INDONESIA PADA MASA ORDE LAMA

“ INDONESIA PADA MASA ORDE LAMA”
Dosen Pengampu : Heni Tri Agustina, S.Sos

Disusun oleh FISIP A / SMT IV :
1. FALIA LAILATUS SOIBAH NIM 13 341 0011
2.

DEWI MUTIARA PERTIWI

NIM 13 341 0023

3.

RISKA PRILIA

NIM 13 341 0039

4.

PUTRI SANTIAYU NINGRUM


NIM 13.341

0048
5.

EVA QONITA

NIM 13.341.0109

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO
Jl. Yos Sudarso 107 Telp. (0335) 422715
PROBOLINGGO
1|Page

TAHUN 2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang mana atas berkat dan
rahmatNya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ INDONESIA


PADA MASA ORDE LAMA” ini dengan baik meskipun masih banyak terdapat
kesalahan.

Dan tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada guru pembimbing yang
telah membantu atas terselesaikanya makalah yang berjudul “ INDONESIA PADA

MASA ORDE LAMA” ini dengan baik

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada para pembaca makalah ini
khususnya mahasiswa dan mahasiswi yang mempelajari makalah ini. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin

2|Page

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................

i


KATA PENGANTAR.........................................................................................

ii

DAFTAR ISI........................................................................................................

iii

BAB I

BAB II

BAB III

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang.................................................................


1

1.2

Rumusan Masalah............................................................

2

1.3

Tujuan Penulisan.............................................................

2

PEMBAHASAN
2.1

Pemerintahan Pada Masa Orde Lama..............................

3


2.2

Pelaksanaan Sistem Politik Orde Lama...........................

4

2.3

Peristiwa Pada Masa Orde Lama.....................................

11

PENUTUP
3.1

KESIMPULAN................................................................

16


DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

17

3|Page

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Selama hampir 57 tahun sebagai bangsa merdeka kita dihadapkan pada

panggung sejarah perpolitikan dan ketatanegaraan dengan dekorasi, setting, aktor,
maupun cerita yang berbeda-beda. Setiap pentas sejarah cenderung bersifat ekslusif
dan Steriotipe. Karena kekhasannya tersebut maka kepada setiap pentas sejarah yang
terjadi dilekatkan suatu atribut demarkatif, seperti Orde Lama, Orde Baru Dan Kini
Orde Reformasi.
Karena esklusifitas tersebut maka sering terjadi pandangan dan pemikiran

yang bersifat apologetik dan keliru bahwa masing-masing Orde merefleksikan
tatanan perpolitikan dan ketatanegaraan yang sama sekali berbeda dari Orde
sebelumnya dan tidak ada ikatan historis sama sekali
Orde Baru lahir karena adanya Orde Lama, dan Orde Baru sendiri haruslah
diyakini sebagai sebuah panorama bagi kemunculan Orde Reformasi. Demikian juga
setelah Orde Reformasi pastilah akan berkembang pentas sejarah perpolitikan dan
ketatanegaraan lainnya dengan setting dan cerita yang mungkin pula tidak sama.
Dari perspektif ini maka dapat dikatakan bahwa Orde Lama telah memberikan
landasan kebangsaan bagi perkembangan bangsa Indonesia. Sementara itu Orde Baru
telah banyak memberikan pertumbuhan wacana normatif bagi pemantapan ideologi
nasional, terutama melalui konvergensi nilai-nilai sosial-budaya (Madjid,1998) Orde
Reformasi sendiri walaupun dapat dikatakan masih dalam proses pencarian bentuk,
namun telah menancapakan satu tekad yang berguna bagi penumbuhan nilai
demokrasi dan keadilan melalui upaya penegakan supremasi hukum dan HAM.
Nilai-nilai tersebut akan terus di Justifikasi dan diadaptasikan dengan dinamika yang
terjadi.

4|Page

1.2


Rumusan Masalah
a. Bagaimana masa pemerinahan pada waktu Orde Lama?
b. Bagaimana pelaksanaan Sistem Politik Orde Lama?
c. Apa saja perisiwa penting yang terjadi pada masa Orde Lama?

