Uji kadar kalium iodat dan air dalam garam briket yang beredar di pasar-pasar tradisional di Kota Yogyakarta - USD Repository

  

UJI KADAR KALIUM IODAT DAN AIR DALAM GARAM BRIKET YANG

BEREDAR DI PASAR-PASAR TRADISIONAL DI KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Elly Yunia Kartika Dewi

  

NIM : 018114134

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2009

  Ketika kumohon kepada Allah kekuatan Allah memberikan kesulitan agar aku menjadi kuat, Ketika kumohon kepada Allah kebijaksanaan Allah memberikan masalah untukku pecahkan Ketika kumohon kepada Allah kesejahteraan Allah memberi akal untuk berpikir Ketika kumohon kepada Allah keberanian Allah memberiku kondisi bahaya untuk kuatasi Ketika kumohon kepada Allah sebuah cinta Allah memberiku orang-orang bermasalah untuk kutolong Ketika kumohon kepada Allah bantuan Allah memberiku kesempatan Aku tak pernah menerima apa yang kupinta Tetapi aku menerima segala yang kubutuhkan dan Kini doaku terjawab sudah (Terjemahan bebas dari: History Prayer)

Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

Ia mendapatkan pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa

(dari kejahatan) yang dikerjakannya.

  (QS. Al Baqoroh: 286)

  Dengan penuh rasa syukur Kupersembahkan skripsi ini untuk:

  Papa dan Mamaku Kakak-kakakku tersayang:

  Mas Noy, Mas Ozy, Mbak Ita, dan Mbak Letty & keponakanku yang cantik Nabila

  Almamater yang kuhormati

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 1 Agustus 2009 Penulis

  Elly Yunia Kartika Dewi

  

INTISARI

  Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) masih merupakan salah satu masalah gizi utama yang belum dapat ditanggulangi hingga saat ini. Salah satu upaya penanggulangan GAKI adalah iodisasi garam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata kadar kalium iodat (KIO 3 ) dan air dalam sampel garam briket yang beredar di pasar-pasar tradisional di kota Yogyakarta; dan kesesuaian hasil penelitian dengan SNI. Dalam SNI No. 01-3556-2000 tentang garam beriodium mencantumkan bahwa kadar iodium adalah minimal 30 ppm KIO 3 dan kadar air maksimal 7%. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental menggunakan metode titrasi iodometri dan Karl Fischer. Hasil penelitian menunjukkan kadar rata-rata KIO 3 dalam sampel merk RM, KN, GDD, NN dan KS adalah 15,586 ppm, 4,96 ppm, 7,964 ppm, 36,059 ppm dan 33,406 ppm; 3 merk sampel tidak sesuai dan 2 merk sampel sesuai dengan persyaratan SNI; hasil rata-rata kadar air dalam sampel merk RM, KN, GDD, NN dan KS adalah 4,556%, 3,230%, 4,614%, 3,508% dan 2,824%; semua merk sampel sesuai dengan persyaratan SNI.

  Kata kunci: kadar kalium iodat, kadar air, garam briket

  

ABSTRACT

  Iodine deficiency disorders (IDD) is one of main nutrition problems which cannot be overcome until now. One of efforts to overcome IDD is salt iodinenization. This research want to know the potassium iodate and water mean measure in bricket salt which sold in traditional markets in Yogyakarta City; conformity of research result with INS. In Indonesian National Standard (INS) Number 01-3556-2000 about iodine salt, mention that iodine measure is minimum 30 ppm KIO 3 and water measure is maximum 7%. This research is a non experimental by using iodometry titration and Karl

  Fischer methods. The potassium iodate mean measure in sample RM, KN, GDD, NN dan KS trademark was 15,586 ppm, 4,96 ppm, 7,964 ppm, 36,059 ppm dan 33,406 ppm; three samples trademark was not conform and two samples trademark was conform with INS; water mean measure in sample RM, KN, GDD, NN dan KS trademark was 4,556%, 3,230%, 4,614%, 3,508% dan 2,824%; all the sample trademark was conform with INS.

  Key words: potassium iodate measure, water measure, bricket salt

  

PRAKATA

  Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia yang selalu dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Uji Kadar Kalium Iodat Dan Air Dalam Garam Briket Yang

  

Beredar Di Pasar-Pasar Tradisional Di Kota Yogyakarta. Skripsi ini disusun guna

  memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi Program Studi Ilmu Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  Skripsi ini dapat selesai atas dukungan, doa dan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Rita Suhadi, M.Si., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma..

