BAB II

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Stasiun Perebusan (Sterilizer Station)
Dalam sistem pengolahan kelapa sawit, salah satu prosesnya adalah proses

rebusan yang dilaksanakan pada stasiun rebusan. Proses rebusan kelapa sawit
dilakukan dengan proses tekanan uap air. Variabel yang berperanan penting dalam
proses rebusan ini adalah jumlah buah kelapa sawit dan tekanan uap air dalam
Sterilizer (salah satu bagian dari stasiun rebusan). Semakin besar buah kelapa
sawit mendapat tekanan uap air untuk waktu tertentu, semakin cepat terjadi
pemasakan.

Gambar 2.1. Sterilizer
2.1.1. Fungsi dan Tujuan Perebusan
Adapun fungsi dan tujuan perebusan TBS pada pabrik kelapa sawit yaitu:
1. Menonaktifkan enzim Lipase yang bertindak sebagai katalisator dalam
pembentukan asam lemak bebas (FFA) dan enzim Oksidasi.
2. Memudahkan buah lepas dari tandannya sehingga jumlah brondolan yang
diperoleh di proses pemipilan dapat hasil yang maksimum.


21

3. Melunakkan daging buah sehingga nut mudah dipisahkan dari serat
pericarp selama pengadukan di digester dan selanjutnya dipisahkan dengan
sempurna di depericarper column.
4. Membantu proses pelepasan inti dari cangkang di stasiun kernel
2.1.2. Perebusan (Sterilizer)
Sterilizer adalah suatu bejana uap yang bertekanan, yang fungsinya
merebus Tandan Buah Segar (TBS) dengan memakai media panas. Media tersubut
adalah uap basah yang berasal dari sisa pembuangan turbin uap yang bertekanan ±
3 kg/cm² dan temperature ± 145°C. alat ini disebut juga bejana rebusan/ketel
rebusan dan biasanya alat ini sebagai media perebusan buah Kelapa Sawit. Ada
dua macam type Sterilizer yang biasa di gunakan yaitu vertical:


Sterilizer vertikal adalah sterilizer yang berbentuk silinduer
dengan muatan 2-6 ton TBS. buah di isi melalui pintu pengeluaran
sebelah sisi depan bawah. Pada bagian sterilizer dialasi dengan
plat berlubang yang di pasang menurun ke arah pintu sehingga

memudahkan untuk mengeluarkan isinya.

Gambar 2.2. sterilizer Vertikal



Sterilizer horizontal adalah sterilizer yang berbentuk silinder yang
di pasang mendatar, ditumpu sesuai panjang. Sterilizer horizontal

22

ada yang berapintu satu dan ada yang berpintu dua. Sterilizer ini
diisi ddengan tandan buah yang di masukan ke dalam lori. Lori
ada Yng mempunyai kapasitas 1.5-2.5 ton TBS. sterilzer
horizontal dapat dimuati 7 – 10 lori untuk satu kali peebusan
degan muatan perlori 2.5 ton TBS.

Gambar 2.3. Sterilizer Horizontal
Perbedaan antara kedua sterilizer tersebut adalah :
 Sterilizer vertical lebih sederhana dalam bentuk serta lebih rendah

biaya investasinya di bandingkan dengan sterilizer horizontal.
 Kapasitas olah sterilizer vertical lebih kecil di bandingkan dengan
sterilizer horizontal karena sterilizer vertical hanya dapat di
pergunakan di pabrik yang berkapasitas terbatas.
 Pada sterilizer horizontal kerugian minyak didalam janjangan
kosong dan di dalam air embun perebusan lebih tinggi dari pada
sterilizer vertical, hal itu di sebabkan buah mengalami kerusakan
sewaktu pengisian karena berbenturan dengan pintu isian dan
bantingan yang dialami sewaktu di masukan.
 Diperlukannya waktu yang lama untuk membongkar isi sterilizer
vertical karena di lakukan dengan tangan manusia jika di
bandingkan dengan sterilizer horizontal yang di lakukan dengan
mekanik.
2.1.3

Peralatan dan Fungsi Alat-alat Pada Sterilizer

23

Adapun peralatan-perlatan beserta fungsinya yang ada pada rebusan

(Sterilizer) yaitu:


Unit sterilizer (vessel) : yang dilengkapi 2 (dua) unit pintu berfungsi
sebagai tempat merebus



tandan buah segar (TBS).

Pipa dan valve inlet : berfungsi untuk memasukkan steam (uap) ke
sterilizer.



