Pendampingan pengrajin gypsum dalam peningkatan penghasilan di Desa Janti Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang.

(1)

PENDAMPINGAN PENGRAJIN GYPSUM DALAM PENINGKATAN PENGHASILAN

DI DESA JANTI KECAMATAN MOJOAGUNG KABUPATEN JOMBANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana

Sosial (S.Sos)

Oleh:

Muhammad Ifwan Aulia NIM: B72212033

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(2)

PENDAMPINGAN PENGRAJIN GYPSUM DALAM PENINGKATAN PENGHASILAN

DI DESA JANTI KECAMATAN MOJOAGUNG KABUPATEN JOMBANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana

Sosial (S.Sos)

Oleh:

Muhammad Ifwan Aulia NIM: B72212033

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

ABSTRAK

Muhammad Ifwan Aulia, B72212033. PENDAMPINGAN PENGRAJIN GYPSUM DALAM PENINGKATAN PENGHASILAN DI DESA JANTI KECAMATAN MOJOAGUNG KABUPATEN JOMBANG.

Kata kunci : Pendampingan, Penguatan Lokal, Pengrajin

Desa Janti merupakan desa yang terletak di Kabupaten Jombang tepatnya di Kecamatan Mojoagung. Di Desa Janti mayoritas masyarakat di desa ini wiraswasta, yang mana kebanyakan dari mereka pengrajin sekaligus penjual gypsum. Fokus pendampingan disini melalui pemanfaatan limbah gypsum untuk dijadikan barang yang mempunyai nilai jual dipasaran. Pendampingan ini bermaksud untuk menunjang penghasilan para pengrajin.

Metode penelitian yang digunakan dalam pendampingan ini dengan menggunakan metode Assed Based Community Development (ABCD). Metode ini dipilih karena dalam pendampingannya dengan mengutamakan pemanfaatan potensi yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.. mulai dari kekreatifan masyarakat hingga pemanfaatan aset-aset yang terbuang secara percuma yakni limbah gypsum.

Pendampingan pemanfaatan limbah gypsum yang tadinya dibuang secara percuma atau orang desa Janti biasa memanfaatkan sabagai urukan saja, tetapi saat ini mereka sudah mengerti bahwa limbah tersebut juga masih memiliki nilai jual dipasaran sebagai interior rumah maupun souvenir. Dengan itu semua mereka bisa meningkatkan penghasilan dan menambah pengetahuan maupun kreativitas yang baru serta pola piker yang positif tentang asset yang mereka miliki.


(8)

DAFTAR ISI

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

SURAT PENYATAAN KEASLIAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DARTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 4

C. Tujuan Penelitian dan Pendampingan ... 4

D. Manfaat ... 5

E. Penelitian Terdahulu ... 6

F. Definisi Konsep 1. Pendampingan Masyarakat ... 7

2. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ... 7

3. Konsep pemberdayaan Ekonomi ... 9

G. Sistematika Pembahasan ... 9


(9)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pemberdayaan Masyarakat... 12

B. Asset Based Community Development (ABCD) ... 16

C. Kepemilikan Aset ... 20

D. Konsep Dakwah Dalam Agama Islam ... 24

BAB III METODE PENELITIAN DALAM PENDAMPINGAN A. Pendekatan ... 28

B. Prinsip-Prinsip ABCD ... 29

1. Setengah Terisi Lebih Berarti ... 29

2. Semua Punya Potensi ... 29

3. Partisipasi ... 29

4. Kemitraan ... 30

5. Penyimpangan Positif ... 30

6. Berasal Dari Dalam Masyarakat ... 30

7. Mengarah Pada Sumber Energi ... 30

C. Langkah-langkah Pendampingan Dengan Pendekatan ABCD ... 31

1. Mempelajari dan Mengatur Skenario ... 31

2. Mengungkap Masa Lampau ... 33

3. Memimpikan Masa Depan ... 34

4. Memetakan Aset ... 35

5. Menghubungkan dan Memobilisasi Aset ... 37

6. Monitoring, Evaluasi dan Pembelajaran ... 38

D. Subyek Penelitian ... 39


(10)

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

1. Penemuan Apresiatif ... 40

2. Pemetaan Komunitas ... 40

3. Penelusuran Wilayah ... 41

4. Pemetaan Asosiasi dan Institusi ... 41

5. Pemetaan Aset Individu ... 42

6. Sirkulasi Keuangan ... 42

7. Skala Prioritas ... 42

F. Teknik Validasi Data... 43

G. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV PROFIL ASET DESA JANTI A. Realitas Desa Janti ... 47

B. Geografis ... 47

C. Demografis ... 49

D. Adat, Budaya/Keagamaan ... 50

E. Profil Usaha ... 53

BAB V DINAMIKA PROSES A. Inkulturasi ... 62

B. Mempelajari dan Mengatur Skenario ... 64

C. Menemukan Aset ... 67

D. Memimpikan Masa Depan ... 79

E. Merencanakan Masa Depan Bersama Masyarakat ... 84

F. Membentuk Kekuatan Bersama ... 85


(11)

G. Monitoring dan Evaluasi ... 88

BAB VI HASIL DAN ANALISIS ... 95

BAB VII REFLEKSI ... 93

BAB VIII PENUTUP

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki aneka ragam

kesenian daerah. Tiap daerah memperlihatkan corak dan jenis seni yang berbeda

dengan daerah lain. Kekayaan seni kerajinan Indonesia mencerminkan

bermacam-macam kebudayaan etnik yang tersebar di kepulauan Nusantara.

Kerajinan adalah suatu keterampilan yang dihubungkan dengan suatu

perbuatan barang yang harus dikerjakan secara rajin dan teliti. Kegiatan ini

biasanya dilakukan oleh kerajinan tangan. Kerajinan sebagai suatu perwujudan

perpaduan ketrampilan untuk menciptakan suatu karya dan nilai keindahan,

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu kebudayaan.

Dilandasi kesadaran akan kelangsungan hidup dari kerajinan yang

menopang kehidupan banyak keluarga yang dihadapkan pada kemajuan teknologi

industri di satu sisi dan pelestarian nilai budaya bangsa yang harus tercermin

dalam produk kerajinan, maka dipandang perlu adanya wadah partisipasi

masyarakat bertaraf nasional yang berfungsi membantu dan sebagai mitra

pemerintah dalam membina dan mengembangkan kerajinan.1

Berbagai jenis dan bentuk kesenian tidak lain adalah bentuk pernyataan

perasaan manusia melalui berbagai cara dan media yang dipakai. Demikianlah

kerajinan atau kria (karya) yang dilandasi oleh usaha manusia untuk memenuhi

kebutuhan hidup, apabila didukung oleh perasaan dalam menggunakan bahan dan

1


(13)

2

alat, maka hasilnya merupakan karya seni. Dan karena hasil kerajinan dapat

dilihat dan diraba, maka karya ini termasuk dalam kelompok seni yang disebut

senirupa2.

Dan tanpa kita sadari banyak sekali seni rupa yang ada di dalam rumah

singgah kita, yang mana rumah merupakan salah satu kebutuhan primer manusia

yang harus dipenuhi. Selain untuk tempat tinggal seluruh anggota keluarga, rumah

juga harus merupakantempat hunian yang nyaman untuk beraktivitas dan

berinteraksi antar anggota keluarga sehingga setiap anggota keluarga merasa betah

untuk tinggal di rumah seperti slogan Rumahku Istanaku.

Untuk menciptakan hunian yang nyaman, perlu adanya usaha yang

dilakukanantara lain dengan menambah nilai artistik rumah itu sendiri. Cara untuk

menambah nilai seni suatu rumah, diantaranya dengan memberi desain baik

desain eksterior maupun desain interior.

Contoh desain eksterior antara lain desain rumah, penataan lahan,

pembuatan taman, sedangkan contoh desain interior antara lain pemilihan cat,

pemilihan dan peletakan furniture serta pemasangan material gypsum pada plafon

rumah.

Material gypsum yang dulunya lebih banyak digunakan sebagai penyekat

atau partisi, belakangan ini kehadiran gypsum sebagai material plafon makin

digemari. Hal tersebut tentu saja tidak mengherankan. Selain murah, gypsum juga

lebih mudah dibentuk dan terlihat lebih bersih dibandingkan material lain.

2

Agus Cahyana M.Sn, Studi Pengembangan Desain Kerajinan Anyaman Pandan Sentra Industri Kecil Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya, (LPPM Universitas Kristen MaranathaBandung, Juni 2008),hal.11.


(14)

3

Seni terapan atau Applied Art adalah karya yang mempunyai nilai

keindahan dan juga berguna dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu bentuk dari

seni terapan adalah seni cetak gypsum. Hasil seni cetak gypsum dapat kita lihat

sehari-hari ada di langit-langit rumah3.

Kabupaten jombang merupakan salah satu dari 38 kabupaten atau kota di

Provinsi Jawa Timur. Dan Jombang merupakan sebuah kabupaten yang terletak

dibagian tengah Provinsi Jawa Timur. Yang mana luas wilayahnya 1.159,50 km2, dan jumlah penduduknya 1.201.557 jiwa pada tahun 2010. Pusat pemerintahan

Kabupaten Jombang terletak di tengah-tegah wilayah kabupaten, yang memiliki

ketinggian 44 meter diatas permukaan laut, dan berjarak sekitar 79 km dari barat

daya ibu kota Provinsi Jawa Timur yakni Surabaya4.

Secara geografis letak desa Janti kecamatan Mojoagung kabupaten

Jombang terletak disebelah timur kota Jombang, yang mana desa tersebut

berjarak kurang-lebih 15 km dari kantor Bupati Jombang Jawa Timur.

Di Kabupaten Jombang terdapat sebuah desa yakni Desa Janti, desa ini

merupakan suatu desa yang masyarakatnya sebagian bermata penceharian petani

dan sebagian lagi yang berpencaharian sebagai pengrajin.

Dalam bidang kerajinan didesa tersebut ada 2 (dua) macam kerajinan

yang dihasilkan oleh masyarakat yakni, kerajinan seni cetak gypsum, dan ada juga

yang menjadi pengrajin meuble. Tetapi didesa tersebut yang lebih ditonjolkan

ialah pada kerajinan gypsum, yang mana selain bahan dasarnya terjangkau juga

dari segi harga kayu yang semakin melunjak tinggi.

