PERANAN ABDUL HARIS NASUTION PADA MASA ORDE LAMA.

(1)

PERANAN ABDUL HARIS NASUTION PADA MASA

ORDE LAMA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

OLEH

MUISAH FARHANI LUBIS

NIM : 309 321 028

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2013


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

Muisah Farhani Lubis. NIM 309321028. Peranan Abdul Haris Nasution Pada Masa Orde Lama. Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Latar belakang kehidupan Abdul Haris Nasution,Untuk mengetahui peranan A.H Nasution padamasa Orde Lama, untuk menganalisa gagasan-gagasan yang di buat oleh A.H Nasution pada masa Orde Lama. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis penelitian library research (studi kepustakaan) / studi dokumen. Untuk menganalisis data maka dilakukan beberapa tahapan yaitu mengumpulkan sumber, verifikasi sumber, menginterpretasikan data dan menarik kesimpulan.

Dari Hasil penelitian ini diperoleh keterangan bahwa Jenderal Abdul Haris Nasution lahir dari pasangan suami istri H. Abdul HalimNasution dan Hj. ZaharahLubis di Kotanopan, Mandailing Natal pada 3 Desember 1918 di desa Huta Pungkut. Nasution lahir sebagai anak kedua, dan sebagai anak laki-laki yang pertama dalam keluarganya. Di tahun 1931 Nasution meninggalkan kampungnya, karena ia naik ke kelas 7 HIS di Kotanopan, Setelah tamat dari sekolah HIS, Nasution diterima masuk sekolah guru di Bukit Tinggi, yang waktu itu dikenal dengan nama “ Sekolah Raja”.

Peranan A.H.Nasution selama menjabat sebagai militer sangat terlihat jelas. Hal tersebut dapat dilihat dari jabatan-jabatan yang dijabatnya serta dunia politik yang digelutinya seperti: Sebagai Kepala Staf Angkatan Bersenjata (KASAB), Menteri Keamanan Nasional, Ketua Panitia Undang-undang Pokok Kepolisisan dan Kejaksaan, Ketua Panitia Retooling Aparatur Negara, Kepala Staf Angkatan Darat, Wakil Menteri Pertama Pertahanan/Keamanan, Wakil Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat, Penasehat Agung Majelis Mahasiswa Indonesia, Wakil Ketua Pengurus Besar Pront Nasional.

A.H Nasution juga menggagas dengan Mempelopori Kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945. Usul Nasution pada bulan Agustus 1958, di Dewan Nasional agar UUD ’45 diberlakukan kembali pada mulanya tidak mendapat tanggapan yang positif dari sidang Dewan pada umumnya, akan tetapi Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit berlakunya kembali UUD ’45 dengan sebuah dekrit pada 5 Juli 1959.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT pencipta segala alam, yang telah memberikan masa, kesempatan dan kesehatan bagi penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat beriringkan salam penulis sampaikan kepada Nabi junjungan Umat Islam Muhammad SAW yang telah membawa ajaran islam yang sesungguhnya, semoga kita termasuk dalam kelompok beliau sebagai ummatnya yang beriman dan mendapatkan syafaat beliau di yaumilmahsyar kelak. Skripsi ini berjudul “ Peranan Abdul Haris Nasution Pada Masa Orde Lama”. Penulis sadari dalam penulisan Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, penulis berharap kedepannya banyak karya-karya yang bermunculan yang lebih baik lagi.

Pada Kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada rekan-rekan yang telahbanyakmemberibantuan, dorongan, motivasi, sertas emangat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan segala masalah yang dihadapi dari awal melakukan penelitian sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitianini sampai akhirnya selesai menjadis ebuah skripsi.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri

Medan dan Jajarannya

2. Bapak Dr. Restu, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Medan.

3. Bapak/Ibu Pembantu Dekan pada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Medan

4. Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi

dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarahyang telah banyak memberikan masukan-masukan serta motivasi dalam penyelesaian Skripsi ini.

5. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum, sebagai Ketua Jurusan Pendidikan

Sejarah juga selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus sebagai Dosen Penguji penulis.


(7)

iii

6. Ibu Dra. Syarifah, M.Pd selaku Dosen Penguji sekaligus Dosen

Pembanding bagi penulis.

7. Bapak Yushar Tanjung M.Si selaku Dosen Penguji sekaligus Dosen

Pembanding bagi penulis.