  2. Dra. M.M. Yetty Tjandrawati M.Si., selaku dosen pembimbing, atas segala kesabaran dalam memberi pengarahan dan bimbingan untuk menyelesaikan skripsi ini.

  3. Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas saran dan kritik yang membangun bagi penulis.

  4. Lucia Wiwid wijayanti, M.Si., selaku dosen penguji atas saran dan kritik yang membangun bagi penulis.

  5. Drs. P. Sunu Hardiyanta, S.J., M.Sc., atas saran selama penyusunan skripsi ini serta bahan-bahan yang mendukung dalam penulisan.

  6. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingannya selama penulis menyelesaikan studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  7. Semua bapak/ibu dosen, atas ilmu yang telah diberikan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Farmasi Universitas sanata Dharma.

  8. Pak Prapto, Mas Kunto, Mas Parlan, dan Mas Parjiman yang selalu membantu dan menemani saat penelitian.

  9. Mas Narto, Pak Mukmin, dan Mas Dwi di Sekretariat Fakultas Farmasi Universitas sanata Dharma, terima kasih atas bantuan dan informasi yang diberikan.

  10. Sahabatku Bora, Adhe, dan Prasojo atas pertemanan, keceriaan, dan canda-tawa yang telah kita lalui bersama selama ini.

  11. Ririn dan Irawan yang membantu dan menemani ngetik. Thank U guys.

  12. Teman-teman Farmasi angkatan 2001 kelas C dan teman-teman praktikum kelompok F atas kebersamaan dan suka duka selama di Sanata Dharma.

  13. semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Dalam kesempatan ini, penulis juga memohon maaf kepada semua pihak atas kekurangan dan kesalahan yang mungkin dilakukan penulis. Oleh karena itu dengan rendah hati penulis mengharapkan masukan, saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada khususnya dan semua pihak yang membutuhkan.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………………… ii

  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………. iii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………..… iv HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….. v

  PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………….. vi

  INTISARI……………………………………………………………….... vii

  

ABSTRACT………………………………………………………….......... viii

  PRAKATA………………………………………………………….......... ix DAFTAR ISI………………………………………………….................. xi DAFTAR TABEL……………………………………………………...... xiv

  DAFTAR GAMBAR……………………………………………………. xv DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….. xvi

  BAB I PENGANTAR…………………………………………………….. 1 A. Latar Belakang………………………………………………...... 1

  1. Permasalahan……………………………………………… 2

  2. Keaslian penelitian……………………………………….... 2

  3. Manfaat penelitian………………………………………..... 3

  B. Tujuan Penelitian……………………………………………..... 3

  BAB II PENELAAHAN PUSTAKA…………………………………….. 5 A. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)………………… 5

  1. Pengertian GAKI………………………………………….. 5

  4. Pengukuran kandungan iodium garam………………….… 10

  F. Keterangan Empiris……………………………………………... 22

  2. Presisi…………………...…………………………….......... 34

  1. Akurasi……………………………………………………... 21

  E. Validasi Metode……………………………………………......... 17

  2. Uji kadar air menggunakan metode karl fisher……………. 15

  1. Uji kadar kalium iodat menggunakan metode titrasi iodometri 12

  D. Titrimetri………………………………………………………… 11

  3. Syarat mutu garam konsumsi beriodium………………….. 10

  2. Prevalensi GAKI………………………………………...… 5

  2. Peraturan perundang-undangan……………………………. 9

  1. Definisi garam beriodium………………………………….. 9

  C. Garam Beriodium………………………………………………... 9

  3. Penilaian status iodium……………………………………... 8

  2. Sumber iodium……………………………………………... 7

  1. Definisi iodium…………………………………………….. 6

  B. Iodium…………………………………………………………… 6

  3. Upaya penanggulangan GAKI…………………………….. 6

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………….. 23 A. Jenis dan Rancangan Penelitian………………………………… 23 B. Definisi Operasional……………………………………………. 23 C. Subjek dan Tempat Pengambilan Sampel Penelitian…………... 24

  D. Tempat Penelitian……………………………………………… 24

  E. Teknik Sampling………………………………………………... 24

  F. Validasi Metode……………………………………………….... 25

  G. Bahan Penelitian……………………………………………....... 25

  H. Alat Penelitian………………………………………………...... 25

  I. Tata Cara Penelitian……………………………………………... 26

  1. Penggerusan sampel……………………………………….. 26

  2. Penetapan kadar air dalam sampel…………………............ 26

  3. Preparasi pereaksi……………………………..………....... 28

  4. Penetapan kadar kalium iodat dalam sampel……………… 30 J. Analisis Data Penelitian………………………………………...... 32

  BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………….. 33 A. Pemilihan Sampel……………………………………………..... 33 B. Hasil Penelitian………………………………………………..... 33

