Bab IV V tgl 18 mei 07
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan Sampel 1. PT. Astra Otoparts Tbk.
PT Astra Otoparts Tbk (perusahaan) didirikan berdasarkan akta notaris No. 50 tanggal 20 September 1991 dari Rukmasanti Hardjasatya, S>H., notaris di Jakarta, dengan nama PT Federal Adiwiraserasi. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No. C2-1326.HT.01.01.TH.92 tanggal 11 Pebruari 1992 serta diumumkan dalam berita Negara No. 39 tambahan No. 2208 tanggal 15 Mei 1992. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaris No. 50 tanggal 11 Mei 2000 dari Sutjipto, S.H., notaris di Jakarta, terutama mengenahi pengeluaran saham dan efek ekuitas. Perubahan anggaran dasar tersebut telah memperoleh persetujuan Menteri Hukum dan Perundangan dengan surat keputusan No. C-11916.HT.01.04.TH.2000 tanggal 13 Juni 2000 dan diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No. 26 Tambahan No. 118 tanggal 30 Maret 2001.
Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama bergerak dalam perdagangan suku Madang kendaraan bermontor baik lokal maupun ekspor dan menjalankan usaha dalam bidang industri logam, suku Madang kendaraan bermontor dan
(2)
industri plastik. Perusahaan memulai kegiatan komersianya pada tahun 1991 dan memiliki devisi perdagangan yang beroperasi di Singpura. Saat ini kegiatan pemasaran perusahaan meliputi dalam negri dan luar negri termasuk Asia dan Timar Tengah.
Perusahaan berdomisili di Jakarta dan tergabung dalam kelompok usaha Astra Grup. Pabrik perusahaan berlokasi di Jakarta dan Bogor dan kantor pusatnya beralamat di jalan Raya Pegangsaan Dua Km. 2,2, Kelapa Gading, Jakarta.
2. PT. Good Year Indonesia Tbk.
PT Goodyear Indonesia Tbk (perusahaan) semula didirikan sengan nama “NV The Gooyear Tire & Rubber Company Limited” pada tanggal 26 Januari 1917 berdasarkan Akta Notaris Benjamín ter Kuile No. 199, yang kemudian berubah nama menjadi “PT Gooyear Indonesia” berdasarkan Akta Notaris Eliza Pondang No.73 tanggal 31 Oktober 1977 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No. Y.A.5/250/7 tanggal 25 juli 1978.
Anggaran dasar perusahaan telah Mengalami beberapa kali perubahan dan yang terakhir hádala pada tanggal 16 Juni 1997 berdasarkan Akta Notaris No. 48 Mudofir Hadi, S.H., dalam rangka memenuhi ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas No.1/1995 dan peraturan pasar modal. Perubahan tersebut telah dishkan oleh menteri kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-1511.HT.01.04.Th.98 tanggal 9 Maret 1998.
(3)
Perusahaan bergerak dalm bidang industri ban untuk kendaraan bermontor, penyaluran dan ekspor ban. Perusahaan mulai beroperasi mulai dalam bidang usaha perdagangan ban pada tahun 1917. Pabrik perusahaan dibangun pada tahun 1935 di Bogor sebagai pabrik ban pertama di Indonesia. Cantor pusat perusahaan berdomisili di Bogor.
Pada tanggal 10 Nopember 1980, perusahaan menawarkan 6.150.000 lembar sahamnya dengan nilai nominal sebesar Rp 1.000 (Rupiah penuh) per lembar sham lepada masyarakat melalui Bursa Efek Yakarta (BEJ).
Pada tanggal 20 Desember 2000 perusahaan mendaftarkan 34.850.000 lembar sahamnya yang dimiliki oleh The Goodyear Tire & Rubber Company (“GTRC”) ke BEJ. Sejas tanggal 2 Januari 2001, seluruh saham perusahaan telah tercatat secara resma di BEJ.
3. PT. Indospring Tbk.
PT Indospring Tbk. (perusahaan) berkedudukan di Gresik, didirikan berdasarkan Akta Notaris No.10 tanggal 5 Mei 1978 dari Notaris Stefanus Sindunatha, SH dengan status penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Akta pendirian tersebut diatas telah diubah mengenai Anggaran Dasarnya oleh Notaris yang sama melalui Akta Perubahan No.148 tanggal 25 Oktober 1978. selanjutnya atas akta pendirian tersebut telah disahkan melalui Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. YA.5/324/1 tanggal 14 Desember 1979 dan telah dimuat dalam tambahan Berita Negara Republik Indonesia No.71 tanggal 11 Maret 1980 Lembaran
(4)
Negara no.574/1980 serta telah didaftarkan di pengadiln Negeri Gresik, 11 Maret 1980. Berdasarkan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham pada tanggal 22 Maret 1990, perusahaan merubah jumlah modal dasar dari Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) menjadi Rp.20.000.000.000 (dua puluh millar rupiah). Perubahan ini didukung dengan akta no.53 dari Notaris Djamilah Hendí, S.H., dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia tanggal 15 April 1990 dengan No. C2-2243.HT.01.04.TH.90. perusahaan juga meningkatkan modal disetor dari Rp.500.000.000 menjadi Rp.12.000.000.000. tambahan modal disetor penuh sebesar Rp.11.500.000.000 berasal dari:
a. Kapitalisasi tambahan seloran pemegang saham sebesar Rp.6.750.000.000
b. Kapitalisasi selisih penilaian aktiva tetap sebesar Rp.1.775.855.892 c. Kapitalisasi laba ditahan sebesar Rp.2.974.144.108
Berdasarkan Berita Acara Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham No.01 tanggal 1 Mei 1990 dari Notaris Imas Falimah S.H,. perusahaan merencanakan untuk memasyarakatkan saham-sahamnya melalui Bursa Efek, untuk pertama kalinya akan dikeluarkan sejumlah 3.000.000 lembar saham dengan harga nominal Rp.1.000 per lembar saham.
Selanjutnya pada perusahaan Agustus 1990 dilakukan penjualan saham kepada masyarakat (go-publik) sejumlah 3.000.000 lembar saham dengan harga perdana Rp.9.000 perlembar saham yang mengakibatkan
(5)
timbulnya agio saham. Dengan demikian terjadi penambahan modal ditempatkan dan disetor menjadi Rp.15.000.000.000 atau 15.000.000 lembar saham penambahan modal disetor ini didukung oleh akta Notaris No.58, tanggal 11 Juni 1990 dari Notaris Achmad BJumi, S.H dan disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia tanggal 12 Juni 1990 No.C2-3497.HT.01.04.TH.90.
Berdasrkan rapat umum luar biasa pemegang saham, pada tanggal 28 Juni 1991, perusahaan melakukan perubahan anggaran dasar.perubahan ini didukung dengan akta notaris No. 64 tanggal 28 juni 1991 dari Notaris Djamilah Nahdi, SH dan telah disahkan melalui Kepurusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No.C2-3264.HT.01.04 TH.1992 tanggal 25 April 1992 dan dimuat dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No.62 tanggal 4 Agustus 1992. lembaran negara No.3579 tahun 1992 dan telah didaftarkan pada Kepanitiaan Pengadilan Negeri Gresik No.39/BH/PT/1992/PN.GS.
Berdasarkan rapat umum luar biasa pemegang saham pada tanggal 38 mei 1993 diadakan perubahan modal dasar saham dari Rp.20.000.000.000 (dua puluh millar rupiah) menjadi Rp.50.000.000.000 (lima puluh millar rupiah) dan modal disetor dan ditempatkan dari Rp.15.000.000.000 (lima belas miliyar rupiah) menjadi Rp.37.500.000.000 (tiga puluh tuju millar lima ratus juta rupiah) melalui pembagian saham bonus dimana setiap pemilik 2 (dua) lembar saham mendapat 3 (tiga) lembar saham bonus. Perubahan tersebut didukung
(6)
dengan akta notaris No.36 Djamilah Nahdi, SH. Dihadapkan Notaris yang sama pada tanggal 20 Agustus 1993 diadakan penyempurnaan atas akta tersebut dengan akta perubahan No.144 dan telah mendapat pengesahan dari menteri kehakiman melalui surat keputusan No.C2-96457.HT.01.04 tahun 1993, tanggal 24 september 1993
Berdasarkan pernyataan keputusan rapat umum para pemegang pemilik saham perusahaan tanggal 17 April 1997 No 50 dari notaris Wachid Hasim, SH maka diadakan perubahan seluruh Anggaran dasar perseroan sesuai dengan Undang-Undang perseroan terbatas No.1 tahun 1995 dan Undang-undang pasar modal tahun 1995. modal dasar perusahaan menjadi sebesar Rp.150.000.000.000 (seratus lima puluh mellar rupiah) terbagi atas 150 juta (seratus lima puluh juta) lembar saham masing-masing saham dengan nilai nominal Rp.1.000 (seribu rupiah). Dari modal tersebut telah diambil bagian dan ditempatkan serta disetor penuh sebesar 37.500.000 (tiga puluh tujuh juta lima ratus ribu) lembar saham dengan nilai nominal Rp.37.500.000.000 (tiga puluh tujuh miliyar lima ratus juta rupiah).