3

http://sablontimbul.com/seni-cetak-gypsum/ dikutip pada 18 Desember 2016 13:15 WIB 4


(15)

4

Di sisi lain papan gypsum dapat dipasang pada rangka kayu, metal atau

konstruksi batu bata. Penggunaan produk tersebut aman, tidak merusak

lingkungan dan tidak berbahaya, ekonomis, sesuai untuk berbagi ukuran

penyelesaian, ringan, mudah pemasangannya dengan hasil akhir yang rata, tahan

api, kedap suara dan ketersediaan berbagai pilihan sistem.

Sebagai bahan mendekorasi plafon, gypsum diklaim unggul dari bahan

lainnya. Selain dari tampilan jelas lebih indah dan bersih, pada plafon gypsum

tidak akan terlihat garis antar sekat walau di bidang yang luas.Kerajinan gypsum

ini juga biasa digunakan sebagai pengganti untuk bagian-bagian tertentu dari

rumah ataupun kantor. Seperti, plafon, dan lain sebagainya. Maka dari itu saya

sebagai peneliti sangat tertarik untuk meneliti para pengerajin gypsum di Desa

Janti tesebut.

B. Fokus Penelitian

a. Apa aset komunitas masyarakat desa Janti yang bisa menjadi sumber

penghidupan?

b. Bagaimanakah strategi dalam pengembangan aset masyarakat Desa Janti?

C. Tujuan penelitian dan pendampingan

a. Untuk mengetahui aset masyarakat desa Janti yang dapat menjadi sumber

penghidupan.


(16)

5

D. Manfaat

a. Penulis: Penulis dapat semakin menambah wacana terhadap materi kajian

yang ditelitinya sebagai bekal ilmu pengetahuannya.

b. Bagi masyarakat umum: Masyarakat memperoleh pengetahuan dan hal-hal

baru dari hasil penelitian ini. Dan penelitian ini dapat dijadikan salah satu

informasi bagi para pengrajin gypsum di Desa Janti Kecamatan Mojoagung

Kabupaten Jombang, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan

kebijakan dalam pengelolaan manajemen usaha dimasa yang akan datang,


(17)

6

E. Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Nama Peneliti Fokus Penelitian Persamaan Penelitian Perbedaan Penelitian 1 Kerajinan Logam Kuningan di Desa Bedono Kabupaten Semarang Muhamad Choirudin Proses poduksi serta pengemban gan karya kerajinan logam kuningan di Desa Bedono Kabupaten Semarang. Membahas tentang kerajinan seni rupa. Meneliti proses produksi serta pengembanga n karya kerajinan seni rupa. Kerajinan seni rupa logam kuningan. 2 Pengaruh Biaya Produksi Dan Penjualan Terhadap Pengrajin Keramik di Kecamata n Purworejo Klampok Kabupaten Banjarneg ara Lestariadi Marwasputra Proses biaya produksi serta pemasaran pengrajin keramik di Kecamatan Purworejo Klampok Kabupaten Banjarnega ra. Membahas tentang kerajinan seni rupa. Meneliti proses produksi serta pengembanga n karya kerajinan seni rupa. Kerajinan seni rupa keramik


(18)

7

F. Definisi Konsep

1. Pendampingan masyarakat

Pendampingan adalah interaksi yang intensif antara pendamping

dengan kelompok masyarakat, sehingga terjadi proses perubahan kreatif

yang diprakarsai oleh anggota kelompok. Tujuannya yaitu peningkatan

kualitas hidup dan kemandirian kelompok dampingan.5Dalam proses pendampingan masyarakat para pendamping memiliki empat peran utama,

yaitu:6

a. Peran Fasilitatif

b. Peran Edukatif

c. Peran Perwakilan

d. Peran Teknis

Program pendampingan merupakan suatu sistem pembangunan yang

berorientasi pada manusia, dengan mengedepankan asas partisipasi,

musyawarah dan keadilan sebagai akses untuk mencapai kemajuan dan

kemandirian masyarakat. Melalui pendampingan ini masyarakat diharapkan

dapat berdaya guna, dalam artian mampu menolong dirinya sendiri dan secara

bertahap mampu mengurangi ketergantungannya pada pihak lain.7 2. Konsep peberdayaan masyarakat

Pemberdayaan diartikan dengan tenaga, kekuatan. Dalam makna

yang lain pemberdayaan diartikan sebagai proses, caram perbuatan

5

Yanuarini Astuti Dewi dan Ikrar Dinata, Pedoman Pendampingan Tenaga Kerja Sarjana, (Jakarta: Kementrian Tenaga kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2013), hal. 17 6

Ibid. 7


(19)

8

memberdayakan. Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan

(empowerment), berasal dari kata „power‟ (kekuasaan atau keberdayaan).8 Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat

dan martabat golongan masyarakat yang sedang mengalami kondisi miskin,

sehingga mereka dapat melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan

keterbelakangan.9

Menurut Zubaedi yang mengutip dari perkataan Chambers,

pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi

yang merangkum nilai-nilai sosial. Zubaedi juga mengutip dari Jim ife bahwa

konsep pemberdayaan memiliki hubungan erat dengan 2 pokok yakni: konsep

power (“daya”) dan konsep disadvantaged(“ketipangan”).10

Menurut Surjono dan Nugroho yang dikutip oleh Sri pemberdayaan

masyarakat merupakan suatu proses dimana masyarakat (khususnya yang

kurang memiliki akses terhadappembangunan) didorong untuk meningkatkan

kemandirian dalam mengembangkan perikehidupan mereka.11

Pemberdayaan berarti menyediakan sumber daya, kesempatan,

pengetahuan dan keterampilan dalam rangka meningkatkan kemampuan

warga miskin untuk menentukan masa depannya sendiri dan berpartisipasi

dalam kehidupan masyarakatnya.12

8

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Membangun Rakyat, (Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial), (Bandung: Pt Refika Aditama, 2010), Hal. 57. 9Zubaedi,”Pengembangan Masyarakat”(Jakarta, Kencana, 2014), hal. 24

10

Ibid, hal. 25 11

Ibid 12


(20)

9

3. Konsep pemberdayaan ekonomi

Pemberdayaan ekonomi diartikan sebagai pengaturan pemilikan

faktor-faktor produksi, pengaturan penguasaan distribusi dan pemasaran,

penguatan masyarakat untuk mendapatkan gaji atau upah yang memadai, dan

penguatan masyarakat untuk mendapatkan gaji atau upah yang memadai, dan

penguatan masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan

ketrampilan yang harus dilakukan secara multi aspek, baik dari aspek

masyarakat sendiri maupun aspek kebijakannya.13 G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dan penelitian ini, disusun untuk lebih teratur dan

tertib mengenai hubungan antara bab 1 dengan bab-bab berikutnya. Dalam

penelitian ini peneliti membagi sistematika pembahasan menjadi enam bab yaitu :

1. Bab I : Pendahuluan

Bab ini membahas tentang latar belakang, fokus pendapingan, tujuan

pendampingan, manfaat, penelitian terdahulu yang relevan, dafinisi konsep

dan sistematika pembahasan

2. Bab II : Prespektif Teoritis

Pada bab ini membahas tentang teori-teori yang dibutuhkan dalam

penelitian pendampingan ini. Teori-teori tersebut adalah teori pemberdayaan

dan teori pemberdayaan ekonomi. Dari kedua teori tersebut akan menjadi alat

dalam menganalisis data dari lapangan

13

Mardi Yatmo Hutomo, Pemberdayaan Dalam Bidang Ekonomi: Tinjauan Teoritik dan Implementasi, (Jakarta: CSIS, 1996), Hal. 3


(21)

10

3. Bab III : Metode Penelitian Dalam Pendampingan

Pada bab ini membahas tentang metodologi dan strategi

pendampingan berbasis pendekatan asset bassed community developent

(ABCD) lebih mendalam. Serta membahas lebih banyak proses

pendampingan mulai proses inkulturasi, mengatur skenario, discovery,

dream, community map, perencanaan aksi dan yang terakhir monitoring

sekaligus evaluasi. kesemua itu diulas lebih mendalam dalam bab ini. Juga

membahas tentang aset dan potensi yang ada meliputi aset fisik, aset budaya,

mata pencaharian, sosial, peluang dan tantangan.

4. Bab IV : Profil Aset Desa Janti

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Desa Janti meliputi

geografi, demografi, dan kerajinan seni rupa yang ada pada Desa Janti.

5. Bab V : Dinamika Proses

Bab ini menjelaskan proses melaksanakan kegiatan dengan

masyarakat/para pengrajin.

6. Bab VI : Hasil dan Analisis

Bab ini menjelaskan tentang analisis sebuah kegiatan yang dilakukan

oleh pendamping dan penjual maupun pengrajin gypsum.

7. Bab VII : Refleksi

Bab ini menjelaskan pelajaran apa yang bisa diambil oleh

pendamping, masyarakat, dan para pengrajin gypsum di desa Janti. Selain


(22)

11

direncanakan dan dilakukan apakah bisa bermanfaat bagi masyarakat Desa

Janti Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang.

8. Bab VIII : Penutup

Bab ini menjelaskan kesimpulan sekaligus saran proses


(23)

BAB II

KAJIAN TEORI

Teori adalah serangkaian konsep yang memiliki hubungan sistematis

untuk menjelaskan suatu fenome nasosial tertentu. Teori merupakan salah satu hal

yang paling fundamental yang mana harus dipahami oleh seorang peneliti ketika

ia melakukan penelitian, karena dari teori-teori yang sudah ada maka peneliti

dapat menemukan dan merumuskan permasalahan sosial yang diamatinya secara

sistematis untuk selanjutnya dikembangkan dalam bentuk hipotesis-hipotesis

penelitihan.14

A. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan dengan memiliki kata dasar power yang berarti kekuasaan

menjadi sebuah proses yang bermakna dalam perubahan pada masyarakat, karena

kekuasaan dapat berubah. jika kekuasaan tidak dapat berubah, pemberdayaan

tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.15

Pemberdayaan memiliki kemampuan orang, khususnya pada kelompok

rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam

memenuhi kebutuhan yakni:

1. Mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas

mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari

kebodohan, bebas dari kesakitan.

14

https://ismayadwiagustina.wordpress.com/2012/11/26/pengertian-teori diakses 1 maret 2017 pukul 09:10WIB

15

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung, PT Refika Aditama, 2009), hal. 57-58


(24)

13

2. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat

meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa

yang mereka perlukan.

3. berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang

mempengaruhi mereka.

Menurut Ife yang dikutip Edi yang berpendapat bahwa pemberdayaan

bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak

beruntung. Dia juga mengutip pendapat dari Parsons pemberdayaan adalah sebuah

proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam,

berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta

lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan

menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan

yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang

menjadi perhatiannya.16

Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.

Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat

kekuasaan atau keberdayaan kelornpok lemah dalam masyarakat, termasuk

individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. 17

Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil

yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya

yakni masyarakat yang memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan

kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik,

16

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Ibid, hal. 58-59 17


(25)

14

ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu

menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam

kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.

Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator

keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.18

Keberdayaan masyarakat adalah dimilikinya daya, kekuatan atau

kemampuan oleh masyarakat untuk mengidentifikasi potensi dan masalah serta

dapat menentukan alternatif pemecahannya secara mandiri. Keberdayaan

masyarakat diukur melalui tiga aspek, yaitu19 : 1. Kemampuan dalam pengambilan keputusan,

2. Kemandirian

3. Kemampuan memanfaatkan usaha untuk masa depan.

Sedangkan proses pemberdayaan adalah suatu siklus atau proses yang

melibatkan masyarakat untuk bekerjasama dalam kelompok formal maupun

nonformal untuk melakukan kajian masalah, merencanakan, melaksanakan, dan

melakukan evaluasi terhadap program yang telah direncanakan bersama. Proses

pemberdayaan diukur melalui20

1. Kualitas dan kuantitas keterlibatan masyarakat mulai dari kegiatan kajian atau

analisis masalah,

2. Perencanaan program,

18

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Ibid hal. 58-59 19

Kesi widjajanti, Model Pemberdayaan Masyarakat jurnal ekonomi pembangunan volume 12, nomor 1, juni 2011, hal. 18

20

Kesi widjajanti, Model Pemberdayaan Masyarakat jurnal ekonomi pembangunan volume 12, nomor 1, juni 2011, Ibid, hal. 19


(26)

15

3. Pelaksanakan program, serta

4. Keterlibatan dalam evaluasi secara berkelanjutan.

Sumodiningrat berpendapat bahwa pemberdayaan masyarakat harus

dilakukan melalui 3 jalur, yaitu:

a. Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang

(Enabling);

b. Menguatkan potensi dan daya yang dimiliki masyarakat (Empowering);

c. Memberikan perlindungan (Protecting). Pemberdayaan masyarakat

merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar

mampu mewujudkan kemandirian dan melepaskan diri dari belenggu

kemiskinan serta keterbelakangan.21

Sedangkan menurut Sumodiningrat yang dikutip oleh Dwi bahwa

peningkatan kesejahteraan umum masyarakat merupakan suatu inti dari sasaran

pembangunan. Suatu pembangunan bisa dika-takan berhasil apabila mampu

mengangkat derajat rakyat sebanyak mungkin pada tatanan kehidupan ekonomi

yang lebih baik dan layak.22

Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan biasanya selalu

dikaitkan dengan konsep kemandirian, partisipasi, jaringan kerja, dan keadilan.

Menurut Dwi Partiwi yang mengabil dari pendapat Craig dan Mayo partisipasi

merupakan komponen terpenting dalam upaya pertumbuhan kemandirian dan

21

Dwi Pratiwi Kurniawati, Bambang Supriyono, Imam Hanafi, Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Usaha Ekonomi Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. I, No. 4 2010, hal 10

22 Ibid


(27)

16

proses pemberdayaan. Strategi pemberdayaan menempatkan partisipasi

masyarakat sebagai isu pertama pembangunan saat ini.23

Di samping pentingnya pemberdayaan masyarakat, terdapat beberapa

permasalahan yang dapat mengganggu pengimplementasian pemberdayaan

masyarakat dalam tataran praktis.

Menurut Prasojo, permasalahan tersebut menyangkut ketiadaan konsep

yang jelas mengenai apa itu pemberdayaan masyarakat, batasan masyarakat yang

sukses melaksanakan pemberdayaan, peran masing-masing pemerintah,

masyarakat dan swasta, mekanisme pencapaiannya, dan lain sebagainya.24 B. Asset Based Community Development (ABCD)

Pendekatan berbasis aset adalah perpaduan antara metode bertindak dan

cara berpikir tentang pembangunan. Pendekatan ini merupakan pergeseran yang

penting sekaligus radikal dari pandangan yang berlaku saat ini tentang

pembangunan serta menyentuh setiap aspek dalam cara kita terlibat dalam

pelaksanaan pembangunan.

Dari pada melihat negara-negara berkembang sebagai masalah yang perlu

diatasi kemudian memulai proses interaksi dengan analisis pohon masalah,

pendekatan berbasis aset fokus pada sejarah keberhasilan yang telah dicapai,

mengenali para pembaru atau orang-orang yang telah sukses dan menghargai

potensi melakukan mobilisasi serta mengaitkan kekuatan dan aset yang ada.25

23

Ibid, hal. 11 24

Dwi Pratiwi Kurniawati, Bambang Supriyono, Imam Hanafi, Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Usaha Ekonomi Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. I, No. 4 2010, Ibid hal 14

25

Christopher dureau, Pembaru Dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan,( Canberra, Australian community development and civil society strengthening scheme (access) phase ii, 2013),hal.8


(28)

17

Asset-based community development is about finding ways in which to create connections between gifted individuals. Making these connections, building relationships, is the heart and soul of community building”.26

Ada dua hal yang harus diperhatikan tentang pendekatan aset seperti yang

dijelaskan dalam buku ini. 27

1. Pendekatan ini tidak semata-mata menjadi sebuah konsep baru atau

pendekatan, tetapi pendekatan ini bertujuan untuk menambah nilai untuk

konsep lain yang sudah ada dan ide-ide dengan membawa mereka

bersama-sama sedemikian rupa untuk mempromosikan pendekatan yang lebih

sistematis untuk perakitan dan menerapkan pengetahuan untuk solusi

kesehatan.

2. Itu akan menjadi naif untuk berpikir bahwa pendekatan aset bisa ada di isolasi

dari tradisi defisit lebih dominan untuk promosi kesehatan.

3. Pendekatan berbasis aset membantu komunitas melihat kenyataan mereka dan

kemungkinan perubahan secara berbeda. Mempromosikan perubahan fokus

pada apa yang ingin mereka capai dan membantu mereka menemukan cara

baru dan kreatif untuk mewujudkan visi mereka.

Sebagai contoh, pendekatan berbasis aset selalu mengandung salah satu

dari beberapa elemen kunci berikut 28:

1. Fokus pada mengamati sukses di masa lampau

2. Setiap orang memutuskan apa yang diinginkan

26

Al barrett,Asset-Based Community Development: A Theological Reflection,(birmingham vicar of hodge hill church, 2013),hal. 3

27

Antony Morgan, health assets in a global context (Venice, Springer New York Dordrecht Heidelberg London, 2010), hal. xi

28

Christopher dureau, Pembaru Dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan,( Canberra, australian community development and civil society strengthening scheme (access) phase ii, 2013), Ibid hal.14


(29)

18

3. Menemukenali aset yang tersedia secara komprehensif dan partisipatif

4. Mengapresiasi aset yang paling bermanfaat saat itu

5. Rencana aksi didasarkan pada mobilisasi aset yang ada semaksimal mungkin

6. Membebaskan energi dan kewenangan setiap aktor untuk bertindak dengan

ragam cara

7. Saling berkontribusi dan bertanggung jawab untuk mencapai sukses

Dalam perspektif ABCD, aset adalah bagian yang sangat fital dalam

kehidupan. Fungsi aset tidak sebatas sebagai modal sosial saja, tetapi juga sebagai

embrio perubahan sosial. Aset juga dapat berfungsi sebagai jembatan untuk

membangun relasi dengan pihak luar. Disinilah komunitas dituntut untuk sensistif

dan peka terhadap keberadaan aset yang ada di sekitar mereka.29

Aset tidak selalu identik dengan uang atau materi. Banyak hal yang

dimiliki oleh komunitas tapi tidak disadari merupakan bagian dari aset. Diantara

aset yang sering dijumpai dalam komunitas diantaranya adalah: cerita hidup,

pengetahuan, pengalaman, inovasi, kemampuan individu, aset fisik, sumber daya

alam, sumber finansial, budaya (termasuk tradisi lokal), perkumpulan dan

kelompok kerja (PKK, kelompok tani), Institusi lokal (RT, RW, lurah, camat).30 Pendampingan Asset Based Community Development (ABCD)merupakan

suatu pendekatan pendampingan yang mengupayakan pengembangan masyarakat

harus dilaksanakan dengan sejak dari awal menempatkan manusia untuk

mengetahui segala apa yang dimiliki serta potensi dan aset yang dimilikinya untuk

dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.

29

Nadhir Salahudin, Panduan KKN ABCD UIN Sunan Ampel (Surabaya, Kampus UIN Sunan Ampel Surabaya, 2005), hal 15

30


(30)

19

Metode pendekatan ABCD ini juga merupakan suatu pendekatan yang

mengarah pada pemahaman kepemilikan aset, baik potensi, kekuatan maupun

penggunaanya. Yang nantinya akan dikelolah sendiri oleh masyarakat dengan

mandiri dan semaksimal mugkin.

Dalam Metode ABCD memiliki lima langkah kunci untuk melakukan

proses riset pendampingan31, yakni antara lain; a) Inkulturasi (Perkenalan)

Pada tahap ini seluruh aktifitas yang dilakukan selalu terkait dengan

proses komunikasi. Untuk itu, keterampilan berkomunikasi menjadi sangat

dominan. Cara terbaik melakukan akulturasi adalah bergabung menjadi

bagian dari segala rutinitas yang melibatkan orang banyak pada komunikasi

mitra misalnya seperti mengikuti kegiatan solat berjamaah, pengajian, karang

taruna, atau mengajar disekolah. Apabila kepercayaan sudah terbangun

dengan baik, maka informasi akan mengalir jauh lebih mudah.

b) Discover (Menemukan)

Proses menemukenali kesuksesan dilakukan lewat proses percakapan

atau wawancara dan harus menjadi penemuan personal tentang apa yang

menjadi kontribusi individu yang memberi hidup pada sebuah kegiatan atau

usaha. Pada tahap discovery, kita mulai memindahkan tanggung jawab untuk

perubahan kepada para individu yang berkepentingan dengan perubahan

tersebut yaitu entitas lokal.