1.3

Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui masa pemerinahan pada waktu Orde Lama
b. Untuk mengetahui pelaksanaan sistem politik Orde Lama
c. Untuk mengetahui perisiwa penting yang terjadi pada masa Orde Lama

5|Page

BAB II
PEMBAHASAN

2.1


Pemerintahan pada Masa Orde Lama
Orde Lama adalah sebuan bagi masa pemerinahan Presiden Soekarno di
Indonesia. Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1965. Dalam jangka
waktu

tersebut,

Indonesia

menggunakan

bergantian sistem

ekonomi

liberal dan sistem ekonomi komando. Di saat menggunakan sistem ekonomi liberal,
Indonesia menggunakan sistem pemerintahan parlementer.
Presiden

Soekarno


di

gulingkan

waktu

Indonesia

menggunakan sistem ekonomi komando. Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan
Kemerdekaan

Indonesia

(PPKI)

melantik

Soekarno


sebagai

Presiden

dan Mohammad Hattasebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang
dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat
dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31
Agustus dan

menghendaki

Republik

Indonesia

yang

terdiri

dari

8

provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan
Brunei), Jawa

Barat, Jawa

Tengah, Jawa

Timur, Sulawesi, Maluku (termasuk Papua) dan Nusa Tenggara.
Secara umum, hubungan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan
Soekarno sebagai Presiden, sangat dinamis, bahkan kadang-kadang terjadi gejolak.
Konflik ini mencapai puncaknya. Setelah pemilihan umum 1955, Presiden
Soekarno mengajukan konsep Demokrasi Terpimpin pada tanggal 21 Februari 1957
di hadapan para pemimpin partai dan tokoh masyarakat di Istana Merdeka. Presiden
Soekarno mengemukakan Konsepsi Presiden, yang pada pokoknya berisi:
a. Sistem Demokrasi Parlementer secara Barat, tidak sesuai dengan
kepribadian Indonesia, oleh karena itu harus diganti dengan Demokrasi
Terpimpin.
b. Untuk pelaksanaan Demokrasi Terpimpin perlu dibentuk suatu kabinet
gotong royong yang angotanya terdiri dari semua partai dan organisasi
6|Page

berdasarkan perimbangan kekuatan yang ada dalam masyarakat.
Konsepsi Presiden ini, mengetengahkan pula perlunya pembentukan
Kabinet Kaki Empat yang mengandung arti bahwa keempat partai besar,
yakni PNI, Masyumi, Nahdlatul Ulama (NU), dan Partai Komunis
Indonesia

(PKI),

turut

serta

di

dalamnya

untuk

menciptakan

kegotongroyongan nasional.
c. Pembentukan Dewan Nasional yang terdiri dari golongan-golongan
fungsional dalam masyarakat. Dewan Nasional ini, tugas utamanya
adalah memberi nasihat kepada Kabinet, baik diminta maupun tidak
diminta.

2.2

Pelaksanaan Sistem Politik Orde Lama
2.2.1

Demokrasi Liberal (1950 – 1959)
Dalam proses pengakuan kedaulatan dan pembentukan kelengkapan negara,

ditetapkan pula sistem demokrasi yang dipakai yaitu sistem demokrasi liberal.
Dalam sistem demokrasi ini presiden hanya bertindak sebagai kepala negara.
Presiden hanya berhak mengatur formatur pembentukan kabinet. Oleh karena itu,
tanggung jawab pemerintah ada pada kabinet. Presiden tidak boleh bertindak
sewenang-wenang. Adapun kepala pemerintahan dipegang oleh perdana menteri.
Dalam sistem demokrasi ini, partai-partai besar seperti Masyumi,PNI,dan
PKI mempunyai partisipasi yang besar dalam pemerintahan. Dibentuklah kabinetkabinet yang bertanggung jawab kepada parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat )
yang merupakan kekuatan-kekuatan partai besar berdasarkan UUDS 1950.
Setiap kabinet yang berkuasa harus mendapat dukungan mayoritas dalam
parlemen (DPR pusat). Bila mayoritas dalam parlemen tidak mendukung kabinet,
maka kabinet harus mengemblikan mandat kepada presiden. Setelah itu,
dibentuklah kabinet baru untuk mengendalikan pemerintahan selanjutnya. Dengan
demikian satu ciri penting dalam penerapan sistem Demokrasi Liberal di negara
kita adalah silih bergantinya kabinet yang menjalankan pemerintahan.
Kabinet yang pertama kali terbentuk pada tanggal 6 september 1950 adalah
kabinet Natsir. Sebagai formatur ditunjuk Mohammad Natsir sebagai ketua