  1. Hasil penetapan kadar kalium iodat………………………... 33

  2. Hasil penetapan kadar air …………………………….......... 34

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………... 36 A. Kesimpulan…………………………………………………….. 36 B. Saran…………………………………………………………... . 36 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 37 LAMPIRAN……………………………………………………………… 40 BIOGRAFI PENULIS…………………………………………………… 52

  DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel 1. Kriteria prevalensi GAKI……………………………………....... 5

  Tabel 2. Angka kecukupan gizi untuk iodium…………………………...... 7 Tabel 3. Rata-rata kandungan iodium dalam bahan makanan…………….. 7 Tabel 4. Penilaian status iodium…………………………………………... 8 Tabel 5. Syarat mutu garam konsumsi beriodium………………………… 10

  Tabel 6. Persen recovery kalium iodat.………………………………........ 21 Tabel 7. Hasil coefficient of variation kalium iodat…………….. ……….. 22

  Tabel 8. Hasil penetapan kadar kalium iodat…………….. ……………..... 33 Tabel 9. Hasil penetapan kadar air………………………………………… 35

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar 1. Struktur T 3 dan T 4 …………......................................................... 6

  Gambar 2. Struktur amilosa………………………………………………… 14 Gambar 3. Struktur skematik kompleks iodium-kanji……………………… 15

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1. Distribusi merk dagang garam briket……………………….. 40

  Lampiran 2. Data penetapan kadar air……………………………………. 41 Lampiran 3. Data penetapan kadar iodium……………………………...... 45 Lampiran 4. Peraturan perundang-undangan……………………………... 49

  Lampiran 5. Surat izin PKL di BPOM……………………………............. 51

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Di Indonesia, ada 4 masalah gizi utama yang belum dapat ditanggulangi dalam

  pembangunan jangka panjang pertama sampai kini, yaitu masih tingginya prevalensi penderita kekurangan kalori protein (KKP), anemia gizi besi (AGB), kekurangan vitamin A, dan gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) (Anonim, 2002).

  GAKI merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius mengingat dampaknya sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Diperkirakan 140 juta IQ point (angka kecerdasan) hilang akibat kekurangan zat iodium, karena 42 juta penduduk hidup di daerah endemik, 10 juta diantaranya menderita gondok, 290.000 bayi menderita kretin dan 3,5 juta penduduk menderita GAKI lain di daerah-daerah tersebut (Djokomoeljanto, 2002).

  Cara paling sederhana dan mudah dalam mencegah masalah GAKI adalah menggunakan garam beriodium, yaitu garam konsumsi yang komponen utamanya natrium klorida (NaCl) dan mengandung senyawa iodium melalui proses iodisasi. Alasannya garam merupakan media yang paling baik untuk mengikat iodium dan garam merupakan bahan makanan yang dikonsumsi semua orang tiap hari sehingga menjamin asupan iodium sesuai dengan yang diharapkan (Anonim, 2005a).

  Permasalahan yang berkaitan dengan program iodisasi garam terutama adalah kontinyuitas ketersediaan garam beriodium dengan kadar yang memenuhi syarat SNI 01-3556-2000 yaitu minimal 30 ppm iodium sebagai kalium iodat (KIO 3 ),

  2 suatu jumlah yang telah terbukti (oleh WHO) cukup untuk mempertahankan fungsi normal kelenjar tiroid dan kadar air maksimal 7%, agar massa garam (padat) mejadi larut dan iodium menguap ke udara. Berdasarkan survey garam beriodium tahun 2000 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), persentase garam rumah tangga di tingkat propinsi khususnya Yogyakarta, yang mengkonsumsi garam tidak beriodium ada 8,9%; garam tidak cukup iodium 21,9%; dan yang cukup iodium sebesar 69,2%; sehingga dapat diketahui masih banyak masyarakat Yogyakarta lebih dari 30% belum mengkonsumsi garam cukup iodium (Anonim, 2000b).

  Terdapat 3 bentuk garam yang biasa dikonsumsi oleh rumah tangga yaitu garam halus, garam curai/krosok, dan garam bata (briket). Garam bata atau briket lebih banyak dikonsumsi di Propinsi Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Sulawesi Tengah (Anonim, 2000a).