31

Nadhir salahuddin, dkk, Panduan KKN ABCD UIN Sunan Ampel Surabaya, (LPPM UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015), Ibid Hal. 92


(31)

20

c) Design (Merancang)

Proses di mana seluruh komunitas (atau kelompok) terlibat dalam

proses belajar tentang kekuatan atau aset yang dimiliki agar bisa mulai

memanfaatkannya dalam cara yang konstruktif, inklusif, dan kolaboratif

untuk mencapai aspirasi dan tujuan seperti yang sudah ditetapkan sendiri.

d) Define (Menentukan)

Kelompok pemimpin sebaiknya menentukan „pilihan topik positif‟:

tujuan dari proses pencarian atau deskripsi mengenai perubahan yang

diinginkan. Pendamping dengan mayarakat terlibat dalam FGD. Pada Proses

FGD penamping dan masyarakat menetukan fokus pembahasan. Fokus

pembahasan yang akan dibahas berupa hal yang positif.

e) Refleksi

Monitoring perkembangan kinerja outcome, dapat mengetahui

sejauhmana (ABCD) Asset Based Community Development membawa

dampak perubahan.

C. Kepemilikan Aset

Jika aset adalah apapun dalam konteks kita sekarang yang bisa

membantumencapai tujuan, maka yang disebut Mary Anderson sebagai konektor

atau kapasitas lokal untukmembangun perdamaian mewakili pendekatan positif

atau berbasis kekuatan untuk bekerjadalam situasi-situasi konflik yang dibahas

dalam buku ini.32

32

Christopher dureau, Pembaru Dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan,( Canberra, Australian community development and civil society strengthening scheme (access) phase ii, 2013), Ibid hal.50


(32)

21

Sama halnya, pendekatan berbasis aset juga semakin melihat kekuasaan

dengan lensa yangberbeda. Dalam pendekatan berbasis aset, „kekuasaan‟ bisa

dilihat sebagai kekuatan laten yangtersedia bagi semua anggota komunitas.

Pemahaman tradisional melihat kekuasaan dipegangoleh organisasi dan institusi

formal, dan didominasi oleh konsep memiliki kekuasaan atasseseorang, serta

dianggap sebagai jumlah yang tetap atau „zero sum’33

Jadi pendekatan berbasis aset tidak bertanya bagaimana cara mengambil

kembali kekuasaan dari kelompok atau dominan. Sebaliknya, pendekatan berbasis

aset mencari sumber-sumber baru bagi kekuasaan yang belum digunakan

sebelumnya. Kekuasaan bukanlah sesuatu yang bersifat zero sum, atau tidak bisa

bertambah, melainkan bisa tumbuh dan meningkat tergantung siapa dan berapa

orang dalam komunitas yang bersedia menggunakan kekuasaan mereka.34

Didalam pendekatan ABCD merupakan pendekatan berbasis aset,

menjelaskan aset-aset yang ada pada kehidupan masyarakat, yakni

1 Aset personal atau manusia: keterampilan, bakat, kemampuan, apa yang bisa

anda lakukan dengan baik, apa yang bisa anda ajarkan pada orang lain.

(Kemampuan Tangan, Kepala dan Hati). Didalam aset personal juga terdapat

aset berupa cerita sukses setiap masyarakat di masa lalu yang akan di gali

dalam proses apreciative inquery

2 Asosiasi atau aset sosial: tiap organisasi yang diikuti oleh anggota kelompok, kelompok-kelompok remaja masjid seperti Kelompok Kaum Muda,

Kelompok Ibu; kelompok-kelompok budaya seperti Kelompok Tari atau

33

Ibid, hal.50 34


(33)

22

Nyanyi; Kelompok Kerja PBB atau Ornop lain dalam komunitas atau yang

memberikan pelatihan bagi komunitas. Asosiasi mewakili modal sosial

komunitas dan penting bagi komunitas untuk memahami kekayaan ini.

3 Institusi: lembaga pemerintah atau pewakilannya yang memiliki hubungan

dengan komunitas. Seperti komite sekolah, komite untuk pelayanan

kesehatan, mengurus listrik, pelayanan air, atau untuk keperluan pertanian

dan peternakan. Terkadang institusi – institusi ini terhubung dengan Aset Sosial tetapi keduanya mewakili jenis aset komunitas yang berbeda. Komite

Sekolah, Komite Posyandu dan koperasi yang dibentuk oleh pemerintah

termasuk dalam kategori ini.

4 Aset Alam: tanah untuk kebun, ikan, air, sinar matahari, pohon dan semua

hasilnya seperti kayu, buah dan kulit kayu, bambu, material bangunan yang

bisa digunakan kembali, material untuk menenun, material dari semak,

sayuran, dan sebagainya.

5 Aset Fisik: alat untuk bertani, menangkap ikan, alat transportasi yang bisa

dipinjam, rumah atau bangunan yang bisa digunakan untuk pertemuan,

pelatihan atau kerja, pipa, ledeng, kendaraan.

6 Aset Keuangan: mereka yang tahu bagaimana menabung, tahu bagaimana

menanam dan menjual sayur di pasar, yang tahu bagaimana menghasilkan

uang. Produk-produk yang bisa dijual, menjalankan usaha kecil, termasuk

berkelompok untuk bekerja menghasilkan uang. Memperbaiki cara penjualan


(34)

23

bijak. Kemampuan pembukuan untuk rumah tangga dan untuk kelompok

maupun usaha kecil.

7 Aset Spiritual dan Kultural: anda bisa menemukan aset ini dengan

memikirkan nilai atau gagasan terpenting dalam hidup anda-apa yang paling

membuat anda bersemangat? Termasuk di dalamnya nilai-nilai penganut

muslim, keinginan untuk berbagi, berkumpul untuk berdoa dan mendukung

satu sama lain. Atau mungkin ada nilai-nilai budaya, seperti menghormati

saudara ipar atau menghormati berbagai perayaan dan nilai-nilai harmoni dan

kebersamaan. Cerita-cerita tentang pahlawan masa lalu dan kejadian sukses

masa lalu juga termasuk di sini karena hal-hal tersebut mewakili elemen

sukses dan strategi untuk bergerak maju

“Other assets include the physical environment of a community, itsgreenspaces, transportation centers and gathering places. And thelocal economy is an asset to be harnessed to build wealth anddistribute benefits. Taken together, all of the assets listed provide strong bedrock upon which any community can build”.35

Aset lainnya termasuk lingkungan fisik dari masyarakat, yang

Greenspaces, pusat transportasi dan tempat-tempat pertemuan dan ekonomi lokal

merupakan aset yang harus dimanfaatkan untuk membangun kekayaan dan

mendistribusikan manfaatnya. Secara bersama-sama, semua aset yang terdaftar

memberikan batuan dasar yang kuat di mana setiap komunitas dapat membangun

semua itu.

35

Susan A. Rans, Hidden Treasures: Building Community Connections By Engaging The Gifts Of People On Welfare, People With Disabilities, People With Mental Illness, Older Adults, Young People (Evanston, A Community Building Workbook ,2005), hal. 3


(35)

24

D. Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Islam

Dalam pengertian luas dakwah bil-hal, dimaksudkan sebagai keseluruhan

upaya mengajak orang secara sendiri-sendiri maupun kelompok untuk

mengembangkan diri dan masyarakat dalam rangka mewujudkan tatanan social

ekonomi dan kebutuhan yang lebih baik menurut tuntunan Islam, yang berarti

banyak menekankan pada masalah kemasyarakatan seperti kemiskinan,

kebodohan, keterbelakangan dengan wujud amalnya taterhadap sasaran dakwah.36 Sementara itu ada juga yang menyebut dakwah bil-hal dengan istilah

dakwah bil-Qudwah yang berarti dakwah praktis dengan cara menampilkan

akhlaq karimah. Sejalan dengan ini seperti apa yang dikatakan oleh Buya Hamka

bahwa akhlaq sebagai alat dakwah, yakni budi pekerti yang dapat dilihat orang,

bukan pada ucapan lisan yang manis serta tulisan yang memikat tetapi dengan

budipekerti yang luhur.37

Berpijak dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa dakwah bil-hal

mempunyai peran dan kedudukan penting dalam dakwah billisan. Dakwah bil-hal

bukan bermaksud mengganti maupun menjadi perpanjangan dari dakwah

bil-lisan, keduanya mempunyai peran penting dalam proses penyampai anajaran

Islam, hanya saja tetap dijaga isi dakwah yang disampaikan secara lisan itu harus

seimbang dengan perbuatan nyata da'i.38

Dalam hal ini peran da'I akan menjadi sangat penting, sebab da'I yang

menyampaikan pesan dakwah kepada umat (jama'ah) akan disorot oleh umat

36

Harun Al-Rasyid dkk, Pedoman Pengertian Dakwah Bil-Hal, (Jakarta: Depag RI,1989), hal :10 37

Hamka, Prinsip dan Kebijakan Dakwah Islam,(Jakarta: Pustaka Panjimas, 1981), hal. 159. 38

Soetjipto Wirosardjono, "Dakwah: Potensi dalam Kesenjangan" dalam Majalah Pesantren, No. 4 Vol. IV (Jakarta: P3M, 1987), hal. 5


(36)

25

sebagai panutan. Apa yang ia katakana dan ia lakukan akan ditiru oleh

jama'ahnya. Dai dalam pengembangan masyarakat adalah dai yang telah

melakukan dakwah bilhal untuk memperbaiki kerusakan tidak hanya dalam

konteks surge dan neraka, dosa dan tidak berdosa, tetapi juga dalam bidang sosial-

kemasyarakatan, pendidikan, lingkungan kesehatan, hukum, ekonomidan

lain-lainnya.39

Jika pengembagan masyarakat Islam adalah sistem tindakan nyata yang

menawarkan alternatif model pemecahan masalah Ummah dalam bidang sosial,

ekonomi, dan lingkungan dalam perspektif Islam. Maka dakwah pemberdayaan

terasuk salah satu cara penerapan dakwah bil hal. Seperti sabda Allah SWT yang

tertulis di Al-quran:

ع لْعَ ع ه ع بعر ِإ عسلحعَ عىِه ىِت ِب ل ِ عجع ِةع عسعحل ِةع ِْل ع ل ع ِةع ل ِحل ِب ع بعر ِ يِبعس ىع ِإ لد ع يِ عتل ل ِب ع لْعَ ع هع ۦِهِ يِبعس عْ عض ع ِب

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu

Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” An-Nahl 16 ayat 125.

ع ليِف ِسلف ي عم اع ليِف ععلجعتعَ ال اعق ةعفليِ عخ ِضلرع لْا يِف ِْاعج لي ِإ ِةع ِئعاع ل ِ ع بعر ع اعق ل ِإ ع لحع ع عَاعم ا ِفلسعيع ا

حبعس ل ع لععت عا اعم ع لْعَ لي ِإ ع اعق ع ع س ع ع ع ِ ل عحِب

39

Muhtadi dan Tantan Hermansyah,Manajemen Pengembangan MasyarakatIslam,(Jakarta,UIN Jakarta Press,2013),hal., 101


(37)

26

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya

Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata:

"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan

membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa

bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:

"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".