7|Page

Masyumi yang menjadi partai politik terbesar saat itu. Program kerja Kabinet Natsir
pada masa pemerintahannya secara garis besar sebagai berikut ;
a. Menyelenggarakan pemilu untuk konstituante dalam waktu singkat
b. Memajukan perekonomian, keeshatan dan kecerdasan rakyat
c. Menyempurnakan organisasi pemerintahan dan militer
d. Memperjuangkan soal Irian Barat tahun 1950.
e. Memulihkan keamanan dan ketertiban.
Dalam menjalankan kebijakannya, kabinet ini banyak memenuhi hambatan
terutama dari tubuh parlemen sendiri. Bentuk negara yang belum sempurna dengan
beberapa daerah masih berada ditangan pemerintahan Belanda memperuncing
masalah yang ada dalam kabinet tersebut. Perbedaan politik antara presiden dan
kabinet tersebut menyebabkan kedekatan antara presiden dengan golongan oposisi
(PNI). Hal itu menentang sistem politik yang telah berlaku sebelumnya, bahwa
presiden seharusnya memiliki sikap politik yang sealiran dengan parlemen. Secara
berturut-turut setelah kejatuhan kabinet Natsir, selama berlakunya sistem
Demokrasi Liberal, presiden membentuk kabinet-kabinet baru hingga tahun 1959.
Pada masa Demokrasi Liberal ini juga berhasil menyelenggarakan pemilu I
yang dilakukan pada 29 september 1955 dengan agenda pemilihan 272 anggota
DPR yang di lantik pada 20 Maret 1956. Pemilu pertama tersebut juga telah
berhasil badan konstituante (sidang pembuat UUD). Selanjutnya badan konstituante
memiliki tugas untuk merumuskan UUD baru. Dalam badan konstituante sendiri,
terdiri berbagai macam partai, dengan dominasi partai-partai besar seperti
NU,PKI,Masyumi dan PNI. Dari nama lembaga tersebut dapatlah diketahui bahwa
lembaga tersebut bertugas untuk menyusun konstitusi. Konstituante melaksanakan
tugasnya ditengah konflik berkepanjangan yang muncul diantara pejabat militer,
pergolakan daerah melawan pusat dan kondisi ekonomi tak menentu.
Demokrasi liberal pada masa itu telah dinilai gagal dalam menjamin stabilitas
politik. Ketegangan politik demokrasi liberal atau parlementer disebabkan hal-hal
sebagai berikut:
a. Dominannya politik aliran maksudnya partai politik yang sangat
mementingkan kelompok atau alirannya sendiri dari pada mengutamakan
kepentingan bangsa
b. Landasan sosial ekonomi rakyat yang masih rendah
8|Page

