yang dapat dimanfaatkan.Namun, sedikit masyarakat yang mau mengolah sumber dan potensi tersebut.

Tabel .4.9.

Penghasilan Informan Perbulan Sebelum Diversifikasi No Nama Informan Penghasilan/Bulan

1 Suprianto Rp. 750.000

2 Anita Sari Rp. 800.000

3 Taufik Ismail Rp. 950.000

4 Sudarman Rp. 800.000

5 Bobi Chandra Rp.1.000.000

6 Legiman Rp. 800.000

7 Supinah Rp. 750.000

8 Samsul Rp. 950.000

9 Jehe Rp.2.000.000

10 Runta Rp. 750.000


(61)

Tabel.4.10.

Penghasilan Informan Perbulan Sesudah Diversifikasi No Nama Informan Penghasilan/Bulan

1 Suprianto Rp. 2.000.000

2 Anita Sari Rp. 2.300.000

3 Taufik Ismail Rp. 1.900.000

4 Sudarman Rp. 800.0000

5 Bobi Chandra Rp. 2.500.000

6 Legiman Rp. 2.000.000

7 Supinah Rp. 1.950.000

8 Samsul Rp. 2.300.000

9 Jehe Rp.3.000.000

10 Runta Rp. 1.900.000

Sumber : Profil Desa Seneubuk Punti 2011.

Menurut Swasono dalam (Jayadinata dan Pramandika,2006:16) mengatakan bahwa dalam melakukan pemberdayaan ekonomi terhadap masyarakat hendaknya para pengembang mampu untuk berupaya memperbaiki sistem ekonomi masyarakat yang telah ada. Agar dapat berfungsi secara efektif dalam membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kelurga tentunya. Jadi di harapkan masyarakat mampu bagai mana berfikir ataupun bertindak dalam melakukan kegiatan untuk memperoleh atau meningkatkan pedapatan rumah tangganya. Hal ini seperti yang di katakan oleh Ibu Supinah (Pr, 59 Tahun) sebagai berikut :

“Kita harus mau lah berfikir sedikit maju, ya nanti kan kita sendiri yang di untungkan kalau kita mau bekerja keras, apa lagi sekarang ini apa-apa butuh biaya yang besar, jadi kita harus mampulah untuk dapat penghasilan yang lebih, bukan untuk sekarang aja tapi juga seterusnya”.


(62)

Hal serupa juga dikatan oleh Ibu Anitasari (Pr, 41 Tahun) sebagai berikut :

“Sekarang inikan zaman sudah modern dek, kebutuhan terus ada aja, kalau kita malas-malasan dan gak mau kerja, ya kita terus ketinggalan sama yang lainlah. Makanyakita harus kerja sedikit lebih buat dapat mencukupi kebutuhan kita, ya dengan seperti itu Alhamdulillah sekarang hasilnya sudah mulai terasa, apa yang kita mau sekarang sedikit demi sedikit mulai terpenuhi”.

Keinginan untuk mencapai status dan penghasilan yang lebih tinggi dari apa yang pernah dicapai oleh orang tuanya, merupakan impian setiap orang. Tetapi, apakah impian itu bakal menjadi kenyataan atau tidak lain persoalan. Studi yang dilakukan oleh Clifford Geertz (1961) disalah satu pulau jawa menemukan bahwa dikalangan petani lazim terjadi apa yang sering disebut involusi pertanian, yakni proses penyerapan tenaga kerja disektor pertanian yang makin lama makin pampat, yang timbul sebagai konsekuensi sistem pewarisan tanah. Seorang petani yang mempunyai tanah 0,5 hektar, bila ia memiliki dua (2) orang anak, maka hampir bisa dipastikan bahwa kondisi ekonomi anak-anaknya akan semakin buruk karena tanah yang diwariskan kepada anaknya jumlahnya harus dibagi lagi.

