INTAN FINDANAVY RIDZQO 21020112120015 BAB V

(1)

BAB V

PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

DAYA TARIK WISATA JAMU BAWEN

5.1. PROGRAM DASAR PERENCANAAN

Program perencanaan terdiri dari perencanaan tapak dan program ruang yang akan dibangun.

5.1.1. TAPAK TERPILIH

Tapak terpilih untuk perencanaan dan perancangan Daya Tarik Wisata Jamu Bawen berlokasi di Jalan Soekarno-Hatta, Desa Harjosari, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, yaitu di sisi timur Hortimart Agro Center. Tapak ini memiliki karakter memanjang di sisi depannya. Karakter tapak yang masih asri dan banyak dikelilingi pepohonan dan memiliki view yang sangat jelas ke arah gunung-gunung menjadi prioritas utama dalam perancangan Kawasan Wisata Jamu Semarang.

 Batas-batas tapak : Utara : Jalan Seokarno-Hatta

Timur : Jalan Soearno-Hatta dan pemukiman Selatan : Hutan

Barat : Hortimart Agro Center

 Luas tapak : 5 hektar

 Ketinggian maksimal : 4 lantai

 KDB : 40%

 GSB : 20 meter

 Topografi : Lokasi tapak semakin ke belakang (selatan) memiliki topografi yang menurun hingga 16 meter dari jalan raya (di sisi utara).

Salah satu keunggulan tapak ini adalah kontur yang menurun ke barat memungkinkan view yang sangat jelas ke arah Gunung Merbabu dan Gunung Ungaran.


(2)

Gambar 5.1. Lokasi tapak terhadap gunung-gunung di Jawa Tengah. (Sumber: maps.google.com diakses pada 2 Juni 2016 pukul 19.30)

Gambar 5.2. Akses dan kondisi fisik Daya Tarik Wisata Jamu Bawen. (Sumber: olahan pribadi, 2016)


(3)

Gambar 5.3. Lokasi tapak Daya Tarik Wisata Jamu Bawen. (Sumber: olahan pribadi, 2016)

Gambar 5.4. Dimensi tapak Daya Tarik Wisata Jamu Bawen. (Sumber: olahan pribadi, 2016)


(4)

5.1.2. PROGRAM RUANG

Program ruang yang direncanakan untuk Daya Tarik Wisata Jamu Bawen terangkum dalam tabel berikut.

Tabel 5.1. Tabel rekapitulasi ruang di Daya Tarik Wisata Jamu Bawen.

N o Jenis Jumla h Luas (dalam

m2)

Keterangan Luas Fasilitas Utama

1 Ruang Penerima Jumlah luas lantai: 93 m2

Jumlah area outdoor: 1154 m2 Pos jaga Parkir Plaza ATM point 1 1 1 2 36 1154 49 8

2 Fasilitas Utama Jumlah luas lantai: 1032 m2

Jumlah luas area outdoor: 2326 m2 Kegiatan Publik:

Kebun tanaman jamu Museum jamu

Area pengeringan pasca panen

Area pengolahan minuman jamu

Gudang penyimpanan hasil panen

Swalayan jamu Sitting group Kegiatan Privat: Ruang divisi pengelola Ruang loker karyawan Pantry

Kegiatan Servis Lavatory

Gudang penyimpanan alat Area pembibitan 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 20 1 1 2100 360 18 30 12 108 16 30 20 6 56 154 210

3 Fasilitas Pendukung: Restoran Keluarga Jumlah luas lantai: 522 m2 **termasuk sirkulasi Kegiatan Publik:

Area makan indoor Area makan outdoor Area makan saung Kasir

Kegiatan Privat: Ruang divisi pengelola Area dapur makanan Area dapur minuman Ruang loker karyawan Kegiatan Servis: Gudang makanan Gudang minuman 1 12 5 1 1 1 1 1 1 1 200 46 45 2 20 37 12 10 8 4


(5)

