Pendampingan masyarakat dalam memanfaatkan barang bekas untuk peningkatan ekonomi di Desa Kedung Papar Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang.

(1)

PENDAMPINGAN MASYARAKAT DALAM MEMANFAATKAN BARANG BEKAS UNTUK PENINGKATAN EKONOMI DI DESA KEDUNG PAPAR KECAMATAN

SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Oleh :

BAGUS KURNIAWAN B02211015

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017

Pendampingan Masyarakat dalam Memanfaatkan Barang Bekas untuk

Peningkatan Ekonomi di Desa Kedung Papar Kecamatan Sumobito


(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Syarat Dalam Memperoleh Gelar Strata Satu Pada

Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam (S. Sos)

OLEH :

BAGUS KURNIAWAN B02211015

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

ABSTRAK

BAGUS KURNIAWAN, NIM B02211015. Pendampingan Masyarakat Dalam Memanfaatkan Barang Bekas Untuk Peningkatan Ekonomi Di Desa Kedung Papar Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang

Perkembangan ekonomi yang semakin pesat di Indonesia akan memberi peluang bagi angkatan kerja untuk berperan aktif dalam pembangunan perekonomian, tetapi kenyataannya peran serta angkatan kerja tersebut lebih banyak dari pada jumlah lapangan kerja, jumlah pengangguran semakin besar, disebabkan pula oleh kepadatan penduduk yang semakin bertambahnya angka kelahiran yang semakin meningkat, dan usia kerja yang semakin yang semakin bertambah. Untuk mengatasi keadaan seperti ini masyarakat yang kreatif mencoba mendirikan suatu industri yang berskala kecil sebagai usaha untuk menambah pendapatan. Dari hasil pengamatan penaliti, akhir-akhir ini tepatnya mulai tahun 2015 di Dusun Penampan Desa Kedung Papar Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang berdiri suatu berupa pemanfaatan barang bekas. Peran masyarakat Desa Kedung Papar menginginkan wilayahnya kembali menjadi wilayah yang bersih dan tidak bergantung dengan hasil tani atau buruh tani.

Pendampingan yang dilakukan kepada masyarakat menggunakan metode

assed based community development (ABCD). Pendampingan ini mengutamakan pemanfaatan potensi yang dimiliki oleh masyarakat. Mulai dari mengetahui aset yang dimiliki sampai tindakan yang akan dilakukan oleh masyarakat mengenai peduli lingkungan. Dengan adanya pengelolaan barang bekas di Dusun Penampan masalah pengangguran dan jumlah penduduk yang tadinya belum mempunyai pekerjaan dan belum mempunyai pendapatan sekarang sudah mulai teratasi dengan adanya pengelolaan pemanfaatan barang bekas di Dusun Penampan yang sampai sekarang masih bisa diandalkan oleh penduduk Dusun Penampan Desa Kedung Papar Kec. Sumobito untuk mencari pendapatan tambahan.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR... vii

ABSTRAK... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah...……….……... 1

B. Fokus Pendampingan...……….….……... 4

C. Tujuan Penelitian... ……….……...5

D. Metodologi Pendampingan ………...5

E. Pihak- Pihak yang terlibat...……….…… 10

F. Sistematika Penulisan...……….…….……... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Perubahan Sosial...13

B. Teori Pemberdayaan Masyarakat………... 17

C. Teori Ekonomi Kreatif………... 34

BAB III METODOLOGI A. Asset Bassed Community Development ( ABCD )…………..…... 27

B. Prinsip-prinsip Pendampingan ………..…... 30


(9)

D. Langkah-LangkahPendampingan ……….…... 39

BAB IV PROFIL DESA A. Letak Geografis ………...43

B. Demografis………...44

C. Profil Masyarakat Desa………... 46

D. Ekonomi………... 47

E. Kesehatan Masyarakat……….48

F. Sosial Masyarakat………49 G. Infrastuktur………..50 H. Keagamaan ……….52

BAB V PROSES PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM MEMANFAATKAN BARANG BEKAS A. Mengungkap masa lalu (Discovery)... 56

B. Membangun masa depan (Dream)... 59

C. Memetakan aset dan potensi masyarakat desa Kedung Papar... 61

D. Merencanakan aksi bersama (Design)... 69

E. Proses aksi perubahan (Destiny)... 69

BAB VI ANALISIS PERUBAHAN PENDAMPINGAN A. Pemanfaatan barang bekas untuk meningkatkan ekonomi masyarakat desa... 81

BAB VII REFLEKSI HASIL PENDAMPINGAN A. pendampingan dengan dakwah bil’hal...87

BAB VIII PENUTUP A. Kesimpulan ………...………..………… 94

B. Saran...………..……. 96

DAFTAR PUSTAKA... 123 LAMPIRAN- LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

4.1 Jumlah RT/ RW 45

4.2 Jumlah Penduduk 45

4.3 Mata Pencaharian Masyarakat 48

4.4 Infrastuktur Desa 51

5.1 Hasil pemetaan aset kisah sukses (Discovery) 58 5.2 hasil merangkai harapan (Dream) 60 5.3 Hasil pemetaan aset Lingkungan (Transect) 61

5.4 Aset Fisik desaKedung Papar 65

5.5 Aset Skill desaKedung Papar 66


(11)

DAFTAR GAMBAR

4.1 Peta Kedung Papar 44

5.1 Proses diskusi bersama 51

5.2 Pemmumutan Barang Bekas 71

5.3 Pemilihan Barang Bekas 75

5.4 Pembersihan Barang Bekas 76

5.5 Pengilingan Bahan Bekas 76

5.6 Pencucian Barang Bekas 77


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan nasional di laksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur. Pembangunan sendiri merupakan suatu proses perubahan dari suatu keadaan yang lebih baik.

Dengan adanya perkembangan ekonomi yang semakin pesat di Indonesia akan memberi peluang bagi angkatan kerja untuk berperan aktif dalam pembangunan perekonomian, tetapi kenyataannya peran serta angkatan kerja tersebut lebih banyak dari pada jumlah lapangan kerja, jumlah pengangguran semakin besar, disebabkan pula oleh kepadatan penduduk yang semakin bertambahnya angka kelahiran yang semakin meningkat, dan usia kerja yang semakin yang semakin bertambah kondisi seperti ini berakibat semakin rendahnya pendapatan perkapita penduduk Dusun Penampan Desa Kedung Papar Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang. Untuk mengatasi keadaan seperti ini masyarakat yang kreatif mencoba mendirikan suatu industri yang berskala kecil sebagai usaha untuk menambah pendapatan. Dari hasil pengamatan penaliti, akhir-akhir ini tepatnya mulai tahun 2015 di Dusun Penampan Desa Kedung Papar Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang berdiri suatu berupa pemanfaatan barang bekas.


(13)

Menurut kementrian lingkungan hidup, pada tanggal 1 November 2012. Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari- hari dalam rumah tangga yang tidak termaksud tinja dan sampah spesifik, yang berasal dari kawasan komersil, industry, khusus, fasilitas umum dan lain- lain.1 Berdasarkan sifatnaya barang bekas dapat dikategorikan menjadi dua yaitu : 1. Barang bekas organic, yaitu barang bekas yang dapat diurai oleh tanah (mudah terurai secara alami) seperti daun, kertas, dan kayu; 2. Barang bekas anorganik, yaitu barang bekas yang tidak mudah diurai oleh tanah (tidak mudah terurai secara alami) seperti kaca, plastik. Adanya lembaga pemuda yang berlandaskan sosial dan Islam merupakan aset yang bagus untuk sebuah Wilayah / Desa. Aset di Wilayah / Desa merupakan modal untuk membangun desa yang sesuai keinginan masyarakat. Pada konsep community organizing (CO) dalam membangun Desa yaitu :2

1. Masyarakat memiliki daya dan upaya untuk membangun kehidupannya sendiri.

2. Masyarakat mempunyai pengetahuan dan kearifan tersendiri dalam menjalani kehidupannya secara alami.

Dengan adanya pengelolaan barang bekas di Dusun Penampan masalah pengangguran dan jumlah penduduk yang tadinya belum mempunyai pekerjaan dan belum mempunyai pendapatan sekarang sudah mulai teratasi dengan adanya

1

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 Tentang : Pengolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

2

Agus Afandi, dkk, Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Islam, (IAIN Sunan Ampel Press Surabaya, 2013), hal. 114


(14)

pengelolaan pemanfaatan barang bekas di Dusun Penampan yang sampai sekarang masih bisa diandalkan oleh penduduk Dusun Penampan Desa Kedung Papar Kec. Sumobito untuk mencari pendapatan tambahan. Oleh karena itu khususnya masyarakat Dusun Penampan mayoritas bekerja sebagai pengelolah pemanfaatan barang bekas di UD. Tiga Bersaudara yang ada di Dusun Penampan. Perbuatan ekonomi tersebut merupakan mata pencaharian, artinya dilakukan secara terus menerus, tidak intidial, bertindak keluar menghadapi pihak lain ( pihak ketiga).

Menurut para ahli mengatakan, bahwa untuk memutuskan mata rantai lingkaran kemiskinan dapat dilakukan peningkatan ketrampilan sumber daya manusia (SDM), penambahan modal investasi dan mengembangkan teknologi melalui berbagai suntikan maka diharapkan produktifitas akan meningkat. Di Indonesia program - program penanggulangan kemiskinan sudah banyak dilaksanakan, seperti : Pengembangan Desa Tertinggal, Perbaikan Kampong, Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan. Sekarang pemerintah menangani progam tersebut secara menyeluruh, terutama sejak krisis moneter dan ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997, melalui program – program ini jaringan pengaman social JPS. Dalam JPS ini masyarakat ikut serta dalam program program kegiatan.3

Pertumbuhan usaha tersebut tentunya sangat menguntungkan bagi masyarakat miskin, dari kegiatan ekonomi ini merupakan bentuk usaha yang relatif menguntungkan karena :

3


(15)

a. Bahan bakunya mudah di dapat.

b. Dapat mendidik masyarakat untuk terampil dan kreatif.

c. Masyarakat miskin dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam situasi perekonomian yang semakin terpuruk.

Ayat Al- Qur’an “Sesungguhnya Alloh tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum tersebut mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”

Dari hasil pemaparan diatas membuat peneliti ingin tahu lebih jelas tentang proses pemanfaatan barang bekas, maka penulis melakukan penelitian tentang

bagaimana “ Pemanfaatan Barang Bekas untuk Meningkatkan Ekonomi Masyarakat

di Desa Kedung papar Kecamatan sumobito Kabupaten Jombang”.