Perusahaan bergerak dalam bidang industri spera parts kendaraan bermontor khususnya pegas, yang berupa leaf spring (pegas daun) coil spring (pegas spiral) beralamat dijalan mayjend sungkono No.10, seguromadu, gresik 61101, jawa timar. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial pada tahun 1979.
(7)
Anak perusahaan yang dikonsolidasi yaitu PT indobaja primamurni, gresik bergerak dibidang industri rolling mil ayllu industri bahan baku pegas/spring kendaraan (lat bar,besi belon, besi situ dan lain-lain yang sejenis).
B. Analisis Data
Dalam menelaah permasalahan, guna mengetahui kondisi keuangan yang sebenarnya dari perusahaan makanan dan minuman yang go public, dilakukan analisis rasio keuangan dengan Time series analisis dan diperbandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis atau cross sectional approach.
Untuk lebih mempermudah analisis maka akan disajikan perbandingan rasio sebagai berikut :
1. Time Series Analysis a. Analisis Likuditas
Tabel 1
Perhitungan Rasio Likuditas PT. Astra Otoparts Tbk
Tahun 2002– 2005
Tahun Current Ratio Naik/Turun Cash Ratio Naik/Turun Quick Ratio Naik/Turun
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
2002 197.28 - 70.42 - 142.35
-2003 164.58 -32.71 37.68 -32.74 117.10 -25.25
2004 142.64 -21.93 16.63 -21.05 89.79 -27.32
2005 170.92 28.28 25.22 8.59 108.53 18.75
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan Current Ratio di atas PT. Astra Otoparts diketahui bahwa untuk tahun 2003 sebesar mengalami penurunan sebesar 32.71 % dari tahun 2002, untuk tahun 2004, yaitu menurun sebesar
(8)
21.93 % dari tahun 2003, yang berarti kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya menurun, dan tahun 2005 meningkat sebesar 28.28 % dari tahun 2004 yang berarti kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya meningkat.
Berdasarkan hasil perhitungan Cash Ratio di atas diketahui bahwa untuk tahun 2003 sebesar mengalami penurunan sebesar 32.74 % dari tahun 2002, untuk tahun 2004, yaitu menurun sebesar 21.05 % dari tahun 2003, yang kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas, dan tahun 2005 meningkat sebesar 8.59 % dari tahun 2004 yang berarti kemampuan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas meningkat.
Berdasarkan hasil perhitungan Quick Ratio di atas diketahui bahwa untuk tahun 2003 sebesar mengalami penurunan sebesar 25.25 % dari tahun 2002, untuk tahun 2004, yaitu menurun sebesar 27.32 % dari tahun 2003, yang berarti kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid menurun, dan tahun 2005 meningkat sebesar 18.75 % dari tahun 2004 yang berarti kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid meningkat.
Tabel 2
(9)
PT. Good Year Tbk Tahun 2002– 2005
Tahun Current Ratio Naik/Turun Cash Ratio Naik/Turun Quick Ratio Naik/Turun
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
2002 207.06 - 70.42 - 142.35
-2003 225.74 18.68 37.68 25.63 117.10 23.79
2004 230.62 4.88 16.63 -6.89 89.79 12.81
2005 221.07 -9.55 25.22 1.58 108.53 -0.02
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan Current Ratio di atas PT. Good year diketahui bahwa untuk tahun 2003 sebesar mengalami peningkatan sebesar 18.68 % dari tahun 2002, untuk tahun 2004, yaitu meningkat sebesar 4.88 % dari tahun 2003, yang berarti kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya meningkat, dan tahun 2005 menurun sebesar 9.55 % dari tahun 2004 yang berarti kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya menurun.
Berdasarkan hasil perhitungan Cash Ratio di atas diketahui bahwa untuk tahun 2003 sebesar mengalami peningkatan sebesar 25.63 % dari tahun 2002, untuk tahun 2005, yaitu meningkat sebesar 1.58 % dari tahun 2004, yang kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas meningkat, dan tahun 2004 menurun sebesar 6.89 % dari tahun 2003 yang berarti kemampuan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas menurun.
Berdasarkan hasil perhitungan Quick Ratio di atas diketahui bahwa untuk tahun 2003 sebesar mengalami peningkatan sebesar 23.79 % dari tahun 2002, untuk tahun 2004, yaitu meningkat sebesar 12.81 % dari tahun 2003, yang berarti kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid meningkat,
(10)
dan tahun 2005 menurun sebesar 0..02 % dari tahun 2004 yang berarti kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid menurun
Tabel 3
Perhitungan Rasio Likuditas PT. Indospring Tbk
Tahun 2002– 2005
Tahun Current Ratio Naik/Turun Cash Ratio Naik/Turun Quick Ratio Naik/Turun
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
2002 334.97 - 19.32 - 180.79
-2003 293.60 -41.37 17.30 -2.02 111.78 -69.01
2004 180.23 -113.37 3.48 -13.82 57.67 -54.12
2005 124.87 -55.37 5.73 2.26 48.97 -8.70
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan Current Ratio di atas PT. Indospring diketahui bahwa untuk tahun 2003 sebesar mengalami penurunan sebesar 41.37 % dari tahun 2002, untuk tahun 2004, yaitu menurun sebesar 113.37 % dari tahun 2003, dan tahun 2005 juga menurun sebesar 55.37 % dari tahun 2004 yang berarti kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya menurun.
Berdasarkan hasil perhitungan Cash Ratio di atas diketahui bahwa untuk tahun 2003 sebesar mengalami penurunan sebesar 2.02 % dari tahun 2002, untuk tahun 2004, yaitu menurun sebesar 13.82 % dari tahun 2003, yang kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas menurun, dan tahun 2005 meningkat sebesar 2.26 % dari tahun 2004 yang berarti kemampuan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas meningkat.
Berdasarkan hasil perhitungan Quick Ratio di atas diketahui bahwa untuk tahun 2003 sebesar mengalami penurunan sebesar 69.01 % dari
(11)
tahun 2002, untuk tahun 2004, yaitu menurun sebesar 54.12 % dari tahun 2003, , dan tahun 2005 menurun sebesar 8.70 % dari tahun 2004 yang berarti kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid menurun.
b. Analisis Profitabilitas
Tabel 4
Perhitungan Rasio Profitabilitas PT. Astra Otoparts Tbk
Tahun 2002– 2005
Tahun GROSS PROFIT MARGIN Naik/Turun ROI Naik/Turun
(%) (%) (%) (%)
2002 19.36 - 14.05
-2003 18.95 -0.41 10.55 -3.51
2004 1.94 -17.01 9.16 -1.39
2005 18.71 16.77 9.21 0.05
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan Gross Profit Margin di atas PT. Astra Otoparts diketahui bahwa untuk tahun 2003 sebesar mengalami penurunan sebesar 0.41 % dari tahun 2002, untuk tahun 2004, menurun sebesar 17.01 % dari tahun 2003, yang berarti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan kotor dari setiap penjualan menurun dan tahun 2005 meningkat sebesar 16.77 % dari tahun 2004 yang berarti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari setiap penjualan meningkat.
Berdasarkan hasil perhitungan ROI di atas diketahui bahwa untuk tahun 2003 sebesar mengalami penurunan sebesar 3.51 % dari tahun 2002, untuk tahun 2004 menurun sebesar 1.39 % dari tahun 2003, yang kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan netto dari modal yang
(12)
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva perusahaan menurun, dan tahun 2005 meningkat sebesar 0.05 % dari tahun 2004 yang berarti kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan netto dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva perusahaan meningkat.
Tabel 5
Perhitungan Rasio Profitabilitas PT. Good Year Tbk
Tahun 2002– 2005
Tahun GROSS PROFIT MARGIN Naik/Turun ROI Naik/Turun
(%) (%) (%) (%)
2002 11.26 - 43.57
-2003 10.83 -0.43 3.84 -39.73
2004 11.21 0.38 5.67 1.83
2005 4.66 -6.55 -1.60 -7.27
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan Gross Profit Margin di atas PT. Good Year Indonesia diketahui bahwa untuk tahun 2003 sebesar mengalami penurunan sebesar 0.43 % dari tahun 2002, untuk tahun 2005, menurun sebesar 6.55 % dari tahun 2004, yang berarti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan kotor dari setiap penjualan menurun dan tahun 2004 meningkat sebesar 0.38 % dari tahun 2003 yang berarti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari setiap penjualan meningkat.