Pipa dan valve condensate : berfungsi sebagai pembuangan steam hasil
kondensasi yang selanjutnya ditampung pada blowdown chamber dan
condensate pit.




Pipa dan exhaust valve : berfungsi sebagai pembuangan steam eks
perebusan.



Programable Logic Controller (PLC) berfungsi mengatur dan mengontrol
sistem perebusan yang dapat diatur secara manual maupun full otomatis.
Biasanya dilengkapi steam recorder chart.



Safety valve : berfungsi sebagai katup pengaman saat tekanan dalam
sterilizer berlebih (diatas tekanan kerja).



Cantilever rail bridge : berfungsi sebagai jembatan untuk masuk dan
keluarnya lori buah




Air compressor : berfungsi untuk mensuplai udara yang dipakai untuk
mengaktifkan pneumatic valv



Alat-alat ukur (gauge) : berfungsi untuk memonitor pengoperasian alat
seperti pressure gauge.



Capstan, bollard : yang berfungsi untuk menarik lori buah masuk dan
keluar sterilizer.

2.1.4

Metode Perebusan
Sebenarnya metode macam-macam perebusan di tentukan mengikuti


dengan jenis perebusan yang diterapkan. Untuk jenis strilizier horizontal dengan
menggunakan lori akan menggunakan tekanan sampai tripple peak. Mengapa di
perlukan hingga tripple peak, karena buah akan benar matang sampai ke lapisan
bawah apabila tekanan mencapai 3 bar.

24

Sebagai penjelasan saat single peak tekanan steam akan ditahan sampai 1,5
bar biasa nya selama 15-20 menit. Hal ini bertujuan untuk mendorong udara yang
masih terdapat didalam tabung perebusan.Keberadaan udara pada ruang sterilizier
dapat mengakibatkan terjadinya perubahan fase dari uap menjadi cair karena
perbedaan suhu dari udara dengan steam tersebut. Perubahan fase ini akan
menimbulkan genangan air (kondensat).
Pada saat double peak, di tahan 2,5 bar selama 15-20 menit. Bertujuan
untuk mendorong air kondesat k yang mengenang di bawah lantai sterilizier
keluar melalui kondensat valve. Penumpukan air kondensat hingga menggenangi
TBS dapat meningkatkan oil losses yang terbawa pada kondensat. Untuk triple
peak, pada saat ini lah proses perebusan buah dilakukan. Biasa nya dilakukan
penahan steam apabila sudah mencapi 3 bar selama 40-45menit. Pada tekanan ini
diharapakan buah sudah dalam kondisi masak dan nanti nya dapat di proses pada

stasiun selanjutnya.
2.2.

Jenis-jenis Manajemen Pemeliharaan Pabrik

2.2.1. Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance)
Sistem pemeliharaan ini adalah melakukan pemeliharaan pada selang
waktu yang ditentukan sebelumnya, atau terhadap kriteria lain yang diuraikan dan
dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan bagian-bagian lain tidak memenuhi
kondisi yang bisa diterima (Corder A.S, 1992, hlm 4). Seperti dalam industri
motor masih dikenal istilah ‘servis’. Istilah ini meliputi semua pemeriksaan dan
penyetelan yang tercakup dalam buku petunjuk pemeliharaan, terutama
pelumasan, pengisian kembali, pemeriksaan minor dan sebagainya. Dalam setiap
kejadian, pemeliharaan korektif biasanya memerlukan keadaan berhenti,
sedangkan pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) dapat dilakukan
pada waktu berhenti maupun waktu berjalan.

2.2.2. Pemeliharaan Setelah Rusak (Breakdown Maintenance)

25


Pemeliharaan setelah rusak (Breakdown) merupakan pemeliharaan yang
dilakukan terhadap peralatan setelah peralatan mengalami kerusakan sehinggga
terjadi kegagalan yang menghasilkan ketidaktersediaan suatu alat. Pada mulanya
semua industri menggunakan sistem ini. Jika industri memakai sistem ini maka
kerusakan mesin akan berulang dan frekuensi kerusakannya sama setiap tahunnya.
Industri yang menggunakan sistem ini dianjurkan menyiapkan cadangan mesin
(stand by machine) bagi mesin-mesin yang vital. Sifat lain dari sistem ini adalah
data dan file informasi, dimana data dan file informasi perbaikan mesin/peralatan
harus tetap dijaga. Pada sistem ini untuk pembongkaran tahunan tidak ada karena
pada saat dilakukan penyetelan dan perbaikan, unit-unit cadanganlah yang
dipakai. Sistem Breakdown Maintenance ini sudah banyak ditinggalkan oleh
industri-industri karena sudah ketinggalan zaman karena tidak sistematik secara
keseluruhannya dan banyak mengeluarkan biaya.
2.2.3. Pemeliharaan Darurat (Emergency Maintenance)
Pemeliharaan darurat adalah pemeliharaan yang perlu segera dilakukan
untuk mencegah akibat yang serius (Corder A.S, 1992, hlm 4). Misalnya sebuah
mesin sedang beroperasi namun tiba-tiba mesin tersebut mati. Berapa kalipun
dihidupkan ternyata tidak mau hidup lagi. Ketika tutup mesin dibuka, diketahuilah
bahwa air radiator mesin habis. Setelah diperiksa didapat kerusakan di bagian pipa