c. Tidak

mampunyai

para

anggota

konstituante

bersidang

dalam

menentukan dasar negara.
d. Presiden sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang berisi 3
keputusan yaitu:
1. Menetapkan pembubaran konstituante
2. Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali sebagai konstitusi negara
dan tidak berlakunya UUDS 1950
3. Pembentukan MPRS dan DPRS
2.2.2 Demokrasi Terpimpin (1959 – 1965)
Kekacauan terus menerus dalam kesatuan negara Republik Indonesia yang
disebabkan oleh begitu banyaknya pertentangan terjadi dalam sistem kenegaraan
ketika diberlakukannya sistem demokrasi liberal. Pergantian dan berbagai respon
dari dari daerah dalam kurun waktu tersebut memaksa untuk dilakukannya revisi
terhadap sistem pemerintahan. Ir.Soekarno selaku presiden memperkenalkan
konsep kepemimpinan baru yang dinamakan demokrasi terpimpin. Tonggak
bersejarah di berlakukannya sistem demokrasi terpimpin adalah dikeluarkannya
Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Peristiwa tersebut mengubah tatanan kenegaraan yang telah terbentuk
sebelumya. Satu hal pokok yang membedakan antara sistem Demokrasi Liberal dan
Demokrasi Terpimpin adalah kekuasaan Presiden. Dalam Demokrasi Liberal,
parlemen memiliki kewenangan yang terbesar terhadap pemerintahan dan
pengambilan keputusan negara. Sebaliknya, dalam sistem Demokrasi Terpimpin
presiden memiliki kekuasaan hampir seluruh bidang pemerintahan.
Dengan diberlakukannya Dekrit Presiden 1959 terjadi pergantian kabinet dari
Kabinet Karya (pimpinan Ir.Djuanda) yang dibubarkan pada 10 juli 1959 dan
digantikan dengan pembentukan Kabinet Kerja yang dipimpin oleh Ir.Soekarno
sebagai perdana menteri dan Ir.Djuanda sebagai menteri pertama. Kabinet ini yang
memiliki program khusus yang berhubungan dengan masalah keamanan,sandang
pangan, dan pembebasan Irian Barat. Pergantian institusi pemerintahan anatara lain
di MPR (pembentukan MPRS), pemebntukan DPR-GR dan pembentukan DPA.
Perkembangan dalam sistem pemerintahan selanjutnya adalah pernetapan
GBHN pertama. Pidato Presiden pada acara upacara bendera tanggal 17 agustus
9|Page

1959 berjudu”Penemuan Kembali Revolusi Kita”dinamakan Manifestasi Politik
Republik Indonesia(Manipol),yang berintikan USDEK (UUD 1945,Sosialisme
Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Kepribadian Indonesia). Institusi negara
selanjutnya adalah mengitegrasikan sejumlah badan eksekutif seperti MPRS,
DPRS, DPA, Depernas, dan Front Nasional dengan tugas sebgai menteri dan ikut
serta dalam sidang-sidang kabinet tertentu yang selanjutnya ikut merumuskan
kebijaksanaan pemerintahan dalam lembaga masing-masing.
Dalam Demokrasi Terpimpin presiden mendapat dukungan dari tiga kekuatan
besar yaitu Nasionalis, Agama dan Komunis. Ketiganya menjadi kekuatan presiden
dalam mempertahankan kekuasaannya. Kekuasaan mutlak presiden pada masa itu
telah menjadikan jabatan tersebut sebagai pusat legitimasi yang penting bagi
lainnya. Presiden sebagai penentu kebijakan utama terhadap masalah-masalah
dalam negeri maupun luar negeri .
Menurut Ketepan MPRS no. XVIII/MPRS /1965 demokrasi trepimpin adalah
kerakyatan

yang

dipimpn

oleh

hikmat

kebijaksamaan

dalam

permusyawaratan/perwakilan. Pelaksanaan masa Demokrasi Terpimpin :
a. Kebebasan partai dibatasi
b. Presiden cenderung berkuasa mutlak sebagai kepala negara sekaligus
kepala pemerintahan
c. Pemerintah berusaha menata kehidupan politik sesuai dengan UUD 1945
d. Dibentuk lembaga-lembaga negara antara lain MPRS,DPAS, DPRGR
dan Front Nasional
Penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan Demokrasi terpimpin dari UUD
1945 adalah sebagai berikut.
a) Kedudukan Presiden
Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada di bawah MPR.
Akan tetapi, kenyataannya bertentangan dengan UUD 1945, sebab MPRS
tunduk kepada Presiden. Presiden menentukan apa yang harus diputuskan
oleh MPRS. Hal tersebut tampak dengan adanya tindakan presiden untuk
mengangkat Ketua MPRS dirangkap oleh Wakil Perdana Menteri III serta
pengagkatan wakil ketua MPRS yang dipilih dan dipimpin oleh partai-partai
besar serta wakil ABRI yang masing-masing berkedudukan sebagai menteri
yang tidak memimpin departemen.
10 | P a g e