B. FOKUS PENDAMPINGAN

Melihat dari latar belakang diatas maka fokus pendampingan yaitu bagaimana masyarakat bisa menyadari bahwa dengan adanya pemanfaatan barang bekas tersebut dapat meningkatkan ekonomi mereka secara berangsur – angsur, tigak bergantung dengan persawahan atau perubahan alam saja. Dikarnaka masyarakat harus lebih kreatif untuk meninigkatkan ekonominya masing – masing khususnya dalam proses pembangunan desa seperti peningkatan ekonomi, kebersihan lingkungan, dan lain-lain. Fokus pendampingan tersebut dilakukan secara partisipasi aktif dari para masyarakat Desa Kedung Papar Kecamatan Sumobito Kabubapen Jombang.


(16)

C. TUJUAN PENDAMPINGAN

Pendampingan pemuda di Desa Kedung Papar bertujuan untuk membangun desa menjadi Desa yang lebih maju dalam segala bidang umumnya dan khususnya bisa memanfaatkan barang bekas tersebut. Manfaat yang didapat oleh pemuda adalah bisa membentuk pemikiran yang kritis akan semua realitas yang ada di Desa. Pemikiran yang kritis akan kondisi lingkungan sekitar bertujuan agar saling menjaga dan melestarikan lingkungan yang ada di wilayah Desa.

D. METODOLOGI PENDAMPINGAN

Metode Asset Based Community Development (ABCD) adalah pendekatan pendampingan yang mengupayakan pengembangan masyarakat harus dilaksanakan dengan sejak dari awal menempatkan manusia untuk mengetahui apa yang menjadi kekuatan yang dimiliki serta segenap potensi dan aset yang dipunyai yang potensial untuk dimanfaatkan.pendampingan berbasis asset memiliki prinsip untuk menuai keberhasilan suatu pendampingan tersebut. Perinsip – prinsip tersebut yaitu :4

a. Setengah Terisi lebih Berarti (Half Full Half Empty) b. Semua Punya Potensi (Nobody Has Nothing)

c. Partisipasi (Participation) d. Kemitraan (Partnership)

e. Berawal Dari Masyarakat (Endogenous)

4

Nadhir salahuddin, dkk, Panduan KKN ABCD UIN Sunan Ampel Surabaya, (LPPM IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2015), hal. 26.


(17)

Langkah-Langkah Pendampingan yang dilakukan yaitu sebagai berikut: Tahap 1: Mempelajari dan Mengatur Skenario

Dalam Appreciative Inquiry (AI) terkadang disebut ‘Define’. Dalam Asset Based Community Development (ABCD), terkadang digunakan frasa “Pengamatan dengan

Tujuan atau Purposeful Reconnaissance”. Pada dasarnya terdiri dari dua elemen

kunci-memanfaatkan waktu untuk mengenal orang-orang dan tempat di mana perubahan akan dilakukan, dan menentukan focus program. Ada empat langkah terpenting di tahap ini, yakni menentukan:5

1. Tempat 2. Orang

3. Fokus Program

4. Informasi tentang Latar Belakang Tahap 2: Menemukan Masa Lampau

Kebanyakan pendekatan berbasis aset dimulai dengan beberapa cara untuk mengungkap (discovering) hal–hal yang memungkinkan sukses dan kelentingan di komunitas sampai pada kondisi sekarang ini.6

Kenyataan bahwa masyarakat Tasikmadu masih berfungsi sampai saat ini membuktikan bahwa ada sesuatu dalam masyarakat yang harus dirayakan. Tahap ini terdiri dari:

5

Christopher Dureau, Pembaru dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II,(Agustus 2013), hal 123

6


(18)

1. Mengungkap (discover) sukses apa sumber hidup dalam komunitas. Apa yang memberi kemampuan untuk tiba di titik ini dalam rangkaian perjalanannya. Siapa yang melakukan lebih baik.

2. Menelaah sukses dan kekuatan elemen-elemen dan sifat khusus apa yang muncul dari telaah cerita-cerita yang disampaikan oleh komunitas.

Tahap 3: Memimpikan Masa Depan

Memimpikan masa depan atau proses pengembangan visi (visioning) adalah kekuatan positif luar biasa dalam mendorong perubahan. Tahap ini mendorong komunitas menggunakan imajinasinya untuk membuat gambaran positif tentang masa depan

mereka. Proses ini menambahkan energy dalam mencari tahu “apa yang mungkin.”7

Tahap 4: Memetakan Aset

Tujuan pemetaan aset adalah agar komunitas belajar kekuatan yang sudah mereka miliki sebagai bagian dari kelompok. Apa yang bisa dilakukan dengan baik sekarang dan siapa di antara mereka yang memiliki keterampilan atau sumber daya alam yang ada di desa. Mereka ini kemudian dapat diundang untuk berbagi kekuatan demi kebaikan seluruh kelompok atau komunitas8

. Pemetaan dan seleksi aset dilakukan dalam 2 tahap:

1. Memetakan aset komunitas atau bakat, kompetensi dan sumberdaya sekarang.

7

Ibid hal, 138

8


(19)

2. Seleksi mana yang relevan dan berguna untuk mulai mencapai mimpi komunitas.

Tahap 5: Menghubungkan dan Menggerakkan Aset/Perencanaan Aksi.

Tujuan penggolongan dan mobilisasi aset adalah untuk langsung membentuk jalan menuju pencapaian visi atau gambaran masa depan. Hasil dari tahapan ini harusnya adalah suatu rencana kerja yang didasarkan pada apa yang bisa langsung dilakukan diawal, dan bukan apa yang bisa dilakukan oleh lembaga dari luar. Walaupun lembaga dari luar dan potensi dukungannya, termasuk anggaran pemerintah adalah juga Aset yang tersedia untuk dimobilisasi, maksud kunci dari tahapan ini adalah untuk membuat seluruh masyarakat menyadari bahwa mereka bisa mulai memimpin proses pembangunan lewat kontrol atas potensi aset yang tersedia dan tersimpan.9

Tahap 6: Pemantauan, Pembelajaran dan Evaluasi

Pendekatan berbasis aset juga membutuhkan studi data dasar (baseline), monitoring perkembangan dan kinerja outcome. Tetapi bila suatu program perubahan menggunakan pendekatan berbasis aset, maka yang dicari bukanlah bagaimana setengah gelas yang kosong akan diisi, tetapi bagaimana setengah gelas yang penuh dimobilisasi. Pendekatan berbasis aset bertanya tentang seberapa besar anggota organisasi masyarakat mampu menemukenali dan memobilisasi secara produktif aset mereka mendekati tujuan bersama. Empat pertanyaan kunci Monitoring dan Evaluasi dalam pendekatan berbasis aset adalah:

9


(20)

1. Apakah komunitas sudah bisa menghargai dan menggunakan pola pemberian hidup dari sukses mereka di masa lampau?

2. Apakah komunitas sudah bisa menemukenali dan secara efektif memobilisasi aset sendiri yang ada dan yang potensial (keterampilan, kemampuan, sistem operasi dan sumber daya)?

3. Apakah komunitas sudah mampu mengartikulasi dan bekerja menuju pada masa depan yang diinginkan atau gambaran suksesnya?

Apakah kejelasan visi komunitas dan penggunaan aset dengan tujuan yang pasti telah mampu memengaruhi penggunaan sumber daya luar (pemerintah) secara tepat dan memadai untuk mencapai tujuan bersama?

Beberapa aspek diatas merupakan kekuatan pokok yang sangat penting dalam pembangunan masyarakat. Sehingga dalam aplikasinya, konsep

“pembangunan endogen” kemudian mengakuinya sebagai aset-kekuatan utama yang bisa dimobilisasi untuk digunakan sebagai modal utama dalam pengembangan masyarakat. Aset dan kekuatan tersebut bisa jadi sebelumnya terabaikan atau bahkan seringkali dianggap sebagai penghalang dalam pembangunan. Aset-aset tersebut terintrodusir dalam kelompok aset spiritual, sistem kepercayaan, cerita, dan tradisi yang datang dari adat istiadat masyarakat dan sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari komunitas. Pembangunan Endogen mengubah aset-aset tersebut menjadi aset penting yang bisa dimobilisasi untuk pembangunan sosial dan ekonomi kerakyatan. Metode ini menekankan dan menjadikan aset-aset tersebut sebagai salah satu pilar


(21)

pembangunan. Sehingga dalam kerangka pembangunan endogen, asset - aset tersebut kemudian menjadi bagian dari prinsip pokok dalam pendekatan ABCD yang tidak boleh dinegasikan sedikitpun.

E. PIHAK – PIHAK YANG TERLIBAT 1. Perangkat (Kepala Desa)

Dalam proses riset pendampingan ini perangkat Desa sangat berperan penting. Karena tanpa perizinan dan persetujuan dari Kepala Desa dan perangkatnya peneliti tidak mungkin bisa terjun di tengah masyarakat dan melakukan riset pendampingan. Selain itu perangkat juga berperan dalam mengorganisir masyarakat setempat, dan masyarakat lebih muda terorganisir dikarenakan ada dukungan dan kepedulian perangkat terhadap masyarakat.

2. Masyarakat dusun Penampan Desa Kedung papar

Masyarakat Desa Kedung Papar adalah salah satu objek penting dalam pendampingan ini supaya berjalannya pendampingan masyarakat yang mengikuti kegiatan juga dilibatkan dalam proses ini, untuk menciptakan transformasi sosial dalam mengembangkan potensi.

3. Dinas / Instansi terkait

Peran dari dinas / instansi terkait yaitu UD. TIGA BERSAUDARA adalah sebagai kordinasi dan konsultasi dalam melaksanakan pendampingan. Peran dinas / instansi terkait juga berfungsi untuk solusi dalam melaksanakan sebuah kegiatan yang diperlukan peran dari dinas / instansi terakait.


(22)

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Agar dapat memudahkan pada pembaca dalam memahami hasil dari Pendampingan ini, oleh karena itu membuat sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan, Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang, fokus penelitian pendampingan, tujuan penelitian-pendampingan dan sistematika penulisan skripsi. BAB II Kajian teori, Bab ini menjelaskan teori yang digunakan saat melaksanakan pendampingan pada masyarakat nelayan yang berada didesa didesa Kedung Papar. Teori yang digunakan adalah teori perubahan sosial, teori pembangunan, teori pemberdayaan masyarakat, teori ekonomi kreatif konsep kebersihan lingkungan BAB III Metodologi, Metode yang digubakan adalah metode Asset Based Community Developmen (ABCD). Bab ini menjelaskan metode yang digunakan untuk proses penelitian dan pendampingan yang berbasis aset.

BAB IV Profil desa , Pada bab ini menerangkan profil desa mulai dari letak geografi Desa Tasikmadu, Demografi, ekonomi masyarakat, dan adat istiadat masyarakat desa sekitar.

BAB V Proses pendampingan , Bab ini menjelaskan tentang proses pendampingan yang dilakukan oleh pendamping mulai dari discovery, dream, design, define, destiny.

BAB VI Aksi yang dilakukan, Bab ini menjelaskan tentang hasil yang didapat saat melaksanakan pendampingan. Hasil ini bertujuan untuk mengukur hasil pendampingan selama menjalani pendampingan yang didampingi oleh pendamping.