radiator dan ada juga bagian mesin yang retak. Akibat kerusakan tersebut maka
diperlukan adanya reparasi besar atau penggantian unit yang mengakibatkan
operasi mesin harus terhenti selama reparasi besar dikerjakan.
2.2.4. Pemeliharaan Korektif (Corrective Maintenance)
Pemeliharaan korektif adalah pemeliharaan yang dilakukan untuk
memperbaiki suatu bagian (termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah terhenti
untuk memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima. Pemeliharaan korektif meliputi
reparasi minor terutama untuk rencana jangka pendek. Reparasi mesin setelah
mengalami kerusakan bukanlah kebijaksanaan pemeliharaan yang paling baik.
Biaya pemeliharaan terbesar biasanya bukan biaya reparasi, bahkan bila hal itu
dilakukan dengan kerja lembur. Lebih sering unsur biaya pokok adalah biaya

26

berhenti untuk reparasi. Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada mesin walaupun
reparasi dilakukan secara cepat akan menghentikan operasi, para karyawan dan
mesin menganggur, produksi terganggu bahkan dapat menghentikan jalannya
produksi. Pemeliharaan korektif merupakan perbaikan peningkatan kemampuan
peralatan mesin kedepan karena kegagalan atau pengurangan kemampuan mesin
selama pemeliharaan preventive dikerjakan atau sebaliknya, demi perbaikan mesin

dan optimal dalam penggunaannya. Pemeliharaan korektif terdiri dari beberapa
bagian (Dhillon, 2006, hlm 143) seperti:
1. Perbaikan karena rusak.
Bagian ini fokus dengan perbaikan pada bagian kerusakan peralatan
supaya kembali kepada kondisi operasionalnya.
2. Overhaul.
Bagian ini fokus dengan perbaikan atau memulihkan kembali (restoring)
peralatan ke keadaan yang semula yang dapat dipergunakan (complete
serviceable) untuk seluruh peralatan di pabrik tersebut.
3. Salvage.
Bagian ini fokus dengan pembuangan dari material yang tidak dapat
diperbaiki dan pemanfaatan material yang masih bisa dipakai dari.
4. Servicing.
Tipe bagian pemeliharaan korektif ini mungkin dibutuhkan karena adanya
tindakan pemeliharaan korektif, seperti pengelasan, dan lainnya.
5. Rebuild.
Bagian ini fokus dengan pemulihkan kembali (restoring) peralatan ke
keadaan yang standard sedekat mungkin ke keadaan aslinya berkenaan
dengan keadaan fisik, daya guna dan perpanjangan masa pakai.
2.2.5. Maksud dan Tujuan Manajemen Pemeliharaan Pabrik
Adapun maksud pemeliharaan adalah untuk meningkatkan efektivitas serta
porsi keuntungan bagi perusahaan. Hal ini bisa dimungkinkan karena dengan
dilakukannya perawatan maka dapat ditekan ongkos produksi disamping dapat
pula ditingkatkan kapasitas produksi suatu mesin.

27

Adapun tujuan utama dilakukannya pemeliharaan adalah:
1. Untuk memperpanjang usia kegunaan aset yaitu setiap bagian dari suatu
tempat kerja, bangunan dan isinya. Hal ini terutama penting di negara
berkembang karena kurangnya sumber daya modal untuk penggantinya.
Di negara yang sudah maju, lebih murah mengganti daripada memelihara.
2. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk
produksi atau jasa dan mendapatkan laba investasi (return on investment)
semaksimum mungkin.
3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang
diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu, misalnya unit cadangan,
unit pemadam kebakaran dan penyelamat dan sebagainya.
4. Untuk menjamin keselamatan orang-orang yang menggunakan sarana
tersebut.

28