Pantry Lavatory 1 3 12 6

4 Fasilitas Pendukung: Spa Jumlah luas lantai: 309 m2 ** termasuk sirkulasi Kegiatan Publik:

Front office Lobi

Kegiatan Privat:

Ruang spa indoor view Ruang spa outdoor view Ruang divisi pengelola Ruang loker karyawan Kegiatan Servis: Ruang racik herbal Lavatory 1 1 3 2 3 8 1 2 12 12 75 80 29 9 12 3

5 Fasilitas Pendukung: Resort Jumlah luas lantai: 839 m2 **termasuk sirkulasi Kegiatan Publik: Front office Lobi Kolam renang Kafe Ruang makan Kegiatan Privat: Rumah resort

Ruang divisi pengelola Ruang loker karyawan Kegiatan Servis: Pantry

Linen room Lavatory

Ruang alat kebersihan

1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 4 2 15 15 80 16 38 420 20 9 6 9 10 7

6 Fasilitas Pendukung: Mini Convention Room Jumlah luas lantai: 260 m2 **termasuk sirkulasi Kegiatan Publik: Hall Ruang konvensi Kegiatan Servis: Ruang operator Lavatory Gudang 1 1 1 3 1 24 140 12 12 12

7 Fasilitas Pelengkap Jumlah luas lantai: 434 m2

**termasuk sirkulasi Bookshop

Souvenir shop Ruang kostum Area kandang hewan Ampitheater Musholla 1 2 1 3 1 1 36 24 36 138 64 36

8 Main Office Jumlah luas lantai: 240 m2

**termasuk sirkulasi Kegiatan Publik:


(6)

Lobi

Kegiatan Privat: Ruang direktur Ruang sekretaris

Ruang divisi operasional Ruang rapat

Ruang divisi keuangan Ruang OB

Kegiatan Servis: Pantry

Lavatory

Ruang penyimpanan alat kebersihan Gudang 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 12 20 9 28 16 21 6 6 22 4 9

10 Mess Pekerja Kebun 1 36

11 Fasilitas Servis Kawasan Jumlah luas lantai: 190 m2 Area IPAL Area TPS Area genset 1 1 2 60 50 80

(Sumber: analisa pribadi, 2016)

Pada tabel di atas, ruang luar dan ruang dalam (bangunan) masih tergabung. Dengan demikian maka rincian luas ruang dalam (bangunan) dan ruang luar (parkir dan area hijau), yakni sebagai berikut.

Tabel 5.2. Tabel rincian pembagian ruang luar dan dalam di Daya Tarik Wisata Jamu Bawen.

Jenis Luas

Total luas fasilitas berupa ruang dalam 3919 m2 Total luas fasilitas berupa ruang luar (parkir

dan area hijau)

3480 m2

Total keseluruhan 7399 m2

(Sumber: analisa pribadi, 2016)

5.2. KONSEP DASAR PERANCANGAN

Konsep dasar perancangan terdiri dari perhitungan tapak, pendekatan aspek kinerja, dan pendekatan arsitektural.

5.2.1. PERHITUNGAN TAPAK

Peraturan bangunan berdasarkan RTRW Kabupaten Semarang Kecamatan Bawen maka disebutkan bahwa:

 Tata guna lahan : Kegiatan ekonomi dan wisata


(7)

 KDB : 40% (0.4)

 GSB : 20 meter

Berdasarkan tabel 5.3 maka dapat dilakukan analisis mengenai pembagian lantai bangunan agar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dengan demikian, maka total seluruh area dalam hitungan KDB yaitu:

Luas tapak tertutup lantai bangunan = (3919 m2 / 50000 m2) x 1 = 0.07838

Luas area parkir (atau area outdoor lain) = (3480 m2 / 50000 m2) x 0.5 = 0.0348

**Keterangan=

 1 = nilai koefisien bangunan; 0,5 = nilai koefisien ruang outdoor yang lantainya ditutup bahan sejenis paving block.

