PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN

  i PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN

  Oleh: NI KOMANG APRILINA WIDI SUPUTRI NIM 061111059

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

  2015

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ii

  Lembar Pengesahan

  PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI

  HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN

  Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

  Sarjana Kedokteran Hewan Pada

  Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Oleh:

  Ni Komang Aprilina Widi Suputri 061111059

  Menyetujui Komisi Pembimbing

   (Ajik Azmijah, drh., S.U.) (Retno Bijanti, drh., M.S.)

  Pembimbing utama Pembimbing serta ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

iii PERNYATAAN

  Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi berjudul:

  PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN

  tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

  Surabaya, 10 Agustus 2015 Ni Komang Aprilina Widi Suputri

  NIM. 061111059

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

iv

  Telah dinilai pada Seminar Hasil Penelitian Tanggal: 8 Juli 2015

  KOMISI PENILAI SEMINAR HASIL PENELITIAN Ketua : Chairul Anwar, drh., M.S.

  

Dr. Tutik Juniastuti, drh., M.Kes.

  Sekertaris : Lianny Nangoi, drh., M.S. Anggota : Ajik Azmijah, drh., S.U. Pembimbing Utama : Retno Bijanti, drh., M.S. Pembimbing Serta :

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

v

  Telah diuji pada Tanggal: 7 Agustus 2015

  KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua : Chairul Anwar, drh., M.S.

  Dr. Tutik Juniastuti, drh., M.Kes.

  Anggota : Lianny Nangoi, drh., M.S.

  Ajik Azmijah, drh., S.U. Retno Bijanti, drh., M.S.

  Surabaya, 10 Agustus 2015 Fakultas Kedokteran Hewan

  Universitas Airlangga Dekan, Prof. Hj Romziah Sidik, Ph.D., drh.

  NIP. 195312161978062001

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

vi THE EFFECT OF GIVING SHALLOT EXTRACT (Allium ascalonicum L) TO HISTOPATHOLOGICAL FEATURE OF RAT (Rattus norvegicus) LIVER INDUCED BY ALLOXAN Ni Komang Aprilina Widi Suputri ABSTRACT

  This study was aimed to know the effect of giving shallot extract (Allium

  ascalonicum L

  ) to histopathological feature of rat (Rattus norvegicus) liver induced by alloxan. Alloxan were intraperitoneally injected 120 mg/KgBW (single dose). A total of twenty male wistar rats of three months old were used in study. The rats were devided into five groups. 1) negative control group (K-) treated by CMC Na 0.5 %, 2) positive control group (K+) treated by metformin 45 mg/KgBW as a standard drug, 3) extract of Allium ascalonicum 250 mg/KgBW (P1), 4) extract of Allium ascalonicum 500 mg/KgBW (P2), 5) extract of Allium

  ascalonicum

  750 mg/KgBW (P3). Rats were treated for 14 days. The data of this study were analyze by Kruskal Wallis Test, then it continued by Mann-Whitney Test. The result of this study is Allium ascalonicum can improve histopathological feature of rats liver incuced by alloxan.

  Keyword : Allium ascalonicum, alloxan, liver, Rattus norvegicus.

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

  Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas asung kerta wara nugraha Nya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Pemberian

  Ekstrak Bawang Merah (Allium ascalonicum L) Terhadap Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Yang Diinduksi Aloksan.

  Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada: Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Prof. Hj.

  Romziah Sidik, Ph.D., drh. Atas kesempatan untuk mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

  Ajik Azmijah, drh., S.U., selaku pembimbing pertama dan Retno Bijanti, drh., M.S., selaku pembimbing serta, atas saran dan bimbingannya baik tenaga, waktu, pikiran, doa, kesabaran dan perhatian untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

  Komisi penguji, Chairul Anwar, drh., M.S., selaku ketua penguji, Dr. Tutik Juniastuti, drh., M.Kes., selaku sekertaris penguji, dan Lianny Nangoi, drh., M.S., selaku anggota penguji, atas saran dan masukan yang telah diberikan.

  Retno Bijanti, drh., selaku dosen wali yang telah memberikan banyak motivasi dibidang akademis.

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

viii

  Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas wawasan ilmu yang diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

  Orang tua penulis, bapak I Wayan Widiadnya dan ibu Ni Ketut Parningsih, yang selalu memberikan cinta dan dukungan, terimakasih atas segala doa, cinta , perhatian, semangat, motivasi, yang tak ternilai oleh apapun. Terimakasih atas kasih sayang sepanjang masa kalian sehingga penulis mampu sampai ke titik ini.

  Teruntuk kakak Niluh Apriliyanti, kakak Ni Made Septina, adik Kadek Ramawan, keponakan yang paling lucu Sena dan Radha penulis ucapkan terimakasih atas segala doa, dukungan, canda, tawa yang selalu hadir dalam kebersamaan.

  Untuk orang yang special Made Mahaguna Putra yang selalu ada saat penulis membutuhkan bantuan dalam keadaan apapun, terima kasih atas segala doa, cinta dan motivasi yang sangat besar.