Berdasarkan hasil perhitungan ROI di atas diketahui bahwa untuk tahun 2003 sebesar mengalami penurunan sebesar 39.73 % dari tahun 2002, untuk tahun 2005 menurun sebesar 7.27 % dari tahun 2004, yang kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan netto dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva perusahaan menurun, dan tahun
(13)
2004 meningkat sebesar 1.83 % dari tahun 2003 yang berarti kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan netto dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva perusahaan meningkat.
Tabel 6
Perhitungan Rasio Profitabilitas PT. Indospring Tbk
Tahun 2002– 2005
Tahun GROSS PROFIT MARGIN Naik/Turun ROI Naik/Turun
(%) (%) (%) (%)
2002 19.00 - 10.94
-2003 12.22 -6.77 1.63 -9.31
2004 12.58 0.36 -5.32 -6.95
2005 11.60 -0.98 -1.27 4.05
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan Gross Profit Margin di atas PT. Indospring diketahui bahwa untuk tahun 2003 sebesar mengalami penurunan sebesar 6.77 % dari tahun 2002, untuk tahun 2005, menurun sebesar 0.98 % dari tahun 2004, yang berarti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan kotor dari setiap penjualan menurun dan tahun 2004 meningkat sebesar 0.36 % dari tahun 2003 yang berarti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari setiap penjualan meningkat.
Berdasarkan hasil perhitungan ROI di atas diketahui bahwa untuk tahun 2003 sebesar mengalami penurunan sebesar 9.31 % dari tahun 2002, untuk tahun 2004 menurun sebesar 6.95 % dari tahun 2003, yang kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan netto dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva perusahaan menurun, dan tahun 2005 meningkat sebesar 4.05 % dari tahun 2004 yang berarti kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan netto dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva perusahaan meningkat.
(14)
c. Analisis Solvabilitas
Tabel 7
Perhitungan Rasio Solvabilitas PT. Astra Otoparts Tbk
Tahun 2002– 2005
Tahun TDTER Naik/Turun TDTAR Naik/Turun
(%) (%) (%) (%)
2002 63.41 - 36.25
-2003 52.23 -11.18 31.88 -4.37
2004 62.07 9.85 35.63 3.75
2005 63.16 1.08 34.13 -1.50
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan Total Debt to Total Equity Ratio di atas PT. Astra Otoparts diketahui bahwa untuk tahun 2003 sebesar mengalami penurunan sebesar 11.18 % dari tahun 2002, yang berarti kemampuan perusahaan dalam menjamin untuk keseluruhan hutang dari setiap rupiah modal sendir menurun. Untuk tahun 2004, meningkat sebesar 9.85 % dari tahun 2003 dan tahun 2005 meningkat sebesar 1.08 % dari tahun 2004 yang berarti kemampuan perusahaan dalam menjamin untuk keseluruhan hutang dari setiap rupiah modal sendiri meningkat.
Berdasarkan hasil perhitungan Total Debt to Total Assets Ratio di atas diketahui bahwa untuk tahun 2003 sebesar mengalami penurunan sebesar 4.37 % dari tahun 2002, untuk tahun 2005 menurun sebesar 1.50 % dari tahun 2004, yang berarti kemampuan perusahaan dalam menjamin keseluruhan hutang dari setiap seluruh assets perusahaan menurun, dan tahun 2004 meningkat sebesar 3.75 % dari tahun 2004 yang berarti kemampuan perusahaan dalam menjamin keseluruhan hutang dari setiap seluruh assets perusahaan meningkat.
(15)
Tabel 8
Perhitungan Rasio Solvabilitas PT. Good year Tbk
Tahun 2002– 2005
Tahun TDTER Naik/Turun TDTAR Naik/Turun
(%) (%) (%) (%)
2002 43.42 - 30.27
-2003 40.05 -3.37 28.60 -1.68
2004 54.07 14.02 35.09 6.50
2005 67.89 13.82 40.44 5.34
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan Total Debt to Total Equity Ratio di atas PT. Good Year Indoensia diketahui bahwa untuk tahun 2003 sebesar mengalami penurunan sebesar 3.37 % dari tahun 2002, yang berarti kemampuan perusahaan dalam menjamin untuk keseluruhan hutang dari setiap rupiah modal sendir menurun. Untuk tahun 2004, meningkat sebesar 14.02 % dari tahun 2003 dan tahun 2005 meningkat sebesar 13.82 % dari tahun 2004 yang berarti kemampuan perusahaan dalam menjamin untuk keseluruhan hutang dari setiap rupiah modal sendiri meningkat.
Berdasarkan hasil perhitungan Total Debt to Total Assets Ratio di atas diketahui bahwa untuk tahun 2003 sebesar mengalami penurunan sebesar 1.68 % dari tahun 2002 yang berarti kemampuan perusahaan dalam menjamin keseluruhan hutang dari setiap seluruh assets perusahaan menurun, untuk tahun 2004 meningkat sebesar 6.50 % dari tahun 2003 dan tahun 2005 meningkat sebesar 5.34 % dari tahun 2004 yang berarti kemampuan perusahaan dalam menjamin keseluruhan hutang dari setiap seluruh assets perusahaan meningkat.
Tabel 9
(16)
PT. Indospring Tbk Tahun 2002– 2005
Tahun TDTER Naik/Turun TDTAR Naik/Turun
(%) (%) (%) (%)
2002 75.70 - 75.70
-2003 280.18 204.47 73.64 -2.06
2004 374.60 94.42 78.38 4.74
2005 589.41 214.81 85.47 7.09
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan Total Debt to Total Equity Ratio di atas PT. Indospring diketahui bahwa untuk tahun 2003 sebesar mengalami peningkatan sebesar 204.47 % dari tahun 2002, untuk tahun 2004, meningkat sebesar 94.42 % dari tahun 2003 dan tahun 2005 meningkat sebesar 214.81 % dari tahun 2004 yang berarti kemampuan perusahaan dalam menjamin untuk keseluruhan hutang dari setiap rupiah modal sendiri meningkat.
Berdasarkan hasil perhitungan Total Debt to Total Assets Ratio di atas diketahui bahwa untuk tahun 2003 sebesar mengalami penurunan sebesar 2.06 % dari tahun 2002 yang berarti kemampuan perusahaan dalam menjamin keseluruhan hutang dari setiap seluruh assets perusahaan menurun, untuk tahun 2004 meningkat sebesar 4.74 % dari tahun 2003 dan tahun 2005 meningkat sebesar 7.09 % dari tahun 2004 yang berarti kemampuan perusahaan dalam menjamin keseluruhan hutang dari setiap seluruh assets perusahaan meningkat.
2. Cross Sectional Approach a. Analisis Likuiditas
Tabel 10. Rasio Likuiditas
(17)
CURRENT RATIO
Nama Perusahaan 2003 (%) 2004 (%) 2005 (%) Rata-rata (%)
PT. ASTRA OTOPARTS Tbk 164.58 142.64 170.92 159.4
PT. GOODYEAR INDONESIA Tbk 225.74 230.62 221.07 225.8
PT. INDOSPRING Tbk 293.60 180.23 124.87 199.6
Rata-Rata Industri 227.97 184.5 172.3 194.9
CASH RATIO
Nama Perusahaan 2003 (%) 2004 (%) 2005 (%) Rata-rata (%)
PT. ASTRA OTOPARTS Tbk 37.68 16.63 25.22 26.51
PT. GOODYEAR INDONESIA Tbk 51.39 44.50 46.08 47.32
PT. INDOSPRING Tbk 17.30 3.48 5.73 8.84
Rata-Rata Industri 35.46 21.54 25.68 27.56
QUICK RATIO
Nama Perusahaan 2003 (%) 2004 (%) 2005 (%) Rata-rata (%) PT. ASTRA OTOPARTS Tbk 117.10 89.79 108.53 105.14 PT. GOODYEAR INDONESIA Tbk 136.42 149.23 149.21 144.95
PT. INDOSPRING Tbk 111.78 57.67 48.97 72.81
Rata-Rata Industri 121.77 98.90 102.24 107.63
Sumber: data diolah
Untuk Tahun 2003 PT. Good Year Indoensia Tbk memiliki rasio likuiditas pada Cash Ratio, dan Quick Ratio lebih tinggi dibandingkan PT. Astra dan PT. Indospring. Sedangkan PT. Indospring memiliki rasio likuiditas pada Current Ratio lebih tinggi dari PT. Astra Otoparts dan PT. Good Year Indonesia.
Dengan rasio likuiditas perusahaan yang tinggi, PT. Good Year Indoensia dapat memenuhi kewajibannya khususnya jangka pendek, dengan adanya peningkatan pada aktiva untuk membayar utang yang ditanggung perusahaan sehingga pengelolaan terhadap perusahaan semakin efisien dan perusahaan dalam keadaan likuid.