 Area taman jamu berupa area hijau sehingga tidak termasuk dalam hitungan karena telah termasuk dalam KDH.

Maka total seluruh KDB perencanaan Daya Tarik Wisata Jamu adalah jumlah dari luas tapak tertutup lantai bangunan dan luas area outdoor, yaitu = 0.07838 + 0.0348 = 0.11 atau 11%.

5.2.2. PENDEKATAN ASPEK KINERJA

A. SISTEM PENCAHAYAAN

Sistem pencahayaan akan menggunakan dua jenis masing-masing dengan fungsinya sebagai berikut.

a. Pencahayaan alami akan digunakan pada aktivitas siang hari yaitu untuk seluruh fasilitas dalam kawasan wisata.

 Bangunan pada fasilitas taman jamu dan restoran menggunakan bukaan berupa pintu yang lebar dan jendela lebar dan tinggi.

 Pada fasilitas spa menggunakan bukaan berupa skylight pada masing-masing ruang spa sehingga cahaya matahari dapat masuk ke ruangan tanpa terganggu secara visual dari luar ke dalam.

 Fasilitas resort hotel dapat menggunakan bukaan yang lebar pada sisi tertentu dan skylight, disesuaikan dengan letak dan arah pandangnya terhadap view dari luar maupun dari dalam.

b. Pencahayaan buatan digunakan untuk semua ruangan pada aktivitas sore dan malam hari, yang akan iterapkan pada:

 Museum, souvenir shop, swalayan jamu, dan ruang ganti kostum pada fasilitas taman jamu memerlukan pencahayaan khusus pada beberapa bagian untuk display produk, baik siang maupun malam hari


(8)

 Area makan pada restoran memerlukan pencahayaan khusus baik siang maupun malam hari

 Ruang spa memerlukan pencahayaan khusus pada siang maupun malam hari untuk memberi kesan menenangkan pada tamu

B. SISTEM PENGHAWAAN

Sistem penghawaan akan menggunakan dua jenis dengan masing-maisng fungsinya sebagai berikut.

a. Penghawaan alami digunakan pada seluruh bangunan kecuali mini convention room.

b. Penghawaan buatan berupa penggunaan AC split. AC split digunakan di fasilitas resort hotel, mini convention room, dan sebagian ruangan di main office.

C. SISTEM JARINGAN AIR BERSIH

Penyediaan air bersih diperoleh dari PDAM atau sumur artesis dengan kedalaman yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keberadaan sumber mata air di sekitar tapak. Distribusi air bersih menggunakan dua macam, yakni sebagai berikut.

Gambar 5.4. Sistem distribusi air bersih dengan sistem down feed dan up feed. (Sumber: olahan pribadi, 2016)

a. Down feed system digunakan untuk fasilitas pengelola dan fasilitas pelengkap b. Up feed system digunakan untuk fasilitas utama dan pendukung


(9)

Pendistribusian air kotor ini dibagi menjadi 2 buah, yaitu:

a. Kotoran padat (black water), yaitu air buangan dari kloset, bidet, maupun urinoir, terlebih dahulu dialirkan ke septic tank agar kotoran mengendap kemudian ke STP (Sewage Treatment Plant). Sementara itu, air kotor (grey water) seperti dari floor drain dan wastafel dialirkan langsung ke STP.

b.

Air hujan dialirkan melalui saluran yang dibuat di dalam tapak serta diarahkan menuju waduk penampungan.

E. SISTEM PEMBUANGAN SAMPAH

Sampah di dalam Kawasan Wisata Jamu Semarang ini dibagi menjadi sampah tanaman, organik (dari pengunjung langsung maupun dari fasilitas taman jamu, restoran, spa, resort hotel, dan main office), dan anorganik.

a. Sampah berupa dedaunan kering dan batang dimasukkan dalam lubang biopori sehingga sampah diurai secara alami dalam tanah.

b. Sampah organik selain sampah dari tanaman diolah di area pengelolaan sampah tersendiri.

c. Sampah anorganik dikumpulkan dalam boks sampah di penampungan sampah sementara untuk dibuang keluar tapak oleh Dinas Kebersihan Kota ke TPA.

F. SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN

Untuk menghindari bahaya kebakaran, kawasan perlu dilengkapi dengan sistem pengaman terhadap kebakaran yang meliputi:

Fire hydrant diletakkan di area terbuka, seperti taman

Portable fire extinguisher di masing-masing bangunan

Sprinkler dan heat detector and smokedetector diletakkan di plafon pada bangunan

G. SISTEM JARINGAN LISTRIK

Arus listrik diperoleh dari:

 Jaringan utama yang tersedia pada tapak dengan sistem penyaluran dari PLN

 Genset yang diletakkan di area kawasan terutama untuk menyuplai listrik pada area wisata, yaitu seluruh fasilitas utama

H. SISTEM KEAMANAN

Sistem keamanan umum dengan menggunakan perencanaan pos jaga security service dengan penunjang CCTV (Control Circuit Television).


(10)

Sistem struktur yang digunakan adalah struktur untuk bangunan tingkat rendah, sehingga akan menggunakan:

1. Pondasi, menggunakan pondasi batu kali untuk seluruh fasilitas kecuali ruang makan saung restoran. Saung restoran menggunakan struktur pondasi beton untuk rumah pohon karena letak saung tidak langsung berada di atas tanah.

2. Dinding, menggunakan dinding kaca pada sisi utara-selatan dan sisi-sisi bangunan yang menghadap view, batu bata untuk keseluruhan ruang, dan pelapisan denan batu temple untuk meredam panas pada sisi timur-barat.

3. Atap, menggunakan atap pelana pada seluruh fasilitas, kecuali pada fasilitas-fasilitas yang letaknya dekat dengan kebisingan maupun kepentingan untuk memberi ikon pada kawasan daya tarik wisata menggunakan green rooftop.

5.2.4. PENDEKATAN ARSITEKTURAL

Pendekatan arsitektural terdiri dari pendekatan konsep zonasi lansekap dan pendekatan arsitektur.

A. PENDEKATAN ZONASI LANSEKAP

Konsep penataan lansekap atau layout zonasi menggunakan prinsip Permaculture. Panduan penataan layout zonasi ini membagi 5 zona berdasarkan frekuensi kunjungan terhadap masing-maisng zona. Kelima Zona tersebut, yaitu:

1. The home garden 2. The village

3. Small farms at the edge of the village 4. Community forests

5. Conservation forests

B. PENDEKATAN ARSITEKTUR

Pendekatan arsitektur yang digunakan dalam perancangan Daya Tarik Wisata Jamu yakni dengan arsitektur tropis lembab. Prinsip arsitektur lembab, yakni:

 Sisi bangunan yang sempit diarahkan pada sisi barat dan timur (orientasi bangunan)

 Ventilasi silang dengan lubang keluar yang lebih besar dari lubang masuknya angin

 Memberi perlindungan bangunan dari sinar matahari


(11)

DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). Retrieved Mei 5, 2016, from jamuindonesia.co: http://jamuindonesia.com/shop/index.php? route=news/article&news_id=15

PROSES PENYALURAN TENAGA LISTRIK. (2014, Oktober 15). Retrieved Mei 24, 2016, from www.slideshare.net: http://www.slideshare.net/makmak94009/proses-penyaluran-tenaga-listrik

Fungsi Membran Tank. (2015, Juli 15). Retrieved Mei 24, 2016, from www.lukesindonesia.co: http://www.lukesindonesia.com/fungsi-membran-tank/

Agusbushro, R., Makarau, V., & Sembel, A. (n.d.). Analisis Kebutuhan Prasarana dan Sarana Pariwisata di Kwasan Taman Nasional Bunaken Kecamatan Bunaken Kepulauan Kota Manado. 123-125.

Ahmad, S. (2013). Gunawan Tjahjono: Arsitek Pendidik. Jakarta: Anugrah Santosa.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang. (2013). Kabupaten Semarang dalam Angka Tahun 2013. Semarang.

