ADAPTASI ORANG JAWA; STUDI PERUBAHAN UPACARA PANGGIH DALAM PERKAWINAN JAWA DI KELURAHAN DADIMULYO KISARAN BARAT KABUPATEN ASAHAN.
T E S I S
ADAPTASI ORANG JAWA;
STUDI PERUBAHAN UPACARA PANGGIH DALAM PERKAWINAN JAWA DI KELURAHAN DADIMULYO KISARAN BARAT
KABUPATEN ASAHAN
Disusun Oleh :
S U R I A N I
NIM : 8116152007
Di ajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Sains Program Studi Antropologi Sosial
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
(2)
T E S I S
ADAPTASI ORANG JAWA;
STUDI PERUBAHAN UPACARA PANGGIH DALAM PERKAWINAN JAWA DI KELURAHAN DADIMULYO KISARAN BARAT
KABUPATEN ASAHAN
Disusun Oleh :
S U R I A N I
NIM : 8116152007
Di ajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Sains Program Studi Antropologi Sosial
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
(3)
(4)
(5)
ABSTRACT
Suriani : Adaptation of Java people; science that change the panggih ceremony in Java marriage in Dadimulyo, West Kisaran, Asahan.
This study discusses the Java adaptation to social change, perspektif a change in the panggih ceremony aims to describe the adaptation of Java people to social change, knowing a change of Panggih ceremony before and after the 2000 and to know the factor of a change of Panggih ceremony in the culture of java people relate marriage in Dadimulyo, West Kisaran. Supporting the theory in this research is the adaptation theory, social change theory, culture change theory, and the theory of cultural ecology. The method that is used in this research is a field research with qualitative descriptive approach, and accumulation data that is gotten from the field by observation and interviews as well as literature.
Adaptation Javanese people against social change in Dadimulyo, change the Java mindset that for the last time had been worked in the estate , be varied. Adaptation is the adjustment of Java against social change and the environment in which they live. Javanese people's views on social change in terms of livelihood,
arts, religion, education, shelter and the way to get along with many cultures that there’re in West Kisaran
can be received by java people. However Javanese people already 60 years out of the estate since the 1950's still behind and looked social inequalities in education and employment. Implement of Panggih ceremony of java marriage was held in order to launch Java daughters wedding on the Java community in the Dadimulyo. Panggih ceremony is a second sacred ceremony after ijab qabul for the first, the life cycle of the Java community. Changes that occur in a panggih ceremony at Dadimulyo is an adjustment to the
new environment after the 2000’s. In the social and cultural life, the shape changes in panggih ceremony of Java marriage is depicted in panggih ceremony before and after the year 2000. Where did it happen transition oncein abbot 21. In life cultural social, since years 1990s the Java community of Dadimulyo no more do their fields for planted rice because environmental changes in which fields and river dry out switching become plantation land. The Java community of Dadimulyo switch resource from farmer become craftsmen each merge in fill up for chance employment available. Prior to the 2000s there was no Malay traditional ceremony of java marriage , both before and after . After the 2000s occurred acculturation with the local culture in the west Kisaran, the Java community of Dadimulyo implement ceremony of java marriage at once implement malay traditional ceremony. Order Form of panggih
ceremony is to be complicated, there’s in a ceremony that added and there’s the ceremony that disappear.
Javanese people no longer know the mbumbak ceremony (gives stock) and pecah kendil (open the way) to daughter's wedding to the first or the first ngentasake family of girls (terminate girlhood). The factor that make to occur a changes in marriage ceremony of Java at Dadimulyo is caused by two factors, namely internal factors and external factors. Internal Factor is a factor derived from the Javanese society Dadimulyo, there are factors of education, religion, economics, and ideology. While external factors are factors that come from outside the Java community, there are cultural factors, fashion trends and the globalization abad 21. The factors have changed the mindset the local environment perspective and life style of Java society in Dadimulyo to implement panggih ceremony related marriage Java.
(6)
ABSTRAK
Suriani : Adaptasi Orang Jawa; Studi Perubahan Upacara Panggih Dalam Perkawinan Jawa di Kelurahan Dadimulyo Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan.
Penelitian ini membahas adaptasi Orang Jawa terhadap perubahan sosial, dari sudut pandang perubahan upacara panggih dalam perkawinan Jawa bertujuan untuk mendeskripsikan adaptasi Orang Jawa terhadap perubahan sosial, mengetahui perubahan upacara panggih sebelum dan sesudah tahun 2000 dan untuk mengetahui faktor terjadinya perubahan upacara panggih dalam perkawinan Jawa di Kelurahan Dadimulyo Kecamatan Kisaran Barat. Teori pendukung dalam penelitian ini adalah teori adaptasi, teori perubahan sosial, teori perubahan budaya, teori ekologi budaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan deskriptif kualitatif, dan pengumpulan data diperoleh dari lapangan dengan cara observasi dan wawancara serta kepustakaan. Adaptasi Orang Jawa terhadap perubahan sosial di Kelurahan Dadimulyo, merubah pola pikir Orang Jawa yang dulunya pernah bekerja di perkebunan kini bervariasi di berbagai bidang profesi. Adaptasi merupakan penyesuaian diri Orang Jawa terhadap perubahan sosial dan lingkungan dimana mereka tinggal. Pandangan Orang Jawa terhadap perubahan sosial dalam hal mata pencaharian, kesenian, agama, pendidikan, tempat tinggal dan cara bergaul dengan multi etnik yang ada di Kisaran Barat dapat membaur dengan baik. Namun demikian sudah 60 tahun Orang Jawa tidak lagi bekerja di perkebunan sejak tahun 1950-an masih tampak kesenjangan sosial dalam pemerataan pendidikan dan lapangan kerja. Pelaksanaan upacara panggih dalam perkawinan Jawa diselenggarakan dalam rangka peresmian pernikahan anak perempuan pada masyarakat Jawa di Kelurahan Dadimulyo. Upacara panggih merupakan upacara sakral kedua setelah ijab qabul, dalam siklus kehidupan masyarakat Jawa. Perubahan yang terjadi pada upacara panggih di Kelurahan Dadimulyo merupakan penyesuaian terhadap lingkungannya sesudah tahun 2000-an dimana terjadinya peralihan era globalisasi di abad 21. Dalam kehidupan sosial budaya, sejak tahun 1990-an masyarakat Jawa Dadimulyo tidak lagi mengerjakan sawah-sawah mereka untuk ditanami padi dikarenakan perubahan alam dimana sawah dan sungai mengering beralih fungsi menjadi tanah perkebunan. Masyarakat Jawa Dadimulyo beralih sumber penghasilan dari petani mejadi pengrajin batu bata dalam mengisi peluang lapangan kerja yang tersedia. Adapun bentuk perubahan upacara panggih pada perkawinan Jawa tergambar pada upacara panggih sebelum dan sesudah tahun 2000. Sebelum tahun 2000-an tidak ada upacara adat melayu didalam upacara perkawinan Jawa baik sebelum maupun sesudah panggih. Sesudah tahun 2000-an terjadi akul_turasi dengan budaya lokal yang ada di Kisaran Barat.Masyarakat Jawa Dadimulyo menjalankan upacara perkawinan Jawa sekaligus menjalankan upacara adat Melayu. Tata urutan upacara panggih menjadi terbalik-balik ada upacara yang ditambah ada pula upacara yang hilang. Masyarakat Jawa tidak lagi mengenal upacara mbubak (memberikan bekal) dan pecah kendil (membuka jalan) pada upacara perkawian anak perempuan pertama atau pertama kali keluarga ngentasake (mengakhiri masa gadis) anak perempuan. Faktor terjadinya perubahan upacara panggih dalam perkawinan adat Jawa di Kelurahan Dadimulyo disebabkan oleh dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam masyarakat Jawa Dadimulyo, ada faktor pendidikan, ekonomi, agama dan ideologi. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar masyarakat Jawa Dadimulyo, ada faktor budaya lingkungan setempat, trend mode dan peralihan era globalisasi di abad 21. Adapun faktor-faktor tersebut telah merubah pola pikir, cara pandang dan gaya hidup masyarakat Jawa Dadimulyo dalam melaksanakan upacara panggih pada perkawinan Jawa.