8. Seluruh Dosen-dosen dan Staf administrasi di Jurusan Pendidikan Sejarah, terima kasih yang sebesar-besarnya atas jasa-jasa yang telah kalian berikan kepada penulis, selaku mahasiswa di Jurusan Pendidikan Sejarah.

9. Teristimewa kepada Ibunda yang selama ini selalu memberikan motivasi,

dukungan serta selalu mendoakan saya karena semua itu sangat berarti dan sangat membantu saya selama kuliyah hingga selesai dengan menyandang gelar sarjana. Juga terimakasih sebesar-besarnya kepada Alm. Ayahanda A.Dalil Lubis yang semasa hidupnya telah banyak memberikan dukungan, motivasi serta do’a yang sangat membantu bagi penulis, meski dipertengahan perkuliyahan beliau sudah tidak ada tapi nasehat-nasehat serta motivasi-motivasi yang pernah beliau berikan sangat membantu saya dalam menjalani kehidupan sehari-hari.semoga semua amal ibadah beliau berterima disisinya. Jazakumullohu khoiron

10.Terima kasih Kepada pimpinan Badan Perpustakaan, Arsip dan

Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di perpustakaan tersebut sehingga penulis bisa mengumpulkan data ataupun sumber yang berkaitan dengan penelitian ini.

11.Terima kasih kepada kakak ku Mursidah Lubis, Abangku Ahmad Sofwan

Lubis, Muktafillah Lubis serta Adekku Sa’a Duddin Lubis yang selama ini sangat banyak membantu. Semoga allah membalas semua kebaikan kalian. Amin

12.Terima kasih kepada sahabat-sahabat penulis, Indra Temasmiko,

Lisdawana, Riska Khairani, Itha Ferbina S Milala, Zaid Mubin, Rismadiyah Br Sembiring, Margaretha Fardede yang selama ini telah banyak membantu dan memberi dukungan serta motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.


(8)

iv

13.Terima kasih buat teman-teman penulis Refnida, Rahma, Nur, Pidia, Asril, Zaldi, Hasudungan, Adika dan semua teman-teman seperjuangan Sejarah 2009.

14.Teman-teman PPLT SMA Negeri I Tanjung Tiram, Ika Putri Indraswari,

Aryani, Hafiza Zahri, Intan dan temen-temen yang lainnya. Terimakasih telah pernah hadir menemani hari-hariku.

Medan, Juni 2013 Penulis

Muisah Farhani Lubis NIM. 309 321 028


(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar BelakangMasalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 4

C.Pembatasan Masalah ... 4

D.RumusanMasalah ... 5

E. TujuanPenelitian... 5

F. ManfaatPenelitian... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A.Landasan Konsepsional ... 7

1. Peranan Nasution Dalam Bidang Militer ... 7

2. Peranan Nasution Dalam Bidang Politik ... 9

3. Konsep Orde Lama ... 11

B. Kerangka Berpikir ... 12

BAB III METODOLOGIPENELITIAN ... 15

A.MetodePenelitian ... 15

B.Sumber Data ... 15

C.Teknik Pengumpulan Data ... 16


(10)

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 18

A. Latar Belakang Kehidupan Abdul Haris Nasution... 18

1. Masa Kecil Abdul Haris Nasution ... 18

2. Merantau ke Sumatera Barat ... 23

3. Pekerjaan dan Pengalaman Nasution... 26

4. Bintang-bintang Tanda Kehormatan ... 29

B.Peranan Abdul Haris Nasution Dalam Militer ... 31

1. Sebagai Kepala Staf Angkatan Bersenjata (KASAB) ... 31

2. Kepala Staf Angkatan Darat. ... 32

3. Wakil Menteri Pertama Pertahanan/Keamanan ... 34

4. Wakil Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat ... 37

5. Penasehat Agung Majelis Mahasiswa ... 42

C.Peranan Abdul Haris Nasution Dalam Politik... 45

1. Wakil Pengurus Besar Front Nasional ... 45

2. Ketua Panitia Undang-undang Pokok Kepolisian dan Kejaksaan ... 46

3. Ketua Retooling Aparatur Negara ... 47

4. Menteri KeamananNasional ... 53

D.Gagasan Abdul Haris Nasution ... 57

BABV KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 66

DAFTARPUSTAKA ... 68 LAMPIRAN


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan tokoh besar dengan mendokumentasikan asal-usul kejadian, menganalisis geneologi, lalu membangun dan mempertahankan keistimewaan suatu peristiwa, memilih peristiwa yang dianggap spektakuler (seperti perang).