(23)

BAB VII Refleksi, Bab ini menjelaskan tentang evaluasi terhadap aksi/kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh pendamping selama mendampingi masyarakat Desa Kedung Papar.

BAB VIII Penutup, Bab ini merupakan bab penutup dari penulisan skripsi yang menyimpulkan hasil analisi yang dilakukan, serta saran yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan agar tidak salah dalam mengambil keputusan.


(24)

BAB II

KAJIAN TEOROTIS

Teori pada dasarnya digunakan sebagai petunjuk untuk menguji dan melihat suatu realitas yang terjadi di masyarakat. Teori dijadikan sebagai alat untuk membedah suatu permasalahan yang terjadi di masyarakat dengan teori-teori yang sudah ada pada sebelumnya. Bisa saja teori itu dibentuk secara langsung oleh realitas yang nyata dalam masyarakat. Bagi fasilitator suatu pemberdayaan masyarakat teori berperan penting untuk melihat yang sesuai dengan realiatas yang ada di tempat pemberdayaan. Akan tetapi ada saja ketidaksinkronan antara teori dengan realitas masyarakat yang tidak terduga.

1. Teori Perubahan Sosial

Perubahan sosial adalah suatu bentuk peradaban umat manusia akibat adanya eskalasi perubahan alam, biologis, fisik yang terjadi sepanjang kehidupan manusia.1 Perubahan sosial terdiri dari dua kata yaitu perubahan dan sosial. Masyarakat mempunyai kedudukan yaitu sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia tidak bisa hidup sendiri melainkan memerlukan kerjasama sehingga bisa hidup bersama – sama. Kehidupan itu juga didasari rasa toleransi dengan sesama sehingga bisa mengikuti norma – norma, kebudayaan yang ada pada masyarakat / komunitas.

1

Agus Salim, Perubahan Sosial Sketsa Teori Dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia


(25)

Studi perubahan sosial merupakan perubahan yang memuat sejumlah pilihan untuk mengedepankan kepentingan masyarakat dengan basis etnis – budaya lokal dengan keragaman budaya yang akhirnya membentuk perubahan yang ada dalam masyarakat. Kekuatan lokal merupakan salah satu pemanfaatan untuk melakukan perubahan yang ada di desa. Kekuatan lokal yang ada di masyarakat meliputi semua elemen – elemen masyarakat yang ada di suatu desa / masyarakat / komunitas tersebut. elemen – elemen tersebut antara lain adalah tokoh masyarakat, pemerintah desa, pemuda, lembaga yang ada di masyarakat, dll.

Pendekatan berbasis kekuatan melihat realitas dengan cara yang jauh lebih alami dan holistik. Kegiatan pembangunan harus ditetapkan dalam konteks organism hidup yang memiliki sejarah dan aspirasi untuk masa depan yang lebih baik. Selain menggunakan logika dan analisis, memori dan imajinasi juga penting dihidupkan dalam mencipta perubahan. Proses perubahan adalah upaya bersengaja mengumpulkan apa yang memberi hidup pada masa lalu (memori) dan apa yang memberi harapan untuk masa depan (imajinasi). Proses tersebut didasarkan pada apa yang sedang terjadi sekarang dan memobilisasi apa yang sudah ada sebagai potensi.2

Prinsip operasional digunakan untuk membantu kita memilih tindakan dengan lebih bersengaja karena tindakan itu mewakili konsistensi dalam kerangka

2

Christoper dereau, Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan. (TT: Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Phase II, 2013), Hal.64


(26)

kerja kegiatan kita. Prinsip - prinsip operasional di bawah ini diambil dari berbagai tulisan tentang bagaimana dan mengapa orang menggunakan pendekatan berbasis aset. Tentunya terdapat konsistensi dan tumpang tindih dengan berbagai teori perubahan yang telah dijelaskan sebelumnya.3

1. Prinsip Konstruksionis: Kata-kata mencipta dunia; makna diciptakan

secara sosial, lewat bahasa dan percakapan.

2. Prinsip Simultan: Proses bertanya akan mencipta perubahan; begitu

kita mengajukan pertanyaan, kita mulai mencipta perubahan.

3. Prinsip Puisi: Kita bisa memilih apa yang ingin kita pelajari;

organisasi, bagaikan buku yang terbuka, adalah sumber informasi dan pembelajaran yang tak ada habisnya.

4. Prinsip Antisipasi: Sistem manusia bergerak menuju gambar atau

visualisasi yang dimiliki; apa menjadi pilihan untuk dipelajari mempunyai arti. Sistem sosial berevolusi ke arah gambaran paling positif yang dimiliki tentang dirinya.

5. Prinsip Positif: Pertanyaan positif menghasilkan perubahan positif.

Jika Anda mengubah dialog internal (apa yang dibicarakan orang-orang dalam sebuah organisasi), Anda mengubah organisasi itu sendiri.

6. Prinsip Keutuhan: Keutuhan menarik yang terbaik dari orang dan

organisasi; membawa seluruh pemegang kepentingan dalam forum bersama yang mendorong kreativitas dan membangun kapasitas kolektif.

3


(27)

7. Prinsip Bertindak: Untuk benar-benar membuat perubahan, kita

harus “menjadiperubahan yang ingin kita lihat.”

8. Prinsip Bebas Memilih: Orang akan bekerja lebih baik dan lebih

berkomitmen ketika mereka punya kebebasan untuk memilih bagaimana dan apa yang ingin mereka kontribusikan.

9. Prinsip Kelentingan: Setiap individu, kelompok, atau institusi

memiliki sesuatu yang telah memberi hidup di masa lalu dan beberapa aset yang mendukung mereka di masa sekarang. “Setiap komunitas punya potensi sumber daya lebih banyak dari pada yang diketahui siapapun.”

10. Prinsip Organik: Semua yang hidup punya cetak biru bagi

kesuksesannya sendiri atau pengembangan diri yang tertulis di dalamnya. Yang diperlukan hanyalah lingkungan yang merawat dan mendukungnya. Hal ini berhubungan dengan teori keanekaragaman hayati termasuk praktik permakultur dalam pertanian.

Perubahan ( change ) akan mencakup suatu sistem sosial, dan dalam bentuk organisasi sosial yang ada dalam masyarakat, perubahan dapat terjadi dengan lambat, sedang atau keras tergantung situasi yang mempengaruhinya.4 Suatu perubahan memerlukan bantuna dari segala pihak.

4

Agus Salim, Perubahan Sosial Sketsa Teori Dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia


(28)

Pola dari perubahan sosial bisa dari negara / kebijakan pemerintah serta bisa dari keinginan masyarakat. Perubahan sosial dari negara yaiatu perubahan yang semua urusan perubahana dikelola dengan negara. Sehingga negara terbatas untuk menentukan sebuah kebijakan untuk memperoleh peubahan sosial samapai ke masyarakat yang paling tidak mampu. Perubahan sosial dari negara tujuannya yaitu meningkatkan perekonomian masyarakat. Perubahan dari negara semata – mata hanya untuk meningkatkan perekonomian.

Perubahan dari negara sulit bertahan lama karena setiap kali pergantian keala negara maka mempunyai keinginan unguk melakukan perubahan yang lebih baik lagi dari pemerintahan yang dulu. Sehingga setiap kali kebijakan dari negara untuk perubahan sosial akan selalu ada revisi atau pergantian kebijakan untuk lebih baik lagi.

2. Teori Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan adalah membantu klien untuk memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi dan sosial. Definisi pemberdayaan dalam arti sempit, yang berkaitan dengan sistem pengajaran antara lain dikemukakan oleh Merriam Webster dan Oxford English Dictionary

kata”empower” mengandung dua arti. Pengertian pertama adalah to give power of authority dan pengertian kedua berarti to give ability to or enable . dalam pengertian pertama diartikan sebagai member kekuasaan, mengalihkan kekuasaan, atau


(29)

mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Sedangkan, dalam pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan.

Sedangkan proses pemberdayaan dalam konteks aktualisasi diri berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan kemampuan individu dengan menggali segala potensi yang dimiliki oleh individu tersebut baik menurut kemampuan keahlian

(skill) ataupun pengetahuan (knowledge). Seseorang tokoh pendidikan Paulo Freire, berpendapat bahwa pendidikan seharusnya dapat memberdayakan dan membebaskan para peserta didiknya, karena dapat mendengarkan suara dari peserta didik. Yang dimaksud suara adalah segala asprasi maupun segala potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut.

Upaya pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya adalah untuk mengembalikan kembali kekuatan dan potensi yang dimiliki masyarakat dengan membuang jauh segala persoalan yang dihadapi. Prinsip pemanfaatan modal sosial dimaksudkan sebagai upaya memunculkan dan memanfaatkan potensi yang ada disekitar masyarakat. Sehingga dengan serangkaian kemitraan dan hubungan antar organisasi untuk merencanakan dan memberikan menu layanan berdasarkan pada prinsip-prinsip pembangunan di harapkan mampu menjadi solusi bagi persoalan pengembangan masyarakat.5

Pemberdayaan berbasis asset merupakan pemberdayaan yang melihat potensi dan kekuatan lokal yang ada pada masyarakat / komunitas / desa. Pemberdayaan ini melakukan pemetaan untuk mengetahui aset yang ada pada

5


(30)

masyrakat / desa. Aset adalah sesuatu yang berharga yang bisa digunakan untuk meningkatkan harkat atau kesejahteraan. Kata ASET secara sengaja digunakan untuk meningkatkan kesadaran komunitas yang sudah ‘kaya dengan aset’ atau memiliki kekuatan yang digunakan sekarang dan bisa digunakan secara lebih baik lagi. Mungkin ada yang sudah dilatih menjadi guru tetapi tidak ada orang atau tempat untuk mengajar. Ada juga yang belajar keterampilan menjahit, memasak atau kerajinan tangan atau pertukangan tapi tidak ada kesempatan menggunakannya. Ketika sudah terungkap aset – aset yang ada, maka komunita bisa mulai mengumpulkan atau menggunakannya dengan lebih baik untuk mencapai tujuan pribadi maupun mimpi bersama. 6

Istilah ‘aset’ bisa keliru dipahami dan terkadang lebih baik untuk

mempersiapkan sejumlah istilah yang bisa digunakan komunitas untuk memahami beragam kekuatan yang sudah mereka miliki.

Daftar lengkap aset adalah:7

1. Aset personal atau manusia

keterampilan, bakat, kemampuan, apa yang bisa anda lakukan dengan baik, apa yang bisa anda ajarkan pada orang lain. (Kemampuan Tangan, Kepala dan Hati).