(7)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi di Program Studi Antropologi Sosial, Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari begitu banyak yang memberikan dukungan, bimbingan, bantuan moril maupun materil dan kemudahan dari berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Hidayat, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan serta arahan terhadap proses penyelesaian tesis ini.
2. Dr. Pujiati, M.Soc selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan serta arahan terhadap proses penyelesaian tesis ini.
3. Direktur Sekolah Pascasarjana UNIMED dan Civitas Akademika
4. Dr. Phil Ichwan Azhari, MS selaku Ketua Program Studi Antropologi Sosial Sekolah Pascasarjana UNIMED.
5. Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik moril maupun materil selama penulis mengikuti pendidikan.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, untuk itu diharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tesis ini dapat bermanfaat.
Medan, Juni 2014
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Persetujuan Tesis ……….. 0
Lembar Pengesahan Tesis ………. 0
Abstrak ……….. i
Abstract ………. ii
Kata Pengantar ……….. iii
Daftar Isi ……… iv
Daftar Tabel ……… vii
Daftar Gambar ……… viii
Daftar Lampiran ………. ix
BAB I Pendahuluan ……….... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ………... 1
1.2 Rumusan Masalah ….………... 5
1.3 Tujuan Penelitian ……… 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.4.1 Manfaat Teoritis ... 6
1.4.2 Manfaat Praktis ... 6
BAB II Kajian Pustaka ………... 7
2.1 Upacara Panggih …….. ……….. 7
2.2 Asal Usul Upacara Panggih ……….. 10
2.3 Teori Adaptasi ……… 13
2.4 Teori Perubahan Sosial ………. 16
2.5 Perubahan Budaya ………...……… 17
2.6 Teori Ekologi Budaya ………. 22
2.7 Faktor Pendorong Terjadi Perubahan Sosial ……… 27
2.8 Kerangka Berfikir ……….... 33
BAB III Metode Penelitian ………... 34
3.1 Jenis Penelitian ………... 34
3.2 Subyek Penelitian ………. 35
3.3 Tekhnik Pengumpulan Data ………... 35
3.3.1 Wawancara ………... 35
3.3.2 Studi Dokumentasi ………... 36
3.3.3 Studi Observasi ... 36
3.4 Teknik Analisis Data ... 36
3.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 37
3.5.1 Lokasi Penelitian ……….. 37
3.5.2 Waktu Penelitan ……… 37
BAB IV Gambaran Wilayah Penelitian ….……… 39
4.1 Gambaran Umum Kelurahan Dadimulyo ……….. 39
4.1.1 Kondisi Demografi ………. 40
4.1.1.1 Pola Pemukiman ……… 43
4.1.1.2 Komposisi Penduduk Menurut Suku ……… 44
(9)
4.1.1.4 Komposisi Penduduk Menurut Agama ………. 46
4.1.1.5 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan .. 47
4.1.1.6 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencahrian ….. 47
4.1.2 Sarana dan Prasarana Publik ……… 49
4.1.2.1 Sarana Pendidikan ……….. 49
4.1.2.2 Sarana Transportasi ……… 49
4.1.2.3 Sarana Ibadah ……….. 50
4.2 Sejarah Migrasi Orang Jawa di Dadimulyo Kisaran Barat ………. 50
BAB V Hasil Penelitian dan Pembahasan….……….. 54
5.1 Adaptasi Orang Jawa Terhadap Perubahan Sosial di Dadimulyo … 54 5.2 Perubahan Upacara Panggih Dalam Perkawinan Jawa Sebelum …. dan Sesudah Tahun 2000 ………. 60
5.2.1 Perubahan Upacara Panggih Sebelum Tahun 2000 ……….. 63
5.2.2 Perubahan Upacara Panggih Sesudah Tahun 2000 ……….. 80
5.2.2.A Profil Keluarga Bapak H. Seno & Ibu Wagirah… 83 5.2.2.B Profil Keluarga Bapak Budiasto & Ibu Tukinem.. 92
5.2.2.C Profil Keluarga Bapak Swarisno & Ibu Jinem….. 98
5.2.2.D Profil Keluarga Bapak Kamto & Ibu Suliem…… 105
5.3 Matriks ……….. 116
5.3.1 Pelaksanaan Upacara Panggih Tahun 2013 - 2014………… 116
5.3.2 Perubahan Upacara Panggih Sebelum/Sesudah Tahun 2000.. 125
5.3.3 Makna Upacara Panggih ……….. 135
5.3.4 Analisis Perubahan Upacara Panggih……….. 144
5.4 Faktor-Faktor Perubahan Upacara Panggih Pada Perkawinan Jawa di Keluarahan Dadimulyo ……… 147
5.4.1 Faktor Internal ………. 147
5.4.2 Faktor Eksternal ……….. 154
5.4.3 Dampak Perubahan Upacara Panggih ………. 158
5.4.4 Analisis Faktor-Faktor Perubahan Upacara Panggih …….. 160
5.4.5 Matriks ……… 165
5.4.5.A Pasangan Fauziah, SE dan Dika, Amd………… 165
5.4.5.B Pasangan Irma dan Abdi ……… 167
5.4.5.C Pasangan Hari Kurnia dan Handri Susandi……. 169
5.4.5.D Pasangan Nopiana, S.Pd dan Herdy……… 172
BAB VI Kesimpulan dan Saran….……… 174
6.1 Kesimpulan ……… 174
6.2 Saran-saran ……… 176
Daftar Pustaka ………... 178
Riwayat Hidup ……….. 183
Lampiran 1 Peta Wilayah Kecamatan Kisaran Barat ……… 184
Lampiran 2 Peta Wilayah Kelurahan Dadimulyo……….. 185
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Dengan Masyarakat Umum Dadimulyo ……… 186
(10)
Lampiran 5 Daftar Informan ……… 192