Beers, S.-J. (2001). Jamu: The Ancient Indonesian Art of Herbal Healing. Periplus. Daulany, M. (2011). Medan: USU.

Editor: Intan Findanavy Ridzqo. (2015). House of Indonesian Architect. Semarang: Tiga Media Pratama.

Elkink, A. (2011, Agustus 1). Deck bracing design. Retrieved Juni 26, 2016, from

http://www.buildmagazine.org.nz/: http://www.buildmagazine.org.nz/articles/show/deck-bracing-design/

Herliansyah, M. R. (n.d.). PANDUAN PONDASI BATU KALI SERTA PERHITUNGAN R.A.B. Retrieved Juni 5, 2016, from enterprise.blogspot.co.id/:

http://muse-enterprise.blogspot.co.id/2012/04/panduan-pondasi-batu-kali-serta.html

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). PMK No.8 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan SPA. Jakarta.

Lippsmeier, G. (1997). Bangunan Tropis. Jakarta: Erlangga.

Marsum, W. (2005). Restoran dan Segala Permasalahannya. Edisi 4. Yogyakarta: Andi. Neufert, E. (2002). Data Arsitek Edisi 33 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Noor, R. (2015, Januari 15). Pak Kamir Sang Penemu Teknik Biopri. Retrieved Mei 24, 2016, from www.kompasiana.com: http://www.kompasiana.com/rrnoor/pak-kamir-sang-penemu-teknik-biopri_54f91870a33311af068b46ad


(12)

Pendit, N. S. (1994). Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Permatil. (n.d.). A Resource Book for Permaculture. IDEP Foundation.

Pondasi Dari Pasangan Batu Bata. (n.d.). Retrieved Juni 5, 2016, from http://jualbatubatamurah.blogspot.co.id:

http://jualbatubatamurah.blogspot.co.id/2015/11/pondasi-dari-pasangan-batu-bata.html Prasetia, A. (n.d.). Jogja Resto dan Galery.

Purnomo, A. (2005). Relativitas. Jakarta: Borneo Publication.

Qomariah, L. (2009). Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Meru Betiri (Studi Kasus Blok Rajegwesi SPTN I Sarongan. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Rambe, S. A. (2012). Pengaruh Kualitas Produk Wisata Terhadap Kepuasan Pengunjung. Bandung: UPI.

Revell, G., & Anda, M. (2014, Agustus 19). Sustainable Urban Biophilia: The Case of Greenskins for Urban Density. Retrieved Mei 24, 2016, from www.mdpi.com:

http://www.mdpi.com/2071-1050/6/8/5423

Sejarah Jamu. (n.d.). Retrieved Mei 9, 2016, from jamuindonesia.com:

http://jamuindonesia.com/shop/index.php?route=news/article&news_id=15 Semarang, B. K. (2014). Semarang dalam Angka 2014. Semarang.

Siswadi. (Edisi revisi 2016). Mengenal Tanaman Obat. Yogyakarta: Citra Aji Parama. Sitepu, T. J. (2015). Pusat Wisata Kopi Sidikalang. Medan: USU.

Soekresno. (2000). Management Food and Beverage, Service Hotel. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.

Stack Ventilation and Bernoulli's Principle. (n.d.). Retrieved Mei 24, 2016, from http://sustainabilityworkshop.autodesk.com/:

http://sustainabilityworkshop.autodesk.com/buildings/stack-ventilation-and-bernoullis-principle

Subiyantoro, H. (2015, Oktober 15). Tentang Iklim Tropis Lembab dan Tropis Hangat Lembab. Retrieved Mei 8, 2016, from http://herusu71.blogspot.co.id/:

http://herusu71.blogspot.co.id/2015/10/tentang-iklim-tropis-lembab-dan-tropis.html Sumalyo, Y. (1993). Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Tahajuddin, E. S. (2011). Pengembangan Obyek Wisata Wonderia di Kota Semarang. Semarang: FEB Undip.


