PERANAN PEMERINTAHAN DESA DALAM PEMBANGU (1)

PERANAN
PEMERINTAHAN DESA
DALAM PEMBANGUNAN
MASYARAKAT DESA
BERDASARKAN UU
NOMOR 32 TAHUN 2004
DAN UU NOMOR 6 TAHUN
2014
DISUSUN OLEH :
MELKY SOLOMASI ZEBUA
13. 011. 111. 057

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha kuasa, yang telah
memberikan izin dan kekuatan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul ’’ Peranan Pemerintahan Desa Dalam Pembangunan Masyarakat Desa
Berdasarkan UU NOMOR 32 TAHUN 2004 dan UU Nomor 6 Tahun 2014 ” tepat pada
waktunya.
Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pemerintahan Desa. Dan
juga kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Pak R. H. Pardede selaku dosen pembimbing mata kuliah Sistem Pemerintahan Desa.
2. Semua pihak yang tidak sempat kami sebutkan satu per satu yang turut membantu kelancaran
dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik
dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
wawasan saya. Oleh sebab itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya, saya mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat,
khususnya bagi saya dan umumnya bagi pembaca.

Medan, 4 April 2016

Penyusun

BAB 1
PENDAHULUAN
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa merupakan
Undang-Undang yang telah dinantikan oleh segenap masyarakat desa tak terkecuali
perangkat desa selama 7 tahun. Tepatnya, Rabu 18 desember 2013, Rancangan UndangUndang (RUU) Tentang Desa disahkan menjadi UU Desa. Kemudian pada 15 januari
2014, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menandatangani guna mengesahkan

UU tersebut.
Adapun tujuan dari disahkannya UU Desa ini antara lain:
1. memberikan pengakuan dan penghormatan atas desa yang sudah ada dengan
keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
2. memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas desa dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia;
3. melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat desa;
4. mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat
pengembangan potensi dan aset desa guna kesejahteraan bersama;

desa

untuk

5. membentuk pemerintahan desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta
bertanggung jawab;
6. meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat desa guna mempercepat
perwujudan kesejahteraan umum;


7. meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat desa guna mewujudkan
masyarakat desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari
ketahanan nasional;
8. memajukan perekonomian masyarakat desa serta mengatasi kesenjangan
pembangunan nasional; dan
9. memperkuatmasyarakat desa sebagai subjek pembangunan.

Sedangkan asas pengaturan dalam UU Desa ini adalah:
1. rekognisi, yaitu pengakuan terhadap hak asal usul;
2. subsidiaritas, yaitu penetapan kewenangan berskala lokal dan pengambilan
keputusan secara lokal untuk kepentingan masyarakat desa;
3. keberagaman, yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang
berlaku di masyarakat desa, tetapi dengan tetap mengindahkan sistem nilai
bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;
4. kebersamaan, yaitu semangat untuk berperan aktif dan bekerja sama dengan
prinsip saling menghargai antara kelembagaan di tingkat desa dan unsur
masyarakat desa dalam membangun desa;
5. kegotongroyongan, yaitu kebiasaan saling tolong-menolong untuk membangun
desa;

6. kekeluargaan, yaitu kebiasaan warga masyarakat desa sebagai bagian dari satu
kesatuan keluarga besar masyarakat desa;
7. musyawarah, yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan;
8. demokrasi, yaitu sistem pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem
pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat desa atau dengan persetujuan
masyarakat desa serta keluhuran harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
tuhan yang maha esa diakui, ditata, dan dijamin;
9. kemandirian, yaitu suatu proses yang dilakukan oleh pemerintah desa dan
masyarakat desa untuk melakukan suatu kegiatan dalam rangka memenuhi
kebutuhannya dengan kemampuan sendiri;