Lampiran 6 Daftar Gambar ……… 194
Lampiran 7 - Bahan/ Poperti dalam Upacara Panggih ……… 196
- Bahan/Poperti dalam Upacara Tepung Tawar ……… 197
- Kumpulan Kosa Kata, Istilah dalam Wejangan ………. 198
Lampiran 8 - Surat Izin Penelitian dari PPs Unimed ……… 204
- Surat Keterangan Izin Penelitian ……… 205
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.1 Deskripsi Penggunaan Lahan di Kelurahan Dadimulyo ………. 42
Tabel 4.1.1.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku ……… 45
Tabel 4.1.1.3 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur ……….. 46
Tabel 4.1.1.4 Komposisi Penduduk Menurut Agama ……….. 46
Tabel 4.1.1.5 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ………. 47
(12)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.2.1 Profil Pelaksanaan Upacara Panggih Keluarga Bapak Gimen………. 63 Gambar 5.2.2.A Profil Pelaksanaan Upacara Panggih Keluarga Bapak H. Seno…… 83 Gambar 5.2.2.B Profil Pelaksanaan Upacara Panggih Keluarga Bapak Budiasto……. 92 Gambar 5.2.2.C Profil Pelaksanaan Upacara Panggih Keluarga Bapak Swarisno….. 98 Gambar 5.2.2.D Profil Pelaksanaan Upacara Panggih Keluarga Bapak Kamto……. 105
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta Wilayah Kecamatan Kisaran Barat ……… 184
Lampiran 2 Peta Wilayah Kelurahan Dadimulyo……….. 185
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Dengan Masyarakat Umum Dadimulyo ……… 186
Lampiran 4 Pedoman Wawancara dengan Informan……… 187
Lampiran 5 Daftar Informan ……… 192
Lampiran 6 Daftar Gambar ……… 194
Lampiran 7 - Bahan/ Poperti dalam Upacara Panggih ……… 196
- Bahan/Poperti dalam Upacara Tepung Tawar ……… 197
- Kumpulan Kosa Kata, Istilah dalam Wejangan ………. 198
Lampiran 8 - Surat Izin Penelitian dari PPs Unimed ……… 204
- Surat Keterangan Izin Penelitian ……… 205
(14)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran terbagi menjadi dua Kecamatan yakni Kecamatan Kisaran Timur dan Kecamatan Kisaran Barat. Kisaran selain dilintasi oleh jalan raya lintas Sumatera juga terletak dijalur Kereta Api Sumatera bagian utara. Menelusuri catatan sejarah Kota Kisaran-Asahan salah satunya adalah didatangkannya Orang Jawa di Sumatera pada masa kolonial Belanda. Sumatera Utara saat itu dikenal dengan Sumatera Timur Tanah Kekuasaan Raja-Raja Melayu. Daerah yang merupakan bagian Sumatera Timur yakni : Tanah Deli (kawasan Medan), Langkat, Deli Serdang, Batubara, Asahan, sampai dengan Labuhan Batu. Sumatera Timur dikenal dengan daerah perkebunan tembakau dan karet. Tepat pada tanggal 22 September Tahun 1865 Kesultanan Asahan berhasil dikuasai Belanda, sejak saat itu kekuasaan pemerintahan dipegang oleh Belanda sampai dibukanya kawasan perkebunan di tanah Asahan.
Kisaran Barat didiami oleh banyak suku yakni ada Melayu, Batak, Jawa, Minang, Banjar, Aceh, Cina dan Hindia. Jumlah suku terbesar didominasi oleh Orang Jawa yang terdapat di Kelurahan Dadimulyo Kecamatan Kisaran Barat hingga mencapai 96,67 %. Menelusuri sejarah kedatangan Orang Jawa di Kota Kisaran khususnya Kisaran Barat tidak dapat dilepaskan dari gelombang migrasi ke Sumatera Timur dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja pada industri perkebunan, di kutip dari tulisan yang dikemukakan Agustono (2001) berikut :
(15)
“ Kehadiran industri perkebunan menarik puluhan ribu buruh dari berbagai daerah Sumatera Utara, pada mulanya penduduk asli tapi menolak, kemudian merekut orang Cina dari negeri Cina, tapi mempunyai dampak politik karena sebahagian besar buruh sudah Cina. Untuk mengatasi hal ini kemudian direkut orang Jawa dari pulau Jawa, jumlah orang Jawa yang dijadikan buruh terus membesar sampai akhirnya melebihi orang Cina. Jika sebelumnya Orang Cina menjadi mayoritas buruh, diawal abad ke-20 buruh Jawa menjadi mayoritas buruh dikantong-kantong perkebunan”.
Orang Jawa direkut dari Pulau Jawa berasal dari desa-desa miskin di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Orang Jawa datang ke Sumatera membawa serta kebudayaan yang dimilikinya sebagai bentuk identitas diri Orang Jawa yang berasal dari tanah Jawa diekspresikan melalui upacara adat-istiadat. Seperti telah diungkapkan oleh Koentjaraningrat (1970) bahwa sifat khas suatu kebudayaan dapat dimanifestasikan dalam unsur-unsur terbatas, terutama melalui bahasa, kesenian dan upacara. Unsur-unsur lainnya sulit untuk menonjolkan sifat-sifat khas kebudayaan suatu bangsa atau suku bangsa. Penanda identitas dari kebudayaan suatu kelompok suku dapat dilihat dari adat istiadat yang secara bersama disepakati dan dijalankan.