1. Rumusan Masalah.

  Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan:

  a. Berapakah kadar rata-rata kalium iodat dan air yang terkandung dalam garam briket yang beredar di pasar-pasar tradisional (pasar Demangan, Kranggan, Pingit, Karangwaru, Legi, Gading, Condro, Sentul, Ngasem, Bringharjo, Giwangan, dan Lempuyangan) di Kota Yogyakarta yang menjadi sampel pada penelitian ini?

  b. Apakah kadar kalium iodat dan air sampel sudah sesuai dengan persyaratan SNI 01-3556-2000? 2. Keaslian Penelitian.

  Sejauh yang diketahui peneliti, BPOM dalam “Laporan Monitoring Mutu Garam Beriodium di DIY tahun 2000” telah melakukan pengujian kadar iodium, tetapi

  3 sejak tahun 2000 belum pernah dilakukan lagi hingga sekarang. Perbedaan dengan penelitian tentang “Uji kadar kalium iodat dan air dalam garam briket yang beredar di pasar-pasar tradisional di Kota Yogyakarta” yang dilakukan peneliti adalah tahun penelitian BPOM tahun 2000, peneliti tahun 2008; lokasi penelitian BPOM pasar yang ada di Propinsi DIY dan beberapa Propinsi lain di Indonesia, peneliti hanya beberapa pasar tradisional di Kota Yogyakarta; subjek penelitian BPOM 3 macam garam (halus, krosok, dan bata/briket), peneliti hanya dikhususkan garam bata/briket saja; tetapi metode pengukuran kadar iodium sebagai kalium iodat (KIO 3 ) yang digunakan sama, yaitu metode titrasi iodometri dan Karl Fischer.

3. Manfaat Penelitian.

  a. Teoritis: data yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai acuan/informasi bagi pihak-pihak yang terkait berkenaan dengan mutu garam briket sesuai dengan persyaratan yang berlaku sehingga konsumen tidak dirugikan dan GAKI pada masyarakat dapat ditanggulangi.

  b. Praktis: penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang kadar kalium iodat dan air pada garam briket yang beredar di pasar-pasar tradisional Kota Yogyakarta.

B. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui kadar rata-rata kalium iodat dan air yang terkandung dalam garam briket yang beredar di pasar-pasar tradisional (pasar Demangan, Kranggan, Pingit, Karangwaru, Legi, Gading, Condro, Sentul, Ngasem, Bringharjo,

  4 Giwangan, dan Lempuyangan) di Kota Yogyakarta yang menjadi sampel pada penelitian ini.

  2. Untuk mengetahui apakah kadar kalium iodat dan air sampel sudah sesuai dengan persyaratan SNI 01-3556-2000.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)

  <5,0 ≥100

  Keterangan: 0 = tidak ada; + = ringan; ++ = sedang; +++ = sangat berat; G = goiter; H = hipotiroidisme; K = kretin; TGR = Total Goiter Rate; UIE = rata-rata kadar urin (Arisman, 2003).

  Derajat III [Berat]

  20-49 Sedang Segera Garam beriodium 30-40 ppm; kapsul minyak beriodium

  20,0- 29,9

  Derajat II [Sedang]

  Iodisasi garam; Perbaikan ekonomi

  19,9 50-99 Ringan Penting

  [ringan]

  Normal - - Derajat I

  Derajat 0 [Normal]

  1. Pengertian GAKI

  Metode Penanggulangan

  Prioritas Koreksi

  Prevalensi GAKI

  UIE (µg/L)

  G H K TGR (%)

  Gambaran Klinis Indikator Keparahan

  

Tabel I. Kriteria prevalensi GAKI

  Prevalensi GAKI secara umum dikelompokkan menjadi tiga yaitu ringan, sedang, dan berat.

  2. Prevalensi GAKI

  GAKI adalah sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh seseorang kekurangan unsur iodium secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama. Istilah GAKI digunakan mencakup bukan hanya pembesaran kelenjar gondok saja tetapi semua akibat kekurangan iodium terhadap pertumbuhan dan perkembangan yang dapat dicegah dari penanggulangan kekurangan iodium (Djokomoeljanto, 2002).