6

Christoper dereau, Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan. (TT: Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Phase II, 2013), hal. 145

7


(31)

2. Asosiasi atau aset sosial

Setiap organisasi yang diikuti oleh anggota kelompok, kelompok – kelompok gereja seperti Kelompok Kaum Muda, Kelompok Ibu; kelompok – kelompok budaya seperti Kelompok Tari atau Nyanyi; Kelompok Kerja PBB atau Ornop lain dalam komunitas atau yang memberikan pelatihan bagi komunitas. Asosiasi mewakili modal sosial komunitas dan penting bagi komunitas untuk memahami kekayaan ini.

3. Institusi

lembaga pemerintah atau pewakilannya yang memiliki hubungan dengan komunitas. Seperti komite sekolah, komite untuk pelayanan kesehatan, mengurus listrik, pelayanan air, atau untuk keperluan pertanian dan peternakan. Terkadang institusi – institusi ini terhubung dengan Aset Sosial tetapi keduanya mewakili jenis aset komunitas yang berbeda. Komite Sekolah, Komite Posyandu dan koperasi yang dibentuk oleh pemerintah termasuk dalam kategori ini.

4. Aset Alam

tanah untuk kebun, ikan dan kerang, air, sinar matahari, pohon dan semua hasilnya seperti kayu, buah dan kulit kayu, bambu, material bangunan yang bisa digunakan kembali, material untuk menenun, material dari semak, sayuran, dan sebagainya.


(32)

5. Aset Fisik

alat untuk bertani, menangkap ikan, alat transportasi yang bisa dipinjam, rumah atau bangunan yang bisa digunakan untuk pertemuan, pelatihan atau kerja, pipa, ledeng, kendaraan.

6. Aset Keuangan

mereka yang tahu bagaimana menabung, tahu bagaimana menanam dan menjual sayur di pasar, yang tahu bagaimana menghasilkan uang. Produk – produk yang bias dijual, menjalankan usaha kecil, termasuk berkelompok untuk bekerja menghasilkan uang. Memperbaiki cara penjualan sehingga bisa menambah penghasilan dan menggunakannya dengan lebih bijak. Kemampuan pembukuan untuk rumah tangga dan untuk kelompok maupun usaha kecil.

7. Aset Spiritual dan Kultural

aset ini bisa ditemukan dengan memikirkan nilai atau gagasan terpenting dalam hidup anda – apa yang paling membuat anda bersemangat? Termasuk di dalamnya nilai – nilai penganut Kristen atau Muslim, keinginan untuk berbagi, berkumpul untuk berdoa dan mendukung satu sama lain. Atau mungkin ada nilai – nilai budaya, seperti menghormati saudara ipar atau menghormati berbagai perayaan dan nilai – nilai harmoni dan kebersamaan. Cerita – cerita tentang pahlawan masa lalu dan kejadian sukses masa lalu juga termasuk di sini karena hal – hal tersebut mewakili elemen sukses dan strategi untuk bergerak maju.

Tujuan dari pemetaan aset meupakan pembelajaran untuk meningkatkan kesadaran komunitas akan kemandirian yang dimilikinyha. Kemandirian merupakan


(33)

sifat untuk ketidak tergantungnya komunitas dengan pihak lain sehingga komunitas bisa mandiri dan kuat dengan kekuatan yang dimiliki oleh masing – masing orang. kesadaran bahwa hubungan antara komunitas dengan lembaga luar, apakah pemerintah atau ornop, didasarkan pada kontribusi bersama, dan bukanlah ketergantungan.

Adanya sebuah kegiatan yang berupa asset yang belandaskan sosial dan islam merupakan aset yang bagus unuk sebuah wilayah / desa. Aset di wilayah / desa merupakan modal untuk membangun desa yang sesuai keinginan masyarakat. Pada konsep community organizing (CO) dalam membangun desa yaitu :8

1. Masyarakat memiliki daya dan upaya untuk membangun kehidupannya sendiri.

2. Masyarakat mempunyai pengetahuan dan kearifan tersendiri dalam menjalani kehidupannya secara alami.

Upaya pembangunan masyarakat akan efektif apabila melibatkan secara aktif seluruh komponen masyarakat sebagai pelaku sekaligus penikmat pembangunan, serta masyarakat memiliki kemampuan membagi diri sedemikian rupa dalam peran pembangunan mereka.

Pengorganisasian masyarakat merupakan cara untuk melahirkan sebuah kesadaran kritis. Adanya kesadaran kritis dalam masyarakat merupakan awal dari

8Agus Afandi, dkk, Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Islam, (IAIN Sunan Ampel


(34)

perubahan dalam pembangunan desa yang ideal. Pemanfaatn Aset desa berupa lembaga – lembaga yang ada di desa merupakan awal dalam membangun desa yang bermanfaat pada masyarakatnya.

Pengorganisasian masyarakat juga menguunakan strategi asrtisipasi yang aktif dari komunitas / masyarakat. Wujud partisipasi dalam pengambilan keputusan ini antara lain seperti ikut menyumbangkan gagasan atau pemikiran, kehadiran dalam rapat, diskusi dan tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan.

Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan meliputi menggerakkan sumber daya dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program. Partisipasi dalam pelaksanaan merupakan kelanjutan dalam rencana yang telah digagas sebelumnya baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan maupun tujuan. Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi dalam pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil pelaksanaan yang telah dicapaibaik yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat dari output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat dari presentase keberhasilan program. Keempat, partisipasi dalam evaluasi.

Partisipasi dalam evaluasi ini berkaitan dengan pelaksanaan pogram yang sudah direncanakan sebelumnya. Partisipasi dalam evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang sudah direncanakan sebelumnya. Konsep ini memberikan makna bahwa masyarakat akan berpartisipasi secara sukarela apabila


(35)

mereka dilibatkan sejak awal dalam proses pembangunan melalui program pemberdayaan. Ketika mereka mendapatkan manfaat dan merasa memiliki terhadap program pemberdayaan, maka dapat dicapai suatu keberlanjutan dari program pemberdayaan.

3. Ekonomi Kreatif

Istilah Ekonomi Kreatif pertama kali diperkenalkan oleh tokoh bernama John Howkins, penulis buku "Creative Economy, How People Make Money from Ideas". Jhon Howkins adalah seorang yang multi profesi. Selain sebagai pembuat film dari Inggris ia juga aktif menyuarakan ekonomi kreatif kepada pemerintahan Inggris sehingga dia banyak terlibat dalam diskusi-diskusi pembentukan kebijakan ekonomi kreatif dikalangan pemerintahan negara-negara Eropa. Menurut definisi Howkins, Ekonomi Kreatif adalah kegiatan ekonomi dimana input dan outputnya adalah Gagasan. Benar juga, esensi dari kreatifitas adalah gagasan. Bayangkan hanya dengan modal gagasan, seseorang yang kreatif dapat memperoleh penghasilan yang sangat layak. Gagasan seperti apakah yang dimaksud? Yaitu gagasan yang orisinil dan dapat diproteksi oleh HKI. Contohnya adalah penyanyi, bintang film, pencipta lagu, atau periset mikro biologi yang sedang meneliti farietas unggul padi yang belum pernah diciptakan sebelumnya ( Nenny, 2008)9

Ekonomi merupakan sebuah kegiatan manusia memanivestasikan sesuatu dalam berbagai bentuk. Tidak hanya dalam bentuk uang, pada zaman dahulu

9


(36)

terkenal dengan sistem barter dikarenakan dahulu belum ada pendidikan yang tinggi dan persaingan yang ketat. Maka nenek moyang dalam berkehidupan masyarakat sedikit terjadi gesekan.10 Dewasa ini dalam perkembangannya ekonomi bermertamorfosis, dalam dunia ekonomi ada beberapa pos yang memiliki peran masing – masing dan membuat ekonomi sangat kompleks, dan rentan sekali akan praktik penyelewengan baik itu brerasal dari ekonom maupun pemerintah itu sendiri.11

Ekonomi kreatif merupakan cabang ekonomi yang 40 tahun terakhir sangat digalakkan dan menjadi konsen petinggi negara atau bangsa. Dikarekana ekonomi kreatif lahir ttidak serta merta ada namun dikarenakan akibat revolusi perancis dan sisiem kapitalis yang sangat merajalela. Kreatif itu sendiri berasal dari sesuatu yang sederhana, dan bahan yang digunakan sudah ada disekitarnya. Seperti: bank sampah.12

Dengan pendekatan ABCD, setiap orang didorong untuk memulai proses perubahan dengan menggunakan aset mereka sendiri. Harapan yang timbul atas apa yang mungkin terjadi dibatasi oleh apa yang bisa mereka sendiri tawarkan, yaitu sumber daya apa yang mereka bisa identifikasi dan kerahkan. Mereka kemudian menyadari bahwa jika sumber daya ini ada atau bisa didapatkan, maka bantuan dari

10

Kwik Kian Gie, Kebijakan Ekonomi Politik dan Hilangnya Nalar. (Jakarta: Kompas. 2009), hal. 30.

11Ibid

12Deni Harianto, “Fenomena Bank Sampah”, Jawa Pos


(37)

pihak lain menjadi tidak penting. Komunitas bisa memulainya sendiri besok. Proses ini membuat mereka menjadi jauh lebih berdaya.13

Oleh karena itu, untuk menciptakan kuasa masyarakat atas milik, kelola dan manfaat aset mereka harus dilakukan pemberdayaan. Yang mana arti pemberdayaan disini berarti proses menciptakan masyarakat agar mampu dan memiliki kuasa atas miliknya, kelola atas miliknya, dan memanfaatkan miliknya untuk sebesar-besarnya demi kesejahteraan mereka.14

13Ibid,

Hal.109

14

Agus Afandi,dkk.,2013. Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. Hal. 137


(38)

BAB III

METODE PENDAMPINGAN

A. Asset Based Community Development (ABCD)

Pendampingan ini menggunakan pendekatan (ABCD) Asset Based Community Development, yang mengutamakan pemanfaatan aset dan potensi yang ada disekitar dimiliki oleh masyarakat. Masyarakat merupakan aset yang berharga bagi sebuah desa. Adanya pemuda merupakan generasi penerus untuk melanjutkan dan mengisi pembangunan yang berlangsung atau yang akan datang. beragaman masyarakat desa dapat digabungkan dengan melihat keterampilan atau potensi yang ada pada setiap masyarakat baik potensi SDM, maupun SDA.

Dengan adanya sebuah pemanfaatan yang berbasis masyarakat berupa parang bekas bisa menjadikan sebuah kemajuan bagi masyarakat untuk mengembangkan desanya agar bisa meningkatkan ekonomi dan menjadikan masyarakat mampu mandiri dalam mengolah sumber daya alam yang mereka miliki. Sehingga perlahan diharapkan mampu meningkatkan tambahan ekonomi mereka. Keterlibatan masyarakat lokal dalam pemanfaatan barang bekas ini yaitu supaya masyarakat desa juga bisa mengontrol pembangunan yang ada didesa mereka. Masyarakat desa juga ikut serta sebagai aktor berjalannya pengembangan barang bekas dengan dampingan pihak-pihak yang terkait.