Berdasarkan konsep yang dikemukakan Koentjaraningrat dan Maunati (2004), maka upacara dalam suatu kebudayaan kelompok suku menjadi bagian penting dalam mengekspresikan kesukuannya, seperti upacara-upacara yang dilakukan Orang Jawa dikonsepsikan sebagai upacara lingkaran hidup (rites of the lifecycle), yang meliputi upacara kelahiran, upacara perkawinan dan upacara kematian. Masyarakat Jawa tidak dapat melepaskan diri dari upacara tradisi yang diyakini sebagai warisan leluhur nenek moyang dan diaktualisikan dalam siklus kehidupan.
Adaptasi Orang Jawa di Dadimulyo Kisaran Barat merupakan penyesuaian terhadap lingkungan (KBBI, 2001) juga sebagai perubahan didalam unsur-unsur kebudayaan. Orang Jawa sebagai pendatang sampai kepada dua pilihan, apakah
(16)
pola-pola sosial budaya yang diwariskan oleh nenek moyang akan dipertahankan dan apakah Orang Jawa akan mengadaptasikan dirinya dengan pola-pola sosial budaya lingkungan setempat. Bila Orang Jawa sebagai pendatang ingin hidup survive diitempat yang baru, biasanya mereka akan mengadaptasikan dirinya dengan lingkungan sosial budaya setempat. Dan suku bangsa setempat akan mempertahankan budayanya dari jamahan atau pengaruh kebudayaan dari luar khususnya unsur budaya yang bersifat negatif.
Pandangan Orang Jawa di Dadimulyo Kisaran Barat terhadap mata pencaharian, kesenian, perkawinan, agama, pendidikan dan tempat tinggal ingin selalu menjaga harmoni keserasian dan menghindari konflik mestipun itu mengejar kompetisi perebutan sumber daya dalam hal mata pencaharian, pendidikan maupun tempat tinggal. Orang Jawa di Dadimulyo 100 % beragama Islam dan tidak ada lagi Orang Jawa yang beragama Kejawen. Orang Jawa Dadimulyo tidak lagi sepenuhnya menjalankan dan mematuhi unsur-unsur kebudayaan yang mengikat kehidupan. Orang Jawa di Dadimulyo memandang perkawinan anak perempuan suatu hal yang masih diagungkan mestipun sudah melalui proses akulturasi dan terbentuk menjadi budaya Jawa-Melayu lebih dikenal dengan Jawa Asahan.
Pandangan Orang Jawa tentang perkawinan, merupakan peristiwa yang sangat penting dan sakral. Dalam istilah Jawa disebut kepanggihan (pertemuan) Dalam hal ini upacara perkawinan Jawa merupakan budaya warisan yang sarat makna juga penyatuan dua keluarga besar yang didasari unsur pelestarian tradisi. Perkawinan merupakan suatu kewajiban bagi semua orangtua untuk menyelenggarakan pesta besar bagi setiap anak perempuannya (Geertz,1981). Perkawinan menandai masa transisi bagi kehidupan laki-laki dan merupakan
(17)
peleburan menyamping tali ikatan antara dua kelompok himpunan yang tidak bersaudara (Geertz,1985). Selain itu perkawinan merupakan penyelenggaraan suatu hajatan, dimana pelakunya memperlihatkan dihadapan khalayak ramai bagaimana pasangan pengantin sudah memasuki masa dewasa, yang merupakan pameran dimuka umum mengenai arti suatu model ideal dari perkawinan.
Masyarakat Jawa di Kisaran Barat Kelurahan Dadimulyo merupakan jumlah penduduk terbesar kini pelan tapi pasti telah mengalami perubahan dari aspek sosial budaya bahkan unsur yang mengikat Orang Jawa telah ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari, ini dapat dirasakan dengan melunturnya nilai budaya Jawa sebagai warisan leluhur yang dibawa Orang Jawa dari Pulau Jawa. Kisaran Barat membawahi 13 Kelurahan, penduduknya secara keseluruhan berjumlah 57.395 jiwa dan Orang Jawa berjumlah 26.760 jiwa. Data Profil Kelurahan Dadimulyo Tahun 2013, menunjukkan bahwa Orang Jawa yang ada di Kelurahan Dadimulyo berjumlah 4159 jiwa (96,67 %) dari jumlah penduduk keseluruhannya adalah 4302 jiwa.
Perubahan dan pergeseran nilai-nilai budaya Jawa dalam pelaksanaan prosesi upacara panggih dalam perkawinan Jawa terjadi searah dengan perubahan masyarakat Jawa dalam berbagai aspek kehidupan. Apapun alasannya, cepat atau lambat kebudayaan akan selalu berubah. Perubahan nilai-nilai budaya Jawa dalam upacara panggih sesuai dengan proses adaptasi masyarakat Jawa yang dinamis terhadap perubahan zaman.
Perubahan sosial tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya yakni faktor internal dan faktor ekternal (Pelly,1994). Perubahan internal, perubahan dalam masyarakat Jawa itu sendiri, meliputi faktor ekonomi, pendidikan, agama dan ideologi. Sedangkan faktor eksternal adalah perubahan dari luar masyarakat Jawa
(18)
meliputi budaya lingkungan setempat, trend mode, dan peralihan abad 21 era globalisasi.
Tradisi upacara perkawinan Jawa yang ada mempunyai makna tersendiri, begitu pula tidak kalah pentingnya dengan pelaksanaan upacara panggih. Adapun nilai-nilai yang terkandung didalam prosesi upacara panggih berhubungan dengan siklus kehidupan Orang Jawa sebagai bentuk dari penghormatan, pelestarian dan keyakinan terhadap leluhur mereka juga sebagai pendidikan kepada pasangan pengantin dalam memulai kehidupan baru.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
(1) Bagaimana adaptasi Orang Jawa terhadap perubahan sosial di Kelurahan Dadimulyo ?
(2) Bagaimana perubahan upacara panggih dalam perkawinan Jawa sebelum dan sesudah tahun 2000 di Kelurahan Dadimulyo ?