  • 5,0-
    • ≥30,0 <20 Berat Kritis Kapsul minyak beriodium

3. Upaya penanggulangan GAKI di Indonesia

  (1) upaya jangka panjang : iodisasi garam, peningkatan konsumsi aneka ragam bahan pangan yang bersumber dari laut, dengan melakukan penyuluhan gizi yang seimbang; (2) upaya jangka pendek : suplementasi iodium dan distribusi kapsul minyak beriodium pada daerah endemik sedang dan berat (TGR >20%), misalnya ‘yodiol’ produksi Kimia Farma (Anonim, 2005a).

B. Iodium

1. Definisi Iodium

  Iodium adalah zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh manusia untuk membentuk hormon tiroksin yang berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kecerdasan. Iodium merupakan mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang relatif sangat kecil, jumlahnya sekitar 15-20 mg. Iodium merupakan unsur pokok dari hormon tiroid: tiroksin (3,5,3’,5’–tetraiodotironin atau T

  4 ) dan (3,5,3’– triiodotironin atau T ).

3 I

  I I

  I H H H H

HO O C C COOH HO O C C COOH

H NH 2 H NH 2 I

  I I

  3,5,3’–triiodotironin atau T

  3 3,5,3’,5’–tetraiodotironin atau T 4 atau tiroksin

Gambar 1. Struktur T dan T (Arisman, 2003)

  

3

  4 Untuk kebutuhan orang Indonesia berdasarkan hasil Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (1998), Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk iodium yang dianjurkan sebagai berikut:

  

Tabel II. Angka kecukupan gizi untuk iodium

Kisaran Umur Asupan (µg/hari) Bayi (0-12 bulan) 50-70

  Balita & anak 70-120 sekolah (1-12 tahun) Remaja & dewasa 150

  Ibu hamil 175-200 Ibu menyusui 200

  (Almatsier, 2002)

2. Sumber Iodium

  Di alam iodium terdapat dalam kerak bumi dengan kandungan yang tidak merata di berbagai tempat karena terkikis oleh hujan dari permukaan tanah dan dibawa menuju laut oleh sungai. Iodium akan menguap dari air laut dan terkonsentrasi dalam hujan dan jatuh kembali ke bumi yang sebagian langsung masuk sungai dan kembali ke laut. Air hujan yang jatuh ke tanah akan menambah kandungan iodium dalam tanah tersebut, namun air hujan juga dapat mengikis permukaan tanah terutama tanah yang miring landai sehingga tanah tersebut akan kehilangan iodium, misalnya daerah pegunungan. Biasanya gangguan akibat kurang iodium akan banyak terjadi pada daerah ini (Hetzel, 1996).

  Perbedaan tanah dengan kadar iodium yang berbeda-beda, pupuk dan lingkungan menyebabkan kandungan iodium dalam bahan makanan sangat bervariasi. Sumber bahan makanan yang berasal dari laut merupakan sumber iodium yang terbaik.

  

Tabel III. Rata-rata kandungan iodium dalam bahan makanan

Berat Basah (µg/L iodium/g) Berat Kering (µg/L iodium/g) Bahan Makanan

  Rata-rata Kisaran Rata-rata Kisaran Ikan laut 30 17-40 116 68-194 Ikan air tawar 832 163-3168 3715 417-4591

  Kerang 798 308-1300 3866 1292-4987 50 27-97

  • Daging
Berat Basah (µg/L iodium/g) Berat Kering (µg/L iodium/g) Bahan Makanan Rata-rata Kisaran Rata-rata Kisaran Serealia

  47 22-72 65 34-92 Buah-buahan 18 10-29 154 62-277 Kacang-kacangam 30 23-36 234 223-245 Sayuran 29 12-201 385 304-636

  (Anonim, 1996)

3. Penilaian status iodium

  Penilaian status iodium digunakan untuk menilai kecukupan asupan iodium dalam tubuh. Kecukupan iodium tubuh dinilai dari iodium yang masuk lewat makanan, sebab tubuh manusia tidak dapat mensintesa iodium. Karena yang dibutuhkan sangat sedikit (dalam ukuran mikro) dan iodium dalam makanan susah untuk diperiksa, maka sebagai indikator kecukupan iodium diperiksa berdasarkan ekskresi iodium dalam urin (Urinary Iodine Excretion/UIE), karena metode ini sangat sensitif kepada perubahan paling akhir dalam hal konsumsi iodium (Anonim ,2001). Kelebihan iodium dalam tubuh terutama dikeluarkan melalui urin dan sedikit melalui feses yang berasal dari cairan empedu. Ekskresi iodium urin dianggap menggambarkan masukan iodium, karena lebih dari 90% iodium diekskresi lewat urin (Dunn, 2002).