Setelah dibacakannya Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 di jalan pengangsaan timur, maka dimulailah suatu lembaran baru yang bebas dari penjajahan kolonialisme dan tangan asing, dan indonesia mulai menghadapi prospek menentukan masa depannya sendiri. Dalam sebuah negeri yang masih menunjukkan adanya kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, dan tradisi-tradisi otoriter, maka banyak hal bergantung pada kearifan dan nasib baik kepemimpinan negeri. Masa yang baru ini di tandai dengan hasil keputusan sidang PPKI (panitia persiapan kemerdekaan Indonesia yang pertama) yang pertama (1) dengan menetapkan Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Moh.Hatta sebagai wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama.

Jenderal Abdul Haris Nasution adalah salah satu tokoh penting di kalangan militer yang pernah dimiliki oleh bangsa Indonesia juga seorang pahlawan nasional Indonesia yang merupakan salah satu tokoh yang menjadi sasaran dalam peristiwa Gerakan 30 September, namun yang menjadi korban adalah putrinya Ade Irma Suryani Nasution.


(12)

Soebandrio (2001 : 43), mengatakan sebelum peristiwa G30S terjadi A.H Nasution adalah perwira paling tinggi pangkatnya setelah Yani. Saat itu dia sudah menyandang bintang empat, sedangkan Soeharto masih bintang empat. Di saat TNI/AD terpecah (secara tidak transparan ) dalam kubu-kubu ditahun 1960-an, kubu-kubu Nasution ditakuti oleh kubu-kubu Yani dan kubu-kubu Soeharto. Banyak politikus saat itu mengatakan bahwa letjen TNI A.H Nasution paling pantas menggantikan Presiden Soekarno. Dia terkenal anti PKI, memiliki dedikasi yang tinggi, dan termasuk jenderal yang diculik pelaku G30S. Yang tidak banyak diketahui orang adalah bahwa dari sekian perwira senior yang paling ditakuti Presiden Soekarno saat itu adalah Nasution. Presiden Soekarno menjuluki Nasution sebagai pencetus gagasan negara dalam negara.

Atas jabatan dan peranannya yang besar dalam TNI dan pemerintahan maka A.H Nasution merupakan salah satu tokoh penting yang di butuhkan dan di segani oleh petinggi-petinggi negara seperti Presiden Soekarno dan Jendral tinggi lainnya.

A.H Nasution dilahirkan di Huta Pungkut, Kotanopan, Tapanuli Selatan pada tanggal 3 Desember 1918. Nasution merupakan seorang figur TNI AD yang menonjol dan amat berjasa tidak saja bagi sejarah TNI melainkan juga kepada tanah Air, Bangsa, dan Negara Republik Indonesia. Sebagaimana Jenderal Besar lainnya, Nasution merupakan seorang tokoh TNI AD juga peletak dasar konsep-konsep kemiliteran. Pemikiran-pemikiran Nasution tentang peran politik militer lahir ditengah konflik sipil-militer pasca kemerdekaan. Militer Indonesia atau Tentara Nasional Indonesia (TNI) semenjak zaman kelahirannya tak dapat dikatakan sebagai pihak yang mengakui keberadaan supremasi sipil, bahkan pemerintahan sipil yang tengah berkuasa.

Menuliskan sejarah mengenai tokoh bukanlah hal yang mudah. Diperlukan kecermatan dan kegigihan untuk menampilkan sang tokoh apa adanya, sehingga


(13)

sejarawan yang meneliti bisa menilai secara objektif dalam menyikapi setiap permasalahan yang ada.

Bagi sejarawan yang ingin memahami perjalanan sejarah Indonesia Modern, hal yang terkadang menimbulkan rasa frustrasi ialah justru karena kejadian yang paling misterius ternyata merupakan salah satu babak kejadian yang terpenting. Kebenaran sejarah terletak dalam kesediaan sejarawan untuk meneliti sumber sejarah secara tuntas, sehingga dapat diharapkan sejarawan akan mengungkapkan secara objektif.