b) Pembentukan MPRS
Presiden juga membentuk MPRS berdasarkan Penetapan Presiden No. 2
Tahun 1959. Tindakan tersebut bertentangan dengan UUD 1945 karena
Berdasarkan UUD 1945 pengangkatan anggota MPRS sebagai lembaga
tertinggi negara harus melalui pemilihan umum sehingga partai-partai yang
terpilih oleh rakyat memiliki anggota-anggota yang duduk di MPR.
Anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh Presiden dengan syarat :
Setuju kembali kepada UUD 1945, Setia kepada perjuangan Republik
Indonesia, dan Setuju pada manifesto Politik.
Keanggotaan MPRS terdiri dari 61 orang anggota DPR, 94 orang utusan
daerah, dan 200 orang wakil golongan.
Tugas MPRS terbatas pada menetapkan Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN).
c) Pembubaran DPR dan Pembentukan DPR-GR
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hasil pemilu tahun 1955 dibubarkan
karena DPR menolak RAPBN tahun 1960 yang diajukan pemerintah.
Presiden selanjutnya menyatakan pembubaran DPR dan sebagai gantinya
presiden membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR). Dimana semua anggotanya ditunjuk oleh presiden. Peraturan DPRGR
juga ditentukan oleh presiden. Sehingga DPRGR harus mengikuti kehendak
serta kebijakan pemerintah. Tindakan presiden tersebut bertentangan dengan
UUD 1945 sebab berdasarkan UUD 1945 presiden tidak dapat
membubarkan DPR. Tugas DPR GR adalah sebagai berikut.
a. Melaksanakan manifesto politik
b. Mewujudkan amanat penderitaan rakyat
c. Melaksanakan Demokrasi Terpimpin
d) Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara
Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) dibentuk berdasarkan
Penetapan Presiden No.3 tahun 1959. Lembaga ini diketuai oleh Presiden
sendiri. Keanggotaan DPAS terdiri atas satu orang wakil ketua, 12 orang
wakil partai politik, 8 orang utusan daerah, dan 24 orang wakil golongan.
Tugas DPAS adalah memberi jawaban atas pertanyaan presiden dan
mengajukan usul kepada pemerintah. Pelaksanaannya kedudukan DPAS
11 | P a g e

juga berada dibawah pemerintah/presiden sebab presiden adalah ketuanya.
Hal ini disebabkan karena DPAS yang mengusulkan dengan suara bulat
agar pidato presiden pada hari kemerdekaan RI 17 AGUSTUS 1959 yang
berjudul ”Penemuan Kembali Revolusi Kita” yang dikenal dengan
Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol) ditetapkan sebagai GBHN
berdasarkan Penpres No.1 tahun 1960. Inti Manipol adalah USDEK
(Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin,
Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia). Sehingga lebih dikenal
dengan MANIPOL USDEK.
e) Pembentukan Front Nasional
Front Nasional dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No.13 Tahun
1959.

Front

Nasional

merupakan

sebuah

organisasi

massa

yang

memperjuangkan cita-cita proklamasi dan cita-cita yang terkandung dalam
UUD 1945. Tujuannya adalah menyatukan segala bentuk potensi nasional
menjadi kekuatan untuk menyukseskan pembangunan. Front Nasional
dipimpin oleh Presiden Sukarno sendiri. Tugas front nasional adalah sebagai
berikut.
a. Menyelesaikan Revolusi Nasional
b. Melaksanakan Pembangunan
c. Mengembalikan Irian Barat
f) Pembentukan Kabinet Kerja
Tanggal 9 Juli 1959, presiden membentuk kabinet Kerja. Sebagai wakil
presiden diangkatlah Ir. Juanda. Hingga tahun 1964 Kabinet Kerja
mengalami tiga kali perombakan (reshuffle). Program kabinet ini adalah
sebagai berikut:
a. Mencukupi kebutuhan sandang pangan
b. Menciptakan keamanan negara
c. Mengembalikan Irian Barat
g) Keterlibatan PKI dalam Ajaran Nasakom
Perbedaan ideologi dari partai-partai yang berkembang masa demokrasi
parlementer menimbulkan perbedaan pemahaman mengenai kehidupan
berbangsa dan bernegara yang berdampak pada terancamnya persatuan di
Indonesia. Pada masa demokrasi terpimpin pemerintah mengambil langkah
12 | P a g e

untuk menyamakan pemahaman mengenai kehidupan berbangsa dan
bernegara dengan menyampaikan ajaran NASAKOM (Nasionalis, Agama,
dan Komunis). Tujuannya untuk menggalang persatuan bangsa.
Bagi presiden NASAKOM merupakan cerminan paham berbagai
golongan dalam masyarakat. Presiden yakin bahwa dengan menerima dan
melaksanakan Nasakom maka persatuan Indonesia akan terwujud. Ajaran
Nasakom mulai disebarkan pada masyarakat. Dikeluarkan ajaran Nasakom
sama saja dengan upaya untuk memperkuat kedudukan Presiden sebab jika
menolak Nasakom sama saja dengan menolak presiden.
Kelompok yang kritis terhadap ajaran Nasakom adalah kalangan
cendekiawan

dan

ABRI.