(39)

Dalam Metode ABCD memiliki lima langkah kunci untuk melakukan proses riset pendampingan diantaranya1

:

1. Discovery (Menemukan)

Proses menemukan kembali kesuksesan dilakukan lewat proses percakapan atau wawancara dan harus menjadi penemuan personal tentang apa yang menjadi kontribusi individu yang memberi hidup pada sebuah kegiatan atau usaha. Pada tahap discovery, kita mulai memindahkan tanggung jawab untuk perubahan kepada para individu yang berkepentingan dengan perubahan tersebut yaitu entitas lokal. Pendamping melakukan wawancara kepada masyarakat tentang hasil sehari hari mereka. Kemudian penulis juga melakukan wawancara mendalam dengan beberapa masyarakat yang melakukan kegiatan pemilahan barang bekas berupa plastik. Wawancara tersebut dapat digiring untuk mengetahui aset dan potensi yang ada. Wawancara ini bersifat cerita antara masyarakat dengan pendamping sehingga yang banyak berbicara nantinya adalah masyarakat itu sendiri.

2. Dream (Impian)

Dengan cara kreatif dan secara kolektif melihat masa depan yang mungkin terwujud, apa yang sangat dihargai dikaitkan dengan apa yang paling diinginkan. Pada tahap ini, setiap orang mengeksplorasi harapan dan impian mereka baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk organisasi. Sebuah mimpi atau visi bersama terhadap masa depan yang bisa terdiri dari gambar, tindakan, kata-kata, dan foto.

1

Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal. 96-97


(40)

Setelah melakukan wawancara kepada masyarakat nelayan pendamping mulai mengetahui impian atau keinginan masyarakat Kedung Papar. Setelah mengetahui keinginan atau impian maka langkah selanjutnya yaitu merancang sebuah kegiatan untuk memenuhi impian masyarakat.

3. Design (Merancang)

Proses di mana seluruh komunitas (atau masyarakat) terlibat dalam proses belajar tentang kekuatan atau aset yang dimiliki agar bisa mulai memanfaatkannya dalam cara yang konstruktif, inklusif, dan kolaboratif untuk mencapai aspirasi dan tujuan seperti yang sudah ditetapkan sendiri. Proses merencanakan ini merupakan proses cara mengetahui aset-aset yang ada pada masyarakat. Aset yang terlihat di wilayah Desa kedung papar adalah pemanfaatan barang bekas, dikarnakan barang bekas dapat pemanfaatan ganda disisi dapat meningkatkan ekonomi warga disisi lain lingkungan menjadi bersih dan asri

4. Define (Menentukan)

Kelompok pemimpin sebaiknya menentukan ‘pilihan topik positif’: tujuan

dari proses pencarian atau deskripsi mengenai perubahan yang diinginkan. Pendampingan dengan masyarakat terlibat dalam Focus Group Discussion (FGD). Pada Proses FGD pendamping dan masyarakat menetukan fokus pembahasan. Fokus pembahasan yang akan dibahas berupa hal yang positif. Poses FGD tersebut bisa berjalan dengan lancar kalau sudah disepakati pembahasan yang akan dibahas dalam diskusi antara pendamping Kelompok Masyarakat


(41)

Serangkaian tindakan inspiratif yang mendukung proses belajar terus menerus

dan inovasi tentang “apa yang akan terjadi.” Hal ini merupakan fase akhir yang

secara khusus fokus pada cara-cara personal dan organisasi untuk melangkah maju. Langkah yang terakhir adalah melaksanakan kegiatan yang sudah disepakati untuk memenuhi impian masyarakat dari pemanfaatan aset. Selain untuk memenuhi impian masyarakat agar berkembangnny bisa meluas.

Teori pada dasarnya adalah petunjuk (guide) dalam melihat realitas di masyarakat. teori dijadikan pola pikir dalam memecahan suatu masalah yang ada masyarakat. Pendampingan ini menggunakan pendekatan teori Asset Based

Community Development (ABCD), yang mengutamakan pemanfaatan aset dan potensi yang ada disekitar dan dimiliki oleh masyarakat. Untuk kemudian digunakan sebagai bahan yang memberdayakan masyarakat itu sendiri.

B. Prinsip-Prinsip Penelitian Pendampingan

1. Setengah Terisi lebih Berarti (Half Full Half Empty)

Salah satu modal utama dalam program pengabdian terhadap masyarakat berbasis aset adalah merubah cara pandang komunitas terhadap dirinya. Tidak hanya terpaku pada kekurangan dan masalah yang dimiliki. Tetapi memberikan perhatian kepada apa yang dipunyai dan apa yang dapat dilakukan.2

2. Semua Punya Potensi (Nobody Has Nothing)

Dalam konteks ABCD, prinsip ini dikenal dengan istilah “Nobody has nothing”. Setiap manusia terlahir dengan kelebihan masing-masing. Tidak ada

2


(42)

yang tidak memiliki potensi, walau hanya sekedar kemampuan untuk tersenyum dan memasak air. Semua berpotensi dan semua bisa berkontribusi. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi setiap masyarakat untuk tidak berkontribusi nyata terhadap perubahan lebih baik untuk dirinya maupun untuk kepentingan umum. Bahkan, keterbatasan fisikpun tidak menjadi alasan untuk tidak berkontribusi. Ada banyak kisah dan inspirasi orang-orang sukses yang justru berhasil membalikkan keterbatasan dirinya menjadi sebuah berkah, sebuah kekuatan3

.

3. Partisipasi (Participation)

Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Banyak ahli memberikan pengertian mengenai konsep partisipasi4

. Partisipasi berarti peran yang sangat urgen terhadap masyarakat untuk meningkatkan perekonomian baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Pengertian tentang partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya.

3

Ibid, hal. 25

4


(43)

4. Kemitraan (Partnership)

Partnership merupakan salah satu prinsip utama dalam pendekatan pengembangan masyarakat berbasis aset (Asset Based Community Development). Partnership merupakan modal utama yang sangat dibutuhkan dalam memaksimalkan posisi dan peran masyarakat dalam pembangunan yang dilakukan. Hal itu dimaksudkan sebagai bentuk pembangunan dimana yang menjadi motor dan penggerak utamanya adalah masyarakat itu sendiri (community driven development). Karena pembangunan yang dilakukan dalam berbagai varinnya seharusnya masyarakatlah yang harus menjadi penggerak dan pelaku utamanya. Sehingga diharapkan akan terjadi proses pembangunan yang maksimal, berdampak empowerment secara masif dan terstruktur. Hal itu terjadi karena dalam diri masyarakat telah terbentuk rasa memiliki (Sense of belonging) terhadap pembangunan yang terjadi di sekitarnya.5 Didalam proses pendampingannya yang memanfaatkan Rumah Apung untuk menjadi sebuah produk wisata yang mempu menjadikan bahan pelajaran untuk masyarakat agar menambah ekonomi masyarakat.

5. Penyimpangan Positif (Positive Deviance)

Positive Deviance atau (PD) secara harfiah berarti penyimpangan positif. Secara terminologi Positive deviance (PD) adalah sebuah pendekatan terhadap perubahan perilaku individu dan sosial yang didasarkan pada realitas bahwa dalam

5


(44)

setiap masyarakat meskipun bisa jadi tidak banyak terdapat orang-orang yang mempraktekkan strategi atau perilaku sukses yang tidak umum, yang memungkinkan mereka untuk mencari solusi yang lebih baik atas masalah yang dihadapi daripada rekan-rekan mereka.6

Praktek tersebut bisa jadi, seringkali atau bahkan sama sekali keluar dari praktek yang pada umum dilakukan oleh masyarakat. Realitas tersebut mengisyaratkan bahwa sering kali terjadi pengecualian-pengecualian dalam kehidupan masyarakat dimana seseorang atau beberapa orang mempraktekkan perilaku dan strategi berbeda dari kebanyakan masyarakat pada umumnya. Strategi dan perilaku tersebut yang membawa kepada keberhasilan dan kesuksesan yang lebih dari yang lainnya.

Realitas ini juga mengisyaratkan bahwa pada dasarnya masyarakat memiliki asset yang berupa SDA dan sumber daya mereka sendiri untuk melakukan perubahan-perubahan yang diharapkan. Positive deviance merupakan modal utama dalam pengembangan masyarakat yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan berbasis aset-kekuatan. Positive deviance menjadi energi alternatif yang vital bagi proses pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan. Energi itu senantiasa dibutuhkan dalam konteks lokalitas masing-masing komunitas.7

6

Ibid, hal. 36

7


(45)

6. Berawal Dari Masyarakat (Endogenous)

Endogenous dalam konteks pembangunan memiliki beberapa konsep inti yang menjadi prinsip dalam pendekatan pengembangan dan pemberdayaan komunitas/masyarakat berbasis asset-kekuatan. Beberapa konsep ini tersebut adalah sebagai berikut8

:

a. Memiliki kendali lokal atas proses pembangunan.

b. Mempertimbangkan nilai budaya secara sungguh-sungguh. c. Mengapresiasi cara pandang dunia.

d. Menemukan keseimbangan antara sumber internal dan eksternal.

Beberapa aspek di atas merupakan kekuatan pokok yang sangat penting dalam

pembangunan masyarakat. Sehingga dalam aplikasinya, konsep “pembangunan

endogen” kemudian mengakuinya sebagai aset kekuatan utama yang bisa

dimobilisasi untuk digunakan sebagai modal utama dalam peningkatan perekonomian masyarakat. Aset dan kekuatan tersebut bisa jadi sebelumnya terabaikan atau bahkan seringkali dianggap sebagai penghalang dalam pembangunan.9

Pembangunan Endogen mengubah aset-aset tersebut menjadi aset penting yang bisa dimobilisasi untuk pembangunan sosial dan ekonomi kerakyatan. Meteode ini menekankan dan menjadikan aset-aset tersebut sebagai salah satu pilar pembangunan. Sehingga dalam kerangka pembangunan endogen, aset-aset tersebut

8

Ibid, hal. 41

9


(46)

kemudian menjadi bagian dari prinsip pokok dalam pendekatan ABCD yang tidak boleh dinegasikan sedikitpun.

7. Menuju Sumber Energi (Heliotropic)

Energi dalam pengembangan bisa beragam. Di antaranya adalah mimpi besar yang dimiliki oleh komunitas, proses pengembangan yang apresiatif, atau bisa juga keberpihakan anggota komunitas yang penuh totalitas dalam pelaksanaan program. sumber energi ini layaknya keberadaan matahari bagi tumbuhan. Terkadang bersinar dengan terang, mendung, atau bahkan tidak bersinar sama sekali. Sehingga energi dalam komunitas ini harus tetap terjaga dan dikembangkan.