(3) Apakah faktor-faktor penyebab perubahan upacara panggih dalam perkawinan Jawa di Kelurahan Dadimulyo?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :
(1) Untuk mendeskripsikan adaptasi Orang Jawa terhadap perubahan sosial di Kelurahan Dadimulyo.
(2) Untuk mengetahui perubahan upacara panggih dalam perkawinan Jawa di Kelurahan Dadimulyo.
(3) Untuk mengetahui faktor - faktor perubahan upacara panggih dalam perkawinan Jawa di Kelurahan Dadimuyo.
(19)
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini memberikan kontribusi ilmiah untuk memperkaya khazanah ilmu antropologi budaya berkembang. Ingin mengetahui konsep dan teori berkaitan dengan adaptasi Orang Jawa, studi perubahan upacara panggih dalam perkawinan Jawa dan faktor terjadinya perubahan upacara panggih di Kelurahan Dadimulyo Kisaran Barat.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para pengambil kebijakan khususnya Pemerintah setempat, dalam menyusun Program Pengembangan yang berkaitan dengan penemuan sekarang bahwa lunturnya tradisi Jawa ini disebabkan kurangnya minat generasi muda Orang Jawa di Kisaran Barat khususnya Kelurahan Dadimulyo dalam menggeluti kebudayaannya.
(20)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian yang telah dikemukakan terdahulu, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Adaptasi Orang Jawa terhadap perubahan sosial di Kelurahan Dadimulyo, merubah cara pandang, pola pikir Orang Jawa yang dulunya pernah bekerja di perkebunan menjadi bekerja ditempat lainnya dengan berbagai bidang profesi. Adaptasi merupakan penyesuaian diri Orang Jawa terhadap perubahan sosial dan lingkungan dimana mereka tinggal. Pandangan Orang Jawa terhadap perubahan sosial dalam hal mata pencaharian, kesenian, agama, pendidikan, tempat tinggal dan cara bergaul dengan multi etnik yang ada di Kisaran Barat dapat membaur dengan baik. Sudah 60 tahun orang Jawa tidak lagi bekerja di perkebunan sejak tahun 1950-an, namun demikian tampak kesenjangan sosial dalam pemerataan pendidikan dan lapangan kerja. Sejak tahun 1990-an orang Jawa di Dadimulyo tidak lagi mengerjakan sawah-sawah mereka untuk ditanami padi dikarenakan perubahan alam dimana sawah dan sungai mengering beralih fungsi menjadi tanah perkebunan. Masyarakat Jawa di Dadimulyo beralih profesi dari seorang petani menjadi pengrajin batu bata, dalam mengisi peluang lapangan kerja yang tersedia. Adapun dalam hal perkawinan, pelaksanaan upacara panggih dalam perkawinan Jawa tetap diselenggarakan dalam rangka peresmian pernikahan anak perempuan. Upacara panggih merupakan upacara sakral kedua setelah ijab qabul. Dalam siklus kehidupan masyarakat Jawa, upacara adat perkawinan sebagai penghormatan terhadap leluhur dan pendidikan kedua pasangan pengantin. Penyambutan dalam upacara panggih sangat diagungkan oleh masyarakat Jawa
(21)
di Kelurahan Dadimulyo. Prosesi upacara panggih dimulai dari arakan pengantin laki-laki, sayembara, lempar sirih, salaman, wejangan, injak telur, cuci kaki, kepyok, sembah, tukar kembar mayang, ubengan, gendong manten, sungkem, dulangan orangtua kepada pasangan pengantin, dan dulangan sesama pengantin.
2. Perubahan yang terjadi pada upacara panggih di Kelurahan Dadimulyo merupakan penyesuaian terhadap lingkungan baru sesudah tahun 2000-an. Dalam kehidupan sosial budaya, dimana adat istiadat dan hal-hal yang mengikat orang Jawa dengan daerah asalnya tidak lagi seluruhnya dapat di laksanakan. Bentuk perubahan upacara panggih pada perkawinan adat Jawa tergambar pada upacara panggih sebelum tahun 2000 dan sesudah tahun an. Sebelum tahun 2000-an tidak ada upacara adat melayu didalam upacara perkawin2000-an adat Jawa baik sebelum maupun sesudah panggih. Sesudah tahun 2000-an terjadi akulturasi dengan budaya lingkungan setempat yang ada di Kisaran Barat, masyarakat Jawa Dadimulyo menjalankan upacara adat Jawa sekaligus menjalankan upacara adat Melayu. Perubahan menggejolak setelah adanya peralihan era globalisasi di abad 21, baik perubahan dari luar panggih maupun tata urutan di dalamnya. Prosesi upacara panggih menjadi terbalik-balik ada upacara yang ditambah seiring perkembangan model dekorasi pelaminan, ada pula upacara yang hilang. Masyarakat Jawa tidak lagi mengenal upacara mbubak (memberi bekal) dan pecah kendil (membuka jalan) pada upacara perkawian anak perempuan pertama atau pertama kali keluarga ngentasake (mengakhiri masa gadis) anak perempuan.
3. Faktor terjadinya perubahan upacara panggih dalam perkawinan Jawa di Kelurahan Dadimulyo disebabkan oleh dua faktor yakni faktor internal dan
(22)
Jawa Dadimulyo itu sendiri (Pelly, 1994). ada faktor pendidikan, ekonomi, agama dan ideologi. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar masyarakat Jawa, ada faktor budaya lingkungan setempat, trend mode dan peralihan era globalisasi di abad 21. Adapun faktor-faktor tersebut telah merubah pola pikir, cara pandang dan gaya hidup masyarakat Jawa Dadimulyo dalam memahami persoalan lingkungan hidup dalam perspektif budaya atau sebaliknya memahami kebudayaan dalam perspektif lingkungan hidup tentang pelaksanaan upacara panggih pada perkawinan Jawa.