Surah al-Baqarah ayat 30 ini menjadi kisah pembuka keberadaan dan

eksistensi manusia di muka bumi ini. Di hadapan para malaikat, Allah Swt.

menyampaikan iradah-Nya bahwa Dia akan mengangkat seorang khalifah

pengganti Allah dalam memakmurkan bumi. Tidak seperti biasa para malaikat yang selalu berkata sami’na wa ata’na terkejut mendengarnya pernyataan iradah Allah Swt. itu.

”Apakah Engkau akan menjadikan seorang yang merusak bumi dan menumpahkan darah sebagai khalifah di bumi?” Inilah reaksi para malaikat. Mereka mempertanyakan kebijakan Allah Swt. tersebut. Allah pun menjawabnya dengan bijak, ”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. Selanjutnya, Allah Swt. mengungkapkan rahasia kemampuan manusia kepada

para malaikat. Allah menyuruh Adam, manusia pertama, untuk menyebutkan

nama-nama beberapa benda yang ada di sekitarnya. Dengan kemampuan dan

pengetahuan yang dikaruniakan Allah Swt. kepada manusia, malaikat pun tunduk

pada kehendak Allah Swt.40

40


(38)

27

Dalam ayat di atas dengan sangat jelas bahwa Allah Swt menjadikan

manusia sebagai khalifah di bumi. Khalifah memiliki dua makna, yaitu

menggantikan dan menguasai. Makna menggantikan dapat kita lihat pada ayat 30

Surah al-Baqarah ini. Manusia ditunjuk Allah Swt sebagai pengganti Allah Swt

dalam mengolah bumi sekaligus memakmurkannya.

Manusia diberi tugas dan tanggung jawab untuk menggali potensi-potensi

yang terdapat di bumi ini, mengolahnya, dan menggunakannya dengan baik

sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah Swt.

Terlepas dari kedua makna khalifah, manusia menempati kedudukan

istimewa di muka bumi ini. Bukan berarti manusia diistimewakan kemudian boleh

berbuat semaunya, melainkan sebaliknya. Kedudukan istimewa manusia menuntut

kearifan dan tanggung jawab besar terhadap alam dan masyarakatnya. Amanah ini

merupakan tugas bagi semua manusia. Dengan demikian, setiap manusia harus

melaksanakan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya. Melakukan tindakan yang


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN DALAM PENDAMPINGAN

A. Pendekatan

Dalam penelitian ini pendamping menggunakan metode pendekatan Asset

Based Community Development (ABCD). Pengembangan masyarakat dengan

metode ABCD, muncul saat masyarakat telah yakin bahwa aset adalah sesuatu

paling penting bagi masyarakat yang dibutuhkan untuk tumbuh dan belajar,

dalam membesarkan anak-anak, sehingga merasa aman dan nyaman, sehat, usia

baik dan bertindak untuk mengubah dunia.41

Pembangunan aset dimulai dengan sebuah komunitas atau organisasi

belajar menghargai aset yang mereka miliki. Banyak komunitas yang

mengabaikan atau tidak menganggap serius nilai dari aset yang sudah mereka

miliki.

Belajar untuk mengidentifikasi sumber daya yang dimiliki, lalu mulai

memperhitungkannya sebagai aset potensial untuk terlibat dalam pelaksanaan

pembangunan merupakan pemahaman kunci dari tradisi yang lahir dari

pendekatan pembangunan aset dan pelaksanaan berbasis aset.42

Metode pendekatan Asset Based Community Development (ABCD)

adalah suatu pendekatan pendampingan yang mengupayakan pengembangan

masyarakat harus dilaksanakan dengan sejak dari awal menempatkan manusia

41

Al Barrett, Asset-Based Community Development: A Theological Reflection,(Birmingham Vicar Of Hodge Hill Church, 2013), Hal. 3

42

Christopher Dureau, Pembaru Dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan,( Canberra, Australian Community Development And Civil Society Strengthening Scheme (Access) Phase ii, 2013), Ibid hal.41


(40)

29

untuk mengetahui segala apa yang dimiliki serta potensi dan aset yang dimilikinya

untuk dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.

Metode pendekatan ABCD ini juga merupakan suatu pendekatan yang

mengarah pada pemahaman kepemilikan aset, baik potensi, kekuatan maupun

penggunaanya. Yang nantinya akan dikelolah sendiri oleh masyarakat dengan

mandiri dan semaksimal mugkin.

B. Prinsip-Prinsip Asset Based Community Development (ABCD)

Adapun prinsip penelitian dari metode pendekatan Asset Based

Community Development (ABCD) yakni:

1. Setengah terisi lebih berarti

Maksud dari kalimat diatas adalah merubah cara pandang komunitas

terhadap dirinya. Tidak hanya terpaku pada kekurangan dan masalah yang

dimiliki oleh komunitas tersebut. Akan tetapi memberikan perhatian kepada

apa yang dimiliki dan apa yang dapat di lakukan. Pernyataan menggambarkan

betpa pentingnya aset dalam pengembangan komunitas.

2. Semua punya potensi

Dengan demikian, tidak ada lagi alasan bagi setiap anggota komunitas

untuk tidak berkontribusi nyata terhadap perubahan yang lebih baik lagi.

3. Partisipasi

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah

pengambilan bagian atau pengikutsertaan43. Partisipasi adalah suatu

43


(41)

30

keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut

bertanggungjawab di dalamnya.

4. Kemitraan

Upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor, kelompok

masyarakat, lembaga pemerintahan ataupun lembaga non-pemerintahan untuk

bekrja sama untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan,

prinsip, dan peran masing-masing.

5. Penyimpangan positif

Sebuah pendekatan terhadap perlakuan individu dan sosial yang

didasarkan pada realitas masyarakat.

6. Berasal dari dalam masyarakat

Memperkuat komunitas lokal untuk mengambil alih kendali dalam

proses pembangunan mereka sendiri.

7. Mengarah pada sumber energi44

Menggambarkan suatu proses berkembangnya suatu komunitas yang

condong mengarah pada sumber energi. Yang mana energi dalam pengembangan

masyarakat ini beragam. Diantaranya adalah mimpi besar yang dimiliki komuitas,

proses pengembangan yang apresiatif, atau bisa juga keberpihakan anggota

komunitas yang penuh totalitas dalam pelaksanaan program.

44

Nadhir salahuddin, dkk, Panduan KKN ABCD UIN Sunan Ampel Surabaya, (LPPM UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015), Ibid hal. 20.


(42)

31

C. Langkah-langkah Pendampingan dengan Pendekatan ABCD 1. Mempelajari dan Mengatur Skenario

Menurut Christopher Dureau tahap ini juga dinamakan define . Dia

juga mengatakan bahwa di dalam Asset Based Community Development

(ABCD), terkadang digunakan frasa “Pengamatan dengan Tujuan”.45

Dalam hal ini peneliti mencari dengan melakukan pengamatan awal

untuk menulusuri bagian masyarakat yang aktif dalam melakukan

pemberdayaan, karena ada empat langkah terpenting di tahap ini, yakni

menentukan:

a. Tempat

Bagian penting dari tahap pertama ini adalah pendekatan berbasis

aset dan dipelopori oleh warga untuk memutuskan lokasi, organisasi atau

komunitas, di mana proses perubahan akan terjadi. hal ini penting

dilakukan diawal, karena lokasilah yang akan menghasilkan

informasi-informasi yang spesifik di konteksnya, dan memengaruhi keseluruhan

rancangan input berikutnya

b. Orang/masyarakat

Tidak cukup untuk mengasumsikan bahwa kita akan bekerja

bersama seluruh komunitas, hanya karena kita sudah mendorong setiap

orang untuk terlibat. dalam menggunakan pendekatan berbasis aset,

penting untuk memastikan semuanya jelas bahwa setiap orang memiliki

sesuatu yang bisa dikontribusikan, setiap orang punya bakat, talenta,

45


(43)

32

kemampuan atau cara pandangan yang bermanfaat. seluruh komunitas,

bukan salah satu bagian saja, harus dilibatkan.

c. Fokus program

Langkah ini bertujuan karena komunitas ingin tahu mengapa kita

hadir ditengah mereka dan fokus program kita bisa menjelaskan ini.

Fokus program bisa juga dipahami sebagai topik pembicaraan kita

dengan komunitas.

Komunitas bisa saja ingin membicarakan berbagai hal tetapi

diskusi dan interaksi bisa dibatasi dengan menyampaikan bahwa kita

diundang untuk menjajaki hal atau kepedulian tertentu.

d. Informasi tentang latar belakang

Pada tahap awal membangun hubungan dengan komunitas atau

kelompok, akan ada kesempatan untuk melengkapi penelitian awal di

konteks yang ada. Riset ini hanyalah bagian dari pengambilan data dasar

yang mungkin dibutuhkan, dan biasanya terkait informasi yang bisa

dikumpulkan melalui survey atau review atas survey yang sudah ada.

Latar belakang ini termasuk jenis informasi yang bisa

dikumpulkan tanpa banyak keterlibatan masyarakat ataupun kebutuhan

perspektif dan sumber-sumber yang berbeda. Kebanyakan adalah data

obyektif tentang konteks yang ada, dan bukanlah identifikasi kebutuhan,


(44)

33

2. Mengungkap Masa Lampau (Discovery)

Menurut Nadhir Salahuddin dkk, tahap Discovery adalah salah satu

dari Proses AI terdiri dari Discovery, Dream, Design dan Destiny atau sering

disebut Model atau Siklus 4-D. Namun didalam buku “pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan” Christopher dureau menyebutkan tahap ini adalah salah satu dari 6 tahap dalam metode ABCD.

Tahap discovery merupakan pencarian yang luas dan bersama-sama oleh anggota komunitas untuk memahami “apa yang terbaik sekarang” dan “apa yang pernah menjadi terbaik”.

Di sinilah akan ditemukan “inti positif” pontensi paling positif untuk perubahan di masa depan. Kebanyakan pendekatan berbasis aset dimulai

dengan beberapa cara untuk mengungkap (discovering) hal-hal yang

memungkinkan sukses dan kelentingan di komunitas sampai pada kondisi

sekarang ini.

Kenyataan bahwa suatu komunitas masih berfungsi sampai saat ini

membuktikan bahwa ada sesuatu dalam komunitas yang harus dirayakan.