  Sahabat – sahabat Black dahlia yang tak henti-hentinya memotivasi penulis hingga di titik ini : Granita, Tanti, Wenika, Pipit, Yovita, Faulanni, Risky, Jimmy, Ghozi, dan Nimas. Teman-teman kelas A angkatan 2011, terima kasih untuk kalian semua yang selalu mendukung dan mendoakan saya. Angkatan 2011 dan seluruh teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan, doa, serta semangat yang tak terhingga.

  Terima kasih kepada Granita, Tanti, Wenika dan Asri, teman satu penelitian yang membantu penulis saat penelitian berlangsung hingga saat penelitian selesai.

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ix

  Terakhir penulis hendak menyapa setiap nama yang tidak dapat penulis cantumkan satu per satu, terima kasih atas doa yang senantiasa mengalir tanpa sepengetahuan penulis. Terima kasih sebanyak-banyaknya kepada orang yang turut bersuka cita atas keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini.

  Penulis sepenuhnya menyadari masih banyak terdapat kekurangan, mengingat terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karenanya, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

  Akhirnya penulis hanya mampu berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Salam sukses ! Surabaya, 10 Agustus 2015

  Penulis

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

x DAFTAR ISI

  Halaman

  HALAMAN PENGESAHAN

  ..................................................................... ii

  HALAMAN PERNYATAAN

  ..................................................................... iii

  HALAMAN IDENTITAS

  .......................................................................... iv

  ABSTRACT

  ................................................................................................. vi

  UCAPAN TERIMA KASIH

  ...................................................................... vii

  DAFTAR ISI

  ................................................................................................ x

  DAFTAR TABEL

  ....................................................................................... xii

  DAFTAR GAMBAR

  ................................................................................... xiii

  DAFTAR LAMPIRAN

  ............................................................................... xiv

  SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

  .................................................... xv

  BAB 1 PENDAHULUAN

  .......................................................................... 1

  1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

  1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 3

  1.3 Landasan Teori ......................................................................... 3

  1.4 Tujuan Penelitian .................................................................... 6

  1.5 Manfaat Penelitian .................................................................. 6

  1.6 Hipotesis .................................................................................. 6

  BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

  .................................................................. 7

  2.1 Tinjauan Tentang Bawang Merah ............................................ 7

  2.1.1 Klasifikasi dan morfologi bawang merah ....................... 7

  2.1.2 Manfaat bawang merah ................................................... 8

  2.2 Tinjauan Tentang Hiperglikemia ............................................. 9

  2.3 Tinjauan Tentang Diabetes Mellitus ........................................ 9

  2.3.1 Definisi diabetes mellitus ................................................ 9

  2.3.2 Klasifikasi diabetes mellitus ........................................... 10

  2.3.3 Gejala diabetes mellitus .................................................. 10

  2.3.4 Diagnosa diabetes mellitus.............................................. 11

  2.3.5 Terapi diabetes mellitus .................................................. 11

  2.4 Tinjauan Tentang Aloksan ....................................................... 12

  2.5 Tinjauan Tentang Metformin ................................................... 13

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

xi

  2.6 Tinjauan Organ Hepar .............................................................. 14

  2.6.1 Anatomi hepar ................................................................. 14

  2.6.2 Histologi hepar ................................................................ 14

  2.6.3 Fungsi hepar .................................................................... 16

  2.6.4 Patologi hepar ................................................................. 17

  2.7 Tinjauan Tentang Tikus Putih .................................................. 19

  BAB 3 MATERI DAN METODE

  ............................................................. 21

  3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 21

  3.2 Rancangan Penelitian ................................................................ 21

  3.3 Variabel penelitian .................................................................... .21

  3.4 Materi penelitian ....................................................................... .22

  3.4.1 Bahan penelitian .............................................................. 22

  3.4.2 Instrumen penelitian ......................................................... 22

  3.4.3 Populasi dan sampel ......................................................... 22

  3.5 Metode Penelitian ..................................................................... 23

  3.5.1 Persiapan hewan coba ...................................................... 23

  3.5.2 Pembuatan ekstrak bawang merah ................................... 24

  3.5.3 Penetapan dosis ekstrak bawang merah ........................... 24

  3.5.4 Penetapan dosis aloksan ................................................... 25

  3.5.5 Penentuan dosis metformin .............................................. 25

  3.5.6 Pengukuran kadar glukosa darah ..................................... 26

  3.5.7 Perlakuan .......................................................................... 26

  3.6 Prosedur Pengambilan Data ...................................................... 28

  3.6.1 Pembuatan preparat histopatologi .................................... 28

  3.6.2 Pemeriksaan preparat histopatologi ................................. 28

  3.7 Analisis Data ............................................................................. 29

  3.8 Diagram Alur Penelitian .......................................................... 30

  BAB 4 HASIL PENELITIAN

  .................................................................... 31

  4.1 Degenerasi sel hepar ................................................................ 32

  4.2 Nekrosis sel hepar .................................................................... 35

  BAB 5 PEMBAHASAN

  .............................................................................. 38