Masyarakat seharusnya mengenali peluang-peluang sumber daya alam yang ada disekitar mereka, yang mampu memberikan pendapatan perekonomian mereka dan kekuatan baru dalam proses pengembangan. Sehingga tugas komunitas tidak hanya menjalankan program saja, melainkan secara bersamaan memastikan sumber energy dalam kelompok mereka tetap terjaga dan berkembang.10

C. Teknik-Teknik Pendampingan

Metode dan alat menemukenali dan memobilisasi aset untuk pemberdayaan masyarakat melalui Asset Based Community Development (ABCD), antara lain:

1. Penemuan Apresiatif (Appreciative Inquiry)

10


(47)

Appreciative Inquiry (AI) adalah cara yang positif untuk melakukan perubahan organisasi berdasarkan asumsi yang sederhana yaitu bahwa setiap organisasi memiliki sesuatu yang dapat bekerja dengan baik, sesuatu yang menjadikan organisasi hidup, efektif dan berhasil, serta menghubungkan organisasi tersebut dengan komunitas dan stakeholdernya dengan cara sehat11

.

AI dimulai dengan mengidentifikasi hal-hal positif dan menghubungkannya dengan cara yang dapat memperkuat energi dan visi untuk melakukan perubahan untuk mewujudkan masa depan organisasi yang lebih baik. AI melihat isu dan tantangan organisasi dengan cara yang berbeda. Berbeda dengan pendekatan yang fokus pada masalah, AI mendorong anggota organisasi untuk fokus pada hal-hal positif yang terdapat dan bekerja dengan baik dalam organisasi. AI tidak penganalisis akar masalah dan solusi tetapi lebih konsen pada bagaimana memperbanyak hal-hal positif dalam organisasi. Proses AI terdiri dari 4 tahap yaitu Discovery, Dream, Design dan Destiny atau sering disebut Model atau Siklus 4-D12

. AI ini diwujudkan dengan adanya Forum Group Discussion (FGD) yang dilakukan pada jenjangnya masing-masing.

2. Pemetaan Komunitas (Community Mapping)

11

Nadhir Salahuddin dkk, Panduan KKN ABCD UIN Suanan Ampel Surabaya, (Surabaya: LP2M UIN Suanan Ampel Surabaya, 2015), hal 46

12

Nadhir Salahuddin dkk, Panduan KKN ABCD UIN Suanan Ampel Surabaya, (Surabaya: LP2M UIN Suanan Ampel Surabaya, 2015) hal, 47


(48)

Pendekatan atau cara untuk memperluas akses ke pengetahuan lokal. Community map merupakan visualisasi pengetahuan dan persepsi berbasis masyarakat mendorong pertukaran informasi dan menyetarakan bagi semua masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses yang mempengaruhi lingkungan dan hidup mereka13

.

3. Pemetaan Asosiasi dan Institusi

Asosiasi merupakan proses interaksi yang mendasari terbentuknya lembaga-lembaga sosial yang terbentuk karena memenuhi faktor-faktor sebagai berikut:

a. Kesadaran akan kondisi yang sama, b. Adanya relasi sosial, dan

c. Orientasi pada tujuan yang telah ditentukan.14

d. Pemetaan Aset Individu (Individual Inventory Skill)

Metode atau alat yang dapat digunakan untuk melakukan pemetaan individual asset antara lain kuisioner, interview dan focus group discussion.15

Manfaat dari Pemetaan Individual Aset antara lain:

1. Membantu membangun landasan untuk memberdayakan masyarakat dan memiliki solidaritas yang tinggi dalam masyarakat. 2. Membantu membangun hubungan yang baik dengan masyarakat.

13

Christoper dereau, Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Phase II, (Agustus 2013). hal. 36

14

Soetomo, Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 41

15


(49)

3. Membantu masyarakat mengidentifikasi keterampilan dan bakat mereka sendiri.

4. Sirkulasi Keuangan (Leacky Bucket)

Perputaran ekonomi yang berupa kas, barang dan jasa merupakan hal yang tidak terpisahkan dari komunitas dalam kehidupan mereka sehari- hari. Seberapa jauh tingkat dinaminitas dalam pengembangan ekonomi lokal mereka dapat dilihat, seberapa banyak kekuatan ekonomi yang masuk dan keluar. Untuk mengenali, mengembangkan dan memobilisir asset-asset tersebut dalam ekonomi komunitas atau warga lokal diperlukan sebuah anlisa dan pemahaman yang cermat. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam pendekatan ABCD (Asset Based Community Development adalah melaluil Leacky Bucket.16

5. Skala Prioritas (Low hanging fruit)

Setelah masyarakat mengetahui potensi, kekuatan dan peluang yang mereka miliki dengan melaui menemukan informasi dengan santun, pemetaan aset, penelusuran wilayah, pemetaan kelompok atau institusi dan mereka sudah membangun mimpi yang indah maka langkah berikutnya, adalah bagaimana mereka bisa melakukan semua mimpi-mimpi diatas, karena keterbatasan ruang dan waktu maka tidak mungkin semua mimpi mereka

16

Christopher Dureau, Pembaru dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II,(Agustus 2013), hal. 44


(50)

diwujudkan.17 Skala prioritas adalah salah satu cara atau tindakan yang cukup mudah untuk diambil dan dilakukan untuk menetukan manakah salah satu mimpi mereka bisa direalisasikan dengan menggunakan potensi sebagai peningkatan pendapat ekonomi masyarakat Desa Kedung Papar itu sendiri tanpa ada bantuan dari pihak luar.

D. Langkah-Langkah Pendampingan Tahap 1: Mempelajari dan Mengatur Skenario

Dalam Appreciative Inquiry (AI) terkadang disebut ‘Define’. Dalam Asset

Based Community Development (ABCD), terkadang digunakan frasa

“Pengamatan dengan Tujuan atau Purposeful Reconnaissance”. Pada dasarnya

terdiri dari dua elemen kunci-memanfaatkan waktu untuk mengenal orang-orang dan tempat di mana perubahan akan dilakukan, dan menentukan focus program. Ada empat langkah terpenting di tahap ini, yakni menentukan:18

1. Tempat 2. Orang

3. Fokus Program

4. Informasi tentang Latar Belakang

Tahap 2: Menemukan Masa Lampau Kebanyakan pendekatan berbasis aset dimulai dengan beberapa cara untuk mengungkap (discovering) hal–hal yang memungkinkan sukses dan kelentingan di komunitas sampai pada kondisi

17

Ibid, hal. 4I

18


(51)

sekarang ini.19 Kenyataan bahwa masyarakat Kedung Papar masih berfungsi sampai saat ini membuktikan bahwa ada sesuatu dalam masyarakat yang harus dirayakan. Tahap ini terdiri dari:

1. Mengungkap (discover) sukses apa sumber hidup dalam komunitas. Apa yang memberi kemampuan untuk tiba di titik ini dalam rangkaian perjalanannya. Siapa yang melakukan lebih baik.

2. Menelaah sukses dan kekuatan elemen-elemen dan sifat khusus apa yang muncul dari telaah cerita-cerita yang disampaikan oleh komunitas.

Tahap 3: Memimpikan Masa Depan

Memimpikan masa depan atau proses pengembangan visi (visioning) adalah kekuatan positif luar biasa dalam mendorong perubahan. Tahap ini mendorong komunitas menggunakan imajinasinya untuk membuat gambaran positif tentang masa depan mereka. Proses ini menambahkan energy dalam

mencari tahu “apa yang mungkin.”20 Tahap 4: Memetakan Aset

Tujuan pemetaan aset adalah agar komunitas belajar kekuatan yang sudah mereka miliki sebagai bagian dari kelompok. Apa yang bisa dilakukan dengan baik sekarang dan siapa di antara mereka yang memiliki keterampilan atau sumber daya alam yang ada di desa. Mereka ini kemudian dapat diundang untuk

19

Ibid, hal, 131

20


(52)

berbagi kekuatan demi kebaikan seluruh kelompok atau komunitas21

.Pemetaan dan seleksi aset dilakukan dalam 2 tahap:

1. Memetakan aset komunitas atau bakat, kompetensi dan sumberdaya sekarang.

2. Seleksi mana yang relevan dan berguna untuk mulai mencapai mimpi komunitas.

Tahap 5: Menghubungkan dan Menggerakkan Aset/Perencanaan Aksi

Tujuan penggolongan dan mobilisasi aset adalah untuk langsung membentuk jalan menuju pencapaian visi atau gambaran masa depan. Hasil dari tahapan ini harusnya adalah suatu rencana kerja yang didasarkan pada apa yang bisa langsung dilakukan diawal, dan bukan apa yang bisa dilakukan oleh lembaga dari luar. Walaupun lembaga dari luar dan potensi dukungannya, termasuk anggaran pemerintah adalah juga Aset yang tersedia untuk dimobilisasi, maksud kunci dari tahapan ini adalah untuk membuat seluruh masyarakat menyadari bahwa mereka bisa mulai memimpin proses pembangunan lewat kontrol atas potensi aset yang tersedia dan tersimpan.22 Tahap 6: Pemantauan, Pembelajaran dan Evaluasi

Pendekatan berbasis aset juga membutuhkan studi data dasar (baseline), monitoring perkembangan dan kinerja outcome. Tetapi bila suatu program perubahan menggunakan pendekatan berbasis aset, maka yang dicari bukanlah

21

Ibid, hal, 138

22


(53)

bagaimana setengah gelas yang kosong akan diisi, tetapi bagaimana setengah gelas yang penuh dimobilisasi. Pendekatan berbasis aset bertanya tentang seberapa besar anggota organisasi masyarakat mampu menemukenali dan memobilisasi secara produktif aset mereka mendekati tujuan bersama. Empat pertanyaan kunci Monitoring dan Evaluasi dalam pendekatan berbasis aset adalah:

1. Apakah komunitas sudah bisa menghargai dan menggunakan pola pemberian hidup dari sukses mereka di masa lampau?

2. Apakah komunitas sudah bisa menemukenali dan secara efektif memobilisasi aset sendiri yang ada dan yang potensial (keterampilan, kemampuan, sistem operasi dan sumber daya)?

3. Apakah komunitas sudah mampu mengartikulasi dan bekerja menuju pada masa depan yang diinginkan atau gambaran suksesnya?

4. Apakah kejelasan visi komunitas dan penggunaan aset dengan tujuan yang pasti telah mampu memengaruhi penggunaan sumber daya luar (pemerintah) secara tepat dan memadai untuk mencapai tujuan bersama? 23

23


(54)

BAB IV

PROFIL DESA DAMPINGAN A. Letak Geografi Desa Kedung Papar

Desa Kedung Papar merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sumobito. Secara umum wilayah Desa Kedung Papar terletak 3km dari pusat emerintahan Kecamatan Sumobito, terletak 16 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Jombang/ bupati. Secara adminiftratif batas- batas Desa Kedung Papar adalah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Desa Sumobito, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Betek dan Desa Pelemahan, kemudian sebelah barat berbatasan dengan Desa Segodorejo, dan disebelah timur berbatasan dengan sungai Gunting dan Desa Karobelah.1

Desa Kedung Papar secara umum beriklim tropis dengan ketinggian 25 m dpl, serta suhu berkisar 26- 32’C. curah hujan di Desa Kedung Papar cukup baik. Hal tersebut dapat terbukti dengan turunya hujan selama musim panen tiba.