Tahap ini terdiri dari:

a. Mengungkap (discover) sukses: Apa sumber hidup dalam komunitas.

Apa yang memberi kemampuan untuk tiba di titik ini dalam rangkaian

perjalanannya. Siapa yang melakukan lebih baik.

b. Menelaah sukses dan kekuatan: Elemen dan sifat khusus apa yang


(45)

34

Tahap discovery ini sendiri bertujuan untuk:

1) Meningkatkan kepercayaan diri

2) Partisipasi yang inklusif

3) Gagasan kreatif, indikator tak terduga atau petunjuk tentang bagaimana

sesuatu dapat dilakukan.

4) Antusiasme dan semangat atas perwujudan kompetensi yang ada.

5) Transfer kepemilikan proses perubahan kembali kepada komunitas dan

pada konteks merekasendiri

3. Mimpikan Masa Depan (Dream)

Tahap ini adalah saat di mana masyarakat secara kolektif menggali

harapan dan impian untuk komunitas, kelompok dan keluarga mereka. Tetapi

juga didasarkan pada apa yang sudah pernah terjadi di masa lampau. Apa

yang sangat dihargai dari masa lampau terhubungkan pada apa yang

diinginkan di masa depan, dengan bersama-sama mencari hal-hal yang

mungkin.46

Tujuan dreaming adalah untuk merancang kegiatan yang

dikembangkan atas imaji komunitas tentang diri sendiri dengan menampilkan

gambaran-gambaran yang jelas tentang bagaimana kondisi mereka bila inti

positifnya benar-benar dihidupkan. Mimpi menuntun pada:

a. Visi yang jelas dan tujuan akhir yang ditentukan dari dalam komunitas

b. Membangkitkan imajinasi dan pemikiran kreatif yang sejalan dengan

sejarah dan konteks tiap komunitas.

46


(46)

35

c. Masalah bisa diubah menjadi kesempatan dan cara baru untuk bergerak

maju.

d. Kesempatan untuk berbagai kelompok dalam masyarakat untuk saling

mendengar tentang visi masa depan masing-masing. Juga kesempatan

untuk membua dialog antara perempuan dan laki-laki, anak muda dan

orang dewasa, kaya dan miskin dan mereka yang terkucilkan karena

alasan tertentu.

4. Memetakan Aset (Community Map)

Community Map adalah Pendekatan atau cara untuk memperluas

akses ke pengetahuan lokal. Community map merupakan visualisasi

pengetahuan dan persepsi berbasis masyarakat mendorong pertukaran

informasi dan menyetarakan kesempatan bagi semua anggota masyarakat

untuk berpartisipasi dalam proses yang mempengaruhi lingkungan dan

kehidupan mereka.47

Aset merupakan sesuatu yang berharga yang bisa digunakan untuk

meningkatkan harkat atau kesejahteraan. Kata aset secara sengaja digunakan

untuk meningkatkan kesadaran komunitas yang sudah „kaya dengan aset’ atau memiliki kekuatan yang digunakan sekarang dan bisa digunakan secara lebih

baik lagi.

Mungkin ada yang sudah dilatih menjadi guru tetapi tidak ada orang

atau tempat untuk mengajar. Ada juga yang belajar keterampilan menjahit,

47


(47)

36

memasak atau kerajinan tangan atau pertukangan tapi tidak ada kesempatan

menggunakannya.48

Ketika sudah terungkap asset-aset yang ada, maka komunitas bisa

mulai mengumpulkan atau menggunakannya dengan lebih baik untuk

mencapai tujuan pribadi maupun mimpi bersama. Tujuan pemetaan aset

adalah agar komunitas belajar kekuatan yang sudah mereka miliki sebagai

bagian dari kelompok.

Apa yang bisa dilakukan dengan baik sekarang dan siapa di antara

mereka yang memiliki keterampilan atau sumber daya. Mereka ini kemudian

dapat diundang untuk berbagi kekuatan demi kebaikan seluruh kelompok atau

komunitas.

Ketika aset sudah dipetakan, komunitas perlu menelaahnya sehingga

mereka sadar aset mana yang akan berguna. Proses ini sering kali tidak

dilakukan dengan baik atau bahkan dilangkahi. Seleksi aset sering disebut

juga asosiasi aset atau menghubungkan asset-aset dan terkadang disebut juga

mobilisasi aset.

Pemetaan aset tanpa seleksi atau membuat hubungan satu dengan lain,

akan menjadi proses statis dan mungkin tidak akan menantang bagi

komunitas untuk meraih apa yang bisa mereka capai tanpa ketergantungan.

Karena proses seleksi ini memberikan gambaran ke arah mana komunitas

dapat bergerak.

48


(48)

37

Pemetaan aset dimaksudkan untuk membangkitkan kesadaran

komunitas akan kemandirian dan kapasitas menjadi mitra. Kemandirian

adalah kesadaran bahwa komunitas tidak sepenuhnya tergantung pada pihak

lain untuk mencapai keinginannya, tetapi memiliki kemampuan sendiri.49 5. Menghubungkan dan Memobilisasi Aset / Perencanaan Aksi

Tujuan penggolongan dan mobilisasi aset adalah untuk langsung

membentuk jalan menuju pencapaian visi atau gambaran masa depan. Hasil

dari tahapan ini harusnya adalah suatu rencana kerja yang didasarkan pada

apa yang bisa langsung dilakukan diawal, dan bukan apa yang bisa dilakukan

oleh lembaga dari luar.

Walaupun lembaga dari luar dan potensi dukungannya, termasuk

anggaran pemerintah adalah juga aset yang tersedia untuk dimobilisasi,

maksud kunci dari tahapan ini adalah untuk membuat seluruh komunitas

menyadari bahwa mereka bisa mulai memimpin proses pembangunan lewat

kontrol atas potensi aset yang tersedia dan tersimpan.

Mobilisasi aset bisa diaplikasikan dalam berbagai jenis kegiatan yang

dilakukan oleh komunitas untuk meningkatkan kesejahteraannya. Bisa untuk

pengembangan ekonomi lokal, peningkatan pengelolaan sumber daya alam,

untuk melengkapi dan memperbaiki efektivitas layanan pemerintah,

meningkatkan ketahanan pangan,memperbaiki pasokan air dan sanitasi, dan

infrastruktur.

49


(49)

38

Mobilisasi aset membantu menyadarkan komunitas akan jenis-jenis

aksi yang bisa mereka lakukan, dan juga yang mereka miliki sumber dayanya.

Mobilisasi aset tidak hanya bisa diaplikasikan pada proyek mandiri yang

dilakukan oleh komunitas sendiri. Proses ini juga membantu komunitas untuk

memposisikan aset komunitas atas rencana kontribusi oleh lembaga luar dan

pemerintah.

Aset termasuk juga pola strategi dan perilaku yang telah terbukti berhasil di masa lampau. „Indikator sukses’ dan contoh champion (atau pola perilaku yang menunjukkan „simpangan positif’) akan didokumentasikan sebagai bagian dari proses bercerita di Tahap 2.

6. Monitoring, Evaluasi dan Pembelajaran

Pendekatan berbasis aset juga membutuhkan studi data dasar

(baseline), monitoring perkembangan dan kinerja outcome. Tetapi bila suatu

program perubahan menggunakan pendekatan berbasis aset, maka yang dicari

bukanlah bagaimana setengah gelas yang kosong akan diisi, tetapi bagaimana

setengah gelas yang penuh dimobilisasi.

Pendekatan berbasis aset bertanya tentang seberapa besar anggota

organisasi atau komunitas mampu menemukenali dan memobilisasi secara

produktif aset mereka mendekati tujuan bersama.

Empat pertanyaan kunci Monitoring dan Evaluasi dalam pendekatan

berbasis aset adalah:

1) Apakah komunitas sudah bisa menghargai dan menggunakan pola


(50)

39

2) Apakah komunitas sudah bisa menemukenali dan secara efektif

memobilisasi aset sendiri yang ada dan yang potensial (keterampilan,

kemampuan, sistem operasi dan sumber daya?)

3) Apakah komunitas sudah mampu mengartikulasi dan bekerja menuju

pada masa depan yang diinginkan atau gambaran suksesnya?

4) Apakah kejelasan visi komunitas dan penggunaan aset dengan tujuan

yang pasti telah mampu memengaruhi penggunaan sumber daya luar

(pemerintah) secara tepat dan memadai untuk mencapai tujuan bersama?

D. Subjek Penelitian

Peneliti mengambil subyek pendampingan di Desa Janti Kecamatan

Mojoagung Kabupaten Jombang. Dengan memanfaatkan limbah dari produksi

gypsung menjadi produk kerajinan yang mempunyai nilai jual, untuk

meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat di Desa Janti Kecamatan

Mojoagung Kabupaten Jombang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam prinsip ABCD, kemampuan masyarakat untuk menemukenali aset,

kekuatan, dan potensi yang mereka miliki dipandang mampu menggerakkan dan

memotivasi mereka untuk melakukan perubahan sekaligus menjadi pelaku utama

perubahan tersebut.

Bagian ini akan menjelaskan metode atau tehnik apa saja yang akan

digunakan untuk menemukenali aset, kekuatan, dan potensi yang ada dalam


(51)

40

1. Penemuan apresiatif

2. Pemetaan komunitas

3. Penelusuran wilayah

4. Pemetaan asosiasii dan institusi

5. Pemetaan aset individu

6. Sirkulasi keuangan

7. Skala prioritas50.

1. Penemuan Apresiatif (Appreciative Inquiry)

Appreciative Inquiry (AI) adalah cara yang positif untuk melakukan

perubahan organisasi berdasarkan asumsi yang sederhana yaitu bahwa setiap

organisasi memiliki sesuatu yang dapat bekerja dengan baik, sesuatu yang

menjadikan organisasi hidup, efektif dan berhasil, serta menghubungkan

organisasi tersebut dengan komunitas dan stakeholdernya dengan cara yang

sehat.

2. Pemetaan Komunitas (Community Mapping)

Community Map adalah Pendekatan atau cara untuk memperluas

akses ke pengetahuan lokal. Community map merupakan visualisasi

pengetahuan dan persepsi berbasis masyarakat mendorong pertukaran

informasi dan menyetarakan kesempatan bagi semua anggota masyarakat

untuk berpartisipasi dalam proses yang mempengaruhi lingkungan dan

kehidupan mereka.