(18)
Untuk Tahun 2004 dan 2005 PT. Good Year Indonesia Tbk masih memiliki rasio likuiditas lebih tinggi dibandingkan PT. Astra Otoparts dan PT. Indospring pada Current Ratio, Cash Ratio, dan Quick Ratio.
b. Analisis Profitabilitas
Tabel 11 Rasio Profitabilitas GROSS PROFIT MARGIN
Nama Perusahaan 2003 (%) 2004 (%) 2005 (%) Rata-rata (%)
PT. ASTRA OTOPARTS Tbk 18.95 1.94 18.71 13.20
PT. GOODYEAR INDONESIA Tbk 10.83 11.21 4.66 8.90
PT. INDOSPRING Tbk 12.22 12.58 11.60 12.13
Rata-Rata Industri 14.00 8.58 11.66 11.41
ROI
Nama Perusahaan 2003 (%) 2004 (%) 2005 (%) Rata-rata (%)
PT. ASTRA OTOPARTS Tbk 10.55 9.16 9.21 9.64
PT. GOODYEAR INDONESIA Tbk 3.84 5.67 -1.60 2.63
PT. INDOSPRING Tbk 1.63 -5.32 -1.27 -1.65
Rata-Rata Industri 5.34 3.17 2.11 3.54
Sumber: data diolah
Untuk tahun 2003 PT. Astra Otoparts memiliki rasio yang lebih tinggi dari PT. Good Year Indoneisa dan PT. Indospring untuk Gross profit margin dan ROI, dengan rasio profitabilitas perusahaan yang tinggi, PT. Astra Otoparts mampu menghasilkan keuntungan kotor dari setiap penjualan dan keuntungan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva perusahaan cukup tinggi.
Untuk tahun 2004 PT. Indospring dan PT. Astra Otoparts memiliki tingkat profitabilitas lebih tinggi yaitu Gross Profit margin pada PT Indospring ROI pada PT. Astra Otoparts. Dengan rasio profitabilitas perusahaan yang tinggi, PT. Astra Otoparts dan PT. Indospring mampu
(19)
menghasilkan keuntungan kotor dari setiap penjualan dan keuntungan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva perusahaan cukup tinggi.
Untuk tahun 2005 PT. Astra Oto Parts memiliki tingkat profitabilitas lebih tinggi pada Gross Profit dan ROI dari PT. Good Year Indonesia dan PT. Indosprings.
c. Analisis Solvabilitas.
Tabel 12. Rasio Solvabilitas
TOTAL DEBT TO EQUITY RATIO
Nama Perusahaan 2003 (%) 2004 (%) 2005 (%) Rata-rata (%)
PT. ASTRA OTOPARTS Tbk 52.23 62.07 63.16 59.15
PT. GOODYEAR INDONESIA Tbk 40.05 54.07 67.89 54.00
PT. INDOSPRING Tbk 280.18 374.60 589.41 414.73
Rata-Rata Industri 124.15 163.58 240.15 175.96
Standar Deviasi Sumber: data diolah
TOTAL DEBT TO TOTAL ASSETS RATIO
Nama Perusahaan 2003 (%) 2004 (%) 2005 (%) Rata-rata (%)
PT. ASTRA OTOPARTS Tbk 31.88 35.63 34.13 33.88
PT. GOODYEAR INDONESIA Tbk 28.60 35.09 40.44 34.71
PT. INDOSPRING Tbk 73.64 78.38 85.47 79.17
Rata-Rata Industri 44.70 49.70 53.34 49.25
Standar Deviasi Sumber: data diolah
Untuk tahun 2003 – 2005 PT. Indospring memilki rasio solvabilitas yang tinggi dibanding PT. Astra Otoparts dan PT. Good Year Indoensia pada rasio Total Debt to Equity Ratio dan Total Debt to Total Assets Ratio yang menunjukkan besarnya bagian dari setiap rupiah modal sendiri dan total aktiva yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang cukup tinggi.
(20)
3. Perhitungan Economic Value Added. a. Perhitungan Biaya Modal Hutang
Biaya hutang masing-masing perusahaan didapat setelah menghitung beban bunga yang harus dibayarkan perusahaan pada setiap tahun dibandingkan dengan jumlah hutang jangka panjang. Biaya Dihitung dengan rumus :
Biaya Hutang = Kb (1-t) Dimana,
Beban Bunga
Kb = X 100% Hutang Jangka Panjang
Perhitungan tarif pajak masing-masing perusahaan dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.
Tabel 13
Perhitungang Tarif Pajak Tahun 2003
Nama Perusahaan Pajak Laba Sebelum Pajak
% Pajak PT. Astra Otoparts 63,700,000,000 295,921,000,000 19.36% PT. Good Year Indonesia 8,779,443,000 23,663,971,000 22.45% PT. Indospring 2,272,101,187 6,739,862,297 -12.47% Sumber: data diolah
Tabel 14
Perhitungang Tarif Pajak Tahun 2004
Nama Perusahaan Pajak Laba Sebelum Pajak
% Pajak PT. Astra Otoparts 69,167,000,000 329,108,000,000 21.02% PT. Good Year Indonesia 15,913,958,000 39,100,597,000 40.70% PT. Indospring 935,404,783 (18,216,092,745) -5.14% Sumber: data diolah
(21)
Tabel 15
Perhitungang Tarif Pajak Tahun 2005
Nama Perusahaan Pajak Laba Sebelum
Pajak % Pajak
PT. Astra Otoparts 77,086,000,000 428,929,000,000 17.97% PT. Good Year Indonesia 5,577,513,000 (7,805,063,000) -71.46% PT. Indospring 2,210,855,478 (8,364,485,478) -26.43% Sumber: data diolah
Sedangkan biaya hutang untuk tahun 2003-2005 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 16
Perhitungan Biaya Hutang Tahun 2003
Nama Perusahaan Beban Bunga
Hutang Jk. Panjang
Kb Kd
PT. Astra Otoparts 8,546,000,000 82,972,000,000.00 0.102999 8.31% PT. Good Year Indonesia 617,864,000 22,907,328,000.00 0.026972 2.09% PT. Indospring 5,992,320,591 149,519,020,187.00 0.040077 4.51% Sumber: data diolah
Dari tabel diatas pada tahun 2003 dari keseluruhan industri otomotif biaya hutang tertinggi adalah pada PT. Astra Otoparts dengan nilai sebesar 8.31 %, sedangkan biaya hutang terendah adalah PT. Good Year dengan biaya hutang sebesar 2.09 %.
Tabel 17
Perhitungan Biaya Hutang Tahun 2004
Nama Perusahaan Beban Bunga Hutang Jk.
Panjang Kb Kd
PT. Astra Otoparts 670,000,000 101,990,000,000.00 0.006569 0.52% PT. Good Year Indonesia 591,038,000 44,821,495,000.00 0.013186 0.78% PT. Indospring 6,061,256,038 158,396,942,527.00 0.038266 4.02% Sumber: data diolah
Pada tahun 2004 dari keseluruhan industri otomotif biaya hutang tertinggi adalah pada PT. Indospring dengan nilai sebesar
(22)
4.02%, sedangkan biaya hutang terendah adalah PT. Astra Otoparts dengan biaya hutang sebesar 0.52 %.
Tabel 18
Perhitungan Biaya Hutang Tahun 2005
Nama Perusahaan Beban Bunga Hutang Jk.
Panjang Kb Kd
PT. Astra Otoparts 23,387,000,000 358,584,000,000.00 0.06522 5.35% PT. Good Year Indonesia 455,185,000 43,419,479,000.00 0.010483 1.80% PT. Indospring 8,881,578,599 162,225,687,748.00 0.054748 6.92% Sumber: data diolah
Pada tahun 2005 dari keseluruhan industri otomotif biaya hutang tertinggi adalah pada PT. Indospring dengan nilai sebesar 6.92%, sedangkan biaya hutang terendah adalah PT. Good year dengan biaya hutang sebesar 1.80 %.
b. Perhitungan Biaya Modal Sendiri
Para investor yang menyertakan dananya berupa modal saham kepada perusahaan berhak untuk mendapatkan pembagian deviden dimasa mendatang sekaligus berkedudukan sebagai pemilik partial perusahaan. Besar kecilnya deviden tidak ditentukan pada saat investor menyerahkan dananya, akan tetapi tergantung kinerja perusahaan dimasa yang akan datang. Hal ini sangat berbeda dengan modal hutang, karena sudah ada kepastian tingkat bunga yang disetujui.
Untuk menghitung modal saham perlu pendekatan berdasarkan tingkat pengembalian yang diharapkan investor. Karena itu maka untuk menentukan biaya modal saham harus berdasarkan nilai pasar yang berlaku dan bukan nilai buku. Dalam penelitian ini
(23)
digunakan pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM) untuk menghitung biaya modal saham dengan rumus :
KeRf (Rm Rf)β
Adapun langkah-langkah dalam perhitungan biaya modal saham adalah sebagai berikut :
a) Perhitungan Suku Bunga Bebas Risiko
Tingkat suku bunga bebas resiko diambil dari suku bunga deposito berjangka 12 bulan bank pemerintah. Bunga deposito berjangka 12 bulan bank pemerintah untuk tahun 2003, 2004 dan 2005 masing-masing adalah 15.27 %, 9.93.%, dan 7.44 %.