  

Tabel IV. Penilaian status iodium

Rata-rata kadar urin (µg/L)

  Asupan Iodium Status Iodium <20 Tidak cukup Kurang iodium berat 20-49 Tidak cukup Kurang iodium sedang 50-99 Tidak cukup Kurang iodium ringan

  100-199 Cukup Optimal 200-200 Lebih dari cukup Risiko hipertiroidisme yang diimbas iodium pada 5-10 tahun ke depan setelah suplementasi garam beriodium bagi golongan rentan

  >300 Berlebihan Risiko hipertiroidisme diimbas iodium dan penyakit tiroid autoimun

  (Anonim, 2001)

C. Garam Beriodium

  1. Definisi garam beriodium

  Garam beriodium adalah garam konsumsi yang komponen utamanya adalah natrium klorida (NaCl) dan mengandung senyawa iodium melalui proses iodisasi serta memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3556-2000 dan/atau revisinya (Anonim, 2005b).

  2. Peraturan perundang-undangan

  Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain Undang-Undang RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan. Dalam undang-undang ini khususnya pasal 21 ayat (3) mencantumkan bahwa makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan atau membahayakan kesehatan dilarang untuk diedarkan dan disita untuk dimusnahkan. Jika melanggarnya maka akan dikenakan pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak tiga ratus juta rupiah (Anonim, 1992).

  Undang-Undang RI No.8 tahun 1999 pasal 4 tentang perlindungan konsumen mencantumkan bahwa masyarakat sebagai konsumen memiliki hak atas kenyamanan, keamanan, keselamatan serta perlindungan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa, maka sesuai pasal 8 ayat (1a) pemerintah mengatur bahwa pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan persyaratan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  Sanksi bagi pelaku usaha yang melanggar ketentuan tersebut, seperti tercantum dalam

  pasal 62 ayat (1) dapat dipidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak dua miliar rupiah (Anonim, 1999).

3. Syarat mutu garam konsumsi beriodium

3 Iodium dihitung sebagai kalium iodat (KIO

  • mg/kg mg/kg mg/kg
  • maks. 10 maks. 10 maks. 0,1

  4.2

  1) Kualitatif: Cara uji dengan rapid test dengan larutan iodine test, dengan kesimpulan “ada” iodiumnya bila warna keunguan timbul setelah ditetesi, dan “tidak ada” iodiumnya bila warna garam tidak ada perubahan setelah ditetesi dengan iodine test.

  Analisa kandungan iodium dalam garam dapat dilakukan dengan pengujian secara kualitatif dan/atau kuantitatif.

  5 Arsen (As) mg/kg maks. 0,1 Keterangan: b/b = bobot/bobot (Anonim, 2005b)

  4.3 Cemaran logam: Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Raksa (Hg)

  4.1

  Berdasarkan Keputusan Presiden No. 69 tahun 1994 pasal 1 tentang pengadaan garam beriodium, disebutkan bahwa garam yang dapat diperdagangkan untuk keperluan konsumsi manusia adalah garam beriodium yang telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) (Anonim, 1994a). Menurut SNI 01-3556-2000 menyebutkan bahwa kadar iodium untuk konsumsi manusia adalah minimal 30 ppm (mg/kg) sebagai kalium iodat (KIO 3 ) dan kadar air maksimal 7% (Anonim, 2000c).

  4

  3 ) mg/kg min. 30

  2 Kadar NaCl (natrium klorida) dihitung dari jumlah klorida %(b/b) min. 94,7

  1 Kadar air (H 2 O) %(b/b) maks. 7

  

Tabel V. Syarat mutu garam konsumsi beriodium

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

  3 ), sesuai sifatnya yang lebih stabil-tidak mudah terurai melepas iodiumnya.

  Di Indonesia, bahan kimia untuk iodisasi yang umum digunakan adalah kalium iodat (KIO

4. Pengukuran kandungan iodium garam

  2) Kuantitatif: Hal ini dilakukan dengan cara titrasi, menggunakan metode iodometri (Marihati, 2006).

D. Titrimetri

  Pada dasarnya cara titrimetri ini terdiri dari pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang akan ditentukan.