1.2 Saran – Saran
Setelah melakukan penelitian tentang adaptasi Orang Jawa; studi perubahan upacara panggih dalam perkawinan Jawa di Kelurahan Dadimulyo. Kemudian diperoleh data-data serta informasi sesuai yang dibutuhkan dalam tujuan penelitian. Penulis membuat suatu gambaran berupa saran agar perubahan upacara panggih tidak terlalu jauh bergeser dari aturan yang sebenarnya, dan mudah-mudahan saja saran penulis dapat berguna bagi perkembangan pemikiran dan demi lancarnya prosesi upacara panggih dalam perkawinan Jawa diantaranya :
1. Bagi masyarakat Jawa di Kelurahan Dadimulyo terutama generasi penerus Jawa, tetap menjalankan upacara panggih dalam pertemuan pengantin Jawa tanpa menghilangkan unsur-unsur yang merupakan bagian dari kebudayaan Jawa guna membangkitkan kembali nilai-nilai yang terkandung didalam warisan leluhur sebagai kearifan lokal (nilai-nilai yang terangkum pada folklore sebagian lisan) dalam pelestarian budaya Jawa, menciptakan kedamaian dan meningkatkan kesejahteraan (Sibarani, 2012)
(23)
2. Harusnya masyarakat Jawa Dadimulyo menyadari benar, betapa pentingnya menjaga dan melestarikan budaya Jawa dalam upacara panggih pada perkawinan Jawa sebagai warisan dan penghormatan terhadap leluhur. Masyarakat Jawa Kisaran Barat khususnya Dadimulyo patut berbangga hati, bahwasannya Orang Jawa sudah mempunyai kedudukan sama dengan orang-orang lokal dan suku lainnya yang ada di Kota Kisaran. Semua suku yang ada di Kota Kisaran dapat hidup berdampingan, bersama-sama membangun Kota Kisaran dalam mencapai Visi -Misi Kabupaten Asahan yakni :
“Terwujudnya Asahan yang relegius, sehat, cerdas dan mandiri serta mengelola
kemajemukan masyarakat dengan menjunjung tinggi nilai budaya dan memelihara kearifan lokal guna mendukung proses pembangunan yang berwawasan lingkungan.
3. Harusnya masyarakat Jawa Dadimulyo juga menyadari betapa penting hadirnya paguyuban Jawa yang pernah ada, sebagai wadah berkumpulnya orang-orang yang berketurunan Jawa untuk pelestarian budaya sosial masyarakat Jawa di Sumatera. Paguyuban Jawa merupakan sebuah organisasi yang murni tanpa mengharapkan pamrih, paguyuban Jawa diharapkan dapat mengembangkan nilai-nilai budaya dan leluhur yang baik. Dan pembangunan rumah Joglo merupakan kebanggaan bagi orang Jawa dibangun diatas tanah Pemerintah Kabupaten Asahan segera rampung sebagai bukti cinta terhadap budaya Jawa agar generasi penerus Jawa tidak kehilangan identitas dirinya sebagai orang Jawa. Dan orang Jawa patutlah menjalani hidup ini tidak lari dari falsapah Jawa dalam menanamkan dan melestarikan budaya Jawa, etika dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya sebagai pembelajaran.
(24)
DAFTAR PUSTAKA
Alqur’an, Surat. Ar-Ruum : 21Agustono, Budi, 2001. Demokratisasi Otonomi Daerah Dan Konflik Etnis Di Sumatera Utara. Jakarta : Konperensi Nasional Sejarah VII
Artati, Agoes, 2001. Kiat Sukses Menyelenggarakan Pesta Perkawinan Adat Jawa Gaya Surakarta. Yogyakarta : PT . Gramedia Pustaka Utama
Burner, dalam Salim, 2001. Metode Etnografi Yogyakarta. PT. Tiara Wacana Ember, Ember, 1999. Beberapa Anggapan Dasar Mengenai Kebudayaan Dalam Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Danajaya,1984.Penelitian Kependidikan Prosedur & Srategi, Bandung : Bumi Aksara Davis, Kingsley, 1960. Human Sosiety. The Mac Millan Company : Newyork
Geertz Clifford, 1981. Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta : Pustaka Jaya
____________ , 1981. The Religion of Java. Los Angeles : University of Chicago Press
Geertz, Hildred, 1981. Aneka Budaya dan Komunitas di Indonesia. Jakarta : Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial & FIS UI
Geertz, Hildred, 1985. Keluarga Jawa ( terjemahan) Jakarta : Grafiti Pers Havilan, William A, 1985. Antropologi Jilid 1 dan 2, Jakarta : Erlangga
Herusatoto, Budiono, 2003. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta PT : Hanindita Graha Widya.
Herkovist, MJ, Alfred, AK, 1984. Man and His Work New York, Terjemahan Aisyah
Kaplan, David. 2002. Teori Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Koentjaraningrat, 1970. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakatra : UI Press _____________, 1981. Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jakarta : Dian Rakyat _____________, 1982. Masalah - Masalah Pembangunan. Jakarta : LP3ES
(25)
_____________, 1994. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta
_____________ , 2002. Pengantar Ilmu Antropologi, cetakan kedelapan. Jakarta : Rineka Cipta
______________ , 2003. Pengantar Antropologi Jilid 1. Jakarta : Rineka Cipta
______________,2004. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mansyurdin, T, 1994. Sosiologi Suatu Pengenalan Awal, Fak. Hukum USU : Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat
Maleong, J, Lexy, 2000. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Maleong, Lexy, 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Mulder Niels, 1996. Pribadi dan Masyarakat di Jawa, Jakarta : Pustaka Sinar . Harapan.
Para Pakar Budaya, 2007. Menggali Filsapat dan Budaya Jawa Lembaga Javanologi Surabaya : Prestasi Pustaka Publisher
Pelly Usman, 1994. Menanti Asih Teori-Teori Sosial Budaya, Jakarta : DIKTI __________, 1994. Urbanisasi dan Adaptasi Peranan Misi Budaya Minang Kabau
dan Mandailing, Jakarta : LP3ES.
Purwadi, 2007. Hidup, Mistik, Ramalan Jayabaya : Yogyakarta : Ragam Media Poerwanto, 2000. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Salim, Agus, 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : Tiara Kencana.
Santrock, John W, 2002. Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5, Jilid 1 Jakarta : Elangga.
Syani, Abdul, 1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya.
(26)
Simanjuntak, Bungaran Antonius 2009. Metode Penelitian Sosial, Medan : Bina Media Perintis.
Sumarsono, 2007. Tata Upacara Pengantin Adat Jawa, Jakarta : PT Buku Kita Sunjata, Pantja, Wahyudi, 1997. Upacara Tradisional Jawa. Yogyakarta : Andi offset Sutrisno, 1985. Kebudayaan Jawa, Yogyakarta : Andi Offset
Suseno SJ, Magniz, Franz, 1985. Etika Jawa, Jakarta : Gramedia
Suparlan, Supardi, 1984. Manusia Kebudayaan dan Lingkungan. Jakarta : FE UI Soekanto, Soerjono, 1983. Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial, Jakarta :
Ghalia Indonesia.