(13)

Taman Djamoe Indonesia. (Leaflet Deskripsi Taman Djamoe Indonesia). Taman Djamoe Indonesia Preserving Herbal Heritage.

wikipedia.org. (n.d.). Retrieved Maret 10, 2016, from https://id.wikipedia.org/wiki/Jamu Yoeti, O. A. (1996). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.


(14)

BERITA ACARA SIDANG KELAYAKAN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) TUGAS AKHIR PERIODE 135/57

Dengan ini menyatakan bahwa telah dilaksanakan Sidang Kelayakan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) pada :

Hari

: Jumat

Tanggal

: 28 Juni 2016

Waktu

: 08.30-11.00 WIB.

Tempat

: Ruang C301, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Diponegoro - Semarang

Dilaksanakan oleh :

Nama

: Intan Findanavy Ridzqo

NIM

: 21020112120015

Judul

:

Seaside

Hotel di Jepara

Dengan susunan Tim Penguji sebagai berikut :

Pembimbing I : Arnis Rochma Harani, ST, MT

Pembimbing II : Ir. B. Adji Murtomo, MSA

Penguji I

: Dr. Ir. Djoko Indrosaptono, MT

A. PELAKSANAAN SIDANG

Sidang Kelayakan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) dengan judul Desain Wisata Jamu Bawen, Semarang ini dimulai pukul 08.30 WIB dan dihadiri oleh

Arnis Rochma Harani, ST, MT.,

Ir. B. Adji Murtomo, MSA., dan Ir. Djoko Indrosaptono,

MT. Presentasi dilakukan oleh penyusun dalam waktu + 30 menit dengan pokok materi

sebagai berikut :

A. Latar Belakang

B. Tinjauan Desain Wisata Jamu Bawen, Semarang

C. Analisa Hubungan Ruang

D. Analisa Kapasitas

E. Analisa Kebutuhan Ruang

F. Progam Ruang

Hasil sidang mencakup tanya jawab dan saran dari dosen pembimbing terhadap LP3A

yang dipresentasikan sebagai berikut :

1. Dari Ir. B. Adji Murtomo, MSA


(15)

Apakah fungsi amphitheater di dalam kawasan wisata?

Jawaban

Amphitheater digunakan untuk acara-acara musik dan pameran serta

digunakan untuk komersil.

Saran

Sebaiknya amphitheater diganti menjadi

emplacement

sebagai area orientasi.

2. Dari Dr. Ir. Djoko Indrosaptono, MT.

Pertanyaan

Jenis hewan apa yang akan dimasukkan dalam area kandang hewan?

Jawaban

Hewan ang akan dimasukkan dalam kandang hewan adalah hewan-hewan

peternakan, seperti ayam, kelinci, bebek.

Saran

Sebaiknya pilih hewan yang lebih langka, seperti luwak.

B. POKOK REVISI LP3A TUGAS AKHIR 135/57

Berdasarkan pertanyaan dan masukan dari tim penguji dan pembimbing pada sidang kelayakan LP3A yang telah dilaksanakan (seperti terlampir dalam berita acara), dilakukan revisi dalam rangka penyempurnaan LP3A sebagai syarat melanjutkan ke tahap Eksplorasi Desain.

Demikian berita acara sidang kelayakan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur dibuat sesuai dengan sesungguhnya dan dapat dipertanggungjawabkan.