  Larutan pereaksi itu biasanya diketahui kepekatannya dengan pasti, dan disebut titran atau larutan baku atau larutan standar. Larutan standar biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret. Proses penambahan larutan standar ke dalam larutan zat yang akan ditetapkan disebut titrasi, sampai tercapai titik kesetaraan (ekuivalen) atau titik-akhir teoritis (titik-akhir stoikiometri). Jumlah volume larutan standar yang terpakai untuk mencapai titik kesetaraan ini disebut volume kesetaraan. Titik kesetaraan adalah titik pada saat pereaksi dan zat yang ditentukan bereaksi tepat lengkap secara stoikiometri. Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat disalah-lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal dengan sebagai indikator. Setelah reaksi antara zat yang ditetapkan dan larutan standar praktis lengkap, indikator harus memberi perubahan visual yang jelas (entah suatu perubahan warna atau pembentukan kekeruhan), dalam cairan yang dititrasi. Titik saat terjadinya hal ini dalam proses titrasi disebut titik akhir titrasi. Pada titrasi yang ideal, titik akhir yang terlihat, akan terjadi berbarengan dengan titik-akhir stoikiometri atau teoritis. Namun, dalam praktek, biasanya akan terjadi perbedaan yang sangat sedikit; ini merupakan sesatan

  (error) titrasi (Vogel, 1994). Dengan mengetahui volume kesetaraan, kadar pentiter, faktor stoikiometri, maka zat yang akan ditentukan dapat dihitung dengan mudah.

1. Uji kadar kalium iodat menggunakan metode titrasi iodometri

  Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar kalium iodat dalam garam konsumsi (kuantitatif) menggunakan titrasi iodometri. Reaksi kimia yang terjadi merupakan titrasi oksidasi-reduksi (redoks), yaitu reaksi yang didasarkan pada proses perpindahan elektron antara zat pengoksidasi dan zat pereduksi. Kalium iodat merupakan zat pengoksid. Reaksi antara kalium iodat dan zat pereduksi seperti ion iodida (dari kalium iodida) dalam larutan yang asam (dari asam klorida), akan berhenti pada tahap ketika iodat direduksi menjadi iodin. Iodin yang terbentuk akan direduksi menjadi iodida oleh larutan standar natrium tiosulfat, dimana tiosulfat menjadi tetrationat (Vogel,1994).

  KIO + 5KI + 6HCl + 3H O atau

  3 → 6KCl + 3I

  2

  2

  • IO

  3 2 + 3H

2 O (1)

  ‾ + 5I‾ + 6H → 3I

  2Na

  2 S

  2 O 3 + I

  2

  2 S

  4 O 6 atau

  → 2NaI + Na

  2

  2 I + 2S O O

  2

  2 3 ‾ → 2I‾ + S

  4 6 ‾ (Day dan Underwood, 1996) (2)

  Larutan standar sekunder natrium tiosulfat pentahidrat (Na

  

2 S

  2 O 3 .5H

  2 O) mudah

  diperoleh dalam keadaan murni yang tinggi, tetapi selalu ada sedikit ketidakpastian akan kandungan air yang setepatnya, karena itu zat ini tidak sesuai sebagai standar primer dan merupakan zat pereduksi berdasarkan reaksi setengah sel:

  2

  2

  2S O O (3)

  2 3 ‾ → S

  4 6 ‾ + 2e

  Dimana ekuivalen dari natrium tiosulfat pentahidrat (Na

  2 S

  2 O 3 .5H

  2 O) adalah 1 mol atau 248,18 bobot molekul. Penggunaan air suling biasa, biasanya mengandung karbon dioksida berlebih; ini dapat menyebabkan terjadinya penguraian lambat yang disertai pembentukan belerang:

  • 2

  S

2 O

  3

  3

  ‾ + H → HSO ‾ + S (4) Terlebih lagi, penguraian dapat juga disebabkan oleh kerja bakteri (misal, Thiobacillus

  

thioparus), terutama jika larutan telah didiamkan beberapa lama dan terkena sinar

  matahari. Karena alasan-alasan ini, dianjurkan sebagai berikut :

  a) Siapkan larutan dengan air suling yang baru saja dididihkan (air bebas karbon dioksida).

  b) Tambahkan 3 tetes kloroform atau 10 mg merkurium (II) iodida per liter; senyawa-senyawa ini memperbaiki daya tahan larutan.

  c) Hindarkan singkapan terhadap cahaya, karena ia cenderung mempercepat penguraian (Vogel, 1994).