Upaya

penyebarluasan

ajaran

Nasakom

dimanfaatkan oleh PKI dengan mengemukakan bahwa PKI merupakan
barisan terdepan pembela

NASAKOM. Keterlibatan

PKI tersebut

menyebabkan ajaran Nasakom menyimpang dari ajaran kehidupan
berbangsa dan bernegara serta mengeser kedudukan Pancasila dan UUD
1945 menjadi komunis. Selain itu PKI mengambil alih kedudukan dan
kekuasaan pemerintahan yang sah. PKI berhasil meyakinkan presiden
bahwa Presiden Sukarno tanpa PKI akan menjadi lemah terhadap TNI.
h) Adanya ajaran RESOPIM
Tujuan adanya ajaran RESOPIM (Revolusi, Sosialisme Indonesia, dan
Pimpinan Nasional) adalah untuk memperkuat kedudukan Presiden
Sukarno. Ajaran Resopim diumumkan pada peringatan Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia ke-16.
Inti dari ajaran ini adalah bahwa seluruh unsur kehidupan berbangsa dan
bernegara harus dicapai melalui revolusi, dijiwai oleh sosialisme, dan
dikendalikan oleh satu pimpinan nasional yang disebut Panglima Besar
Revolusi (PBR), yaitu Presiden Sukarno. Dampak dari sosialisasi Resopim
ini maka kedudukan lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara
ditetapkan dibawah presiden. Hal ini terlihat dengan adanya pemberian
pangkat menteri kepada pimpinan lembaga tersebut, padahal kedudukan
menteri seharusnya sebagai pembantu presiden.
i) Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

13 | P a g e

TNI dan Polri disatukan menjadi Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (ABRI) yang terdiri atas 4 angkatan yaitu TNI Angkatan Darat,
TNI Angkatan Laut, TNI Angkatan Udara, dan Angkatan Kepolisian.
Masing-masing angkatan dipimpin oleh Menteri Panglima Angkatanyang
kedudukannya langsung berada di bawah presiden. ABRI menjadi salah satu
golongan fungsional dan kekuatan sosial politik Indonesia.
j) Penataan Kehidupan Partai Politik
Pada masa demokrasi Parlementer, partai dapat melakukan kegiatan
politik secara leluasa. Sedangkan pada masa demokrasi terpimpin,
kedudukan partai dibatasi oleh penetapan presiden No. 7 tahun 1959. Partai
yang tidak memenuhi syarat, misalnya jumlah anggota yang terlalu sedikit
akan dibubarkan sehingga dari 28 partai yang ada hanya tinggal 11 partai.
Tindakan pemerintah ini dikenal dengan penyederhanaan kepartaian.
Pembatasan gerak-gerik partai semakin memperkuat kedudukan pemerintah
terutama presiden. Kedudukan presiden yang kuat tersebut tampak dengan
tindakannya untuk membubarkan 2 partai politik yang pernah berjaya masa
demokrasi Parlementer yaitu Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia (PSI).
Alasan pembubaran partai tersebuat adalah karena sejumlah anggota dari
kedua partai tersebut terlibat dalam pemberontakan PRRI dan Permesta.
Kedua Partai tersebut resmi dibubarkan pada tanggal 17 Agustus 1960.
Terbatasnya kebebasan pers sehingga banyak media masa yang tidak
dijinkan terbit.