Penetapan UU Desa ini tak lepas dari penolakan. Di samping, ribuan kepala desa di
seluruh Indonesia menyambut dengan gegap gempita dan penuh dengan sukacita, daerah
Sumatera Barat menolak UU tersebut. Hal tersebut dikarenakan, menurut Lembaga
Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) se-Sumatera Barat, beranggapan bahwa
UU Desa akan melemahkan eksistensi nagari di Sumbar sebagai satu kesatuan adat,
budaya dan sosial ekonomi.
Terlepas dari penolakan dari LKAAM Sumbar, UU ini secara umum mengatur
materi mengenai asas pengaturan, kedudukan dan jenis desa, penataan desa, kewenangan

desa, penyelenggaraan pemerintahan desa, hak dan kewajiban desa dan masyarakat desa,
peraturan desa, keuangan desa dan aset desa, pembangunan desa dan pembangunan
kawasan perdesaan, badan usaha milik desa, kerja sama desa, lembaga kemasyarakatan
desa dan lembaga adat desa, serta pembinaan dan pengawasan. Selain itu, UU ini juga
mengatur dengan ketentuan khusus yang hanya berlaku untuk Desa Adat sebagaimana
diatur dalam Bab XIII.
Salah satu poin yang paling krusial dalam pembahasan RUU Desa, adalah terkait
alokasi anggaran untuk desa. Di dalam penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Keuangan
Desa. Jumlah alokasi anggaran yang langsung ke desa, ditetapkan sebesar 10 persen dari
dan di luar dana transfer daerah. Kemudian dipertimbangkan jumlah penduduk, angka
kemiskinan, luas wilayah, kesulitan geografi. Ini dalam rangka meningkatkan masyarakat
desa. Selain itu, poin-poin lain yang disepakati adalah terkait masa jabatan kepala desa.
Kemudian diatur juga terkait kesejahteraan kepala desa dan perangkat desa. Baik kepala
desa, maupun perangkat desa mendapat penghasilan tetap setiap bulan dan mendapat
jaminan kesehatan.
Di sisi lain, UU Desa juga mengandung kekurangan. Kekurangan pertama, adanya
perbedaan pengertian desa adat menurut UU Desa dengan pengertian desa adat menurut
masyarakat desa adat itu sendiri. Kekurangan kedua, terletak pada dana alokasi kepada
setiap desa per tahun yang dapat saja disalahgunakan. Kemudian, tidak menjelaskan
secara khusus tentang penempatan perempuan minimal 3o persen pada perangkat desa.

Selain itu, tingkat kesiapan tata kelola yang masih rendah dan kurangnya Sumber Daya
Manusia (SDM) yang ada di desa, juga dapat menghambat tujuan-tujuan yang hendak
dicapai setelah pengesahan UU Desa.
Maka dari itu, makalah ini akan menganalisa sejauh mana implementasi UU Desa
di Desa Jayamukti, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya.

BAB 2
PEMBAHASAN
Profil Desa Jayamukti
1. Kondisi Desa
Kondisi Desa Jayamukti pada umumnya sama dengan desa-desa yang lain yang
ada di wilayah Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat
termasuk Desa Jayamukti dengan kategori desa tertinggal.
Dengan ketertinggalannya Desa Jayamukti tetap berupaya ingin setara dengan
desa-desa yang sudah maju dan ingin meningkatkan tingkat perkembangan desa
menjadi salah satu desa berkembang.
Secara umum, Jayamukti mengalami beberapa kemajuan-kemajuan dibidang
ekonomi, pendidikan, kesehatan, keamanan, ketertiban, sosial-budaya, dan kedaulatan
politik masyarakat. Dari hasil analisis, perkembangan desa Jayamukti memnunjukkan
perkiraan rata-rata 5-7 % pertahun sehingga status perkembangan desa Jayamukti


adalah desa “ swadaya” dengan kategori perkembangan “MULA” seperti desa yang
masih membutuhkan prioritas penanganan masalah pemenuhan kebutuhan dasar
seperti ekonomi, pendidikan dan kesehatan.