  Kalium bikromat (K

2 Cr

  2 O 7 ), merupakan zat pengoksid yang digunakan sebagai

  standar primer untuk larutan natrium tiosulfat. Keuntungannya adalah tidak mahal, sangat stabil baik dalam bentuk padat ataupun larutan, stabil sampai titik leburnya dan dapat diperoleh dalam bentuk yang cukup murni untuk menyiapkan kelarutan standar dengan penimbangan (Day dan Underwood, 1996). Kelemahannya ekuivalen-gram yang relatif

  3+

  kecil dan pembentukan ion Cr , yang membuat determinasi titik ekivalensi susah dilakukan karena warnanya yang hijau dalam reaksi. Pemecahannya yaitu larutan ditambahkan air sebelum dititrasi agar warnanya melemah.

  Dalam larutan asam, iodida dioksidasi menjadi iodin, reduksi kalium bikromat dapat dinyatakan sebagai berikut :

  2 3+ +

  Cr

  2 O 7 + 3I 2 + 7H

  2 O (5)

  ‾ + 6I‾ + 14H → 2Cr

  2

  2 I 2 + 2S

  2 O 3 ¯

  4 O 6 ¯ (Day dan Underwood, 1996) (6)

  → 2I¯ + S Dimana ekuivalen dari kalium bikromat (K Cr O ,) adalah seperenam mol atau 294,18/6

  2

  2

  7 atau 49,030 bobot molekul.

  Dalam air panas, butiran kanji pecah dan membentuk dispersi koloid dari β- amilosa yang dapat larut, dan harus dipisahkan dengan pemanasan dari α-amilosa, amilopektin yang tidak larut. Interaksi iodium dengan koloid β-amilosa menghasilkan warna biru intensif yang disebabkan oleh terbentuknya suatu senyawa dalam dari amilosa-amilum dan atom iod. Fraksi amilosa-amilum mempunyai rantai berbentuk spiral/helikal (Gambar 2 dan 3) dan dengan itu membentuk celah berbentuk saluran.

  Dalam saluran ini terdapat suatu rantai iod linier. Warna biru disebabkan oleh ketujuh electron luar atom iod yang mudah bergerak. Perubahan warna ini reversibel, warna ini akan hilang saat iodium direduksi dengan natrium tiosulfat (Roth dan Blaschke, 1994).

   Gambar 2. Struktur amilosa

  Gambar 3. Struktur skematik kompleks iodium-kanji

  Keunggulan kanji yang utama adalah bahwa harganya murah. Keburukan kanji antara lain: (1) bersifat tak dapat larut dalam air dingin; (2) ketidakstabilan suspensinya dalam air; (3) dengan iod memberi suatu kompleks yang tak dapat larut dalam air, sehingga kanji tidak boleh ditambahkan sampai tepat sebelum titik akhir (saat warna kuning mulai memudar), jika larutan kanji ditambahkan ketika konsentrasi iod tinggi, sedikit iod akan tetap teradsorpsi bahan bahkan pada titik akhir sekalipun dan menyebabkan pembacaan yang salah pada titik akhir titrasi (Vogel, 1994).

2. Uji kadar air menggunakan metode karl fischer

  Penetapan kadar air dalam kuantitas kecil dilakukan dengan metode titrimetri, menggunakan reagensia Karl Fischer. Prinsip penetapan adalah reaksi kuantitatif antara belerang dioksida pada larutan iodin dalam suatu campuran piridina anhidrat dan metanol anhidrat (dapar) yang bereaksi dengan ion hidrogen dari air dalam dua tahap (Vogel, 1994) : Tahap I :

  • + +

  3C H N + SO + I + H O H N HI¯ + C H N SO ¯ (7)

  5

  5

  2

  2 2 → 2C

  5

  5

  5

  5

  3

  piridin piridinum iodida piridin sulfur trioksida Tahap II :

  • C H N SO ¯ + CH OH H N + HOSO OCH (8)

  5

  5

  3 3 → C

  5

  5

  

2

  3

  metanol metil sulfat Pereaksi yang digunakan adalah Karl Fischer yang terdiri dari 2 bagian yaitu solven (Karl Fischer A) yang terdiri dari metanol, piridin, dan belerang dioksida. Titran

  (Karl Fischer B) yang terdiri dari iodin dan metanol.

  Pada pereaksi Karl Fischer, iodin berfungsi sebagai oksidator dan belerang dioksida berfungsi sebagai reduktor sehingga reaksi yang berlangsung yaitu reduksi- oksidasi (redoks). Iodin tereduksi menjadi iodida, dengan adanya air maka iodida akan membentuk HI. Adanya iodida dalam larutan akan menaikkan arus sehingga beda