Perjalanan menuju desa Kedung Papar bisa ditempuh dari arah Kecamatan Sumobito dan /kecamatan Mojoagung. Perjalana dari arah Sumobito menuju arah selatan Menuju arah Mojoagung, perjalanan

membutuhkan waktu 5 menit dengan jarak tempuh 2,5 km, sedangkan dari

1

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM – Desa) Desa Kedung Papar Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang.


(55)

arah Mojoagung menuju arah Sumobito, dengan jarak tempuh 4 km dan membutuhkan waktu sekitar 7 menit.

Table 1.1. Peta Letak Desa di Desa Kedung Papar

B. Demografis

Desa Kedung Papar terdiri dari 4 Dusun 4 RW (Rukun Warga) dan 19 RT (Rukun Tetangga) perincian dari 4 Dusun tersebut adalah sebagai berikut:


(56)

Kedung Papar 5 RT dan 1 RW, Dusun Losari 6 RT dan 1RW, kemudian Dusun Penampan 4 RT dan 1 RW, dan Dusun di Tragal 2Rt dan 1 RW.

Dusun RW (Rukun Warga) RT( Rukun

Tetangga)

Kedung Papar 1 5

Losari 1 6

Penampan 1 4

Tragal 1 4

Table 1.2. Jumlah RT dan RW di Desa Kedung Papar

Jumlah penduduk yang berdomisili di desa Kedung Papar menuut jenis kelamin adalah ± 3.095 jiwa. Terdiri dari 1.524 laki – laki dan 1.571 perempuan. Jumlah penduduk menurut kelompok umur yaitu 2:

No Umur Jiwa

1 0 bulan – 4 tahun 283 jiwa

2 5 tahun – 15 tahun 881 jiwa

3 16 tahun -21 tahun 821 jiwa

2


(57)

4 22 tahun – 59 tahun 737 jiwa

5 60 tahun 123 jiwa

Table 1.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

Jumlah penduduk Desa Kedung Papar juga terbagi menjdai beberapa kepala keluarga ( KK). Jumlah kepala keluarga ( KK ) di desa Kedung Papar 3.095 jiwa. Jumlah penduduk yang begitu banyaknya di karnakan banyak pendatang baru yang mendiami desa Kedung Papar.

C. Profil masyarakat desa Kedung Papar

Jumlah pemuda di desa Kedung Papar bisa dikatakan banyak. Apabila dilihat dari umur yaitu dikatakan pemuda adalah mulai dari usia 15 tahun. Pemuda di desa Kedung Papar yang berumur 15 tahun – 21 tahun sangat banyak sehingga potensi pemuda di desa ini sangat bisa dikembangkan untuk memajukan desa. Melihat banyaknya pemuda di desa Kedung Papar pasti banyak aset yang bisa dimanfaatkan untuk perkembangan pemuda tersebut. Pemuda – pemudi ini terbagi dalam beberapa organisasi / perkumpulan yang ada di desa Kedung Papar. Oganisasi / perkumpulan yang biasanya diikuti oleh pemuda terbagi menjadi beberapa bidang. Organisasi dalam bidang sosial yang diikuti oleh pemuda adalah Karang taruna RT / RW, Organisasi / perkumpulan dalam bidang olah raga antara lain tim sepak bola, tim bola voly. Organisasi / perkumpulan dalam bidang bela diri antara lain


(58)

pencak silat / tenaga dalam, kera sakti (KS). Organisasi / perkumpulan dalam bidang keagamaan seperi IPNU, IPPNU, REMAS (Remaja Masjid), Remus (Remaja Musholla), Banjari.

D. Perekonomian Masyarakat

Ekonomi merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan masyarakat khususnya bagi masyarakat Desa Kedung Papar. Untuk mengetahui seberapa tingkat kesejahteraan hidup masyarakat yang pertama kali dilihat dan diteliti adalah kehidupan ekonominya. Karena bagaimanapun ekonomi sangat penting bahkan berpengaruh bagi kehidupan bahkan kehidupan social masyarakat. Pekerjaan atau profesi dari warga Desa Kedung Papar lebih mendominasi adalah petani. bila di jelaskan secara terperinci mata pencaharian masyarakat sebagai berikut:3

No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk

1 Petani 126

2 Buruh Tani 813

3 Pegawai Negri 16

4 Tukang Kayu/ Batu 76

5 Angkutan 34

3


(59)

6 TNI/ POLRI 4

7 Pensiunan 5

8 Pedagang 119

9 Lain- lain 392

Table 1.4. data Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Sisa dari penduduk tersebut termasuk dalam usia yang masih sekolah baik tingkat paud, Tk, SD, SMP, SMA dak kuliah. Selain itu juga termasuk ibu – ibu rumah tangga, warga yang sudah tingkat produktifitasnya menurun. Serta ada juga warga yang masih menganggur.

E. Kesehatan Masyarakat

Kesehatan merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan. Selama ini tanpa di sadari kita kurang memperhatikn kesehatan baik dari hal kecil yang berpotensi menimbulkan berbagai penyakit yang merugikan dan membahayakan bagu diri sendiri. Oleh karena itu menjaga kesehatan merupakan hal penting bahkan utama untuk di perhatikan.

Asupan makanan dan kondisi lingkungan menjadi sangat penting dan berpengaruh terhadap kesehatan kita. Apabila makanan yang kita konsumsi selama ini baik dan bergizi bagi tubuh akan berdampak baik juga baik tubuh kita dan memberikan imun untuk kekebalan terhadap penyakit. Selain dilihat dari makanan yang di konsumsi, tidak lupa bahwa kondisi lingkungan juga berpengaruh penting bagi kesehatan. Kondisi


(60)

lingkungan yang bersih akan mencerminkan kehidupan yang sehat dan begitu sebaliknya. Apabila kondisi lingkungan kumuh dan kotor akan menjadi sarang nyamuk, lalat, dan sumber penyakit lainnya yang merugikan bagi kondisi keluarga kita.

Untuk mendapatkan fasilitas kesehatan, masyarakat desa Kedung Papar memiliki kartu jamkesmas yang sekarang diganti dengan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) yang meliputi kesehatan masyarakat untuk memperoleh pengobatan apabila sedang terjangkit suatu penyakit.

Selain kartu jamkesmas, masyarakat Kedung Papar bisa berobat di Balai Pengobatan yang telah disediakan oleh Pihak Pemerintah Desa dengan dibantu tenaga medis yaitu Bidan Desa. Biasanya untuk memperoleh pengobatan masyarakat tidak ditanggungkan oleh biaya yang tinggi hanya sewajarnya saja bekisar Rp. 10.000,- sampai Rp. 15.000,- sekali berobat. Di desa Kedung Papar sendiri juga sering diadakan Posyandu dan imunisasi untuk bayi dan anak balita yang diadakan setiap bulan sekali.

F. Social Masyarakat

Selain dari aspek-aspek yang dijelaskan diatas masih terdapat aspek lain yang sangat dibutuhkan oleh setiap manusia. Manusia tidak lepas dari sifat yang dimiliki sebagai makhluk sosial. Dimana manusia saling membutuhkan satu sama lain demi kemaslahatan hidup mereka untuk saling berdampingan.


(61)

Kehidupan sosial masyarakat desa Kedung Papar sangat berkaitan dengan pola hidup mereka yang saling bertetangga memiliki rasa empati antar sesama warga apabila membutuhkan bantuan. Dilihat dari kehidupan sehari-hari, bila pagi datang warga yang bekerja mereka melaksanakan tugasnya untu bekerja, sedangkan untuk anak-anak yang sekolah berangkat ke sekolah masing-masing, dan ibu-ibu yang tidak bekerja hanya bekerja mengurus rumah serta momong anaknya yang masih kecil biasanya bila terdapat waktu senggang memanfaatkan waktunya untuk mengobrol dengan warga lain yang sama-sama dirumah. Kaum wanita identik dengan Nggosip.

Adanya ibu-ibu yang memanfaatkan waktu kosongnya dengan

Nggosip, peneliti memanfaatkan mereka untuk kegiatan yang berguna. Dengan cara memanfaatkan barang bekas sebagai sambian/ sampingan untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari

G. Kondisi Pembangunan/ Infrakstuktur Masyarakat

Keadaan wilayah desa Kedung Papar sendiri sebenarnya didomisili lahan pertanian, selain dari perumahan penduduk terlebih lagi keadaan desa. Suhu udara disana terkadang tidak begitu panas ketika siang hari, namun karena terdapat pepohonan dan area persawahan yang begitu banyak dan luas yang membuat suasanan lebih sejuk bila dibandingkan dengan kondisi wilayah di perkotaan.

Dalam suatu wilayah tidak lepas dari infrastruktur dan fasilitas yang telah disediakan baik itu secara pribadi maupun swadaya masyarakat. Apalagi


(62)

terdapat jalur angkutan umum, akan tetapi hanya sampai pada Kecamatan mojoagung yang berbatasan langsung dengan wilayah desa Kedung Papar. Berikut ini adalah infrastruktur maupun fasilitas yang di miliki oleh masyarakat desa Kedung Papar, sebagai berikut4:

Infrastruktur-infrastruktur Jumlah 1. Lembaga pendidikan

 TK

 PAUD

 SD/MI

 TPQ

2. Tempat Ibadah

 Masjid

 Musholla 3. Sarana Kesehatan

 Bidan

 Posyandu

 Puskedes 4. Sarana Olahraga

 Lapangan Volly

 Lapangan Sepak Bola

1 1 1 1 1 4 12 2 7 1 1 1 4


(63)

5. Koperasi 1

Table 1.5. Infrastruktur-infrastruktur di Desa Kedung Papar H. Keagamaan

Masyarakat desa Kedung Papar masih kental dengan budaya yang berlatar belakang agama islam. Budaya tersebut seperti megengan, muludan, suroan, ruwah deso. Masyarakat Desa Kedung Papar yang dilakukan menjelang bulan suci itu akan tiba, yakni megengan. Tradisi megengan ini identik dengan satu jajanan khas, yakni kue apem.

Megengan berasal dari kata megeng (menahan), yang berarti (sebenarnya) mengingatkan kita bahwa sebentar lagi mau memasuki bulan suci Ramadhan karena dibulan tersebut ada kewajiban untuk umat Muslim untuk melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh lamanya. Megengan biasanya

dilakukan menjelang minggu terakhir di bulan Sya’ban, dan memang dalam

syariat Islam sendiri tidak ada syariat atau hukumnya atau bahkan tradisi untuk megengan ini.