2.3

Peristiwa Pada Masa Orde Lama
2.3.1 Peristiwa penting pada masa Orde Lama
Yang menarik adalah pembangunan politik lebih di utamakan daripada

pembangunan ekonomi pada masa orde lama. Perlu diingat bahwa pembangunan
politik dan pembangunan ekonomi merupakan dua hal yang berbeda namun saling
berhubungan. Orde lama yang di pimpin oleh sang Founding Father Presiden
Soekarno lebih mementingkan pembangunan perpolitikan. Orde lama membentuk
badan – badan negara dengan menyesuaikan fungsinya. Badan eksekutif, legislative
14 | P a g e

dan yudikatif. Namun dalam proses pasca pembentukan fungsi masing-masingnya
belum maksimal, badan eksekutif masih lebih mendominasi. Penekanan pada
pembangunan politik membuat munculnya berbagai macam ideology politik yang
kemudian ideologi-ideologi tersebut berkompetisi dengan ketat untuk dapat diterima
masyarakat dan diaplikasikan pada sistem pemerintahan.
Pembangunan politik yang ada pada orde lama menimbulkan beberapa dampak
bagi masyarakat Indonesia. Konflik yang terjadi merupakan akibat dari perang
ideologi menghasilkan peristiwa besar seperti:
a. Keadaan ekonomi keuangan pada masa orde lama amat buruk, antara lain
disebabkan oleh :
1. Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu
mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara
waktu pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di
wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah
Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Kemudian pada
tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands
East Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di
daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946,
pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang
Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori
moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi kenaikan
tingkat harga.
2. Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945
untuk menutup pintu perdagangan luar negeri RI.
3. Kas negara kosong.
4. Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan.
b. Gerakan 30S PKI
Hingga 1965, PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang
dibentuk Soekarno untuk memperkuat dukungan untuk rezimnya dan,
dengan persetujuan dari Soekarno, memulai kampanye untuk membentuk
“Angkatan Kelima” dengan mempersenjatai pendukungnya. Para petinggi
militer menentang hal ini.
15 | P a g e

Pada 30 September 1965, enam jendral senior dan beberapa orang
lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para
pengawal istana yang loyal kepada PKI. Panglima Komando Strategi
Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto, menumpas kudeta tersebut dan
berbalik melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk
mengambil alih kekuasaan. Lebih dari puluhan ribu orang-orang yang
dituduh

komunis

kemudian

dibunuh.

Jumlah

korban

jiwa

pada1966 mencapai setidaknya 500.000; yang paling parah terjadi
di Jawadan Bali.
c. Super semar ( Surat perintah 11 maret 1966)
Berisi tentang perintah presiden soekarno kepada letnan jendral Soeharto
selaku panglima komando operasi keamanan dan ketertiban agar
mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk memulihkan
stabilitas situasi keamanan yang sanga buruk pada masa itu, terutama
setelah meletusnya peristiwa gerakan G30S PKI.
d. Dekrit presiden yang menyatakan presiden Soekarno sebagai presiden
seumur hidup. Yang melatarbelakangi dikeluarkannya dekrit Presiden
antara lain:
1.

Undang-undang Dasar yang menjadi pelaksanaan pemerintahan negara
belum berhasil dibuat sedangkan Undang-undang Dasar Sementara
(UUDS 1950) dengan sistem pemerintahan demokrasi liberal dianggap
tidak sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia.

2.

Kegagalan konstituante dalam menetapkan undang-undang dasar
sehingga membawa Indonesia ke jurang kehancuran sebab Indonesia
tidak mempunyai pijakan hukum yang mantap.

3. Situasi politik yang kacau dan semakin buruk.
4. Terjadinya sejumlah pemberontakan di dalam negeri yang semakin
bertambah gawat bahkan menjurus menuju gerakan sparatisme.
5. Konflik antar partai politik yang mengganggu stabilitas nasional
6. Banyaknya partai dalam parlemen yang saling berbeda pendapat
sementara sulit sekali
7. Masing-masing partai politik selalu berusaha untuk menghalalkan
segala cara agar tujuan partainya tercapai.
16 | P a g e