50


(52)

41

3. Penelusuran Wilayah (Transect)

Transectatau penelusuran wilayah adalah salah satu tehnik yang

efektif. Transectadalah garis imajiner sepanjang suatu area tertentu untuk

menangkap keragaman sebanyak mungkin. Dengan berjalan sepanjang garis

itu dan mendokumentasikan hasil pengamatan, penilaian terhadap berbagai

aset dan peluang dapat dilakukan.

4. Pemetaan Asosiasi dan Institusi

Asosiasi merupakan proses interaksi yang mendasari terbentuknya

lembaga-lembaga sosial atau suatu grup yang ada dalam komunitas

masyarakat yang terdiri dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama

dengan suatu tujuan yang sama dan saling berbagi untuk suatu tujuan yang

sama. Sedangkan Institusi adalah suatu lembaga yang mempunyai struktur

organisasi yang jelas dan biasanya sebagai salah satu faktor utama dalam

proses pengembangan komunitas masyarakat.

Setelah diidentifikasi asosiasi dan institusi yang ada, maka komunitas

dapat merumuskan peran asosiasi dan institusi tersebut di dalam

pengembangan komunitas. Dengan melihat peranan asosiasi/institusi di dalam

komunitas, maka program pengembangan masyarakat dapat dimulai dengan

mengidentifikasi kekuatan kolektif yang sudah ada untuk menginisiasi

perubahan dikomunitasnya. Semakin besarnya peranan asosiasi, maka


(53)

42

5. Pemetaan Aset Individu (Individual Inventory Skill)

Metode/alat yang dapat digunakan untuk melakukan pemetaan

individual asset antara lain kuisioner, interview dan fous group discussion

(FGD). Dengan berbagai macam pemetaan skill, dapat disimpulkan bahwa

dalam suatu komunitas setiap warga memiliki potensi untuk berkontribusi

kepada kemajuan komunitasnya. Dalam proses pengembangan masyarakat,

perpaduan kemampuan individual akan membawa perubahan yang yang

signifikan.

6. Sirkulasi Keuangan (Leaky Bucket)

Leaky bucket atau biasa dikenal dengan wadah bocor atau ember

bocor adalah alat yang berguna untuk mempermudah warga atau komunitas

untuk mengenal berbagai perputaran aset ekonomi lokal yang mereka miliki.

Hasilnya bisa dijadikan untuk meningkakan kekuatan secara kolektif dan

membangunnya secara bersama.

7. Skala Prioritas (Low hanging fruit)

Skala prioritas adalah salah satu cara atau tindakan yang cukup mudah

untuk diambil dan dilakukan untuk menetukan manakah salah satu mimpi

mereka bisa direalisasikan dengan menggunakan potensi masyarakat itu

sendiri tanpa ada bantuan dari pihak luar. Hal yang harus diperhatikan dalam

low hanging fruit (skala prioritas) adalah apa ukuran untuk sampai keputusan

bahwa mimpi itu lah yang menjadi prioritas, siapakah yang paling berhak

menentukan skala prioritas51.

51


(54)

43

F. Teknik Validasi Data

Dalam prinsip metodologi PRA untuk meng crosh check data yang

diperoleh dapat melalui triangulasi. Triangulasi adalah suatu system crosh check

dalam pelaksanaan teknik PRA agar memperoleh informasi yang akurat.

1. Triangulasi komposisi tim

Triangulasi komposisi Tim akan dilakukan oleh peneliti dengan

masyarakat dan khususnya para pengrajin gypsum di Desa Janti. Triangulasi

ini bertujuan untuk memperoleh data yang valid dan tidak sepihak karena

semua pihak akan dilibatkan untuk mendapatkan kesimpulan dan kesepakatan

bersama.

Setelah inkulturasi bersama masyarakat terlaksana dengan baik, peneliti

membentuk sebuah tim yang notabenya adalah semua manusia memiliki

kemampuan yang bermacam-macam sehingga menjadikan suatu perubahan.

2. Triangulasi Alat dan Teknik

Di samping melakukan observasi langsung terhadap lokasi, perlu juga

melakukan wawancara atau diskusi penggalian data dengan para pengrajin

gypsum dan masyarakat yang lainnya di Desa Janti ini melalui sebuah FGD

(Focus Group Disscusion) yang bentuknya berupa pencatatan maupun

dokumen yang dilakukan secara bersama-sama dengan masyarakat maupun

pengrajin gypsum.

Peneliti mengajak semua masayarakat yang berprofesi sebagai

pengrajin gypsum untuk melakukan perubahan secara bersama-sama untuk


(55)

44

melibatkan masyarakat langsung. Dengan pendampingan peneliti bersama

masyarakat khususnya pengrajin gypsum menggali potensi yang ada. Setiap

kejadian dan hasil dalam proses ditulis dalam cacatan penelitian.

3. Triangulasi keragaman sumber informasi

Triangulasi ini diperoleh ketika peneliti dengan masyarakat desa Janti

saling memberikan informasi. Termasuk kejadian-kejadian yang terjadi di

lapangan sebagai keberagaman sumber data.52

Untuk memperoleh informasi tersebut peneliti harus berada di tempat

penelitian supaya bisa mengikuti setiap kegiatan yang dilakukan masyarakat.

Mengetahui dan melihat langsung setiap kejadian yang terjadi di tempat

penelitian.

G. Teknik analisis data

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan lapangan maka peneliti

dengan para keluarga nelayan akan melakukan sebuah analisis bersama. Analisis

ini digunakan untuk mengetahui potensi apa saja yang ada di Desa Janti. Salah

satu pendekatan yang digunakan dalam pendekatan ABCD (Asset Besed

Community Development) adalah melalui aset dan leaky bucket(Ember Bocor).

52

Agus Afandi, dkk, Modul Participatory Action Research. (Surabaya :LPPM UIN Sunan Ampel, 2014). Hal:128


(56)

45

1. Leaky bucket (Ember Bocor)

Leaky bucket atau dikenal dengan wadah bocor atau ember bocor

merupakan salah satu cara untuk mempermudah masyarakat komunitas atas

warga dalam mengenali, mengidentifikasi dan menganalisis berbagai bentuk

aktivitas atau putaran keluar dan masuknya ekonomi lokal komunitas/warga.

Lebih singkatnya, leaky bucket adalah alat yang berguna untuk

mempermudah warga atau komunitas untuk mengenali berbagai perputaran

aset ekonomi lokal yang mereka miliki. Hasilnya bisa dijadikan untuk

meningkatkaan kekuatan secara kolektif dan membangunkannya secara

bersama-sama.

Untuk melihat seberapa tingginya atau maksimalnya ekonomi tingkat

aktivitas warga komunitas dapat ditentukan melalui banyak arus yang masuk

di dalam wadah disertai perputaran didalamnya yang sangat dinamis sehingga

yang keluar atau bocor dari wadah menjadi sedikit dibanding aliran yang

masuk sebelumnya.

Sebaliknya jika air yang masuk dalam wadah dan tingkat perputarannya

statis/tetap di dukung oleh tingkat kebocorannya yang banyak maka aktivitas

ekonomi warga komunitas rendah atau lemah. Untuk mengatasi

keelemahannya maka aliran yang masuk dalam hal ini kas, barang dan jasa

dapat dikembangkan melalui perputaran kas dalam wadah sehingga aliran kas

dan barang yang keluar sangat minimum.

Dengan demikian level posisi air tergantung pada:


(57)

46

2. Seberapa banyak yang keluar

3. Tingkat kedinamisan ekonomi

Perlu cermat bahwa tujuan dilakukan cara leaky bucket analisis bersama

warga dan komunitas adalah seluruh warga atau komunitas yang ikut dapat

memahami konsep leaky bucket, bahwa ekonomi sebagai aset dan potensi

yang dimiliki dalam masyarakat peserta mendapatkan inovasi dan kreativitas

dalam mempertahankan dan meningkatkan alur perputaran ekonomi

komunitas lewat kekuatan-kekuatan komunitas.Sedangkan uotput yang ingin

dicapai dalam kegiatan ini adalah;

Pertama, Mengenalkan konsep umum leaky bucket dan efek pengembangan dan kreativitas pada warga atau komunitas.

Kedua, warga atau komunitas dapat memahami dampak efek pengembangan dan akreativitas bagi ekonomi lokal komunitas yang mereka

miliki.

Ketiga, warga atau komunitas dapat mengidentifikasi secara sesama mengenai arus masuk ke mereka, kemudian alur dinamitas perputaran

ekonomi dalam komunitas dapat menggali kekuatan-kekuatan dalam

komunitas untuk meningkatkan efek pengembangan, pemberdayaan atau

peningkatan terhadap alur perputaran ekonomi yang berkembang secara


(58)

BAB IV

PROFIL ASET DESA JANTI

A. Realitas Desa Janti

Dahulu ada seorang yang biasa disebut Mbah Surgi, konon katanya dahulu wilayah desa ini sudah terbentuk tetapi belum memiliki nama/sebutan.

Ditengah desa tepatnya bila saat ini ada pada dusun Dukuh Sari, terdapat dua

pohon jati besar yang letak posisinya kurang lebih 300 meter dari kantor desa saat

ini.

Pada waktu itu dua pohon jati ditebang layaknya menebang pohon biasa,

karena memang disangka seperti pohon lainnya. Tetapi setelah ditebang tanpa

disangka pohon itu kembali berdiri semula, dan pada saat menebang yang

kesekian kalinya terdapat dua burung yang tidak seperti burung lainnya.

Lalu mbah surgi berusaha menangkap kedua burung tersebut tetapi yang

tertangkap hanya satu, dan satunya lagi pergi dan menghilang, lalu diambillah

taring pada burung tersebut digunakan untuk menebang kedua pohon jati tersebut.

B. Aset Geografis

Kabupaten Jombang terletak di tengah-tegah wilayah kabupaten, yang

memiliki ketinggian 44 meter diatas permukaan laut, dan berjarak sekitar 79 km

dari barat daya ibu kota Provinsi Jawa Timur yakni Surabaya53

53


(59)

48

Secara geografis letak desa Janti kecamatan Mojoagung kabupaten

Jombang terletak disebelah timur kota Jombang, yang mana desa tersebut

berjarak kurang-lebih 15 km dari kantor Bupati Jombang Jawa Timur, luas

wilayah 149 Ha, luas tanah pertanian 116 Ha, luas tanah pemukiman 33 Ha.