Secara bahasa Megengan berarti menahan. Seperti dalam ungkapan megeng nafas, artinya menahan nafas, megeng hawa nafsu artinya menahan


(64)

hawa nafsu dan sebagainya.5 Di dalam konteks puasa, maka yang dimaksud adalah menahan hawa nafsu selama bulan puasa. Secara simbolik, bahwa upacara megengan berarti menjadi penanda bahwa manusia akan memasuki bulan puasa sehingga harus menahan hawa nafsu, baik yang terkait dengan makan, minum, hubungan seksual dan nafsu lainnya.

Megeng berarti suatu penanda bagi orang Islam untuk melakukan persiapan secara khusus dalam menghadapi bulan yang sangat disucikan di dalam Islam. Para walisanga memang mengajarkan Islam kepada masyarakat dengan berbagai simbol-simbol. Dan untuk itu maka dibuatlah tradisi untuk menandainya, yang kebanyakan adalah menggunakan medium slametan meskipun namanya sangat bermacam-macam.

Nuansa keislaman memang sangat terasa di dalam tradisi ini. Dan sebagaimana diketahui bahwa Islam memang sangat menganjurkan agar seseorang bisa menahan hawa nafsu. Manusia harus menahan nafsu amarah, nafsu yang digerakkan oleh rasa marah, egois, tinggi hati, merasa benar sendiri dan menang sendiri. Nafsu amarah adalah nafsu keakuan atau egoisme yang paling sering meninabobokan manusia. Setiap orang memiliki sikap egoistik sebagai bagian dari keinginan untuk mempertahankan diri.

Dalam acara megengan biasanya ada acara mendoakan para sesepuh ahli kubur yang telah wafat mendahului diri kita. Megengan juga diwarnai dengan acara syukuran (ungkapan rasa syukur) dengan membagi-bagi

5


(65)

makanan (terutama kue apem), kue apem sebenarnya adalah ungkapan dari rasa permintaan maaf secara tidak langsung kepada para tetangga kita, apem asal katanya adalah afwum yang artinya meminta maaf. Dalam budaya Jawa, meminta maaf secara langsung atas kesalahan yang dahulu mungkin pernah kita lakukan adalah suatu hal yang berat (gengsi), karena itu bagaimana agar dapat menerapkan ajaran Islam namun tidak membuat masyarakat Jawa (dahulu) shock (sehingga alergi terhadap Islam) adalah dengan membaur melalui budaya.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang sering disebut Mauludan, merupakan tradisi yang sudah kental dan memasyarakat di kalangan kaum muslim. Bukan cuma di Indonesia, tradisi yang jatuh setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam Hijriah itu, juga marak diperingati oleh umat Islam berbagai dunia. Peringatan maulid itu dalam rangka mengingat kembali sejarah kehidupan Rasulullah SAW.

Desa Kedung Papar memiliki tradisi merayakan maulid setiap bulan

Rabiul Awal. Perayaan dilakukan dengan melakukan pengajian serta diba’an

bersama di Masjid. Biasanya pengajian dimulai dengan pembukaan, kata sambutan dari ketua panitia, dilanjutkan dengan bershalawat bersama, lalu setelah selesai ditutup dengan mendengarkan ceramah oleh ustadz. Setelah acara selesai mendapatkan nasi kotak atau kue dan air mineral.


(66)

Perayaan maulidan cukup meriah di desa Kedung Papar. Maulidan ini dirayakan di masjid Al Istiqomah. Setelah acara biasanya panitia mengadakan

door price untuk memeriahkan acara tersebut. Jamaah yang datang dari satu dusun. Tradisi mauludan di desa Kedung Papar ini sudah berlangsung sejak jaman dahulu. Pengajian mauludan ini biasanya dilaksanakan oleh anak – anak, bapak - bapak dan ibu - ibu desa Kedung Papar. Semua masyarakat di desa Kedung Papar berpartisipasi dalam mengikuti perayaan maulidan ini. Perayaan maulidan hanya dilaksanakan setahun sekali sehingga diperlukan persiapan yang matang.


(67)

BAB V

PROSES PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM MEMANFAATKAN BARANG BEKAS

Setiap pemberdayaan selalu terjadi secara bertahap, tergantung bagaimana kondisi serta kebutuhan masyarakat. Karena setiap komunitas, organisasi atau situasi akan berbeda-beda karakteristik dan lain-lainnya. Sehingga proses ini harus disesuaikan agar bisa cocok dengan situasi tertentu.1 Dengan demikian,

pendampingan di Desa Kedung Papar ini menggunakan refrensi dari buku “Pembaru

dan kekuatan lokal untuk pembangunan” dengan tahapan-tahapan peberdayaan

masyarakat sebagai berikut.

A. Mengungkap Masa Lalu (Discovery)

Tahap discovery merupakan pencarian yang luas dan bersama sama oleh

anggota komunitas untuk memahami “apa yang terbaik sekarang” dan “apa yang pernah menjadi terbaik”. Di sinilah akan ditemukan Iinti positif ” potensi paling

positif untuk perubahan di masa depan. Pada tahap discovery ini pun juga membutuhkan pertemuan yang bertujuan untuk menggali aset atau potensi cerita sukses masyarakat yang terjadi di masa lalu. Dari sinilah proses pemberdayaan metode asset based comunity development dibedakan dengan proses pemberdayaan metode yang lain, dalam proses ini merupakan tahap dimana sebuah aset yang terjadi

1

Christoper dereau, 2013. Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan. TT: Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Phase II, hal 12


(1)

1. Masyarakat memiliki daya dan upaya untuk membangun kehidupannya sendiri.

2. Masyarakat mempunyai pengetahuan dan kearifan tersendiri dalam menjalani kehidupannya secara alam tidak bergantung dengan pancaroba.

Proses pemberdayaan ini sejatinya mampu terus berjalan, meskipun tanpa adanya pendamping atau fasilitator yang menuntunnya, apabila fasilitator terus menerus mendampingi mereka, maka akan menciptakan ketergantungan. Dari hasil diskusi yang didapat tidak mencakup semua masyarakat, hanya mereka yang memiliki pemikiran yang sama dengan apa yang diharapkan. Alasan yang mereka keluarkan bahwa umtuk proses pengolahan barang bekas sangat bermanfaat bagi lingkungan dan bisa menjadi tambahan ekonomi mereka, sehingga mereka mampu mengoptimalisasikankeahlian mereka untuk suatu kegiatan yang bermanfaat bagi mereka dan lingkunan. Pemikiran yang berbeda menjadi pemandangan yang sewajarnya yang terjadi dalam lingkungan masyarakat. bahwa setiap masyarakat memiliki keinginan yang berbeda dan mendapat suatu keputusan bersama dalam memanfaatkan barang bekas tersebut untuk bisa dioptimalkan dalam melestarikan dan menjaga lingkungan.


(2)

B. Rekomendasi

Proses pendampingan ini dilakukan oleh pendamping baik dari mahasiswa, pemerintah, atau lembaga – lembaga yang bisa menjadikan masyarakat yang lebih maju. Proses pendampingan dari semua pihak bisa menjadikan masyarakat tersebut menjadi masyarakat yang lebih memikirkan realita sosial yang terjadi diwilayahnya. Pendampingan dari semua pihak juga bisa memfasilitasi ketrampilan / skill yang dimiliki oleh masyarakat untuk bisa dikembangkan sehingga masyarakat bisa hidup mandiri dengan potensi yang dimiliki jadi masyarakattersebut bisa lebih sejahtera.

Proses pendampingan untuk masyarakat sebaiknya menggunakan komunikasi yang biasanya dipakai sehari – hari oleh masyarakat diwilayah tersebut. penggunakan komunikasi yang dipakai oleh komunitas dampingan menjadikan suasana dalam proses pendampingan menjadi suasana yang nyaman bagi kedua pihak sehingga pendampingan bisa maksimal. Komunikasi sangat perlu dalam proses pendampingan karena komunikasi merupakan kunci awal masuk kepada komunitas yang akan didampingi. Apabila komunikasi awal kita baik maka selanjutnya dalam proses pendampingan akan berjalan dengan baik serta sebaliknya.

Bagi mahasiswa pendampingan ini bisa dipakai rujukan untuk pendampingan yang berbasis pemanfaatan aset / potensi yang dimiliki komunitas. Pendampingan ini memakai metode pendampingan ABCD (Asset Based Community Development). Pendampingan ini sangat bermanfaat untuk digunakan dalam poses pendampingan


(3)

karena dengan melihat potensi yang dimiliki maka akan termotivasi untuk merubah agar lebih baik lagi dengan potensi yang dimilikinya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

___________, Profil Desa Kedung Papar Tahun 2015

___________, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM – Desa) Desa Kedung Papar Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang.

Afandi, Agus. dkk, Modul Participatory Action Research. Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel, 2015

Afandi, Agus. dkk., Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Islam, Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press Surabaya, 2013

Al-Qur’an dan Terjemah Al-Hikmah, Bandung : Diponegoro

Bisri, Hasan, Ilmu Dakwah, Surabaya : Biro Penerbitan dan Pengembangan Ilmiah, 1998

Data Potensi Sosial Ekonomi Desa/ Kelurahan Tahun 2011 – 2015

Dureau, Christopher, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, TT: Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, 2013

Heru S, Adi, Kader Kesehatan Masyarakat, Jakarta : IKAPI, 1995 Heru, Adi S, Kader Kesehatan Masyarakat, Jakarta : IKAPI, 1995

Ndraha, Taliziduhu, Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 1999)


(5)

Rachbini, Didik J., Pembangunan Ekonomi dan Sumber Daya Manusia, Jakarta : PT Grasindo, 2001

Salahuddin, Nadhir. dkk, Panduan KKN ABCD UIN Sunan Ampel Surabaya, Surabaya : LPPM IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2015

Salim, Agus, Perubahan Sosial Sketsa Teori Dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2002

Team Reviewer, Modul Participatory Action Research (PAR), Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel, 2015

Tim Penulis PS, Penanganan dan Pengelolahan Sampah, Jakarta: Penebar Swadaya, 2008

Zubaedi, Pengembangan Masayarakat Wacana dan Praktik, (Jakarta : KENCANA PRENADAMEDIA GROUP, 2013

JURNAL DAN INTERNET

Jurnal Pemberdayaan Pemuda Melalui Social Capital l Lutfi…2013

Chairul Huda, “Indonesia dalam Menghadapi MEA 2015”, Harian Kompas (14 Maret 2015)

Kwik Kian Gie, Kebijakan Ekonomi Politik dan Hilangnya Nalar. (Jakarta: Kompas. 2009),


(6)

Al-Qur’an dan Terjemah Al-Hikmah, Bandung : Diponegoro

WAWANCARA

Wawancara dengan Cak Samsul Di Gudang Rw 2 Pada Tanggal 19 juli 2015 Pukul 08.30 WIB

Wawancara dengan Mak Siti Pada Poses Tanggal 21 Juli 2016 Pukul 08.00 WIB