Seperti harga komoditas pertanian yang tidak pernah stabil, kehidupan petani umumnya sangat fluktuatif. Ketika harga komoditas pangan sedang naik, maka kehidupan petani akan ikut naik. Tetapi bila harga komoditas pangan itu turun atau bahkan hancur, maka banyak petani yang mengalami kerugian. Hal ini seperti yang diutarakan oleh bapak Samsul (Lk, 47 Tahu) sebagai berikut :


(63)

“awalnya menjadi petani menyenangkan, selain hasilnya bisa digunakan sendiri juga bisa dijual dengan harga yang bisa di bilang tinggi, memang kalau lagi harga padi tinggi harga jualpun lumayan dek, tapi kalau harga padi menurun harga jual pun turun, blum lagi biaya yang dikluarkan tinggi. Inilah yang kadang buat kita rugi dek”.

Hal serupa juga dikatakan oleh bapak Legiman (Lk, 57 Tahun) sebagai berikut : “Bapakkan sudah lama sekali menjadi petani, memang

bapak akui, walau sekarang kebutuhan untuk petani, sperti traktor,untuk membajak sawah sudah ada yang dulu bapak masih menggunakan lembu atau kerbau sekarang sudah terbantu, kalau dulu memisahkan padi dari batang nya menggunakan kaki untuk di injak-injak tapi sekarang sudah ada bantuan mesin penggiling padi. Tapi, sekarang harga padi susah di tebak terkadang tinggi, terkadang rendah, belum lagi pupuk yang mahal. Jadi kalu harga padi rendah kadang itu yang buat kami semakin terpuruk dek”.

Hal yang sama juga diutarakan oleh bapak Suprianto (Lk, 45 Tahun) sebagai berikut: “kondisi sekarang ini kan butuh banyak biaya, apa lagi

setelah saya berumah tangga, ya jadi kita harus mecari peruntungan lebih lah, ya mungkin dengan melakukan beberapa pekerjaan, seperti saya selain petani, berjualan juga, ya dengan seperti ini saya dapat mencukupi kebutuhan kluarga”.

4.5. Faktor Yang Mendorong Perekonomian Keluarga 4.5.1.Jiwa Kewirausahaan Di Pedesaan


(64)

Dimana masyarakat desa Seneubuk Punti disamping sebagai petani mereka juga bekerja sebagai pedagang jagung bakar, yang mana hasilnya mampu menambah pendapatannya didalam rumah tangga. Masyarakat harus mampu bagai mana memperoleh penghasilan lebih dalam mencukupi kebutuhan hidupnya.Mentalitas yang beranggapan bahwa hidup pada hakikatnya buruk, tetapi untuk diikhtiarkan menjadi suatu hal yang baik dan menyenangkan, adalah hal yang cocok untuk pembangunan, karena ihtiar dan usaha itu merupakan sendi-sendi penting dari segala aktivitas berproduksi dan membangun.Bahwa masih banyak juga orang yang tidak sanggup melawan kesukaran hidup dan lebih suka lari dan menyembunyikan diri dari perkembangan yang ada, mungkin disebabkan kesukaran kehidupan masyarakat akhir-akhir ini menjadi terlampau berat.Namun, hal ini menjadi motivasi bagi bagi masyarakat desa umum nya dan keluarga khususnya, bagaimana mereka mampu meperoleh atau meningkatkan pedapatan rumah tangga. Hal ini seperti yang disampaikan oleh bapak Legiman (Lk, 57 Tahun) sebagai berikut :

“saya merasa kita semua harus mau berusaha untuk lebih maju, walaupun keadaan sekarang memang sulit, tapi bagaimana pun semua yang dibuat kembali lagi kek kitanya dek”.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu supinah (Pr, 59 Tahun) sebagai berikut : “kalulah kita tidak mau bekerja keras yang rugi ya kita

dek, waktu terus berjalan, apa yang kita butuhkan terus banyak, kalau kita gak pintar-pintar cari peluang ya gawatlah dek”.


(65)

Hal ini juga dibenarkan oleh bapak Jehe (Lk, 60 Tahun) sebagai berikut : “kita hidup bermasayarakat jadi kita tu sering melihat perkembangan, walaupun sering bersaing, masih dalam kewajaran, ya tadi guna supaya ada termotivasi gitu, supaya kita mau kerja keras untuk kebutuhan hidup”.