Bagi sejarawan sangat penting untuk menyadari bahwa wujud dan cita-cita serta nilai-nilai bangsanya tidak bisa dimengerti tanpa referensi kepada sejarah dan pengalaman bangsa itu. Maka usaha untuk mengungkapkan bagaimana sejarah serta pandangan mengenai hari depan kait mengait dalam manusia mengartikan kenyataan hari ini, merupakan intisari daripada tanggung-jawab para ahli sejarah.

Abdul Haris Nasution merupakan salah seorang tokoh yang begitu banyak menyumbangkan Pemikirannya bagi bangsa indonesia, memiliki peranan yang begitu penting sebelum ataupun sesudah diproklamasikannya kemerdekaan antara lain menjadi pemimpin dalam upaya menumpas PRRI di Sumatera dan operasi merdeka di Sulawesi Utara.

Sebutan Orde Lama muncul dan tercipta pada masa Orde Baru yang sering di ucapkan oleh A. H. Nasution dan Soeharto yang merupakan sebuah istilah stigmatik untuk menandai mulainya masa Orde Baru dalam masa pemerintahan Soeharto yang menggantikan rezim pemerintahan Soekarno.


(14)

Sebagai seorang petinggi, A. H Nasution mamiliki peranan yang sangat banyak pada masa Orde Lama karna ia banyak menciptakan ide-ide dan gagasan baik dalam bidang politik maupun dalam bidang pertahanan dimana ide dan gagasannya ini dipakai secara luas di berbagai kalangan seperti Tentara Republik Indonesia dan Tentara negara lain seperti Amerika Serikat. A.H Nasution juga menjadi tonggak lahirnya Orde Baru yang di pimpin oleh Soeharto.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis disini ingin melakukan penelitian dengan judul “Peranan Abdul Haris Nasution Pada Masa Orde

Lama”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat

mengidentifikasikan beberapa masalah, yaitu :

1. Latar Belakang kehidupan Abdul Haris Nasution

2. Peranan A.H Nasution pada masa Orde Lama

3. Gagasan-gagasan yang di buat oleh A.H Nasution pada masa Orde Lama

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya masalah yang akan muncul dalam penelitian ini, maka berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis menyimpulkan pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah “Peranan A.H.Nasution Pada Masa Orde Lama”


(15)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di kemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana latar belakang kehidupan Abdul Haris Nasution?

2. Apasaja Peranan A.H Nasution pada masa Orde Lama?

3. Bagaimana Gagasan – gagasan yang di buat oleh A.H Nasution pada masa

Orde Lama?

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui latar belakang kehidupan Abdul Haris Nasution

2. Untuk mengetahui peranan A.H Nasution pada masa Orde Lama

3. Menganalisa gagasan-gagasan yang di buat oleh A.H Nasution pada masa

Orde Lama

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya seperti:

1. Untuk mengetahui latar belakang kehidupan Abdul Haris Nasution

2. Untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai peranan-peranan A. H.

Nasution pada masa Orde Lama.

3. Sebagai sarana untuk melatih diri secara langsung dalam mempraktekkan dan mengaplikasikan metodologi penulisan sejarah sehingga dapat


(16)

memperluas dan memperdalam wawasan dalam meningkatkan mutu karya sejarah.

4. Memberikan dan memperkaya informasi pengetahuan bagi masyarakat

terkait peranan A.H.Nasution pada masa Orde Lama.

5. Sebagai didikan moral bagi anak bangsa untuk semakin mencintai tanah

air sehingga dapat mengisi kemerdekaan yang telah di perjuangkan dengan hal yang bermamfaat bagi Negara Republik Indonesia.

6. Memperkaya informasi bagi akademisi UNIMED Khususnya Jurusan

Pendidikan sejarah


(17)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan keterangan dan analisis yang telah dilakukan Bab demi Bab, maka penulis dapat membuat beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Jenderal Abdul Haris Nasution lahir dari pasangan suami istri H. Abdul Halim Nasution dan Hj. Zaharah Lubis di Kotanopan, Mandailing Natal pada 3 Desember 1918 di desa Huta Pungkut. Nasution lahir sebagai anak kedua, dan sebagai anak laki-laki yang pertama dalam keluarganya. Di tahun 1931 Nasution meninggalkan kampungnya, karena ia naik ke kelas 7 HIS, dan juga masuk “sekolah sore”. Karena itu Nasution di titipkan pada keluarganya di Kotanopan yang pada saat itu merupakan Ibukota kecamatan dari Kotanopan sampai sekolahnya selesai. Setelah tamat dari sekolah HIS, Nasution diterima masuk sekolah guru di Bukit Tinggi, yang waktu itu dikenal dengan nama “ Sekolah Raja”.