Semarang, 23 September 2016

Peserta Sidang,

Intan Findanavy Ridzqo

NIM. 21020112120015


(16)

Mengetahui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Arnis Rochma Harani, ST, MT

Ir. B. Adji Murtomo, MSA

NIP. 198705172014042001

NIP. 195901091987031001

Penguji I

Dr. Ir. Djoko Indrosaptono, MT

NIP. 195305051985031001


(1)

DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). Retrieved Mei 5, 2016, from jamuindonesia.co: http://jamuindonesia.com/shop/index.php? route=news/article&news_id=15

PROSES PENYALURAN TENAGA LISTRIK. (2014, Oktober 15). Retrieved Mei 24, 2016, from www.slideshare.net: http://www.slideshare.net/makmak94009/proses-penyaluran-tenaga-listrik

Fungsi Membran Tank. (2015, Juli 15). Retrieved Mei 24, 2016, from www.lukesindonesia.co: http://www.lukesindonesia.com/fungsi-membran-tank/

Agusbushro, R., Makarau, V., & Sembel, A. (n.d.). Analisis Kebutuhan Prasarana dan Sarana Pariwisata di Kwasan Taman Nasional Bunaken Kecamatan Bunaken Kepulauan Kota Manado. 123-125.

Ahmad, S. (2013). Gunawan Tjahjono: Arsitek Pendidik. Jakarta: Anugrah Santosa.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang. (2013). Kabupaten Semarang dalam Angka Tahun 2013. Semarang.

Beers, S.-J. (2001). Jamu: The Ancient Indonesian Art of Herbal Healing. Periplus. Daulany, M. (2011). Medan: USU.

Editor: Intan Findanavy Ridzqo. (2015). House of Indonesian Architect. Semarang: Tiga Media Pratama.

Elkink, A. (2011, Agustus 1). Deck bracing design. Retrieved Juni 26, 2016, from

http://www.buildmagazine.org.nz/: http://www.buildmagazine.org.nz/articles/show/deck-bracing-design/

Herliansyah, M. R. (n.d.). PANDUAN PONDASI BATU KALI SERTA PERHITUNGAN R.A.B. Retrieved Juni 5, 2016, from enterprise.blogspot.co.id/:

http://muse-enterprise.blogspot.co.id/2012/04/panduan-pondasi-batu-kali-serta.html

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). PMK No.8 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan SPA. Jakarta.

Lippsmeier, G. (1997). Bangunan Tropis. Jakarta: Erlangga.

Marsum, W. (2005). Restoran dan Segala Permasalahannya. Edisi 4. Yogyakarta: Andi. Neufert, E. (2002). Data Arsitek Edisi 33 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Noor, R. (2015, Januari 15). Pak Kamir Sang Penemu Teknik Biopri. Retrieved Mei 24, 2016, from www.kompasiana.com: http://www.kompasiana.com/rrnoor/pak-kamir-sang-penemu-teknik-biopri_54f91870a33311af068b46ad


(2)

Pendit, N. S. (1994). Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Permatil. (n.d.). A Resource Book for Permaculture. IDEP Foundation.

Pondasi Dari Pasangan Batu Bata. (n.d.). Retrieved Juni 5, 2016, from http://jualbatubatamurah.blogspot.co.id:

http://jualbatubatamurah.blogspot.co.id/2015/11/pondasi-dari-pasangan-batu-bata.html Prasetia, A. (n.d.). Jogja Resto dan Galery.

Purnomo, A. (2005). Relativitas. Jakarta: Borneo Publication.

Qomariah, L. (2009). Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Meru Betiri (Studi Kasus Blok Rajegwesi SPTN I Sarongan. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Rambe, S. A. (2012). Pengaruh Kualitas Produk Wisata Terhadap Kepuasan Pengunjung. Bandung: UPI.

Revell, G., & Anda, M. (2014, Agustus 19). Sustainable Urban Biophilia: The Case of Greenskins for Urban Density. Retrieved Mei 24, 2016, from www.mdpi.com:

http://www.mdpi.com/2071-1050/6/8/5423

Sejarah Jamu. (n.d.). Retrieved Mei 9, 2016, from jamuindonesia.com:

http://jamuindonesia.com/shop/index.php?route=news/article&news_id=15 Semarang, B. K. (2014). Semarang dalam Angka 2014. Semarang.

Siswadi. (Edisi revisi 2016). Mengenal Tanaman Obat. Yogyakarta: Citra Aji Parama. Sitepu, T. J. (2015). Pusat Wisata Kopi Sidikalang. Medan: USU.