Demi menyelamatkan negara maka presiden melakukan tindakan
mengeluarkan keputusan Presiden RI No. 75/1959 sebuah dekrit yang
selanjutnya dikenal dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Hal ini banyak mendapar kecaman dari berbagai pihak dimana
puncaknya adalah penggantian Presiden Soekarno oleh Presiden Soeharto.
2.3.2 Dampak yang terjadi dari masa Orde Lama
a. Dampak positif: keberanian menolak neo-kolonialisme dan neoimperialisme , berani menegaskan wilayah RI (antara lain Irian Jaya
[IRIAN= ikut Republik Indonesia, anti Nederlands] yang masih diduduki
Belanda), berhasil membentuk Undang-Undang Pokok Agraria yang
merombak ketentuan UU gaya kalitalisme kolonial (Agrarische Wet).
b. Dampak negatif: penyimpangan terhadap ketentuan UUD 1945,
sentralisasi kekuasaan, terjadinya peristiwa G.30.S/PKI.
2.3.3 Sebab-sebab berakhirnya Orde lama
Masa orde lama berakhir disebabkan karena antara lain sebagai berikut:
a. Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa
gerakan 30 september 1965, ditambah adanya konflik di angkatan darat
yang sudah berlangsung lama.
b. Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana inflasi mencapai
600% sedangkan upaya pemerintah melakukan davaluasi rupiah dan
kenaikan harga bahan bakar menyebabkan timbulnya keresahan
mastarakat.
c. Reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa
pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh PKI. Rakyat melakukan
demostrasi menuntut agar PKI beserta organisasi masanya dibubarkan
serta tokoh-tokohnya diadili.
d.

Kesatuan aksi ( KAMI, KAPI, KAPPI, KASI, dsb ) yang ada di
masyarakat bergabung membentuk kesatuan aksi beruoa "Front
Pancasila" yang selanjutnya lebih dikenal dengan "Angkatan 66" untuk
menghancurkan tokoh yang terlibat dalam gerakan 30 September 1965.
17 | P a g e

e. Kesatuan Aksi "Front Pancasila" pada 10 Januari 1966 didepan gedung
DPR-GR mengajukan tuntunan "TRITURA" (Tri Tuntunan Rakyat) yang
berisi pembubaran PKI beserta Organisasi MassanyaPembersihan
Kabinet Dwikor Penurunan harga-harga barang
f. Upaya reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan
pembentukan Kabinet Seratus Menteri tidak juga memuaskan rakyat
sebab rakyat menganggap di kabinet tersebut duduk tokoh-tokoh yang
terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965
g. Wibawa dan kekuasaan presiden Soekarno semakin menurun setelah
upaya untuk mengadili tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa
Gerekan 30 September 1965 tidak berhasil dilakukan meskipun telah
dibentuk Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub)
h. Sidang paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah yang
sedang bergejolak tak juga berhasil. maka presidan mengeluarkan Surat
Perintah Sebelas Maret 1966 (SUPERSEMAR) yang ditujukan bagi
Letjen Soeharto guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk
mengatasi keadaang negara yang semakin ka-cau.

18 | P a g e

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan
Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1965 dibawah pemerintahan Ir.

Soekarno. System pemerintahan yang dianut adalah demokrasi liberal dan demokrasi
terpimpin. Yang menarik adalah pembangunan politik lebih di utamakan daripada
pembangunan ekonomi pada masa orde lama. Orde lama membentuk badan – badan
negara dengan menyesuaikan fungsinya. Namun dalam proses pasca pembentukan fungsi
masing-masingnya belum maksimal, badan eksekutif masih lebih mendominasi.
Penekanan pada pembangunan politik membuat munculnya berbagai macam ideology
politik yang kemudian ideologi-ideologi tersebut berkompetisi dengan ketat.
Pembangunan politik yang ada pada orde lama menimbulkan beberapa dampak
bagi masyarakat Indonesia, salah satu peristiwa penting orde lama adalah adanya G30S
PKI, dikeluarkannya dekrit Presiden, SUPERSEMAR, dan konflik-konflik yang lain.

19 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA
http://deppoyaryani.blogspot.co.id/2014/05/orde-lama-dengan-dinamikanya-dan-g30s.html
http://www.slideshare.net/ayuyayayuya/sejarah-38062511
http://idzulafrianto.blogspot.co.id/2013/01/perbandingan-politik-politik.html
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100817002240AAf1iDm
https://docs.google.com/document/d/
1dW4Iya1EVViZUgR896GaiFmqlf2XtevAGTjV24IA0SA/edit?pli=3

20 | P a g e

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENGARUH GLOBAL WAR ON TERRORISM TERHADAP KEBIJAKAN INDONESIA DALAM MEMBERANTAS TERORISME

57 269 37

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25