Mentalitas yang hanya berorentasi terhadap hari sekarang dan kurang memperhitungkan hari depan, tidak cocok juga untuk pembangunan ekonomi. Hal itu disebabkan karena pembangunan yang hendak berhasil baik dan sebenarnya tiap-tiap usaha membutuhkan perencanaan dan kemampuan untuk merencanakan itu, tidak lain dari suatu kemampuan untuk melihat, apakah yang akan dapat terjadi dihari depan. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Anita Sari (Pr, 41 Tahun) sebagai berikut :

“kita kerjakan bukan hanya untuk sekarang aja, tapi juga untuk nanti, untuk anak kita dan ada tabungan kita d masa depan, supaya hari yang akan dating juga kalau bisa gak sesulit sekarang”.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibu Runta (Pr, 55 Tahun) sebagai berikut : “kalau sekarang kita gak mikir masa depan, ya mau kayak mana nanti kita, sekrang kita kerja keras kan hasilnya bisa kita tabung, nanti kalau anak kita juga sudah besar sudah bisa bekerja kan bisa kita juga dibantu untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga selain suami”.

Masyarakat biasa nya menghadapi sesamanya dengan jiwa gotong-royong, cara yang berdasarkan jiwa gotong-royong, mempunyai pengaruh terhadap pembangunan. Sebenarnya jiwa gotong-royong itu mengandung tiga tema pemikiran, ialah : (1) orang itu harus sadar bahwa dalam hidupnya pada hakikatnya ia selalu tergantung


(66)

kepada sesamanya; (2) orang itu harus selalu bersedia membantu sesamanya; (3) orang itu harus bersifat conform, artinya kita harus selalu ingat bahwa sebaik nya jangan berusaha untuk menonjol melebihi yang lain dalam masyarakat.

Menurut Kamanto (2004:130),anggota-anggotadalamin-groupmenunjukan adanya kerja sama, hubungan yang baik (good will), saling membantu, dan saling menghormati. Mereka mempunyai perasaan solidaritas, kesetiaan terhadap kelompoknya dan kesediaan berkorban demi kelompoknya. Hal ini seperti yang disampaikan oleh bapak Legiman (Lk, 57 Tahun) sebagai berikut :

“kita sesama masyarakat desa sini, setiap ada kegiatan atau misal menanam padi atau memanen padi, sering kita lakukan gotong royong, untuk memudahkan pekerjaan selain itu meningkatkan rasa persaudaraan kami”.

Hal yang sama juga disampaikan oleh bapak Bobi Chandra (Lk, 30 Tahun) sebagai berikut :

“warga disini itu gak hanya soal pertanian aja kita sering kumpul, gotong-royong tapi juga dalam hal-hal lain, seperti ada yang pesta atau membersihkan desa, parit-parit desa, jadi kebersamaan kita didesa ini tetap tejaga dek”.

Di samping adat istiadat tolong menolong antara warga desa dalam berbagai macam lapangan aktivitas-aktivitas sosial, baik yang hubungan tetangga, ayaupun hubungan kekerabatan.Jiwa atau semangat gotong-royong itu dapat kita artikan sebagai peranan rela terhadap sesama warga masyarakat, sikap yang mengandung


(67)

pengertian atau dengan istilah Ferdinand Tonies, verstandnis, terhadap kebutuhan sesama warga masyarakat.

4.6 Hambatan Dalam Melakukan Diversifikasi Pekerjaan 4.6.1. Modal

Seorang petani miskin dalam banyak hal sulit naik status sosialnya dan sulit meningkatkan penghasilannya bila ia hidup dibawah tekanan struktural. Untuk memperoleh bantuan kredit, misalnya, mereka bukan saja sering kurang dipercaya, tetapi sulit memperolehnya karena kalah bersaing dengan desa lain, yang memiliki akses kekuasaan.Studi yang dilakukan Daru Priyambodo dan Bagong Suyanto (1991) menemukan bahwa para petani miskin umumnya agak sulit bisa memperoleh bantuan kredit dari lembaga KRUK (Kredit Usaha Rakyat Kecil) karena dinilai sering menunggak angsuran.