  5.1 Degenerasi sel hepar ................................................................ 39

  5.2 Nekrosis sel hepar .................................................................... 41

  BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

  ....................................................... 43

  6.1 Kesimpulan ............................................................................. 43

  6.2 Saran ........................................................................................ 43

  DAFTAR PUSTAKA

  .................................................................................. 44

  RINGKASAN

  .............................................................................................. 51

  LAMPIRAN

  ................................................................................................. 53

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

xii Tabel

  Halaman

  2.1 Kadar glukosa darah normal, prediabetes dan diabetes mellitus ...... 11

  3.1 Skoring penilaian derajat histopatologi sel hepar ............................. 28

  4.1 Nilai median degenerasi sel hepar .................................................... 32

  4.2 Nilai median nekrosis sel hepar ........................................................ 35

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

xiii Gambar

  Halaman

  2.1 Bawang merah .................................................................................. 7

  2.2 Struktur kimia aloksan ...................................................................... 13

  2.3 Histologi hepar normal...................................................................... 15

  4.1 Histopatologi degenerasi sel hepar tikus perlakuan K- ..................... 33

  4.2 Histopatologi degenerasi sel hepar tikus perlakuan K+, P1, P2, P3 . 34

  4.3 Histopatologi nekrosis sel hepar tikus perlakuan K- ........................ 36

  4.4 Histopatologi nekrosis sel hepar tikus perlakuan K+, P1, P2, P3 ..... 37

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

xiv Lampiran

  Halaman

  1. Prosedur pembuatan preparat jaringan hepar ...................................... 53

  2. Kadar glukosa darah tikus putih sebelum diinduksi aloksan .............. 56

  3. Kadar glukosa darah tikus putih 4 hari setelah diinduksi aloksan ...... 57

  4. Kadar glukosa darah tikus putih setelah diterapi selama 14 hari ........ 58

  5. Hasil skoring degenerasi sel hepar ...................................................... 59

  6. Data statistik degenerasi sel hepar ...................................................... 60

  7. Hasil skoring nekrosis sel hepar.......................................................... 62

  8. Data statistik nekrosis sel hepar .......................................................... 63

  9. Konversi perhitungan dosis berbagai jenis hewan dan manusia ......... 71

  10. Perhitungan dosis .............................................................................. 72

  11. Dokumentasi penelitian..................................................................... 75

  xv

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

  β = Beta ATP = Adenosin triphospat BNF = Buffer Neutral Formalin CCI

  4

  = Carbontetrachlorida CMC Na = Carboxymethylcelluloce Natrium HE = Haematoxylin Eosin

  IDDM = Insulin Dependent Diabetes Mellitus NIDDM = Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus RPM = Rotation Per Minute SPSS = Statistical Product and Service Solutions TBHP = ter-Butilhidroperoksida ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.1 Latar Belakang

  Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang terus bertambah jumlahnya di Indonesia. Meningkatnya prevalensi penyakit ini disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat. Diabetes mellitus (DM) terjadi akibat menurunnya fungsi pankreas untuk memproduksi insulin atau reseptor insulin tidak peka sehingga terjadi gangguan metabolisme, dimana glukosa tidak diubah menjadi glikogen dan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga glukosa darah meningkat (Setiawan dkk., 2011). Manifestasi klinis mencakup gangguan metabolisme lipid, karbohidrat, dan protein yang kemudian akan merangsang kondisi hiperglikemia. Lalu kondisi hiperglikemia tersebut akan berkembang menjadi diabetes mellitus (Nugroho, 2006).

  Gejala yang ditimbulkan pada penderita diabetes mellitus yaitu poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (sering merasa haus), polifagia (sering merasa lapar), dan penurunan berat badan (BB) yang cepat dan tidak diketahui penyebabnya. Keluhan lain yang timbul dapat berupa lemah badan, parestesi, gatal, mata kabur, gairah seks menurun, dan luka yang sukar sembuh (Setiawan dkk., 2011).

  Dalam penanggulangan diabetes, obat antidiabetes oral mungkin berguna untuk penderita yang alergi terhadap insulin atau yang tidak menggunakan suntikan insulin. Sementara penggunaannya harus dipahami, agar ada kesesuaian dengan indikasinya tanpa menimbulkan kondisi hipoglikemia. Oleh karena itu,

  1

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2

  para ahli mengembangkan sistem pengobatan tradisional untuk penyakit diabetes mellitus yang relatif aman dengan menggunakan bahan asal tanaman herbal (Studiawan dan Santosa, 2005).

  Salah satu tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai alternatif adalah bawang merah (Allium ascalonicum L). Bawang merah merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dikonsumsi manusia (Irfan, 2013). Sebagai bahan obat, bawang merah dapat digunakan untuk menurunkan kadar gula serta kolesterol. Selain itu, bawang merah juga dapat digunakan sebagai obat penyakit diabetes mellitus (Samadi dan Cahyono, 2005). Kandungan flavonoid yang dominan di dalam umbi bawang merah terutama quercetin, diduga memiliki efek hipoglikemik dan bermanfaat bagi penderita diabetes mellitus (Azuma et al., 2007).

  Penelitian ini menggunakan aloksan untuk menginduksi kondisi diabetes mellitus pada hewan coba. Pemberian aloksan dapat meningkatkan kadar glukosa darah sehingga menyebabkan terganggunya produksi insulin karena rusaknya sel β pankreas. Terganggunya pemasukan glukosa ke dalam sel mengakibatkan kadar glukosa di dalam darah tinggi (Prabowo, 1997). Kondisi hiperglikemia ini dapat menyebabkan terjadinya stress oksidatif dari beberapa organ antara lain hepar, jantung, otak, serta otot rangka (Widowati, 2008).

  Hepar adalah organ yang potensial mengalami kerusakan karena merupakan organ pertama setelah saluran pencernaan yang terpapar oleh bahan yang bersifat toksik. Proses metabolisme oleh hepar akan mendetoksifikasi bahan toksik tersebut (Handajani, 2008). Oleh karena itu, pengamatan terhadap

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3

  gambaran histopatologi hepar sangat penting untuk mengetahui perubahan sel hepar yang terjadi.

  Dari keterangan di atas mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian dengan tujuan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak bawang merah (Allium

  ascalonicum L

  ) terhadap gambaran histopatologi hepar tikus putih (Rattus

  norvegicus) yang diinduksi aloksan.

  1.2 Rumusan Masalah

  Apakah pemberian ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L) dapat memperbaiki gambaran histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan ?

  1.3 Landasan Teori

  Pada penderita diabetes mellitus (DM) tubuh kekurangan insulin atau tubuh sedikit menghasilkan insulin (DM tipe 1) atau insulin tetap dihasilkan dalam jumlah yang normal (DM tipe 2), namun insulin yang ada tidak bekerja dengan baik atau terjadi resistensi insulin karena reseptor insulin pada membran sel berkurang atau strukturnya berubah. Kondisi ini menyebabkan glukosa yang . masuk ke dalam sel berkurang Akibatnya, sel kekurangan glukosa sehingga kemungkinan tidak terjadi penimbunan glikogen. Sebaliknya, akan terjadi mobilisasi cadangan glikogen di hepar maupun di otot untuk dikatabolisme menghasilkan glukosa dan dilepas ke pembuluh darah sehingga menyebabkan kondisi hiperglikemia (Suarsana dkk., 2010).

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4

  Kondisi hiperglikemia ini dapat menyebabkan terjadinya stress oksidatif dari beberapa organ antara lain hepar, jantung, otak, serta otot rangka (Widowati, 2008). Stress oksidatif dapat menyebabkan terjadinya reaksi metabolisme lipid, protein termasuk enzim, yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan oksidatif, apabila hal ini berlanjut maka dapat menyebabkan terjadinya kerusakan dan kematian sel hepar (Mahdi dkk., 2007).

  Keadaan hepar pada kondisi diabetes mellitus akan mengalami degenerasi dan kongesti. Degenerasi ditunjukkan dengan adanya sel hepar berwarna lebih gelap dan mengalami pembengkakan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan degradasi glikogen dan glukoneogenesis karena pemanfaatan glukosa terhambat (Hussain dkk., 2008). Penderita diabetes mellitus juga mudah mengalami kondisi hyperlipidemia. Gangguan metabolisme lipid menyebabkan adanya kelainan pada hepar dengan pembentukan radikal bebas, sehingga mengoksidasi lipid dan protein yang dapat berakibat terjadinya kerusakan pada hepar (Ardiani et al., 2011). Pada tikus putih yang mengalami kondisi diabetes mellitus juga didapati kerusakan hepar berupa nekrosis. Hal itu ditunjukkan dengan kondisi jarak nukleus menjadi berjauhan, batas antar sel menjadi tidak jelas, hepatosit menjadi tidak teratur, mengecilnya inti sel dan rusaknya membran plasma (Kresnamurti dan Agnes, 2011).

  Menurut Kumalaningsih (2007), dalam keadaan normal, pembentukan radikal bebas akan diikuti oleh pembentukan antioksidan dalam tubuh sehingga terjadi keseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan. Keadaan suatu molekul dimana jumlah radikal bebas lebih banyak dari antioksidan akan

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5

  menyebabkan terjadinya stress oksidatif. Langkah yang paling tepat untuk mengurangi stress oksidatif adalah dengan mengurangi radikal bebas atau mengoptimalkan pertahanan tubuh dengan memperbanyak antioksidan.

  Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menetralkan atau menangkap radikal bebas dan melindungi jaringan biologis dari kerusakan akibat radikal bebas. Antioksidan berperan untuk memperbaiki sel hepar yang rusak akibat radikal bebas, memperbaiki sel β pankreas yang rusak sehingga dapat meningkatkan sekresi insulin pada penderita diabetes mellitus, dan mencegah terjadinya komplikasi diabetes mellitus (Algameta, 2009).

  Senyawa yang termasuk golongan polifenol selain mempunyai aktivitas sebagai antioksidan juga memiliki fungsi biologis yang lain seperti memperbaiki metabolisme glukosa (Suarsana dkk., 2010).

  Bawang merah sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh karena kaya akan kandungan antioksidan. Kadar flavonoid yang tinggi pada umbi bawang merah menjadikan bawang merah sebagai antioksidan yang baik untuk menghambat radikal bebas. Bawang merah diyakini mengandung komponen kimia yang mempunyai efek antiinflamasi, antikolesterol, antikanker, dan antioksidan seperti quercetin (Galeone et al., 2006). Terdapat penelitian yang melaporkan bahwa bawang merah mengandung quercetin dalam kadar yang tinggi, saponin, isorhamnetin dan glikosida (Fattoruso et al., 2002). Kebanyakan tumbuhan yang mengandung senyawa bioaktif seperti glikosida, alkaloid, terpenoid, flavonoid, dan ceratenoid mempunyai aktivitas antidiabetes (Kim et al., 2006).

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6

  Begitu pula dengan bawang merah, kandungan flavonoid yang dominan di dalam umbi bawang merah terutama quercetin, diduga memiliki efek hipoglikemik dan bermanfaat bagi penderita diabetes mellitus (Azuma et all., 2007).

  Menurut Atsushi et al., (2008), Nuraliev dan Avezov (1992) bahwa quercetin juga memiliki efek penghambatan terhadap degradasi glikogen di hepar.

  Hambatan degradasi glikogen secara langsung akan mengurangi pelepasan glukosa di hepar sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah.

  1.4 Tujuan Penelitian

  Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak bawang merah (Allium

  ascalonicum L

  ) terhadap gambaran histopatologi hepar tikus putih (Rattus

  norvegicus ) yang diinduksi aloksan.

  1.5 Manfaat Penelitian

  Memberikan informasi kepada masyarakat tentang khasiat ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L) yang dapat digunakan sebagai pencegah kerusakan hepar akibat induksi aloksan.

  1.6 Hipotesis penelitian

  Pemberian ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L) dapat memperbaiki gambaran histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan.

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.1 Tinjauan Tentang Bawang Merah

2.1.1 Klasifikasi dan morfologi bawang merah

  Menurut (Samadi dan Cahyono, 2005) tanaman bawang merah (Allium

  Ascalonicum L)

  dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Class : Monocotyledonae Ordo : Liliales Family : Liliaceae Genus : Allium Spesies : Allium Ascalonicum L

Gambar 2.1. Bawang merah (Pitojo, 2003)

  7

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

8

  Bawang merah (Allium Ascalonicum L) merupakan salah satu anggota dari familia Liliaceae. Tanaman ini merupakan tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis. Bawang merah mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas (Rukmana, 1994).

2.1.2 Manfaat bawang merah

  Bawang merah adalah jenis tanaman sayuran yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain dipakai sebagai bahan untuk bumbu masakan, bawang merah juga sering digunakan sebagai bahan obat untuk penyakit tertentu dan juga dikenal sebagai tanaman rempah dan obat. Sebagai bahan obat, bawang merah dapat menyembuhkan luka luar maupun dalam contohnya penyakit maag, masuk angin, dan menurunkan kadar gula serta kolesterol. Selain itu, bawang merah juga dapat digunakan sebagai obat penyakit kencing manis atau diabetes mellitus. Sebagai obat, bawang merah dapat diberikan dalam bentuk mentah dan utuh, artinya tidak dicampur dengan bahan lain atau dalam bentuk olahan seperti ekstrak tepung, minyak atsiri ataupun sari bawang (Samadi dan Cahyono, 2005).

  Terdapat penelitian yang melaporkan bahwa bawang merah mengandung quercetin dalam kadar yang tinggi, saponin, isorhamnetin dan glikosida (Fattoruso

  et al.,

  2002). Kebanyakan tumbuhan yang mengandung senyawa bioaktif seperti glikosida, alkaloid, terpenoid, flavonoid, dan ceratenoid mempunyai aktivitas

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

9

  antidiabetes (Kim et al., 2006). Begitu pula dengan bawang merah, kandungan flavonoid yang dominan di dalam umbi bawang merah terutama quercetin, diduga memiliki efek hipoglikemik dan bermanfaat bagi penderita diabetes mellitus (Azuma et al., 2007).

  2.2 Tinjauan Tentang Hiperglikemia

  Hiperglikemia merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar glukosa darah melebihi normal. Hal ini karena defisiensi insulin akibat kerusakan sel β pankreas dan atau terjadi resistensi insulin pada hepar dan otot. Hiperglikemia kronik pada penyakit diabetes mellitus memiliki peranan penting terhadap kerusakan berbagai organ, termasuk jantung, mata, tulang, ginjal, saraf dan sistem vaskular, yang pada akhirnya menimbulkan komplikasi diabetes mellitus (Apriani dkk., 2011). Terjadinya degenerasi sel β pankreas menyebabkan produksi insulin terganggu sehingga terjadi defisiensi insulin. Penurunan hormon insulin menyebabkan seluruh glukosa yang dikonsumsi tubuh tidak dapat diproses secara sempurna, akibatnya kadar glukosa dalam tubuh meningkat (Greenspan, 1998).

  2.3 Tinjauan Tentang Diabetes Mellitus

2.3.1 Definisi diabetes mellitus

  Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang disebabkan akibat menurunnya fungsi pankreas untuk memproduksi insulin atau reseptor insulin tidak peka sehingga terjadi gangguan metabolisme. Glukosa tidak diubah menjadi glikogen dan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga glukosa darah meningkat (Setiawan dkk., 2011).

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

10

  Secara umum diabetes mellitus dibagi menjadi : 1) Diabetes mellitus tipe I (IDDM = Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Pada DM tipe I, sel β pankreas yang menghasilkan insulin mengalami kerusakan. Akibatnya, sel β langerhans pada pankreas tidak dapat mensekresi insulin. Kerusakan pada sel β langerhans disebabkan oleh peradangan pada pankreas (pankreatitis) yang dapat disebabkan oleh infeksi virus (Wijayakusuma, 2004). 2) Diabetes mellitus tipe II (NIDDM =

  Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus

  ). Pada DM tipe II, sel β pankreas tidak rusak walaupun mungkin hanya terdapat sedikit sel yang normal sehingga masih bisa mensekresi insulin tetapi dalam jumlah kecil. Merupakan penyakit yang diwariskan (Wijayakusuma, 2004).

2.3.3. Gejala diabetes mellitus

  Gejala pada penderita diabetes mellitus menurut (Wijayakusuma, 2004) antara lain: 1) Lemah dan berat badan turun. Gejala awal berat badan turun dalam waktu yang relatif singkat dan merasa lemah. Disebabkan glukosa yang merupakan sumber energi dan tenaga tidak dapat masuk ke dalam sel. 2) Poliuria (banyak kencing). Kadar glukosa darah yang berlebihan akan dikeluarkan melalui urin. Akibat tingginya kadar glukosa darah, maka timbul rasa ingin buang air dan volume urin banyak. 3) Polidipsia (banyak minum). Makin banyak urin yang dikeluarkan, tubuh makin kekurangan air. Akibatnya timbul rasa haus dan sering minum. 4) Polifagia (banyak makan). Kadar glukosa yang tidak masuk ke dalam sel menyebabkan timbul rangsangan ke otak untuk mengirim pesan rasa lapar, akibatnya sering makan. 5) Jumlah glukosa besar. Jumlah glukosa besar dalam

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

11

  urin dapat menyebabkan iritasi pada daerah genital akibat infeksi jamur. 6) Lensa mata berubah. Bentuk lensa mata sedikit berubah dan mengaburkan penglihatan untuk sementara waktu. 7) Luka sulit sembuh. Jika terjadi luka maka sangat sulit untuk sembuh. Hal ini berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh penderita diabetes yang menurun.

  2.3.4 Diagnosa diabetes mellitus

  Apabila penderita telah menunjukkan gejala diabetes mellitus yang khas yaitu poliuria dan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu diperiksa > 200 mg/dl telah cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes mellitus. Hasil pemerikaan kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl juga dapat digunakan sebagai patokan diagnosis diabetes mellitus (Ratimanjari, 2011). (Tabel 2.1)

Tabel 2.1 Kadar glukosa darah normal, prediabetes, dan diabetes mellitus

  Kelompok Glukosa darah puasa Glukosa darah 2 jam (mg/dl) setelah makan (mg/dl)

  Normal < 100 < 140 Pradiabetes 100-125 140-199

  Diabetes mellitus > 126 > 200 Sumber : (Dipiro et al., 2005)

  2.3.5 Terapi diabetes mellitus

  Terapi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penanganan suatu penyakit. Tujuan terapi adalah untuk menjaga kadar glukosa darah tetap normal.

  Berikut contoh terapi yang dapat dilakukan pada kasus diabetes mellitus antara lain : 1) Terapi diet. Diet yang dianjurkan adalah diet dengan kadar protein tinggi dan rendah karbohidrat. Kucing yang diberikan diet protein tinggi dan rendah

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

12

  karbohidrat membuat kadar glukosa dalam darah tetap normal (Anderson et al., 2001). 2) Terapi insulin. Insulin membantu memindahkan glukosa dari darah ke dalam sel sehingga sel dapat memanfaatkan untuk membentuk energi. Pemberian insulin pada hewan penderita dapat dilakukan dua kali sehari (Horn and Mitten, 2000).