Ayah Nasution di masa mudanya adalah pengikut Sarikat Islam, dan ia adalah pengagum perjuangan kebangkitan Islam, dan kebangkitan Turki. Abdul Haris Nasution mulai dari kecilnya sudah mendapatkan ajaran dan pendidikan agama yang kuat dari keluarganya. Pendidikan yang di dapatkannya dari keluarga itulah yang membuat Nasution tetap taat dalam menganut agamanya. Bahkan setelah dewasa dan menjadi orang sukses,


(18)

Nasution di kenal sebagai Jenderal yang taat dalam beragama serta sopan santunya tetap terbina.

Cita-cita yang dihayati Nasution masa itu adalah menjadi pegawai pemerintah dan melihat gurulah orang yang terpenting dan gurulah orang yang terhormat dalam masyarakat desa. Bagi teman-temannya yang mengutamakan belajar di madrasah, jadi guru agamalah yang di anggap sebagai tujuan yang terbaik. Karena guru agama adalah orang-orang yang terpenting dalam masyarakat.

2. Peranan A.H.Nasution selama menjabat sebagai militer sangat terlihat

jelas. Hal tersebut dapat dilihat dari jabatan-jabatan yang dijabatnya serta dunia politik yang digelutinya seperti: Sebagai Kepala Staf Angkatan Bersenjata (KASAB), Menteri Keamanan Nasional, Ketua Panitia Undang-undang Pokok Kepolisisan dan Kejaksaan, Ketua Panitia Retooling Aparatur Negara, Kepala Staf Angkatan Darat, Wakil Menteri Pertama Pertahanan/Keamanan, Wakil Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat, Penasehat Agung Majelis Mahasiswa Indonesia, Wakil Ketua Pengurus Besar Pront Nasional.

3. A. H Nasution juga menggagas dengan Mempelopori Kembali kepada

Undang-Undang Dasar 1945. Usul Nasution pada bulan Agustus 1958, di Dewan Nasional agar UUD ’45 diperlakukan kembali, pada mulanya tidak mendapat tanggapan yang positif dari sidang Dewan pada umumnya. Pertimbangan Soekarno itu mungkin karena Soekarno tidak merasa mampu memikul tanggung-jawab jabatan Presiden di bawah UUD ’45,


(19)

dan mungkin pula Soekarno takut tidak bisa mengimbangidan menguasai peranan TNI selama peranan partai-partai politik belum dilemahkan. Tetapi setelah partai-partai di Parlemen dengan keras menentang dilakukannya reformasi Parlemen secara drastis, yaitu agar sepertiga anggota Parlemen harus dari golongan fungsionil, karena momentum inilah kemudian Dewan Nasional mengambil keputusan untuk kembali memakai UUD ’45 sebagai pelaksana Demokrasi Terpimpin, serta Presiden Soekarno memaklumkan berlakunya kembali UUD ’45 dengan sebuah dekrit pada 5 Juli 1959.

B. Saran

Adapun yang menjadi saran dalam penelitian iniyakni:

1. Lewat perjuangan-perjuangan yang dilakukan Jenderal Abdul Haris

Nasution, generasi muda di harapkan dapat mengambil contoh positif yang dapat menumbuhkan rasa Nasionalisme yang tinggi.

2. Diharapkan kepada siswa dan mahasiswa sebagai yang terdidik agar

Saling bekerja sama dan bahu membahu untuk membangun negara ke arah yang lebih maju sehingga dapat berkembang dan bersaing dengan negara-negara lain.

3. Diharapkan kepada para staf pengajar dalam membimbing dan mendidik

siswa maupun mahasiswa untuk menjadikan Nasution maupun tokoh-tokoh lain yang banyak memberikan jasa-jasanya kepada bangsa baik


(20)

sebelum kemerdekaan maupun setelah kemerdekaan sebagai motivasi karena gagasan-gagasan serta ide-ide mereka dalam membangun bangsa.