Soekanto, Soerjono, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali Press Soemarjan, Selo, 1986. Perubahan Sosial, Yogyakarta : YIIS
Sibarani, Robert, 2012. Kearifan Lokal, Assosiasi Tradisi Lisan (ATL) Umar, Abu,Imron, 1992. Sunan Kalijogo Demak, Kudus : Menara Kudus.
Watni, 2011 Mutiara Kota Kerang Tanjung Balai Asahan. CV Jabal Rahmat William, Walter, L, 1995, Mozaik Kehidupan Orang Jawa Yogyakarta : PT. Pustaka
(27)
Ahmad Rifki Hidayat, Simbolisme Perkawinan Jawa, http://keratonsurakarta.com Diakses 2 Januari 2014 Thalia Najma, 2005. Adat Istiadat Jawa,
http://situs.dagdigdug.com/2008/04/14/mengenaltata-upacara-pengantin-adat-jawa
Diakses tanggal 2 Januari 2014
Pinem Kamarlin, 2010. Tesis. Perubahan Upacara Cawir Metua Dalam
Adat Karo, suatu pengantar pada masyarakat Karo di Desa Kutagugung Kecamatan Juhar Kabupaten Karo. Program Pascasarjana Unimed.
Profil Kelurahan Dadimulyo Tahun 2013
Pelly Usman, 1998. Makalah. Pendayagunaan Potensi Etnis Dalam Perencanaan Daerah Sumatera Utara.
Pulung, Sumantri, 2012. Tesis Adaptasi Sosial Budaya Etnis Bali di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara Program Pascasarjana Unimed.
Zulkarnaen, 2009. Tesis. Upacara Tradisi Kematian Suatu Studi Antropologis Pada Masyarakat Jawa di Tebing Tinggi, Program Pascasarjana Unimed. Mohammad Bastomi, 2012, Makalah.
Upacara Panggih Kemanten Desa Kalangbret, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Sulung, Zasnis, Sejarah Asahan.
http : //melayuonline.com/ind/history/dig/327/kerajaan-asahan Diakses 6 Januari 2014
Soedarsono, 1995, Makalah.
Pendidikan seni dalam kaitannya dengan kepariwisataan. Seminar dalam peringatan hari jadi jurusan pendidikan sendratasik ke-10 FPBS IKIP Yogyakarta, 12 Februari 1995
Siban, 2013. Wawancara “dukun temoan” sebelum tahun 2000-an di Kelurahan Dadimulyo : Kisaran Barat
Silam, 2013. Wawancara “perangkai kembar mayang” sebelum dan sesudah tahun 2000
(28)
Meswan, 2013. Wawancara “dukun temoan” sesudah tahun 2000-an di Kelurahan Dadimulyo : Kisaran Barat
Juman, 2014. Wawancara “dukun temoan” sesudah tahun 2000-an di Kelurahan Dadimulyo : Kisaran Barat
Kasmen, 2014. Wawancara “dukun temoan” sesudah tahun 2000-an di Kelurahan Dadimulyo : Kisaran Barat
Lastri, 2013. Perias Pengantin Jawa di Kelurahan Dadimulyo : Kisaran Barat Murni, 2014. Perias Pengantin Jawa di Kelurahan Dadimulyo : Kisaran Barat Rafida, 2013. Perias Pengantin Melayu di Kelurahan Dadimulyo : Kisaran Barat
(1)
2. Harusnya masyarakat Jawa Dadimulyo menyadari benar, betapa pentingnya menjaga dan melestarikan budaya Jawa dalam upacara panggih pada perkawinan Jawa sebagai warisan dan penghormatan terhadap leluhur. Masyarakat Jawa Kisaran Barat khususnya Dadimulyo patut berbangga hati, bahwasannya Orang Jawa sudah mempunyai kedudukan sama dengan orang-orang lokal dan suku lainnya yang ada di Kota Kisaran. Semua suku yang ada di Kota Kisaran dapat hidup berdampingan, bersama-sama membangun Kota Kisaran dalam mencapai Visi -Misi Kabupaten Asahan yakni :
“Terwujudnya Asahan yang relegius, sehat, cerdas dan mandiri serta mengelola kemajemukan masyarakat dengan menjunjung tinggi nilai budaya dan memelihara kearifan lokal guna mendukung proses pembangunan yang berwawasan lingkungan.
3. Harusnya masyarakat Jawa Dadimulyo juga menyadari betapa penting hadirnya paguyuban Jawa yang pernah ada, sebagai wadah berkumpulnya orang-orang yang berketurunan Jawa untuk pelestarian budaya sosial masyarakat Jawa di Sumatera. Paguyuban Jawa merupakan sebuah organisasi yang murni tanpa mengharapkan pamrih, paguyuban Jawa diharapkan dapat mengembangkan nilai-nilai budaya dan leluhur yang baik. Dan pembangunan rumah Joglo merupakan kebanggaan bagi orang Jawa dibangun diatas tanah Pemerintah Kabupaten Asahan segera rampung sebagai bukti cinta terhadap budaya Jawa agar generasi penerus Jawa tidak kehilangan identitas dirinya sebagai orang Jawa. Dan orang Jawa patutlah menjalani hidup ini tidak lari dari falsapah Jawa dalam menanamkan dan melestarikan budaya Jawa, etika dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya sebagai pembelajaran.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Alqur’an, Surat. Ar-Ruum : 21Agustono, Budi, 2001. Demokratisasi Otonomi Daerah Dan Konflik Etnis Di Sumatera Utara. Jakarta : Konperensi Nasional Sejarah VII
Artati, Agoes, 2001. Kiat Sukses Menyelenggarakan Pesta Perkawinan Adat Jawa Gaya Surakarta. Yogyakarta : PT . Gramedia Pustaka Utama
Burner, dalam Salim, 2001. Metode Etnografi Yogyakarta. PT. Tiara Wacana Ember, Ember, 1999. Beberapa Anggapan Dasar Mengenai Kebudayaan Dalam Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Danajaya,1984.Penelitian Kependidikan Prosedur & Srategi, Bandung : Bumi Aksara Davis, Kingsley, 1960. Human Sosiety. The Mac Millan Company : Newyork
Geertz Clifford, 1981. Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta : Pustaka Jaya
____________ , 1981. The Religion of Java. Los Angeles : University of Chicago Press
Geertz, Hildred, 1981. Aneka Budaya dan Komunitas di Indonesia. Jakarta : Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial & FIS UI
Geertz, Hildred, 1985. Keluarga Jawa ( terjemahan) Jakarta : Grafiti Pers Havilan, William A, 1985. Antropologi Jilid 1 dan 2, Jakarta : Erlangga
Herusatoto, Budiono, 2003. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta PT : Hanindita Graha Widya.
