PERGESERAN AKHLAK SANTRI PASCA WAFATNYA SOSOK KYAI (Studi Kasus di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga Tahun 20152016 hingga sekarang)

  

PERGESERAN AKHLAK SANTRI PASCA WAFATNYA

SOSOK KYAI

(Studi Kasus di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah

Salatiga Tahun 2015/2016 hingga sekarang)

  SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh RULI NUR AZIZAH NIM 111 14 042 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

  

MOTTO

ْىِِٓسُفَْ َأِب اَي أُزِّيَغُي َّٗخَح ٍوَْٕقِب اَي ُزِّيَغُي َلا َالله ٌَِّا

  

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadan yang ada

pada diri mereka sendiri.

  ” (Ar Ra‟d:11)

Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun. Karena yang menyukaimu tidak

butuh itu, dan yang membencimu tidak percaya itu. (Ali Bin Abu Thalib)

  

PERSEMBAHAN Puji Syukur Alhamdulillah terurai dari sanubari atas karunia serta rahmat Allah SWT. Sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis persembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang selalu memberikan kasih sayang, doa serta dukungan dalam menjalani lika-liku kehidupan:

  1. Bapakku Sholeh dan Ibuku Karyanti yang telah mengiringi perjalanan hidupku dengan untaian doa yang tiada henti.

  2. Bapak KH. Zoemri RWS (Alm), Ibu Nyai H. Latifah Zoemri dan keluarga, terimakasih atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan, semoga bermanfaat dan membawa berkah di kehidupanku nanti.

  3. Seluruh dewan Asatidz-Asatidzah yang telah berkenan membagi ilmunya, dan semoga senantiasa bermanfaat bagiku.

  4. Bapak Muh. Hafidz, M.Ag. yang senantiasa mendidik dan membimbingku dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

  5. Prof. Dr. Budiharjo, M.Ag. terimakasih atas nasehat dan bimbingan serta dorongan yang diberikan kepadaku dengan penuh kesabaran.

  6. Keluarga besar Bani Noeryowidjoyo , yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan terhadapku.

  7. Teman- teman PPTI Al Falah Salatiga Angkatan 2014 (Big Fam ‟14) terimakasih atas kasih sayang dan doa yang kalian berikan.

  8. Keluarga Pondok Pesantren Nahjatul Munadhirin, Sindurjan, Purworejo terimakasih atas bimbingan, kasih sayang dan doa yang telah diberikan.

  Semoga senantiasa membawa manfaat dan berkah di kehidupanku mendatang.

  9. Kakakku mbak Lyna Muslikah yang tak jera menasehati dan menemani perjalanan ku.

  10. Teman-teman sahabat terdekatku (Mpit, mbak Erika, Umah,) terimakasih atas kasih sayang dan nasihat yang tiada henti untukku.

  11. Teman-temanku B 6 ( mbak Ainy, Rodziyah, mbak Isti, Eva, mbak Malikah, mbak Nia, mbak Liana, mbak Luluk, mbak Nurul, mbak Nikmah, mbak

  Miladil, mbak Tyas, mbak Uswatun, mbak Ela, mbak April, dek Herli), terimakasih sudah menemani perjalanan hidupku dan memberikan keceriaan dengan rasa nano-nano dalam hari-hari ku.

  12. Keluarga besar kelas PAI B , terimakasih sudah berkenan mewarnai dan memenuhi kehidupanku dengan karakter yang kalian punya.

  13. Teman-teman PPL di SMP N 9 Salatiga ( Devi, mbak Ina, Vivi, Tika, Umami, Marinda, Ulfa, Danang, mas Agus, Boy)

  14. Teman-teman KKN Posko 6 Dsn Ngersap, Desa Surodadi, Kec. Candimulyo, Kab. Magelang (Mbak Sri, mbak Rifa, mbak Afifah, mbak Farih, Amel, Syukri, mas Rijal, mas Doni)

  15. Keluarga Dusun Ngersap yang sudah mensupport kegiatan kami demi terselesainya tugas-tugas Kuliah Kerja Nyata

  16. Mas Hamam yang tak henti memberikan semangat dan motivasi

  17. Calon imam ku di manapun berada semoga Allah mempertemukan kita dipertemuan yang indah

  18. Seluruh teman-teman seperjuanganku angkatan 2014.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, hidayah dan inayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya dari kegelapan menuju jalan kebaikan.

  Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul yang penulis ambil adalah “PERGESERAN AKHLAK SANTRI PASCA WAFATNYA

  

SOSOK KYAI (Studi Kasus di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah

Salatiga Tahun 2015/2016 hingga sekarang)

  ”. Penulisan dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan motivasi beragai pihak, baik berupa dukungan moril maupun materiil. Maka dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan.

  3. Ibu Siti Rukhayati selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam.

  4. Bapak Muh Hafidz, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi, terimakasih atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan.

  

Prof. Dr. Budiharjo, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik.

  5. Bapak

  6. Seluruh anggota tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk menilai kelayakan dan menguji skripsi dalam rangka menyelesaikan studi Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam (IAIN) Salatiga.

  7. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan jurusan PAI IAIN Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengethauannya kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat terselesaikan.

  8. Bapak KH. Zoemri RWS (Alm) serta ibu Nyai Hj. Latifah selaku pengasuh PPTI Al Falah yang selalu membimbing dan mendoakan santri-santrinya.

  9. Kedua orang tua tercinta, bapak Sholeh dan Ibu Karyanti yang telah mencurahkan pengorbanan dan kasih sayangnya, serta doa yang tiada henti menyertakan doa dalam setiap setiap sujudnya untuk penulis.

  10. Keluarga besar PPTI Al Falah, teman-teman angkatan 2013, teman-teman kamar B6 yang selalu memotivasi dan memberikan dukungan kepada penulis serta berjuang bersama-sama untuk meraih toga.

  11. Teman-teman seperjuangan PAI, PPL, dan KKN angkatan 2013.

  12. Serta seluruh pihak yang telah ikut serta membantu dan memberikan motivasi yang juga sangat berjasa dalam membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga yang mereka berikan Allah hitung sebagai amal ibadah.serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Akhir kata, penulis tentunya menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang sangat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

  Harapan penulis, semoga tulisan ini mempunyai nilai guna dan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

  

ABSTRAK

  Azizah, Ruli Nur. 2018. Pergeseran Akhlak Santri Pasca Wafatnya Sosok Kyai (Studi

  Kasus di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga Tahun 2015/2016 hingga sekarang) . Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

  Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz, M.Ag.

  Kata Kunci: Kyai, Pembinaan Akhlak Santri

  Kyai adalah seseorang yang mempunyai keilmuan keagamaan yang lebih dan juga mengamalkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Selain sebagai pemilik dan pemimpin sebuah pesantren, kyai juga merupakan panutan dan pemimbing terbentuknya akhlak santri yang sesuai dengan titah Rasulullah SAW. Namun, bagaimana ketika sosok kyai telah tiada. Berhubungan dengan hal tersebut, penulis bermaksud meneliti tentang Peran Kyai Dalam Pembinaan Akhlak Santri Di Pondok Pesantren Al Falah Salatiga tahun 2015/2016. Fokus penelitian yang akan dikaji yaitu: (1) Bagaimana kondisi akhlak santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga Tahun 2015/2016? (2) Bagaimana peran kyai dalam pembinaan akhlak santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga tahun 2015/2016?

  Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis menggunakan jenis penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif, maka untuk memperoleh dan pengumpulan data menggunakan metode wawancara (interview), observasi dan dokumentasi kemudian dengan menggunakan untuk mengecek validitas data menggunakan trianggulasi sumber sebagai instrumen. Sedangkan mengenai sumber data, dalam penelitian ini meliputi sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer merupakan hasil dari wawancara pengasuh/keluarga ndalem, ustadz/ah, pengurus, warga luar pesantren, santri dan alumni. Sumber sekunder berupa foto-foto, dokumen berupa catatan penting yang berkaitan dengan akhlak santri di PPTI Al Falah Salatiga.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Akhlak santri PPTI Al Falah Salatiga secara keseluruhan memang sudah cukup baik dan tidak jauh berbeda dengan kondisi akhlak santri sebelum kyai wafat, akan tetapi kurang dalam hal tanggung jawab dan kedewasaan diri santri.Juga keta‟diman dan ketawadhu‟an kepada keluarga ndalem, ustadz/ah dan warga pesantren yang lain. (2) Peran kyai yang mempengaruhi adanya pembinaan akhlak santri, berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan diantaranya adalah sebagai guru yang dijadikan panutan dan suri tauladan sebelum bertindak. Orang tua, yang merupakan sekolah pertama bagi seseorang. Yang dijadikan tempat pengaduan ketika seseorang menjumpai masalah. Kyai juga merupakan penasehat. Mengingatkan dan menegur santri ketika melakukan kesalahan. Kyai juga sosok yang paling dipatuhi dan ditakuti sehingga mampu membentuk mental santri yang patuh dan ta‟dim terhadap guru.

  

DAFTAR ISI

HALAMAM JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................. v HALAMAN MOTTO .................................................................................. vi HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vii KATA PENGANTAR .................................................................................. ix ABSTRAK ................................................................................................... xii DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii DAETAR TABEL ....................................................................................... xv

  BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1 B. Fokus Penelitian ............................................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6 E. Penegasan Istilah ........................................................................................... 7 F. Sistematika Penulisan .................................................................................. 10

  BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Peran Kyai ................................................................................................... 13 B. Pembinaan Akhlak Santri .............................................................................. 21 C. Pondok Pesantren .......................................................................................... 28 BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................................... 38 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 39 C. Sumber Data ................................................................................................ 39 D. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................................... 40 E. Analisis Data ................................................................................................. 45 F. Pengecekkan Keabsahan Data ...................................................................... 48 BAB IV : PAPARAN DAN ANALISA DATA A. Paparan Data .................................................................................................. 51 B. Analisis Data .................................................................................................. 70 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................... 83 B. Saran ............................................................................................................. 85

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................88

LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

  1. Tabel 4.1 Nama Ustadz/Ustadzah PPTI Al Falah Salatiga

  2. Table 4.2 Nama Informan

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Pedoman Wawancara Lampiran 2 Verbatim Wawancara Lampiran 3 Surat Pembimbing dan Asisten Pembimbing Skripsi Lampiran 4 Surat Keterangan Bukti Penelitian Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian Lampiran 6 Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 7 Daftar Nilai SKK Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 9 Daftar Gambar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang bergerak dalam bidang keagamaan (islami). Pesantren

  didirikan bukan semata-mata hanya memberikan pengajaran dan memperkaya pikiran santri (anak didik) dibidang keagamaan, melainkan juga menjadi lembaga yang dipercaya dapat membentuk dan meningkatkan akhlak (moral) serta memotivasi santri untuk menghargai nilai-nilai spiritual dari kitab yang dikaji. Menurut Dho fier (1944:50), “tujuan utama pengajaran ialah untuk mendidik calon-calon ulama. Untuk para santri yang tinggal di pesantren untuk jangka pendek (misalnya kurang dari satu tahun) dan tidak bercita-cita menjadi ulama, mempunyai tujuan untuk mencari pengalaman dalam hal pendalaman perasaan keagamaan.

  Realita di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam (PPTI) AL FALAH Salatiga. Mayoritas anak yang nyantri di sana juga menjalani pendidikan umum. Meskipun pembelajaran di sekolah umum sangat berbeda dengan pembelajaran di pesantren, terutama perbedaan fokus bahan atau materi kajian. Namun hal itu tak menyurutkan semangat para santri untuk mengimbangi keduanya.

  Menurut A‟la (2006:30), pesantren yang merupakan lembaga yang sejatinya merupakan sumber kearifan dan memiliki daya resistensi tinggi terhadap segala proses pemudaran nilai-nilai moral lambat tapi pasti mulai terperangkap ke dalam kehidupan yang berlawanan dengan sifat-sifat manusia yang fitri. Untuk itu untuk mengembalikan peran yang demikian, pesantren harus tetap menjalankan dan memberikan pendidikan akhlak kepada santri, karena keberhasilan dan kesuksesan seseorang tak jarang ditentukan dari akhlak yang mereka miliki. Seseorang dapat dikatakan berilmu ketika mereka mampu memahami dan menguasai ilmu pengetahuan yang dipelajari. Dikatakan berhasil Tholabul „Ilmi nya ketika akal, fikiran dan akhlak sejalan. Dengan kata lain tidak hanya sebatas pendalaman dan pemahaman materi, akan tetapi juga penerapannya dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat pada umumnya. Karena sejauh mungkin seseorang mencari ilmu pada akhirnya akan kembali ke masyarakat.

  Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mampu menghantarkan pemiliknya kepada ketakwaan pada Allah SWT. Ketakwaan seseorang akan tumbuh dengan sendirinya ketika ia juga mampu bersikap baik kepada sesama sebagaimana akhlak yang memang seharusnya dimiliki oleh ahli ilmu.

  Anisa Nandya, (2013:4), dalam skripsinya berpendapat bahwa selama ini pendidikan di Indonesia banyak yang menggunakan literatur barat yang sering terlepas dari nilai-nilai penanaman keimanan dan keislaman. Seperti yang telah diketahui dan dirasakan, bahwa modernisasi yang sudah terasa ke seluruh penjuru dunia tak hanya mengubah gaya hidup individu. Memang banyak hal positif yang dirasakan , akan tetapi tak sedikit pula dampak negatif yang ditimbulkan yang menyebabkan rusaknya moral, akhlak dan perilaku dalam diri seseorang terutama usia remaja saat ini.

  Dalam dunia pendidikan pesantren sendiri, salah satu dampak adanya modernisasi yang paling terlihat adalah mulai pudarnya akhlak seorang santri terhadap ustadz/kyai bahkan bisa dikatakan telah hilang. Sebagai contoh, tidak berbeda dengan pendidikan formal pada umunya. Ada atau bahkan seringkali santri meremehkan pelajaran dengan mencari atau menciptakan keasyikkan dengan teman sebangku, tidak menjawab salam dari guru, meremehkan tugas yang guru berikan, sehingga dalam kasus ini dapat dikatakan bahwa akhlak terhadap kyai/ustadz tak lagi diperhatikan.

  Padahal, sudahlah jelas bahwa dalam dunia pendidikan murid merupakan subyek dan obyek pendidikan yang dalam proses menuju kedewasaaan memerlukan bimbingan dan arahan orang lain dalam pengembangan potensinya. Sedangkan guru dalam dunia pendidikan merupakan seseorang yang harus dan wajib dihormati oleh murid. Karena guru adalah pembimbing jiwa seorang murid yang ia harus mengerti bagaimana seharusnya ia bersikap sebagai hamba Allah SWT. Hal ini diterangkan oleh Iskandar, (2012:12) menggunakan sebuah sya‟ir dalam tarjemah kitab

  Alala dan Nadham Ta‟lim yang berbunyi: ฀ ا َذَف ْفَذَّصن

  َاك ُىْسِجْنأَ ِىْسِجْنا ِّٗب َزُي اَذ َْٔ ُزََْْٕج ٌحُّٔزنأَ ِحُّْٔزنا ِّٗبَزُي َك Yang artinya :

  “Karena guru adalah pembimbing jiwa dan jiwa

adalah mutiara. Sedangkan orang tua adalah pembimbing raga dan raga

adalah tempat mutiara.”

  Akhlak atau istilah umumnya etika, moral merupakan cerminan diri individu. Akhlak ibarat sampul buku, bukan mengesampingkan peribahasa yang berbunyi “jangan melihat buku hanya dari sampul”, akan tetapi maksud dari sampul disini sebagai penambah daya tarik dan perhatian minat pembacanya. Apabila dari tingkah laku, akhlak, moral seseorang dalam kesehariannya baik maka pandangan orang lain pun akan baik terhadapnya, begitu sebaliknya. Nilai-nilai akhlak ini tidak akan terlaksana tanpa campur tangan seorang guru yang dalam dunia pesantren adalah kyai. Karena kyai ibarat dokter, yang apabila nasihatnya tidak dihiraukan maka sakit yang akan didapat. Seorang santri harus siap menerima kebodohannya karena tidak patuh terhadap apa yang guru sampaikan (Iskandar, 2012 : 25).

  Untuk mengatasi rusak dan merosotnya moral di masa modernisasi seperti sekarang ini, pondok pesantren dipandang tepat oleh sebagian orang tua untuk mendidik putra-putri mereka kepada kyai, ustadz/ustadzah di pesantren agar berakhlak mulia. Sebagai dasar pembelajaran, Kyai di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga menggunakan beberapa kitab akhlak. Kitab-kitab yang dipelajari disesuaikan dengan tingkatan atau kelas

  ngaji . Diantara kitab-kitab tersebut diantaranya adalah kitab Alala, Ta‟limul

Muta‟alim, Bidayatul Hidayah dan Ihya‟ Ulumuddin. Selain pembelajaran di

  dalam kelas, Almaghfurlah KH. Zoemri RWS juga membiasakan santri untuk mengamalkan apa yang beliau sampaikan. Sebagai contoh tetap bersikap baik dan tetap bersabar terhadap siapa saja yang tidak menyukai apa yang beliau lakukan.

  Melalui pengajian dan pembelajaran kitab-kitab akhlak yang beliau berikan tersebut, diharapkan santri tidak hanya sebatas memahami dan mengambil hikmah akan tetapi juga mampu menerapkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Memperbaiki dan mengaplikasikan apa yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Melaksanakan akhlak yang semestinya seorang santri miliki terhadap kyai/ustadz, orang tua, maupun masyarakat.

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka penulis berkeinginan untuk meneliti secara lebih mendalam tentang peran kyai dalam pembinaan akhlak santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam AL FALAH Salatiga.

B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana gambaran kondisi akhlak santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga Tahun 2015/2016?

  2. Bagaimana peran Kyai dalam pembinaan akhlak santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga Tahun 2015/2016.

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan fokus dan rumusan pertanyaan diatas, maka secara umum yang menjdai tujuan utama dalam pembahasan ini adalah:

  1. Untuk mengetahui gambaran kondisi akhlak santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga Tahun 2015/2016.

  2. Mendeskripsikan peran Kyai dalam pembinaan akhlak santri di Pondok Pesantren Al Falah Salatiga Tahun 2015/2016.

  D. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengaruh bagi semua kalangan khususnya bagi santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga baik dari segi sikap maupun kepribadian santri. Adapun berbagai manfaat yang diharapkan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

  a. Penelitian ini diharapkan menambah wawasan bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

  b. Memberikan penjelasan tentang akhlak dan sikap yang seharusnya dimiliki oleh santri sebagai seseorang yang sedang mencari ilmu baik ketika pembelajaran berlangsung maupun di luar pembelajaran. c. Memberikan sumbangan pemikiran sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi lembaga pendidikan islam khususnya pondok pesantren dalam rangka mencetak generasi islam yang berakhlakul karimah.

2. Manfaat Praktis

  a. Dengan adanya penelitian ini diharapakan semua pihak baik dari pengasuh, asatidz, pengurus maupun santri mampu mempelajari, memahami dan menerapkan akhlak seorang yang berilmu dalam kehidupan sehari-hari.

  b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan motivasi bagi santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian dan mengetahui secara jelas maksud dari judul skripsi yang penulis bahas, maka dengan ini penulis sampaikan batasan-batasan istilah yang terdapat dalam judul: 1.

   Peran Kyai

  Peran diartikan sebagai serangkaian prilaku yang dihadapkan dengan lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu dalam berbagai kelompok sosial. Peran merupakan salah satu komponen dari konsep diri (gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran dan identitas diri). Peran merupakan fungsi seseorang atau sesuatu dalam kehidupan (KBBI, 2008:1155).

  Menurut asal-usulnya, perkataan Kyai dalam bahasa jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang sangat berbeda: a. Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat; umpamanya, “Kyai Garuda Kencana” dipakai untuk sebutan Kereta

  Emas yang ada di Keraton Yogyakarta.

  b. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.

  c. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya. Selain gelar kyai, juga sering disebut seorang alim (orang yang ahli dalam pengetahuan Islamnya) (Dhofier, 1944:55).

2. Pembinaan Akhlak Santri

  Pembinaan berasal dari kata dasar bina yang dalam KBBI artinya proses, cara, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

  Akhlak berasal dari Bahasa arab khuluq, yang jamaknya “akhlaaq” artinya tingkah laku, perangai, tabiat, watak, moral etika atau budi pekerti. Kata akhlak ini lebih luas artinya dari moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebab akhlak meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriah dan batiniah seseorang (Zainuddin & Jambari, 1999:73).

  Santri merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah pomdok pesantren. Sedikitnya ada lima unsur pokok pondok pesantren yakni, kyai, santri, pengajian, asrama dan masjid (Departemen Agama RI, 2003:28).

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dikatakan bahwa santri memiliki arti orang yang sedang menuntut agama islam. Sedangkan menurut Efendi & Makhfudli, (2009:313) istilah santri berasal dari bahasa Sanskerta “shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan. Secara simpul, dapat dikatakan santri adalah seseorang yang sedang menuntut ilmu pengetahuan dan keagamaan di pesantren.

  Jadi pembinaan akhlak santri adalah sebuah usaha atau kegiatan yang dilakukan secara efisien untuk merubah dan memperbaiki tingkah laku seorang santri ke arah yang lebih baik yang sesuai dengan akhlak seorang yang berilmu.

3. Pondok Pesantren

  Istilah pondok berasal dari bahasa arab fundug, yang berarti hotel atau asrama. Sedangkan perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri (Dhofier, 1994:18).

  Pondok pesantren merupakan asrama sebagai tempat tinggal santri yang sedang menuntut ilmu keagamaan. Dimana santri dan guru tinggal bersama dalam satu lingkungan. Pesantren juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang kelas untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya.

F. Sistematika Penulisan

  Sistem penulisan skripsi merupakan dasar yang mengatur penyusunan skripsi untuk mempermudah jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan skripsi. Secara garis besar sistematika penulisan skripsi dapat dilihat sebagai berikut:

  1. Bagian Awal Bagian awal meliputi: sampul, lembar berlogo, judul (sama dengan sampul), persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, moto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

  2. Bagian Inti

  BAB I : PENDAHULUAN Meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II : LANDASAN TEORI Meliputi : Peran Kyai, yang membahas tentang definisi peran, definisi kyai, peran kyai, syarat-syarat kyai. Pembinaan Akhlak Santri, yang membahas tentang definisi pembinaan akhlak santri, definisi akhlak, tujuan pembinaan akhlak, macam-macam akhlak, definisi dan tujuan pembinaan akhlak, definisi santri/murid, kode etik penuntut ilmu/santri.

  Pondok Pesantren , menjelaskan definisi pondok pesantren, sejarah adanya

  pesantren, elemen-elemen/unsur pesantren, tujuan pesantren, peran pesantren, karakteristik pesantren, kurikulum pendidikan pesantren, metode pembelajaran pesantren.

  BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Meliputi: hasil penelitian yang meliputi gambaran umum lokasi dan subjek penelitian serta penyajian data hasil penelitian.

  BAB VI : PEMBAHASAN Meliputi: penganalisisan data yang diperoleh mengenai gambaran akhlak santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah, profil dan peran Kyai dalam pembinaan akhlak santri di Pondok Tarbiyatul Islam Al Falah, serta menganalisis bagaimana pergeseran akhlak santri pasca wafatnya sosok Kyai pada tahun 2015/2016 hinggga sekarang.

  BAB V : PENUTUP Meliputi: kesimpulan, saran dan kalimat penutup.

  3. Bagian Akhir Bagian akhir meliputi: daftar pustaka, daftar riwayat hidup penulis, dan lampiran-lampiran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Peran Kyai 1. Pengertian Peran Peran juga diartikan sebagai serangkaian perilaku yang dihadapkan

  dengan lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu dalam berbagai kelompok sosial. Peran merupakan salah satu komponan konsep diri (gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran dan identitas diri). Peran merupakan fungsi seseorang atau sesuatu dalam kehidupan (KBBI, 2008:1155).

2. Pengertian Kyai

  Sebagai seorang muslim, kita harus mengetahui apa tujuan utama ia bersusah payah mencintai dan mencari ilmu. Sesungguhnya apabila seseorang dalam mencari ilmu menggunakan niat yang salah, misalnya mencari ilmu untuk bersaing mencari popularitas, kebanggaan, kehormatan, kedudukan atau untuk mengungguli orang lain, maka sebenarnya ia telah berusaha menghancurkan agamanya, diri sendiri dan menggadaikan kebahagiaan akhirat dengan kesenangan dunia. Untuk itu benarlah perkataan Rasulullah SAW dalam sabdanya :

  ُجْعًَِس : َلاَق َُُّْع ُالله َيِضَر ِب اَّطَخْنا ٍِْب اَزًَُع ٍصْفَح ِْٗبَا ٍَْيُِِيْؤًُْنا ِزِيَا ٍَْع

  ُُّحَزْجِْ ِالله َلُْٕسَر ْجََاَك ًٍََْف ٖ َٔ ِثاَّيَِّااِب ُلاًَْعَ ْلااَي ٌَِّا : ُلُْٕقَي

  ََٕاَي ٍئِزْي ِّمُكِن اًَََِّا آَُبْيِصُياَيَُْد َٗنِا ُُّحَزْجِْ ْجََاَك ٍَْئَ.ِِّنُْٕسَرَٔ ِالله َٗنِا ُُّحَزْجَِٓف ِِّنُْٕسَرَٔ ِالله َٗنِا )ىهسي ٔ ّٖراخبنا ِأر( ِّْيَنِا َزَجاَْاَي َٗنِا ُُّحَزْجَِٓف آَُحِكَُْي ٍةَأَزْيأَِا

  Artinya : Bersumber dari Amirul Mu‟minin Abi Hafsh Umar bin Al

  Khaththab ra., ia berkata;”Aku telah Rasulullah SAW bersabda; “Sesungguhnya segala amal perbuatan tergantung pada niat, dan

  bahwasanya bagi tiap-tiap orang apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya menuju (keridhaan) Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu ke arah (keridhaan) Allah dan RasulNya. Barangsiapa yang hijrahnya itu karena dunia (harta atau kemegahan dunia), atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu ke arah yang ditujunya .

  (HR. Bukhari Muslim) hal ini diungkapkan oleh Sunarto, (2011:19-20).

  Apabila niat dan tujuan dalam mencari ilmu adalah untuk mencari petunjuk, bukan hanya mencari kepandaian berbicara maka sesungguhnya kegembiraan telah kita dapatkan. Karena ketika seseorang yang mencari ilmu dengan niat demikian, ketika berjalan para malaikat membeberkan sayapnya dan rela diinjak dan ikan-ikan di laut memohonkan ampunan untuknya dari Allah SWT (Al Ghazali, 2013:9). Semoga Kita semua termasuk di dalamnya, amin.

  Ilmu untuk sampai kepada seseorang memerlukan sebuah perantara. Dalam pendidikan formal sebuah ilmu pengetahuan bisa sampai kepada murid melalui penjelasan guru. Begitu halnya di pondok pesantren.

  Pengajian dan pembelajaran di pondok pesantren akan berhasil dan sampai kepada santri melalui peran kyai. Peran sentral kyai adalah sebagai pemrakarsa berdirinya pesantren, dengankan hubungan antara santri dan kyai serta hubungan masyarakat dengan kyai menunjukkan kekhasan lembaga ini (Muin dkk, 2007:1).

  Yasmadi (2002:63) menjelaskan bahwa keberadaan seorang kyai dalam lingkungan sebuah pesantren laksana jantung bagi kehidupan manusia. Intensitas kyai memperlihatkan peran yang otoriter , disebabkan karena kyailah perintis, pendiri, pengelola, pengasuh, pemimpin, dan bahkan juga pemilik tunggal sebuah pesantren. Oleh sebab alasan ketokohan di atas, banyak pesantren yang akhirnya bubar lantaran ditinggal wafat kyainya. Sementara kyai tidak memiliki keturunan yang dapat melanjutkan usahanya.

  Menurut Haryanto (2012:2), signifikasi peran kyai di sebuah pondok pesantren tersebut tentu disertai adanya interaksi kyai sebagai pengasuh pondok pesantren dengan komunitasnya (santri). sedangkan mengenai bentuk atau model interaksi yang ditampilkan ada perbedaan antara satu kyai dengan kyai lainnya. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh karakteristik pondok pesantren dimana kyai memimpinnya atau pengaruh karakter masing-masing kyai itu sendiri. Terlepas dari perbedaan bentuk atau model interaksi yang terjadi antara kyai memiliki peran signifikan dalam mengelola dan mengembangkan lembaga pondok pesantren yang dipimpinnya.

  Hubungan pemimpin pesantren dengan para santrinya tampaknya tidak hanya terbatas pada hubungan antara guru dan murid belaka. Akan tetapi, lebih dari itu yaitu hubungan timbal balik di mana santri menganggap kyainya sebagai bapaknya sendiri., sementara itu kyai menganggap santrinya sebagai titipam Tuhan yang senantiasa harus dilindungi (hubungan antara orang tua dan anak). Peranan kyai sebagai guru tentunya sebagai tempat bertanya. Kemudian, peranannya sebagai orang tua, kyai merupakan tempat di mana santri mengadu, terutama ketika santri mempunyai masalah yang tidak dapat dipecahkan sendiri (Galba, 2004: 62-64).

  Seperti yang sudah penulis jelaskan sebelumnya, selain peran kyai sebagai pendiri, pengasuh, pengelola maupun pemilik tunggal pesantren, kyai juga merupakan guru yang membimbing dan membina santri untuk memperoleh ilmu keagamaan yang diharapkan dapat menyampaikan seorang hamba kepada ketaqwaan terhadap Allah SWT. Mereka bukan petani, tetapi pemimpin dan pengajar, yang memiliki kedudukan tinggi di masyarakat. Profesi mereka sebagai pengajar dan penganjur Islam membuahkan pengaruh yang melampaui batas-batas desa (bahkan kabupaten) di mana pesantren mereka berada (Dhofier, 1994:56).

  Berdasarkan penuturan tersebut, penulis menarik benang merah bahwa yang dimaksudkan oleh Dhofier (1994:56), bahwa Kyai sebagai sebagai pemilik pesantren juga berperan sebagai guru. Guru merupakan komponen pembelajaran yang memegang peranan penting dan utama.

  Tugas guru dalam pendidikan lingkup pesantren tak berbeda dengan peran guru dalam pendidikan formal adalah menyampaikan materi dan informasi kepada santri seputar ilmu pengetahuan dan ilmu keagamaan melalui metode atau cara tertentu ketika pembelajaran berlangsung.

  Kata guru berasal dalam bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar. Dalam bahasa Inggris, dijumpai kata teacher yang berarti pengajar. Sedang dalam bahasa Arab istilah yang mengacu kepada pengertian guru lebih banyak lagi seperti

  al „alim (jamaknya ulama) atau al

mu‟allim, yang berarti orang yang mengetahui dan banyak digunakan para

  ulama/ahli pendidikan untuk menunjuk pada hati guru. Sebagian ulama menggunakan istilah al mudarris untuk arti orang yang mengajar atau orang yang memberi pelajaran. Istilah ustadz untuk menunjuk kepada arti guru yang khusus mengajar bidang pengetahuan agama islam. (Nata, 2001:41- 42).

  Siswa disini merupakan orang yang siap belajar dan diajar. Sedangkan guru, adalah orang yang berperan memfasilitasi dan mengatur proses pembelajaran. Dalam hal ini dapat dikatakan guru berperan sebagai pengelola atau director of learning (Husdarta & Yudha, 2014:1). Yang dalam hal ini siswa yang berarti santri dan guru berarti kyai.

  Dalam islam, guru di katakan sebagai al „alim artinya orang yang berilmu atau orang yang memiliki ilmu, yang dalam hal ini seorang guru harus mampu mengamalkan ilmunya sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam kitab Tarikh Baghdad yang berbunyi:

  

.ٍر اََ ٍِْي ٍو اَجِهِب ِتَي اَيِقْنا َوَْٕي ُالله ًََُّجْنَا ًََُّخَكَف ًاًْهِع َىَّهَع ٍَْي : ىعهص ِالله ُلُْٕسَر َلاَق

  Artinya:

  “Barangsiapa saja ditanya tentang ilmu kemudian menyimpan ilmunya ( tidak mau mengajarkan), maka Allah akan mengekang dia dengan kekangan api neraka pada hari kiamat ”.

  Sabda Rasulullah SAW di atas cukup menjadi bukti dan alasan mengapa guru harus mengamalkan ilmu yang mereka miliki,baik ilmu pengetahuan umum maupun ilmu agama. Allah SWT telah menjanjikan sebuah nikmat tersendiri bagi orang yang berilmu. Hal ini dijelaskan dalam FirmanNya:

  )

  11 … : تنداجًنا( ... ٍثاَجَرَد َىْهِعْنا إُْحُٔا ٍَْيِذَّنأَ ْىُكُِْي إَُُْيا ٍَْيِذَّنا ُالله ِعَفْزَي

  Artinya : ... Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang

  beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ... (Q.S Al Mujadilah : 11)

  Namun untuk menjadi seorang guru yang dapat mempengaruhi murid ke arah kebahagiaan dunia dan akhirat sesungguhnya tidaklah ringan. Dari segi pendidikan islam, maka secara umum untuk menjadi guru yang baik dan dapat memenuhi tanggung jawab yang telah dibebankan kepadanya, ada beberapa syarat yang hendaknya dipenuhi diantaranya:

  a. Taqwa kepada Allah

  Guru, sesuai dengan tujuan Ilmu Pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik murid bertaqwa kepada Allah sedangkan ia sendiri tidak bertqwa kepada Nya. Sebab seorang guru merupakan teladan bagi muridnya sebagaimana Rasulullah SAW menjadi teladan bagi sahabat dan umatnya. Sejauh mana seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada murid-muridnya sejauh itu pula ia dapat diperkirakan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa dan agama yang baik dan mulia.

  b. Berilmu

  Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk menerima sebuah jabatan.

  Gurupun harus mempunyai ijazah supaya dibolehkan mengajar, kecuali dalam keadaan darurat. Misalnya, jumlah murid semakin meningkat sedangkan jumlah guru jauh dari kata mencukupi, maka terpaksa menyimpang untuk sementara yakni menerima guru yang belum berijazah. Tetapi dalam keadaan normal ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan yang ditempuh seseorang, maka makin baik mutu pendidikan dan pada gilirannya makin tinggi pula derajat masyarakat.

  c. Sehat jasmani

  Kesehatan jasmani kerap kali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular umpamanya sangat membahayakan bagi kesehatan anak-anak. Di samping itu, guru yang memiliki penyakit tidak akan bergairah mengajar.

  Kita kenal ucapan “Mens Sana In Corpore Sano”, yang artinya di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Walaupun pepatah itu mungkin tidak benar secara menyeluruh, akan tetapi bahwa kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat bekerja. Sangatlah jelas guru yang sering kali sakit-sakitan kerapkali terpaksa absen dan tentunya merugikan anak-anak.

  d. Berkelakuan baik

  Budi pekerti maha penting dalam pendidikan watak murid. Guru harus menjadi suri tauladan karena anak-anak bersifat suka meniru.

  Karena diantara tujuan pendidikan adalah membentuk akhlak baik kepada anak dan ini hanya mungkin jika guru itu juga berakhlak baik juga. Guru yang tidak berakhlak baik tidak mungkin dipercayakan pekerjaan mendidik. Yang dimaksud dengan akhlak yang baik dalam ilmu pendidikan islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran islam, seperti yang dicontohkan pendidik utama yakni Rasulullah SAW (Djaelani & Nasution, 1984, 40).

B. Pembinaan Akhlak Santri 1. Pengertian Pembinaan Akhlak

  Pembinaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:152) adalah usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan adalah kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada dengan mengamalkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari (Syafaat dkk, 2008:153).

  Akhlak berasal dari Bahasa arab khuluq , yang jamaknya “akhlaaq” artinya tingkah laku, perangai, tabiat, watak, moral etika atau budi pekerti.

  Kata akhlak ini lebih luas artinya dari moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebab akhlak meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriah dan batiniah seseorang (Zainuddin & Jambari, 1999:73).

  Akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam pada diri seseorang yang selalu melekat pada dirinya. Sifat ini berupa perbuatan baik yang disebut akhlak mulia (akhlakul

  mahmudah/karimah ) atau berupa perbuatan buruk, yang disebut akhlak tercela (akhlakul madzmumah/sayyiah).

  Al Ghazali (2008:144-145) menjelaskan bahwasanya akhlak yang luhur merupakan pintu yang terbuka dari hati tiap-tiap manusia yang menuju ke arah surga di sisi Allah yang Maha Penyayang. Sebaliknya, akhlak yang rendah merupakan penyakit hati dan jiwa yang menghilangkan kehidupan abadi, tidak sama halnya dengan penyakit badan yang hanya dapat mengikis kehidupan jasad. Maksud dari penjelasan tersebut kurang lebih mengatakan bahwa kahlak yang baik akan membawa pemiliknya menuju surga sedang akhlak yang buruk akan menghilangkan kedamaian yang abadi.

  Nata (2013:209) menjelaskan bahwa, dilihat dari segi hubungan manusia dengan dirinya serta hubungannya dengan Tuhan, manusia dan lainnya, maka akhlak itu ada yang berkaitan dengan dirinya sendiri, dengan Tuhan, dengan manusia, masyarakat, alam dan dengan segenap makhluk Tuhan lainnya yang gaib. Akhlak dengan diri sendiri antara lain; tidak membiarkan diri sendiri dalam keadaan lemah, tidak berdaya dan terbelakang, baik secara fisik, intelektual, jiwa, spiritual, sosial dan emosional. Akhlak terhadap diri sendiri dilakukan dengan cara membuat diri sendiri secara fisik dalam keadaan sehat, kokoh dan memiliki berbagai keterampilan; mengisi otak dan akal pikiran dengan berbagai pengetahuan; mengisi iwa dengan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan, dan seni; mengisi jiwa dengan kemampuan bersosialisasi dengan amsyarakat sekitarnya dan sebagainya.

  Selanjutnya Akhlak terhadap Tuhan antara lain dengan mengenal, mengetahui, mendekati dan mencintaiNya; melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi larangannya; menghiasi diri dengan sifat- sifatNya atas dasar kemampuan dan kesanggupan manusia; membumikan ajaranNya dalam kehidupan inividu, masyarakat dan bangsa.

  Untuk itu selain kepada Allah sebagai Tuhan semesta alam, akhlak terhadap sesama manusia perlu di perhatikan. Hal ini mengingat perkembangan zaman yang dikhawatirkan dapat menyebabkan luntur bahkan hilangnya rasa saling menghargai sesama manusia. Baik berupa akhlak kepada orang tua, guru, saudara dekat maupun orang yang belum dikenal sebelumnya.

  Jadi dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan pembinaan akhlak adalah sebuah usaha atau kegiatan yang dilakukan secara efisien untuk merubah, memperbaiki dan menyempurnakan tingkah laku seseorang.

2. Pembinaan Akhlak

  Sebelum merumuskan tujuan pembinaan akhlak, kita harus mengetahui tujuan pendidikan pendidikan Islam terlebih dahulu. Menurut Bustomi & Basri (1970:108), Muhammad Al Athiyah Al Abrasy, mengatakan bahwa tujuan utama pendidikan agama Islam ialah membentuk akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang- orang yang bermoral, laki-laki maupun perempuan, jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak asasi manusia, tau membedakan baik dan buruk, memilih suatu fadhilah karena ia cinta pada fadhilah, menghindari suatu perbuatan yang tercela, karena ia tercela dan mengingat Tuhan dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan.

  Sedangkan tujuan pembinaan moral dan akhlak dalam Islam ialah untuk membentuk orang-orang berakhlak baik, keras kemauan, sopan dalam ucapan dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan perangai , bersifat bijaksana, sempurna, beradab, ikhlas, jujur dan suci (Bustomi & Basri, 1970:109).

Dokumen yang terkait

AKHLAK DALAM KASIDAH BURDAH (Studi Pembacaan Burdah di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo)

0 31 98

PERSEPSI SANTRI TERHADAP KETERLIBATAN KYAI DALAM POLITIK (Studi Penelitian di Pondok Pesantren Darul Ulum, Desa Rejoso, Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang)

4 25 31

Promosi Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah Bandung

0 18 61

Pembangunan Sistem Informasi Pengolahan Data Siswa di Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah

3 31 94

Pembangunan Sistem Informasi E-Invitation di Pondok Pesantren Menengah Al Islamiyyah Bandung Barat Berbasis Website

0 16 146

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA SANTRI PUTRA DI PONDOK PESANTREN (Studi Kasus di Pondok Pesantren Tri Bhakti At Taqwa Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur)

2 51 77

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Anggota Pengurus Harian Pondok Pesantren Menggunakan Metode Profile Matching (Studi Kasus Pondok Pesantren Putra Sabilurrosyad)

0 0 9

Implementasi Metode Amtsilati Di Pondok Pesantren Al Hasan Salatiga Tahun 2018 - Test Repository

0 1 144

MODEL PENDIDIKAN ENTREPRENEURSHIP DI PESANTREN (Studi Kasus di Pondok Pesantren Salaf Al Ittihad Poncol dan Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang) - Test Repository

0 2 56

POLA PIKIR SANTRI TERHADAP ORIENTASI KARIER (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Iman Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Tahun 2018) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 5 206