(21)

68

DAFTAR PUSTAKA

Crouch, Harold (1986). Militer dan Politik di Indonesia. Jakarta: P.T.Dharma Aksara Perkasa.

Muhaimin, Yahya.A (2005). Perkembangan Militer dalam Politik di Indonesia

1945-1966.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nasution, A.H (1984). Memenuhi Panggilan Tugas jilid I. Jakarta: PT Gunung Agung.

Nasution, A.H (1984). Memenuhi Panggilan Tugas jilid IV. Jakarta: PT Gunung Agung.

Nasution, A.H (1984). Memenuhi Panggilan Tugas jilid V. Jakarta: PT Gunung Agung.

Nasution, A.H (1984). Memenuhi Panggilan Tugas jilid VI. Jakarta: PT Gunung Agung.

Nasution, A.H (1964). Mengamankan Panji-panji Revolusi. Jakarta: Delegasi. Setiadi, Elly.M (2005). Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan

Tinggi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Simatupang, Mayjen. T.B (1981). Pelopor Dalam Perang Pelopor Dalam Damai. Jakarta: Sinar Harapan.

Soekanto, Soejono. (1987). Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: CV.Rajawali. Soebandrio. H (2001). Kesaksianku Tentang G30S.Jakarta: Forum Pendukung

Reformasi Total.

Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Sundhaussen, ULF. (1986). Politik Militer Indonesia 1945-1967. Jakarta: LP3ES. Yamin, Moh. (2009). Menggugat Pendidikan Indonesia.Jakarta: AR-Ruzz Media.


(1)

memperluas dan memperdalam wawasan dalam meningkatkan mutu karya sejarah.

4. Memberikan dan memperkaya informasi pengetahuan bagi masyarakat terkait peranan A.H.Nasution pada masa Orde Lama.

5. Sebagai didikan moral bagi anak bangsa untuk semakin mencintai tanah air sehingga dapat mengisi kemerdekaan yang telah di perjuangkan dengan hal yang bermamfaat bagi Negara Republik Indonesia.

6. Memperkaya informasi bagi akademisi UNIMED Khususnya Jurusan Pendidikan sejarah


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan keterangan dan analisis yang telah dilakukan Bab demi Bab, maka penulis dapat membuat beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Jenderal Abdul Haris Nasution lahir dari pasangan suami istri H. Abdul Halim Nasution dan Hj. Zaharah Lubis di Kotanopan, Mandailing Natal pada 3 Desember 1918 di desa Huta Pungkut. Nasution lahir sebagai anak kedua, dan sebagai anak laki-laki yang pertama dalam keluarganya. Di tahun 1931 Nasution meninggalkan kampungnya, karena ia naik ke kelas 7 HIS, dan juga masuk “sekolah sore”. Karena itu Nasution di titipkan pada keluarganya di Kotanopan yang pada saat itu merupakan Ibukota kecamatan dari Kotanopan sampai sekolahnya selesai. Setelah tamat dari sekolah HIS, Nasution diterima masuk sekolah guru di Bukit Tinggi, yang waktu itu dikenal dengan nama “ Sekolah Raja”.

Ayah Nasution di masa mudanya adalah pengikut Sarikat Islam, dan ia adalah pengagum perjuangan kebangkitan Islam, dan kebangkitan Turki. Abdul Haris Nasution mulai dari kecilnya sudah mendapatkan ajaran dan pendidikan agama yang kuat dari keluarganya. Pendidikan yang di dapatkannya dari keluarga itulah yang membuat Nasution tetap taat dalam menganut agamanya. Bahkan setelah dewasa dan menjadi orang sukses,


(3)

Nasution di kenal sebagai Jenderal yang taat dalam beragama serta sopan santunya tetap terbina.

Cita-cita yang dihayati Nasution masa itu adalah menjadi pegawai pemerintah dan melihat gurulah orang yang terpenting dan gurulah orang yang terhormat dalam masyarakat desa. Bagi teman-temannya yang mengutamakan belajar di madrasah, jadi guru agamalah yang di anggap sebagai tujuan yang terbaik. Karena guru agama adalah orang-orang yang terpenting dalam masyarakat.