(24)
b) Perhitungan Tingkat Pengembalian Pasar
Perhitungan tingkat pengembalain pasar ini dilkukan secara bulanan dengan rumus :
1 t 1 t t mt IHSG IHSG IHSG R
Tingkat pengembalian pasar tiap tahunnya dihitung dengan menjumlahkan tingkat pengembalian pasar bulanan. Hasil perhitungan tingkat pengembalian pasar untuk tahun 2003, 2004 dan tahun 2005 masing-masing adalah 60.97%, 34.11% dan 14.04%
c) Penghitungan Koefisien Beta
Untuk menghitung beta, diawali terlebih dahulu dengan menghitung komponen-komponennya, yaitu tingkat pengembalian saham dari masing-masing perusahaan dengan rumus :
1 n n 1 n n t P D ) P (P R
Dengan menggunakan rumus diatas dan perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 1, maka hasil yang didapat adalah sebagai berikut :
(25)
Tabel 19
Hasil Perhitungan Return Individual Saham Tahun 2003, 2004 dan 2005
Perusahaan Tahun
2003 2004 2005
PT. Astra Otoparts 0.4419 0.342492 -1.84181
PT. Good Year Indonesia -1.045 0.914882 -9.68548
PT. Indospring -2.056 -0.97 -2.01178
Sumber: data diolah
Dari tabel diatas diketahui pada tahun 2003 return individual saham dari perusahaan otomotif, return individual tertinggi adalah PT. Astra Otoparts yaitu sebesar 0.4419 dan terendah adalah PT. Indosprings yaitu sebesar – 2.056.
Dari tabel diatas diketahui pada tahun 2004 return individual saham dari perusahaan otomotif, return individual tertinggi adalah PT. Good year yaitu sebesar 0.914 dan terendah adalah PT. Indospring yaitu sebesar – 0.97.
Dari tabel diatas diketahui pada tahun 2005 return individual saham dari perusahaan otomotif , return individual tertinggi adalah PT. Astra yaitu sebesar -1.84181 dan terendah adalah PT. Good year yaitu sebesar – 9.68548.
Setelah mengetahui hasil perhitungan return individual saham maka selanjutnya adlah menghitung koefisien beta perusahaan dengan rumu statistik regresi sederhana yaitu :
(26)
2
2 X X n Y X. X.Y n β
Dimana,X = Tingkat Pengembalian Pasar (Rm)
Y = Tingkat Pengemabalian Individual Saham (RI)
Perhitungan besarnya koefesien beta dapat dilihat pada lampiran yang hasilnya sebagai berikut :
Tabel 20
Hasil Perhitungan Beta Tahun 2003, 2004 dan 2005
Perusahaan 2003 2004Beta 2005
PT. Astra Otoparts 0.785831150 1.173421019 -1.872498625 PT. Good Year Indonesia 1.416792192 2.045095549 -0.190038893 PT. Indospring -1.922904382 -1.183204468 -1.509700708 Sumber: data diolah
Setelah semua komponen perhitungan biaya modal saham (tingkat suku bunga bebas resiko, tingkat penegmbalian pasar dan koefisien beta) diketahui maka biaya modal sahamnya dapat dihitung sebagai berikut :
Tabel 21
Perhitungan Biaya Modal Saham PT. Astra Otoparts. Tahun 2003, 2004 dan 2005
Tahun Rf Rm β Ke Rf (Rm Rf)β
2003 15.27 60.97% 0.785831150 51.19
2005 9.93 34.11% 1.173421019 38.30
2005 7.44 14.04
% -1.872498625 4.93
Sumber: data diolah
(27)
Perhitungan Biaya Modal Saham PT. Good Year Indonesia Tahun 2003, 2004 dan 2005
Tahun Rf Rm β Ke Rf (Rm Rf)β
2003 15.27 60.97 % 1.416792192 80.03
2004 9.93 34.11 % 2.045095549 59.37
2005 7.44 14.04 % -0.190038893 6.19
Sumber: data diolah
Tabel 23
Perhitungan Biaya Modal Saham PT. Indospring. Tahun 2003, 2004 dan 2005
Tahun Rf Rm β Ke Rf (Rm Rf)β
2003 15.27 60.97 % -1.922904382 72.62
2004 9.93 34.11 % -1.183204468 18.67
2005 7.44 14.04 % -1.509700708 2.53
Sumber: data diolah
c. Perhitungan WACC
Setelah biaya modal masing-masing perusahaan, langkah selanjutnya adalah menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) sesuai dengan struktur permodalan dalam neraca yang terdiri dari hutang jangka panjang dan modal saham. Rumus Perhitungan WACC adalah :
s s ps ps d
dK (1 T) W K WK
W
WACC
(28)
Tabel 24
Perhitungan Biaya Modal Tertimbang Tahun 2002, 2003 dan 2004
Perusahaan WACC
2003 2004 2005
PT. Astra Otoparts 61,846,548,650,000 53,616,121,000,000 9,985,822,170,000
PT. Good Year
Indonesia 22,223,846,386,970 17,022,818,276,700 1,745,073,074,540 PT. Indospring 5,898,179,698,765 2,007,835,874,422 1,291,259,713,368
Sumber: data diolah
Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) menunjukkan tingkat biaya penggunaan modal dari keseluruhan sumber dana yang digunakan perusahaan. WACC merupakan penjumlahan dari hasil perkalian cost of debt dan cost of equity dengan masing-masing struktur modalnya.
Berdasarkan pada tabel di atas , diketahui untuk tahun 2003 WACC tertinggi adalah PT. Astra sebesar 48.40 % atau sebesar 61,846,548,650,000, yang terendah adalah PT. Indospring sebesar 26.63 % atau sebesar 5,898,179,698,765.
Untuk tahun 2004 WACC tertinggi adalah PT. Astra sebesar 35.73 % atau sebesar 53,616,121,000,000 , yang terendah adalah PT. Indospring sebesar 8.6 % atau sebesar 2,007,835,874,422.
Untuk tahun 2005 WACC tertinggi adalah PTAstra sebesar 5.05 % atau sebesar 9,985,822,170,000, yang terendah adalah PT. Indospring sebesar 5.6 % atau sebesar 1,291,259,713,368.
(29)
Setelah mendapatkan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC), perhitungan Economic Value Added maing-masing perusahaan dapat dihitung, dan hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 25
Perhitungan EVA PT. Astra Otoparts Tahun 2003, 2004 dan 2005
Keterangan 2003 2004 2005
NOPAT 232,221,000,000 259,941,000,000 351,843,000,000 WACC 61,846,548,650,000 53,616,121,000,000 9,985,822,170,000 EVA (61,614,327,650,000) (53,356,180,000,000) (9,633,979,170,000) Sumber: data diolah
Hasil perhitungan Economic Value Added untuk PT. Astra menunjukkan bahwa pada tahun 2003, 2004 dan 2005 , nilai EVA < 0, ini menunjukkan bahwa pada tahun tersebut perusahaan tidak menciptakan nilai tambah ekonomis (EVA) karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan investor
Tabel 26
Perhitungan EVA PT. Good Year Indonesia Tahun 2003, 2004 dan 2005
Keterangan 2003 2004 2005
NOPAT 14,266,664,000 24,990,997,000 (7,249,294,000) WACC 22,223,846,386,970 17,022,818,276,700 1,745,073,074,540 EVA (22,209,579,722,970) (16,997,827,279,700
) (1,752,322,368,540) Sumber: data diolah
Hasil perhitungan Economic Value Added untuk PT. Good Year menunjukkan bahwa pada tahun 2003, 2004 dan 2005, nilai EVA < 0, ini menunjukkan bahwa pada tahun tersebut perusahaan tidak menciptakan nilai tambah ekonomis (EVA) karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan investor
(30)
Tabel 27
Perhitungan EVA PT. Indospring Tahun 2003, 2004 dan 2005
Keterangan 2003 2004 2005
NOPAT 4,467,761,110 (19,151,497,528) 6,153,810,219 WACC 5,898,179,698,765 2,007,835,874,422 1,291,259,713,368 EVA (5,893,711,937,655) (2,026,987,371,950) (1,285,105,903,149) Sumber: data diolah
Hasil perhitungan Economic Value Added untuk PT. Indospring menunjukkan bahwa pada tahun 2002, 2003 dan 2004 , nilai EVA < 0, ini menunjukkan bahwa pada tahun tersebut perusahaan tidak menciptakan nilai tambah ekonomis (EVA) karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan investor.