2. Sejarah Desa
Desa Jayamukti merupakan hasil pemekaran dari Desa Tonjong pada tahun 1985
dengan dipimpin oleh Bapak U. Burhan dengan masa berlaku s/d tahun 1986. Kepala
Pemerintahan yang kedua yaitu Bapak Komi masa berlaku tahun 1989. Kepala
Pemerintahan yang ketiga yaitu Bapak Jaka Sumita (Sebagai Pejabat) masa berlaku
s/d tahun 1990. Kepala Pemerintahan keempat yaitu Bapak Muhlus masa berlaku s/d
tahun1998. Kepala Pemerintahan kelima yaitu Bapak Achmad Arifin (Pejabat
Sementara) sampai tahun 1999. Dan kemudian Kepala Desa keenam Bapak Uhen
periode tahun 2011-2017. Jadi Desa Jayamukti sudah cukup dewasa sampai saat ini
kurang lebihnya 30 tahun.

3. Geografis dan Demografis
a. Secara geografis Desa Jayamukti Kecamatan Pancatengah terletak di sebelah
selatan Kabupaten Tasikmalaya dengan jarak membentang kurang lebih 80 km
dari ibukota Kabupaten Tasikmalaya dengan luas wilayah 1.440 ha. Secara

administrasi batas wilayah Desa Jayamukti sesuai dengan Peraturan Desa atau
dasar hukumnya nomor 3 tahun 2003 tentang penetapan batas desa yang berbentuk
satu buah pilar yaitu sbb:
 Sebelah Utara : Desa Cikawung, Kecamatan Pancatengah
 Sebelah Selatan : Desa Pancawangi, Kecamatan Pancatengah
 Sebelah Timur : Desa Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kab. Ciamis
 Sebelah Barat : Desa Tonjong, Kecamatan Pancatengah
b. Desa Jayamukti memiliki ketinggian berkisar 600 meter diatas permukaan air
laut.
c. Orbitasi
 Jarak ke Ibu Kota Kabupaten Tasikmalaya 80 km.
 Jarak tempuh dengan menggunakan Kendaraan Umum 0,5 jam.
d. Luas Wilayah Dengan Penggunaannya
 Luas Sawah
: 570 ha
 Ladang/Perkebunan
: 495,64 ha
 Pemukiman/Sarana Umum
: 303,96 ha
 Mata Air

: 61,5 ha
 Lainnya
: 8,900 ha
 Jumlah Keseluruhan
: 1.440 ha
e. Jumlah Penduduk

 Jumlah penduduk Desa Jayamukti dari hasil pemutakhiran data penduduk
tahun 2003 kurang lebih sebanyak 3.850 orang berkembang menjadi 4457
orang di tahun 2014.
 Penambahannya 600 orang adapun luas wilayah desa Jayamukti 1.440 ha
atau 272,8 km.
 Kepadatan penduduk Desa Jayamukti sekitar 135 orang perkilometer
 Jumlah KK secara administrasi 1.295 KK
 Jumlah KK Miskin secara administrasi 620 KK
f.

Mata Pencaharian Penduduk
 Petani
 Pengrajin

 Pedagang/Usaha Kecil
 Tukang Kayu dan Tembok
 Menjahit
 PNS
 Pensiunan ABRI dan Sipil

: 1.853 Orang
: 60 Orang
: 343 Orang
: 57 Orang
: 60 Orang
: 11 Orang
: 4 Orang

g. Keadaan Sosial
Pelaksanaan urusan sosial di Desa Jayamukti merupakakan salah satu agenda dan
faktor penting dan menyeluruh dari segi kemasyarakatan dan urusan sosial dapat
juga dikatakan sebagai urusan yang umum.
h. Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi Desa Jayamukti pada saat-saat ini ada peningkatan dibanding

tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena pihak yang berkepentingan
mencari terobosan untuk meningkatkan taraf ekonomi dan menciptakan lapangan
pekerjaan untuk ppara penduduk desa. Selain itu dengan dimanfaatkannya potensi
desa melalui program-program lembaga keuangan kecil seperti SPP Dana Raksa
Desa. Lembaga keuangan kecil tersebut bisa sedikit membantu dan mendorong
usaha kecil untuk bangkit melalui fasilitas permodalan. Dengan adanya lembaga
keuangan tersebut, warga desa Jayamukti merasa diringankan beban hidupnya.
i. Kondisi Pemerintahan Desa
Secara administrasi keadaan perangkat pemerintahan desa Jayamukti sesuai
dengan Kebutuhan Desa dan kemampuan keuangan desa yang mengacu kepada
Perda Tasikmalaya Nomor 06 Tahun 2009 Tentang Pedoman Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Pemerintahan Desa.

j. Pembagian Wilayah Desa
Secara administrasi, wilayah Desa Jayamukti, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten
Tasikmalaya terbagi 6 Kepunduhan, 7 Rukun Warga (RW), 21 Rukun Tetangga
(RT).