Soekresno. (2000). Management Food and Beverage, Service Hotel. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.

Stack Ventilation and Bernoulli's Principle. (n.d.). Retrieved Mei 24, 2016, from http://sustainabilityworkshop.autodesk.com/:

http://sustainabilityworkshop.autodesk.com/buildings/stack-ventilation-and-bernoullis-principle


(3)

Taman Djamoe Indonesia. (Leaflet Deskripsi Taman Djamoe Indonesia). Taman Djamoe Indonesia Preserving Herbal Heritage.

wikipedia.org. (n.d.). Retrieved Maret 10, 2016, from https://id.wikipedia.org/wiki/Jamu Yoeti, O. A. (1996). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.


(4)

BERITA ACARA SIDANG KELAYAKAN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) TUGAS AKHIR PERIODE 135/57

Dengan ini menyatakan bahwa telah dilaksanakan Sidang Kelayakan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) pada :

Hari

: Jumat

Tanggal

: 28 Juni 2016

Waktu

: 08.30-11.00 WIB.

Tempat

: Ruang C301, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Diponegoro - Semarang

Dilaksanakan oleh :

Nama

: Intan Findanavy Ridzqo

NIM

: 21020112120015

Judul

:

Seaside

Hotel di Jepara

Dengan susunan Tim Penguji sebagai berikut :

Pembimbing I : Arnis Rochma Harani, ST, MT

Pembimbing II : Ir. B. Adji Murtomo, MSA

Penguji I

: Dr. Ir. Djoko Indrosaptono, MT

A. PELAKSANAAN SIDANG

Sidang Kelayakan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) dengan judul Desain Wisata Jamu Bawen, Semarang ini dimulai pukul 08.30 WIB dan dihadiri oleh

Arnis Rochma Harani, ST, MT.,

Ir. B. Adji Murtomo, MSA., dan Ir. Djoko Indrosaptono,

MT. Presentasi dilakukan oleh penyusun dalam waktu + 30 menit dengan pokok materi

sebagai berikut :

A. Latar Belakang

B. Tinjauan Desain Wisata Jamu Bawen, Semarang

C. Analisa Hubungan Ruang

D. Analisa Kapasitas

E. Analisa Kebutuhan Ruang

F. Progam Ruang


(5)

Apakah fungsi amphitheater di dalam kawasan wisata?

Jawaban

Amphitheater digunakan untuk acara-acara musik dan pameran serta

digunakan untuk komersil.

Saran

Sebaiknya amphitheater diganti menjadi

emplacement

sebagai area orientasi.

2. Dari Dr. Ir. Djoko Indrosaptono, MT.

Pertanyaan

Jenis hewan apa yang akan dimasukkan dalam area kandang hewan?

Jawaban

Hewan ang akan dimasukkan dalam kandang hewan adalah hewan-hewan

peternakan, seperti ayam, kelinci, bebek.

Saran

Sebaiknya pilih hewan yang lebih langka, seperti luwak.

B. POKOK REVISI LP3A TUGAS AKHIR 135/57

Berdasarkan pertanyaan dan masukan dari tim penguji dan pembimbing pada sidang kelayakan LP3A yang telah dilaksanakan (seperti terlampir dalam berita acara), dilakukan revisi dalam rangka penyempurnaan LP3A sebagai syarat melanjutkan ke tahap Eksplorasi Desain.

Demikian berita acara sidang kelayakan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur dibuat sesuai dengan sesungguhnya dan dapat dipertanggungjawabkan.

Semarang, 23 September 2016

Peserta Sidang,

Intan Findanavy Ridzqo

NIM. 21020112120015


(6)

Mengetahui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Arnis Rochma Harani, ST, MT

Ir. B. Adji Murtomo, MSA

NIP. 198705172014042001

NIP. 195901091987031001

Penguji I

Dr. Ir. Djoko Indrosaptono, MT

NIP. 195305051985031001