4. Perhitungan Market Value Added (MVA)
MVA merupakan pengukuran kinerja perusahaan dengan jalan menyusun peringkat prestasi perusahaan. MVA pada dasarnya merupakan perbedaan antar uang tunai yang dikontribusikan oleh investor dalam bentuk utang dan modal.
MVA merupakan pengukuran kinerja perusahaan dan penilaian tingkat kesejahteraan yang akan diterima oleh pemegang saham perusahaan atau kualitas total dari manajemen modal. Sehingga penyusunan peringkat dengan NPV merupakan penilaian kesuksesan perusahaan yang nyata.
(31)
EMV merupakan jumlah lembar saham dikalikan dengan harga pasar perlembar. Hasil perhitungan EMV dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 28 Perhitungan EMV Tahun 2003 2003 PERUSAHAAN Jum.Lembar Saham (1) Harga Pasar (2) EMV (1) x (2) PT. Astra Otoparts 755,341,280 1550 1,170,778,984,000 PT. Good Year Indonesia 41,000,000 3750 153,750,000,000 PT. Indospring 37,500,000 700 26,250,000,000 Sumber: data diolah
Tabel 29 Perhitungan EMV Tahun 2004 2004 PERUSAHAAN Jum.Lembar Saham (1) Harga Pasar (2) EMV (1) x (2) PT. Astra Otoparts 767,978,280 1925 1,478,358,189,000 PT. Good Year Indonesia 41,000,000 8600 352,600,000,000 PT. Indospring 37,500,000 600 22,500,000,000 Sumber: data diolah
Tabel 30 Perhitungan EMV Tahun 2005 2005 PERUSAHAAN Jum.Lembar Saham (1) Harga Pasar (2) EMV (1) x (2) PT. Astra Otoparts 771,157,280 2800 2,159,240,384,000 PT. Good Year Indonesia 41,000,000 8000 328,000,000,000 PT. Indospring 37,500,000 800 30,000,000,000 Sumber: data diolah
(32)
EBV merupakan jumlah lembar saham dikalikan dengan nominal saham perlembar. Hasil perhitungan EBV dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 31 Perhitungan EBV Tahun 2003 2003 PERUSAHAAN Jum.Lembar Saham (1) Nominal (2) EBV (1) x (2) PT. Astra Otoparts 755,341,280 500 377,670,640,000 PT. Good Year Indonesia 41,000,000 1000 41,000,000,000 PT. Indospring 37,500,000 1000 37,500,000,000 Sumber: data diolah
Tabel 32 Perhitungan EBV Tahun 2004 2004 PERUSAHAAN Jum.Lembar Saham (1) Nominal (2) EBV (1) x (2) PT. Astra Otoparts 767,978,280 500 383,989,140,000 PT. Good Year Indonesia 41,000,000 1000 41,000,000,000 PT. Indospring 37,500,000 1000 37,500,000,000 Sumber: data diolah
Tabel 33 Perhitungan EBV Tahun 2005 2005 PERUSAHAAN Jum.Lembar Saham (1) Nominal (2) EBV (1) x (2) PT. Astra Otoparts 771,157,280 500 385,578,640,000 PT. Good Year Indonesia 41,000,000 1000 41,000,000,000 PT. Indospring 37,500,000 1000 37,500,000,000 Sumber: data diolah
(33)
Setelah mendapatkan equity market value (EMV) dan equity book value, (EBV) perhitungan market Value Added maing-masing perusahaan dapat dihitung, dan hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 34 Perhitungan MVA
Tahun 2003
2003
PERUSAHAAN EMV
(1)
EBV (2)
MVA (1) – (2) PT. Astra Otoparts 1,170,778,984,000 377,670,640,000 793,108,344,000 PT. Good Year Indonesia 153,750,000,000 41,000,000,000 112,750,000,000 PT. Indospring 26,250,000,000 37,500,000,000 (11,250,000,000) Sumber: data diolah
Berdasarkan pada tabel di atas , diketahui untuk tahun 2003 MVA tertinggi adalah PT. Astra sebesar 793,108,344,000, yang terendah adalah PT Indospring sebesar sebesar - 11,250,000,000.
Tabel 33 Perhitungan MVA
Tahun 2004
2004
PERUSAHAAN EMV
(1) EBV(2) (1) – (2)MVA PT. Astra Otoparts 1,478,358,189,000 383,989,140,000 1,094,369,049,000 PT. Good Year Indonesia 352,600,000,000 41,000,000,000 311,600,000,000 PT. Indospring 22,500,000,000 37,500,000,000 (15,000,000,000) Sumber: data diolah
Pada tahun 2003 MVA tertinggi adalah PT. Astra sebesar 51,094,369,049,000, yang terendah adalah PT Indospring sebesar sebesar –15,000,000,000.
(34)
Tabel 34 Perhitungan MVA
Tahun 2005
PERUSAHAAN EMV
(1) EBV(2) (1) – (2)MVA PT. Astra Otoparts 2,159,240,384,000 385,578,640,000 1,773,661,744,000 PT. Good Year Indonesia 328,000,000,000 41,000,000,000 287,000,000,000 PT. Indospring 30,000,000,000 37,500,000,000 (7,500,000,000) Sumber: data diolah
Pada tahun 2004 MVA tertinggi adalah PT. Astra sebesar 1,773,661,744,000, yang terendah adalah PT Indospring sebesar – 7,500,000,000, dengan demikian MVA merupakan tolok ukur bagi manajemen dalam mengelola perusahaan dalam menghasilkan nilai tambah yang berarti ataukah tidak. Semakin besar MVA berarti semakin besar nilai tambah yang dihasilkan.
5. Pengujian Hipotesis. a. Time Series Analysis
Dari hasil perhitungan EVA untuk masing masing perusahaan adalah : 1) PT. Astra Otoparts
EVA 2003 (-61,614,327,650,000) < EVA 2004
(-53,356,180,000,000) < EVA 2005 (-9,633,979,170,000) maka baik
2) PT. Good Year Indonesia
EVA 2003 (-22,209,579,722,970) < EVA 2004
(-16,997,827,279,700) < EVA 2005 (-1,752,322,368,540) maka baik
(35)
3) PT. Indospring
EVA 2003 (-5,893,711,937,655) < EVA 2004
(-2,026,987,371,950) > EVA 2005 (-4,223,802,480,563) maka baik Berdasarkan nilai EVA masing-masing perusahaan, diketahui bahwa dari tahun 2003 – 2005 nilai EVA negatif atau <0, maka hipotesis yang menyatakan bahwa diduga kinerja keuangan perusahaan otomotif yang tercatat di BEJ periode 2003 – 2005 sehat dan memberikan nilai tambah ekonomis ditolak.
Dari hasil perhitungan MVA untuk masing masing perusahaan adalah :
1) PT. Astra Otoparts
MVA 2003 (793,108,344,000) < MVA 2004 (1,094,369,049,000) < MVA 2005 (1,773,661,744,000) maka baik
2) PT. Good Year Indonesia
MVA 2003 (112,750,000,000) < MVA 2004 (.311,600,000,000) > MVA 2005 (287,000,000,000) maka baik.
3) PT. Indospring
MVA 2003 (-11,250,000,000) < MVA 2004 (-15,000,000,000) > MVA 2005 (-7,500,000,000) maka baik.
Berdasarkan nilai MVA masing-masing perusahaan, diketahui bahwa dari tahun 2003 – 2005 nilai MVA untuk PT. Astra dan Good year positif atau >0, maka hipotesis yang menyatakan bahwa diduga kinerja keuangan perusahaan otomotif yang tercatat di BEJ periode
(36)
2003 – 2005 sehat dan memberikan nilai tambah ekonomis diterima. Sedangkan untuk PT. Indospring selama periode 2003 – 2005 memiliki MVA negatif maka hipotesis yang menyatakan bahwa diduga kinerja keuangan perusahaan otomotif yang tercatat di BEJ periode 2003 – 2005 sehat dan memberikan nilai tambah ekonomis ditolak.
b. Cross Sectional Approach
Dari hasil perhitungan EVA untuk masing masing perusahaan adalah : 1) PT. Astra Otoparts
EVA 2003 (-61,614,327,650,000) < Rata-rata EVA (-29,905,873,103,542) maka buruk
EVA 2004 (-53,356,180,000,000) < Rata-rata EVA (-24,126,998,217,217) buruk
EVA 2005 (-9,633,979,170,000) < Rata-rata EVA (-4,223,802,480,563 maka buruk
2) PT. Good Year Indonesia
EVA 2003 (-22,209,579,722,970) ) > Rata-rata EVA (-29.,905,873,103,542) maka baik
EVA 2004 (-16,997,827,279,700) > Rata-rata EVA (-24,126,998,217,217) baik
EVA 2005 (-1,752,322,368,540) > Rata-rata EVA (-4,223,802,480,563 maka baik
3) PT. Indospring
(37)
(-29.,905,873,103,542) maka baik
EVA 2004 (-2,026,987,371,950) > Rata-rata EVA (-24,126,998,217,217) baik
EVA 2005 (-4,223,802,480,563) > Rata-rata EVA (-4,223,802,480,563 maka baik
Berdasarkan nilai EVA masing-masing perusahaan, diketahui bahwa dari tahun 2003 – 2005 untuk PT. Good year dan Indospring memiliki nilai EVA diatas rata –rata industri, sedangkan PT Astra memiliki nilai EVA dibawah rata-rata industri, maka hipotesis yang menyatakan bahwa diduga kinerja keuangan perusahaan otomotif yang tercatat di BEJ periode 2003 – 2005 sehat dan memberikan nilai tambah ekonomis diterima.