Hal inilah yang terkadang mempengaruhi pembiayaan modal bagi masyarakat desa untuk melakukan diversifikasi pekerjaan.Namun, hal itu tidak membuat masyarakat berputus asa dalam memperoleh modal. Walaupun harus berusaha lebih keras lagi, sulit nya memperoleh modal ini seperti yang dikatakan oleh bapak Legiman (Lk, 57 tahun) sebagai berikut :

“memang susah kali kalau soal modal ini, apa lagi kalau kita mau buka usaha baru, tidak ada bantuan dari pemerintah, jadi kita harus usaha cari pinjaman buat modal, disini ada tu tempat pinjamanan uang tapi bunganya tinggi kali, bisa sampai 50% bahkan lebi, kalau lagi betul-betul butuh kita kadang pinjam juga.


(68)

“modal ini memang paling utama dibutuhkan dek, apa lagi kalau kita mau usaha lain, tapi kadang kita susah kali dapatnya, bantuan dari kecamatan atau pemerintahanpun sikit kali, hampir tak tersentuh dek, ya kadang dari hasil tabungan lah kami pakai dek, kalau gak pinjam dari tetangga-tetangga.

Dari pernyataan diatas bahwa modal merupakan hal yang paling utama dalam membatu untuk melakukan diversifikasi pekerjaan, disisi lain terbukti bahwa lepas dari sifat terpencil atau terbuka dari lokasinya, lepas dari mata pencaharian hidupnya, lepas dari sifat sederhana atau kompleks dari masyarakatnya jiwa gotong-royong, tolong menolong masih terjadi dimasyarakat pedesaan (M. Mead, 1961).

4.6.2 Lahan

Selain modal, hambatan lain dalam melakukan diversifikasi pekerjaan yang ingin beralih tanaman atau berkebun adalah lahan, kurang nya lahan untuk melakukan alih fungsi tanaman atau berkebun menjadi masalah tersendiri, ini disebabkan lahan kosong di pedesaan sangat sedikit karena banyak yang memanfaatkan sendiri.jadi terkadang warga memanfaatkan tanah yang ada di sekitar aliran sungai atau biasa di sebut “bedeng” (tanggul). Disinilah mereka menggunakan lahan yang ada.Tidak ada nya lahan merupakan masalah tersendiri bagi para penduduk desa. Hal ini seperti yang dikatakan oleh bapak Bobi Chandra (Lk, 30 Tahun) sebagai berikut :


(69)

“ya saya sekrang berkebun ntuk sayauran di bedeng, karena gak punya lahan juga agak mudah dek, karena tanaman, tapi ya lebih enak kalau punya lahan sendiri”. Hal serupa juga dikatakan oleh Ibu Runta (Pr, 55 Tahun) sebagai berikut :

“sekarang ini kan saya sebagai buruh tani, tidak punya lahan, mungkin bisa menghemat biaya keluar dan gak susah-susah tunggu cari upahan baru menanam, ya kalau punya sendiri kan senang ajalah dek”.

Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa lahan adalah kebutuhan untuk sebagian masyarak desa yang ingin melakukan diversifikasi pekerjaan dengan beralih tanaman atau bercocok tanam.Hal ini mampu menumbuhkan kerja keras di kalangan masyarakat desa.

4.6. Diversifikasi Pekerjaan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan keluarga Keinginan untuk mecapai status dan penghasilan lebih tinggi dari apa yang pernah dicapai merupakan impian setiap orang. Seseorang melakukan diversifikasi pekerjaan dengan mengharapakan peningkatan pendapatan rumah tangga, dengan mengoptimalkan lahan atau pekerjaan disektor lain yang ada. Awal mereka melakukan diversifikasi pekerjaan di lahan karena disebabkan kebutuhan hidup meningkat dan hasil pertanian saja tidak mencukupi kebutuhan hidup, maka hal terbaik yang dilakukan adalah bagaimana mendapatkan penghasilan lebih guna mencukupi kebutuhan keluarga yang semakin lama-semakin meningkat.Penduduk desa yang hampir semua penduduknya petani.Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Suprianto (Lk, 45 Tahun) sebagai berikut:

“sekarang ini kita dituntut harus berfikir lebih dek, bagaimana mencukupi kebutuhan keluarga dengan


(70)

meningkat nya segala sesuatu, dengan diversifikasi inilah kami mencoba peruntungan dek, ya Alhamdulillah ada hasilnya”.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Samsul (Lk, 47 Tahun) sebagai berikut : “awalnya saya melakukan diversifikasi pekerjaan ini,

untuk mengisi kekosongan sambil menunggu hasil pertanian, namun berjalannya nya waktu hal ini memberikan penambahan tersendiri bagi saya dan keluarga saya.”

Hal ini juga dibenarkan oleh Ibu Supinah (Pr, 59 Tahun) yang mengatakan sebagai berikut :

“Salah satu cara meningkatkan pendapatan rumah tangga mungkin kita harus sedikit bekerja keras dan melakukan diversifikasi pekerjaan ini mampu memberikan pendapatan yang lebih, yang kami rasakan menunjang perekonomian rumah tangga kami dek”.

Bentuk kesejahteraan yang diketahui masyarakat di desa Seneubuk Punti sangat beragam, masyarakat mengatakan bahwa hidup sejahtera jika kebutuhan sudah terpenuhi, ada juga masyarakat yang mengatakan bahwa hidup sejahtera itu terlihat dari kemampuan orang tua menyekolahkan anaknya. Meskipun bentuk kesejahteraan itu beragam, tapi semangat untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga sangat terasa didesa Seneubuk Punti ini.

Di dalam sosiologi, proses keberhasilan seseorang mencapai jenjang status sosial yang lebih tinggi atau proses kegagalan seseorang hingga jatuh dikelas sosial yang lebih rendah itulah yang disebut mobilitas sosial.Sebagian orang berhasil mencapai status yang lebih tinggi beberapa orang mengalami kegagalan,


(71)

dan selebihnya tetap tinggal pada status yang dimiliki oleh orang tua mereka.Menurut Horton dan Hunt (1987), mobilitas sosial dapat diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Mobilitas sosial bisa berupa peningkatan ata penurunan dalam segi status sosial dan biasanya termasuk pula segi penghasilan, yang dapat dialami oleh beberapa inidividu atau oleh keseluruhan anggota kelompok.

Hal inilah yang terjadi pada masyarakat desa Seneuubuk Punti dimana setah atau dengan melakukan diversifikasi pekerjaan masyarakat desa mengalami peningkatan pendapatan yang berimbas pada peningkatan perekonmian keluarga yang menjadikan kan mereka sejahtera. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Bapak Booi Chandra (Lk, 30 Tahun) sebagai berikut :

“setelah melakukan diversifikasi pekerjaan, Alhamdulillah pendapatan saya meningkat, dan meningkatkan perekonomian dikeluarga kami”.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Suprianto (Lk, 45 Tahun) sebagai berikut :

“saya merasakan dimana, dengan melakukan diversifikasi pekerjaan ini, saya mampu menabung, bisa menyekolahkan anak tanpa kesulitan biaya, yang terpenting, ekonomi keluarga meningkat”.

Hal serupa juga di utarakan oleh Bapak Jehe (Lk, 60 Tahun) sebagai berikut : “kesejahteraan bagi saya makan tidak susah, hidup nyaman, bisa menyekolahkan anak tinggi-tinggi dan dapat menabung, itulah hal yang saya rasakan setelah melakukan diversifikasi pekerjaan, dimana selain mampu menambah pendapatan didalam rumah tangga juga


(1)

69

Lokasi pertanian didesa Seneubuk Punti

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(2)

70

Lokasi perkebunan masyarakat

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(3)

71

Lokasi berjualan jagung bakar

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(4)

72

Irigasi desa Seneubuk Punti

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(5)

73

Kantor Kecamatan

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(6)

74

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara