TINGKAT KEBUGARAN JASMANI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA SANTRI PUTRA DI PONDOK PESANTREN (Studi Kasus di Pondok Pesantren Tri Bhakti At Taqwa Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur)

(1)

(2)

ABSTRAK

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA SANTRI PUTRA DI PONDOK PESANTREN

(Studi Kasus di Pondok Pesantren Tri Bhakti At Taqwa Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur)

Oleh Zan Mufadillah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kebugaran jasmani terhadap produktivitas kerja para santri putra pondok pesantren Tri Bhakti At-Taqwa di Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi peneliti dan masyarakat luas khususnya Departemen Agama untuk menambah pengetahuan sekaligus referensi seberapa penting kebugran jasmani terhadap produktivitas kerja, terutama dalam menunjang kegiatan ibadah para santri.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan pendekatan gabungan (mixed methods) antara metode kuantitatf dan kualitatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh santri putra Pondok Pesantren Tri Bhakti At-Taqwa Raman Utara yang berjumlah 246 orang sedangkan sampel yang digunakan yaitu sebanyak 50 orang. Pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk kualitatif, sedangkan data kuantitatif menggunakan tes yaitu TKJI untuk SD, SMP, SMA, dan data dianalisis mengunakan trianggulasi data. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan secara deskriptif kuantitatif, yaitu bahwa tingkat kebugaran jasmani santri putra Pondok Pesantren Tri Bhakti At-Taqwa Raman Utara mayoritas pada klasifikasi sedang, dengan persentase masing-masing klasifikasi yaitu, untuk klasifikasi baik sekali (BS) sebesar 8%, klasifikasi baik (B) sebesar 24%, klasifikasi sedang (S) sebesar 46%, klasifikasi kurang (K) sebesar 20%, dan untuk klasifikasi kurang sekali (KS) sebesar 2%. Dan tingkat produktivitas kerja santri secara umum cukup tinggi.

Kata kunci: Kebugaran Jasmani, Produktivitas, Metode Gabungan (mixed methods), Trianggulasi.


(3)

: r: ;

: Dr. Rahmtt Hemawan, M.Kec.

Sekrefiaric : Dr. Marte Dinata' lt{.Pd.


(4)

(5)

(6)

xii DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN... v

RIWAYAT HIDUP... vi

MOTTO... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… Identifikasi Masalah ...……….. Rumusan Masalah ……….. 1 B. 5 C. 5 D. Tujuan Penelitian ………... 6

E. Manfaat Penelitian ………... 6

II. KAJIAN TEORI A. Kebugaran Jasmani ………... 1. Pengertian Kebugaran Jasmani……….……... 8 8 2. Komponen Kebugaran Jasmani..……….…... 12


(7)

xiii

3. Faktor Yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani... 17

4. Latihan Kebugaran Jasmani ... 20

B. Produktivitas ... 25

1. Hakikat Produktivitas...………... 25

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas ... 29

3. Konsep Dasar Sistem Produktivitas ... 31

C. Pondok Pesantren ... 37

1. Pengertian Pondok Pesantren ………... 37

2. Fungsi dan Peranan Pondok Pesantren ... 40

D. Kerangka Pemikiran ...……… 41

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ...……….………... Lokasi Penelitian ……….. Populasi dan Sampel Penelitian .………... 1. Populasi ………. 2. Sampel ……….……….. 43 B. 45 C. 45 45 46 D. E. Definisi Operasional Variabel ... Data dan Sumber Data ...……… 47 48 1. Data Primer ...……… 48

2. Data Sekunder ...……… 54

F. Teknik Pengumpulan Data ...……….. 55

1. Wawancara ...………. 55

2. Pengamatan/ Observasi ...……… 56

3. Dokumentasi ...……… 57

G. Analisis Data ...……….. 57

G. Keabsahan Data ...……… 60

H. Tahap-Tahap Penelitian ...……….……….…………... 62

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 64

1. Sejarah Pondok Pesantren Tri Bhakti At-Taqwa Raman Utara ... 64

2. 3. 4. Struktur Organisasi ... Kondisi Fisik ... Jumlah Santri dan Distribusi Kelas ……… 66 67 68 B. Deskripsi Data ... 71

1. 2. 3. Gambaran Umum Santri ……… Hasil Temuan ……….……… Tingkat Kebugaran Jasmani Santri ……… 71 75 84 C. Pembahasan 87 1. Tingkat Kebugaran Jasmani Santri Putra Kelompok Umur 10-12 Tahun Terhadap Produktivitas Kerja ………. 87


(8)

xiv

2. Tingkat Kebugaran Jasmani Santri Putra Kelompok Umur

13-15 Tahun Terhadap Produktivitas Kerja ………. 91 3

.

Tingkat Kebugaran Jasmani Santri Putra Kelompok Umur

16-19 Tahun Terhadap Produktivitas Kerja ………. 96 D. Analisis Hasil Penelitian ………... 101

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan dan saran ………... 104 1. Kesimpulan ………... 104 2. Saran………... 105


(9)

A. Latar Belakang

Berbagai aktivitas sehari-hari selalu dijalani oleh setiap manusia, baik dari tingkat balita sampai lansia. Ketika menginjak usia balita, aktivitas sehari-harinya diisi dengan tidur karena pada umumnya balita membutuhkan waktu delapan jam sehari untuk tidur. Ketika menginjak usia anak-anak, manusia mulai tumbuh, berkembang, dan aktivitas sehari-harinya pun diisi dengan bermain disertai dengan pemberian pelajaran yang disesuaikan dengan usia anak tersebut. Ketika menginjak usia remaja aktivitasnya diis i dengan belajar dan bersekolah dengan kata lain menuntut ilmu melalui pendidikan formal dan informal. Baik itu di sekolah umum maupun sekolah keagamaan. Ketika tumbuh dewasa, seorang manusia lazimnya bekerja hingga menginjak masa usia tua. Hal ini dilakukan untuk memberikan bekal dalam mengarungi hidup dan mempertahankan hidupnya.

Dalam menjalankan aktivitas tersebut, manusia mengalami masa produktif antara lain dalam belajar, bekerja dan berumah tangga. Ketika menjalankan aktivitas kesehariannya, manusia membutuhkan kondisi fisik yang sehat dan bugar. Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Kepentingan kebugaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi,


(10)

“semakin tinggi tingkat kesehatan, maka kebugaran jasmaninya pun akan semakin baik pula” (Anwar, 2001: 33). Selain untuk menjaga kesehatan, kebugaran jasmani sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia, seperti yang diungkapkan oleh (Agus Mukholid, M.Pd, 2004 : 3) bahwa fungsi kebugaran jasmani bagi anak untuk tumbuh dan berkembang baik itu secara fisik maupun mental, untuk pelajar ataupun seseorang dalam menuntut ilmu kebugaran jasmani berfungsi untuk mempertinggi kemampuan belajar, ketika seorang pelajar belajar membutuhkan konsentrasi yang baik, dan konsentrasi seseorang didapat ketika ia berada dalam kondisi yang sehat dan tidak mengalami kelelahan yang berarti.

Kebugaran jasmani merupakan hal yang penting yang harus dimiliki setiap individu dari segala macam profesi, baik itu sebagai seorang siswa, pegawai, eksekutif muda, tentara, sampai pada buruh kasar sekalipun. Seberapa penting kebugaran jasmani tersebut bagi generasi suatu bangsa dapat kita telusuri dari kepedulian para pemimpin suatu negara, yaitu ketika presiden Amerika Serikat sangat gusar terhadap suatu laporan penelitian bahwa tingkat kebugaran generasi pemuda mereka tergolong dalam kategori rendah, lebih rendah dari anak-anak di negara-negara Eropa. Untuk mengatasi hal tersebut, melalui Dekrit Presiden(President Dweigth D Eisenhower) dibentuklah badan yang disebut dengan “The Presidents Council On Physical Fitness. Cina sebagai negara dengan jumlah penduduk milyaran orang, melakukan kampanye besar-besaran pada saat menjadi tuan rumah olimpiade 2008 melalui moto;One World, One Dream,semangat bersatu untuk mencapai cita-cita, impian yang tinggi, dan Cina pun menjadi juara umum olimpiade Beijing


(11)

2008. Sedangkan di negara kita, upaya untuk membangun kebugaran jasmani dipelopori oleh Presiden Soeharto melalui slogan “Mengolahragakan Masyarakat dan Memasyarakatkan Olahraga”.

Kebugaran jasmani seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah sesuatu yang sudah terdapat dalam tubuh seseorang yang bersifat menetap misalnya genetik, umur, jenis kelamin. Sedangkan faktor eksternal antara lain lingkungan, bermasyarakat dan pola hidup. “Pola hidup adalah suatu cara atau kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti makan, minum, istirahat menjaga tubuh untuk tetap sehat” (Adrian, 2009: 29). Pola hidup terbagi dua, ada pola hidup sehat dan pola hidup yang tidak sehat. Pola hidup sehat adalah pola hidup yang sesuai dengan kaidah kesehatan, antara lain makan dan minum teratur, menjaga berat badan tetap ideal, serta istirahat yang cukup. Sedangkan pola hidup yang tidak sehat adalah pola hidup yang tidak sesuai dengan kaidah kesehatan, antara lain makan dan minum tidak teratur, kurang istirahat serta kebiasaan merokok.

Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Santri merupakan salah satu unsur yang ada pada pondok pesantren, di dalam pondok pesantren santri dituntut melakukan aktivitas yang cukup memerlukan tenaga dan konsentrasi lebih, semisal ibadah malam atau yang sering disebut sholat Tahajjud, hafalan Al Qur’an, dll. Sehingga untuk dapat


(12)

menjalankan kewajibannya tersebut, santri juga diharuskan mempunyai kondisi badan yang sehat dan tingkat kebugaran jasmani yang mumpuni.

Pada Tahun 2001 pemerintah yang di dalamnya terlibat antara Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Pemuda dan Olahraga, Menteri Agama, dan Menteri Pariwisata dan Kesenian mencetuskan adanya Pekan Olahraga dan Seni Antar Pondok Pesantren Tingkat Nasional (Pospenas) yang di latarbelakangi adanya Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) antar pondok pesantren se-Jawa. Sehingga dengan adanya kegiatan tersebut, santri juga di tuntut untuk memiliki keahlian di bidang olahraga, dengan kata lain santri harus memiliki kondisi tubuh yang sehat dan bugar.

Di dalam Al Qur’an pun dijelaskan, betapa pentingnya kesehatan guna menunjang kinerja dan aktivitas keseharian bagi umat manusia khususnya bagi orang muslim, itu terlihat jelas dalam beberapa ayat di dalam Al Qur’an, diantaranya tentang pola makan, yaitu dalam QS.Al-A`raf; 31, yang artinya

“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. Di sebutkan pula bagaimana pola istirahat bagi manusia yang dijelaskan dalam QS. Yunus; 67, yang artinya: “Dia lah yang menjadikan malam bagimu agar kamu beristirahat padanya dan menjadikan siang terang benderang.

Persoalan pola hidup dalam aktivitas keseharian santri di lingkungan pondok pesantren yang mengaplikasikan pola hidup sehat melalui ibadah tetapi juga melakukan kebiasaan pola hidup yang tidak sehat seperti halnya merokok khususnya untuk santri putra, menjadi suatu masalah yang perlu di kaji


(13)

bagaimana tingkat kebugaran yang ada pada santri dan bagaimana produktivitas kerja dari santri tersebut khususnya yang ada di provinsi Lampung, karena kualitas sumber daya ditentukan oleh kualitas fisik dan non fisik yang keduanya saling berkaitan dan berpengaruh sehingga perlu mendapat perhatian yang sama agar manusia dalam kondisi keseimbangan yang baik.

Dari latar belakang tersebut di atas, maka disini peneliti mencoba untuk meneliti bagaimana tingkat kebugaran jasmani terhadap produktivitas kerja santri putra di pondok pesantren Tri Bakti At-Taqwa Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya pemahaman santri tentang pentingnya kebugaran jasmani dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

2. Kurangnya pemahaman petinggi/Kyai/guru pondok pesantren tentang pentingnya kebugaran jasmani dalam melakukan aktivitas sehari-hari. 3. Masih kurangnya pengetahuan santri tentang tingkat kebugaran jasmani

masing-masing individu.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang di uraikan di atas, maka yang menjadi hal pokok yang akan dikaji lebih jauh adalah, “bagaimana tingkat


(14)

kebugaran jasmani terhadap produktivitas kerja santri putra di Pondok Pesantren di Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur?”.

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat kebugaran jasmani terhadap produktivitas kerja santri putra pondok pesantren Tri Bakti At-Taqwa di Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur.

2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui gambaran Aktivitas keseharian santri di lingkungan pondok pesantren Tri Bakti At-Taqwa di Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur.

b. Mengetahui gambaran tingkat kebugaran jasmani santri putra di pondok pesantren Tri Bhakti At-Taqwa Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur.

E. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat teoritis

Diperoleh informasi mengenai aktivitas santri di lingkungan pondok pesantren dan tingkat kebugaran jasmani santri. sehingga menambah wawasan tentang


(15)

pentingnya kebugaran jasmani dalam melaksanakan aktivitas di lingkungan pondok pesantren.

2. Manfaat Praktis

a. Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas Lampung.

Menambah referensi kepustakaan kesehatan, khususnya kebugaran santri mengingat masih sedikitnya referensi tentang kesehatan di perpustakaan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas Lampung.

b. Departemen Agama daerah

Memberikan informasi kepada instansi terkait, khususnya Departemen Agama, bagaimana tingkat kebugaran jasmani santri putra pondok pesantren di Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur.

c. Diri sendiri

Menambah wawasan dan pengalaman belajar tentang Aktivitas dan tingkat kebugaran jasmani khususnya santri pondok pesantren, dan juga sebagai upaya menerapkan teori keilmuan yang diperoleh selama mengikuti pendidikan di Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas Lampung.


(16)

A. Kebugaran Jasmani

1. Pengertian Kebugaran Jasmani

Semua bentuk kegiatan manusia selalu memerlukan dukungan fisik, masalah kemampuan fisik merupakan faktor dasar bagi setiap aktifitas manusia. Maka untuk melakukan setiap aktifitas sehari-hari, minimal harus mempunyai kemampuan fisik yang selalu mendukung aktifitas tersebut.

Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari setiap orang tidak akan lepas dari kebugaran jasmani, karena kebugaran jasmani merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Kebugaran jasmani terkait erat dengan keadaan kesehatan seseorang. Definisi sehat menurut organisasi kesehatan dunia (Komariyah, 2006:36) adalah, “health is a state of physical, mental and social well being and not merely the absence of disease or infirmity. Selanjutnya juga dalam (Komariyah, 2006:36) menyatakan, “health is a relative state in which one is able to function well psychologicall, mentally, socially and spiritually in order to express the full range of ones unique potentialities within the environment in which one is living.


(17)

Berdasarkan definisi di atas, maka salah satu indikator seseorang dikatakan sehat adalah mempunyai kebugaran jasmani yang baik. Berkaitan dengan pengertian kebugaran jasmani, Kusmaedi (2008:93) mengungkapkan, kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, sehingga tubuh masih memiliki simpanan tenaga untuk mengatasi beban tambahan.

Senada dengan pendapat tersebut, Giriwijoyo (2002:23) mengungkapkan, kebugaran jasmani adalah keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu atau terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara yang efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya.

Sedangkan menurut Presiden‟t Council N Physical Fitness And Sport (dalam Kusmaedi, 2008:93) mengartikan “kebugaran jasmani sebagai kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan penuh vitalitas dan kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih cukup energi untuk bersantai pada waktu luang dan menghadapi hal-hal yang sifatnya darurat.”

Karpovich (dalam Kusmaedi, 2008:95) mengungkapkan bahwa physical fitness (kebugaran jasmani) berarti memenuhi beberapa syarat atau sanggup mengatasi beberapa syarat fisik”. Ini dikarenakan fisik bersifat anatomis dan fisiologis sehingga timbul 2 istilah yaitu anatomical (struktural) fitness dan


(18)

phsyiollogisial fitness. Anatomical fitness adalah berhubungan dengan persyaratan – persyaratan yang bersangkutan dengan ukuran berat badan, kelengkapan sruktural anatomi. Sedangkan physiollogisal fitness adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi-fungsi alat tertentu. Disamping itu psychological fitness, yaitu ketika seseorang memiliki emosi stabil, daya persepsi, motivasi, dan pendidikan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas.

Menurut Suroto (2004:2), kebugaran jasmani merupakan kemampuan atau kesanggupan seseorang untuk melakukan aktivitas atau kegiatan dengan daya kerja tinggi tanpa mengalami kelelahan yang berarti atau berlebihan. Senada dengan pendapat tersebut, Sigit Nugroho (2010:5), mengemukakan bahwa “kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu luang serta untuk keperluan mendadak.”

Pembinaan kebugaran jasmani sangat berpengaruh bagi siswa guna menunjang proses pembelajaran di sekolah, serta aktivitas fisik lain diluar sekolah. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani adalah kualitas kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami suatu kelelahan yang berlebihan dan masih dapat menikmati waktu luang serta selalu siap untuk melakukan aktivitas fisik lainnya. Dalam aktivitas sehari-hari, kebugaran jasmani menggambarkan keadaan tubuh seseorang selain mampu


(19)

mengerjakan pekerjaan rutin harian juga masih sanggup melakukan aktivitas fisik lainnya.

Kebugaran jasmani mempunyai fungsi pengemban kesanggupan kerja bagi siapapun, sehingga dapat menyelesaikan tugas pekerjaannya dengan baik dengan tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Adapun fungsi dari kebugaran jasmani dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Golongan yang dihubungkan dengan pekerjaan

a. Kebugaran jasmani bagi olahragawan dibutuhkan untuk meningkatkan prestasi.

b. Kebugaran jasmani bagi karyawan dibutuhkan untuk meningkatkan efisien dan produktivitas kerja.

a. Kebugaran Jasmani bagi pelajar dan mahasiswa jasmani bagi anak untuk meningkatkan prestasi dan mempertinggi kemampuan hasil belajar.

2. Golongan yang dihubungkan dengan keadaannya.

a. Kebugaran jasmani bagi penderita cacat untuk rehabilitasi.

b. Kebugaran jasmani bagi ibu hamil untuk perkembangan bayi dalam kandungan mempersiapkan diri menghadapi saat persalinan. 3. Golongan yang dihubungkan dengan usia

a. Kebugaran jasmani bagi anak untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan yang baik.

b. Kebugaran jasmani bagi orang tua untuk mempertahankan kondisi fisik terhadap serangan penyakit. (Sumanto Y, 1993)


(20)

2. Komponen Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani terdiri dari beberapa komponen seperti yang dikemukakan oleh Rusli Lutan (2001:8) dalam F Suharjana (2008:66) bahwa “komponen kebugaran jasmani terdiri dari kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan, yang mengandung unsur empat pokok yaitu: kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan aerobik, dan fleksibilitas, serta kebugaran jasmani yang berkaitan dengan performance, mengandung unsur: koordinasi, kelincahan, kecepatan gerak, dan keseimbangan.”

Menurut Corbin, et al, (1997) komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan meliputi: komposisi tubuh, kesegaran jantung dan peredaran darah, kelentukan, daya tahan otot, dan kekuatan, sedangkan komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan meliputi: kelincahan, keseimbangan, koordinasi, daya ledak, waktu reaksi, dan kecepatan.

Sedangkan menurut Entan Saptani (2007), menjelaskan bahwa komponen kebugaran jasmani secara fisiologis adalah fungsi dari fleksibilitas, kekuatan otot, daya tahan otot, fungsi koordinasi syarat dan daya tahan umum. Dengan demikian kebugaran jasmani yang terkait dengan kesehatan terdiri atas kelenturan, kekuatan otot, daya tahan otot, dan daya tahan umum.

Berdasarkan beberapa definisi yang diuraikan diatas tentang komponen kebugaran jasmani dapat disimpulkan bahwa status kebugaran jasmani dapat dinilai dari komponen-komponen yang dikelompokkan menjadi kelompok


(21)

kebugaran jasmani yang berhubungan dengan unsur kesehatan dan kelompok yang berhubungan dengan unsur keterampilan danperformance.

Dalam buku panduan kesehatan olahraga, Faizati Karim (2002) dijelaskan komponen kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan, yaitu:

A. Komposisi Tubuh

a. Persentase (%) lemak dari berat badan total dan Indeks Masa Tubuh (IMT)

b. Lemak cepat meningkat setelah berumur 30 tahun dan cenderung menurun setelah berumur 60 tahun.

c. Memberi bentuk tubuh

d. Pengukuran : Skinfold callipers, IMT, IMT = ( Berat badan : Tinggi badan ).

e. Obesitas pada anak-anak disebabkan oleh : hipeplasi dan hipertropi sel adiposit serta input berlebihan.

f. Obesitas pada orang dewasa disebabkan oleh : hiperplasi dan hipertropi sel adiposit serta output yang kurang.

B. Kelenturan/fleksibilitas tubuh

a. Luas bidang gerak yang maksimal pada persendian tanpa dipengaruhi oleh suatu paksaan atau tekanan.

b. Dipengaruhi oleh : jenis sendi, struktur tulang, jaringan sekitar sendi, otot, dan ligamen


(22)

d. Anak-anak lebih besar dari orang dewasa. e. Puncak kelenturan terjadi pada masa pubertas

f. Pentingnya pada setiap gerak tubuh karena meningkatkan efisiensi kerja otot.

g. Dapat mengurangi cidera ( orang yang kelenturannya tidak baik cenderung mudah mengalami cidera ).

h. Pengukuran : duduk tegak depan ( sit and reach test ) Flexometer.

C. Kekuatan Otot

a. Kontraksi maksimal yang dihasilkan otot, merupakan kemampuan untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan.

b. Laki-laki kira-kira 25% lebih besar dari wanita ( Testoteron merupakan anabolik steroid ).

c. Diukur dengan dinamometer.

D. Daya Tahan Jantung Paru

a. Kemampuan jantung, paru, dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada waktu kerja dalam pengambilan O2 secara maksimal ( VO2 Max )dan menyalurkannya keseluruh tubuh terutama jaringan aktif sehingga dapat digunakan untuk proses metabolisme tubuh.

b. Kemampuan otot besar untuk melakukan pekerjaan cukup berat dalam waktu lama secara terus menerus.


(23)

d. Pengukuran : Test lari 2,4 Km ( 12 menit ), Bangku Harvard Test, ErgocyclesTest.

E. Daya Tahan Otot

a. Merupakan kemampuan untuk kontraksi sub maksimal secara berulang-ulang atau untuk berkontraksi terus menerus dalam suatu waktu tertentu.

b. Mengatasi kelelahan.

c. Pengukuran :Push uptest,Sit uptest.

Selain komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, diperlukan juga komponen keburagaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan danperformanceyang meliputi :

A. Kekuatan (strength)

Kekuatan (strength) adalah kemampuan seseorang untuk membangkitkan tegangan (tension) terhadap suatu tahanan (resisten). Kekuatan merupakan hasil kerja otot yang berupa kemampuan untuk mengangkat, menjinjing, menahan, mendorong atau menarik beban.

B. Daya Tahan (endurance)

Daya tahan (endurance) adalah kemampuan tubuh mensuplai oksigen yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan.

Daya tahan otot (muscular endurance) adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk bertahan melakukan suatu kegiatan dalam waktu yang lama.


(24)

Daya tahan jantung (cardiovascular endurance) adalah kemampuan seseorang untuk mempertahankan suatu kegiatan yang membutuhkan tahanan dalam waktu yang lama.

C. Kecepatan (speed)

Kecepatan (speed) adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk menjawab rangsangan dalam waktu secepat mungkin.

Kecepatan gerak adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerak atau serangkaian gerak dalam waktu secepat mungkin.

Kecepatan reaksi adalah kemampuan seseorang dalam menjawab suatu rangsang dalam waktu sesingkat mungkin.

D. Fleksibilitas (flexibility)

Fleksibilitas (flexibility) mencakup dua hal yang saling berhubungan, yaitu antara kelentukan dan kelenturan. Kelentukan terkait erat dengan keadaan fleksibilitas antara tulang dan persendian, sedangkan kelenturan terkait dengan keadaan fleksibilitas antara tingkat elastisitas otot, tendo, dan ligamenta.

Fleksibilitas (flexibility) mengandung pengertian, yaitu luas gerak satu persendian atau beberapa persendian. Fleksibilitas terbagi menjadi dua, yaitu: fleksibilitas statis dan fleksibilitas dinamis.

E. Keseimbangan (balance)

Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan posisi tubuh untuk tidak bergoyang atau roboh, baik dalam posisi diam maupun pada saat melakukan gerakan.


(25)

F. Koordinasi

Koordinasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan panca indra seperti penglihatan, dan pendengaran, bersama-sama dengan bagian tubuh tertentu didalam melakukan kegiatan motorik dengan harmonis dan ketetapan tinggi.

Koordinasi gerak adalah kemampuan untuk mengatur keserasian gerakan bagian-bagian tubuh. Koordinasi merupakan hasil perpaduan kinerja dari kualitas otot, tulang, dan persendian dalam menghasilkan satu gerakan yang efektif dan efisien.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani memiliki tingkat yang berbeda pada setiap individu. Setiap aktivitas fisik dibutuhkan suatu tingkat kebugaran jasmani yang didukung oleh tubuh yang sehat. Menurut Sharkey (2003:30) dalam F Suharjana (2008), untuk mencapai “quality of life” tersebut ada tiga aspek yang harus dipenuhi, yaitu: mengatur makanan, mengatur istirahat, dan mengatur aktivitas (olahraga).

Menurut Suharjana ( 2008 : 14 ) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani seseorang adalah sebagai berikut:

1. Umur

Setiap tingkatan umur mempunyai tataran tingkat kebugaran jasmani yang berbeda dan dapat ditingkatkan pada hampir semua usia. Kebugaran jasmani anak-anak meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun. Selanjutnya akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari


(26)

seluruh organ tubuh kira-kira sebesar 0,81 -1%. Namun dengan rajin berolahraga, kecepatan penurunan tersebut dapat diperlambat hingga separuh/setenganya.

2. Jenis Kelamin

Tingkat kebugaran jasmani putra biasanya lebih baik jika dibandingkan dengan tingkat kebugaran jasmani putri. Hal ini disebabkan karena kegiatan fisik yang dilakukan oleh putra lebih banyak bila dibandingkan dengan putri. Sampai usia pubertas, biasanya kebugaran jasmani anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan. Setelah mencapai / melewati usia pubertas, anak laki-laki biasanya mempunyai tingkat kebugaran jasmani yang jauh lebih besar dibandingkan dengan tingkat kebugaran jasmani anak perempuan.

3. Makanan

Asupan gizi yang seimbang (12% protein, 50% karbohidrat, dan 38% lemak) akan sangat berpengaruh bagi kebugaran jasmani seseorang. Dengan gizi yang seimbang, maka diharapkan akan terpenuhinya kebutuhan gizi tubuh. Selain gizi yang seimbang, makanan juga sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan makanan. Yang dimaksud bahan makan yang berkualitas adalah bahan makanan yang sesedikit mungkin mengandung polutan. Cara pengolahan bahan makanan juga sangat mempengaruhi kualitas makanan yang dikonsumsi.


(27)

4. Tidur dan Istirahat

Istirahat sangat dibutuhkan bagi tubuh untuk membangun kembali otot – otot setelah latihan sebanyak kebutuhan latihan yang ada di dalam perangsangan pertumbuan otot. Istirahat yang cukup sangatlah perlu bagi pikiran dangan makanan dan udara.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani menurut buku panduan kesehatan olahraga, Faizati Karim (2002), sebagai berikut :

1. Umur

Kebugaran jasmani anak-anak meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh organ tubuh, kira-kira sebesar 0,8 – 1% per-tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya/setengahnya.

2. Jenis Kelamin

Sampai pubertas biasanya kebugaran jasmani anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan, tetapi setelah pubertas anak laki-laki biasanya memiliki nilai yang jauh lebih besar.

3. Keturunan/genetik

Berpengaruh terhadap kepasitas jantung paru, postur tubuh, obesitas, haemoglobin/sel darah, dan serat otot. Berdasarkan hasil penelitian Bowers dan Fox (1992) dalam Sukadiyanto, dkk (2011: 66) menambahkan, beberapa unsur yang dipengaruhi oleh faktor keturunan diantaranya adalah kemampuan aerobik (VO2 max) sebesar 93%, sistem asam laktat sebesar 81%, dan denyut jantung maksimal sebesar 86%.


(28)

4. Makanan

Daya tahan yang tinggi bila mengkonsumsi tinggi karbohidrat (60-70%). Diet tinggi protein terutama untuk memperbesar otot dan untuk olahraga yang memerlukan kekuatan otot yang besar.

5. Rokok

Kadar CO yang dihisap akan mengurangi nilai VO2 max yang berpengaruh terhadap daya tahan, selain itu menurut penelitian Perkins dan Sexton, nicotine yang ada, dapat memperbesar pengeluaran energi dan mengurangi nafsu makan.

Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani seseorang sangat ditentukan dengan berbagai macam faktor, mulai dari faktor umur, keturunan, dan jenis kelamin, serta pencapaian pola hidup sehat yang meliputi pola mengatur makanan, mengatur istirahat, dan mengatur aktivitas olahraga.

4. Latihan Kebugaran Jasmani

Latihan merupakan suatu proses penyempurnaan kemampuan berolahraga yang berisikan materi, teori, dan praktek, menggunakan metode, dan aturan pelaksanaan dengan pendekatan ilmiah, mamakai prinsip pendidikan yang terencana dan teratur, sehingga tujuan latihan dapat tercapai tepat pada waktunya, (Sukadiyanto, 2011:6). Pengertian lain tentang latihan menurut Rusli Lutan (2002:7) adalah aktivitas jasmani yang terencana, terstruktur, dan dilaksanakan berupa pengulangan gerakan tubuh dengan maksud untuk menyempurnakan, atau mempertahankan satu atau lebih komponen


(29)

kebugaran jasmani. Menurut Suharto, dkk, (2000:2-3), latihan fisik, dampak latihan fisik, prinsip latihan fisik, dan dosis latihan, dapat dipaparkan sebagai berikut:

a. Latihan fisik

Salah satu cara untuk mencapai derajat kebugaran yang prima adalah dengan cara melakukan latihan fisik. Latihan fisik dapat dipilih yang disenangi, digemari, dan syukur apabila dapat menimbulkan kepuasan diri. Latihan tersebut dapat berbentuk jalan cepat, jogging, bersepeda, berbagai macam senam, naik turun tangga, dan sebagainya.

b. Dampak latihan fisik terhadap tubuh

1) Meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru. 2) Memperkuat sendi dan otot.

3) Menurunkan tekanan darah. 4) Mengurangi lemak.

5) Memperbaiki bentuk tubuh. 6) Memperbaiki kadar gula darah.

7) Mengurangi resiko penyakit jantung koroner. 8) Memperlancar aliran darah.

9) Memperlancar pertukaran gas. 10) Memperlambat proses penuaan. c. Prinsip latihan fisik

1) Sesuai dengan kemampuan dan kondisi tubuh. 2) Jenis latihan harus disenangi.


(30)

4) Didahului dengan pemanasan (warming up), latihan inti, dan diakhiri dengan pendinginan (cooling down).

d. Dosis latihan

1) Frekuensi : 3–5 seminggu.

2) Intensitas (zonalatihan) : 60% - 90% dari DNM (denyut nadi maksimum)

3) Lama latihan : 20–60 menit, kontinu, dan melibatkan otot-otot besar.

(Suharto, dkk (2000;2-3) Berdasarkan uraian pendapat yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa latihan kebugaran jasmani merupakan proses aktivitas jasmani yang terencana, terstruktur, dan dilakukan berupa pengulangan gerak tubuh, serta berisikan materi, teori, praktek, dan aturan pelaksanaan dengan menggunakan prinsip pendidikan yang bertujuan untuk menyempurnakan atau mempertahankan satu atau lebih komponen kebugaran jasmani. Untuk mendapatkan kebugaran jasmani, perlu dilakukan latihan yang teratur dan terukur. Berikut ini beberapa latihan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.

1. Latihan Peningkatan Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan ketegangan terhadap suatu tahanan. Latihan kekuatan dapat dilakukan dengan berbagai macam gerakan sebagai berikut :

a.Push up


(31)

Cara melakukanpush up:

1) Lakukan gerakan tidur telungkup, kedua kaki dirapatkan lurus kebelakang dengan ujung kaki bertumpu pada lantai.

2) Letakkan kedua telapak tangan disamping dada, posisi kedua siku ditekuk dan jari tangan menuju ke depan.

3) Badan diangkat ke atas hingga kedua tangan lurus. Pada gerakan ini, posisi badan dan kaki lurus.

4) Turunkan kembali badan dengan cara membengkokkan kedua siku. Pada gerakan ini, badan dan kedua kaki tetap lurus dan tidak menyentuh lantai.

5) Gerakan ini dilakukan berulang kali selama 10-15 menit. b.Sit up

Tujuansit upuntuk menguatkan otot perut. Cara melakukansit up: 1) Siswa berpasangan, salah satu siswa melakukan sit up dan

pasangannya memegangi kaki temannya.

2) Mula-mula salah satu siswa tidur telentang, kedua kaki ditekuk, dan kedua tangan diletakkan di belakang kepala.

3) Gerakan berikutnya badan diangkat ke atas, hingga dalam posisi duduk.

4) Gerakan ini dalakukan berulang kali selama 15-20 detik. c.Back up

Tujuanback upuntuk menguatkan otot punggung. Cara melakukanback upsebagai berikut:


(32)

1) Mula-mula tidur telungkup, posisi kedua kaki rapat, dan kedua tangan berpegangan di belakang kepala.

2) Angkat badan ke atas dengan posisi dada tidak menyentuh ke lantai. 3) Gerakan dilakukan berulang-ulang selama 10-20 detik.

2. Latihan Daya Tahan Paru dan Jantung

Daya tahan merupakan keadaan yang menekankan pada kapasitas melakukan kerja secara terus-menerus dalam suasana aerobik. Daya tahan paru dan jantung sangat dibutuhkan agar tubuh tetap dalam keadaan segar dan bugar. Daya tahan paru dan jantung dapat ditingkatkan dengan melakukan beberapa latihan sebagai berikut:

a.Lari Bolak-balik

Berlari dari titik A ketitik B dan memindahkan balok kayu kecil atau batu satu per satu ketitik B dengan tujuan latihan fisik untuk meningkatkan daya tahan dan kelincahan.

b.Loncat Tali

Loncat tali dapat dilakukan oleh siswa, baik secara perorangan maupun beregu. Loncat tali secara beregu dapat dilakukan dengan cara dua siswa mengayun tali, dan satu siswa meloncati tali, dengan tijuan latihan fisik untuk meningkatkan daya tahan paru dan jantung.

c.Lari Keliling Lapangan

Lari mengelilingi lapangan dapat dilakukan secara bertahap dan perlahan selama beberapa waktu. Latihan ini dilakukan selama 10 menit atau disesuaikan dengan kondisi kemampuan fisik anak.


(33)

3. Latihan Meningkatkan Kecepatan

Kecepatan merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan-gerakan tertentu secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Bentuk-bentuk latihan untuk meningkatkan kecepatan, meliputi:

1. Lari cepat dengan jarak 50 meter

2. Lari bolak-balik dengan menempuh jarak 10-25 meter.

3. Lari dengan merubah kecepatan (dimulai dengan berlari menggunakan kecepatan lambat, seterusnya semakin lama semakin cepat).

4. Lari naik turun tangga.

5. Lari membawa beban sesuai dengan kemampuan. 6. Lari menaiki daerah perbukitan.

B. Produktivitas

1. Hakikat Produktivitas

Menurut Walter Aigner dalam “ Motivation and Awareness “, filosofi dan spirit tentang produktivitas sudah ada sejak awal peradaban manusia karena makna produktivitas adalah keinginan (Will) dan upaya (Effort) manusia untuk selalu meningkatkan kualitas di dalam segala bidang.

Produktivitas sebagai konsep yang menyatakan bagaimana keluaran akan berubah apabila masukan berubah, pertama kali dicetuskan oleh David Ricardo pada tahun 1810. Pada tahun 1883, Littre mendefinisikan produktivitas sebagai “kemampuan untuk menghasilkan” yaitu kemampuan untuk memproduksi.


(34)

Produktivitas menggambarkan hubungan antara keluaran dan alat atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan keluaran tersebut. Keluaran atau hasil produksi tersebut diperoleh dari suatu proses kegiatan, bentuk keluaran tersebut dapat berupa produk nyata atau jasa. Untuk menghasilkan keluaran diperlukan masukkan atau sumber-sumber utama dapat berupa tenaga kerja, modal, bahan baku, dan energi.

Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang sebenarnya. Misalnya saja, “produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masuk atau output : input. Masukkan sering dibatasi dengan masukkan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai.

Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa-jasa: “produktivitas mengutarakan cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang-barang.” Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output)dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan(input).

Produktivitas adalah peningkatan proses produksi. Peningkatan produksi berarti perbandingan yang membaik jumlah sumber daya yang dipergunakan (input) dengan jumlah barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan (output). Pengurangan dalam input dengan output tetap atau kenaikan output sedanginputtetap merupakan peningkatan dalam produktivitas.


(35)

Adapun definisi-definisi lain akan produktivitas dengan perkembangannya dikemukakan oleh beberapa pakar atau ahli, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pada tahun 1950 Organization for European Economic Coorporation (OEEC) mengemukakan definisi produktivitas yang lebih formal sebagai berikut : Produktivitas adalah rasio yang didapatkan dengan membagi keluaran dengan salah satu faktor produksi.

2. Menurut Paul Mali (1998, 18) produktivitas adalah ukuran seberapa baik sumber daya yang digunakan bersama di dalam organisasi untuk

memperoleh dan menyelesaikan sekumpulan hasil.

3. Menurut Gomes F. Cardoso (1997,159) menyatakan bahwa :

“produktivitas ditunjukkan sebagai rasio outputterhadap input, inputdapat mencakup biaya produksi dan biaya peralatan, sedangkan output bisa terdiri dari penjualan, pendapatan dan kerusakan. Produktivitas dan efisiensi sering dianggap sinonim, dimana pengukuran efisiensi menghendaki penentuan outcome, dan penentuan jumlah sumberdaya yang dipakai untuk menghasilkanoutcometersebut.

4. Menurut Organization for Economic Coorporation and Development (OECD) produktivitas adalah output dibagi dengan elemen produksi yang dimanfaatkan.

5. Menurut European Productivity Agency (EPA) produktivitas adalah tingkatan efektivitas pemanfaatan setiap elemen produktivitas. 6. Menurut International Labour Organization (ILO) menyatakan


(36)

perbandingan antara elemen-elemen produktivitas dengan yang dihasilkan merupakan ukuran produktivitas.

7. Menurut Husein Umar (1998, 9) Produktivitas adalah sikap mental yang selalu berpandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.

8. Menurut L. Greenberg (2005, 12) produktivitas didefinisikan sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukkan selama periode tersebut.

9. Menurut Dewan Produktivitas Nasional

Produktivitas didefinisikan dari berbagai macam segi atau sudut yaitu : a. Secara Filosofis / Psikologis

Produktivitas merupakan sikap mental untuk selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Esensi pengertian produktivitas adalah sikap mental dan cara pandang hari esok. Sikap mental dan cara pandang yang tidak produktif menurut hidayat adalah : - Menganggap bahwa tanpa bekerja keras kita dapat memperoleh sesuatu

yang berharga.

- Ketakutan mengambil keputusan karena ada unsur resiko

- Merasa puas dengan hasil yang cukup, walaupun belum sempurna - Mempunyai budaya konsumtif yang tinggi


(37)

b. Secara Ekonomis ( Finansial )

Produktivitas merupakan usaha memperoleh hasil yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan sumber daya yang sekecil-kecilnya. Produktivitas secara finansial adalah pengukuran produktivitas atas output dan input yang dikuantifikasi.

c. Secara Teknis

Pengertian produktivitas secara teknis adalah pengertian efisiensi produksi terutama dalam pemakaian ilmu dan teknologi. Produktivitas diformulasikan sebagai rasio outputterhadapinput(output/input).

Jadi produktivitas merupakan pembagian nilai dari output produksi terhadap biaya input produksi.

Rendahnya output karena banyaknya produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan mengakibatkan produktivitas menjadi rendah. Produktivitas dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan input dan meningkatkan output. Peningkatan produktivitas yang terbaik adalah meningkatnyaoutputjauh lebih besar dibandingkan meningkatnya input.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas

Berikut ini terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi naik turunnya produktivitas menurut Sinungan (2005; 18) yaitu:


(38)

1. Investasi

Komponen pokok dari investasi ialah modal, karena modal merupakan landasan gerak suatu usaha, namun modal saja tidaklah cukup, untuk itu harus ditambah dengan komponen teknologi. Untuk berkembang menjadi bangsa yang bisa memberi dukungan kepada kemajuan pembangunan nasional, ditingkat mikro tentunya teknologi yang mampu mendukung kemajuan usaha atau perusahaan. Besar kecilnya investasi ini akan menentukan modal usaha dan hal ini akan berpengaruh terhadap promosi produk, market share atau penggunaan kapasitas.

2. Manajemen

Kelompok manajemen dalam organisasi bertugas pokok menggerakkan orang-orang lain untuk bekerja sedemikian rupa sehingga tujuan tercapai dengan baik. Hal-hal yang kita hadapi dalam manjemen, terutama dalam organisasi modern, ialah semakin cepatnya cara kerja sebagai pengaruh langsung dari kemajuan-kemajuan yang diperoleh dalm bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi seluruh aspek organisasi seperti proses produksi distribusi, pemasaran, dan lain-lain. Kemajuan teknologi yang berjalan cepat maka harus diimbangi dengan proses yang terus-menerus melalui pengembangan sumber daya manusia, yakni melalui pendidikan dan pengembangan. Dari pendidikan, latihan dan pengembangan tersebut maka antara lain akan menghasilkan tenaga skill yang menguasai aspek-aspek teknis dan aspek-aspek manajerial.


(39)

3. Konsep Dasar Sistem Produktivitas

Sistem produksi modern selalu melibatkan komponen struktural dan fungsional, seperti modal, bahan baku (material), prosedur, mesin, sumber daya manusia, informasi dan lain-lain. Menurut Gaspersz (2000;17) sistem produksi memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut :

1. Mempunyai komponen-komponen atau elemen-elemen yang saling berkaitan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Hal ini berkaitan dengan komponen struktural yang membangun sistem produksi itu.

2. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, yaitu menghasilkan produk (barang atau jasa) berkualitas yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar.

3. Mempunyai aktivitas berupa proses transformasi nilai tambah input menjadioutputsecara efektif dan efisien.

4. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya berupa optimasi pengalokasian sumber daya.

produktivitas tidak sama dengan produksi, tetapi produksi, performansi kualitas, hasil-hasil, merupakan komponen dari usaha produktivitas. Apabila ukuran keberhasilan produksi hanya dipandang dari sisi output, maka produktivitas dipandang dari dua sisi sekaligus, yaitu : sisi input dan sisi output. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produktivitas berkaitan dengan efisiensi penggunaaninput dalam memproduksioutput. Pada dasarnya produktivitas tidak sama dengan produksi, tetapi produksi, performansi kualitas, hasil-hasil, merupakan komponen dari usaha produktivitas. Dengan


(40)

demikian, produktivitas merupakan suatu kombinasi dari efektivitas dan efisiensi, sehingga produktivitas dapat diukur berdasarkan pengukuran berikut :

Output yang dihasilkan Pencapaian tujuan

Produktivitas = =

Input yang dipergunakan Penggunaan sumber-sumber daya Efektivitas

=

Efisiensi

Berdasarkan dari hasil uraian produktivitas di atas, sehingga sistem produktivitas produksi dapat digambarkan seperti dalam Gambar dan berikut alur penjelasannya (Gaspersz (2000,19)).

Lingkungan

INPUT Proses Output Produktivitas

Tenaga Kerja Modal Material Energi Tanah Informasi Manajerial Proses Transformasi nilai tambah Produk (barang atau jasa)

Produktivitas Sistem produksi

(Output/Input)

Umpan balik untuk pengendalian system

produksi agar meningkatkan Produktivitas terusmenerus


(41)

A. Lingkungan

Terdapat dua area utama dari lingkungan yang bermanfaat untuk dipertimbangkan dalam analisis sistem produksi, yaitu kondisi ekonomi dan keadaan teknologi. Kondisi ekonomi sangat mempengaruhi biaya dari input dan nilai output yang akan dipasarkan, sehingga analisis terhadap sistem produksi itu perlu mempertimbangkan faktor kondisi ekonomi itu. Keadaan teknologi juga sangat mempengaruhi perilaku sistem produksi, dimana apabila terjadi perubahaan maka akan mengubah proses dan meningkatkan produk rata-rata (Average Product) dari input yang digunakan dalam sistem produksi itu, sehingga produktivitas dari input maupun produktivitas total dari sistem akan meningkat.

B. Elemen input dalam Sistem Produksi

Pada dasarnya input dalam sistem produksi dapat diklarifikasikan ke dalam dua jenis yaitu: input tetap (fixed input) dan input variabel (variable input). Inputtetap didefinisikan sebagai suatuinput bagi sistem produksi yang tingkat penggunaan input itu tidak bergantung pada jumlah output yang akan diproduksi. Sedangkan input variabel didefinisikan sebagai suatu input bagi sistem produksi yang tingkat penggunaan input itu tergantung pada jumlah output yang akan diproduksi. Dalam sistem produksi terdapat beberapa input baik variabel maupun tetap, yaitu Tenaga kerja, modal, material, energi, tanah, informasi, dan manajerial.


(42)

C. Elemen proses dalam Sistem Produksi

Suatu proses dalam sistem produksi dapat didefinisikan sebagai integrasi dari tenaga kerja, material, informasi, metode kerja dan mesin atau peralatan dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah bagi produk agar dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar.

Definisi lain dari proses adalah suatu kumpulan tugas yang dikaitan melalui suatu aliran material dan informasi yang mentransformasikan berbagai input ke dalam output yang bermanfaat atau bernilai tambah tinggi (Gaspersz, 1997). Suatu proses memiliki kapabilitas atau kemampuan untuk menyimpan material (yang diubah menjadi barang setengah jadi) dan informasi selama transformasi berlangsung. Berikut ini beberapa karakteristik proses yang perlu diperhatikan dalam suatu system produksi adalah :

Kapasitas adalah tingkatan output maksimum dari suatu proses. Karakteristik ini diukur sebagai output per unit waktu (Gaspersz, 1997). Pengukuran kapasitas produksi yang dipergunakan dalam perencanaan produksi adalah kapasitas aktual atau kapasitas efektif (Actual Capacity or effective capacity). Biasanya diukur dengan angka rata-rata berdasarkan beban kerja normal. Efisiensi adalah ukuran yang menunjukkan bagaimana baiknya sumber-sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output (Gaspersz, 1997). Efisiensi merupakan karakteristik dari proses yang mengukur performansi aktual dari sumber daya relatif terhadap standar yang ditetapkan. Peningkatan efisiensi dalam proses produksi akan menurunkan biaya per unit output. Sebagai ukuran efisiensi, produktivitas merupakan indikator seberapa efisien pemakaianinput. Efisiensi dapat dimengerti sebagai


(43)

kegiatan penghematan penggunaan sumber-sumber daya dalam kegiatan produksi atau kegiatan organisasi seperti penghematan pemakaian bahan, tenaga listrik, uang, waktu, air dan sebagainya.

Efektivitas merupakan karakteristik lain dari proses yang mengukur derajat pencapaian output dari sistem produksi (Gaspersz, 1997). Efektivitas diukur berdasarkan rasio output aktual terhadap output yang direncanakan. Pengukuran efektivitas membutuhkan beberapa rencana atau standar yang telah ditetapkan sebelum proses dimulai untuk menghasilkanoutput.

Fleksibilitas merupakan karakteristik dari proses yang mengukur berapa lama (waktu) perubahan proses untuk menghasilkan output yang berbeda atau dengan menggunakan sekumpulan input yang berbeda (Gaspersz, 1997,14). Karakteristik fleksibilitas proses dalam sistem produksi modern (JIT) mencakup hal-hal yang berkaitan dengan : fleksibilitas model dan produk (product-mix fleksibility), fleksibilitas volume total, fleksibilitas tenaga kerja, fleksibilitas perubahan rekayasa (reengineering), dan fleksibilitas produk baru.

D. Elemen output dalam Sistem Produksi

Pengukuran karakteristik output seyogyanya mengacu kepada kebutuhan atau keinginan pelanggan dalam pasar yang sangat kompetitif sekarang ini. Pengukuran output yang paling mudah dan bersifat klasik adalah unit output yang diproduksikan oleh sistem itu. Dalam era persaingan bebas sekarang ini, pengukuran system produksi yang hanya mengacu pada kuantitas output semata akan dapat menyesatkan, karena pengukuran ini tidak memperhatikan karakteristik utama dari proses yaitu: kapasitas, efisiensi, efektivitas dan


(44)

fleksibilitas. Banyak perusahaan telah mengukur performansi proses dalam sistem produksi menggunakan indikator produktivitas total.

Menurut Gaspersz (1997,20) pada dasarnya konsep siklus produktivitas (Productivity Cycle) yang dipergunakan dalam peningkatan produktivitas terdiri dari empat tahap utama, yaitu :

1. Pengukuran Produktivitas 2. Evaluasi Produktivitas 3. Perencanaan Produktivitas 4. Peningkatan Produktivitas

Berdasarkan konsep siklus produktivitas, secara formal program peningkatan produktivitas harus dimulai melalui pengukuran produktivitas dari sistem industri itu sendiri, Sehingga konsep siklus produktivitas (Productivity Cycle) dapat ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

Tahap 1: Pengukuran produktivitas

Tahap 4 : Peningkatan Produktivitas

Tahap 2 : Evaluasi Produktivitas

Tahap 3 : Perencanaan Produktivitas


(45)

C. Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Pengertian pondok pesantren terdiri dari dua kata yaitu “ pondok “ dan “pesantren “. Kata “pondok” berasal dari bahasa arab “funduk“ yang berarti tempat tidur, asrama atau hotel. Sedangkan kata pesantren berasal dari kata dasar “santri” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi “pesantrian “. Orang jawa mengucapkanya “pesantren“ yang berarti “tempat tinggal santri” dalam ilmu pendidikan Islam, pondok pesantren didefinisikan sebagai lembaga pendidikan untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, da mengamalkan ajaran dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.

Pesantren juga merupakan sebuah komplek pendidikan yang memiliki lima elemen pokok, yaitu:

a). Kyai

Kyai merupakan cikal bakal dan unsur paling pokok dari sebuah pondok pesantren. Beliau mempunyai peranan yang sangat penting dan menentukan. Selain sebagai guru (Mu’allim) yang mengajarkan ilmu agama Islam, Kyai merupakan pemimpin yang menentukan arah, bentuk dan corak pendidikan dipesantrennya, itulah sebabnya pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup suatu pondok pesantren sangat tergantung kepada kemampuan pribadi kiai dalam mengelolanya.


(46)

b). Santri

Santri adalah para pelajar di pondok pesantren guna menyerahkan diri kepada kiai, dalam tradisi pesantren sendiri dibedakan menjadi dua macam, yaitu: santri mukim yang menetap di pondok pesantren dan santri kalong yang pulang ke rumah masing-masing setiap selesai mengikuti pelajaran.

Para santri mukim hidup mandiri dan sederhana, mereka mengurus keperluanya sendiri, berpenampilan sederhana, hormat kepada Kyai dan selalu riyadho melaksanakan amaliyah sunnah seperti puasa sunnah (Senin dan kamis) dan sholat malam. Pola hidup santri diliputi suasana suasana keagamaan, keihlasan, dan kedisiplinan dibawah pengawasan kiai dan para ustadz (Guru).

c). Pondok (Asrama)

Di linkungan Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah ini terdapat asrama yang memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai tempat tinggal para santri, tempat belajar dan latihan hidup mandiri. Gabungan dari tiga fungsi ini menunjukkan sifat dasar pondok pesantren yang menekankan pendidikan agama dan kehidupan bersama dalam satu komplek belajar yang berdampingan secara seimbang.

d). Masjid/Mushollah

Merupakan unsure yang tidak bisa dipisahkandengan pesantren dan merupakan tempat paling tepat untuk mendidik santri. Selain berfungsi sebagai tempat praktik sholat lima waktu, masjid ini juga berfungsi


(47)

sebagai pembelajaran kitab. Biasanya penetapan waktu belajar dikaitkan dengan waktu menunaikan sholat fardhu baik sebelum atau sesudahnya. e). Kitab Salaf

Pengajian kitab salaf (Kitab kuning) merupakan unsure pokok pesantren yang membedakannya dengan lembaga pendidikan lainya. Pembelajaranya dimulai dari kitab-kitab tingkat dasar (Elementer) yang berisikan teks ringkas dan sederhana, kemudian dilanjutkan dengan kitab menengah dan kitab-kitab besar.

Dilihat dari segi ilmu yang dipelajari, kitab-kitab salaf yang diajarkan dipondok pesantren meliputi: Aqidah, Fiqih, Akhlaq/Tasawuf, Ushul Fiqih, Tafsir, Hadist, Nahwu, Shorof. Selain lima elemen dasar tersebut, pondok pesantren memiliki “panca jiwa” yang menjadi ciri khas dan nilai yang dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu:

1). Jiwa keikhlasan.

2). Jiwa Kesederhanaan tapi agung. 3). Jiwa persaudaraan.

4). Jiwa kemandirian. 5). Jiwa kebebasan.

Selanjutnya dapatlah di gambarkan tentang makna santri dalam arti sempit maupun arti luas sebagai berikut. Didalam arti sempit sering bermakna seorang pelajar agama yang bermukim di suatu tempat yang disebut pondok atau pesantren. Sedang dalam arti luas dan lebih umum kata santri mengacu pada identitas seseorang sebagai variasi dari komunitas


(48)

penduduk jawa yang menganut Islam secara konsekuen, yang mau melakukan sholat dan pergi ke masjid jika hari jum‟at dan sebagainya. Dari beberapa uraian diatas, pondok pesantren dapat diartikan secara sempit sebagai tempat untuk mempelajari kitab-kitab Islam klasik. Dan secara luas pondok pesantren adalah sebagai tempat untuk menuntut ilmu sebagai bekal kemandirian hidup bagi para santri. Untuk dapat memahami keaslian pondok pesantren harus memiliki lima unsur pokok/elemen yang menjadi ciri khusus yaitu: pondok, masjid, pengajaran kitab islam klasik, santri dan Kyai.

2. Fungsi dan Peranan Pondok Pesantren

Sejak berdirinya pada abad yang sama dengan masuknya Islam hingga sekarang. Pesantren telah bergumul dengan masyarakat luas. Pesantren telah berpengalaman menghadapi berbagai corak masyarakat dalam rentan waktu itu, pesantren tumbuh atas berdiri didorong permintaan (Demand) dan kebutuhan(Need)masyarakat sehingga pesantren memiliki fungsi yang jelas.

Fungsi pesantren pada awal berdirinya sampai sekarang telah mengalami perkembangan. Visi, posisi, dan persepsinya terhadap dunia luar telah berubah. Diantara fungsi pesantren tak lain adalah sebagai pusat pendidikan dan penyiaran agama Islam. Kedua fungsi ini bergerak saling menunjang. Pendidikan dapat dijadikan bekal dalam mengumandangkan dakwah, sedang dakwah bisa dimanfaatkan sebagai sarana dalam membangun sistem pendidikan. Jika ditelusuri akar sejarah berdirinya sebagai kelanjutan dari pengembangan dakwah, sebenarnya fungsi edukatif pesantren adalah sekedar


(49)

membonceng misi dakwah. Misi dakwah Islamiyah inilah yang mengakibatkan terbangunnya sistem pendidikan.

Disamping itu pesantren juga berperan dalam berbagai bidang lainnya secara multidimensional baik berkaitan langsung dengan aktivitas-aktivitas pendidikan pesantren maupun diluar wewenangnya. Dimulai dari upaya mencerdaskan bangsa, hasil dari obsevasi menunjukkan bahwa pesantren tercatat memiliki peranan penting dalam sejarah pendidikan di tanah air dan telah banyak memberikan sumbangan dalam mencerdaskan rakyat.

Hal demikian juga seperti yang perna dilakukan oleh para wali di jawa dalam mereintis suatu lembaga pendidikan Islam, misalnya syeh Maulana Malik Ibrahim, yang dianggap sebagai bapak pendiri pondok pesantren sunan bonang atau atau sunan giri, yaitu mereka mendirikan pesantren bertujuan lembaga yang dipergunakan untuk menyebarkan agama, dan tempat memepelajari agama Islam.

D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian dari tinjauan pustaka di atas dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut :

kebugaran jasmani adalah kualitas kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami suatu kelelahan yang berlebihan, serta masih dapat menikmati waktu luang dan selalu siap untuk melakukan aktivitas fisik lainnya. Kebugaran jasmani memiliki beberapa komponen-komponen yang mengandung unsur kesehatan dan unsur-unsur yang berkaitan dengan keterampilan. Dalam kebugaran jasmani terdapat juga


(50)

fakto-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat kebugaran jasmani, serta memiliki buntuk-bentuk latihan kebugaran yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.

Santri merupakan para pelajar di pondok pesantren guna menyerahkan diri kepada kyai, hidup mandiri dan sederhana, mereka mengurus keperluanya sendiri, berpenampilan sederhana, hormat kepada Kyai dan selalu riyadho melaksanakan „amaliyah sunnah seperti puasa sunnah (Senin dan kamis) dan sholat malam. Pola hidup santri diliputi suasana suasana keagamaan, keihlasan, dan kedisiplinan dibawah pengawasan kyai.


(51)

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, sebuah metode yang efektif untuk tujuan mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena-fenomena yang bersifat alamiah maupun fenomena-fenomena yang bersifat rekayasa.

Hal ini sejalan dengan pendapat Jalaluddin Rakhmat (1999:25) bahwa “Penelitian Deskriptif bertujuan untuk:

1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada;

2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku;

3. Membuat perbandingan atau evaluasi;

4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang“.

Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakukan-perlakukan tertentu terhadap variabel, tetapi semua kegiatan, keadaan, kejadian, aspek komponen atau variabel berjalan apa


(52)

adanya. Akan tetapi, seperti dikatakan Best, John W. (Sukmadinata, 2005: 74) bahwa penelitain deskriptif tidak hanya berhenti pada pengumpulan data, pengorganisasian, analisis dan penarikan interpretasi serta penyimpulan, tetapi dilanjitkan dengan membandingkan, mencari kesamaan-perbedaan, dan hubungan kasual dalam berbagai hal. Penemuan makna adalah fokus dari keseluruhan proses yang dilakukan.

Pendekatan metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan metode gabungan (mixed methods) antara metode kuantitatf dan kualitatif. Penelitian menggunakan metode gabungan (mixed methods) yang dilakukan secara bersamaan dengan tujuan untuk saling melengkapi gambaran hasil studi mengenai fenomena yang diteliti dan untuk memperkuat analisis penelitian.

Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data melalui tes & pengukuran dan angket, dalam hal ini tes yang digunakan yaitu TKJI (Tes Kebugaran Jasmani Indonesia). Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong (2005;34) yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan, manusia, kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya”. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagaiinstrumentkunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada


(53)

generalisasi. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data kualitatif melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Penelitian ini juga menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Whitney dalam Moh. Nazir (2005;29) bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasisituasi tertentu, termasuk tentang hubungan -hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlansung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Tri Bhakti At-Taqwa Raman Utara Kabupaten Lampung Timur, pondok pesantren ini sering disebut juga pondok pesantren RP (Rama Puja) karena letaknya yang berada di Desa Rama Puja, berlokasi tepatnya di Jl. Simpang Rantai no.6 Rama Puja, Dusun 1 RT/RW 01/04 Desa Rama Puja Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana dalam Rahmat Hermawan,2012:105). Berdasarkan


(54)

definisi tersebut maka populasi penelitian ini adalah seluruh santri putra Pondok Pesantren Tri Bhakti At-Taqwa Raman Utara Kabupaten Lampung Timur yang berjumlah 246 santri. Alasan pemilihan Pondok Pesantren Tri Bhakti At-Taqwa Raman Utara Kabupaten Lampung Timur karena dianggap telah dapat mewakili keberagaman santri putra di pondok pesantren khususnya di Privinsi Lampung.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi (Arikunto dalam Rahmat Hermawan 2012:106). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Dalam penelitia ini, untuk menentukan sampel penulis menggunakan teknik simple random sampling. Menurut Ronny Kountur dalam (fajar 2009), teknik ini digunakan dengan cara memilih sampel dimana anggota dari populasi dipilih satu per satu secara random (acak). Semua anggota dari populasi mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih. Jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 246 santri, menurut Suharsimi Arikunto di dalam pengambilan sampel apabila subyeknya kurang dari 100 diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10%–15% atau 20%25% atau lebih.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel sebanyak 20% dari jumlah populasi.


(55)

50

sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 50 santri.

D. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variable bertujuan untuk menjelaskan makna variable yang sedang diteliti. Singarimbun dalam Rahmat Hermawan (2012:107) memberikan pengertian tentang definisi operasaional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel, dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi operasional itu harus bias diukur dan spesifik serta bisa dipahami oleh orang lain, adapun definisi operasional variabel penelitian ini sebagai berikut.

1. Kebugaran Jasmani

Definisi operasional kebugaran jasmani berdasarkan pada pendapat yang dikembangkan oleh Giriwijoyo (2002) mengungkapkan, kebugaran jasmani adalah keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu atau terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara yang efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya, juga dari Rusli Lutan (2001) dimana komponen kebugaran jasmani terdiri dari kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan,


(56)

yang mengandung unsur empat pokok yaitu: kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan aerobik, dan fleksibilitas, serta kebugaran jasmani yang berkaitan dengan performance, mengandung unsur: koordinasi, kelincahan, kecepatan gerak, dan keseimbangan. Dan pengukuran untuk kebugara jasmani ini menggnakan tes kebugaran jasmani Indonesia (TKJI).

2. Produktivitas Kerja

Definisi operasional produktivitas kerja didasarkan pada teori Walter Aigner (1997) makna produktivitas adalah keinginan (Will) dan upaya (Effort) manusia untuk selalu meningkatkan kualitas di dalam segala bidang. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan produktivitas kerja yaitu bagaiman aktivitas sehari-hari dari para santri seperti sholat sunnah, baca Qur’an, dan ibadah lainnya, serta bagaimana kegiatan sehari-hari dalam bidang lain seperti dalam bidang seni, olahraga, dan prestasi di sekolah.

E. Data dan Sumber data 1. Data Primer

Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh lansung dari lapangan atau tempat penelitian. Sedangkan menurut Lofland bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi lansung tentang tingkat kebugaran jasmani santri putra Pondok Pesantren Tri Bakti At-Taqwa Kecamatan Raman Utara menggunakan TKJI (Tes Kebugaran Jasmani Indonesia), dimana dalam Tes Kebugaran


(57)

Jasmani Indonesia (TKJI) terdiri sub-tes yang meliputi lari jarak pendek (40, 50, 60 meter), gantung siku tekuk atau gantung angkat tubuh (pull up), baring duduk (sit up), loncat tegak (vertikal jump), dan lari jarak menengah.

.

Dalam pengambilan data tingkat kebugaran jasmani pada penelitian ini ada tiga kelompok umur, yaitu umur 10–12 tahun, umur 1315 tahun, dan umur 16 – 19 tahun, karena dalam penelitian ini objek yang diteliti adalah santri putra, dan santri putra di Pondok Pesantren Tri Bhakti At-Taqwa Raman Utara terdiri dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Tes kebugarannya sendiri dengan cara dan aturan yag telah ditetapkan.

A. Lari Jarak Pendek (Sprint)

Sprint atau lari cepat bertujuan untuk mengukur kecepatan. Kategori jarak yang harus ditempuh oleh masing-masing kelompok umur berbeda, untuk lari jarak pendek mempunyai ketentuan sebagai berikut.

Tabel. 1 Kategori Lari Jarak Pendek Berdasarkan Kelompok Umur.

Kelompok Umur Jarak Keterangan

10 s/d 12 Tahun 40 Meter Pencatatan waktu dilakukan dalam satuan detik dengan satu angka dibelakang koma

13 s/d 15 Tahun 50 Meter 16 s/d 19 Tahun 60 Meter


(58)

Sedangkan norma untuk penilaian tesnya,

Tabel. 2 Norma Penilaian Tes Lari Jarak Pendek Kelompok Umur 10–12 Tahun.

Umur 10 s/d 12 tahun Nilai

sd- 6.3 detik 5

6.4–6.9 detik 4

7.0–7.7 detik 3

7.8–8.8 detik 2

8.9–dst 1

Tabel. 3 Norma Penilaian Tes Lari Jarak Pendek Kelompok Umur 13–15 Tahun.

Umur 13 s/d 15 tahun Nilai

sd- 6.7 detik 5

6.8–7.6 detik 4

7.7–8.7 detik 3

8.8–10.3 detik 2

10.4–dst 1

Tabel. 4 Norma Penilaian Tes Lari Jarak Pendek Kelompok Umur 16–19 Tahun.

Umur 16 s/d 19 tahun Nilai

sd- 7.2 detik 5

7.3–8.3 detik 4

8.4–9.6 detik 3

9.7–11.0 detik 2

11.1–dst 1

B. Gantung tekuk siku atau gantung angkat tubuh (Pull up)

Pull-Up bertujuan untuk mengukur kekuatan otot lengan dan bahu. Untuk pull up atau gantung tekuk siku untuk usia 10 sampai 12 tahun dan gantung angkat tubuh untuk usia 13 sampai 19 tahun di lakukan dengan cara sebagai berikut.


(59)

Tabel. 5 Norma Penilaian Tes Gantung Tekuk Siku Kelompok Umur 10–12 Tahun.

Umur 10 s/d 12 tahun Nilai

51 detik keatas 5

31–51 detik 4

15–30 detik 3

05–14 detik 2

00–04 detik 1

Tabel. 6 Norma Penilaian Tes Gantung Angkat Tubuh Kelompok Umur 13–15

dan 16–19 Tahun.

Umur 13 s/d 15 tahun Nilai Umur 16 s/d 19 tahun

16 keatas 5 19 keatas

11–15 kali 4 1418 kali

06–10 kali 3 0913 kali

02–05 kali 2 0508 kali

00–01 kali 1 0004 kali

C. Baring duduk (Sit up)

Sit-up bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut. Aturan untuk sit up pada penelitian ini juga menggunakan dua aturan yaitu untuk kelompuk usia 10 sampai 12 tahun waktu yang digunakan selama 30 detik dengan ketentuan sebagai berikut.

Tabel. 7 Norma Penilaian Tes Baring Duduk (Sit Up) Kelompok Umur 10– 12

Tahun.

Umur 10 s/d 12 tahun Nilai

23 keatas 5

18-22 kali 4

12-17 kali 3

04-11 kali 2


(60)

Sedangkan untuk kriteria penilaian kelompok umur 13-15 tahun dan 16-19 tahun, waktu yang digunakan untuk sit up yaitu selama 60 detik, dengan kriteria sebagai berikut.

Tabel. 8 Norma Penilaian Tes Baring Duduk (Sit Up) Kelompok Umur 13–15 Tahun dan 1619 Tahun.

Umur 13 s/d 15 tahun Nilai Umur 16 s/d 19 tahun

38 keatas 5 41 keatas

28-37 kali 4 30-40 kali

19-27 kali 3 21-29 kali

08-18 kali 2 10-20 kali

00-07 kali 1 00-09 kali

D. Loncat tegak (vertical jump)

Tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak otot tungkai. Cara melakukannya yaitu, pertama berdiri menyamping papan sekala dengan mengangkat tangan keatas ukur tinggi yang didapat, kemudian lakukan lompatan setinggi mungkin sebanyak tiga kali, tiap lompatan dicatat tinggi yang diperoleh kemudian ambil yang terteinggi, selisih antara raihan tertinggi dengan pengukuran yang pertama saat tidak melompat adalah hasil vertical jump. Dengan kreteria penilaiannya sebagai berikut.

Tabel. 9 Norma Penilaian Tes Loncat Tegak Kelompok Umur 10–12 Tahun.

Umur 10 s/d 12 tahun Nilai

46 cm keatas 5

38-45 cm 4

31-37cm 3

24-30 cm 2


(61)

Tabel. 10 Norma Penilaian Tes Loncat Tegak (Vertical Jump) Kelompok Umur 13–15 Tahun Dan 1619 Tahun.

Umur 13 s/d 15 tahun Nilai Umur 16 s/d 19 tahun

66 cm keatas 5 73 cm keatas

53-56 cm 4 60-72 cm

42-52 cm 3 50-59 cm

31-41 cm 2 39-49 cm

Dibawah 31 cm 1 Dibawah 39 cm

E. Lari Jarak Sedang

Lari jarak sedang dilakukan untuk mengukur daya tahan paru, jantung, dan pembuluh darah. Jarak yang ditempuh bergantung pada kelompok umur masing-masing, dengan ketentuan sebagai berikut.

Tabel. 11 Kategori Lari Jarak Menengah Berdasarkan Kelompok Umur.

Kelompok Umur Jarak

6 s/d 9 Tahun 600 Meter

10 s/d 12 Tahun 600 Meter

13 s/d 15 Tahun 1000 Meter

16 s/d 19 Tahun 1200 Meter

Sedangkan kreteria penilaiannya sebagai berikut.

Tabel. 12 Norma Penilaian Tes Lari Jarak Menengah Kelompok Umur 10–12 Tahun.

Umur 10 s/d 12 tahun Nilai

Sd 2’09” 5

2’10”-2’30” 4

2’31”-2’45” 3

2’46”-3’44” 2


(62)

Tabel. 13 Norma Penilaian Tes Lari Jarak Menengah Kelompok Umur 13–15 Tahun dan Kelompok Umur 1619 Tahun.

Umur 13 s/d 15 tahun Nilai Umur 16 s/d 19 tahun

Sd 3’04” 5 Sd 3’14”

3’05-3’53” 4 3’15”-4’25”

3’54-4’46” 3 4’26”-5’12”

4’47-6’04” 2 5’13”-6’33”

Dibawah 6’04” 1 Dibawah 6’33”

Untuk menentukan kriteria kebugaran dari santri (teste), maka nilai-nilai yang diperoleh dari setiap sub-tes dijumlahkan, kemudian hasil dari jumlas seluruhnya di masukkan kedalam kategori norma Tes Kebugaran Jasmani Indonesia. Norma tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel. 14 Norma Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI).

Jumlah nilai Klasifikasi

22–25 Baik sekali ( BS )

18–21 Baik ( B )

14–17 Sedang ( S )

10–13 Kurang ( K )

5–9 Kurang sekali ( KS )

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, not, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah. Data


(63)

sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, hasil-hasil studi, hasil survei, studi historis, dan sebagainya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Rachman, bahwa penelitian di samping menggunakan metode yang tepat, juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Metode yang digunakan untuk proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan proses trianggulasi, yaitu:

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewancara (interviuwer) yang mengajukan pertanyaan dari yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan atas itu. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menggunakan menilai keadaan seseorang. Dalam wawancara tersebut biasa dilakukan secara individu maupun dalam bentuk kelompok, sehingga didapat data informatik yang orientik. Metode interview adalah sebuah dialog atau tanya jawab yang dilakukan dua orang atau lebih yaitu pewawancara dan terwawancara (nara sumber) dilakukan secara berhadap-hadapan (face to face).

Sedangkan interview yang penulis gunakan adalah jenis interview pendekatan yang menggunakan petunjuk umum, yaitu mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis-garis besar atau pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses wawancara, penyusunan pokok-pokok ini dilakukan sebelum wawancara. Dalam hal ini pewawancara harus dapat menciptakan suasana


(64)

yang santai tetapi serius yang artinya bahwa interview dilakukan dengan sungguh- sungguh, tidak main-main tetapi tidak kaku.

Wawancara itu digunakan untuk mengungkapkan data tentang data individu dari santri putra pondok pesantren Tri Bakti At-Taqwa Kecamatan Raman Utara. Dalam penelitian ini digunakan alat pengumpulan data yang berupa pedoman wawancara atau instrumen yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada santri Khususnya santri putra pondok pesantren Tri Bakti At-Taqwa Kecamatan Raman Utara.

2. Pengamatan/Observasi

Sebagai metode ilmiah observasi dapat diartikan sebagai pengamatan, meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi observasi merupakan suatu penyelidikan yang dilakukan secara sistematik dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian yang berlangsung dan dapat dianalisa pada waktu kejadian itu terjadi.

Dibandingkan metode survey metode observasi lebih obyektif. Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang akan diteliti. Dimana dilakukan pengamatan atau pemusatan perhatian terhadap obyek dengan menggunakan seluruh alat indra, jadi mengobservasi dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap. Dalam penelitian ini diteliti secara langsung bagaimana tingkat kebugaran jasmai santri putra dengan menggunakan alat pengumpulan data yang berupa rekaman, gambar, dan cacatan berkala.


(65)

3. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang tertulis, metode dokumentasi berarti cara pengumpulan data dengan mencatat data-data yang sudah ada. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa cacatan buku, surat, transkip, majalah, agenda dan sebagainya.

Teknik atau studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil-dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain berhubungan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data yang utama karena pembuktian hipotesisnya yang diajukan secara logis dan rasional melalui pendapat, teori, atau hukum-hukum, baik mendukung maupun menolak hipotesis tersebut.

G. Analisis Data

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan komplek. Padanya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman).

Analisa data adalah proses mengatur urutan data mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa


(1)

Setelah melakukan penelitian, maka penulis mengambil kesimpulan dari data dan fakta yang ada, dan memberikan rekomendasi atau saran sebagai pertimbangan dan masukan kepada pihak-pihak yang memerlukannya. Adapun kesimpulan dan saran tersebut adalah sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Dari penjelasan deskripsi dan analisis hasil penelitian pada bab 4, maka dengan ini penulis menyimpulkan bahwa tingkat kebugaran jasmani terhadap produktivitas kerja santri putra Pondok Pesantren Tri Bhakti At-Taqwa Kecamatan Raman Utara dengan masing-masing jenjang umur dengan rincian sebagai berikut:

1. Tingkat kebugaran santri putra Pondok Pesantren Tri Bhakti At-Taqwa Kecamatan Raman utara mayoritas berada pada klasifikasi sedang.

2. Santri pada kelompok umur 10 – 12 tahun atau dalam jenjang pendidikan MI (Madrasah Ibtida’iyah) memiliki tingkat kebugaran sedang, dan santri yang memiliki tingkat kebugaran jasmani baik ternyata memiliki produktivitas kerja yang tinggi pula. Dan untuk santri yang memiliki tingkat kebugaran jasmani yang kurang bahkan kurang sekali juga


(2)

memiliki produktivitas kerja yang cukup tinggi tetapi tidak setinggi yang memiliki tingkat kebugaran jasmani baik.

3. Santri pada kelompok umur 13 –15 tahun atau dalam jenjang pendidikan MTS (Madrasah Tsanawiyah) memiliki tingkat kebugaran sedang, dan santri yang memiliki tingkat kebugaran jasmani baik, memiliki produktivitas kerja yang kurang dalam bidang ibadah, tetapi memiliki produktivitas kerja yang lumayan pada bidang kesenian dan olahraga. Dan untuk santri yang memiliki tingkat kebugaran jasmani yang kurang bahkan kurang sekali juga memiliki produktivitas kerja yang tinggi dalam ibadah.

4. Santri pada kelompok umur 16 –19 tahun atau dalam jenjang pendidikan MI (Madrasah Ibtidaiyah) memiliki tingkat kebugaran sedang, dan santri yang memiliki tingkat kebugaran jasmani baik, memiliki produktivitas kerja yang tinggi pula. Dan untuk santri yang memiliki tingkat kebugaran jasmani yang kurang bahkan kurang sekali juga memiliki produktivitas kerja yang rendah atau kurang.

B. Saran

Pada bagian ini merupakan bentuk pertanggungjawaban penulis untuk tidak hanya mengamati atau sebagai evaluator belaka, namun turut serta memberikan masukan berupa saran kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Adapun saran yang diberikan penulis antara lain:

1. Ditujukan untuk para santri khususnya santri Pondok Pesantren Tri Bhakti At-Taqwa untuk menjaga dan meningkatkan kebugaran jasmani, karena


(3)

sangatlah penting untuk menjaga dan meningkatkan tingkat kebugaran jasmani guna menunjang aktivitas sehari-hari dan sebagai salah satu cara agar tubuh terhindar dari berbagai penyakit.

2. Ditujukan untuk Pengasuh dan Kepala Pondok

Untuk mendukung setiap kegiatan olahraga ataupun aktivitas jasmani para santri untuk mengembangkan potensi yang dimiliki santri, dan memasukkan mata pelajaran Pendidikan Jasmani ke dalam kurikulum sekolah formal dan membuat MoU dengan dinas terkait demi terpenuhinya sarana maupun prasarana, guna mengoptimalkan bakat yang dimiliki santri dan pengacu peningkatan kebugaran jasmani sebagai penunjang produktivitas kerja santri.

3. Ditujukan untuk Kepala Dinas Pendidikan dan Departemen Agama Kecamatan Raman Utara

Untuk lebih diperhatikan tentang ketersediaan sarana dan prasarana guna mendukung proses pendidikan jasmani, karena sejatinya pendidikan jasmani itu sangat penting terutama bagi kebugaran jasmani dan kesehatan peserta didik khususnya santri.

4. Ditujukan untuk peneliti pemula agar tidak menggunakan metode gabungan dalam melakukan penelitian, karena metode kuantitatif dan kualitatif adalah dua metode yang berbeda kutub, dimana metode kuantitatif menjawab dari hipotesis dan metode kualitatif menciptakan hipotesis untuk dilakukan penelitian lanjut, sehingga untuk menggabungkan kedua metode tersebut bukan hal yag mudah.


(4)

Daftar Pustaka

Aan Komariah dan cepi triatna (2006) Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Aigner, Walter. 2009. Pengertia Produktivitas (Online), (www.Google.com), diakses pada Senin, 7 Januari 2013, Pukul 16:00 WIB.

Al-bahri bin ladjamudin, (2005). Analisa Sistem Informasi , Graha Ilmu, Jakarta. Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.

(Edisi Keempat) Jakarta: Rineka Cipta.

Corbin, C.B., et al. (1997). Physical Fitness With Laboratories. USA: Times Minor Higher Education Group, Inc

Faustino Cardosa Gomez. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Andi Offset. Yogyakarta.

Gaspersz,Vincent,1997 : Manajemen Kualitas dalam Industri Jasa, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Giriwijoyo, S dan Komariyah, L. 2002. Olahraga Kesehatan dan Kesegaran Jasmani pada Lanjut Usia. Bandung. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.

Griwijoyo,S, (2005), Manusia dan Olahraga, Bandung, Penerbit ITB Hermawan, Rahmat. (2012), Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya

Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi.(Disertasi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


(5)

Husein Umar, 1998, Manajemen Risiko Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Komariah Lilis. (2006) Ilmu Kesehatan Olahraga (Sport Medicine). PT Remaja

Rosdakarya. Bandung

Komasari, D. & Helmi, AF. (2000). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada Press.

Kusmaedi, Nurlan. (2008). Olahraga Lansia. Bandung: FPOK – UPI

Lutan, rusli dkk (2002). Pendidikan Kebugaran Jasmani: Orientasi Pembinaan di sepanjang hayat. Jakarta:depdiknas

Moleong, Lexy J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Moleong , 2005. Metodologi Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. 5th edition. Ghalia Indonesia, Bogor. Nugroho, Sigit (2008). Terapi Pernapasan Pada Penderita Asma, Fakultas Ilmu

Keolahragaan, Universitas Yogyakarta.

Poerwadarminta, W.J.S. (2003). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Rakhmat, Jalaluddin. (1999). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung, PT. Remaja Rosda Karya.

Rulhudana, Fajar (2009). Efektivitas Kampanye Antirokok Pesan Ancaman Kesehatan (AK) Versus Pesan Ancaman Kosmetik Sosial (KS) Melalui Fotonovela

Terhadap Sikap Antirokok Remaja. (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Sharkey, B.J (2003). Fitness And Health. Alih bahasa Kebugaran dan Kesehatan oleh: Eri Desmarini Nasution. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.


(6)

Sinungan, Muchdarsyah. (2005). Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta : Bumi Aksara.

Sitepoe Mangku, (1992). Kolesterol Fobia Keterkaitannya Dengan Penyakit Jantung. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suharjana. (2008). Pendidikan Kebugaran Jasmani. Pedoman Kuliah. Yogyakarta. FIK UNY

Suharto, dkk. (2000). Ketahuilah Tingkat Kesegaran Jasmani Anda. Jakarta: Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani.

Suharni. (2006), Pengaruh Latihan Senam Terhadap Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Kelas V SDN 1 Banjarrejo, Kecamatan Batanghari Lampung Timur. Skripsi. Universitas Lampung, Lampung.

Sukadiyanto. (2010). Pengantar Teori Dan Metodologi Melatih Fisik. Bandung: CV Lubuk Agung.

Sukmadinata, (2005). Metodologi Penelitian. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Sumanto Wasty, (1993). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Aplikasi

Metode Kuantitatif dan statistik dalam Penelitian. Yogyakarta.

Suroto, 2004. Peningkatan Kebugaran Melalui Permainan Bola Besar dan Bola Kecil. Universitas Diponegoro, Semarang.

Undang-Undang Republik Indonesia, (2005). Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AGRIBISNIS ALITTIFAQ KABUPATEN BANDUNG

0 6 2

Pemberdayaan kewirausahaan terhadap santri di pondok pesantren: Studi kasus Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung, Bogor

13 96 96

Penyesuaian diri santri di Pondok Pesantren terhadap kegiatan pesantren : studi kasus di Pondok Pesantren Darunnajah

14 101 116

KEPATUHAN SANTRI TERHADAP ATURAN DI PONDOK PESANTREN MODERN Kepatuhan Santri Terhadap Aturan di Pondok Pesantren Modern.

0 8 23

KEPATUHAN SANTRI TERHADAP ATURAN DI PONDOK PESANTREN MODERN Kepatuhan Santri Terhadap Aturan di Pondok Pesantren Modern.

0 3 13

MANAJEMEN PONDOK PESANTREN (STUDI KASUS TENTANG PENGELOLAAN SANTRI PADA PONDOK PESANTREN DARULARAFAH KABUPATEN DELI SERDANG PROPINSI SUMATERA UTARA).

0 1 17

PENGELOLAAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL HIJRAH KECAMATAN PECANGAAN PENGELOLAAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL HIJRAH KECAMATAN PECANGAAN KABUPATEN JEPARA.

0 0 12

HEGEMONI PENDIDKAN PONDOK PESANTREN DI ERA CYBER WORLD STUDI KASUS PONDOK PESANTREN AT-TAUHID SIDORESMO SURABAYA.

0 8 117

KONSEPSI SANTRI PONDOK PESANTREN TERHADAP DEMOKRATISASI PENDIDIKAN DI PESANTREN : Studi Kasus di Pondok Pesantren Langitan, Desa Widang Kecamatan Widang Kabupaten Tuban Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 133

MANAJEMEN ORGANISASI SANTRI PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA BANJARMASIN (STUDI MULTI KASUS DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAMIYAH, PONDOK PESANTREN AL-ISTIQAMAH,DAN PONDOK PESANTREN AL-FURQAN) Tesis

0 0 14