Dari hasil perhitungan MVA untuk masing masing perusahaan adalah : 1) PT. Astra Otoparts
MVA 2003 (793,108,344,000) > MVA rata-rata (298,202,781,333) baik
MVA 2004 (1,094,369,049,000) > MVA rata-rata (463,656,349,667) baik
MVA 2005 (1,773,661,744,000) > MVA rata-rata (684,387,248,000) baik
2) PT. Good Year Indonesia
MVA 2003 (112,750,000,000) < MVA rata-rata (298,202,781,333) buruk
(38)
MVA 2004 (.311,600,000,000) < MVA rata-rata (463,656,349,667) buruk
MVA 2005 (287,000,000,000) < MVA rata-rata (684,387,248,000) buruk
3) PT. Indospring
MVA 2003 (-11,250,000,000) < MVA rata-rata (298,202,781,333) buruk
MVA 2004 (-15,000,000,000) < MVA rata-rata (463,656,349,667) buruk
MVA 2005 (-7,500,000,000) < MVA rata-rata (684,387,248,000) buruk
Berdasarkan nilai MVA masing-masing perusahaan, diketahui bahwa dari tahun 2003 – 2005 PT. Astra mempunyai nialai MVA diatas Rata-rata industri, sedangkan untuk PT. Indospeing dan Good year memiliki nilai MVA dibawah rata-rata industri. maka hipotesis yang menyatakan bahwa diduga kinerja keuangan perusahaan otomotif yang tercatat di BEJ periode 2003 – 2005 sehat dan memberikan nilai tambah ekonomis ditolak.
Sedangkan Berdasarkan keseluruhan hasil analisis EVA dan MVA antara Time Series dan Cross section, diketahui bahwa PT. Good year dan Indospring merupakan perusahaan yang mempunyai kinerja baik. maka hipotesis yang menyatakan bahwa diduga diantara tiga
(39)
perusahan otomotif yang tercatat di BEJ, PT. Good Year mempunyai kinerja yang paling baik ditolak.
C. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Kinerja Perusahaan Berdasarkan EVA dan MVA Tabel 35
Ringkasan Hasil Kinerja Berdasarkan EVA Dan MVA
Perusahaan EVA
2003 2004 2005
PT. Astra Otoparts -61,614,327,650,000 -53,356,180,000,000 -9,633,979,170,000 PT. Good Year Indonesia -22,209,579,722,970 -16,997,827,279,700 -1,752,322,368,540 PT. Indospring -5,893,711,937,655 -2,026,987,371,950 -1,285,105,903,149 Rata-Rata Industri -29,905,873,103,542 -24,126,998,217,217 -4,223,802,480,563
Sumber: data diolah
Perusahaan MVA
2003 2004 2005
PT. Astra Otoparts 793,108,344,000 1,094,369,049,000 1,773,661,744,000
PT. Good Year Indonesia 112,750,000,000 311,600,000,000 287,000,000,000
PT. Indospring -11,250,000,000 -15,000,000,000 -7,500,000,000
Rata-rata Industri 298,202,781,333 463,656,349,667 684,387,248,000
Sumber: data diolah
Dari tabel diatas diperoleh bahwa pada tahun 2003 sampai dengan 2005 nilai EVA negatif dari ketiga perusahaan otomotif, tetapi nilai MVA untuk PT. Astra dan Good Year positif. Dengan demikian dapat diartikan bahwa dari perusahaan otomotif PT. Astra dan PT. Good Year untuk tahun 2003 – 2005 manajemen berhasil memberikan nilai tambah kepada penyandang dana, hal ini dapat dilihat pada nilai MVA yang positif selama 3 tahun berturut-turut. Sedangkan PT. Indospring belum berhasil memberikan nilai tambah kepada penyandang dana, dimana secara tiga tahun berturut-turut nilai EVA dan MVA negatif. Sehingga dalam hal ini
(40)
perusahaan belum dapat memberikan bonus atau kenaikan gaji terhadap karyawan dan pemilik modal belum dapat memperoleh pengembalian terhadap modal yang ditanam.
(41)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang telah di bahas pada bab sebelumnya, maka dapat di tarik suatu kesimpulan dan saran sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Dilihat dari analisa Ratio Keuangan menunjukkan bahwa ratio likuiditas untuk Otomotif yang Go Publik, PT. Good Year memiliki kinerja yang paling bagus dan mampu memenuhi hutang jangka pendeknya, hal ini dilihat dari Ratio likuditas yaitu Current rasio, cash rasio dan Quick rasio tiga tahun berturut-turut yaitu tahun 2003, 2004 dan 2005 berada di atas rata-rata industri Perusahan Otomotif. Untuk tahun 2003 nilai Current rasio sebesar 225.74, tahun 2004 sebesar 230.62 dan tahun 2005 sebesar 221.07. Cash rasio tahun 2003 sebesar 51.39, tahun 2004 sebesar 44.50 dan tahun 2005 sebesar 46.08. Sedangkan untuk Quick rasio tahun 2003 sebesar 136.42, tahun 2004 sebesar 149.23 dan tahun 2005 sebesar 149.21. Nilai rasio ini disebabkan tingginya kas maupun aktiva lancar yang digunakan untuk menjamin setiap rupiah hutang. Dengan demikian perusahaan ini dapat bisa dikatakan likuid bila dilihat dari sisi current rasio, cash ratio dan quick rasio.
2. Untuk rasio Profitabilitas PT. Astra Indoparts memiliki kinerja yang bagus dengan nilai Gross Profit Margin pada tahun 2003 sebesar 18.95 dan
(42)
Tahun 2005 sebesar 18.71 diatas rata-rata industri, sedangkan dari ROI PT. Astra selama 3 tahun berturut berada diatas rata-rata industri yaitu pada tahun 2003 sebesar 10.55, tahun 2004 sebesar 9.16 dan tahun 2005 sebesar 9.21, hal ini menujukkan kemampuan perusahan dalam menghasilkan laba bersih meningkat.
3. Untuk rasio Solvabilitas PT. Indospring memilki rasio solvabilitas yang tinggi dibanding PT. Astra Otoparts dan PT. Good Year Indoensia pada rasio Total Debt to Equity Ratio dan Total Debt to Total Assets Ratio yang menunjukkan besarnya bagian dari setiap rupiah modal sendiri dan total aktiva yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang cukup tinggi. 4. Berdasarkan pembahasan kinerja berdasarkan EVA tiap-tiap perusahaan
diatas terlihat bahwa dari tiga Industri ototmotif memiliki kinerja yang kurang bagus, hal ini dilihat dari EVA yang ngetaif hal ini berarti perusahaan belum dapat memberikan bonus atau kenaikan gaji terhadap karyawan dan pemilik modal akan dapat memperoleh pengembalian terhadap modal yang ditanam.
5. Dari penilaian MVA, PT. Astra memiliki kinerja yang baik, hal ini dilihat dari MVA selama tiga tahun berturut-turut yaitu tahun 2003, 2004 dan 2005 berada memiliki nilai positif lebih besar dari nol serta diatas rata-rata industri perusahaan ototmotif. Hal ini berarti manajemen perusahaan telah mampu meningkatkan kekayaan perusahan dan kekayaan para pemegang sahampun bertambah.
(43)
B. Saran-saran
Melihat dari hasil penilaian Rasio Keuangan, Economi Value Added
maupun Market Value Added yang umumnya negatif, maka kebijaksanaan yang sebaiknya di lakukan Perusahaan Ototmotif yang Go Public antara lain: 1. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa masing-masing
perusahan memiliki keberhasilan dan kekurangan pada masing-masing rasio tertentu. Untuk itu perusahaan hendaknya meningkatkan kinerja keuangannya, serta lebih memperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya. Perusahaan perlu menyiapkan perencanaan bisnis yang baik atau investasi jangka pendek maupun menengah
2. Dengan diketahuinya keberhasilan dan kekurangan dari masing-masing rasio keuangan yang dianalisis, manajemen dituntut mampu memilih investasi dengan tingkat pengembalian optimum dengan tingkat resiko minimum sehingga nilai perusahaan dapat di maksimumkan. Mengurangi pemakaian modal serta dapat melakukan investasi pada proyek-proyek dengan tingkat pengembalian yang tinggi.