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESA JAYAMUKTI
KEPALA DESA : UHEN

SEKRETARIS DESA : MUHAIMIN (PNS)

KEPALA URUSAN PEMERINTAHAN : UCU SUSILAWATI

KEPALA URUSAN EKONOMI BANGUNAN : DARWAN HERMAWAN

KEPALA URUSAN UMUM : EDI JUNAEDI

KEPALA URUSAN KESEJAHTERAAN : ARIFIN

KEPALA DUSUN SINDANGJAYA : MUHIDIN

KEPALA DUSUN PASEH : ATANG

KEPALA DUSUN TONJONG : MA’MUR

KEPALA DUSUN LEUWIHALANG : JUMAEDIN

KEPALA DUSUN CIBENGANG : ATENG JAELANI
KEPALA DUSUN CIPANCUR : IDAY HIDAYAT

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
KETUA : H. SUTARDI

WAKIL KETUA : OMAY

SEKRETARIS : ENCENG SARIFHIDAYATULOH

ANGGOTA :





AHMAD LALAN
WAHYUDIN
ABDUL JAMIL
ADENG

Pembangunan yang sudah dilaksanakan dan yang sedang dilaksanakan sebagai berikut :
1. Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan di Kampung Sindangjaya ± 100 m.
Sumber Biaya dari dari ADD dibantu dengan swadaya masyarakat tahun 2013.
2. Pemeliharaan Jalan Desa sepanjang 5 km mulai dari Kampung Sindangjaya s/d
batas Cikawung. Dikerjakan melalui swadaya masyarakat murni dengan bentuk
gotong royong.
3. Kegiatan Pembangunan MCK Dusun Paseh. Sumber biaya dariADD dibantu
dengan swadaya masyarakat.

4. Pembuatan Jalan Setapak di Dusun Tonjong sepanjang 500 m sumber biaya
dari Alokasi Dana Desa (ADD) tahun 2010 dibantu denga swadaya masyarakat
setempat.
5. Pembangunan Sarana Peribadatan Mesjid Jami Kampung Tonjong. Sumber
Dana dari swadaya masyarakat tahun 2014.
6. PJU lima buah dari APBD tahun 2014.
7. Bantuan modal UKM dari APBD Provinsi 2015
8. Bantuan Modal Simpan Pinjam TPK/SPP dari Program PNPM Mandiri tahun
2014.

BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, cukup jelas bahwa implementasi UU Nomor 6 Tahun
2014 dan UU Nomor 32 Tahun 2004 sangat berperan dalam pembangunan berbagai
aspek di pedesaan. Hampir semua lapisannya sangat berperan dalam mendukung
tercapainya pembangunan di masyarakat desa. Tidak kalah penting peran dari para
perangkat desa yang menjadi motor penggerak pembangunan desa. Karna segala
pelaksanaan pembangunan desa merupakan tanggung jawab para perangkat desa tersebut.
Walaupun masih banyak ditemukan ketidakefektifan dalam implementasinya, namun
UU Desa sudah cukup memberikan kontribusi yang positif bagi kemajuan desa tersebut.
Terlepas dari semua itu, peran masyarakat desalah yang menentukan kemana arah
pembangunan desa tersebut. Apakah itu kearah yang baik ataupun sebaliknya. Oleh karna
itu, kita sebagai mahasiswa, kaum intelektual muda harus menjadi garda terdepan dalam
mengawasi, mengkritik dan turut serta membantu lancarnya pembangunan desa masingmasing.
Demikianlah pemaparan saya tentang makalah ini. Apabila ada kekurangan mohon
untuk dimaklumi dan kiranya diberikan kritik yang berguna untuk semakin
menyempurnakan isi makalah ini. Terima kasih.