2.4 Tinjauan Tentang Aloksan

  4

  2

  2

4 Aloksan (C H N O ) merupakan suatu senyawa kimia bersifat hidrofilik

  yang tidak stabil dan toksik terhadap hepar dan ginjal. Waktu paruh aloksan pada pH 7,4 dengan suhu 37˚C adalah 1,5 menit dan lebih lama pada suhu yang lebih rendah (Szkudelski, 2001). Sebagai diabetogenik pada hewan coba, pemberian aloksan dapat digunakan secara intravena, intraperitoneal, dan subkutan (Nugroho, 2006). Pemberian aloksan disarankan dilakukan pada periode puasa (Frode and Madeiros, 2008). Aloksan bersifat diabetogen, secara toksik merusak sel β dari pulau langerhans pada pankreas yang mensekresi hormon insulin (Suharmiati, 2003). Aloksan bekerja merusak sel β pankreas melalui pembentukan oksigen reaktif. Pembentukan oksigen reaktif diawali dengan proses reduksi aloksan. Reduksi aloksan menghasilkan asam dialurat disertai adanya oksigen

  2

  2

  radikal yang kemudian berubah menjadi hydrogen peroksida (H O ). Target dari oksigen reaktif tersebut adalah DNA dari sel β langerhans dan kerusakan DNA tersebut menstimulasi rusaknya seluruh komponen sel β langerhans pada pankreas (Lenze, 2008).

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

13

Gambar 2.2 Struktur Kimia Aloksan (Nugroho, 2006)

2.5 Tinjauan Tentang Metformin Metformin adalah obat oral anti hiperglikemia golongan biguanida.

  Metformin bekerja mengurangi kadar glukosa darah dengan menghambat produksi glukosa hepatik (dengan jalan mengurangi glikogenolisis dan glukoneogenesis) dan mengurangi resistensi insulin terutama di hepar dan rangka otot (Maric, 2010). Metformin memiliki waktu paruh 1,5-3 jam dan tidak terikat pada protein plasma, tidak dimetabolisme, dan diekskresikan oleh organ ginjal sebagai senyawa aktif (Katzung, 2002).

  Metformin memiliki keuntungan yang melebihi insulin dan sulfonilurea, yaitu metformin merupakan suatu agen hemat insulin, tidak menyebabkan hipoglikemia, dan tidak meningkatkan berat badan karena agen ini bersifat menekan nafsu makan sehingga berat badan tidak meningkat dan dapat diberikan kepada penderita diabetes mellitus dengan obesitas. Metformin juga merupakan obat yang mempunyai kontra indikasi pada pasien dengan disfungsi pada ginjal,

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

14

  alkoholisme, penyakit hati, atau predisposisi untuk terjadinya anoksia jaringan karena pemberian metformin dengan adanya penyakit tersebut dapat menyebabkan terjadinya peningkatan resiko asidosis laktat yang akan berakibat fatal apabila tidak segera ditangani (Katzung, 2002 ; Raja, 2008).

2.6 Tinjauan Organ Hepar

  2.6.1 Anatomi hepar

  Hepar merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, merupakan organ lunak yang lentur dan terletak oleh struktur sekitarnya. Hepar memiliki permukaan superior yang cembung dan terletak dibawah bagian kanan dan sebagian di bawah kiri diafragma (Price dan Wilson, 2006).

  Hepar mempunyai 2 lobus utama, yaitu lobus kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oleh fissure segmentalis dextra yang tidak terlihat dari luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligament falsiformis yang terlihat dari luar. Lobus dextra terletak di regio hipokondrium kanan lebih besar dibandingkan lobus sinistra, sedangkan lobus sinistra terletak di region epigastrik dan hipokondrium kiri (Snell, 2006).

  2.6.2. Histologi hepar

  Lobulus hepar membentuk bagian terbesar dari substansi hepar. Pada daerah ini terdapat beberapa saluran disebut daerah portal, yang terdiri dari cabang arteri hepatika, cabang vena porta, dan duktus biliaris, serta pembuluh limfe yang berada diantara jaringan ikat interlobularis. Lobulus hepar secara makroskopis pada potongan melintang tampak mempunyai 6 sudut (heksagonal)

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

15

  dengan ukuran yang bervariasi (Fawcett, 2002). Pada potongan melintang, lobulus hepar terdiri dari deretan sel parenkim hepar yang tersusun radier yang saling berhubungan dan bercabang membentuk anyaman tiga dimensi dengan pusat pembuluh kecil ditengahnya yaitu vena sentralis, dan dipisahkan oleh celah yang disebut sinusoid hepar (Nurdjaman dkk., 2001). Sinusoid hepar merupakan cabang vena porta dan arteri hepatica yang merupakan kapiler diantara lempengan sel hepar (Bijanti, 2011).

  Sel-sel hepar (hepatosit) tersusun berderet secara radier dalam lobulus hepar. Sel-sel hepar ini berbentuk polyhedral dengan ukuran yang berbeda-beda (Kusuma, 2010).

Gambar 2.3 Histologi hepar normal. (1) Tanda panah hitam menunjukkan sinusoid, (2) Tanda panah merah menunjukkan vena sentralis, (3)

  Tanda panah kuning menunjukkan sel hepatosit (Rahardhian dkk., 2014)

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

16 Fungsi hepar

  Hepar mempunyai fungsi yang sangat komplek. Fungsi sirkulasi dari hepar adalah mengalirkan darah dari vena porta ke sistem sirkulasi, aktifitas dari Retikulum Endoplasmik Sel (RES) dalam mekanisme pertahanan dan sebagai penyimpan darah atau sebagai pengatur jumlah darah (Bevelander dan Ramaley, 1998).

  Beberapa fungsi lain dari hepar menurut Junquiera et al., (1995); Fox, (1999); Guyton et al., (2006); Boyer et al., (2006); dan Kuntz and Kuntz, (2008) yang penting dan perlu diketahui yaitu : 1) Fungsi detoksifikasi. Detoksifikasi dilakukan oleh enzim melalui proses oksidasi, reduksi, hidrolisis, atau konjugasi terhadap berbagai substansi yang dianggap dapat membahayakan tubuh. Substansi tersebut akan diubah menjadi zat yang secara fisiologis tidak berbahaya. Fungsi ini berlaku untuk berbagai agen asing, baik endogen maupun eksogen bahkan terhadap bahan obat dan logam berat. 2) Fungsi Sekresi Empedu. Hepar mensekresi empedu yang dihasilkan oleh hepatosit ke dalam saluran pencernaan.

  Sekresi empedu sangat diperlukan untuk membantu mencerna makanan, mengekskresikan zat lain yang tidak diperlukan oleh tubuh dan membawa bilirubin. 3) Fungsi Hematologi. Pada masa embrio, pembentukan komponen darah terjadi di hepar. Fungsi ini berangsur akan berkurang sejalan dengan bertambahnya umur dan aktifnya sumsum tulang sebagai proses homopoesis. Setelah dewasa, hepar akan menjadi tempat pembentukan fibrinogen, prothrombin, dan heparin yang berperan dalam proses pembekuan darah. 4) Fungsi Metabolisme. Fungsi metabolisme pada hepar meliputi metabolisme

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

17

  karbohidrat, lemak, protein, dan steroid. Fungsi lain hepar adalah menyimpan vitamin yang larut dalam lemak, mineral, memproduksi senyawa yang berperan pada proses koagulasi darah dan ekskresi bahan obat serta hormon. 5) Fungsi Proteksi. Hepar memiliki fungsi penting dalam hal pertahanan tubuh. Fungsi ini dilakukan oleh sel kuppfer, yaitu sel yang sangat fagositik sehingga mengangkut 99% atau lebih bakteri yang berada dalam aliran vena porta sebelum sampai ke sinusoid. Jumlah sel kuppfer dalam sinusoid akan meningkat apabila terjadi peningkatan jumlah mikroorganisme di dalam tubuh.

2.6.4 Patologi hepar

  Hepar merupakan organ yang terlibat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian besar obat dan toksikan. Oleh karena itu hepar merupakan organ yang paling sering mengalami kerusakan karena salah satu fungsi hepar sebagai detoksifikasi (Maharani, 2007). Bentuk toksin yang menginduksi lesi pada hepar berbeda tergantung dari tipe, dosis, dan lamanya paparan begitu juga faktor lainnya seperti logam, mineral, dan zat kimia lain yang terabsorpsi masuk menuju portal darah yang ditransportasikan ke hepar (Thomson, 2001).

  Beberapa jenis kerusakan hepar yang dapat terjadi antara lain : 1) Degenerasi. Kerusakan sel (degenerasi) akibat gangguan zat yang bersifat toksik dapat menyebabkan sel hepar mengalami pembengkakan, sehingga tampak rongga-rongga yang melebar. Degenerasi pada sel hepar ini disebabkan oleh gangguan pada membran sel akibat dari denaturasi protein yang terjadi karena sebagian besar komponen membran sel adalah protein (Susantoputro, 2011). Degenerasi dapat terjadi pada inti maupun sitoplasma. Degenerasi pada inti

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

18

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI ANGGUR MERAH (Vitis vinifera L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI SEL HEPAR TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus novergicus strain wistar) YANG DIINDUKSI ALKOHOL

0 3 26

PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN YANG DIINDUKSI GENTAMISIN

5 28 64

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) TERHADAP GAMBARAN MAKROSKOPIS HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN

1 11 58

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI ISONIAZID

4 40 83

PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ALVEOLUS PARU-PARU TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI GENTAMISIN

8 73 77

PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ALVEOLUS PARU-PARU TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI GENTAMISIN

6 51 69

PERBANDINGAN PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) DENGAN EKSTRAK DAUN CEPLUKAN (Physalis angulata L) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI RIFAMP

0 11 87

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN

6 25 78

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 40% KULIT MANGGIS (Garcinia Mangostana L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR DAN GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague Dawley YANG DIINDUKSI ISONIAZID

3 44 72

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI SEL HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI DMBA

2 8 70