2. Peranan A.H.Nasution selama menjabat sebagai militer sangat terlihat jelas. Hal tersebut dapat dilihat dari jabatan-jabatan yang dijabatnya serta dunia politik yang digelutinya seperti: Sebagai Kepala Staf Angkatan Bersenjata (KASAB), Menteri Keamanan Nasional, Ketua Panitia Undang-undang Pokok Kepolisisan dan Kejaksaan, Ketua Panitia Retooling Aparatur Negara, Kepala Staf Angkatan Darat, Wakil Menteri Pertama Pertahanan/Keamanan, Wakil Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat, Penasehat Agung Majelis Mahasiswa Indonesia, Wakil Ketua Pengurus Besar Pront Nasional.

3. A. H Nasution juga menggagas dengan Mempelopori Kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945. Usul Nasution pada bulan Agustus 1958, di Dewan Nasional agar UUD ’45 diperlakukan kembali, pada mulanya tidak mendapat tanggapan yang positif dari sidang Dewan pada umumnya. Pertimbangan Soekarno itu mungkin karena Soekarno tidak merasa mampu memikul tanggung-jawab jabatan Presiden di bawah UUD ’45,


(4)

dan mungkin pula Soekarno takut tidak bisa mengimbangidan menguasai peranan TNI selama peranan partai-partai politik belum dilemahkan. Tetapi setelah partai-partai di Parlemen dengan keras menentang dilakukannya reformasi Parlemen secara drastis, yaitu agar sepertiga anggota Parlemen harus dari golongan fungsionil, karena momentum inilah kemudian Dewan Nasional mengambil keputusan untuk kembali memakai UUD ’45 sebagai pelaksana Demokrasi Terpimpin, serta Presiden Soekarno memaklumkan berlakunya kembali UUD ’45 dengan sebuah dekrit pada 5 Juli 1959.

B. Saran

Adapun yang menjadi saran dalam penelitian iniyakni:

1. Lewat perjuangan-perjuangan yang dilakukan Jenderal Abdul Haris Nasution, generasi muda di harapkan dapat mengambil contoh positif yang dapat menumbuhkan rasa Nasionalisme yang tinggi.

2. Diharapkan kepada siswa dan mahasiswa sebagai yang terdidik agar Saling bekerja sama dan bahu membahu untuk membangun negara ke arah yang lebih maju sehingga dapat berkembang dan bersaing dengan negara-negara lain.

3. Diharapkan kepada para staf pengajar dalam membimbing dan mendidik siswa maupun mahasiswa untuk menjadikan Nasution maupun tokoh-tokoh lain yang banyak memberikan jasa-jasanya kepada bangsa baik


(5)

sebelum kemerdekaan maupun setelah kemerdekaan sebagai motivasi karena gagasan-gagasan serta ide-ide mereka dalam membangun bangsa.


(6)

68

DAFTAR PUSTAKA

Crouch, Harold (1986). Militer dan Politik di Indonesia. Jakarta: P.T.Dharma Aksara Perkasa.

Muhaimin, Yahya.A (2005). Perkembangan Militer dalam Politik di Indonesia 1945-1966.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nasution, A.H (1984). Memenuhi Panggilan Tugas jilid I. Jakarta: PT Gunung Agung.

Nasution, A.H (1984). Memenuhi Panggilan Tugas jilid IV. Jakarta: PT Gunung Agung.

Nasution, A.H (1984). Memenuhi Panggilan Tugas jilid V. Jakarta: PT Gunung Agung.

Nasution, A.H (1984). Memenuhi Panggilan Tugas jilid VI. Jakarta: PT Gunung Agung.

Nasution, A.H (1964). Mengamankan Panji-panji Revolusi. Jakarta: Delegasi. Setiadi, Elly.M (2005). Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan

Tinggi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Simatupang, Mayjen. T.B (1981). Pelopor Dalam Perang Pelopor Dalam Damai. Jakarta: Sinar Harapan.

Soekanto, Soejono. (1987). Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: CV.Rajawali. Soebandrio. H (2001). Kesaksianku Tentang G30S.Jakarta: Forum Pendukung

Reformasi Total.

Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Sundhaussen, ULF. (1986). Politik Militer Indonesia 1945-1967. Jakarta: LP3ES. Yamin, Moh. (2009). Menggugat Pendidikan Indonesia.Jakarta: AR-Ruzz Media.