(60)

49

 Batas-batas Desa

o Utara : Desa Gambiran Kecamatan Mojoagung Kabupaten

Jombang

o Timur : Desa Kademangan Kecamatan Mojoagung Kabupaten

Jombang

o Selatan : Desa Catak Gayam Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang

o Barat : Desa Tejo Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang

C. Aset Demografis

Gambar 4.2 Bagan struktur pamong desa Janti

Tabel 4.1 Pemerintahan Desa

NO NAMA JABATAN

1. Siti Mahmudah Kepala Desa 2. Slamet Ridwan Sekretaris Desa 3. Zaenal Arif Staf Pemerintahan 4. Moch. Taufiq Staf Kesra

5. Priyo Basuki Staf Pembangunan 6. Moch Maskur Staf Keuangan 7. Nasrul Sidiq Staf umum

8. Muhammad Basori Kepala Dusun Janti 9. Abdul Munip Kepala Dusun Dukuh Sari

10. Nurul As’ari Kepala Dusun Kagulan


(61)

50

Tabel 4.2

Badan Permusyawaratan Desa

NO NAMA JABATAN

1. Panca Sutrisno, S.Pd Ketua BPD 2. Drs. Noor Khamim Wakil Ketua BPD 3. Tirkhan Sekretaris BPD 4. Suwaldi Anggota 5. Abdul Rozak Anggota 6. Ponedi Anggota 7. Bella Kusnandar Anggota 8. Nurul Musafany Anggota 9. Dwi Tyo Panoto Anggota 10. Tohir Wijaya Anggota 11. Imam Bukhori Anggota

Hasil wawancara Sekretaris desa dari acuan buku Profil Desa

Tabel 4.3 Populasi Penduduk

Laki laki 1.895 Jiwa Perempuan 1778 Jiwa

Jumlah 3673 Jiwa

Hasil wawancara Sekretaris desa dari acuan buku Profil Desa

Tabel 4.4 Pendidikan

Play group/TK/RA 246 Jiwa

SD/SMP 2642 Jiwa

SLTA 586 Jiwa

Perguruan Tinggi 72 Jiwa

Drop Out 23 Jiwa

Tidak Sekolah/Buta Huruf 125 Jiwa

Hasil wawancara Sekretaris desa dari acuan buku Profil Desa

D. Aset Adat dan budaya/keagamaan

Kebudayaan adalah salah satu aspek yang tidak bisa dilepaskan dari


(62)

51

menjaga kebudayaan dan kepercayaan mereka. Mereka memiliki adat yang begitu

kental dengan kehidupan mereka, karena setiap kebudayaan bagi masyarakat

mempunyai fungsi dan tujuan yang sangat besar.

Diantara salah satu fungsi kebudayaan bagi masyarakat yaitu sebagai

bentuk kepuasan spiritual yang bersumber dari adat terdahulu dari nenek moyang

mereka, dengan adanya budaya tersebut maka akan membentuk keanekaragaman

pola kehidupan suatu masyarakat.

Masyarakat Desa Janti mayoritas menganut agama Islam, tentunya tidak

bisa lepas dari pengaruh agama itu sendiri. Kegiatan keagamaan

selaludilaksanakan oleh masyarakat Desa Janti guna untuk melestarikan budaya

dan adat terdahulu.

Adapun kegiatan yang dimilikioleh penduduk Desa Janti diantaranya :

1. Reboan

Kegiatan ini diikuti oleh ibu-ibu desa setempat, kegiatan tersebut

berjalan rutin ditiap-tiap dusun masing-masing, yang mana kegiatan ini

dilaksanakan pada hari rabu yang didalam kegiatan tersebut berisikan tahlilan

seperti biasa tetapi ini dikhususkan untuk para ibu-ibu.

2. Tahlilan

Kegiatan ini tidak jauh beda dengan kegiatan reboan yang

dilaksanakan oleh ibu-ibu, tetapi yang menjadikan beda dikegiatan ini ialah

dari pesertanya, peserta atau warga yang mengikuti kegiatan ini ialah kaum


(1)

BAB VIII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil pendampingan di desa Janti Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang:

1. Masyarakat mulai mengerti apa pentingnya aset yang telah mereka miliki setelah melihat adanya suatu proses yang yang dibangun secara bersama dengan pengrajin sekaligus penjual kesenian seni rupa gypsum ini, maka penghasilan mereka secara otomatis akan meningkat ataupun berdaya dengan kreatifitasnya.

2. Dengan adanya pendamping yang sifatnya sebagai fasilitator yang menjembatain antar masyarakat melalui penyetaraan harga jual gypsum, yang mana awalnya banyak sekali terjadi persaingan yang tidak sehat antar pengrajin dimana saat ini setelah melelui proses FGD maka solusi maupun keputusan bersama pun terjadi secara alami.

3. Dan adapun pemanfaatan limbah gypsum yang tadinya dibuang secara percuma atau orang desa Janti biasa memanfaatkan sabagai urukan saja, tetapi saat ini mereka sudah mengerti bahwa limbah tersebut juga masih memiliki nilai jual dipasaran sebagi interior rumah maupun souvenir.

Dengan itu semua mereka bisa meningkatkan penghasilan dan menambah pengetahuan maupun kreativitas yang baru serta pola pikir yang positif tentang asset yang mereka miliki.


(2)

96

B. Saran

Sebagai akhir penulisan dan pendampingan yang telah dilakukan oleh penulis maka diharapkan pengrajin gypsum serta masyarakat desa Janti Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang ini mampu mengelolah maupun mempertahankan usahana dengan sebaik-baiknya sekaligus tetap menjaga nilai jual harga gypsum dipasaran dengan cara persaingan yang sehat. Penulis bukan lah asli dari masyarakat desa Janti, maka dari itu penulis hanya bisa melakukan maupun membantu semampunya. Dengan adanya pendampingan ini, fasilitator memberikan saran kepada:

1. Pengrajin gypsum (bapak Taufik)

Beliau orang yang yang bisa dikatakan mempunyai power dalam bermasyarakat unyuk menjaga kestabilan harga gypsum sakaligus membantu masyarakat untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai yang ada diDesa Janti ini serta memanfaatkan potensi taupun asset yang dimiliki dengan sebaik-baiknya.

2. Kepala Desa (ibu Siti Mahmudah)

Beliau yang mempunyai power serta kendali yang sanga besar diDesa Janti, oleh sebab itu sebaiknya beliau turut menjaga serta mengembangkan hasil yang telah dilakukan oleh pendamping bersama pengrajin sekaligus penjual gypsum diDesa janti ini. Dan diharapkan juga bisa memberikan pelatihan-pelatihan guna menunjang kreatifitas yang dimiliki masyarakat desa Janti khususnya para pengrajin gypsum.


(3)

97

Demikian tulisan ini saya buat, penulis sangat menyadari akan banyak kekurang dalam penulisan skripsi serta pendampingan dimasyarakat yang bisa dikatakan masih tahap belajar dan belum sempurna sepenuhnya. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca serta kepada dosen pembimbing skripsi khususnya yang mana bersifat membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Yang mana nantinya menjadi motivasi bagi penulis agar kedepannya bisa lebih baik lagi. Sekian dan trimakasih saya ucapkan, Wassalamu’alaikum.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Afandi Agus, dkk, Modul Participatory Action Research. (Surabaya :LPPM UIN Sunan Ampel, 2014). Hal:128

Al Barrett, Asset-Based Community Development: A Theological Reflection,(Birmingham Vicar Of Hodge Hill Church, 2013)

Al-Rasyid Harun dkk, Pedoman Pengertian Dakwah Bil-Hal, (Jakarta: Depag RI,1989)

Cahyana Agus M.Sn, Studi Pengembangan Desain Kerajinan Anyaman Pandan Sentra Industri Kecil Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya, (LPPM Universitas Kristen MaranathaBandung, Juni 2008)

Chambers Robert, participatory rural appraisal (Memahami Desa Secara Partisipatif Kencana prenadamedia group, 2013)

Dereau Christoper, pembaru dan kekuatan local untuk pembangunan. (TT: Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Phase II, 2013)

Dwi Pratiwi Kurniawati, Bambang Supriyono, Imam Hanafi, Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Usaha Ekonomi Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. I, No. 4 2010

Hamka, Prinsip dan Kebijakan Dakwah Islam,(Jakarta: Pustaka Panjimas, 1981) Hasil wawancara Aam(29) pada 26 Januari 2017

http://dekranaskotamagelang.blogspot.com/p/beranda.html dikutip pada 08 maret 2017

http://sablontimbul.com/seni-cetak-gypsum/ dikutip pada 18 Desember 2016 13:15 WIB

http://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-30 dikutip pada 7 maret 2017. 20:02WIB https://ismayadwiagustina.wordpress.com/2012/11/26/pengertian-teori diakses 01

maret 2017 pukul 09:10WIB

Hutomo Mardi Yatmo, Pemberdayaan Dalam Bidang Ekonomi: Tinjauan Teoritik dan Implementasi, (Jakarta: CSIS, 1996)


(5)

Morgan Antony, health assets in a global context (Venice, Springer New York Dordrecht Heidelberg London, 2010)

Muhtadi dan Tantan Hermansyah, Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam,(Jakarta,UIN Jakarta Press,2013)

Poerwodarminto W. J. S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999)

Rans Susan A., Hidden Treasures: Building Community Connections By Engaging The Gifts Of People On Welfare, People With Disabilities, People With Mental Illness, Older Adults, Young People (Evanston, A Community Building Workbook ,2005)

Salahuddin Nadhir, dkk, Panduan KKN ABCD UIN Sunan Ampel Surabaya, (LPPM UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015)

Salim Agus. Perubahan Sosial Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia.

Suharto Edi, Membangun Masyarakat Membangun Rakyat, (Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial), (Bandung: Pt Refika Aditama, 2010)

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003)

Wawancara Aam(28) pada 02 Februari 2017

Wawancara Moh. As’ari(43) 12 Maret 2017

Wawancara pak modin(42) pada 14 maret 2017. Wawancara Yudi(26) pada 06 Februari 2017

Widjajanti Kesi, Model Pemberdayaan Masyarakat jurnal ekonomi pembangunan volume 12, nomor 1, juni 2011

Wirosardjono Soetjipto, "Dakwah: Potensi dalam Kesenjangan" dalam Majalah Pesantren, No. 4 Vol. IV (Jakarta: P3M, 1987)

www.jombangkab.go.id dikutip pada 18 Desember 2016 13:20 WIB

Yanuarini Astuti Dewi dan Ikrar Dinata, Pedoman Pendampingan Tenaga Kerja Sarjana, (Jakarta: Kementrian Tenaga kerja dan Transmigrasi Republik


(6)

Yusuf Yunan, Manajemen Dakwah, ( Jakarta: Kencana, 2006)