3. Bagi perusahaan sebaiknya jika ingin mendapatkan kinerja yang baik atau hasil EVA maupun MVA yang positif di harapkan adanya transparasi dalam menyampaikan laporan keuangan atau kondisi perusahaan, serta lebih memperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya. Perusahaan perlu menyiapkan perencanaan bisnis yang baik atau investasi jangka pendek maupun menengah.
(44)
4. Bagi investor sebelum berinvestasi hendaknya lebih mempertimbangkan kinerja perusahaan karena dengan kinerja yang baik perusahaan akan memberikan nilai lebih dan deviden yang tinggi. Dengan demikian pengembalian yang diharapkan setiap investor dapat terpenuhi.
5. Bagi peneliti selanjutnya di harapkan dapat melanjutkan penilaian kinerja perusahaan dengan metode EVA atau MVA tidak hanya berpedoman pada perusahaan ototmotif tetapi pada perusahaan lain yang mempunyai hasil produksi yang berbeda sehingga dapat di ketahui sejauh mana peranan kedua metode tersebut merupakan alternatif yang lebih baik dalam menilai kinerja perusahaan.
(1)
perusahan otomotif yang tercatat di BEJ, PT. Good Year mempunyai kinerja yang paling baik ditolak.
C. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Kinerja Perusahaan Berdasarkan EVA dan MVA Tabel 35
Ringkasan Hasil Kinerja Berdasarkan EVA Dan MVA
Perusahaan EVA
2003 2004 2005
PT. Astra Otoparts -61,614,327,650,000 -53,356,180,000,000 -9,633,979,170,000 PT. Good Year Indonesia -22,209,579,722,970 -16,997,827,279,700 -1,752,322,368,540 PT. Indospring -5,893,711,937,655 -2,026,987,371,950 -1,285,105,903,149 Rata-Rata Industri -29,905,873,103,542 -24,126,998,217,217 -4,223,802,480,563
Sumber: data diolah
Perusahaan MVA
2003 2004 2005
PT. Astra Otoparts 793,108,344,000 1,094,369,049,000 1,773,661,744,000 PT. Good Year Indonesia 112,750,000,000 311,600,000,000 287,000,000,000 PT. Indospring -11,250,000,000 -15,000,000,000 -7,500,000,000 Rata-rata Industri 298,202,781,333 463,656,349,667 684,387,248,000
Sumber: data diolah
Dari tabel diatas diperoleh bahwa pada tahun 2003 sampai dengan 2005 nilai EVA negatif dari ketiga perusahaan otomotif, tetapi nilai MVA untuk PT. Astra dan Good Year positif. Dengan demikian dapat diartikan bahwa dari perusahaan otomotif PT. Astra dan PT. Good Year untuk tahun 2003 – 2005 manajemen berhasil memberikan nilai tambah kepada penyandang dana, hal ini dapat dilihat pada nilai MVA yang positif selama 3 tahun berturut-turut. Sedangkan PT. Indospring belum berhasil memberikan nilai tambah kepada penyandang dana, dimana secara tiga tahun berturut-turut nilai EVA dan MVA negatif. Sehingga dalam hal ini
(2)
perusahaan belum dapat memberikan bonus atau kenaikan gaji terhadap karyawan dan pemilik modal belum dapat memperoleh pengembalian terhadap modal yang ditanam.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang telah di bahas pada bab sebelumnya, maka dapat di tarik suatu kesimpulan dan saran sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Dilihat dari analisa Ratio Keuangan menunjukkan bahwa ratio likuiditas untuk Otomotif yang Go Publik, PT. Good Year memiliki kinerja yang paling bagus dan mampu memenuhi hutang jangka pendeknya, hal ini dilihat dari Ratio likuditas yaitu Current rasio, cash rasio dan Quick rasio tiga tahun berturut-turut yaitu tahun 2003, 2004 dan 2005 berada di atas rata-rata industri Perusahan Otomotif. Untuk tahun 2003 nilai Current rasio sebesar 225.74, tahun 2004 sebesar 230.62 dan tahun 2005 sebesar 221.07. Cash rasio tahun 2003 sebesar 51.39, tahun 2004 sebesar 44.50 dan tahun 2005 sebesar 46.08. Sedangkan untuk Quick rasio tahun 2003 sebesar 136.42, tahun 2004 sebesar 149.23 dan tahun 2005 sebesar 149.21. Nilai rasio ini disebabkan tingginya kas maupun aktiva lancar yang digunakan untuk menjamin setiap rupiah hutang. Dengan demikian perusahaan ini dapat bisa dikatakan likuid bila dilihat dari sisi current rasio, cash ratio dan quick rasio.
2. Untuk rasio Profitabilitas PT. Astra Indoparts memiliki kinerja yang bagus dengan nilai Gross Profit Margin pada tahun 2003 sebesar 18.95 dan
(4)
Tahun 2005 sebesar 18.71 diatas rata-rata industri, sedangkan dari ROI PT. Astra selama 3 tahun berturut berada diatas rata-rata industri yaitu pada tahun 2003 sebesar 10.55, tahun 2004 sebesar 9.16 dan tahun 2005 sebesar 9.21, hal ini menujukkan kemampuan perusahan dalam menghasilkan laba bersih meningkat.
3. Untuk rasio Solvabilitas PT. Indospring memilki rasio solvabilitas yang tinggi dibanding PT. Astra Otoparts dan PT. Good Year Indoensia pada rasio Total Debt to Equity Ratio dan Total Debt to Total Assets Ratio yang menunjukkan besarnya bagian dari setiap rupiah modal sendiri dan total aktiva yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang cukup tinggi. 4. Berdasarkan pembahasan kinerja berdasarkan EVA tiap-tiap perusahaan
diatas terlihat bahwa dari tiga Industri ototmotif memiliki kinerja yang kurang bagus, hal ini dilihat dari EVA yang ngetaif hal ini berarti perusahaan belum dapat memberikan bonus atau kenaikan gaji terhadap karyawan dan pemilik modal akan dapat memperoleh pengembalian terhadap modal yang ditanam.
5. Dari penilaian MVA, PT. Astra memiliki kinerja yang baik, hal ini dilihat dari MVA selama tiga tahun berturut-turut yaitu tahun 2003, 2004 dan 2005 berada memiliki nilai positif lebih besar dari nol serta diatas rata-rata industri perusahaan ototmotif. Hal ini berarti manajemen perusahaan telah mampu meningkatkan kekayaan perusahan dan kekayaan para pemegang sahampun bertambah.
(5)
B. Saran-saran
Melihat dari hasil penilaian Rasio Keuangan, Economi Value Added
maupun Market Value Added yang umumnya negatif, maka kebijaksanaan yang sebaiknya di lakukan Perusahaan Ototmotif yang Go Public antara lain: 1. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa masing-masing
perusahan memiliki keberhasilan dan kekurangan pada masing-masing rasio tertentu. Untuk itu perusahaan hendaknya meningkatkan kinerja keuangannya, serta lebih memperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya. Perusahaan perlu menyiapkan perencanaan bisnis yang baik atau investasi jangka pendek maupun menengah
2. Dengan diketahuinya keberhasilan dan kekurangan dari masing-masing rasio keuangan yang dianalisis, manajemen dituntut mampu memilih investasi dengan tingkat pengembalian optimum dengan tingkat resiko minimum sehingga nilai perusahaan dapat di maksimumkan. Mengurangi pemakaian modal serta dapat melakukan investasi pada proyek-proyek dengan tingkat pengembalian yang tinggi.
3. Bagi perusahaan sebaiknya jika ingin mendapatkan kinerja yang baik atau hasil EVA maupun MVA yang positif di harapkan adanya transparasi dalam menyampaikan laporan keuangan atau kondisi perusahaan, serta lebih memperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya. Perusahaan perlu menyiapkan perencanaan bisnis yang baik atau investasi jangka pendek maupun menengah.
(6)
4. Bagi investor sebelum berinvestasi hendaknya lebih mempertimbangkan kinerja perusahaan karena dengan kinerja yang baik perusahaan akan memberikan nilai lebih dan deviden yang tinggi. Dengan demikian pengembalian yang diharapkan setiap investor dapat terpenuhi.
5. Bagi peneliti selanjutnya di harapkan dapat melanjutkan penilaian kinerja perusahaan dengan metode EVA atau MVA tidak hanya berpedoman pada perusahaan ototmotif tetapi pada perusahaan lain yang mempunyai hasil produksi yang berbeda sehingga dapat di ketahui sejauh mana peranan kedua metode tersebut merupakan alternatif yang lebih baik dalam menilai kinerja perusahaan.