Herkovist, MJ, Alfred, AK, 1984. Man and His Work New York, Terjemahan Aisyah
Kaplan, David. 2002. Teori Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Koentjaraningrat, 1970. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakatra : UI Press _____________, 1981. Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jakarta : Dian Rakyat _____________, 1982. Masalah - Masalah Pembangunan. Jakarta : LP3ES
(3)
_____________, 1994. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta
_____________ , 2002. Pengantar Ilmu Antropologi, cetakan kedelapan. Jakarta : Rineka Cipta
______________ , 2003. Pengantar Antropologi Jilid 1. Jakarta : Rineka Cipta
______________,2004. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mansyurdin, T, 1994. Sosiologi Suatu Pengenalan Awal, Fak. Hukum USU : Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat
Maleong, J, Lexy, 2000. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Maleong, Lexy, 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Mulder Niels, 1996. Pribadi dan Masyarakat di Jawa, Jakarta : Pustaka Sinar . Harapan.
Para Pakar Budaya, 2007. Menggali Filsapat dan Budaya Jawa Lembaga Javanologi Surabaya : Prestasi Pustaka Publisher
Pelly Usman, 1994. Menanti Asih Teori-Teori Sosial Budaya, Jakarta : DIKTI __________, 1994. Urbanisasi dan Adaptasi Peranan Misi Budaya Minang Kabau
dan Mandailing, Jakarta : LP3ES.
Purwadi, 2007. Hidup, Mistik, Ramalan Jayabaya : Yogyakarta : Ragam Media Poerwanto, 2000. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Salim, Agus, 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : Tiara Kencana.
Santrock, John W, 2002. Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5, Jilid 1 Jakarta : Elangga.
Syani, Abdul, 1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya.
(4)
Simanjuntak, Bungaran Antonius 2009. Metode Penelitian Sosial, Medan : Bina Media Perintis.
Sumarsono, 2007. Tata Upacara Pengantin Adat Jawa, Jakarta : PT Buku Kita Sunjata, Pantja, Wahyudi, 1997. Upacara Tradisional Jawa. Yogyakarta : Andi offset Sutrisno, 1985. Kebudayaan Jawa, Yogyakarta : Andi Offset
Suseno SJ, Magniz, Franz, 1985. Etika Jawa, Jakarta : Gramedia
Suparlan, Supardi, 1984. Manusia Kebudayaan dan Lingkungan. Jakarta : FE UI Soekanto, Soerjono, 1983. Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial, Jakarta :
Ghalia Indonesia.
Soekanto, Soerjono, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali Press Soemarjan, Selo, 1986. Perubahan Sosial, Yogyakarta : YIIS
Sibarani, Robert, 2012. Kearifan Lokal, Assosiasi Tradisi Lisan (ATL) Umar, Abu,Imron, 1992. Sunan Kalijogo Demak, Kudus : Menara Kudus.
Watni, 2011 Mutiara Kota Kerang Tanjung Balai Asahan. CV Jabal Rahmat William, Walter, L, 1995, Mozaik Kehidupan Orang Jawa Yogyakarta : PT. Pustaka
(5)
Ahmad Rifki Hidayat, Simbolisme Perkawinan Jawa, http://keratonsurakarta.com Diakses 2 Januari 2014 Thalia Najma, 2005. Adat Istiadat Jawa,
http://situs.dagdigdug.com/2008/04/14/mengenaltata-upacara-pengantin-adat-jawa
Diakses tanggal 2 Januari 2014
Pinem Kamarlin, 2010. Tesis. Perubahan Upacara Cawir Metua Dalam
Adat Karo, suatu pengantar pada masyarakat Karo di Desa Kutagugung Kecamatan Juhar Kabupaten Karo. Program Pascasarjana Unimed.
Profil Kelurahan Dadimulyo Tahun 2013
Pelly Usman, 1998. Makalah. Pendayagunaan Potensi Etnis Dalam Perencanaan Daerah Sumatera Utara.
Pulung, Sumantri, 2012. Tesis Adaptasi Sosial Budaya Etnis Bali di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara Program Pascasarjana Unimed.
Zulkarnaen, 2009. Tesis. Upacara Tradisi Kematian Suatu Studi Antropologis Pada Masyarakat Jawa di Tebing Tinggi, Program Pascasarjana Unimed. Mohammad Bastomi, 2012, Makalah.
Upacara Panggih Kemanten Desa Kalangbret, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Sulung, Zasnis, Sejarah Asahan.
http : //melayuonline.com/ind/history/dig/327/kerajaan-asahan Diakses 6 Januari 2014
Soedarsono, 1995, Makalah.
Pendidikan seni dalam kaitannya dengan kepariwisataan. Seminar dalam peringatan hari jadi jurusan pendidikan sendratasik ke-10 FPBS IKIP Yogyakarta, 12 Februari 1995
Siban, 2013. Wawancara “dukun temoan” sebelum tahun 2000-an di Kelurahan Dadimulyo : Kisaran Barat
Silam, 2013. Wawancara “perangkai kembar mayang” sebelum dan sesudah tahun 2000
(6)
Meswan, 2013. Wawancara “dukun temoan” sesudah tahun 2000-an di Kelurahan Dadimulyo : Kisaran Barat
Juman, 2014. Wawancara “dukun temoan” sesudah tahun 2000-an di Kelurahan Dadimulyo : Kisaran Barat
Kasmen, 2014. Wawancara “dukun temoan” sesudah tahun 2000-an di Kelurahan Dadimulyo : Kisaran Barat
Lastri, 2013. Perias Pengantin Jawa di Kelurahan Dadimulyo : Kisaran Barat Murni, 2014. Perias Pengantin Jawa di Kelurahan Dadimulyo : Kisaran Barat Rafida, 2013. Perias Pengantin Melayu di Kelurahan Dadimulyo : Kisaran Barat